Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Menurut Kusmiyati (2009), status gizi merupakan hal yang penting
diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap
status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut
Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan
adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu
hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan
dan tidak berlebihan. Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat
menentukan kesehatan ibu hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi
ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus
mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral.
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu.
Kusmiyati (2009), mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya
penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada
masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25%
pada 20 minggu terakhir.
2. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG,
estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah,


Universitas Sumatera Utara

motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan
absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.
3. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada
pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir
kehamilan.
4. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah eritrosit 20-30%
sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan
menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan
akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan
plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin
pertumbuhan janin menjadi terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan
gizi pada ibu hamil adalah :
a. Buruknya status gizi ibu
b. Usia ibu yang masih sangat muda
c. Kehamilan kembar

d. Jarak kehamilan yang rapat
e. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
f. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
g. Konsumsi rokok dan alkohol

Universitas Sumatera Utara

h. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba),
(Aritonang, 2010).
Menurut Salmah (2006), peningkatan berat badan sangat menentukan
kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan
melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab
terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema,
hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan. Menurut Kusmiyati
(2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :
1. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir
seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
2. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan
berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
3. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari

kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.
2.1.1. Energi
Menurut Almatsier (2009), seorang wanita selama kehamilan memiliki
kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin,
pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, menurut
Mitayani (2010), tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk
proses metabolisme jaringan baru. Menurut Arisman (2004) ibu hamil memerlukan
sekitar 80.000 tambahan kalori pada kehamilan. Dari jumlah tersebut, berarti setiap
harinya tambahan kalori yang dibutuhkan ibu hamil adalah sekitar 300 kkal/hari.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Almatsier (2009), kebutuhan energi yang tinggi paling banyak
diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacangkacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padipadian, umbi-umbian, dan gula murni.
2.1.2. Protein
Menurut Aritonang (2010), pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan
protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan
baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak
925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan
dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan

pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari
asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Perkiraan faktorial protein terhadap
komponen-komponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen
Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan
Komponen Pertambahan
Berat (gr)
Protein (gr)
Janin
3400
440
Plasenta
650
100
Cairan amnion
800
3
Rahim

970
166
Darah
1250
81
Cairan Ekstrasellular
1680
135
Total
8750
925

Universitas Sumatera Utara

Menurut Almatsier (2009) bahan makanan hewani merupakan sumber protein
yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan
kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu,
serta kacang-kacangan.
2.1.3. Vitamin dan Mineral
Menurut Almatsier (2009), bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan

berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan
zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004
untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE,
vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat
+200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13
mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.
2.1.4. Zat Besi
Menurut Almatsier (2009), selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk
mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah
merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi
hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Menurut Arisman (2004), menyatakan total besi yang diperlukan selama
hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika

Universitas Sumatera Utara

melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan

rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel
darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan,
yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang
terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan
dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh
kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati
yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau
lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya.
Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari.
Adapun makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama
hamil diantaranya sebagai berikut :
a. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging,
sayur, dan buah yang kaya vitamin C.
b. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi
(Aritonang, 2010).
Tambahan vitamin dan mineral bagi ibu hamil tidak melebihi 100% terkecuali
zat besi. Jumlah sebanyak ini tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh
karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil
status gizinya sudah baik.


Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dkk (2011), di wilayah
kerja puskesmas Barandasi dan carangki Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
diperlukan konsumsi suplementasi tablet besi dan menjadi suatu pilihan yang tepat
untuk mencukupi kebutuhan besi ibu selama hamil. Akan tetapi, pada penelitian yang
dilakukan dari 200 sampel, 188 sampel ibu hamil diantaranya yang mengkonsumsi
tablet besi, masih terdapat 40,4% yang mengalami anemia, dan ibu hamil yang
mengalami anemia rata-rata hanya mengkonsumsi tablet besi sebanyak 30 biji. Masih
tingginya angka anemia pada ibu hamil sekalipun telah disuplementasi tablet besi,
karena jumlah tablet Fe yang dikonsumsi oleh ibu hamil rata-rata hanya kurang dari
30 biji, belum dapat memenuhi kebutuhan zat besi ibu, apalagi asupan makanan yang
kaya akan zat besi jumlahnya juga sangat rendah. Maka dari itu pola konsumsi ibu
hamil berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin dan konsumsi tablet besi.
2.1.5. Asam Folat
Menurut Aritonang (2010), asam folat berperan dalam berbagai proses
metabolik seperti metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat
sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat. Selain itu Almatsier (2009),
menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah

dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya.
Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju
mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan
mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan

Universitas Sumatera Utara

seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage
(pendarahan).
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200
µg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen.
Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari
pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari,
masing-masing pada trimester I, II, dan III. Jenis makanan yang banyak mengandung
asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan,
daging, jeruk, dan telur.
2.1.6 Vitamin B12
Vitamin B12 merupakan vitamin larut air yang berperan penting dalam
berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin

ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada
sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi
(Anonim, 2012).
Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang sangat
kecil yaitu 2 mikro-gram per hari. Vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging
hewan dan produk-produk hewani. Orang yang hanya makan sayuran (vegetarian)
dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi (kekurangan) dengan menambah
konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu butir
telur untuk satu harinya. Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua
produk dari hewan dapat memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi

Universitas Sumatera Utara

yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12 (Anonim,
2008).
2.2 Pola Makan Ibu Hamil
Menurut Sediaoetama (1996), keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari
pola makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
hidangan. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan
adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan

maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan (food patern) diartikan sebagai cara
seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan sosioekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada
(2009), menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi
pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis
makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat
tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ
serta menghasilkan energi.
Menurut Almatsier (2009), di dalam susunan pola makan seseorang ada satu
bahan makanan yang dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap
apabila bahan makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan

Universitas Sumatera Utara

makanan pokok. Di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa
daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar.
Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa
faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan.
Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat
mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural
setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut
Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan
menurut aspek sosio-kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik),
untuk menyatakan jati diri, fungsi religi (magis), fungsi komunikasi, status
ekonomi, dan sebagai simbol kekuasaan. Jumlah penduduk adalah kunci utama
yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu
daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi pola konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan,
pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi
berkurang pula.
Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu :
1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang
dihitung untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif mengenai asupan zat
gizi tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang
dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur,
dan kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).
3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan
makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu,
bulan, dan tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan
secara kualitatif (Supariasa, 2002).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nila Krisnawati (2010),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu
dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Oleh karena itu
ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi sumber
karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu
dan bayi. Sedangkan menurut Husada (2009), juga menyatakan bahwa salah satu
pedoman pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:
1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti,
dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang
mengandung lemak.
2. Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari
hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang,
udang, kepiting, susu, serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang
mengandung protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah,

Universitas Sumatera Utara

kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu,
dan lain sebagainya.
3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan
melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah
semua jenis sayu-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung
berbagai macam vitamin dan mineral.
Menurut Thorn (2003), mengungkapkan cara termudah untuk menjamin pola
makan yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara
keseluruhan, karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan
kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat
hamil, akan dapat mengurangi resiko pembentukan janin abnormal dan membantu
menjamin bayi tumbuh dengan baik.
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu
diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu
susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang
bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi
karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi
makanan produk susu.
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu
dan pertumbuhan bayi.
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin,
mineral).
3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar
gula darah, dan tekanan darah.
Menurut Sophia (2009), menyatakan kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih
banyak daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan
tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Zat Gizi pada Ibu Hamil
Menurut Baliwati dkk (2004), masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat
berkaitan erat dengan pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi
pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan
pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya
pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan.
1. Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Menurut Supariasa (2002), pendidikan kurang merupakan salah satu faktor
yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan
seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan
menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap
rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun
kuantitasnya.
Menurut Suharjo (2003), studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh
Jerome yang dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk
makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan
pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan
sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan
antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok
yang kebudayaannya cenderung berubah.
2. Tabu Makanan (Pantangan)
Menurut Sediaoetama (1999), pantangan atau tabu adalah suatu larangan
untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya
terhadap barang siapa yang melanggarnya. Beberapa alasan tabu diantaranya
khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi,
khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani
karena disucikan oleh adat/budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar (2010), menyimpulkan bahwa
kepercayaan berpantang makanan tertentu memiliki kontribusi terhadap kejadian

Universitas Sumatera Utara

anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan
yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya.
Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek,
dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas,
durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan.
Menurut Sediaoetama (1999), di beberapa negara berkembang umumnya
masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil,
tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua
tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas
pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya
untuk jangka panjang.
2.4. Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Menurut Supariasa (2002), Hemoglobin adalah parameter yang digunakan
secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Gejala awal anemia berupa badan
lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku
tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Besarnya kadar
hemoglobin pada ibu hamil dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah
yang dikelompokkan :
Normal

: ≥ 11 gr/dl

Anemia

: < 11gr/dl

Universitas Sumatera Utara

Menurut Supariasa (2002), di antara metode yang paling sering digunakan di
laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih
adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode Sahli,hemoglobin dihidrolisis
dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna
yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata
telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang
diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan
cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya
dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai
peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai
dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih
canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi
oleh 11 kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan
ion sianida (CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat
ini masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya.

Universitas Sumatera Utara

2.5. Pola Konsumsi Pangan dan Kadar Hemoglobin
Pola konsumsi telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah
gizi pada ibu hamil. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil
adalah anemia gizi. Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah
anemia gizi besi disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
gangguan resorpsi. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dapat memberikan
dampak negatif terhadap janin yang dikandungnya dan ibu dalam kehamilan. Anemia
gizi besi dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah zat besi dalam
makanan tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan meningkat, kekurangan
darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan
yang rendah tentang zat besi, dan terdapat zat penghambat penyerapan zat besidalam
makanan (Bakta, 1994).
Menurut Wirakusumah (1999), bila seseorang kurang pengetahuan tentang
gizi menyebabkan seseorang tidak mengerti mengenai komponen-komponen yang
terdapat dalam bahan makanan yang berhubungan dengan kesehatan atau yang lebih
dikenal dengan istilah zat-zat gizi termasuk pentingnya zat besi bagi ibu hamil.
Kurangnya zat besi bagi ibu hamil akan mengakibatkan kecepatan pembentukan
hemoglobin dan konsentrasinya dalam peredaran darah menurun sehingga akan
terjadi anemia. Kurangnya asupan nutrisi akan mengakibatkan malnutrisi yang akan
mempengaruhi kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasi dalam darah
menurun sehingga menyebabkan anemia. Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu
hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr/dl. Anemia dalam kehamilan

Universitas Sumatera Utara

disebabkan karena banyaknya wanita yang memulai kehamilan dengan cadangan
makanan yang kurang. Saat ini kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih
banyak dibandingkan sebelum hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan untuk
pembentukan sel-sel darah merah, janin dan plasenta, dimana anemia dalam
kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kurang masuknya zat besi
dalam makanan.
Hasil penelitian yang dilakukan Puji dkk (2010) di Puskesmas Kassi - Kassi
Makassar menunjukkan dari 51 sampel bahwa sebagian besar pola konsumsi ibu
hamil, sebagian besar pola konsumsi kurang sebanyak 28 orang (55%) sedangkan
pola konsumsi cukup sebanyak 23 orang (45%). Berdasarkan hasil analisis Uji ChiSquare, diiperoleh nilai X² hitung = 5,942 > X² dan nilai r = 0,015 < 0,05 hal ini
menunjukkan ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada
ibu hamil. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan atau tabu pada ibu hamil
sehingga ada bahan makanan tertentu yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil
seperti larangan mengkonsumsi udang yang merupakan pelancar absorpsi zat besi.
Larangan ini akan berakibat pada terhambatnya absorpsi zat besi pada ibu hamil yang
akan menyebabkan terjadinya anemia. Selain itu juga terkait dengan konsumsi
makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang mengandung zat besi rendah dan
kaya akan phytat dimana zat ini menurunkan bioavailibilitas zat besi.
Wanita hamil dengan sosial ekonomi rendah cenderung akan mengalami
kekurangan gizi pada kehamilan. Dengan asupan gizi yang kurang, maka akan
berakibat terjadinya anemia pada kehamilan, hal tersebut akan berpengaruh pada

Universitas Sumatera Utara

kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi kerena konsumsi bahan pangan
kaya zat besi sangat membantu penderita anemia gizi besi, perlu diperhatikan juga
konsumsi bahan pangan sumber vitamin C dan protein yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi didalam tubuh. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
penurunan kadar hemoglobin, salah satunya adalah dengan cara memberikan nutrisi
yang seimbang, dalam hal ini mengenai pola nutrisi baik jenis, jadwal dan jumlahnya,
serta pemberian tablet Fe secara teratur (Wirakushumah, 1999).
2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pola Konsumsi Pangan
- Kecukupan Gizi
(energi, protein, zat
besi, asam folat,
vitamin B12)
Kadar Hemoglobin
Konsumsi suplemen tablet
besi

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yang diteliti
adalah kecukupan meliputi energi, protein, zat besi dan asam folat, vitamin B12 dan
tablet besi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan kecukupan energi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.
2. Ada hubungan kecukupan protein dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.
3. Ada hubungan kecukupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.
4. Ada hubungan kecukupan asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.
5. Ada hubungan kecukupan vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.
6. Ada hubungan konsumsi tablet besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Trombosit pada Ibu Hamil Normal, Penderita Pre-eklamsia dan Eklamsia di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

6 92 46

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan

6 107 70

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

1 4 86

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 17

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 5

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 1 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil - Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2013

0 2 20

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 17