Perbedaan Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah yang Sudah Pernah dan Tidak Pernah Dilakukan Family Centered Care di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Anak adalah tunas bangsa potensi dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa. Anak juga memiliki peran strategi dan mempunyai cirri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa
mendatang. Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik mental dan sosial, dan berakhlak
mulia, serta perlindungan untuk mewujudkan kesejahtraan anak (Undang-Undang
Perlindungan Anak, 2002).
Kesejahtraan anak dapat terganggu oleh proses hospitalisasi yang dijalani oleh
anak. Hospitalisasi didefenisikan sebagai masuknya individu kerumah sakit sebagai
seorang pasien, berbagai alasan pasien masuk kerumah sakit seperti jadwal test
diagnostic, prosedur tindakan, pembedahan, perawatan medis di unit kegawatdaruratan,
pemberian medikasi, dan stabilisasi (Castello 2008, dalam Muningar, 2008).
Menurut Smith (2010), hampir 4 juta anak di dunia dalam setahun mengalami
hospitalisasi, 6% diantaranya

berumur dibawah 7 tahun.

Di Amerika Serikat,


diperkirakan jumlah anak yang dirawat setiap tahunnya 5% dan belum termasuk kasus
bedah elektif yang dialami oleh anak (Simon & Tiedema, 2012 dalam Simunati, 2014).
Tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 27%
dari jumlah total penduduk Indonesia, dan diperkirakan 3/100 anak menjalani
hospitalisasi, 45% diantaranya mengalami kecemasan akibat hospitalisasi. Kecemasan

1
Universitas Sumatera Utara

adalah suatu keadaan perasaan keprihatinan rasa gelisah dan ketidak tentuan, atau takut
dari kenyataan atau presepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal
(Purmailani, 2014).
Umumnya Rumah Sakit merupakan pengalaman stress bagi anak-anak, anak
memiliki rasa takut dan kekhawatiran mengenai penyakit dan perawatan dirumah sakit.
Dirawat di Rumah Sakit, anak berpotensi untuk kehilangan control dan stress (Dennis et
al., 2010) menilai kekhawatiran anak-anak berusia 10 sampai 12 tahun untuk menjalani
oprasi pertama kalinya. Mereka ketakutan, kehilangan kontrol, rasa sakit atau
ketidaknyamanan, suntikan, tertinggal di perstasi sekolah, penghancuran citra tubuh,
pemisahan dari signifikan lainnya, gangguan teman sebaya dan kematian. Ini sama

ketakutan yang dilaporkan oleh 63 anak-anak berusia 12 sampai 17 tahun (Regan, 2006)
studi yang menunjukkan bahwa anak-anak dari segala usia dapat mengalami berbagai
ketakutan.
Family centered care (FCC) merupakan komponen penting dari keperawatan
anak (Neal et al., 2007). Family centered care adalah merupakan sumber kekuatan dan
dukungan utama bagi anak selama menjalani proses hospitalisasi. Family centered care,
yang berpusat pada keluarga yang di defenisikan sebagai hubungan kalaboratif antara
keluarga dan professional menjadi responsive terhadap prioritas dan kebutuhan keluarga
dimana mereka mencari kesehatan (Coker Rodriguez, & Flores, 2010). Sejalan dengan
hasil riset (Kusumaningrum, 2010)

dalam aplikasi family centered care anak

prasekolah akan lebih nyaman dengan menunjukkan tidak pernah atau jarang menangis,
sehingga klien tidak perlu diberikan obat-obat seperti penenang, analgetik berlebihan,

2
Universitas Sumatera Utara

hal ini juga dapat dilihat dengan adanya penurunan kecemasan orang tua terhadap

anaknya.
Hasil penelitian Lestari (2013), menunjukkan rata-rata score distress pada anak
yang diberikan dekapan keluarga dan posisi duduk saat dilakukan tindakan pemasangan
infus sebesar 2,30% dan rata-rata distress pada anak yang tidak diberi dekapan keluarga
dan posisi duduk saat pemasangan infus sebesar 3,25%. Hasil ujistatistik menunjukkan
ada pengaruh dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk terhadap distress anak
yang dilakukan pemasangan infus. Penelitian ini mengungkapkan hasil bahwa peraktek
CFCC meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, penurunan kecemasan pada anak
dan orangtua, memfasilitasi pemulihan yang lebih cepat dari prosedur medis yang
seharusnya, memiliki dampak fositif pada kesehatan mental ibu yang memiliki anak
dengan penyakit kronik, meminimalkan biaya kesehatan, dan peningkatan kepuasan staf
(American Academy of Pediatrics and Institute for Family Cetered Care, 2003).
Hal di atas sesuai dengan dua prinsip perawatan anak yang berfokus pada
keluarga. Prinsip pertama adalah didasarkan pada saling menghormati dan bekerjasama
antara keluarga dengan perawat yang memberikan pelayanan sehingga dapat terbina
hubungan kemitraan. Prinsip ke dua adalah kalaborasi antara orangtua dan dengan
perawat yang dapat menentukan tingkat keterlibatan keluarga dan pengasuh. Analisis
konsep Family Centered Care (FCC) seperti yang dilakukan di Neonatal Intensif Care
Unit (NICU) menggambarkan bahwa terdapat lima karakteristik dalam FCC yaitu: 1)
“koalisi” yang mengandung makna menghormati tim perawatan bayi, 2) “komunikasi”

terbuka antara perawat dengan keluarga dengan fokus khusus

dari penyediaan

pelayanan kesehatan” yang mengandung arti aktif untuk mencari pemahaman presepsi

3
Universitas Sumatera Utara

dan keprihatinan keluarga, 3) menyadari dan mendukung kekuatan keluarga, 4)
menerima individualitas dan keragaman dan 5) mengakui keluarga sebagai ahli dalam
perawatan anak mereka (Harison, 2009, dalam Kusumaningrum, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka hospitalisasi disamping memberikan dampak
fositip juga dapat memberikan dampak negatif pada anak. Hal ini menjadi tantangan
bagi seorang perawat untuk menfasilitasi anak agar anak merasakan aman dan nyaman
selama perawatan sehingga anak akan lebih kooperatif dalam menerima tindakan
keperawatan. Cara yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan melakukan Family
Centered Care (FCC).
2. Permasalahan
Family centered care adalah perawatan yang berpusat pada keluarga telah

menjadi pendekatan mendasar yang dipromosikan oleh perawat professional dalam
peraktek pediatric. Perawat berada dalam posisi yang unik untuk membantu
mempasilitasi perawatan yang berpusat pada keluarga pengalaman

positif bagi

keluarga selama anak mereka menjalani rawat inap (Follet, 2006).
Kethleen et al. (2006) mengatakan bahwa penurunan kecemasan pada anak dan
orangtua yang difasilitasi dengan family centered care pemulihannya lebih cepat dari
prosedur medis yang seharusnya, hal ini memiliki dampak fositif pada kesehatan
mental anak dengan penyakit kronik, dan juga menurunkan biaya kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dinyatakan dengan
pertanyaan penelitian:
2.1 Bagaimana tingkat kooperatif anak usia prasekolah yang sudah pernah
dilakukan family centered care

4
Universitas Sumatera Utara

2.2 Bagaimana

dilakukan

tingkat kooperatif anak usia prasekolah

yang tidak pernah

family centered care

2.3 Apakah ada perbedaan tingkat kooperatif anak usia prasekolah yang dilakukan
dan tidak dilakukan family centered care
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
3.1 Untuk mengetahui perbedaan tingkat kooperatif anak usia praekolah (3-5 tahun)
yang telah dilakukan dan tidak dilakukan Family Centered Care (FCC)
4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
4.1 Peneliti
sebagai pengalaman, serta menambah informasi dan menambah wawasan
penelitian dalam melakukan penelitian.
4.2 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan bacaan tentang
perbedaan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang dilakukan dan
tidak dilakukan pendekatan family centered care
4.3 Institusi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan proses
keperawatan khususnya dalam perbedaan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah (3-5
tahun) yang dilakukan dan tidak dilakukan pendekatan family centered care

5
Universitas Sumatera Utara

4.4 keluarga Penderita
Menambah informasi dan wawasan tentang perbedaan tingkat kooperatif anak
usia pra sekolah (3-5 tahun) yang dilakukan dan tidak dilakukan pendekatan family
centered care
4.5 Peneliti Lain
Sebagai data dasar bagi peneliti lain yang akan meneliti mengenai perbedaan
tingkat kooperatif anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang dilakukan dan tidak
dilakukan pendekatan family centered care


6
Universitas Sumatera Utara