Laporan Kimia Organik Ekstraksi

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh
masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat
penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat.
Hal ini juga tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat
tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat
tradisional. Seiring dengan ada slogan “back to nature”, penggunaan obat
tradisional menjadi alternatif pengobatan di samping obat modern. Pemanfaatan
tanaman obat tersebut meliputi pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan
kesehatan. Upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat menjadi
pilihan utama saat ini bagi para peneliti obat di Indonesia.
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari
daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam
dan Kamboja.Buah manggis banyak mengandung antiinflamasi dan antioksidan
yang bagus untuk kesehatan tubuh. Di dunia buah ini dikenal memiliki kandungan
antioksidan yang sangat tinggi.Didalam kulit buah manggis kaya akan senyawa

kimia yang bersifat sebagai antioksidan antara lain antosianin, xanton, tanin dan
asam fenolat. Senyawa xanton bersifat sebagai antioksidan dengan kadar yang
tinggi terdapat dalam kulit buah manggis dan tidak ditemukan pada buah-buahan
lainnya. Pemanfaatan kulit buah manggis yaitu dengan mengupas kulit manggis
bagian terluar terlebih dahulu karena mengandung banyak tanin yang memiliki
efek menyamak dan bila dikonsumsi dapat menutup pori-pori sel usus yang dapat
mengakibatkan usus kejang dan memicu terjadinya muntah hingga diare.
Kemampuan antioksidan manggis melebihi vitamin C dan E yang selama ini
dikenal sebagai antioksidan yang paling efektif. Antioksidan merupakan senyawa
yang dapat menetralkan radikal bebas melalui perlindungan terhadap protein, sel,
jaringan dan organ-organ tubuh. Antioksidan telah terbukti dapat mencegah
penuaan dini (anti aging), mencegah penyakit jantung, mencegah berbagai jenis
kanker, mencegah kebutaan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Pada bidang industri kulit buah manggis banyak dimanfatkan dalam bidang
industri, dalam bidang industri obat-obatan (farmasi),industri makanan maupun
minuman sebagai zat pewarna alami,kulit buah manggis juga dapat dimanfaatkan
untuk bahan anti karat.

2


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ekstraksi kulit manggis yaitu mengetahui
manfaat kandungan antioksida yang terdapat pada buah manggis.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui proses ekstraksi suatu
zat dari bahan yang terdapat dialam.
1.4 Ruang lingkup percobaan
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode ekstraksi dengan
bahan utama yaitu kulit buah manggis dan etanol. Percobaan ini dilakukan di
Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3

2.1 Pemisahan Campuran
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam
metode. Metode-metode tersebut, yaitu pengayakkan, penyaringan,

sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet,
sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi. Metode dekantasi
digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan
padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di
bagian bawah cairan. Dekantasi dilakukan dengan menuang cairan ke wadah
lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk
mempermudah proses dekantasi, dapat digunakan pengaduk pada saat
menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan
dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat
memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadangkadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi,
sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru.
Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai komponen. Contohnya, tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair dan gas. Untuk memperoleh
zat murni kita harus memisahkannya dari campurannya. Campuran dapat
dipisahkan memlalui peristiwa fisika atau kimia, satu komponen atau lebih
direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik
pemisahan campuran pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung
di dalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air,
dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari

porinya yang besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan
selaput semipermeabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau
padatan dari pelarutnya. Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak
dapat dipisahkan dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori
kertas saring da selaput semipermeabel. Campuran seperti itu dapat
dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi dan
kromatografi.[1]
Rekristalisasi merupakan teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik
beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar dan sebaiknya kompnen

4

yang akan dipisah berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar.
Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air
garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan
menguap sedikit demi sedikt. Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh.
Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal gara secara perlahan. Setelah
pengkristalan sempurna, garam dapat dipisahkan dengan menyaring.
Seperti halnya dekantasi, proses penyaringan juga digunakan untuk
memisahkan campuran yang zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya,

ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap di dasar cairan, tetapi
tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini dipisahkan dengan dekantasi,
maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan
penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menuang campuran ke atas
kertas saring dari sebuah corong gelas. Kertas saring akan menahan padatan
yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring. Padatan yang tertinggal pada
kertas saring ini disebut residu. Sementara zat dengan ukuran partikel lebih
kecil dari ukuran lubang saring akan lolos melalui kertas saring. Zat yang
dapat melewati kertas saring ini disebut filtrat.

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Pelarut yang
paling sering digunakan adalah dietil eter C 2H5OC2H5, yang memiliki titik
didih rendah (sehingga mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai
senyawa organik.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,

maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel. Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang
menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya
bukanlah analitis namun preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu
langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang

5

digunakan peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah
corong pisah. Seringkali suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan
dalam beberapa menit.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu
komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan
pelarut yang sesuai dengan komponen yang diinginkan. Cairan dipisahkan dan
kemudian diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan
pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium maupun

industri. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan
atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelaurt air yang
diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau
benzena.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara
umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi
 Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
 Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti
dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa
kimia tertentu

 Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan
dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini
harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah
biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.

6



Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program screening) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara
acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui
adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.[2]

2.3 Macam-macam Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu ekstraksi

bertahap (batch-extraction = ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu
(ekstraksi berkesinambungan), dan ekstraksi arah berlawanan (counter
current extraction). Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang
tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada
kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan. Dalam
ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang baru sampai proses
ekstraksi selesai.
Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap
ekstraksi. Efesiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada viskositas fase
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya suatu
kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan luas
kontak yang besar. Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulangulang sampai proses ekstraksi selesai.
Ekstraksi kontinyu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan
dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan
diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi atau
pemurnian.Sangat penting untuk fraksionasi senyawa orgnik tetapi kurang
bermanfaat untuk senyawa-senyawa anorganik.[3]

Disamping itu, berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat
dibedakan dua macam ekstraksi yaitu :
a) Ekstraksi padat-cair
Jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang
berbentuk padat. Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk
mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam.
Ekstraksi padat cair Adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya atau digunakan untuk memisahkan analit yang
terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Proses ini merupakan

7

proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan
dapat larut dalam solvent pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak
dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga
di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang telah
halus di bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat

ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam labu godog.
Kemudian peralatan ekstraksi di rangkai dengan pendingin air. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit
terekstrak.
b) Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam
campurannya yang berbentuk cair. Merupakan metode pemisahan yang
baik karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro dan
mikro. Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair ini
adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling
tercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tetentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur seperti benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan
sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk
memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang
mungkin menganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit.
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit
dari fasa air kedalam pelarut organik yang bersifat non-polar atau agak
polar seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana. Meskipun
demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi. Analit-analit yang
mudah tereksitasi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral
yang berikatan secara kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar
atau agak polar.
Selain itu, Ekstraksi diklasifikasikan berdasarkan jenis sistem yang bekerja
yakni sebagai berikut :
a) Ekstraksi Kelat
Ialah ekstraksi ion logam yang berlangsung melalui mekanisme
pembentukan kelat. Contohnya yaitu Ekstraksi Uranium dengan 8Hidroksi Quinolin pada Kloform atau Fe dengan distizon pada pelarut
CCl4.

8

b) Ekstraksi Solvasi
Ialah ekstraksi dimana zat yang dekstraksi disolvasikan ke fasa organik.
Contohnya ekstraksi Fe(ll) dari asam klorida dengan Dietil eter atau
ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan Tributil Phosfat. Kedua
ekstraksi dapat terjadi karena solvasi logam ke fasa organik.
c) Ekstraksi pembentukan pasangan ion
Ekstraksi ini berlangsung melalui pembentukan senyawa netral (yang
tidak bermuatan) kemudian diekstraksi ke fasa organik. Contohnya
Ekstraksi Scandium atau Uranium dengan Trioktil Amina. Pada ekstraksi
ini terbentuk senyawa netral antara Uranium atau Scandium dalam larutan
asam dengan amina mempunyai berat molekul besar.
d) Ekstraksi sinergis (efek saling memperkuat)
Keadaan ini diakibatkan oleh penambahan suatu pelarut pengekstraksi
yang lain kepada sistem ekstraksi. Contohnya ekstraksi uranium dengan
Tributil Phosfat (TBP) bersama-sama dengan 2-Thenoyl Trifluoro Aceton
(TTA). Masing – masing dapat mengekstraksi uranium tetapi
dengan menggunakan campuran dari dua pelarut tersebut dapat terjadi
kenaikkan pada hasil ekstraksi.
2.4 Metode Ekstraksi
Berdasarkan prosesnya, metode estraksi terbagi menjadi 2 kelompok
yakni metode secara dingin dan panas yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Ekstraksi Secara Dingin
a) Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi

9

antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.
Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
b) Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini
adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah
terpisah dari ekstrak. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam selsel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah
disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat
yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan
dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.[4]
2) Ekstraksi Secara Panas
a) Metode Sokletasi
Sokhletasi
merupakan
penyarian
simplisia
secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap
cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon. Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi
kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari

10

telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke
labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi
sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak
noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel
dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung,digunakan pelarut yang lebih sedikit dan pemanasannya
dapat diatur.
Kerugian dari metode ini yaitu karena pelarut didaur ulang,
ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas,
jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya,bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi,
seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap
pelarut yang efektif,metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut
murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk
ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan =
1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah.[5]
b) Metode Refluks
Metode Reflux merupakan metode ektraksi cara panas
(membutuhkan pemanasan pada prosesnya), secara umum pengertian
refluks sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi dengan cara ini
pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Metode ini umumnya digunakan untuk mensistesis senyawasenyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum
reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah
pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun

11

akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke
dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan
tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
c) Metode Destilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap adalah
metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial)
dari
sampel
tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia
yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap,
uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi
minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak
menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
2.5 Destilasi
Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti
untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lain-lain. Udara
didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan
medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi juga telah digunakan sejak
lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapanpanas terhadap larutan hasil
fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.

12

Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode
ini termasuk sebagaiunit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana,
destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum. Selain itu, ada pula
destilasi azeotropis. [6]
1) Destilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
2) Destilasi Fraksionasi
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen
cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer
atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan
pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
minyak.
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya
kolom fraksionasi.Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbedabeda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di
bawahnya Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
3) Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.
Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut
dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi

13

dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti
minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan
naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat.
4) Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum
atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di
atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air.
Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator.
Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
5) Destilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang
memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahantekanan. Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam
kekuatan intramolekuler dalam larutan.Azeotrop dapat didestilasi dengan
menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena
atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh
penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan
pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.
2.6 Buah Manggis
Manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu tanaman buah
asli Indonesia. Sebagian besar kepustakaan mengenai tanaman manggis
menunjuk Asia Tenggara, khususnya Kepulauan Sunda Besar sebagai tanah
asal tumbuhnya Manggis. Pertumbuhan secara alamiah ditemukan juga di
semenanjung Malasya, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam hingga
kepulauan Maluku. Penyebarannya kemudian meliputi juga Srilanka, Filipina
dan India bagian Selatan. Bahkan kini kebun manggis sudah bisa ditemui di
Australia bagian Utara, Amerika Tengah hingga ke Florida.

14

Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring (bercupat), sewaktu ,asih
muda permukaan kulit buah berwarna hujau namun setelah tua atau matang
berubah menjadi ungu kemerah - merahan atau merah muda. Pada bagian
ujung buah terdapat juring atau cupat berbentuk bintang sekaligus
menunjukkan cirri dari jumlah segmen daging buah, jumlahjuring buah ini
berkisar 5 – 8 buah.[7]
2.7 Kandungan Kimia Manggis
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung flavonoid,
xanton dan derivatnya, dan tannin. Senyawa metabolit sekunder yang bersifat
bioaktif terbesar adalah senyawa xanton dan turunannya. Alfa-mangostin (αmangostin) dan gamma-mangostin (γ-mangostin) merupakan senyawa
bioaktif xanton yang utama. Senyawa xanton lain yang terdapat dalam kulit
buah manggis adalah β-mangostin, gartanin, 8-deoxygartanin dan
isomangostin.
Senyawa xanton yang terkandung di dalam kulit manggis ini merupakan
senyawa fenolik yang tergolong dalam kelas polifenol, yang memiliki
aktivitas antioksidan dan manfaat lainnya dalam bidang kesehatan.
2.8 Xanton
Xanton adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur
cincin 6 karbon dengan kerangka karbon lengkap. Struktur inimenjadikan
xanton bersifat stabil. Xanton merupakan kelas utama fenol dalam tanaman.
Turunan xanton yang paling banyak terdapat dalam kulit manggis adalah α
-mangostin. Selain komposisinya yang banyak, α -mangostin juga memiliki
aktivitas biologi yang paling banyak. [8]

Gambar 1. Struktur dasar Xanton
2.9 Alfa mangostin
Alfa mangostin merupakan derivat xanton yang memiliki rumus

15

molekul C23H26O6 dengan berat molekul sebesar 410.45964. Alfa mangostin
memilki nama IUPAC 1,3,6-Trihydroxy-7-methoxy-2,8-bis(3-methylbut-2en-1-yl)-9H-xanthen-9-one.

Gambar 2. Struktur Alfa-Mangostin
Dalam penelitian disebutkan bahwa alfa-mangostin memiliki berbagai
macam bioaktivitas dan merupakan mayor coumpound dalam ekstrak kulit
manggis. Alfa-mangostin memiliki aktivitas sebagai antioksidan,antiinflamasi, anti malaria, anti tumor, anti alergi, anti bakteri, anti fungi dan anti
kanker.[9]
2.10 Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah
salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik
paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang
memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol
yang ditujukan untuk kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.
Adapun sifat-sifat fisik dan kimia etanol sebagai berikut[10]:
1) Sifat Fisik
 Kadar
: 95,63%
 Wujud
: Cairan tidak berwarna
 Berat molekul
: 46,07 g/mol
 Titik didih
: 78,5 ℃
 Titik lebur
: -114,1 ℃
 Densitas (25 ℃ ) : 0,7893 kg/l

16

2) Sifat Kimia
 Reaksi asam-basa
Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion etoksida
(CH3CH2O−), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti
natrium:
2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2




Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida
seperti etil klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.
Pembentukan Ester
Kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam
karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu
dipisahkan dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.
Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam
anorganik. Dietil sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan
mereaksikan etanol dengan asam sulfat dan asam fosfat. Senyawa
yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna sebagai agen etilasi
dalam sintesis organik.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir
Diagram alir pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

17

Memblender kulit manggis

Mengayak kulit manggis

Menimbang 40 g kulit manggis

40 g kulit manggis
200 ml etanol

Labu leher 3

Merefluks larutan selama 2 jam

Menyaring

Cair

Padat

Mendestilasi

Oven

Menghitung viskositas, densitas,
dan indeks bias

Menimbang

Gambar 3. Diagram alir percobaan ekstraksi
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Berikut alat-alat yang digunakan dalam percobaan:
a. Alat ekstraksi refluks
1 buah
b. Alat destilasi
1 buah
c. Alumunium foil
1 buah
d. Blender
1 buah

18

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

Corong
Erlenmeyer
Gelas beker 500 ml
Gelas Ukur 100 ml
HotPlate
Kaca arloji
Kertas saring
Piknometer
Pipet
Timbangan
Termometer
Viskometer

2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah

3.2.2 Bahan
Berikut bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
a. Etanol
b. Kulit manggis
3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan pada praktikum kali ini, yang pertama kali dilakukan
adalah memblender kulit manggis. Kemudian mengayak kulit manggis. Lalu
menimbang kulit manggis seberat 40 gram. Kemudian memasukkan 40 gram kulit
manggis dan 200 ml etanol ke dalam labu leher tiga. Kemudian merefluks larutan
selama 2 jam. Kemudian menyaring larutan hingga terbentuk 2 fase hasil, padat dan
cair. Untuk hasil yang cair, mendestilasi larutan dan menghitung viskositas, densitas,
dan indeks bias. Untuk yang padat, menaruhnya dalam oven, kemudian menimbang
hasilnya.

3.4 Gambar Alat
Gambar alat pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

19

Gambar 4. Rangkaian Alat Destilasi
3.5 Variabel Percobaan
Variabel pada percobaan ini dibagi menjadi 2, yaitu berubah dan tetap.
Variabel tetapnya adalah kulit manggis. Sedangkan variabel berubahnya adalah
massa hasil percobaan.