Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Waktu Aplikasi dan Konsentrasi Pupuk KNO3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah
diklasifikasikan

sebagai

berikut.

Divisi:

Spermatophyta;

Subdivisi:

Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Liliales; Famili: Liliaceae;
Genus: Allium;

Species: Allium ascalonicum L. (Putrasamedja dan

Suwandi, 1996).

Bentuk daun bawang merah memanjang seperti pipa dan berbentuk bulat,
tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang
daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagiaan baawahnya melebar dan
membengkak. Daun berwarna hijau (Brewster, 2008).
 

Bentuk bunga seperti payung. Warna bunga berwarna putih. Banyak buah

per tangkai 60-100. Banyaknya bunga per tangkai 120-160. Banyaknya tangkai
bunga per rumpun 2-4 (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).
Akar tanaman bawang terdiri atas : akar pokok (primary root), akar
adventif (adventitious root), akar muda (root intial) dan bulu akar. Akar bawang
merah dapat mencapai kedalaman 15 – 20 cm. Secara individu jumlah perakaran
tanaman bawang merah dapat mmencapai 20 – 200 akar. Diameter akar bervariasi
antara

0,5 mm – 2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar

(AAK, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki batang sejati (discus), yang merupakan

bagian seperti kayu yang berada pada dasar umbi bawang merah, sebagai tempat
melekatnya perakaran dan mata tunas Pangkal daun akan bersatu dan membentuk
batang semu. Yang kelihatan seperti batang pada tanaman bawang merah

Universitas Sumatera Utara

sebenarnya merupakan batang semu yang akan berubah bentuk dan fungsinya
sebagai umbi lapis ( Sinclair, 1998).
Bunga tanaman bawang merah merupakan bunga majemuk, berbentuk
tandan. Bunga berkelompok-kelompok, padat, jumlahnya dapat mencapai ratusan
kuntum bunga, kuntum bunga ini memiliki tangkai yang pendek. Bunga umumnya
berwarna putih keunguan dan ada juga yang berwarna biru atau kuning
(Brewster, 2008).
Umbi bawang merah merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis yang
tampak jelas, dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan kekanan dan
kekiri, dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung umbi bawang
merah tidak banyak, hanya sekitar 2 sampai 3 lapis, dan tipis yang mudah kering.
Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih banyak dan tebal. Maka besar
kecilnya siung bawang merah tergantung oleh banyak dan tebalnya lapisan
pembungkus umbi (Suparman, 2007).

Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi
ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti
buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di
pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah
berumur 11 – 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang

Universitas Sumatera Utara

disebut fase pembentukan umbi ( 36 – 50 hst) dan fase pematangan umbi ( 51 – 56
hst) (http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/).
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi (0 – 900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn dan suhunya 25 oC
– 32 oC. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol,
grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 – 7 ( Setiawan dan Agus, 2005).

Tanaman bawang merah lebih optimum tumbuh di daerah beriklim kering.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang
maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25 – 32 °C dan kelembapan
nisbi 50 – 70 % (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanah
Tanaman bawang merah menginginkan tanah berstruktur remah, memiliki
drainase dan aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tidak
masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah
Alluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol . tanah yang
cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah
(Rismunandar 1986 dalam Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanaman bawang merah menghendaki tanah gembur subur dengan
drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. pH tanah
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 sedangkan temperatur cukup panas
yaitu 25 – 32°C (Ashari, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk Anorganik KNO3

Kalium merupakan hara esensial yang diperlukan tanaman bawang merah
setelah unsur nitrogen dalam metabolisme tanaman. Akan tetapi kebutuhan unsur
kalium dibutuhkan lebih banyak dibanding unsur – unsur yang lain, karena kalium
berperan penting sebagai katalisator dalam pengubahan protein menjadi asam
amino dan penyusun karbohidrat (Dwidjoseputro, 1989). Untuk itu ketersediaan
kalium penting dalam proses pembentukan umbi. Menurut Tisdale et al.(1985),
macam pupuk kalium yang dapat digunakan dalam bidang pertanian seperti KCl,
K2SO4, dan KPO3 serta KNO3 (Sumarwoto, 2009).
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara
lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah
melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh
bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium spp. yang ada di bintil substansi
hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen
digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi
protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk senyawa penting seperti klorofil, asam
nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar
pada setiap vegetatif seperti pertumbuhan generatif. Jika kebutuhan nitrogen
mulai berkurang dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan
terjadi (Novizan, 2005).
Urea merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman.

Nitrogen yang dikandungnya lepas dalam bentuk ammonia dan sebagian bereaksi
dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit. Sebagian tanaman, misalnya

Universitas Sumatera Utara

tembakau, tidak tahan nitrit sehingga tidak baik jika dipupuk dengan urea
(Marsono dan Sigit, 1995).
Unsur kalium merupakan unsur hara yang mudah mengadakan
persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor dan magnesium.
Unsur K berfungsi bagi tanaman yaitu untuk mempercepat pembentukan zat
karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh tubuh tanaman, memperkuat resistensi
terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan dan meningkatkan kualitas biji.
Dalam pembentukan biji padi misalnya, K merupakan unsur yang penting,
menyebabkan tanahnya berpengaruh besar bagi pembentukan umbi-umbian unsur
K mutlak penting

(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).

Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang
dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang

kalium yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari
endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4 karena umumnya tercampur dengan
bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil
pemurniannya mengandung K2O sampai 50 %. Jenis inilah yang banyak beredar
di pasaran (Marsono dan Sigit, 1995).
Pupuk N dan K secara umum di berikan sebagai pemupukan susulan
setelah tanaman tumbuh. Pemupukan susulan pertama dilakukan dengan
memberikan pupuk N dan K pada saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam.
Pemupukan susulan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah
tanam ½ dosis pupuk N 150-200 kg/ha dan K 100-200 kg KCl/ha. Pupuk K
diaplikasikan bersama-sama dengan pupuk N dalam larikan atau dibenamkan ke

Universitas Sumatera Utara

dalam tanah. Untuk mencegah kekurangan unsur mikro dapat digunakan pupuk
pelengkap cair yang mengandung unsur mikro ( Ma’rufah, dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara