Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Keberagaman suku dan agama di Indonesia adalah sumber kekayaan yang
tidak ternilai harganya. Secara horijontal dalam struktur masyarakat Indonesia
ditandaioleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan
agama, adat dan perbedaan kedaerahan (Nasikun, 1993). Salah satu dari unsur
keberagaman bangsa Indonesia adalah keberagaman keagamaan.
Menurut Yinger, agama merupakan “sistem kepercayaan dan peribadatan
yang digunakan oleh berbagai bangsa dan perjuangan mereka mengatasi persoalanpersoalan tertinggi dalam kehidapan manusia” (Scharf 2004: 35). Agama memiliki
peran sentral dalam perkembangan komunitas dan sebuah Negara, agar mampu
mendorong terciptanya sebuah kondisi yang baik melalui ajaran dan dogma-dogma
agamanya. Keberagaman beragama yang mendorong terciptanya sebuah kondisi yang
baik telah melekat dalam tubuh bangsa Indonesia.
Keberagaman agama di Indonesia telah ditetapkan pemerintah yang mengacu
pada ketetapan presiden Nomor 1 tahun 1998. Dalam penjelasannya disebutkan
bahwa agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu
adalah agama- agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia. Selanjutnya, di dalam
ketetapan

MPR


Nomor

IV/MPR/1978,

Nomor

II/MPR/1983

dan

Nomor

II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dipertegas kembali
dengan bunyi sebagai berikut: “Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

1
Universitas Sumatera Utara

merupakan agama. Pembinaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilakukan: (a) agar

tidak mengarah terhadap pembentukan agama baru.(b) untuk mengefektifkan
pengambilan langkah yang perlu agar pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa benar-benar sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.
Secara filosofis, sosio-politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah
berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Agama telah menjadi bagian dari
sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek
kenegaraan Republik Indonesia. Sejak pemerintahan Orde Baru, Indonesia selalu
memperhatikan pembangunan di bidang agama bersama dengan pembangunan
dibidang lainnya. Keharusan pembangunan di bidang agama merujuk kepada falsafah
hidup bangsa Indonesia Yaitu Pancasila, yang mana dari salah satu sila itu ialah “
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Artinya, bahwa pembangunan dibidang agama adalah
suatu hal yang tidak boleh diabaikan karena Republik Indonesia pada masa awal
pembentukannya dilandasi oleh semangat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa,sebagaimana juga tertuang salam pembukaan Undang-Undang 1945 pasal 29
ayat 2 dinyatakan bahwa: “Negara menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya tersebut”.
Maksudnya, setiap warga negara Indonesia berhak menentukan sesuatu agama dan
kepercayaan yang dianutnya. Tidak ada halangan dan hambatan bagi setiap warga
Negara Indonesia untuk memilih salah satu agamanya.

Di Indonesia agama sangat diperlukan sebagai salah satu pembentuk integrasi
bangsa. Hubungan diantara umat beragama terjalin dengan baik. Agama juga salah
2
Universitas Sumatera Utara

satu jawaban untuk membuat pedamaian. Hal tersebut terlihat dari setiap ajaran
agamanya. Agama di Indonesia dilandaskan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa memiliki sifat serba maha. “Maha Esa,
Mahakuasa, Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Mahatau, Maha
Pendengar, Mahabenar, Mahajujur, Maha Adil, Maha Penuntun, dan Maha
Pelindung.” Dengan sifat-sifat ini Tuhan mengendalikan kehidupan manusia sejak
berada dikandungan sampai kepada kehidupan abadi di akhirat. “ kepercayaan dan
tingkah laku” itu kemudian terintegrasi dalam wadah budaya spiritual, budaya ini
terus berkembang dalam kehidupan manusia Indonesia, yang meliputi:
1). Ajaran yang mengandung nilai religius seperti :
a. Ajaran tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Ajaran tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2). Ajaran Budi Luhur yang mengandung nilai moral seperti :
a. Nilai Moral dalam hubungan antara manusia terhadap Tuhan Yang Maha
Esa

b. Nilai Moral dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya
c. Nilai Moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan alam.
Budaya spiritual tersebut diatas memberikan gambaran awal dari wujud
budaya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu hubungan antara manusia
dengan sang pencipta (vertikal) dan hubungan antara sesama manusia dan alam jagat
raya (horijontal) yang disebut sebagai budi luhur.

3
Universitas Sumatera Utara

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa
silam . sebagian aliran kepercayaan ini membawa dampak, yaitu adanya usaha agar
aliran kepercayaan tersebut disejajarkan dengan agama. Sebelum masuknya agamaagama besar atau agama yang diakui oleh negara ternyata di Indonesia sendiri telah
ada agama yang menjadi nilai luhur yang dipedomani dan diikuti oleh para
pengikutnya, terbukti mampu mendorong pengikutnya menuju kehidupan yang lebih
baik, dan ajarannya mampu menggiring para pengikutnya mengikuti perkembangan
jaman. Sehingga para pengikutnya mampu hidup dan bersaing secara sosial dan
ekonomi dengan para pemeluk agama besar lainnya.
Agama asli terbentuk dari kebudayaan suku bangsa itu sendiri yang pada
dasarnya belum dipengaruhi oleh ajaran agama besar lainnya. Oleh karena itu,

keaslian suatu agama suku ditandai dengan tidak bercampurnya dengan keruhanian
agama lain dan pada hakikatnya hanya terdapat pada masyarakat tertutup dengan
suku bangsa yang lain. Agama yang mewadahi keruhanian semacam itu disebut juga
dengan agama etnis, agama suku, agama preliterate atau agama sederhana (subagya,
1979:1). Salah satu dari agama asli yang dimaksudkan adalah agama Malim yang
lahir ditengah-tengah suku bangsa Batak yang berkedudukan ditanah Batak.
Agama Malim merupakan salah satu kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat yang ada di provinsi Sumatera Utara. Penganut Parmalim menyebutnya
Ugamo Malim yang merupakan agama asli suku Batak Toba dan merupakan
kelanjutan dari agama lama yaitu Parbaringin dan Parhudamdam (Muhammad,dkk
2008: 113). Dasar agama ini adalah melaksanakan titah-titah yang dipercayai berasal
dari Debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai pencipta manusia,
4
Universitas Sumatera Utara

langit, bumi dan segala isinya. Segala perintah dan ajaran-ajaran Debata Mulajadi
Nabolon disampaikan melalui Raja Uti, Raja Nasiakbagi, Raja Simarimbulubosi dan
Raja Sisingamangaraja yang disebut juga nabi Parmalim. Sisingamangaraja adalah
salah satu roh yang diyakini kesaktiannya karena dialah yang “maningahon adat
dohot uhum (menyampaikan segala perintah hukum dan adat istiadat kepada

keturunannya).
Agama Malim juga mempunyai struktur organisasi, boleh dikatakan sangat
sederhana. Struktur kepemimpinannya hanya terdiri dari pimpinan pusat dan
pimpinan cabang. Pimpinan pusat adalah pimpinantertinggi yang diketuai oleh
seorang ihutan yang dalam bahasa Batak bermakna yang diikuti atau ikutan. Selain
dari ihutan ada juga pengurus lain yang terlibat didalamnya seperti sekretaris dan
bendahara yang keduanya bertugas sebagai pembantu dalam menjalankan
administrasi organisasi agama Malim.
Pada saat ini agama Malim dipimpin oleh seorang ihutan, seorang pimpinan
tertinggi yaitu, Raja Marnangkok Naipospos yang berpusat di Pardomuan Nauli. Dan
dibawah pimpinan tertinggi ada juga disebut denganulupunguan (pimpinan
cabang).Pimpinan cabang(ulupunguan) merupakan pimpinan disetiap cabang
Parmalim yang terletak dibeberapa daerah. Desa Saornauli Hatoguan adalah salah
satu tempatatau cabang para penganut Parmalim. Cabang Parmalim di Desa tersebut
dikepalai oleh seorang pimpinan cabang (Ulupunguan) yaitu Bapak Sinaga.
Ulupunguan (pimpinan cabang) bertugas memimpin dan mengontrol penganut
parmalim diberbagai daerah.Parmalim mempunyai kepercayaan terhadap ajaran-

5
Universitas Sumatera Utara


ajaran atau perintah Mulajadi Nabolon yang harus diamalkan dalam setiap kehidupan
masyarakat.
Agama Malim sebagaimana juga kepercayaan keagamaan lain yang tumbuh
ditengah suku bangsa Indonesia sejak dahulu terus menerus mengalami tantangan
dari pihak luar, bahkan boleh dikatakan mengalami krisis keberadaan. Krisis agama
asli ini memuncak pada penjajahan belanda dimana agama malim menjadi mangsa
dari pihak penjajah karena perlakuan mereka yang senantiasa diskriminatif. Para
penganutnya dimasukkan kedalam kategori kafir sebagai barang yang tersisa
(Subagya, 1979: 240) demikian juga pada masa lepas Indonesia merdeka, agama ini
juga masih tetap mengalami hambatan dalam pengembangannya yang kali ini bukan
berasal dari tangan penjajah, akan tetapi muncul dari dalam negeri sendiri. Paling
tidak para penganut agama Malim merasakan bahwa mereka belum merasakan
perlakuan yang wajar atau mendapat tempat yang sejajar dengan agama-agama
lainnya.
Seperti telah dinyatakan diatas Negara Indonesia mengakui agama Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu sebagai agama yang mendapat
legitimasi dari pemerintah dan untuk dapat hidup dan berkembang di Indonesia.
Undang-Undang tersebut masih berlaku sampai saat ini. Keenam agama tersebut
dibina dan dilayani oleh negara dibawah naungan Dapartemen Agama. Sementara

agama Malim belum mendapatkan pengakuan yang resmi dari Negara.
Memang tidak dapat dinafikkan bahwa keberadaan agama Malim belum
mendapat pengakuan dari Negara. Walaupun agama Parmalim sama dengan agama

6
Universitas Sumatera Utara

yang diakui oleh Negara, yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa mereka
sangat sulit mendapatkan pengakuan tersebut (Subagya,1976:135)
Untuk menelusuri lebih jauh alasan Negara tidak meloloskan agama Malim
sebagai agama resmi adalah, pertama; karena alasan yang bersifat ideologis dan
politis disamping hal yang bersifat subjektif. Alasan secara ideologis mungkin
bermakna bahwa semakin banyak agama yang diakui seiring dengan banyaknya suku
bangsa di Indonesia dikhawatirkan akan menimbulkan pertelingkahan (konflik)
sesama penganut agama maupun antar umat agama itu sendiri, lebih-lebih lagi
masyarakat indonesia dikenal dengan masyarakat majemuk. Kedua; karena
kurangnya pemahaman yang mendalam dari berbagai pihak termasuk pemerintah
terhadap sistem kepercayaan ritual dan ajaran agama Malim sehingga masyarakat dan
pemerintah tetap memandang sebelah mata untuk menolak agama Malim sebagai
agama yang resmi.

Melalui hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap Agama Malim.
Peneliti mendapatkan penjelasan bahwa masyarakat Batak Toba juga sangat teguh
dalam memegang adat istiadat. Dalam pandangan mereka adat istiadat sejajar dengan
agama. Adat istiadat dan agama Malim diibaratkan dua sisi mata uang logam yang
tidak dapat dipisahkan. Tetapi pada saat ini, keberadaan agama Malim mengalami
krisis dilingkungan masyarakat.
Disamping pemerintahan Negara Indonesia memutuskan adanya enam agama
yang diakui Indonesia, penganut agama Malim tidak bisa lepas darikeenam agama
yang dikui oleh Negara. Dengan kata lain, Parmalim mempunyai hubungan (relasi)
dengan salah satu agama yang diakui oleh Negara. Artinya, tidak dapat dipungkiri
7
Universitas Sumatera Utara

bahwa agama Malim memiliki ketergantungan dengan agama yang diakui dan
dilayani oleh Negara, baik itu dalam pergaulan hidupdimasyarakat maupun identitas
mereka sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).
Fakta yang menggambarkan adanya relasi diantara Parmalim dengan agama
yang diakui dan dilayani oleh Negara yaitu; Pertama, pada saat mereka memasuki
lembaga pendidikan formal.Anak atau umat Parmalim harus memasuki atau memilih
salah satu dari agama yang diakui oleh Negara. Hal tersebut Sesuai dengan kurikulum

yang telah dibuat oleh pemerintah. Karena dibangku sekolah seluruh siswa harus
mendapatkan pendidikan agama untuk mengembangkan moral melalui nilai-nilai
agama dan tentunya ada pada agama yang diakui oleh Negara. Pendidikan Agama
Malim belum ada dan memang tidak diperbolehkan oleh Negara dibuat
disekolah.Kedua, ketikamereka yang bekerja di instansi pemerintahan. Ketika mereka
menjadi bagian dari instansi pemerintah, mereka memiliki sebuah agama tentunya
pada agama yang diakui oleh Negara tersebut.Ketiga, ketika mereka mengurus KTP
(Kartu Tanda Penduduk) dan KK(Kartu Keluarga) dan administrasi lainnya yang
berhubungan sebagai kelengkapan identitas Warga Negara Indonesia.Keempat, proses
pelakasanaan adat dalam masyarakat Batak. Adat Batak telah mengalami perubahan
pasca berkembangnya agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Keempat fakta
ini menggambarkan relasi agama Malim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh
Negara terjadi karena identitas agama Malim belum mendapatkan pengakuan dari
Negara.
Dalam penelitian ini, yang menjadi landasan penelitian adalahpeneliti
memfokuskan padarelasi Parmalim dengan agama yang diakui oleh Negara yang
8
Universitas Sumatera Utara

terdiri dari dua aspek yaiturelasi atas dasar kepentingan identitas Negara dan relasi

dalam pelaksanaan adat dalam masyarakat. Peneliti melihat fakta ini sering terjadi
pada umat Parmalim. Peneliti melihat disana adanya relasi atau hubungan Agama
Malim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Bertitik tolak dari hal
tersebut peneliti hendak melakukan suatu kajian ilmiah yang holistik dan menyeluruh
terhadap fenomena atau keadaan Parmalim pada saat ini.

1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik
atau judul penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini
yang menjadi perumusan masalah adalah:
1. BagaimanarelasiParmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh
Negara dalam konteks Politik
2. Bagaimana relasi Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh
Negara dalam proses pelakasanaan adat Batak.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkap keinginan peneliti dalam suatu
penelitian (Bungin,2007:77). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui relasi parmalim dengan agama yang diakui dan
dilayani oleh Negara dalam konteks politik dan mengetahui bentuk relasi
Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara dalam
pelaksanaan adat dalam masyarakat.
9
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk menggambarkan keberadaan agama Malim di tengah-tengah
masyarakat Batak Toba disamping berkembangnya agama yang diakui
oleh Negara.
1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat maupun sumbangsihnya bagi
diri sendiri khususnya maupun bagi masyarakat pada umumnya. Terutama pada
perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah.
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
sosial dan instansi yang terkait.
b. Untuk

melatih

dan

mengembangkan

kemampuan

penulis

melakukan penelitian di bidang ilmu sosial, khususnya dalam ilmu
sosiologi.
c. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian ilmiah bagi mahasiswa
khususnya sosiologi, dan dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan dapartemen
sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan sebagai masukan terhadap agama Malim dalam
menjalani kehidupan ditengah sistem agama yang dibuat oleh
pemerintah

10
Universitas Sumatera Utara

b. Menjadi sumbangan kepada agama Malim dengan masyarakat atau
agama lainnya supaya terbentuk relasi(hubungan) yang baik.
1.5. Defenisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep
mempermudah

dalam

memfokuskan

penelitian.

sangat diperlukan untuk
Agar

tidak

menimbulkan

kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka dibuat batasan
makna dan arti konsep yang dipakai. Konsep konsep yang penting dilakukan dalam
penelitian ini adalah
1. Agama
Secara sosiologis agama dilihat sebagai pemahaman dan pengalaman
masyarakat. Dalam konsep sosiologi, agama adalah suatu yang konfleks,
berbagai macam ragam, mengandung berbagai aspek: yang gaib dan yang
nyata, material dan spiritual, sosial dan individual, dihayati dengan
berbagai

penekanan

oleh

individu

dan

kelompok

masyarakat,

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek aspek sosio cultural, Artinya
agama dapat dilihat sebagai berikut:
Secara eksklusif, agama merupakan seperangkat kepercayaan dan simbolis
yang berkaitan dengan perbedaan antara sumber empiris dan super
empiris.
Secara inklusif, agama adalah suatu sistem kepercayaan yang disatukan
oleh praktek-praktek yang bertalian dengan hal-hal yang suci, hal-hal yang
dibolehkan dan dilarang.

11
Universitas Sumatera Utara

2. Relasi
Relasi merupakan adanya hubungan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dilandasi dengan
adanya permasalahan dan kepentingan.Defenisi relasi disini bisa
menghasilkan nilai positif maupun negatif. Dalam penelitian ini yang yang
menjadi konsep relasi merupakan hubungan antara Parmalim dengan
Agama yang diakui dan dilayani oleh Negara meliputi2 (dua) aspek;
1. Relasi Parmalim dengan Negara.
2. Hubungan Parmalim dengan Adat

ADAT

PARMALIM dan
AGAMA YANG
DIAKUI OLEH
NEGARA

PEMERINTAH/
NEGARA

3. Kepercayaan
Kepercayaan mengandung pengertian: kebatinan yang mengandaikan
adanya ruang lingkup didalam diri manusia yang bersifat kekal; kejiwaan
yang mengajarkan psychotehnik (tehnik kejiwaan) manusia menyadari apa
yang ada diluar dirinya. Kepercayaan yang bersifat abstrak atau yang
bersifat diatas pemikiran manusia.

12
Universitas Sumatera Utara

4. Parmalim
Kata “Parmalim” berasal dari bahasa Batak Toba yang berarti pengikut
kerajaan kesucian (hamalimon), par adalah pengikut dan malim adalah
suci, sedaangkan hamalimon berarti kesucian. Agama Malim atau disebut
Ugamo Malim menurut guru somalaing pardede merupakan lanjutan dari
agama lama, tetapi cara peribadatannya dipengaruhi oleh agama-agama
lain. Mereka berkumpul untuk berdoa kepada Debata Mulajadi Nabolon
(Tuhan Yang Maha Esa). Adakalanya mereka menggunakan istilah “
jahowa” yang berasal dari injil.
Agam parmalim adalah suatu bentuk keyakinan, kepercayaan (agama)
pada masyarakat batak yang menganggap bahwa manusia tidak lepas dari
eksistensi alam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan leluhur yang dianggap mengawasi kehidupan mereka sehari
hari.
5. Masyarakat Batak Toba
Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku bangsa besar yang ada di
Indonesia dan berasal dari daerah Sumatera Utara. Dalam penelitian ini,
Batak Toba adalah bagian masyarakat yang merupakan bagian khusus
batak bagian utara yang ada di Desa Saornauli Hatoguan, Kecamatan
Palipi, Kabupaten Samosir.

13
Universitas Sumatera Utara

6. Adat Batak Toba
Adat Batak Toba merupakan budaya atau kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat Batak sebagai turunan dari pada nenek moyang. Adat Batak
Toba merupakan hal yang tidak dapat dihilangkan. Hal tersebut bisa
dilihat dari umpasa (wejangan) nenek moyang terdahulu yang berkata “
Ompunta naparjolo martungkonton salagundi, Pinungka ni naparjo si
ihutononi na parpudi”, artinya apa yang sudah dibuat oleh nenek moyang
terdahulu harus lanjutkan oleh keturunannya.

14
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Konstruksi Upacara Sipaha Lima Dalam Kepercayaan Parmalim ( Studi Deskriptif Mengenai kepercayaan Parmalim Di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Kec. Laguboti, Kab. Toba Samosir )

10 105 131

Studi Deskriptif Dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata Pada Masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti Di Desa Siregar Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir

3 39 117

Pemolaan Komunikasi Ritual Pamaleon Bolon Sipahalimaajaran Kepercayaan Parmalim (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Pemolaan Komunikasi Ritual Pamaleon Bolon SipahalimaAjaran Kepercayaan Parmalim)

2 22 103

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

0 11 69

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 28 115

PANDANGAN HIDUP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

2 13 20

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 8

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 1

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 1 16

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 3