Formulasi Dan Uji Sediaan Gel Ekstrak Ganggang Merah (Kappaphycus Alvarezii) Sebagai Anti-Aging Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang
meliputi pengumpulan sampel, pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik
simplisia, pembuatan ekstrak etanol ganggang merah, formulasi sediaan,
pemeriksaan homogenitas sediaan, pengukuran pH sediaan, penentuan stabilitas
sediaan, penentuan viskositas sediaan gel, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan,
dan uji efek anti-aging pada kulit manusia.
3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sudip, spatula,
blender, pot plastik, cawan porselen, kertas perkamen, lumpang porselen, neraca
analitis (Dickson), objek gelas, penangas air,pH meter (Hanna), rotary
evaporator, skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), spatula dan
stamfer, Viscometer Brookfield.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Carbomer,
Trietanolamin, Metil Paraben, Propil paraben, Propilen glikol, Aquades, parfum

aroma leci.
3.2

Sukarelawan
Sukarelawan yang dipilih adalah 15 orang mahasiswi di Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utaradengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat.
2. Usia antara 20-30 tahun.

Universitas Sumatera Utara

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.
4. Bersedia menjadi sukarelawan.
3.3

Pengambilan dan Pengolahan Sampel

3.3.1 Pengambilan sampel
Pengumpulan sampel tumbuhan dilakukan secara purposif tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil
dari distributor rumput laut daerah Medan dimana sampel yang diperoleh berasal
dari perairan Losari Sulawesi Tenggara.
3.3.2 Identifikasi tanaman
Identifikasi sampel tumbuhan ganggang merah dilakukan oleh Alfia
Rahmi (2016) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian
Oseanografi – LIPI Jakarta. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran
1 halaman 40.
3.3.3 Pembuatan simplisia
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini ialah ganggang
merah. Bahan ganggang merah dikumpulkan, sortasi basah, dicuci bersih di
bawah air mengalir, ditiriskan, dan ditimbang beratnya. Ganggang merah
selanjutnya dikeringkan di lemari pengering hingga kering, sortasi kering,
kemudian ditimbang beratnya, dan disimpan dalam wadah plastik yang tertutup
rapat (Depkes RI., 1995).
3.4

Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan


mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar
sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut

Universitas Sumatera Utara

asam (Depkes RI., 1995).
3.4.1 Pemeriksaan makroskopik dan organoleptik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, tekstur
dan ukuran serta pemeriksaan organoleptik dengan mengamati warna, rasa dan
bau dari tumbuhan segar, simplisia dan serbuk simplisia ganggang merah.
3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia ganggang
merah. Serbuk ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi kloralhidrat,
ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop.
3.4.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi
toluen). Alat meliputi labu alas 500 mL, tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL,
pendingin, tabung penyambung, pemanas listrik.
Cara kerja:
Toluen 200 mL dan air suling 2 mL dimasukkan ke dalam labu alas

bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluen didinginkan selama 30 menit dan volume
air pada tabung penerima dibaca. Serbuk simplisia sebanyak 5 g yang telah
ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu tersebut, lalu dipanaskan hati-hati
selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur kurang
lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan
destilasi dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian
dalam pendingin dibilas dengan toluen yang telah dijenuhkan. Destilasi
dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin
sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca.

Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air
Serbuk simplisia sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL
air kloroform (2,5 mL kloroform dalam air suling 1000 mL) dalam labu
bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan
selama 18 jam, lalu disaring. Diuapkan 20 mL filtrat sampai kering dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu
105oC hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar sari larut air.
3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Serbuk simplisia sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama
kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Diuapkan 20 mL filtrat sampai
kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan
dalam oven pada suhu 105oC hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung
kadar sari larut air (Depkes RI., 1995).
3.4.6 Penetapan kadar abu total
Serbuk simplisia sebanyak 2 g yang telah digerus, ditimbang seksama
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 550oC hingga arang habis,
lalu didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian dihitung
kadar abu total (WHO, 1992).
3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan
dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci

Universitas Sumatera Utara

denganair panas. Residu dan kertas saring dipijarkan, didinginkan dan ditimbang

hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar abu tidak larut asam
(WHO, 1992).
3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Ganggang Merah
Pembuatan ekstrak etanol ganggang merah dilakukan dengan cara
perkolasi. Dibasahi 280 g serbuk simplisia dengan etanol 96% dan dibiarkan
selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, tuangi
dengan cairan penyari etanol sampai semua simplisia terendam dan terdapat
selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan
aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka. Biarkan
cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, perkolat ditampung. Kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental
(Depkes RI, 1978).
3.6 Pembuatan Formula
3.6.1 Orientasi formula dengan berbagai konsentrasi ekstrak ganggang
merah dalam gel
Sediaan gel dibuat dengan menggunakan basis gel berdasarkan formula
menurut Wijayanto,dkk (2013), yaitu:
3.6.2 Formula Orientasi
Tabel 3.1 Formula pada orientasi
Bahan

Carbomer
Trietanolamin
Metil Paraben
Propil Paraben
Propilen Glikol
Ekstrak
Aqua Ad 100 ml

F0
2
0,5
0,18
0,02
15
82,3

Bobot Per Formula (g)
F1
F2
F3

2
2
2
0,5
0,5
0,5
0,18
0,18
0,18
0.02
0,02
0,02
15
15
15
1,5
2
2,5
80,8
80,3

79,8

F4
2
0,5
0,18
0,02
15
3
79,3

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi ekstrak ganggang merah yang digunakan dalam pembuatan
sediaan gel anti-aging masing-masing adalah 1,5%, 2%, 2,5% dan 3%. Formulasi
dasar gel tanpa ekstrak ganggang merah dibuat sebagai blanko. Rancangan
formula sebagai berikut (Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Komposisi bahan dalam sediaan gel pada orientasi
Bahan
Ekstrak ganggang merah (g)

Dasar Gel (g)

F0
100

Konsentrasi (%)
F1
F2
F3
1,5
2
2,5
98,5
98
97,5

F4
3
97


Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5 %
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 2 %
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2,5 %
F4: Gel ekstrak ganggang merah 3 %
3.6.3 Formula Penelitian Utama
Tabel 3.3 Formula pada penelitian utama
Bahan
Carbomer
Trietanolamin
Metil Paraben
Propil Paraben
Propilen Glikol
Ekstrak
Aqua Ad 100 ml

F0
2
0,5
0,18
0,02
15
82,3

Bobot Per Formula (g)
F1
F2
F3
2
2
2
0,5
0,5
0,5
0,18
0,18
0,18
0.02
0,02
0,02
15
15
15
1
1,5
2
81,3
80,8
80,3

F4
2
0,5
0,18
0,02
15
2,5
79,8

3.6.4 PembuatanBasis Gel
Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Air suling sebanyak 20 kali
berat Carbomer dipanaskan hingga mendidih kemudian diangkat dan Carbomer
dikembangkan atau didispersikan didalamnya selama 15 menit, setelah kembang
ditambahkan Trietanolamin sedikit demi sedikit dan Metil Paraben, Propil
Paraben yang telah dilarutkan dengan Propilen Glikol, kemudian digerus hingga
homogen, lalu ditambahkan sisa air suling yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

3.6.5 Pembuatan Sediaan Gel Anti-Aging
Ekstrak dan basis gel ditimbang beratnya sesuai dengan jumlah masingmasing seperti pada Tabel 3.2 (pada orientasi) dan Tabel 3.4 (pada penelitian
utama). Ekstrak dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan basis gel sedikit
demi sedikit, gerus hingga homogen. Kemudian ditambahkan parfum tiga tetes
dan gerus hingga homogen.
Konsentrasi ekstrak ganggang merah yang digunakan dalam pembuatan
sediaan gel anti-aging masing-masing adalah 1%, 1,5%, 2% dan 2,5%. Formulasi
dasar gel tanpa ekstrak ganggang merah dibuat sebagai blanko. Rancangan
formula sebagai berikut (Tabel 3.4).
Tabel 3.4 Komposisi bahan dalam sediaan gel pada penelitian utama
Bahan
Ekstrak ganggang merah (g)
Dasar Gel (g)

F0
100

Konsentrasi (%)
F1
F2
F3
1
1,5
2
99
98,5
98

F4
2,5
97,5

Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5 %
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 2 %
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2,5 %
F4: Gel ekstrak ganggang merah 3 %
3.7

Pemeriksaan Terhadap Sediaan Gel

3.7.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
3.7.2 Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH

Universitas Sumatera Utara

7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan
dilarutkan dengan air suling hingga 100 mL. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Pengamatan dilakukan
pada suhu kamar pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan hari ke 7, 14, 21,
28 dan 90 (Rawlins, 2003).
3.7.3 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik,
disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau,
warna, dan pecahnya emulsi selama penyimpanan 12 minggu dengan interval
pengamatan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan hari ke 7,14, 21, 28
dan 90 (National Health Surveillance Agency, 2005).
3.7.4. Penentuan Viskositas Sediaan Gel
Sediaan gel diukur viskositasnya dengan Viscometer Brookfield dengan
spindle yang sesuai. Pengukuran dilakukan tiga kali untuk masing-masing gel
(Rawlins, 2003). Dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan interval
pengamatan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan hari ke 7,14, 21, 28
dan 90.
3.8 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat iritatif
sediaan. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji pakai (usage test).
Percobaan ini dilakukan pada 15 orang sukarelawan yaitu 3 orang sukarelawan

Universitas Sumatera Utara

untuk tiap formula dioleskan di bagian belakang telinga sukarelawan kemudian
dibiarkan 24 jam dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi positif
ditandaioleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau pengkasaran pada kulit di bagian
belakang telinga yang diberi perlakuan (Wasitaatmadja, 1997).
3.9

Pengujian Aktivitas Anti-Aging
Terlebih dahulu diukur kondisi awal kulit punggung tangan semua

sukarelawan, dengan parameter uji meliputi kadar air (moisture), pori (pore), noda
(spot) dan keriput (wrinkle) dengan menggunakan alat skin analyzer dan moisture
checker.
Pengujian aktivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk formula blanko (tanpa ekstrak)
Kelompok II: 3 orang sukarelawan untuk formula gel anti-aging dengan
konsentrasi ekstrak ganggang merah 1%
Kelompok III: 3 orang sukarelawan untuk formula gel anti-aging dengan
konsentrasi ekstrak ganggang merah 1,5%
Kelompok IV: 3 orang sukarelawan untuk formula gel anti-aging dengan
konsentrasi ekstrak ganggang merah 2%
Kelompok V: 3 orang sukarelawan untuk formula gel anti-aging dengan
konsentrasi ekstrak ganggang merah 2,5%
Pemakaian gel dilakukan dengan mengoleskan gel pada daerah
pungggung tangan sukarelawan hingga merata. Gel digunakan satu kali sehari,
yaitu pada malam hari setiap hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit
diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi, yang telah dilakukan
oleh saudari Alfia Rahmi. Sampel yang diperoleh adalah tumbuhan ganggang
merah, famili Areschougiaceae, dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 38.
4.2 Hasil Karakterisasi
4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap tumbuhan ganggang merah
diperoleh bentuk talus silindris dengan permukaan licin, berwarna merah
kecoklatan karena bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara
proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan
berbagai warna pada talus seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning
dan hijau. Keadaan warna tidak selalu dapat digunakan dalam menentukan
kelasnya. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan yang
berubah. Kejadian ini merupakan proses modifikasi yaitu perubahan bentuk dan
sifat luar (fenotipe) yang tidak kekal sebagai pengaruh lingkungan antara lain
iklim dan oseanografi yang relatif cukup besar. Mempunyai tipe percabangan
dichotomous. Ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan) dan duri (Aslan, 1998).
Dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 43.
Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap serbuk simplisia tumbuhan
ganggang merah diperoleh serbuk kasar, dengan organoleptik warna coklat serta
memiliki rasa dan bau yang khas. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 halaman 43.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasilpemeriksaan

mikroskopik

pada

serbuk

simplisia

tumbuhan

ganggang merah terlihat adanya sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak
beraturan, yang berisi pigmen berwarna merah dan terdapat pula sel-sel propagule
yang merupakan sel yang berperan untuk perkembangbiakan atau propagation.
Dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 45.
Uraian mikroskopik mencakup pengamatan terhadap bagian simplisia
dan fragmen pengenal dari serbuk simplisia (Depkes RI, 1995).
Serbuk simplisia ganggang merah memiliki fragmen pengenal berupa
sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan, yang berisi pigmen
berwarna merah dan terdapat pula sel-sel propagule.
4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik
Hasil pemeriksaan karakteristik dari serbuk simplisia tumbuhan
ganggang merah dapat diliat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia ganggang merah
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Karakteristik
Kadar Air
Kadar sari larut dalam air
Kadar sari larut dalam etanol
Kadar abu total
Kadar abu tidak larut dalam asam

Hasil Pemeriksaan (%)
7,86
30,32
10,33
18,14
0,55

Monografi simplisia tumbuhan ganggang merah tidak tercantum dalam
Materia Medika Indonesia (MMI), sehingga tidak ada acuan dalam menentukan
parameternya. Tabel 4.1 menunjukkan kadar air pada simplisia tumbuhan
ganggang merah sebesar 7,86%, kadar tersebut memenuhi persyaratan

Universitas Sumatera Utara

umumuntuk simplisia tumbuhan yaitu lebih kecil dari 10%. Kadar air yang lebih
besar dari 10% dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya
(Depkes RI, 1995).
Penetapan kadar sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang
tersari dalam pelarut air seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna
dan asam-asam organik, sedangkan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti glikosida,
antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil, saponin, tanin dan yang larut dalam
jumlah sedikit yaitu lemak (Depkes RI, 1995).
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu
melebihi nilai yang ditetapkan untuk simplisia tumbuhan karena dapat berbahaya
(toksik) bagi kesehatan.Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan
senyawa anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn dan K. Kadar abu
tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak
larut dalam asam misalnya silikat.Abu total terbagi dua yaitu abu fisiologis dan
abu non fisiologis. Abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan
itu sendiri sedangkan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang
berasal dari bahan-bahan luar yang terdapat pada permukaan simplisia(WHO,
1992).
Kadar abu total simplisia tumbuhan ganggang merahdiperoleh sebesar
18,1409%,

tingginya

kadar

abu

pada

simplisia

tumbuhan

ganggang

Universitas Sumatera Utara

merahdisebabkan karena tumbuhan ganggang merahmengandung mineral kalium,
natrium, kalsium, dan magnesium (Hardoko, 2007).
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam menyatakan jumlah
silika pada simplisia, diperoleh dengan cara melarutkan abu total dalam asam
klorida (WHO, 1992). Perhitunganpemeriksaan karakteristik serbuk simplisia
tumbuhan ganggang merah dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 46.
4.3 Ekstraksi
Hasil ekstraksi 280 g simplisia dengan cara perkolasi menggunakan
pelarut etanol 96% sebanyak 4,5 L, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator
pada suhu 40-50°C sampai diperoleh ekstrak sebanyak 38,6 g. (% rendemen :
berat ekstrak / berat simplisia x 100% = 38,6 g / 280 g x 100% = 13,786%).
4.4 Hasil orientasi formula dengan berbagai konsentrasi ekstrak ganggang
merah dalam gel
Hasil orientasi pembuatan formula sediaan gel anti-aging pada blanko
(dasar gel) dan pada konsentrasi ekstrak 1,5; 2; 2,5% menghasilkan sediaan gel
dengan nilai viskositas yang bagus, sementara pada konsentrasi ekstrak 3%
menghasilkan sediaan gel dengan nilai viskositasnya sangat rendah (sangat encer).
Penurunan nilai viskositas yang sangat rendah pada konsentrasi ekstrak
3% disebabkan oleh salah satu faktor penurunan viskositas, yaitu nilai pH yang
rendah. Semakin banyak penambahan konsentrasi ekstrak, maka semakin rendah
nilai viskositas sediaan dikarenakan pH ekstrak ganggang merah yang asam. Oleh
karena itu pada penelitian selanjutnya konsentrasi ekstrak 3% tidak digunakan,
dan menggunakan konsentrasi ekstrak 1; 1,5; 2; 2,5%.
4.5 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Gel
4.5.1 Hasil pemeriksaan homogenitas

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil pengamatan homogenitas gel anti-aging menggunakan ekstrak
ganggang merah, diperoleh bahwa semua sediaan gel yang dibuat tidak terdapat
butiran kasar, seperti terlihat pada Lampiran 12 halaman 51.
4.5.2 Hasil pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan menggunakan pH meter (Hanna
Instrumen) dengan tiga kali pengulangan.
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan gel
Formula
F0
F1
F2
F3
F4

0
5,4
5,5
5,8
6,2
6,5

Nilai pH Rata-rata pada Hari Ke
7
14
21
28
5,4
5,3
5,3
5,2
5,5
5,5
5,5
5,6
5,8
5,9
5,9
5,9
6,2
6,2
6,3
6,3
6,5
6,5
6,5
6,6

90
5,2
5,6
6,0
6,4
6,7

Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah selesai dibuat,
kemudian setelah penyimpanan 7, 14, 21, 28, sampai 90 hari. Hasil pengukuran
pH tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak
ganggang merah maka pH sediaan semakin tinggi, namun perubahan tersebut
masih dalam standar persyaratan pH untuk sediaan gel yaitu antara pH 5,00-10,00
(Sihombing dan Wathoni, 2012).
4.5.3 Hasil pengamatan stabilitas sediaan
Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel eksrak ganggang merah meliputi
bentuk, warna, dan bau yang diamati secara visual. Sediaan dinyatakan stabil

Universitas Sumatera Utara

apabila warna, bau, dan bentuk tidak berubah secara visual selama penyimpanan
dari saat setelah selesai dibuat, kemudian setelah penyimpanan 7, 14, 21, 28,
sampai 90 hari. Hasil pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak
ganggangmerah menunjukkan bahwa semua sediaan gel tidak mengalami
perubahaan yangberarti dari segi penampilan baik warna, bau dan konsistensinya
setelah penyimpanan 90 hari. Hasil ini menunjukkan sediaan gel ekstrak
ganggang merah stabil dalam penyimpanan. Berikut data hasil pengamatan
stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan gel pada saat
sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
Pengamatan
No
1
2
3
4
5

Formula
F0
F1
F2
F3
F4

Selesai
dibuat
x y z
- - - - - - - - - - -

7 hari

14 hari

x
-

x
-

y
-

z
-

21 hari

y z X y
- - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

z
-

28 hari

90 hari

x
-

x
-

y
-

z
-

y
-

z
-

x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pemisahan fase
√: Terjadi perubahan
- :Tidak terjadi perubahan

Gambar sediaan gel setelah dibuat dan setelah disimpan selama 90 hari
dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 50. Stabilitas dari
suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna dan bau
selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahanbahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi.
4.5.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Universitas Sumatera Utara

Viskositas sediaan ditentukan menggunakan viscometer brookfield. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Hasil pengamatan viskositas sediaan gel selama penyimpanan 90 hari
menunjukkan bahwa sediaan mengalami penurunan viskositas. Hal ini disebabkan
karena lama penyimpanan, sehingga sediaan terpengaruh oleh lingkungan seperti
udara.
Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan gel
Formula
F0
F1
F2
F3
F4

Nilai Viskositas Rata-rata pada Hari Ke
7
14
21
28
43500
43500
43500
43500
28000
28000
28000
28000
26250
26250
26250
26250
24500
24500
24500
24500
23500
23500
23500
23000

0
43500
28000
26250
24500
23500

90
43250
27500
26250
24000
23000

Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
4.6

Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit

yang tipis di belakang telinga dibiarkan selama 24 jam.
Tabel 4.5 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
No
1
2
3

F0

Reaksi iritasi
Gatal
Kemerahan
Pengkasaran
kulit

Sukarelawan
F2
F3

F1

F4

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Keterangan: F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%

Universitas Sumatera Utara

F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
+ : gatal
+++ : pengkasaran kulit
++ : kemerahan
: tidak terjadi
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 menunjukkan tidak ada terlihat efek
iritasi berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh
sediaan gel yang dioleskan ke kulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sediaan gel yang dibuat aman untuk digunakan.
4.7

Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging
Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji normalitas

dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai ≤p 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik
Kruskal

Wallis

untukmengetahui

apakahterdapatperbedaanantar

formuladalammemulihkankulitkemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney
untuk mengetahui pada formula mana yangterdapat perbedaansecarasignifikan.
Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 54.
4.7.1 Kadar air (moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran
dapat dilihat pada Tabel 3.6, yang menunjukkan bahwa kadar air kulit punggung
tangan semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian gel anti-aging adalah
dehidrasi (0-29).
Setelah pemakaian gel anti-aging selama 4 minggu, semua formula
mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi menjadi normal. Persentasi
peningkatan kadar air kulit formula F0, formula F1, formula F2 dan formula F3
masing-masing 2,67%; 5,00%; 7,33% dan 8,33%. Persentase peningkatan kadar

Universitas Sumatera Utara

air kulit paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok sukarelawan dengan perawatan
menggunakan formula F4 yaitu sebesar 8,66%.

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung
tangan sukarelawan setelah pemakaian gel anti-aging selama 4
minggu
Formul
a

F0

F1

F2

F3

F4

SukaRelawan
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

Sebelu
m
28
27
27
27,33
27
27
29
27,67
28
26
27
27,00
28
26
28
27,33
29
28
27
28,00

Kadar air (%)
Pemakaian (minggu)
I
II
III
IV
29
29
30
31
27
28
28
29
28
29
30
30
28,00 28,67 29,33 30,00
30
30
32
33
30
31
31
32
31
32
33
33
30,33 31,00 32,00 32,67
32
33
34
34
31
33
33
34
31
32
33
35
31,33 32,67 33,33 34,33
33
35
36
36
30
32
34
35
32
33
35
36
31,67 33,33 35,00 35,67
35
35
37
37
33
35
36
36
33
34
35
37
33,67 34,67 36,00 36,67

Peningkat
an Kadar
Air (%)
3,00
2,00
3,00
2,67
6,00
5,00
4,00
5,00
6,00
8,00
8,00
7,33
8,00
9,00
8,00
8,33
8,00
8,00
10,00
8,66

Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

Universitas Sumatera Utara

Kadar Air

40
35
30
25
20
15
10
5
0

F0
F1
F2
F3
F4
0

1

2

3

4

5

Waktu (Minggu)
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung
tangan sukarelawan kelompok blanko, gel ekstrak ganggang merah
1; 1,5; 2; dan 2,5% selama 4 minggu
Keterangan:

F0: Blanko (dasar gel)
F1: Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2: Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4: Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

Grafik pengaruh pemakaian gel anti-aging terhadap kadar air kulit
sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pada sukarelawan
yang memakai gel dengan formula F4 memiliki kadar air yang lebih tinggi dari
formula F0, F1, F2, dan F3.
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran kadar air menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian gel
anti-aging setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4
minggu

pemakaian

gel

anti-aging

menunjukkanbahwaterdapatperbedaanpeningkatan kadarairyang signifikan (p

0,05) antara blanko dengan semua formula gel ekstrak ganggang merah. Namun

Universitas Sumatera Utara

antara formula F2 dengan F3 tidak terdapat perbedaan peningkatan kadar air
yang signifikan, begitu pula antara
formula F3 dan F4.
Menurut Mitsui (1997), nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi kadar air dalam epidermis dan dermis. Kulit
harus mampu menjaga kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit
yang sehat. Apabila kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan
nutrisi dan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah dan terkelupas.
4.7.2 Pori (pore)
Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer yaitudengan
lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8, yang menunjukkan bahwa pori kulit
punggung tangan semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian gel antiaging adalah beberapa besar (20-39). Setelah pemakaian gel anti-aging selama 4
minggu, hasil pengukuran pori pada sukarelawan yang memakai gel anti-ging
mengalami perubahan dari pori yang beberapa besar menjadi kecil. Perubahan
pori dari beberapa besar menjadi kecil sudah terlihat pada formula F4 pada miggu
keempat, sedangkan pada formula F0, F1, F2, F3 belum terlihat perubahannya
pada minggu keempat.
Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu
terik, peningkatan suhu menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Sebum
yang berlebihan dan kulit mati dapat menyumbat pori. Jika pori-pori tersumbat,
maka dapat muncul bebrbagai masalah pada kulit seperti jerawat dan komedo
(Reveny, dkk., 2015).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan setelah pemakaian gel anti-aging selama 4 minggu

Formula

F0

F1

F2

F3

F4

Ukuran pori
Pemakaian (minggu)

Sukarelawan

Sebelum

1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

24
24
27
25,00
27
26
25
26,00
27
24
25
25,33
27
27
24
26,00
27
24
25
25,33

I

II

III

IV

Pengecila
n pori
(%)

24
24
26
24,67
27
25
24
25,33
26
23
24
24,33
25
24
24
24,33
27
21
24
24,00

24
23
26
24,33
26
23
24
24,33
24
23
22
23,00
24
24
23
23,67
24
20
21
21,67

23
23
25
23,67
25
23
23
23,67
22
22
22
22,00
23
22
21
22,00
22
18
19
19,67

22
22
25
23,00
24
22
22
22,67
21
20
19
20,00
21
18
19
19,33
16
18
16
16,67

8,33
8,33
7,41
8,00
11,11
15,38
12,00
12,81
22,22
16,67
24,00
21,04
22,22
33,33
20,83
25,65
40,74
25,00
36,00
34,19

Keterangan :
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
Grafik pengaruh pemakaian gel anti-aging terhadap pori kulit
sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara

30
25

F0

Pori

20
15

F1

10

F2

5

F3

0

F4
0

1

2

3

4

5

Waktu (Minggu)
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok blanko, gel ekstrak ganggang merah 1; 1,5;
2; dan 2,5% selama 4 minggu
Keterangan:

F0: Blanko (dasar gel)
F1: Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2: Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4: Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (p≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian gel

anti-

aging. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian gel anti-aging
menunjukkanbahwaterdapatperbedaanyang signifikan (p≤ 0,05) antara blanko
dengan semua formula gel ekstrak ganggang merah. Akan tetapi, antara F2
dengan F3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan, begitu juga antara F3 dengan
F4.
4.7.3 Noda (spot)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin
analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8, yang menunjukkan bahwa kulit

Universitas Sumatera Utara

punggung tangan semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian gel antiaging memiliki banyak noda (40-100).
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit punggung tangan
sukarelawan setelah pemakaian gel anti-aging selama 4 minggu

Formula

F0

F1

F2

F3

F4

Banyak noda
Pemakaian (minggu)

Sukarelawan

Sebelum

1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

48
43
46
45,67
44
46
49
46,33
41
46
48
45,00
49
43
46
46,00
47
41
45
44,33

I

II

III

IV

Pengurang
an Noda
(%)

48
43
46
45,67
44
45
48
45,67
40
45
46
43,67
47
42
43
44,00
43
40
42
41,67

48
43
46
45,67
43
45
47
45,00
38
44
46
42,67
46
40
42
42,67
41
37
41
39,67

48
42
46
45,33
43
44
47
44,67
37
42
45
41,33
44
38
40
40,67
40
34
38
37,33

47
42
45
44,67
42
43
46
43,67
37
41
43
40,33
42
37
38
39,00
38
33
36
35,67

2,08
2,08
2,32
2,19
4,55
6.52
6,12
5,74
9,76
10,87
10,42
10,38
14,29
13,95
17,39
15,22
19,15
19,51
20,00
19,54

Keterangan :
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
Setelah pemakaian gel anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran
noda pada sukarelawan yang memakai gel formula F4 mengalami pengurangan
noda, yaitu dari banyak noda menjadi beberapa noda. Pada minggu keempat
formula F3 sudah menunjukkan pengurangan noda, dan formula F4 sudah

Universitas Sumatera Utara

mununjukkan pengurangan noda pada minggu ketiga. Formula F4 lebih baik
dalam mengurangi noda pada kulit dibandingkan dengan formula F0, F1, F2, dan
F3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan ekstrak di dalam
sediaan gel maka semakin besar peranannya dalam mengurangi jumlah noda pada
kulit.
Grafik pengaruh pemakaian gel anti-aging terhadap noda kulit

Banyak Noda

sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.3.

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

F0
F1
F2
F3
F4
0

1

2

3

4

5

Waktu (Minggu)
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok blanko, gel ekstrak ganggang merah 1; 1,5;
2; dan 2,5% selama 4 minggu
Keterangan:

F0: Blanko (dasar gel)
F1: Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2: Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4: Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit yang
ditemukan dalam lapisan basal. Di dalam melanosit disintesa granula-granula
pigmen yang disebut melanosom. Melanosom mengandung biokroma coklat yang
disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit dalam kulit menentukan warna
kulit seseorang. Melanosit melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh sinar

Universitas Sumatera Utara

matahari yang merugikan. Sebaliknya, sinar matahari yang berlebihan juga dapat
meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin. Semakin banyak sinar
matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin
dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit
(Fitzpatrick, dkk., 1983).
4.7.4 Keriput (wrinkle)
Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer
menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini, yang
menunjukkan bahwa kulit punggung tangan semua kelompok sukarelawan
sebelum pemakaian gel anti-aging adalah berkeriput (20-52). Setelah pemakaian
gel anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran keriput pada semua kelompok
sukarelawan mengalami perubahan dari berkeriput menjadi tidak berkeriput.
Perubahan tersebut sudah terlihat pada formula F4 minggu keempat, sedangkan
formula F0, F1, F2, dan F3 belum menunjukkan perubahan pada minggu keempat.
Formula F4 lebih baik dalam mengurangi keriput pada kulit dibandingkan dengan
formula F0, F1, F2, dan F3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung tangan
sukarelawan setelah pemakaian gel anti-aging selama 4 minggu

Formula

F0

F1

F2

F3

F4

Keriput
Pemakaian (minggu)

Sukarelawan

Sebelum

1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

27
26
29
27,33
29
27
26
27,33
29
26
25
26,67
27
28
25
26,67
25
28
29
27,33

I

II

III

IV

Penguran
gan
Keriput
(%)

27
25
29
27,00
29
27
25
27,00
27
24
25
25,33
25
26
24
25,00
23
25
26
24,67

27
25
29
27,00
29
26
25
26,67
26
24
24
24,67
24
25
22
23,67
21
24
24
23,00

27
25
29
27,00
28
26
24
26,00
26
23
23
24,00
23
23
21
22,33
20
22
21
21,00

27
25
28
26,67
27
26
24
25,67
25
23
22
23,33
21
21
18
20,00
18
20
19
19,00

0
3,85
3,45
2,41
6,89
3,70
7,69
6,07
13,79
11,54
12,00
12,52
22,22
25,00
28,00
25,01
28,00
28,57
34,48
30,47

Keterangan :
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar gel)
F1 : Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2 : Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3 : Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4 : Gel ekstrak ganggang merah 2,5%
Grafik pengaruh pemakaian gel anti-aging terhadap keriput kulit
sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Universitas Sumatera Utara

30

Keriput

25

F0
F1
F2
F3
F4

20
15
10
5
0
0

1

2

3

4

5

Waktu (Minggu)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung
tangan sukarelawan kelompok blanko, gel ekstrak ganggang merah
1; 1,5; 2; dan 2,5% selama 4 minggu.
Keterangan:

F0: Blanko (dasar gel)
F1: Gel ekstrak ganggang merah 1%
F2: Gel ekstrak ganggang merah 1,5%
F3: Gel ekstrak ganggang merah 2%
F4: Gel ekstrak ganggang merah 2,5%

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran keriput menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (p≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian gel
anti-aging padaminggu kedua, ketiga dankeempat. Hasil analisis statistik setelah 4
minggu pemakaian gel anti-aging menunjukkanbahwaterdapatperbedaanyang
signifikan (p≤ 0,05) antara blanko dengan semua formula gel ekstrak ganggang
merah.

Akan tetapi, antara F1 dengan F2

tidak terdapat perbedaan yang

signifikan (p > 0,05), begitu juga antara F3 dengan F4.
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV
dari matahari. Sinar UV dapat menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Kolagen
merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit

Universitas Sumatera Utara

kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur
(Noormindhawati, 2013).
Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap.
Keriput yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab
menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak ganggang merah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel.
b. Gel ekstrak ganggang merah 2,5% menunjukkan efektivitas anti-aging
paling baik dibandingkan dengan formula gel lainnya, yang dapat
meningkatkan kadar air dari kondisi kulit dehidrasi menjadi normal, dengan
angka peningkatan kadar air yang paling besar (8,66%), mengecilkan pori
dari beberapa besar menjadi kecil (34,19%), mengurangi noda dari banyak
noda menjadi beberapa noda (19,54%), dan mengurangi keriput (30,47%).
5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat membandingkan
efektivitas anti-aging gel ekstrak etanol ganggang merah (Kappaphycus alvarezii)
dengan gel anti-aging produk pasaran yang mengandung karotenoid, vitamin E
atau vitamin C.

Universitas Sumatera Utara