T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Sikap Empati terhadap Teman Sebaya Melalui Teknik Modeling pada Siswa Kelas VII D SMP Stella Matutina Salatiga T1 Full text
MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN
SEBAYA MELALUI TEKNIK MODELING PADA SISWA
KELAS VII D SMP STELLA MATUTINA SALATIGA
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Violentina Simamora
132013050
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017
MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN
SEBAYA MELALUI TEKNIK MODELING PADA SISWA
KELAS VII D SMP STELLA MATUTINA SALATIGA
Oleh : Violentina Simamora, 132013050
Pembimbing :
Drs. Sumardjono, Pm., M.Pd dan Drs. Umbu Tagela, M.Si
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi Teknik Modeling
dalam meningkatkan Sikap Empati Siswa kelas VII D SMP Stella Matutina
Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VII D SMP Stella Matutina Salatiga yang
berjumlah 13 orang siswa yang masuk kedalam kategori sikap empati rendah dan
sangat rendah yang ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan
data dengan menyebarkan instrument skala empati berdasarkan Eisenberg (2002).
Teknik analisis data menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan pretest dari kedua kelompok eksperimen dan kontrol
yang menghasilkan p = 0.566 > 0,050, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian
eksperimen dapat dilanjutkan. Hasil analisis data setelah posttest, menghasilkan
signifikansi peningkatan antara kelompok eksperimen pretest dengan kelompok
eksperimen posttest diperoleh nilai Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,002 < 0,05
dengan nilai mean reank pretest kelompok eksperimen 4.00 dan nilai posttest
kelompok eksperimen 11.00, sehingga dapat dikatakan bahwa ada peningkatan
yang signifikan antara pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan treatment
dan posttest kelompok eksperimen setelah diberikan treatment. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang di ajukan “Teknik modeling dapat
meningkatkan sikap empati secara signifikan terhadap teman sebaya pada siswa
kelas VII D SMP Stella Matutina Salatiga” diterima.
Kata kunci:Meningkatkan Sikap Empati, TeknikModeling, SiswaKelas VII D
1
sebayanya, merupakan dampak dari
PENDAHULUAN
Manusia
adalah
makhluk
sosial yang tidak mungkin bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dalam
kehidupan
manusia
tidak
sehari-hari
bisa
lepas
dari
hubungan dengan yang lainnya. Di
zaman globalisasi ini atau biasa
disebut
dengan
zaman
modern
menyebabkan semakin menipisnya
empati pada diri tiap individu.
Semakin modern dunia semakin
tinggi
pula
individu,
terhadap
dilakukan.
egoisme
sehingga
sesama
pada
tiap
kepedulian
sangat
Kenyataan
jarang
yang
ada
sekarang ini cinta terhadap manusia
semakin menipis sehingga tidak
adanya kepedulian terhadap sesama.
Individu zaman sekarang ini lebih
disibukkan dengan cintanya terhadap
diri
sendiri
sendiri.
Hal
menyebabkan
dan
kehidupannya
inilah
yang
timbulnya
masalah
sosial yang sering kita temui saat ini.
Berbagai macam masalah dari segala
aspek kehidupan yang timbul dan
sering kita lihat sehari-hari termasuk
salah satunya adalah hubungan antar
pribadi seseorang dengan teman
miskinnya
empati
dikehidupan
sosialnya terkhusus dengan temanteman
sebayanya
di
lingkungan
sekolah. Banyak ditemukan siswa
yang hanya mementingkan dirinya
sendiri tanpa peduli dengan teman
sebayanya,
berdasarkan
hasil
wawancara yang pernah dilakukan
pada 7 orang siswa kelas VII di SMP
STELLA MATUTINA SALATIGA
mengakui
ketika
menguasai
satu
biasanya
siswa
mata
cenderung
tersebut
pelajaran
tidak
mau
mengajarkan teman sekelasnya yang
lain karena menganggap bahwa itu
adalah suatu ancaman baginya takut
nilai nya tersaingi. Padahal belum
tentu siswa tersebut bisa menguasai
mata pelajaran yang lain, ketika
kesulitan dengan mata pelajaran
yang
lain
tentu
membutuhkan
bantuan teman yang sebayanya untuk
mengajarinya. Guru BK di SMP
STELLA MATUTINA SALATIGA
juga mengatakan bahwa di kelas VII
D memang banyak sekali siswa yang
bersikap egois dan ingin menang
sendiri,
membeda-bedakan
teman
dan bahkan sering berkelahi karena
hal sepele sampai saling mengejek
2
satu dengan yang lain nya. Untuk
mengatasi,
mengurangi
dan
Bimbingan
merupakan
kelompok
proses
pemberian
hal-hal tersebut maka
bantuan yang diberikan individu
sikap empati sangatlah diperlukan
dalam situasi kelompok. Bimbingan
dalam
hubungan
kelompok ditujukan untuk mencegah
pertemanan yang lebih baik agar bisa
timbulnya masalah pada siswa dan
saling melengkapi. Sikap empati
mengembangkan kepribadian siswa.
sangatlah
dalam
(Romlah 2001). Salah satu teknik
baik,
dalam bimbingan kelompok adalah
terutama pertemanan dengan teman
teknik modeling. Menurut Bandura
sebaya.
(1997) mengatakan bahwa modeling
mencegah
menjalin
diperlukan
membangun
hubungan
Sikap
empati
dapat
mengajarkan kita bagaimana caranya
adalah
bersikap pada lingkungan dimana
observasi dari model. Dengan teknik
tempat kita berada, memahami teman
modeling
sebaya dan dapat membantu teman
mengembangkan kepribadian yang
kita
positif
ketika
masalah.
sedang
Karena
menghadapi
pada
dasarnya
bisa
hidup
sendiri
dan
dengan
melalui
siswa
dan
dapat
mengurangi
peluang
terjadinya permasalahan sosial.
Modeling merupakan salah
manusia adalah makhluk sosial yang
tidak
belajar
satu
teknik
dalam
membantu
membutuhkan orang lain didalam
individu untuk mempelajari perilaku
melangsungkan
tertentu. Modeling adalah belajar
kehidupannya.
Tanpa adanya sikap empati, siswa
dengan
akan mendapatkan masalah sosial
dengan
seperti, tidak mempunyai teman yang
mengurangi
mengakibatkan seorang siswa akan
teramati.
kesulitan
hendak
teknik untuk mengajari si pengamat
membutuhkan bantuan dari teman
keterampilan dan aturan perilaku.
yang lain, kemudian siswa akan
Menghilangkan
menjadi egois.
hambatan perilaku yang sudah ada
ketika
mengamati
menirukan
menambahkan
tingkah
Modeling
atau
laku
atau
yang
merupakan
mengurangi
dalam modeling. Perilaku orang
yang dijadikan sebagai model dapat
3
berfungsi sebagai pengingat atau
seseorang
isyarat
identitas dan sikap dirinya.
bagi
orang
yang
mengamatinya. Jones (2011).
menjadi
kehilangan
Selanjutnya Eisenberg (2002)
juga menyatakan empati penting bagi
KAJIAN PUSTAKA
individu,
a)
Istilah empati berasal dari
Jerman,
secara
berbeda.
baik,
keadaan emosi atau kondisi lain, dan
b)
merasa
pemahaman keadaan emosi, yaitu
tidak kehilangan realitas dirinya. Hal
ini berarti emosi yang tergugah untuk
ikut merasakan apa yang orang lain
rasakan
tidak
lantas
Mempercepat
hubungan
individu akan mudah untuk
Sedangkan
dirasakan orang lain namun tetap
dan
untuk berempati, maka setiap
pengalaman
seseorang dapat merasakan apa yang
optimis
Jika setiap orang berusaha
sendiri kedalam posisi orang lain dan
ketika
sifat
dengan orang lain
kemampuan untuk meletakkan diri
terjadi
penyesuaian
fleksibel.
sendiri. Empati juga adalah bentuk
empati
maka
dalam
lain. Sebuah afektif, yaitu sebagai
dimana
yang
dirinya akan dimanifestasikan
yang mirip dengan perasaan orang
tersebut.
Orang
memiliki rasa empati yang
dari penangkapan atau pemahaman
lain
ada
sudut pandang setiap orang
sebuah respon afektif yang berasal
menghayati
karena
kesadaran dalam diri bahwa
(2002) menyatakan empati adalah
situasi orang lain dari situasi diri
Menyesuaikan diri
adaptasi
harfiah
berarti “merasa terlibat” Eisenberg
orang
empati
Empati mempermudah proses
kata Einfuhlung yang digunakan oleh
mampu
dengan
seseorang dapat:
EMPATI
psikolog
karena
diterima
dan
dipahami oleh orang lain.
c)
Meningkatkan harga diri
Empati dapat meningkatkan
harga diri seseorang.Dimulai
dari
peran
empati
dalam
hubungan sosial. Hubungan
sosial
merupakan
media
membuat
4
berkreasi
dan
menyatakan
identitas diri.
d)
lain
yang
seolah-olah
dialami
individu itu sendiri yang berasal dari
Meningkatkan
pemahaman
diri
keadaan atau kondisi emosi orang
lain yang mirip dengan keadaan atau
Kemampuan
perasaan
memahami
orang
lain
menunjukkannya
emosi
orang
tersebut.
Empati
dan
merupakan bagian penting social
cara
competency
(kompetensi
sosial).
berkomunikasi tanpa harus
Empati juga merupakan salah satu
secara nyata terlibat dalam
dari unsur-unsur kecerdasan sosial
perasaan
lain,
yang terinci dan berhubungan erat
seseorang
dengan komponen-komponen lain,
individu sadar bahwa orang
seperti empati dasar, penyelarasan,
lain
melakukan
ketepatan empatik dan pengetian
penilaian
berdasarkan
sosial. Dasar empati yakni memiliki
perilakunya.
Hal
itu
perasaan dengan orang lain atau
menyebabkan individu lebih
merasakan isyarat-isyarat emosi non
sadar
verbal.
orang
menyebabkan
dapat
dan
memperhatikan
pendapat orang lain tentang
dirinya.
Melalui
tersebut
akan
proses
MODELING
terbentuk
Modeling merupakan proses
pemahaman diri yang terjadi
bagaimana
individu
dengan perbandingan sosial
mengamati
orang
yang
dengan
merupakan salah satu komponen
membandingkan diri sendiri
teori belajar sosial. Bandura, 2006
dengan orang lain.
(dalam Erford 2016).
dilakukan
Berdasarkan
belajar
lain
dari
yang
pengertian
Bandura (2006) menyebutkan
empati dari Eisenberg (2002) dapat
3 tipe dasar modeling diantaranya
ditarik kesimpulan bahwa empati
yaitu:
adalah
a.
kemampuan
seseorang
didalam memahami perasaan orang
Overt
modeling
(atau
live
modeling) jadi proses individu
5
belajar
b.
c.
dengan
melalui
b.
Proses Retensi, proses dimana
pengamatan pada lebih dari satu
klien
harus
mampu
contoh
mempertahankan/
menyimpan
untuk
mengambil
kekuatan dan gaya dari orang-
pengamatan atas peristiwa yang
orang yang berbeda.
di contohkan.
Proses
Reproduksi,
mengilustrasikan perilaku target
dimana
klien
melalui rekaman video atau
secara
audio.
mereproduksi perilaku yang di
Convert modeling dimana tipe
contohkan.
Symbolic modeling melibatkan
ini mengharuskan klien untuk
c.
d.
perlu
motorik
proses
mampu
untuk
Proses Motivasi, klien harus
membayangkan perilaku target
termotivasi,
yang dilakukan dengan sukses,
(motivasi intrinsik) atau melalui
baik oleh dirinya maupun orang
penguatan
eksternal,
untuk
lain
melakukan
perilaku
target
Maka
dapat
secara
internal
(motivasi).
disimpulkan
bahwa didalam penerapan teknik
modeling itu mempunyai tiga tipe
METODE PENELITIAN
Subjek
dasar yang perlu diperhatikan, agar
dalam penerapan teknik modeling
Bandura
2006
menyebutkan pula empat proses
dalam modeling, yaitu proses atensi,
proses retensi, proses reproduksi dan
Proses Atensi, proses dimana
klien
harus
memperhatikan
modeling.
siswa kelas VII D SMP Stella
siswa.
menjadi
Subyek
dua
penelitian
dibagi
kelompok
yaitu
kelompok eksperimen 7 orang siswa
dan kelompok kontrol 6 orang siswa.
Tabel 1. Desain Penelitian
proses motivasi.
a.
adalah
Matutina Salatiga yang berjumlah 13
bisa lebih optimal.
Kemudian
penelitian
mampu
demonstrasi
E
O1
X1
O2
K
O1
-
O2
Keterangan:
O1 & O2
: Tes awal dan tes
akhir
untuk
6
E
melihat
adopsi oleh penulis. Skala empati
kemampuan awal
tersebut
siswa
pernyataan. Prosedur pengisian skala
sebelum
terdiri
dari
22
item
treatment
empati sangat mudah dan sederhana.
dilakukan
Responden diminta untuk memilih
jawaban
: Kelompok
“Sangat
Tidak
Setuju”
eksperimen
(STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju”
(Kelompok yang
(S)
menggunakan
terhadap
layanan
tercantum
Bimbingan
sesuai dengan keadaan dirinya.
dan
“Sangat
item
pada
Setuju”
(SS)
pernyataan
yang
angket
tersebut
Kelompok teknik
HASIL PENELITIAN
modeling)
K
Dalam
: Kelompok
pemberian
Kontrol
(Kelompok yang
tidak
menggunakan
metode apapun)
X
kelompok
eksperimen
sebanyak
8
diterapkan
pertemuan.
Setelah
pemberian treatment selesai, skala
empati yang sama dengan pretest
untuk mengetahui perbedaan dari
Kelompok
teknik
kedua kelompok pada saat posttest.
Berikut adalah hasil sebaran pretest
modeling)
dan
data
kepada
eksperimen dan kelompok kontrol
(Bimbingan
Pengumpulan
perlakuan
ini
dilakukan kembali oleh kelompok
: Treatment
dengan
penelitian
dalam
penelitian ini menggunakan skala
empati dari Eisenberg. Penelitian ini
menggunakan skala empati yang di
adaptasi oleh Pramuaji (2012) dari
posttest
dari
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 2.
Sebaran Frekuensi
Kelompok
Kelompok
Kontrol
Inte
Kate
Eksperime
rval
gori
n
Eisenberg (2002) yang kemudian di
7
76-
Sang
83
at
Pret
Post
Pret
Post
sangat rendah dan 3 orang siswa
est
test
est
test
memiliki sikap empati rendah dan
0
2
0
0
pada posttest kelompok kontrol yang
berjumlah 6 orang siswa memiliki
Ting
sikap empati rendah.
gi
67-
Ting
75
gi
58-
Ren
66
dah
49-
Sang
57
at
0
5
0
0
4
0
3
6
Tabel 3. Perbedaan pretest dan
posttest kelompok eksperimen
Ranks
3
0
3
0
KELOM
POK
N
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Ren
NILAI
dah
1
7
4.00
28.00
2
7 11.00
77.00
Total
Pada tabel 2 dapat dilihat
14
bahwa pretest kelompok eksperimen,
diantara 7 siswa terdapat 3 orang
b
Test Statistics
siswa memiliki sikap empati sangat
rendah dan 4 orang siswa memilki
NILAI
Mann-Whitney U
.000
sikap empati rendah, sedangkan dari
Wilcoxon W
28.000
hasil posttest kelompok eksperimen
Z
-3.144
terdapat diantaranya 5 orang siswa
Asymp. Sig. (2-tailed)
memiliki sikap empati tinggi dan 2
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
.001
a
Pada tabel 3 diperoleh nilai
orang siswa memiliki sikap empati
sangat
tinggi.
Dengan
demikian
Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,002 <
semua
siswa
dalam
kelompok
0,05 dengan nilai mean reank pretest
eksperimen mengalami peningkatan
kelompok eksperimen 4.00 dan nilai
sikap
pada
posttest kelompok eksperimen 11.00
pretest kelompok kontrol, dari siswa
sehingga dapat dikatakan bahwa ada
dengan jumlah 6 anak terdapat 3
peningkatan yang signifikan antara
orang siswa memiliki sikap empati
pretest
empati.
Sedangkan
kelompok
eksperimen
8
Terjadinya perbedaan mean
sebelum diberikan treatment dan
posttest
kelompok
eksperimen
rank kelompok eksperimen = 10.00
dan
setelah diberikan treatment.
kelompok
kontrol
=
3,50
tersebut menunjukkan bahwa ada
PEMBAHASAN
peningkatan yang signifikan sikap
Berdasarkan
analisis
yang
telah dilakukan oleh penulis, terlihat
tidak ada perbedaan sikap empati
siswa antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol saat pretest
dengan nilai Asymp. Sig 0.566
>
0,050. Setelah kelompok eksperimen
empati siswa kelas VII D SMP Stella
Matutina Salatiga terhadap teman
sebaya nya dengan melalui teknik
modeling yang dilakukan dengan
baik sehingga proses belajar melalui
model dapat berpengaruh terhadap
siswa.
diberi perlakuan dengan bimbingan
kelompok teknik modeling selama 8
Layanan kegiatan bimbingan
pertemuan, terjadi perbedaan yang
kelompok dengan teknik modeling
signifikan
kelompok
ini dilakukan pada kelas VII D yang
eksperimen dan kelompok kontrol.
memiliki kategori empati rendah dan
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
sangat rendah dengan jumlah 13
hasil posttest dengan nilai Asymp.
siswa yang didapat berdasarkan hasil
Sig 0,003 < 0,050. Serta dapat dilihat
pre-test
dari
kelompok
kemudian siswa tersebut diberikan
eksperimen mengalami perbedaan
layanan bimbingan kelompok teknik
yang signifikan sebelum dan sesudah
modeling guna meningkatkan empati
eksperimen, yaitu 7.57 pada saat
terhadap teman sebaya. Skala yang
sebelum
digunakan
setelah
antara
rata-rata
mean
eksperimen
selesai
dan
eksperimen.
10.00
Hal
dipertemuan
dalam
terdahulu,
penelitian
ini
adalah skala empati dari Eisenberg
tersebut karena setelah mengikuti
(2002).
bimbingan
teknik
dilakukan selama 8 kali pertemuan
modeling, siswa mulai menunjukkan
atas persetujuan pihak sekolah, guru
sikap empatinya dengan teman yang
BK
lain.
Diperoleh
kelompok
dan
Layanan
siswa
kegiatan
kelas
peningkatan
VII
ini
D.
empati
9
setelah
diberikan
layanan
pertemuan dengan topik yang sama
menggunakan bimbingan kelompok
dan model yang berbeda. Pemilihan
teknik modeling.
permodelan dilakukan oleh penulis
Dalam penelitian ini, setiap
pertemuan
para
siswa
sudah
melaksanakan bimbingan kelompok
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
menyesuaikan topik.
Tempat dilaksanakan layanan
teknik modeling dengan aktif hal ini
bimbingan
sejalan
modeling berdasarkan kesepakatan
dengan
merupakan
(2002)
Empati
teori
dari
yang
Eisenberg
bersama
kelompok
kelompok
teknik
yaitu
di
yang menyatakan bahwa
perpustkaan SMP Stella Matutina
empati adalah sebuah respons afektif
Salatiga, belakang kelas VII D ,
yang berasal dari penangkapan atau
depan kelas VII D, taman di SMP
pemahaman keadaan emosi atau
Stella Matutina Salatiga, dan taman
kondisi lain, dan yang mirip dengan
jamur depan gedung B UKSW.
perasaan
orang
Sedangkan waktu layanan adalah
modeling
atau
lain.
Sedangkan
dengan
ketika jam pelajaran BK, ketika
vicarious learning adalah individu
siswa pulang sekolah, dan ketika
belajar melalui observasi dari model
siswa kelas VII tidak masuk sekolah
relevan. Model yang digunakan bisa
dikarenakan ada try out pada siswa
live model, symbolic model dan
kelas IX.
multiple
disebut
model.
Bandura
1986
(dalam Corey 2005).
Siswa yang diberikan layanan
ada 7 orang, sehingga saat layanan
yang
kegiatan bimbingan kelompok teknik
diberikan pada tiap pertemuan di
modeling berlangsung penulis dapat
ambil dari setiap indikator yang ada
memperhatikan secara menyeluruh
pada kisi-kisi empati. Topik tersebut
anggota
diantaranya adalah “Membayangkan
belajar melalui modeling. Layanan
perasaan orang lain”, “Memahami
bimbingan
keadaan orang lain” dan “Mengalami
modeling diberikan sebanyak 8 sesi
perasaan emosional orang”. Setiap
pertemuan
topik dilakukan menjadi dua kali
pertemuan
Topik
dan
materi
kelompok
yang
kelompok
dimana
anggota
sedang
teknik
setiap
sesi
kelompok
10
melakukan belajar melalui model
terbukti dari meningkatnya antusias
dengan melalui bimbingan kelompok
siswa,
respon
teknik
siswa,
kelancaran
dengan
modeling
topik
siswa,
partisipasi
layanan,
dan
berbeda ataupun bisa sama namun
suasana layanan pada setiap sesi
model bisa berbeda. Dalam proses
pertemuan
belajar melalui model siswa tidak
berbeda.
hanya
diminta
untuk
melihat
dengan
topik
yang
Dari
pertemuan-pertemuan
telah
dilaksanakan
modelnya saja akan tetapi siswa juga
yang
di
dan
diambil kesimpulan, bahwa teknik
yang
modeling membutuhkan waktu yang
ditampilkan. Agar ketika hendak
lumayan banyak agar bisa lebih
mengulang
tentang
mengerti ketika hendak mempelajari
pembelajaran apa yang didapat dari
tentang apa yang disampaikan oleh
model tersebut, siswa bisa menjawab
model. Dan model yang ditampilkan
dengan baik. Hal ini dilakukan
bisa lebih dipahami oleh siswa
penulis
agar
dengan lebih baik. Melalui teknik
membentuk
modeling ini maka siswa diajak
yang
untuk memecahkan dilema pribadi
empati,
dengan bantuan kelompok sosial
ajak
untuk
memahami
mengamati
tentang
model
kembali
dengan
membantu
tujuan
siswa
pemahaman-pemahaman
mendalam
mampu
khususnya
berfikir
kejadian
dalam
disekitarnya
setiap
dan
yang
anggota-anggotanya
teman-temannya
sendiri.
dapat
adalah
Dengan
mengembangkan kognitifnya serta
kata lain, dilihat dari dimensi pribadi
merasakan tentang apa yang dialami
model
lingkungan sekitarnya. Disamping
individu dengan proses bersosialisasi
itu siswa diajak untuk aktif bertindak
menjadi lebih baik lagi.
dan merespon gejala-gejala yang
PENUTUP
ini
berupaya
membantu
dialami pada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian
Dari hasil lembar observasi pada
analisis data dan pembahasan, dapat
rencana pelaksanaan layanan (RPL)
disimpulkan bahwa Teknik Modeling
menunjukkan
secara
peningkatan
signifikan
dapat
pemahaman dan keaktifan siswa
11
Meningkatkan Empati siswa kelas
VII D SMP Stella Matutina Salatiga.
Peneliti
selanjutnya
dapat
meneliti lebih lanjut mengenai teknik
modeling dalam meningkatkan sikap
empati siswa dengan menggunakan
populasi yang lebih banyak.
Memberikan
layanan
bimbingan kelompok dengan teknik
modeling
pada
siswa
yang
mengalami masalah sikap empati.
12
DAFTAR RUJUKAN
Kelompok Dengan Teknik
Sosiodrama Siswa Kelas X.2
SMA Negeri 1 Bringin Tahun
Pelajaran
2013/2014.
(Skripsi
Bimbingan
dan
Konseling).
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian. Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Azwar,
Syaifiruddin.
2006.
Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Corey, G. 2005. Teori dan praktek
konseling dan psikoterapi.
Bandung: Refika Aditama.
Cotton, K. 2001. Development
Empathy in Children and
Youth.“School Improvement
Research Series”. Northwest
Regional
Education
Laboratory.
Eisenberg, N.2002. Empathy and its
Development. New York:
Cambridge University Press.
Eisenberg, S & Strayer , N. 1987.
Empathy and Development.
Cambridge:
Cambridge
University Press.
Farida Jasfar. 2005. Manajemen Jasa
Pendekatan Terpadu. Ciawi
Bogor: Ghalia Indonesia.
Gantina Komalasari, Dkk. 2011.
Teori dan Teknik Konseling .
Jakarta: PT Indeks
Goleman.
2000.
Emotional
intelegence.
London:
Bloonsbury Publising Plc. 2:
Soho Square.
Ida
Nur
Kristianti.
2014.
Meningkatkan
Empati
Melalui Layanan Bimbingan
Jones, R. N. 2011. Teori dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi
(terjemahan).
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Krisan Andreas Pramuaji. 2012.
Penggunaan Metode Bermain
Peran (Role Play) Dalam
Meningkatkan Empati Teman
Sebaya Siswa Kelas XII.D
Jurusan
Administrasi
Perkantoran Di SMK PGRI
02
Salatiga.
(Skripsi
Bimbingan dan Konseling).
Laksana, N. dkk. 2009. Studi Pada
Pendidikan Anak Usia Dini
Rumah Citta Yogyakarta.
Laporan Penelitian. (Tidak
diterbitkan).
Salatiga:
Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
Salatiga.
Lutfi
Randi
Kusuma.
2012.
Efektifitas Teknik Permanian
Simulasi
Dalam
Meningkatkan Keterbukaan
Diri Siswa Kelas X E SMK
PGRI 2 Salatiga Tahun
Ajaran 2011/2012. (Skripsi
Bimbingan dan Konseling).
Romlah, T. 2001. Teori dan Praktek
Bimbingan
Kelompok.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
13
Sarwono, S. W. 2005. Psikologi
Sosial: Psikologi Kelompok
dan Terapan. (Edisi ketiga).
Jakarta:
Balai
Pustaka
Jakarta.
Sudjana
dan
Ibrahim.
2001.
Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Santrock, J. W. 2002. Life-span
development: perkembangan
masa hidup. (Edisi 5, Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Sudarsono.
1997.
Kamus
Konseling/Sudarsono.
Jakarta: Rineka Cipta.
Taufik. 2012. Empati Pendekatan
Psikologi Sosial. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persad
14
SEBAYA MELALUI TEKNIK MODELING PADA SISWA
KELAS VII D SMP STELLA MATUTINA SALATIGA
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Violentina Simamora
132013050
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017
MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN
SEBAYA MELALUI TEKNIK MODELING PADA SISWA
KELAS VII D SMP STELLA MATUTINA SALATIGA
Oleh : Violentina Simamora, 132013050
Pembimbing :
Drs. Sumardjono, Pm., M.Pd dan Drs. Umbu Tagela, M.Si
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi Teknik Modeling
dalam meningkatkan Sikap Empati Siswa kelas VII D SMP Stella Matutina
Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VII D SMP Stella Matutina Salatiga yang
berjumlah 13 orang siswa yang masuk kedalam kategori sikap empati rendah dan
sangat rendah yang ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan
data dengan menyebarkan instrument skala empati berdasarkan Eisenberg (2002).
Teknik analisis data menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan pretest dari kedua kelompok eksperimen dan kontrol
yang menghasilkan p = 0.566 > 0,050, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian
eksperimen dapat dilanjutkan. Hasil analisis data setelah posttest, menghasilkan
signifikansi peningkatan antara kelompok eksperimen pretest dengan kelompok
eksperimen posttest diperoleh nilai Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,002 < 0,05
dengan nilai mean reank pretest kelompok eksperimen 4.00 dan nilai posttest
kelompok eksperimen 11.00, sehingga dapat dikatakan bahwa ada peningkatan
yang signifikan antara pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan treatment
dan posttest kelompok eksperimen setelah diberikan treatment. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang di ajukan “Teknik modeling dapat
meningkatkan sikap empati secara signifikan terhadap teman sebaya pada siswa
kelas VII D SMP Stella Matutina Salatiga” diterima.
Kata kunci:Meningkatkan Sikap Empati, TeknikModeling, SiswaKelas VII D
1
sebayanya, merupakan dampak dari
PENDAHULUAN
Manusia
adalah
makhluk
sosial yang tidak mungkin bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dalam
kehidupan
manusia
tidak
sehari-hari
bisa
lepas
dari
hubungan dengan yang lainnya. Di
zaman globalisasi ini atau biasa
disebut
dengan
zaman
modern
menyebabkan semakin menipisnya
empati pada diri tiap individu.
Semakin modern dunia semakin
tinggi
pula
individu,
terhadap
dilakukan.
egoisme
sehingga
sesama
pada
tiap
kepedulian
sangat
Kenyataan
jarang
yang
ada
sekarang ini cinta terhadap manusia
semakin menipis sehingga tidak
adanya kepedulian terhadap sesama.
Individu zaman sekarang ini lebih
disibukkan dengan cintanya terhadap
diri
sendiri
sendiri.
Hal
menyebabkan
dan
kehidupannya
inilah
yang
timbulnya
masalah
sosial yang sering kita temui saat ini.
Berbagai macam masalah dari segala
aspek kehidupan yang timbul dan
sering kita lihat sehari-hari termasuk
salah satunya adalah hubungan antar
pribadi seseorang dengan teman
miskinnya
empati
dikehidupan
sosialnya terkhusus dengan temanteman
sebayanya
di
lingkungan
sekolah. Banyak ditemukan siswa
yang hanya mementingkan dirinya
sendiri tanpa peduli dengan teman
sebayanya,
berdasarkan
hasil
wawancara yang pernah dilakukan
pada 7 orang siswa kelas VII di SMP
STELLA MATUTINA SALATIGA
mengakui
ketika
menguasai
satu
biasanya
siswa
mata
cenderung
tersebut
pelajaran
tidak
mau
mengajarkan teman sekelasnya yang
lain karena menganggap bahwa itu
adalah suatu ancaman baginya takut
nilai nya tersaingi. Padahal belum
tentu siswa tersebut bisa menguasai
mata pelajaran yang lain, ketika
kesulitan dengan mata pelajaran
yang
lain
tentu
membutuhkan
bantuan teman yang sebayanya untuk
mengajarinya. Guru BK di SMP
STELLA MATUTINA SALATIGA
juga mengatakan bahwa di kelas VII
D memang banyak sekali siswa yang
bersikap egois dan ingin menang
sendiri,
membeda-bedakan
teman
dan bahkan sering berkelahi karena
hal sepele sampai saling mengejek
2
satu dengan yang lain nya. Untuk
mengatasi,
mengurangi
dan
Bimbingan
merupakan
kelompok
proses
pemberian
hal-hal tersebut maka
bantuan yang diberikan individu
sikap empati sangatlah diperlukan
dalam situasi kelompok. Bimbingan
dalam
hubungan
kelompok ditujukan untuk mencegah
pertemanan yang lebih baik agar bisa
timbulnya masalah pada siswa dan
saling melengkapi. Sikap empati
mengembangkan kepribadian siswa.
sangatlah
dalam
(Romlah 2001). Salah satu teknik
baik,
dalam bimbingan kelompok adalah
terutama pertemanan dengan teman
teknik modeling. Menurut Bandura
sebaya.
(1997) mengatakan bahwa modeling
mencegah
menjalin
diperlukan
membangun
hubungan
Sikap
empati
dapat
mengajarkan kita bagaimana caranya
adalah
bersikap pada lingkungan dimana
observasi dari model. Dengan teknik
tempat kita berada, memahami teman
modeling
sebaya dan dapat membantu teman
mengembangkan kepribadian yang
kita
positif
ketika
masalah.
sedang
Karena
menghadapi
pada
dasarnya
bisa
hidup
sendiri
dan
dengan
melalui
siswa
dan
dapat
mengurangi
peluang
terjadinya permasalahan sosial.
Modeling merupakan salah
manusia adalah makhluk sosial yang
tidak
belajar
satu
teknik
dalam
membantu
membutuhkan orang lain didalam
individu untuk mempelajari perilaku
melangsungkan
tertentu. Modeling adalah belajar
kehidupannya.
Tanpa adanya sikap empati, siswa
dengan
akan mendapatkan masalah sosial
dengan
seperti, tidak mempunyai teman yang
mengurangi
mengakibatkan seorang siswa akan
teramati.
kesulitan
hendak
teknik untuk mengajari si pengamat
membutuhkan bantuan dari teman
keterampilan dan aturan perilaku.
yang lain, kemudian siswa akan
Menghilangkan
menjadi egois.
hambatan perilaku yang sudah ada
ketika
mengamati
menirukan
menambahkan
tingkah
Modeling
atau
laku
atau
yang
merupakan
mengurangi
dalam modeling. Perilaku orang
yang dijadikan sebagai model dapat
3
berfungsi sebagai pengingat atau
seseorang
isyarat
identitas dan sikap dirinya.
bagi
orang
yang
mengamatinya. Jones (2011).
menjadi
kehilangan
Selanjutnya Eisenberg (2002)
juga menyatakan empati penting bagi
KAJIAN PUSTAKA
individu,
a)
Istilah empati berasal dari
Jerman,
secara
berbeda.
baik,
keadaan emosi atau kondisi lain, dan
b)
merasa
pemahaman keadaan emosi, yaitu
tidak kehilangan realitas dirinya. Hal
ini berarti emosi yang tergugah untuk
ikut merasakan apa yang orang lain
rasakan
tidak
lantas
Mempercepat
hubungan
individu akan mudah untuk
Sedangkan
dirasakan orang lain namun tetap
dan
untuk berempati, maka setiap
pengalaman
seseorang dapat merasakan apa yang
optimis
Jika setiap orang berusaha
sendiri kedalam posisi orang lain dan
ketika
sifat
dengan orang lain
kemampuan untuk meletakkan diri
terjadi
penyesuaian
fleksibel.
sendiri. Empati juga adalah bentuk
empati
maka
dalam
lain. Sebuah afektif, yaitu sebagai
dimana
yang
dirinya akan dimanifestasikan
yang mirip dengan perasaan orang
tersebut.
Orang
memiliki rasa empati yang
dari penangkapan atau pemahaman
lain
ada
sudut pandang setiap orang
sebuah respon afektif yang berasal
menghayati
karena
kesadaran dalam diri bahwa
(2002) menyatakan empati adalah
situasi orang lain dari situasi diri
Menyesuaikan diri
adaptasi
harfiah
berarti “merasa terlibat” Eisenberg
orang
empati
Empati mempermudah proses
kata Einfuhlung yang digunakan oleh
mampu
dengan
seseorang dapat:
EMPATI
psikolog
karena
diterima
dan
dipahami oleh orang lain.
c)
Meningkatkan harga diri
Empati dapat meningkatkan
harga diri seseorang.Dimulai
dari
peran
empati
dalam
hubungan sosial. Hubungan
sosial
merupakan
media
membuat
4
berkreasi
dan
menyatakan
identitas diri.
d)
lain
yang
seolah-olah
dialami
individu itu sendiri yang berasal dari
Meningkatkan
pemahaman
diri
keadaan atau kondisi emosi orang
lain yang mirip dengan keadaan atau
Kemampuan
perasaan
memahami
orang
lain
menunjukkannya
emosi
orang
tersebut.
Empati
dan
merupakan bagian penting social
cara
competency
(kompetensi
sosial).
berkomunikasi tanpa harus
Empati juga merupakan salah satu
secara nyata terlibat dalam
dari unsur-unsur kecerdasan sosial
perasaan
lain,
yang terinci dan berhubungan erat
seseorang
dengan komponen-komponen lain,
individu sadar bahwa orang
seperti empati dasar, penyelarasan,
lain
melakukan
ketepatan empatik dan pengetian
penilaian
berdasarkan
sosial. Dasar empati yakni memiliki
perilakunya.
Hal
itu
perasaan dengan orang lain atau
menyebabkan individu lebih
merasakan isyarat-isyarat emosi non
sadar
verbal.
orang
menyebabkan
dapat
dan
memperhatikan
pendapat orang lain tentang
dirinya.
Melalui
tersebut
akan
proses
MODELING
terbentuk
Modeling merupakan proses
pemahaman diri yang terjadi
bagaimana
individu
dengan perbandingan sosial
mengamati
orang
yang
dengan
merupakan salah satu komponen
membandingkan diri sendiri
teori belajar sosial. Bandura, 2006
dengan orang lain.
(dalam Erford 2016).
dilakukan
Berdasarkan
belajar
lain
dari
yang
pengertian
Bandura (2006) menyebutkan
empati dari Eisenberg (2002) dapat
3 tipe dasar modeling diantaranya
ditarik kesimpulan bahwa empati
yaitu:
adalah
a.
kemampuan
seseorang
didalam memahami perasaan orang
Overt
modeling
(atau
live
modeling) jadi proses individu
5
belajar
b.
c.
dengan
melalui
b.
Proses Retensi, proses dimana
pengamatan pada lebih dari satu
klien
harus
mampu
contoh
mempertahankan/
menyimpan
untuk
mengambil
kekuatan dan gaya dari orang-
pengamatan atas peristiwa yang
orang yang berbeda.
di contohkan.
Proses
Reproduksi,
mengilustrasikan perilaku target
dimana
klien
melalui rekaman video atau
secara
audio.
mereproduksi perilaku yang di
Convert modeling dimana tipe
contohkan.
Symbolic modeling melibatkan
ini mengharuskan klien untuk
c.
d.
perlu
motorik
proses
mampu
untuk
Proses Motivasi, klien harus
membayangkan perilaku target
termotivasi,
yang dilakukan dengan sukses,
(motivasi intrinsik) atau melalui
baik oleh dirinya maupun orang
penguatan
eksternal,
untuk
lain
melakukan
perilaku
target
Maka
dapat
secara
internal
(motivasi).
disimpulkan
bahwa didalam penerapan teknik
modeling itu mempunyai tiga tipe
METODE PENELITIAN
Subjek
dasar yang perlu diperhatikan, agar
dalam penerapan teknik modeling
Bandura
2006
menyebutkan pula empat proses
dalam modeling, yaitu proses atensi,
proses retensi, proses reproduksi dan
Proses Atensi, proses dimana
klien
harus
memperhatikan
modeling.
siswa kelas VII D SMP Stella
siswa.
menjadi
Subyek
dua
penelitian
dibagi
kelompok
yaitu
kelompok eksperimen 7 orang siswa
dan kelompok kontrol 6 orang siswa.
Tabel 1. Desain Penelitian
proses motivasi.
a.
adalah
Matutina Salatiga yang berjumlah 13
bisa lebih optimal.
Kemudian
penelitian
mampu
demonstrasi
E
O1
X1
O2
K
O1
-
O2
Keterangan:
O1 & O2
: Tes awal dan tes
akhir
untuk
6
E
melihat
adopsi oleh penulis. Skala empati
kemampuan awal
tersebut
siswa
pernyataan. Prosedur pengisian skala
sebelum
terdiri
dari
22
item
treatment
empati sangat mudah dan sederhana.
dilakukan
Responden diminta untuk memilih
jawaban
: Kelompok
“Sangat
Tidak
Setuju”
eksperimen
(STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju”
(Kelompok yang
(S)
menggunakan
terhadap
layanan
tercantum
Bimbingan
sesuai dengan keadaan dirinya.
dan
“Sangat
item
pada
Setuju”
(SS)
pernyataan
yang
angket
tersebut
Kelompok teknik
HASIL PENELITIAN
modeling)
K
Dalam
: Kelompok
pemberian
Kontrol
(Kelompok yang
tidak
menggunakan
metode apapun)
X
kelompok
eksperimen
sebanyak
8
diterapkan
pertemuan.
Setelah
pemberian treatment selesai, skala
empati yang sama dengan pretest
untuk mengetahui perbedaan dari
Kelompok
teknik
kedua kelompok pada saat posttest.
Berikut adalah hasil sebaran pretest
modeling)
dan
data
kepada
eksperimen dan kelompok kontrol
(Bimbingan
Pengumpulan
perlakuan
ini
dilakukan kembali oleh kelompok
: Treatment
dengan
penelitian
dalam
penelitian ini menggunakan skala
empati dari Eisenberg. Penelitian ini
menggunakan skala empati yang di
adaptasi oleh Pramuaji (2012) dari
posttest
dari
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 2.
Sebaran Frekuensi
Kelompok
Kelompok
Kontrol
Inte
Kate
Eksperime
rval
gori
n
Eisenberg (2002) yang kemudian di
7
76-
Sang
83
at
Pret
Post
Pret
Post
sangat rendah dan 3 orang siswa
est
test
est
test
memiliki sikap empati rendah dan
0
2
0
0
pada posttest kelompok kontrol yang
berjumlah 6 orang siswa memiliki
Ting
sikap empati rendah.
gi
67-
Ting
75
gi
58-
Ren
66
dah
49-
Sang
57
at
0
5
0
0
4
0
3
6
Tabel 3. Perbedaan pretest dan
posttest kelompok eksperimen
Ranks
3
0
3
0
KELOM
POK
N
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Ren
NILAI
dah
1
7
4.00
28.00
2
7 11.00
77.00
Total
Pada tabel 2 dapat dilihat
14
bahwa pretest kelompok eksperimen,
diantara 7 siswa terdapat 3 orang
b
Test Statistics
siswa memiliki sikap empati sangat
rendah dan 4 orang siswa memilki
NILAI
Mann-Whitney U
.000
sikap empati rendah, sedangkan dari
Wilcoxon W
28.000
hasil posttest kelompok eksperimen
Z
-3.144
terdapat diantaranya 5 orang siswa
Asymp. Sig. (2-tailed)
memiliki sikap empati tinggi dan 2
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
.001
a
Pada tabel 3 diperoleh nilai
orang siswa memiliki sikap empati
sangat
tinggi.
Dengan
demikian
Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,002 <
semua
siswa
dalam
kelompok
0,05 dengan nilai mean reank pretest
eksperimen mengalami peningkatan
kelompok eksperimen 4.00 dan nilai
sikap
pada
posttest kelompok eksperimen 11.00
pretest kelompok kontrol, dari siswa
sehingga dapat dikatakan bahwa ada
dengan jumlah 6 anak terdapat 3
peningkatan yang signifikan antara
orang siswa memiliki sikap empati
pretest
empati.
Sedangkan
kelompok
eksperimen
8
Terjadinya perbedaan mean
sebelum diberikan treatment dan
posttest
kelompok
eksperimen
rank kelompok eksperimen = 10.00
dan
setelah diberikan treatment.
kelompok
kontrol
=
3,50
tersebut menunjukkan bahwa ada
PEMBAHASAN
peningkatan yang signifikan sikap
Berdasarkan
analisis
yang
telah dilakukan oleh penulis, terlihat
tidak ada perbedaan sikap empati
siswa antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol saat pretest
dengan nilai Asymp. Sig 0.566
>
0,050. Setelah kelompok eksperimen
empati siswa kelas VII D SMP Stella
Matutina Salatiga terhadap teman
sebaya nya dengan melalui teknik
modeling yang dilakukan dengan
baik sehingga proses belajar melalui
model dapat berpengaruh terhadap
siswa.
diberi perlakuan dengan bimbingan
kelompok teknik modeling selama 8
Layanan kegiatan bimbingan
pertemuan, terjadi perbedaan yang
kelompok dengan teknik modeling
signifikan
kelompok
ini dilakukan pada kelas VII D yang
eksperimen dan kelompok kontrol.
memiliki kategori empati rendah dan
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
sangat rendah dengan jumlah 13
hasil posttest dengan nilai Asymp.
siswa yang didapat berdasarkan hasil
Sig 0,003 < 0,050. Serta dapat dilihat
pre-test
dari
kelompok
kemudian siswa tersebut diberikan
eksperimen mengalami perbedaan
layanan bimbingan kelompok teknik
yang signifikan sebelum dan sesudah
modeling guna meningkatkan empati
eksperimen, yaitu 7.57 pada saat
terhadap teman sebaya. Skala yang
sebelum
digunakan
setelah
antara
rata-rata
mean
eksperimen
selesai
dan
eksperimen.
10.00
Hal
dipertemuan
dalam
terdahulu,
penelitian
ini
adalah skala empati dari Eisenberg
tersebut karena setelah mengikuti
(2002).
bimbingan
teknik
dilakukan selama 8 kali pertemuan
modeling, siswa mulai menunjukkan
atas persetujuan pihak sekolah, guru
sikap empatinya dengan teman yang
BK
lain.
Diperoleh
kelompok
dan
Layanan
siswa
kegiatan
kelas
peningkatan
VII
ini
D.
empati
9
setelah
diberikan
layanan
pertemuan dengan topik yang sama
menggunakan bimbingan kelompok
dan model yang berbeda. Pemilihan
teknik modeling.
permodelan dilakukan oleh penulis
Dalam penelitian ini, setiap
pertemuan
para
siswa
sudah
melaksanakan bimbingan kelompok
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
menyesuaikan topik.
Tempat dilaksanakan layanan
teknik modeling dengan aktif hal ini
bimbingan
sejalan
modeling berdasarkan kesepakatan
dengan
merupakan
(2002)
Empati
teori
dari
yang
Eisenberg
bersama
kelompok
kelompok
teknik
yaitu
di
yang menyatakan bahwa
perpustkaan SMP Stella Matutina
empati adalah sebuah respons afektif
Salatiga, belakang kelas VII D ,
yang berasal dari penangkapan atau
depan kelas VII D, taman di SMP
pemahaman keadaan emosi atau
Stella Matutina Salatiga, dan taman
kondisi lain, dan yang mirip dengan
jamur depan gedung B UKSW.
perasaan
orang
Sedangkan waktu layanan adalah
modeling
atau
lain.
Sedangkan
dengan
ketika jam pelajaran BK, ketika
vicarious learning adalah individu
siswa pulang sekolah, dan ketika
belajar melalui observasi dari model
siswa kelas VII tidak masuk sekolah
relevan. Model yang digunakan bisa
dikarenakan ada try out pada siswa
live model, symbolic model dan
kelas IX.
multiple
disebut
model.
Bandura
1986
(dalam Corey 2005).
Siswa yang diberikan layanan
ada 7 orang, sehingga saat layanan
yang
kegiatan bimbingan kelompok teknik
diberikan pada tiap pertemuan di
modeling berlangsung penulis dapat
ambil dari setiap indikator yang ada
memperhatikan secara menyeluruh
pada kisi-kisi empati. Topik tersebut
anggota
diantaranya adalah “Membayangkan
belajar melalui modeling. Layanan
perasaan orang lain”, “Memahami
bimbingan
keadaan orang lain” dan “Mengalami
modeling diberikan sebanyak 8 sesi
perasaan emosional orang”. Setiap
pertemuan
topik dilakukan menjadi dua kali
pertemuan
Topik
dan
materi
kelompok
yang
kelompok
dimana
anggota
sedang
teknik
setiap
sesi
kelompok
10
melakukan belajar melalui model
terbukti dari meningkatnya antusias
dengan melalui bimbingan kelompok
siswa,
respon
teknik
siswa,
kelancaran
dengan
modeling
topik
siswa,
partisipasi
layanan,
dan
berbeda ataupun bisa sama namun
suasana layanan pada setiap sesi
model bisa berbeda. Dalam proses
pertemuan
belajar melalui model siswa tidak
berbeda.
hanya
diminta
untuk
melihat
dengan
topik
yang
Dari
pertemuan-pertemuan
telah
dilaksanakan
modelnya saja akan tetapi siswa juga
yang
di
dan
diambil kesimpulan, bahwa teknik
yang
modeling membutuhkan waktu yang
ditampilkan. Agar ketika hendak
lumayan banyak agar bisa lebih
mengulang
tentang
mengerti ketika hendak mempelajari
pembelajaran apa yang didapat dari
tentang apa yang disampaikan oleh
model tersebut, siswa bisa menjawab
model. Dan model yang ditampilkan
dengan baik. Hal ini dilakukan
bisa lebih dipahami oleh siswa
penulis
agar
dengan lebih baik. Melalui teknik
membentuk
modeling ini maka siswa diajak
yang
untuk memecahkan dilema pribadi
empati,
dengan bantuan kelompok sosial
ajak
untuk
memahami
mengamati
tentang
model
kembali
dengan
membantu
tujuan
siswa
pemahaman-pemahaman
mendalam
mampu
khususnya
berfikir
kejadian
dalam
disekitarnya
setiap
dan
yang
anggota-anggotanya
teman-temannya
sendiri.
dapat
adalah
Dengan
mengembangkan kognitifnya serta
kata lain, dilihat dari dimensi pribadi
merasakan tentang apa yang dialami
model
lingkungan sekitarnya. Disamping
individu dengan proses bersosialisasi
itu siswa diajak untuk aktif bertindak
menjadi lebih baik lagi.
dan merespon gejala-gejala yang
PENUTUP
ini
berupaya
membantu
dialami pada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian
Dari hasil lembar observasi pada
analisis data dan pembahasan, dapat
rencana pelaksanaan layanan (RPL)
disimpulkan bahwa Teknik Modeling
menunjukkan
secara
peningkatan
signifikan
dapat
pemahaman dan keaktifan siswa
11
Meningkatkan Empati siswa kelas
VII D SMP Stella Matutina Salatiga.
Peneliti
selanjutnya
dapat
meneliti lebih lanjut mengenai teknik
modeling dalam meningkatkan sikap
empati siswa dengan menggunakan
populasi yang lebih banyak.
Memberikan
layanan
bimbingan kelompok dengan teknik
modeling
pada
siswa
yang
mengalami masalah sikap empati.
12
DAFTAR RUJUKAN
Kelompok Dengan Teknik
Sosiodrama Siswa Kelas X.2
SMA Negeri 1 Bringin Tahun
Pelajaran
2013/2014.
(Skripsi
Bimbingan
dan
Konseling).
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian. Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Azwar,
Syaifiruddin.
2006.
Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Corey, G. 2005. Teori dan praktek
konseling dan psikoterapi.
Bandung: Refika Aditama.
Cotton, K. 2001. Development
Empathy in Children and
Youth.“School Improvement
Research Series”. Northwest
Regional
Education
Laboratory.
Eisenberg, N.2002. Empathy and its
Development. New York:
Cambridge University Press.
Eisenberg, S & Strayer , N. 1987.
Empathy and Development.
Cambridge:
Cambridge
University Press.
Farida Jasfar. 2005. Manajemen Jasa
Pendekatan Terpadu. Ciawi
Bogor: Ghalia Indonesia.
Gantina Komalasari, Dkk. 2011.
Teori dan Teknik Konseling .
Jakarta: PT Indeks
Goleman.
2000.
Emotional
intelegence.
London:
Bloonsbury Publising Plc. 2:
Soho Square.
Ida
Nur
Kristianti.
2014.
Meningkatkan
Empati
Melalui Layanan Bimbingan
Jones, R. N. 2011. Teori dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi
(terjemahan).
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Krisan Andreas Pramuaji. 2012.
Penggunaan Metode Bermain
Peran (Role Play) Dalam
Meningkatkan Empati Teman
Sebaya Siswa Kelas XII.D
Jurusan
Administrasi
Perkantoran Di SMK PGRI
02
Salatiga.
(Skripsi
Bimbingan dan Konseling).
Laksana, N. dkk. 2009. Studi Pada
Pendidikan Anak Usia Dini
Rumah Citta Yogyakarta.
Laporan Penelitian. (Tidak
diterbitkan).
Salatiga:
Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
Salatiga.
Lutfi
Randi
Kusuma.
2012.
Efektifitas Teknik Permanian
Simulasi
Dalam
Meningkatkan Keterbukaan
Diri Siswa Kelas X E SMK
PGRI 2 Salatiga Tahun
Ajaran 2011/2012. (Skripsi
Bimbingan dan Konseling).
Romlah, T. 2001. Teori dan Praktek
Bimbingan
Kelompok.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
13
Sarwono, S. W. 2005. Psikologi
Sosial: Psikologi Kelompok
dan Terapan. (Edisi ketiga).
Jakarta:
Balai
Pustaka
Jakarta.
Sudjana
dan
Ibrahim.
2001.
Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Santrock, J. W. 2002. Life-span
development: perkembangan
masa hidup. (Edisi 5, Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Sudarsono.
1997.
Kamus
Konseling/Sudarsono.
Jakarta: Rineka Cipta.
Taufik. 2012. Empati Pendekatan
Psikologi Sosial. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persad
14