Formulasi Dan Uji Sediaan Gel Ekstrak Ganggang Merah (Kappaphycus Alvarezii) Sebagai Anti-Aging

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Rumput laut atau Algae termasuk tumbuhan bertalus karena mempunyai
struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang, dan berakar
semuanya terdiri dari talus saja. Rumput laut umumnya terdapat di daerah tertentu
dengan persyaratan khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau pada daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada
substrat didasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu
gamping atau cangkang moluska. Umumnya tumbuh dengan baik di daerah pantai
terumbu, karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya
banyak terpenuhi, diantaranya factor kedalaman perairan, cahaya, substrat, dan
gerakan air. Habitat khas adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang
tetap, lebih menyukai variasi suhu harian yang rendah dan substrat batu karang
mati. Rumput laut tumbuh berkelompok dengan jenis rumput laut lainnya (Aslan,
1998).
Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae
(ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), Chlorophyceae (ganggang
hijau), dan Cyanophyceae (ganggang hijau-biru). Rumput laut Kappaphycus
alvarezii merupakan jenis ganggang yang bersifat makroskopik dan tergolong
dalam kelas Rhodophyceae (Indriani, 1991).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil identifikasi LIPI, taksonomi rumput laut Kappaphycus
alvarezii diklasifikasikan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Filum/Divisio : Rhodophyta
Kelas/Class

: Rhodophyceae

Bangsa/Ordo : Gigartinales
Suku/Famili

: Areschougiaceae

Marga/Genus : Kappaphycus

Jenis/Spesies : Kappaphycus alvarezii
2.1.2 Nama Daerah
Nama daerah (dagang) yang lebih dikenal untuk Kappaphycus alvarezii
yaitu Eucheuma cottonii dan Eucheuma alvarezii (Anggadiredja, dkk., 2010).
2.1.3 Morfologi Tumbuhan
Ciri-ciri Kappaphycus alvarezii yaitu memiliki talus bentuk silindris,
permukaan licin, berwarna cokelat kemerahan karena bersifat adaptasi kromatik,
yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas
pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada talus seperti: merah
tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Keadaan warna tidak selalu
dapat digunakan dalam menentukan kelasnya. Perubahan warna sering terjadi
hanya karena faktor lingkungan yang berubah. Kejadian ini merupakan proses
modifikasi yaitu perubahan bentuk dan sifat luar (fenotipe) yang tidak kekal
sebagai pengaruh lingkungan antara lain iklim dan oseanografi yang relatif cukup
besar (Aslan, 1998). Percabangan talus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi
nodulus (tonjolan-tonjolan) dan duri untuk melindungi gametangia. Percabangan
bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus
(percabangan

dua-dua)


atau

trichotomus

(sistem percabangan

tiga-tiga)

(Anggadiredja, dkk., 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Khasiat Tumbuhan
Senyawa metabolit sekunder disini adalah senyawa steroid. Beberapa
turunan steroid yang penting ialah steroid alkohol atau sterol. Steroid yang
ditemukan dalam jaringan tumbuhan disebut fitosterol. Beberapa senyawa ini jika
terdapat dalam tumbuhan akan dapat berperan menjadi pelindung (Sharo, dkk.,
2013). Sterol juga berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menahan laju
absorbsi glukosa darah dari saluran cerna menuju pembuluh darah sehingga

mampu menahan laju peningkatan kadar glukosa darah. Dengan mencegah
peningkatan kadar glukosa darah juga dapat mencegah peningkatan radikal bebas
(Suhartono, dkk., 2005).
Hasil pengujian aktivitas antioksidan dari ganggang merah dengan
metode penangkapan radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol
ganggang merah memiliki IC50 sebesar 3,03 ppm, yang termasuk dalam aktivitas
antioksidan yang sangat kuat (Kumar, dkk., 2007). Ganggang merah kaya akan
protein, serat kasar, asam lemak esensial, mineral-mineral, karoteneid vitamin A,
dan vitamin C (Fayaz, dkk., 2005). Kandungan senyawa aktif lain dalam alga
yaitu bagian dari karotenoid (astaxanthin), yangdapat membantu mengurangi kulit
kasar dan penuaan, melindungi sebum dari oksidasi (Tominaga, dkk., 2012). Jenis
alga merah ini diteliti juga mengandung karagenan (derivat polisakarida) dan
mineral berlimpah yang juga memiliki efek hidrasi, terapi dan pelembab
(Agatonovic dan Morton, 2012).
Menurut penelitian sebelumnya, astaxantin yang terdapat di ganggang
merah dapat menurunkan hiperpigmentasi, menghambat sintesis melanin dan
photo-aging. Mekanisme aksi pengurangan keriput dari astaxantin dapatdijelaskan

Universitas Sumatera Utara


sebagai perbaikan kondisi dermis melalui pemulihan serat kolagen, dengan cara
melindungi lapisan dermal dari kerusakan oksigen singlet yang telah dibuktikan
dengan studi in vitro menggunakan fibroblas dermal manusia. Penghambatan
melanogenesis pada noda (flek-flek hitam) dengan menekan polimerisasi oksidatif
pada melanosit dan inflamasi pada epidermis (Tominaga, dkk., 2012).
2.2 Ekstraksi dan Metode Ekstraksi
2.2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu
(Harborne, 1987).
2.2.2 Metode Ekstraksi
I. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat di desak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan

maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan (Depkes RI, 1986).

b. Perkolasi

Universitas Sumatera Utara

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan
untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut
cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau
sisa perkolasi. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi
karena:
- Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
- Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan

konsentrasi.
II. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat soxhlet yang sampelnya dibungkus dengankertas

Universitas Sumatera Utara

saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40–50° C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
d. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus
adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu
900 C selama 15 menit.
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama ≥( 30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 1986).
2.3 Kulit
Kulit adalah lapisan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh
dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk memperindah kecantikan, selain itu kulit
dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien. Kulit mencakup kulit
pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya termasuk kuku, rambut, dan
kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat di bagian luar untuk
menutupi dan melindungi permukaantubuh. Kulit berhubungan dengan selaput
lendir yang melapisi rongga lubang masuk (Tranggono dan Latifah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Lapisan Kulit

1. Epidermis
Lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur
utamanya adalah sel-sel tanduk (kerasinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis
tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada dilapisan bawah bermitosis
terus-menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan mengelupas dan
gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan
sedikit serat elastis (Tranggono dan Latifah, 2007).
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis
kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis
menjadi tujuan utama. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya ada telapak kaki dan telapak
tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak
mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Epidermis terdiri atas beberapa lapisan sel. Sel-sel ini berbeda dalam
beberapa tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap
sebagai akhir keaktivan sel, lapisan tersebut terdiri dari 5 lapis (Tranggono dan
Latifah, 2007).
a.


Stratum korneum
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi) gepeng,

kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin ke luar
letak sel gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang terkelupas akan
digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang

Universitas Sumatera Utara

susunankimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak
mengandung air karena adanya penguap air, elastisnya kecil, dan sangat efektif
untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
b.

Stratum lusidum (Stratum lucidum)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening.

Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya secara
keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah
tubuh yang berkulit tebal (Syaifuddin, 2009). Lapisan ini terletak dibawah stratum

korneum. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat keratin tipis
yang disebut rein’s barrier (Szkall) yang tidak bisa ditembus (impermeable).
c. Lapisan granulosum (stratum granulosum)
Lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas
lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk

menghasilkan protein dan

ikatan kimia stratum korneum.
d. Lapisan spinosum (stratum spinosum)
Lapisan

spinosum

merupakan

lapisan

yang

paling

tebal

dari

epidermis.Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang
membentuk keratin (Tranggono dan Latifah, 2007).
e. Lapisan basal (stratum basale)
Lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis
dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Lapisan ini
terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk
lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit

Universitas Sumatera Utara

terdapat dalam lapisan ini. Pada lapisan epidermis terdapat (Mitsui, 1997):
a. Keratinosit, yang berfungsi untuk membentuk lapisan yang tahan terhadap
zat kimia dan biologis.
b. Melanosit, yang berfungsi memproduksi melanin. Sel ini tersebar di antara
sel basal di lapisan basal.
c. Sel

Langerhans

dengan

sistem

imun

yang

berfungsi

sebagai

mekanisme pertahanan terhadap zat asing.
2. Dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh
lebih tebal

daripada

epidermis.

Matriks

kulit

mengandung

pembuluh-

pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996).
Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan ratarata 3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin.
Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia
tanpa lemak. Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut,
ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi
kencang. Seiring

bertambahnya

usia,

produksi

kolagen

semakin

berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain
dengan krim anti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan

olahraga

Universitas Sumatera Utara

dan nutrisi yang baik (Sulastomo, 2007).
Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama
wajah adalah

sebum.

Sebum

merupakan

melembabkan dan melindungi kulit

kandungan

dari polusi.

minyak yang

Sebum dibentuk oleh

kelenjar palit yang terletak di bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan
kandung

rambut

(folikel).

Folikel rambut

mengeluarkan

lemak

yang

meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut (Bogadenta, 2012).
3. Subkutan
Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan
mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma
mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta
sebagai pengaturan suhu tubuh. Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,
besar,

dengan

inti

terdesak

ke

pinggir karena sitoplasma lemak yang

bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang
lainnya oleh trabekula fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak
tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3cm, sedangkan di daerah
kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi sebagai
bantalan (Wasitaatmadja, 1997).
Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan selsel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan
struktur lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila

Universitas Sumatera Utara

makanberlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak
maka

lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan

lemaknya (Putro, 1997)
2.3.2 Fungsi kulit
Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah:
1. Proteksi (pelindung)
Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh
lingkungan luar. Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia,
perubahan suhu, dan lain-lain.
2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang
keluar

pada saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh.

Keluarnya keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas
temperatur.
3. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan
zat-zat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.
4. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan,
rasa sakit, dan tekanan.
5. Absorpsi
Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui
kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Jenis-jenis kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian
(Noormindhawati, 2013):
a. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air
dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori
kulit kecil.
b. Kulit berminyak
Merupakan

kulit

yang

memiliki

kadar

minyak

berlebihan di

permukaan kulit sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah
berjerawat.
c. Kulit kering
Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa
kaku, tidak elastis, dan mudah berkeriput.
d. Kulit kombinasi
Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan
berminyak. Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada daerah pipi
berkulit kering.
e. Kulit sensitif
Adalah

kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap

kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya
yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi
iritasi, kulit menjadi lebih tipis dan sangat sensitif.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Penuaan dini
Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini,
baik faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik
(lingkungan). Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor intrinsik (intrinsic factor)
Faktor intrinsik menyebabkan penuaan

yang terjadi secara alami.

Penuaan intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan
yang ireversibel. Tidak banyak yang dapat
penuaan secara

dilakukan

untuk

mencegah

intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada

proses penuaan kulit, yaitu:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua.
Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua
terjadi.
2. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh
dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan
berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin
pada kulit. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada
kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala
kulit menua secara dini.
3. Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap
proses penuaan dini. Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses

Universitas Sumatera Utara

metabolik dalam tubuh dan seberapa cepat proses menua itu berjalan.
4. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh
dalam proses

pembentukan sel

manusia mempunyai

baru dan

proses

peran

penting

metabolik

untuk

mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita yang menopause,
penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon
androgen

dan

progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis,

waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum, dan pembentukan
melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala
penuaan dini yang lebih jelas.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor

lain

yang

dianggap

dapat

mempercepat

proses

penuaan yaitu stres psikis dan penyakit sistemikmisalnya diabetes dan malnutrisi.
b. Faktor ekstrinsik (extrinsic factor)
Lingkungan hidup manusia yang tidak
berupa suhu,

kelembaban,

polusi,

dan terutama

nyaman bagi kulit dapat
sinar

ultraviolet.

Sinar

matahari adalah faktor lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses
penuaan

dini karena sinar matahari dapat merusak serabut kolagen kulit dan

matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau
sering disebut dengan photoaging. Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam
waktu yang cukup lama dapat mempercepat penuaan kulit, seperti pemakaian
detergen

dan

pembersih

yang

mengandung

menghilangkan lemak pada permukaan

kulit

alkohol

berlebihan

sehingga

akan

menyebabkan

kekeringan pada kulit (Putro, 1997).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat
tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain
untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri.
Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang
terjadinya reaksi berantai
tubuh.

Radikal

sehingga

merusak

sel

dan

memicu

jaringan-jaringan

bebas merupakan penyebab penuaan dini pada kulit, karena

serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan
menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Muliyawan
dan Suriana, 2013).
2.6 Antioksidan
Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan,
meredam radikal bebas dan menghambat proses oksidasi di sel sehingga
mengurangi terjadinya kerusakan sel (Hernani dan Raharjo, 2005).
Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh
mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal
bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi,
termasuk

pada

kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan

untuk

melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan ini
terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang
disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan
seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja
melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2006).

Universitas Sumatera Utara

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat
merusak jaringan kulit. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas,
dimana pada jaringan
teroksidasi

senyawa

radikal

bebas

ini

mengorbankan

dirinya

menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel

pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu,
produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai
salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga
mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas
yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana,
2013).
2.7 Anti-Aging
Anti

berarti

menahan

atau

melawan,

sementara

aging

berarti

umur/penuaan, maka apabila diartikan secara harfiahnya anti-aging adalah
menahan atau melawan penuaan. Anti-aging adalah sebuah proses yang berguna
untuk mencegah, memperlambat atau membalikkan efek penuaan agar dapat
membantu siapa saja hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih bahagia (Fauzi dan
Nurmalina, 2012).
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki
tujuan untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan kita
bisa terlihat jauh lebih muda dari usia sesunguhnya. Produk ini digunakan
untuk menghambat proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu
menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan kulit.

Universitas Sumatera Utara

2.8 Uraian Gel
Gel adalah sistem semi padat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu
matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sintesis). Polimerpolimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom
alam tragacanth, pectin, carrageen, agar, asam alginate, serta bahan-bahan
sintesis

dan

semisintesis

seperti

metil

selulosa,

hidroksimetilselulosa,

karboksimetilselulosa, dan carbopol yang merupakan polimer vinil sintesis
dengan gugus karboksil yang terionisasi (Lachman, dkk., 1994).
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan penyebarannya baik pada kulit
- Memberikan efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari
kulit
- Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
-

Jumlah air yang banyak dalam gel akan menghidrasi stratum corneum
menjadi lebih permeable terhadap zat aktif yang dapat meningkatkan
berpenetrasinya zat aktif.

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik
bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
spontan menyebar (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik pada umumnya terdiri dari molekul-molekul organik

Universitas Sumatera Utara

yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar. Gel
hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan
dan bahan pengawet (Ansel,1989).
2.9 Uraian Bahan


Carbomer

Gambar 2.1 Struktur kimia carbomer
Carbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acrypol, polimer asam
akrilat dan asam poliakrilat. Carbomer merupakan serbuk berwarna putih,
memiliki bau lemah, bersifat higroskopis dan asam (Rowe, dkk., 2009).
Carbomer bisa dipanaskan di bawah 104°C selama 2 jam. Namun
pemanasan yang berlebih dapat menyebabkan perubahan warna dan stabilitas
berkurang. Penambahan antimikroba tertentu, seperti benzalkonium klorida atau
natrium benzoat dalam konsentrasi tinggi (0,1% w/v) dapat menyebabkan
kekeruhan dan pengurangan viskositas dispersi carbomer. Serbuk harus disimpan
dalam wadah kedap udara, dan terlindung dari kelembapan. Penggunaan kaca,
plastik atau wadah berlapis resin dianjurkan untuk penyimpanan formulasi yang
mengandung carbomer (Rowe, dkk., 2009).
Carbomer sering digunakansebagairheology modifierdalam formulasi

Universitas Sumatera Utara

farmasetika liquid atau semisolid seperti krim, gel, lotion, preparat mata, rektal,
topikal dan vaginal. Dalam formulasi tablet, carbomer digunakan sebagai
pengikat. Secara umum penggunaan carbomer sebagai emulgator, rheology
modifier,stabilizing agent, suspending agent, dan pengikat tablet (Rowe, dkk.,
2009).


TEA

Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
amoniak, higroskopik.
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform
TEA digunakan sebagai alkali agen, dan agen pengemulsi (Rowe, dkk., 2009).


Propilen Glikol

Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan
kloroform P., larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat bercampur dengan eter
minyak tanah dan dengan minyak lemak (Ditjen POM, 1979).
Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraksi, dan
pengawet dalam variasi dari formulasi farmasetik parenteral dan nonparenteral.
Propilen glikol pelarut yang lebih bagus daripada glyserin dan melarutkan
berbagai macam bahan, seperti korticosteroid, fenol, barbiturat, vitamin-vitamin,
dan lain-lain.
Sebagai antiseptik propilen glikol mirip dengan etanol, dan kerjanya
melawan terhadap jamur mirip dengan gliserin, dan hanya kurang sedikit efektif
dibandingkan dengan etanol. Propilen glikol juga digunakan dalam kosmetika dan

Universitas Sumatera Utara

di industri makanan sebagai pembawa untuk pengemulsi (Rowe, dkk., 2009).


Nipagin (Metil Paraben)

Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol dan 3 bagian aseton.
Khasiat dan penggunaan: zat pengawet (Ditjen POM, 1979).


Nipasol (Propil Paraben)

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%).
Khasiat dan penggunaan: zat pengawet (Ditjen POM, 1979).


Air suling

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
(Ditjen POM, 1979).
2.10 Skin Analyzer
Skin

analyzermerupakan

sebuah

perangkat

yang

dirancang

untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem
terintegrasi yang dihubungkan melalui komputer untuk mendukung diagnosis
dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu
memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan sensor kamera yang
terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo,
2012).
Pengukuran

kulit

dengan

menggunakan

skin

analyzer

secara

otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang

Universitas Sumatera Utara

didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter dari masingmasing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut.
Ketika

hasil

pengukuran

muncul

dalam

bentuk

angka,

maka

secara

bersamaan kriteria hasil pengukuran akan keluar dan dapat dimengerti
dengan mudah oleh pengguna yang memeriksa ataupun pasien. Parameter
hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Parameter
Moisture
(Kadar air)
Evenness
(Kehalusan)
Pore
(Pori)
Spot
(Noda)
Wrinkle
(Kerutan)

Hasil
Dehidrasi
0-29
Halus
0-31
Kecil
0-19
Sedikit
0-19
Tidak berkeriput
0-19

Normal
30-50
Normal
32-51
Beberapa besar
20-39
Beberapa noda
20-39
Berkeriput
20-52

Hidrasi
51-100
Kasar
52-100
Sangat besar
40-100
Banyak noda
40-100
Banyak keriput
53-100

(Sumber: Aramo, 2012)

Universitas Sumatera Utara