sk 1 blok panca indera
KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar. Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
a. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)
b. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)
c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata).3
Gambar 1. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva palpebralis merupakan konjungtiva yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat ke tarsus. Konjungtiva ini pada tepi superior dan inferior tarsus akan melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran mukosa.
Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.
Perdarahan dan Persarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010). Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit (Tortora, 2009).
Makroskopis Mata
Mata terdiri dari :
-
Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklerasementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis.
-
Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.
-
Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah.Epitel siliaris mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.
-
Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.
-
Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal schlemm mengalirkan aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena, sehingga terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase.
Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior. Di antara iris, lensa, dan korpus siliaris terdapat bilik mata posterior (yang berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus vitreous.
Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.
Orbita
Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida berisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranialis yang memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek superolateral orbit.
Kelopak Mata
Fungsi : - Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior.
- Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata.
- Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea.
- Mencegah mata menjadi kering.
- Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal.
Kelopak mata terdiri dari : - Suatu lapisan permukaan kulit.
- Otot-otot orbikularis.
- Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal).
- Suatu lapisan epitel, konjungtiva, sampai ke bola mata.
Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis ringan.
Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak Meibomm yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal.
Sistem Drainase Lakrimal
Air mata mengalir ke dalam pungta atas dan bawah dan kemudian ke dalam sakus lakrimalis melalui kanalikuli atas dan bawah. Kanalikuli-kanalikuli membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Kegagalan bagian distal duktus nasolakrimalis untuk membentuk saluran sempurna pada saat lahir biasanya merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase air mata melalui sistem ini.
Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.
Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.
Persarafan
-
Nervus III
Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.
-
Nervus IV
Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di otak tengah.
-
Nervus VI
Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons.
OTOT PENGGERAK BOLA MATA
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda untuk pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri atas 6 otot, yaitu:
1. Otot oblik inferior. Mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal berinsersi pada sklera posterior.Dipersarafi oleh saraf okulomotorius. Bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2. Otot oblik superior. Dipersarafi oleh saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Berfungsi untuk menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi.
3. Otot rektus inferior. Mempunyai origo pada anulus zinn. Dipersarafi oleh n. III. Bekerja untuk menggerakkan bola mata untuk depresi, eksoklotorsi dan aduksi.
4. Otot rektus lateral. Mempunyai origo pada anulus zinndi atas dan di bawah foramen optik. Bekerja saat mata abduksi.
5. Otot rektus medius. Mempunyai origo pada anulus zinn dan pembungkus dura saraf optik. Bekerja saat mata aduksi.
6. Otot rektus superior. Berfungsi menggerakkan mata elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral,aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral, insiklotorsi.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah:
(1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan;
(2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris
(3) tunika nervosa, retina.
Tunika fibrosa ( tunica fibrosa oculi )
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.
Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular. Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.
Tunika vaskular ( tunica vasculosa oculi )
Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan.
Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.
Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan.
Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.
Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris.
Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humor antara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligament suspensori lensa dan prosesus siliaris.
Tunika nervosa ( Tunica interna )
Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap.
Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina dan pars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.
Media Refraksi
Media refraksi: kornea, aqueous humor, crystalline lens, vitreous body.
Aqueous humor ( humor aqueus )
Aqueous humor mengisi ruang anterior dan posterior bola mata. Kuantitas aqueous humor
sedikit, memiliki reaksi alkalin, dan sebagian besar terdiri dari air, kurang dari seperlimanya berupa zat padat, utamanya klorida sodium.
Vitreous body ( corpus vitreum )
Vitreous body membentuk sekitar empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini
mengisi ruangan yang dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis, membran hyaloid. Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian depan ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakn zonula siliaris (zonule of Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun radial, yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid; lainnya dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada badan siliaris untuk menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan prosesus siliaris.
Crystalline lens ( lens crystallina )
Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous, dan dilingkari oleh
prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. Kapsul lensa (capsula lentis) merupakan membran transparan yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di belakang. Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; dan di bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur transparan bikonveks. Kecembungannya di bagian anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya.
Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan aparatus lakrimal.
Lacrimal apparatus ( apparatus lacrimalis ) Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata, dan
duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan mata; (b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.
Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva.
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior. Otot-otot ekstraokular 1. Rectus medialis. 2. Rectus superior. 3. Rectus lateralis. 4. Rectus inferior. 5. Obliquus superior. 6. Obliquus inferior.
2. Mikroskopis
Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:
-
Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea.
-
Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris.
-
Tunika neuralis yang terdiri atas retina
Tunika Fibrosa
Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola mata, tersusun atas sklera dan kornea. Sklera terletak di sebelah belakang bola mata, merupakan bagian yang berwarna putih sementara kornea terletak di sebelah depan bola mata, merupakan bagian bening yang menutupi iris. Pertemuan antara sklera dan kornea disebut limbus.
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun oleh serat kolagen tipe 1 serta elastin. Susunan ini membentuk struktur dinding bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor akuaeous dan humor vitreus. Bagian belakang sklera yang ditembus oleh serat saraf optik dinamakan lamina kribrosa. Di sklera dapat ditemukan pembuluh darah, terutama di limbus.
K ornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea bersifat avaskular sehingga nutrisi didapat dari difusi dari pembuluh darah perifer di limbus, dan melalui humor akweus. Kornea terdiri dari 5 lapisan:
1. Epitel kornea
-
Disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk.
-
Merupakan lapisan kornea terluar.
-
Terdiri dari 7 lapis sel.
-
Mengandung banyak ujung serat saraf bebas.
2. Membran Bowman
-
Terletak dibawah epitel.
-
Disusun serat kolagen tipe-1.
3. Stroma Kornea
-
Lapisan kornea tertebal.
-
Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalan pararel membentuk lamel kolagen.
-
Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen.
4. Membran Descemet
-
Membran dasar tersusun dari serat kolagen
5. Endotel Kornea
-
Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.
-
Mensintesis protein untuk membran descemet
-
Memiliki pompa natrium yang berperan penting untuk menjaga tekanan dalam stroma kornea.
Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan cara mengeluarkan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior sehingga air akan ikut keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harus dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi untuk menjaga kualitas refraksi kornea. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.
Limbus
-
Merupakan tempat pertemuan antara kornea dengan sklera.
-
Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Tersusun atas jaringan ikat fibrosa.
-
Terdapat Kanal Schlemm yang merupakan pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata dan bermuara pleksus vena sklera.
-
Pada korpus siliaris terdapat muskulis siliaris, otot polos untuk mengatur akomodasi mata.
Tunika Vaskulosa
Koroid
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel berpigmen sehingga tampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4 lapisan:
1. Epikhoroid
-
Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh
-
Lapisan yang paling tebal dan tersusun dari pembuluh darah dan melanosit
3. Lapisan koriokapiler
- Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan elastin, fibroblas dan melanosit
- Berfungsu menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina
4. Lamina elastika lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen retina
Korpus siliaris
-
M
erupakan perluasan khoroid ke arah depan.
-
Disusun oleh jaringan ikat yang menganding elastin, pembuluh darah, dan melanosit.
-
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek prosessus siliaris.
-
Dari prosessus siliaris muncul benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa, disebut sebagai zonula zinii.
-
Zonula zinii berfungsi sebagai penggantung lensa
-
Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid.
-
Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil aqueous humor.
-
Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior melewati celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal Schlemm di limbus dan bermuara di sistem vena.
-
Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai mukulus siliaris.
-
Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus.
-
2 berkas lainnya untuk akomodasi mata.
Iris
-
Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa
-
Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa.
-
Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan pupil di tengahnya.
-
Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak pembuluh darah.
-
Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.
-
Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris.
-
Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.
-
Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna mata.
-
Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam, sebaliknya jika sedikit, mata akan tampak biru.
-
Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil.
Lensa Mata
Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa. Kapsul lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, dan padat. Epitel subkapsul hanya terdapat di permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapis kuboid. Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan index pembiasan lensa.
Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.
Korpus Vitreus
Merupakan agar jernih yang mengisi urang antara lensa dan retina. Korpus vitreus disusun 99% oleh air dan mengnadung elektrolit, serta serat kolagen dan asam hialuronat. Di dalm korpus vitreus terdapat sisa suatu saluran yang dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin.
Tunika Neuralis
-
R
etina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel fotoreseptor batang dan kerucut.
-
Di retina terdapat lempeng optik yang merupakan tempat keluarnya nervus optikus.
-
Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk tonjolan yang disebut papila nervus optikus atau bintik buta.
-
Daerah ini tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga tidak peka terhadap cahaya.
-
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis.
-
Arteri ini merupakan satu-satunya arteri yang mensuplai darah ke retina.
-
Di lateral bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal sebagai bintik kuning atau makula lutea.
-
Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis dan merupakan daearah penglihatan yang paling peka.
-
Sel penglihatan pada lantai fovea terdiri atas sel kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sel-sel di bagian perifer retina.
-
Di daerah fovea ini pula sel lapisan dalam retina lebih dangkal, sehingga cahaya dapat mencapai sel kerucut dan batang lebih mudah.
Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam:
-
Epitel berpigmen --> lapisan sel poligonal yang kaya akan butir melanin, berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi nutrisi sel fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan tempat pembentukan rhodopsin.
-
Lapisan batang dan kerucut --> terdiri atas sel-sel fotoreseptor yang merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin yang sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat teraktivasi dalam keadaan cahaya redup, namun jika cahaya terang, sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin yang sensitif terhadap warna merah, biru, dan hijau. Sel ini akan teraktivasi dengan cahaya terang.
-
Membran limitas luar --> rangkaian kompleks tautan antara sel batang dan sel kerucut.
-
Lapisan inti luar --> lapisan yang terdiri atas inti sel batang dan kerucut
-
Lapisan plesiform luar --> terdiri atas akson sel batang dan kerucut serta dendrit sel bipolar
-
Lapisan inti dalam -->dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, serta sel Muller (gliosit retina)
-
Lapisan pleksiform dalam --> terbentuk akibat sinaps antara sel- sel di lapisan inti dalam
-
Lapisan sel ganglion --> terdiri atas sel ganglion yang menyerupai neuron otak dengan akson panjang menuju nervus optikus
-
Lapisan serat saraf --> dibentuk oleh akson sel ganglion
-
Membran limitans dalam --> membran basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus vaskulosa
Organ-organ Tambahan
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata. Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel bagian depan mata.
Kelenjar lakrimal
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa dengan mioepitel. Lobus kelenjar air mata akan mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran menuju bagian lateral forniks superior konjungtiva. Air mata bergerak menuju medial mata dan kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal, kemudian kanalikuli lakrimal menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal, air mata akan masuk ke dalam duktus nasolakrimal kemudian dikeluarkan ke meatus inferior di dasar rongga hidung.
Kelopak mata
Kelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka di bagian tengah yang diliputi kulit dan membran mukosa.
Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis dengan berbagai adnexa serta kelenjarnya.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis oculi. Kemudian di bagian tengah kelopak mata terdapat suatu jaringan ikat yang disebut tarsus. Di dalam tarsus terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom.
2. Memahami dan menjelaskan tentang fisiologi penglihatan
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang yaitu :
Gelap
↓
konsentrasi GMP-siklik meningkat
↓
Konsentrasi Na meningkat
↓
Depolarisasi membrane
↓
Pengeluaran zat inhibitor
↓
Neuron bipolar dihambat
↓
Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak
↓
Tidak ada ekspresi melihat
Cahaya/terang
↓
Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin
↓
Konsentrasi Na tinggi
↓
Penurunan GMP-siklik
↓
Penutupan kanal Ca
↓
Menutupnya canal Ca
↓
Pengeluaran zat inbihitor dihambat
↓
Terjadi eksitasi neuron bipolar
↓
Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak
↓
Adanya ekspresi melihat
(Sherwood, 1996)
Fungsi Bagian Bagian mata
-
Aquos humor = sebagai isi bola mata bagian anterior
-
Korpus ciliaris = membentuk aquos humor dan mengandung m.ciliaris
-
Bintik buta = tempat keluarnyaa saraf ooptikus dan pembuluh darah dari bola mata
-
Iris = mengubah ukuran pupil
-
Kornea = berperan penting dalam kemampuan refraksi cahaya
-
Lensa = mengahsilkan kemampuan refraksi cahaya yg bervariasi selama akomodasi
-
Macula lutea = memiliki sel fotorespetor sel kerucut yang tinggi.
-
Pupil = tempat cahaya masuk
-
Retina = mengandung sel sel fotoreseptor untuk penglihatan
-
Viterus humor = zat semacam gel sebagai mempertahankan bentuk bola mata
FISIOLOGI KORNEA
-
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi
-
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur
Jaras penglihatan
Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).
Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic.
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.
Neural Pathway untuk Penglihatan
-
semua yang dapat dilihat dapat terlihat oleh satu mata = visual field (lapang pandang). Kita memiliki binocular vision karena wilayah yang besar dari kedua mata kita saling overlap binocular visual field.
-
visual field dibagi menjadi 2 wilayah:
-
nasal atau central half
-
temporal atau peripheral half
-
-
untuk masing-masing mata:
-
berkas cahaya dari suatu objek di nasal half dari visual field jatuh pada temporal half pada retina dan begitu pula sebaliknya.
-
informasi visual dari sisi kanan dari masing-masing visual field disampaikan ke sisi kiri otak dan begitu pula sebaliknya.
Neural circuitry dari retina
-
photoreceptor (rods & cones) menyampaikan sinyal ke outer plexiform layer, lalu bersynapse dengan bipolar cells & horizontal cells
-
horizontal cells menyampaikan sinyal secara horizontaldi outer flexiform layer dari photo receptor ke bipolar cells.
-
bipolar cells menyampaikan sinyal secara vertical dari rods, cones & horizontal cells ke inner plexiform layer dimana mereka bersynapse dengan ganglion cells & amacrine cells.
-
amacrine cells menyampaikan sinyal dengan 2 arah, yaitu bipolarganglionatau bipolarganglion cells atau amacrine cells lainnya.
-
ganglion cells menyampaikan output signal dari retina melalui optic nerve ke otak.
Neurotransmitter:
-
Rods dan conesglutamate
-
Amacrine cellsinhibitory transmitter (GABA,glycine,dopamine,Ach,indolamine).
-
Horizontal cellsinhibitory transmitter
Neural pathway
-
Axon dari seluruh retinal ganglion cells dari satu mata keluar dari mata di optic disc dan membentuk optic nerve.
-
optic nerve fibers dari kedua mata bergabung untuk membentuk optic chiasm yang berada di superior dari anterior sella turcica, di atas kelenjar pituitary.
-
di optic chiasm:
-
fibers dari nasal half dari masing-masing retina crossing.
-
fibers dari temporal half dari masing-masing retina tidak crossing.
-
pada level optic cheasm, sebagian kecil ganglion cells axon akan terminasi di suprachiasmatic nucleus dari hypothalamusmengatur pola tidur & aktivitas lainnya yang terjadi sesuai circardian sebagai respons dari gelap & terang.
-
crossed nasal & uncrossed temporal fibers berlanjut di belakang optic chiasm sebagai optic tract.
-
optic tract akan terminasi di;
a. superior colliculus
-
Menerima visual input untuk disampaikan ke pons (tectopontine/tectobulbar) dan spinal cord (tectospinal).
-
Tectopontine:
-
menyampaikan informasi visual ke cerebellum.
-
mengontrol pergerakan mata melalui para median pontine reticular formation.
-
Tectospinal:
mengatur reflex yang mengatur control pergerakan kepala dan leher sebagai respon dari visual input.
b. pretectal area dari midbrain
-
pretectal area, rostal terhadap superior colliculus, dimana midbrain fuse dengan thalamus.
-
pretectal area dari midbrainu/ papillary reflex.
Fisiologi Lakrimasi
Laju pengeluaran air mata dengan fluorofotometri sekitar 3,4 μL/menit pada orang normal dan 2,8 μL/menit pada penderita mata kering (Eter et al, 2002). Sedangkan menurut Nichols (2004), laju pengeluaran air mata adalah 3,8 μL/menit dengan interferometri. Antara dua interval berkedip, terjadi 1-2 % evaporasi, menyebabkan penipisan 0,1 μm PTF dan 20% pertambahan osmolaritas (On et al, 2006).
Distribusi volume air mata pada permukaan okular umumnya sekitar 6-7 μL yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni (Sullivan, 2002) :
1. Mengisi sakus konjungtiva sebanyak 3-4 μL.
2. Melalui proses berkedip sebanyak 1 μL akan membentuk TF dengan tebal 6-10 μm dan luas 260 mm..
3. Sisanya sebanyak 2-3 μL akan membentuk tear meniscus seluas 29 mm. dengan jari-jari 0,24 mm (Yokoi et al, 2004). Menurut Wang et al (2006), TF digabungkan dari tear meniscus atas dan bawah saat berkedip.
Ketebalan TF bersifat iregular pada permukaan okular sehingga tidak ada ketebalan yang tepat untuk ukuran TF (Wang et al, 2006). Menurut Smith et al (2000) ketebalan berkisar antara 7-10 μm sedangkan Pyrdal et al (1992) menyatakan TF seharusnya memiliki ketebalan 35-40 μm dan mayoritas terdiri dari gel musin.
Menurut Palakuru et al (2007), TF berada dalam keadaan paling tebal saat segera setelah mengedip dan berada dalam keadaan paling tipis saat kelopak mata terbuka. Dalam penelitian mereka, angka perubahan ketebalan ini menunjukkan nilai yang sama dengan kelompok yang disuruh melambatkan kedipan matanya. Mereka menyimpulkan hal ini disebabkan oleh refleks berair yang segera.
Mekanisme Distribusi Air Mata
Mengedip berperan dalam produksi, distribusi dan drainase air mata (Palakuru et al, 2007). Berbagai macam teori mengenai mekanisme distribusi air mata (AAO, 2007). Menurut teori Doane (1980), setiap berkedip, palpebra menutup mirip retsleting dan menyebarkan air mata mulai dari lateral. Air mata yang berlebih memenuhi sakus konjungtiva kemudian bergerak ke medial untuk memasuki sistem ekskresi (Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004). Sewaktu kelopak mata mulai membuka, aparatus ekskretori sudah terisi air mata dari kedipan mata sebelumnya. Saat kelopak mata atas turun, punkta akan ikut menyempit dan oklusi punkta akan terjadi setelah kelopak mata atas telah turun setengah bagian . Kontraksi otot orbikularis okuli untuk menutup sempurna kelopak mata akan menimbulkan tekanan menekan dan mendorong seluruh air mata melewati kanalikuli, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis dan meatus inferior. Kanalikuli akan memendek dan menyempit serta sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis akan tampak seperti memeras. Kemudian setelah dua per tiga bagian kelopak mata akan berangsur-angsur terbuka, punkta yang teroklusi akan melebar. Fase pengisian akan berlangsung sampai kelopak mata terbuka seluruhnya dan siklus terulang kembali (Doane, 1980). TF dibentuk kembali dari kedipan mata setiap 3-6 detik. Saat kelopak mata terbuka, lapisan lemak ikut terangkat.
Mekanisme Ekskresi Air Mata
Ada tiga mekanisme yang dapat menyebabkan penipisan PTF yaitu absorbsi ke kornea (inward flow), pergerakan paralel air mata sepanjang permukaan kornea (tangential flow) dan evaporasi (Nichols et al, 2005). Lain halnya dengan Tsubota et al (1992), Mathers et al (1996), dan Goto et al (2003). Mereka berpendapat bahwa evaporasi hanya berperan minimal menyebabkan penipisan penipisan TF. Akan tetapi, Rolando et al (1983) menunjukkan bahwa evaporasi berperan penting menyebabkan penipisan TF. Smith et al (2008) menyebutkan bahwa hal ini bervariasi sesuai keadaan dan melibatkan kombinasi berbagai mekanisme.
Laju evaporasi pada orang normal adalah 0,004 (Craig, 2000), 0,25 (Goto et al, 2003), 0,89 (Mathers, 1996), 0,94 (Shimazaki, 1995), 1,2 (Tomlinson, 1991), 1,61 (Hamano, 1980), 1,94 (Yamada, 1990). Perlu waktu 3-5 menit untuk ruptur PTF (Kimball, 2009).
3. Memahami dan menjelaskan tentang mata merah
-
mata merah visus normal TIDAK kotor atau bersekret
-
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang, dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.
-
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.
-
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang- kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.
-
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.
-
Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.
Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Belek
Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat:
-
Air,kemungkinandisebabkanolehinfeksivirusataualergi
-
Purulen,olehbakteriaatauklamidia
-
Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok
-
Lengket,olehalergiatauvernal
-
Seros,olehadenovirus
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:
-
Limfosit—monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan oleh virus
-
Neutrofilolehbakteri
-
Eosinofilolehalergi
-
Selepiteldenganbadaninklusibasofilsitoplasmaolehklamidia
-
Selraksasamultinuklearolehherpes
-
Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma
-
Keratinisasidenganfilamenolehpemfigusataudryeye
-
BadanGuarnerieosinofilikolehvaksinia
3.2. mata merah visus menurun
-
Keratitis. Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan interstisial/profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
-
Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang mengakibatkan defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi kornea.
-
Tukak (ulkus) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.
-
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.
-
Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.
Diagnosis banding mata merah
| Konjungtivitis | Keratitis/ Tukak Kornea | Iritis akut | Glaukoma akut |
Kornea | Jernih | Fluoresein +++/- | Presipitat | Edema |
Penglihatan | N | <N | <N | <N |
Sekret | (+) | (-) | (-) | (-) |
Fler | - | -/+ | ++ | -/+ |
Pupil | N | <N | <N | >N |
Tekanan | N | N | <N> | N+++ |
Vaskularisasi | a.konjungtiva posterior | Siliar | Pleksus Siliar | Episkleral |
Injeksi | Konjungtival | Siliar | Siliar | Episkleral |
Pengobatan | Antibiotic | Antibiotika sikloplegik bedah | Steroid sikloplegik | Miotika diamox + |
Uji | Bakteri | Sensibilitas | Infeksi local | Tonometri |
Diagnosis banding mata merah
Gejala subyektif | Glaucoma akut | Uveitis akut | keratitis | Konjungtivitis bakteri | Konjungtivitis virus | Konjungtivitis virus |
Visus | +++ | +/++ | +++ | - | - | - |
Rasa nyeri | ++/+++ | ++ | ++ | - | - | - |
Fotofobia | + | +++ | +++ | - | - | - |
Halo | ++ | - | -- | - | - | - |
Eksudat | - | - | -/+++ | +++ | ++ | + |
Gatal | - | - | - | - | - | ++ |
demam | - | - | - | - | -/++ | - |
Mata merah dapat di bagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang merah.
Diagnosis banding mata merah dengan visus turun ataupun tidak turun
Kondisi | Sakit | Fotofobia | Visus | Injeksi | |
Konjungtivitis | Ringan/sedang | Tak ada ringan | Suram ringan karena kotoran | Kelopak dan mata | |
Episkleritis | Sedang | Tak ada | Normal | Pembuluh2 dalam sclera sering lokal | |
| Tak ada sampai hebat Rasa benda asing | Bervariasi Sedang | Biasanya menurun sering mencolok Menurun ringan | Difus Ringan-sedang | |
Luka bakar kornea non akali (ultraviolet atau lain-lain) | Sedang | Hebat | Menurun | Sedang | |
Uveitis | Ringan sampai sedang | Ringan sampai sedang | Normal atau menurun sedang | Dekat limbus | |
Glaukoma (akut) | Hebat atau ringan | Hebat atau ringan | Menurun karena edema kornea | Difus | |
Selulitis orbita | Tak ada hebat | Tak ada hebat | Normal atau menurun | Difus dengan kemosis | |
Endoftalmitis | hebat | Sedang- mencolok | Menurun secara mendadak | Hebat |
Ringkasan gejala obyektif
Gejala subyektif | Glaucoma akut | Uveitis akut | keratitis | Konjungtivitis bakteri | Konjungtivitis virus | Konjungtivitis alergi |
Injeksi siliar | + | ++ | +++ | - | - | - |
Injeksi konjungtival | ++ | ++ | ++ | +++ | ++ | + |
Kekeruhan kornea | +++ | - | +/++ | - | -/+ | - |
Kelaianan pupil | Midriasis non- reaktif | Miosis ireguler | Normal/ miosis | N | N | N |
Kedalaman COA | dangkal | Normal | N | N | N | N |
Tekanan intraocular | Tinggi | Rendah | N | N | N | N |
Sekret | - | + | + | ++/+++ | ++ | + |
Kelenjar preaurikular | - | - | - | - | + | - |
-
Memahami dan menjelaskan tentang konjungtivitis
-
Definisi
-
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).
2. Etiologi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut atau kronis.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, virus toksik,parasite, bahan kimia atau iritatif. berkaitan dengan penyakit sistemik