Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi) Chapter III VI

15

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan
lahanPenelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan
ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Desember 2016 sampai dengan Juli 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai M5,
Anjasmoro, Agromulyo dan Kipas putihsebagai varietaspembanding, pupuk Urea,
TSP dan KCl sebagai pemupukan dasar, insektisida berbahan aktif profenos 500
g/l untuk mengendalikan hama,kompos, bambu, air,label, biakan murni Athelia
rolfsii (Curzi), media Potato Dextrose Agar (PDA), jagung, agar, plastik PP,
Aluminium foil, Cling Wrap, sarung tangan dan masker.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, pacak,
timbangan, gembor, spidol, autoklaf, oven, erlenmeyer, gelas ukur, petridish,
scapel, kokbor dan LAF.
Metode Penelitian
Benih kedelai yang ditanam adalahbenih M5genotip putatif mutan yang di
peroleh dari hasil seleksi pedigri generasi M4. Percobaan disusun dalam rancangan

augmenteddimana genotipe M5 ditanam dalam baris tanpa ulangan dan genotipe
kontrol ditanam dengan ulangan. Tanaman kontrol yang ditanam adalah varietas
Agromulyo, Anjasmoro dan Kipas putih. Tiga varietas pembanding tersebut
diulang tiga kali, secara umum ada 7 kelompok genotipe yang digunakan pada
rumah plastik dan lahan yaitu M5(100)-A-25 terdapat 358 tanaman, M5(100)-A-6

Universitas Sumatera Utara

16

terdapat 96 tanaman. M5(100)-A-12 terdapat 200 tanaman. M5(100)-A-17 terdapat
130 tanaman. M5(100)-A-11 terdapat 244 tanaman. M5(100)-A-8 terdapat 76
tanaman. M5(300)-A-6 terdapat 90 tanaman. Total keseluruhan tanaman M5
adalah 1104 tanaman. Kedelai Varietas Agromulyo, Kipas putih dan Anjasmoro
masing- masing terdapat 80 tanaman. Masing-masing varietas di bagi dua untuk di
tanam di rumah plastik (pemberian inokulasi penyakit) dan lahan optimum (tanpa
pemberian inokulasi penyakit).
Model matematis Rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + εij
Keterangan :

Yij = Nilai peubah pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
μ = Nilai tengah populasi
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat percobaan genotipe ke-i, ulangan ke-j
Tabel 1.Sidik Ragam Augmented Design
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Genotipe
Kontrol
GxK
Galat
Total Terkoreksi

Db
(g+k)-1
g-1
k-1
1
((g+rk)-1)((g+k)-1)

(g+rk)-1

Jumlah
Kuadrat (JK)

Jumlah
Tengah (JT)

JKp
JKg
JKk
JKGxK

KTp
KTg
KTk
KTGxK

Jke


Kte

E (KT)

� 2e + � 2G
�2e + r�2 k
�2 e

Analisis data dimulai dengan menghitung rataan setiap karakter yang
diamati lalu nilai tengah masing-masing populasi diuji dengan menggunakan uji t.
Analisis data juga dilakukan untuk penghitungan ragam fenotip dan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

17

dan serta pendugaan ragam genotip, heritabilitas dan nilai koefisien keragaman
genetik untuk masing-masing populasi sesuai dengan dosis iradiasi.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus :

h2 = σ2g/σ2p

(Singh dan Chaudhari 1977)

Kriteria nilai heritabilitas :


h2> 0,5 : nilai heritabilitas tinggi



h2terletak antara 0,2 – 0,5 : nilai heritabilitas sedang



h2< 0,2 : nilai heritabilitas rendah

Keragaman Genetik
Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians fenotip
(σ2p) dan varians genotipe (σ2g).Dari hasil analisis varians genotype dan varians

antar genotipe didapat : Koefisien Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien
Varians Fenotipe (KVP) dengan menggunakan rumus :
KKG = √ σ2g x 100%
x
Nilai KKG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai KKG relative 100%.

Universitas Sumatera Utara

18

PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyedian sumber inokulum Athelia rolfsiCurzi
Sumber inokulum diambil dari tanaman kacang kedelai di lahan Balai
Benih Induk Sumatera Utara Kelurahan Tanjung Selamat, Medan yang telah
terserang A. rolfsii. Bagian batang yang terinfeksi dibersihkan dengan alkohol
90 % untuk sterilisasi permukaan, kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3
kali. Selanjutnya potongan tersebut di inkubasi pada suhu kamar dan di atas tisu
yang di jaga kelembabannya selama ± 10-14 hari. Miselium A. rolfsiiyang tumbuh
diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni.
Pembuatan Media PDA

Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk 1 liter terdiri dari
250 gr kentang, 10 gr agar, 10 gr dextrose, kemudian dikupas kulit kentang lalu di
potong dadu dan direbus dengan air aquades 1 liter hingga matang. Setelah itu,
diambil air sari kentang lalu dicampurkan dengan agar dan dextrose sambil diaduk
diatas kompor hingga mendidih. Kemudian dimasukkan larutan PDA ke dalam
erlenmeyer, lalu di autoclave selama 15 menit dengan suhu 121ºC tekanan 1 atm.
Pembuatan isolat Athelia rolfsii Curzi dalam media substrat
Media substrat jagung yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam kantong
plastik dan disterilkan dalam autoclave ± 15 menit pada tekanan 1 atm, ini
dilakukan berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Hamdiyati et al., (2000).

Setelah media steril dan dingin, biakan murni Athelia rolfsii Curzi dimasukkan ke
dalam media substrat kemudian di inkubasi pada suhu 28 ºC selama 10-14 hari.

Universitas Sumatera Utara

19

Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,

sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan
sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.
Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 2.3 m x 14 m untuk lahan
dan 2 m x 13 m untuk rumah plastik, kemudian dibuat saluran drainase antar plot
atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan diolah menggunakan cangkul dan
digemburkan pada tahap ke-2 dicampur dengan kompos .
Pemilihan Benih
Pemilahan benih kedelai dilakukan dengan merendam benih air selama 15
menit. Benih yang tenggelam di klasifikasikan sebagai benih yang bernas.
Penanaman
Benih kedelai varietas anjasmoro hasil mutasi (M5) yang telah diseleksi
dari individu terbaik sebagai tetua, varietas Agromulyo, Anjasmoro dan Kipas
putih sebagai pembanding. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan ujung jari,
dengan jarak tanam 30cm x 15cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji
per lubang tanam kemudian ditutupi dengan kompos atau top soil.
Aplikasi Penyakit Athelia rolfsii (Curzi)
Aplikasi penyakit Athelia rolfsii (Curzi) ke tanaman kedelai dilakukan
berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Husna (2016) dengan cara menaburkan
15 gr/ tanaman inokulum A. rolfsii di sekitar pangkal batang tanaman kedelai yang telah


berumur 2 minggu.

Universitas Sumatera Utara

20

Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman sesuai dengan dosis
anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 50 kg Urea/ha (2,25 g/lubang tanam), 75
kg SP-36/ha (3,375 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (4,5 g/lubang tanam).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,
disesuaikan dengan keadaan cuaca.
Penyiangan
Penyiangan

bertujuan

untuk


membebaskantanaman

dari

tanaman

pengganggu (gulma).Penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi,
yaitu padasaat tanaman berumur 2-3 minggu dan 5-6minggu setelah tanam,
tergantung pada keadaangulma.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian

hama

dilakukan

jika

terjadi


serangan,

dengan

menyemprotkan insektisida berbahan aktif profenos500 g/liter air. Pengendalian
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.Sedangkan pengendalian

penyakit

denganmenggunakan biopestisida Trichoderma dengandosis 15 gr/ L pada umur
7 HST.
Panen
Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan
menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 82 – 92 hari.
Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning

Universitas Sumatera Utara

21

kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya
serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
generatif. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dengan menegakkan
tanaman. Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan hingga titik tumbuh
batang utama.
Umur Berbunga (hari)
Pengamatan umurtanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan apabila
bunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap tanaman.
Umur Panen (hari)
Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai
warna polong matang ± 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada
polong.
Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)
Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong)
Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang
berisi sempurna pada tiap tanaman.

Universitas Sumatera Utara

22

Jumlah Biji per Polong (biji)
Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat
dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna.
Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering
ditimbang dari setiap tanaman.
Bobot Biji per Tanaman
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari
masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan
analitik.
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit ditentukan dengan rumus :

n

KP = n x 100%
N
: Jumlah tanaman terserang

N

: Jumlah keseluruhan tanaman

(Moekasan et al., 2000)
Pengamatan kejadian penyakit tanaman yang terserang A. rolfsiidilakukan
sebanyak 8 kali pada pagi hari dimulai 1 minggu detelah aplikasi
A. rolfsiidengan interval pengamatan 3 hari (Tindaon, 2008).

Universitas Sumatera Utara

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat rataan beberapa genotip dengan
karakter agronomi menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap karakter. Hasil
analisis M5 (100 Gy) dengan tetua Anjasmoro pada media yang di inokulasi jamur
Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang untuk karakter
umur berbunga dan tinggi tanaman berbeda sangat nyata sedangkan karakter
jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen, jumlah
biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji berbeda tidak nyata.
Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (100 Gy) dengan tetua Anjasmoro
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Rataan
Karakter
Tetua
Umur Berbunga (hari)
32,880
Tinggi Tanaman (cm)
73,578
Jumlah cabang Produktif (cabang)
2,560
Diameter Batang
7,998
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760
Umur Panen (hari)
101,080
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
145,520
Bobot Biji per Tanaman (g)
23,592
Bobot 100 Biji (g)
15,656

M100
34,627
85,468
2,902
7,688
68,045
100,586
142,850
24,821
15,661

t value
0,007**
0,006**
0,185
0,295
0,773
0,099
0,821
0,552
0,992

Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada media
yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan berbeda tidak nyata
terhadap semua karakter amatan. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5
(200 Gy) dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 2. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Rataan
Karakter
Tetua
Umur Berbunga (hari)
101,080
Tinggi Tanaman (cm)
73,568
Jumlah cabang Produktif (cabang)
2,560
Diameter Batang
7,998
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760
Umur Panen (hari)
101,080
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
145,520
Bobot Biji per Tanaman (g)
23,592
Bobot 100 Biji (g)
15,656

M200
100,639
77,483
2,694
7,693
68,408
100,639
142,537
25,841
15,932

t value
0,139
0,327
0,590
0,297
0,818
0,139
0,797
0,292
0,992

Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil uji t pada M5 (300 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada media yang di
inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap karakter jumlah cabang produktif dan berbeda sangat nyata pada karakter
umur panen. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter
umur berbunga, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.
Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (300 Gy) dengan tetua Anjasmoro
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Rataan
Karakter
Tetua
Umur Berbunga (hari)
32,880
Tinggi Tanaman (cm)
73,568
Jumlah cabang Produktif (cabang)
2,560
Diameter Batang
7,998
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760
Umur Panen (hari)
101,080
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
145,520
Bobot Biji per Tanaman (g)
23,592

M300
34,476
71,448
3,476
7,836
82,095
102,524
169,286
33,148

t value
0,133
0,745
0,023*
0,786
0,239
0,001**
0,328
1,000

Universitas Sumatera Utara

25

Bobot 100 Biji (g)

15,656

15,905

0,723

Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
Hasil
uji tnyata
pada
M5 (100
terhadap
Anjasmoro
**=analisis
Berbeda sangat
terhadap
populasiGy)
tetua pada
taraf 1% tetua
berdasarkan
uji t

pada

kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan
berbeda sangat nyata terhadap karakter tinggi tanaman, umur panen, dan berbeda
nyata pada karakter diameter batang. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata
terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong
berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100
biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (100 Gy) dengan tetua
Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy)
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi
Athelia rolfsii (Curzi)
Rataan
Tetua
M100
Karakter
Umur Berbunga (hari)
39,389
39,797
Tinggi Tanaman (cm)
37,567
46,234
Jumlah cabang Produktif (cabang)
2,944
3,365
Diameter Batang
6,771
8,193
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
64,667
72,946
Umur Panen (hari)
100,778
98,811
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
139,722
149,986
Bobot Biji per Tanaman (g)
22,556
22,556
Bobot 100 Biji (g)
14,233
14,261

dengan
Jamur

t value
0,600
0,001**
0,168
0,016*
0,257
0,001**
0,472
0,319
0,942

Keterangan : *=Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**=Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada
kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata terhadap karakter tinggi tanaman dan berbeda nyata
pada karakter diameter batang, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per
tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak
nyata terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, umur

Universitas Sumatera Utara

26

panen dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada M5 (200 Gy)
dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi)
Rataan
Karakter
Umur Berbunga (hari)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah cabang Produktif (cabang)
Diameter Batang
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Umur Panen (hari)
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Bobot Biji per Tanaman (g)
Bobot 100 Biji (g)

Tetua
39,389
37,567
2,944
6,771
64,667
100,778
139,722
22,556
14,233

M200
39,581
44,306
3,500
8,264
81,581
100,500
175,677
28,492
14,745

t value
0,808
0,004**
0,075
0,011*
0,032*
0,621
0,025*
0,033*
0,191

Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada M5 (300 Gy) terhadap tetua Anjasmoro pada
kondisi optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) menunjukkan
berbeda sangat nyata terhadap karakter bobot biji per tanaman dan berbeda nyata
pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, diameter batang, umur
panen, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hasil yang
menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter umur berbunga, jumlah
polong berisi per tanaman dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter
agronomi pada M5 (300 Gy) dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel 6. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan
Tetua Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi)
Rataan
Karakter
Umur Berbunga (hari)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah cabang Produktif (cabang)
Diameter Batang
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Umur Panen (hari)
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Bobot Biji per Tanaman (g)
Bobot 100 Biji (g)

Tetua
39,389
37,567
2,944
6,771
64,667
100,778
139,722
22,556
14,223

M300
40,000
45,950
4,667
8,498
116,833
97,833
253,500
33,050
15,633

t value
0,576
0,054*
0,026*
0,024*
0,070
0,015*
0,048*
0,005**
0,091

Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Nilai variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman
genetik dan nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan tetuanya pada media yang
di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang
dapat dilihat pada Tabel 7. Pengaruh dosis iradiasi terhadap keragaman genetik
bergantung pada karakter agronomi yang diamati. Keragaman genetik yang
sempit sampai luas dapat diperoleh dengan perlakuan dosis iradiasi 100 Gy
sampai 300 Gy. Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter umur berbunga
populasi 100 Gy dan 300 Gy, karakter diameter batang pada 300 Gy, karakter
jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman pada populasi 100 Gy,
bobot biji per tanaman 100 Gy sampai 200 Gy dan karakter umur panen pada
200 Gy.
Nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman 100 Gy,
karakter jumlah cabang produktif, umur panen pada 100 Gy dan 300 Gy, jumlah

Universitas Sumatera Utara

28

polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman dan diameter batang pada 100
Gy – 200 Gy, Nilai heritabilitas rendah terdapat pada karakter umur berbunga,
jumlah cabang produktif pada 200 Gy, karakter tinggi tanaman dan bobot 100 biji
pada 100 Gy- 200 Gy.
Tabel 7. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar
gamma dari varietas Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur
Athelia rolfsii (Curzi) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Umur Berbunga (hari)
σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Tinggi Tanaman (cm)
σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Diameter Batang (mm)

Populasi Hasil Radiasi
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
13,420
11,361
0,847(T)
9,737
Sempit

4,772
2,712
0,568(T)
4,941
Sempit

15,962
13,903
0,871(T)
10,815
Sempit

281,794
158,883
0,564(T)
14,750
Sempit

156,980
34,069
0,217(R)
7,533
Sempit

579,818
456,907
0,788(T)
29,918
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Jumlah Cabang Produktif (cabang)

2,332
0,645
0,277(S)
10,447
Sempit

2,315
0,628
0,271(S)
10,304
Sempit

5,887
4,200
0,714(T)
26,154
Sedang

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

1,880
0,620
0,330(S)
27,132
Sedang

1,500
0,240
0,160(R)
18,369
Sedang

2,060
0,810
0,390(S)
25,814
Sedang

σ2 p
σ2g
h2

1065,330
390,810
0,370(S)

1037,240
362,720
0,350(S)

1652,590
978,070
0,590(T)

Universitas Sumatera Utara

29

KKG (%)
Kriteria KKG

29,053
Sedang

27,841
Sedang

38,095
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Jumlah Biji per Tanaman (biji)

3,000
1,430
0,470(S)
1,187
Sempit

3,310
1,740
0,520(T)
1,310
Sempit

2,260
0,690
0,300(S)
0,807
Sempit

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Bobot Biji per Tanaman (g)

4071,417
1412,907
0,347(S)
26,313
Sedang

3852,810
1194,300
0,310(S)
24,245
Sedang

9739,010
7080,500
0,730(T)
49,706
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Bobot 100 Biji (g)

116,755
34,094
0,290(S)
23,524
Sedang

167,030
84,370
0,510(T)
35,545
Luas

468,320
385,650
0,820(T)
59,244
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG

4,409
0,210
0,050(R)
2,899
Sempit

5,200
1,000
0,190(R)
6,266
Sempit

6,670
2,470
0,370(S)
9,880
Sempit

Umur Panen (hari)

Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.

Nilai variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman
genetik dan nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan tetuanya pada kondisi
optimum tanpa inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) dapat dilihat pada Tabel 8.
Perlakuan dosis iradiasi 100 Gy sampai 300 Gy mempengaruhi keragaman
genetik pada karakter agronomi yang diamati. Nilai heritabilitas tinggi terdapat
pada karakter Jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot

Universitas Sumatera Utara

30

100 biji pada semua populasi, untuk karakter umur panen, bobot biji per tanaman
terdapat pada semua populasi kecuali populasi 300 Gy hanya pada karakter
diameter batang.
Nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman populasi
200 Gy, karakter diameter batang pada 100 - 200 Gy dan karakter jumlah cabang
produktif pada populasi 100 Gy – 300 Gy. Nilai heritabilitas rendah terdapat pada
karakter umur berbunga pada semua populasi, karakter tinggi tanaman, umur
panen, dan bobot biji per tanaman pada populasi 300 Gy.
Tabel 8. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar
gamma dari varietas Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi
Jamur Athelia rolfsii (Curzi)
Populasi Hasil Radiasi
Karakter
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
Umur Berbunga (hari)
σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Tinggi Tanaman (cm)

9,315
5,926
0,636(T)
6,117
Sempit

9,166
5,777
0,630(T)
6,072
Sempit

4,000
0,611
0,153(R)
1,954
Sempit

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Diameter Batang (mm)
σ2p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Jumlah cabang Produktif (cabang)

242,248
181,391
0,749(T)
29,131
Luas

90,856
29,998
0,330(S)
12,362
Sedang

62,939
2,081
0,033(S)
3,140
Sempit

2,332
0,645
0,277(S)
10,447
Sempit

2,315
0,628
0,271(S)
10,304
Sempit

5,887
4,200
0,714(T)
26,154
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)

1,988
0,874
0,440(S)
27,783

1,861
0,746
0,401(S)
24,682

1,867
0,752
0,403(S)
18,586

Universitas Sumatera Utara

31

Kriteria KKG
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Luas

Luas

Sedang

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Umur Panen (hari)

1433,613
849,496
0,593(T)
39,956
Luas

1608,543
1024,425
0,637(T)
39,233
Luas

2894,967
2310,849
0,798(T)
41,145
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Jumlah Biji per Tanaman (biji)

7,772
4,060
0,522(T)
2,039
Sempit

6,418
2,706
0,422(S)
1,637
Sempit

4,167
0,454
0,109(R)
0,689
Sempit

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Bobot Biji per Tanaman (g)

4894,123
2494,146
0,510(T)
33,297
Luas

6613,271 10726,300
4213,294 8326,323
0,637(T)
0,776(T)
36,948
35,996
Luas
Luas

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG
Bobot 100 Biji (g)

170,651
139,536
0,818(T)
47,105
Luas

209,887
178,772
0,852(T)
46,928
Luas

32,011
0,896
0,028(R)
2,864
Sempit

σ2 p
σ2g
h2
KKG (%)
Kriteria KKG

4,969
3,665
0,737(T)
13,424
Sedang

4,752
3,447
0,725(T)
12,592
Sedang

2,479
1,174
0,474(S)
6,931
Sempit

Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.

Hasil pengamatan kejadian penyakit 3 HSI sampai dengan 6 HSI
menunjukkan bahwa dari plot 1 sampai plot 3 belum ada tanaman yang terserang
penyakit busuk pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi).

Universitas Sumatera Utara

32

Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 9 HSI dapat dilihat
pada Gambar 1. menunjukkan pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) terdapat
11,1% terserang penyakit.

Persentase Penyakit 9 HSI
12,0%
10,0%
8,0%
6,0%
4,0%
2,0%

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi *M100-A-25(2/7)= huruf pertama menyatakan hasil mutasi,
angka kedua menyatan dosis radiasi, huruf ketiga menyatakan Anjasmoro, angka keempat
menyatakan genotip, angka kelima (baris/kolom) penanaman

Gambar 1. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 9 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 12 HSI dapat dilihat
pada Gambar 2. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (6/5) sebesar 11,5%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 25,7%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 3,8%, dan tetua Anjasmoro sebesar 80%. Pada plot 2
G M200-A-12 (6/5) sebesar 27,7%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 11,6%,

Universitas Sumatera Utara

33

G M200-A-11 (32/3) sebesar 16,2%, sebesar 16,2%, tetua Agromulyo sebesar 9,1%,
dan tetua Kipas Putih sebesar 11,1%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 4%,
G M100-A-6 (31/1) sebesar 33,3%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 28,8%,
G M100-A-25 (5/3) sebesar 16.6%, tetua Anjasmoro 25,5%, dan tetua Kipas Putih
18,1%.

Persentase Penyakit 12 HSI
90,0%
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi

Gambar 2. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 12 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit setelah 15 HSI dapat dilihat
pada Gambar 3. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 31,4%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 3,8%, dan tetua Anjasmoro sebesar 100%. Pada plot 2

Universitas Sumatera Utara

34

G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 27,9%,
G M200-A-11 (32/3) sebesar 27,9%, tetua Anjasmoro 25,0%, tetua Agromulyo
sebesar 9,1%, dan tetua Kipas Putih sebesar 77,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2)
sebesar 28,0%, G M100-A-6 (31/1) sebesar 55,5%, G M200-A-17 (18/5) sebesar
32,2%, G M100-A-25 (5/3) sebesar 16.6%, tetua Anjasmoro 42,8%, tetua
Agromulyo sebesar 16,6%, dan tetua Kipas Putih 18,1%.

Persentase Penyakit 15 HSI
120,0%
100,0%
80,0%
60,0%
40,0%
20,0%

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi

Gambar 3. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 15 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 18 HSI dapat dilihat pada
Gambar 4. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1
G M100-A-25 (2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 68,5%,
G M100-A-25 (3/7) sebesar 61,5%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 60,0%,

Universitas Sumatera Utara

35

G M300-A-8 (35/7) sebesar 62,5%, G M300-A-8 (33/8) sebesar 50,0%,
G M300-A-8 (33/3) sebesar 50,0%, dan tetua Anjasmoro sebesar 80%, dan tetua
Agromulyo sebesar 44,4%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%,
G M200-A-11 (39/7) sebesar 65,1%, G M200-A-11 (32/3) sebesar 44,1%, tetua
Anjasmoro sebesar 87,5%, tetua Agromulyo sebesar 54,5%, dan tetua Kipas Putih
sebesar 88,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%, G M100-A-6 (31/1)
sebesar 77,7%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%, G M200-A-17 (13/6) sebesar
69,2% G M100-A-25 (5/3) sebesar 66.6%, tetua Anjasmoro 100%, tetua Agromulyo
sebesar 91,6% dan tetua Kipas Putih 100%.

Persentase Penyakit 18 HSI
120,0%
100,0%
80,0%
60,0%
40,0%
20,0%

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi

Gambar 4. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 18 HSI
Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 21 HSI dapat dilihat pada
Gambar 5. menunjukkan tanaman yang terserang penyakit pada plot 1 G M100-A-25

Universitas Sumatera Utara

36

(2/7) sebesar 42,3%, G M100-A-25 (3/4) sebesar 68,5%, G M100-A-25 (3/7) sebesar
61,5%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 60,0%, G M300-A-8 (35/7) sebesar 62,5%,
G M300-A-8 (33/8) sebesar 50,0%, G M300-A-8 (33/3) sebesar 50,0%, dan tetua
Anjasmoro sebesar 80%, tetua Agromulyo sebesar 44,4%, dan tetua Kipas Putih
sebesar 88,8%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5) sebesar 83,3%, G M200-A-11 (39/7)
sebesar 65,1%, G M200-A-11 (32/3) sebesar 44,1%, tetua Anjasmoro sebesar 87,5%,
tetua Agromulyo sebesar 54,5%, dan tetua Kipas Putih sebesar 88,8%. Pada plot 3
G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%, G M100-A-6 (31/1) sebesar 77,7%,
G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%, G M200-A-17 (13/6) sebesar 69,2%
G M100-A-25 (5/3) sebesar 75,0%, tetua Anjasmoro 100%, tetua Agromulyo sebesar
92,7% dan tetua Kipas Putih 100%.

Persentase Penyakit 21 HSI
120,0%
100,0%
80,0%
60,0%
40,0%
20,0%

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi

Gambar 5. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 21 HSI

Universitas Sumatera Utara

37

Hasil diagram pengamatan kejadian penyakit 24 HSI dapat dilihat pada
Gambar 6. menunjukkan bahwa tanaman yang terserang penyakit pada plot 1 G
M100-A-25

(2/7)

sebesar

73,1%,

G

M100-A-25

(3/4)

sebesar

77,1%,

G M100-A-25 (3/7) sebesar 76,9%, G M300-A-8 (37/2) sebesar 100%,
G M300-A-8 (35/7) sebesar 87,5%, G M300-A-8 (33/8) sebesar 75,0%,
G M300-A-8 (33/3) sebesar 100%, tetua Anjasmoro sebesar 80%, tetua Agromulyo
sebesar 77,7%, dan tetua Kipas Putih sebesar 100%. Pada plot 2 G M200-A-12 (6/5)
sebesar 88,8%, G M200-A-11 (39/7) sebesar 81,4%, G M200-A-11 (32/3) sebesar
67,4%, tetua Anjasmoro sebesar 87,5%, tetua Agromulyo sebesar 72,7%, dan tetua
Kipas Putih sebesar 88,8%. Pada plot 3 G M100-A-6 (30/2) sebesar 84,0%,
G M100-A-6 (31/1) sebesar 88,8%, G M200-A-17 (18/5) sebesar 80,6%,
G M200-A-17 (13/6) sebesar 76,9% G M100-A-25 (5/3) sebesar 91,7%, tetua
Anjasmoro 100%, tetua Agromulyo sebesar 91,6% dan tetua Kipas Putih 100%.

Universitas Sumatera Utara

PLOT 1
G M100-A-25 (2/7)
G M100-A-25 (3/4)
G M100-A-25 (3/7)
G M300-A-8 (37/2)
G M300-A-8 (35/7)
G M300-A-6 (33/8)
G M300-A-6 (33/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 2
G M200-A-12 (6/5)
G M200-A-11 (39/7)
G M200-A-11 (32/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih
PLOT 3
G M100-A-6 (30/2)
G M100-A-6 (31/1)
G M200-A-17 (18/5)
G M200-A-17 (13/6)
G M100-A-25 (5/3)
Tetua Anjasmoro
Tetua Agromulyo
Tetua Kipas Putih

38

Persentase Penyakit 24 HSI

120,0%

100,0%

80,0%

60,0%

40,0%

20,0%

0,0%

Keterangan : HSI= Hari Setelah Inokulasi

Gambar 6. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 24 HSI

Pada Gambar 7. dapat dilihat perbedaan batang bagian dalam tanaman kedelai

yang sehat dan batang tanaman kedelai yang terserang penyakit busuk pangkal

batang Athelia rolfsii (Curzi).

Universitas Sumatera Utara

39

Keterangan: (a) Batang tanaman terserang penyakit

(b) Batang tanaman sehat

Gambar 7. Batang tanaman kedelai terserang penyakit busuk pangkal batang
Athelia rolfsii (Curzi) dan batang tanaman kedelai sehat
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan karakter agronomi pada
media yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk
pangkal batang lebih rendah dari penanaman pada kondisi optimum tanpa
inokulasi jamur pada populasi M5. Secara deskriptif, karakter diameter batang
pada populasi 100 Gy – 300 Gy menunjukkan perkembangan yang terhambat dan
lebih kecil dibandingkan pada kondisi optimum tanpa inokulasi jamur. Hal ini
dikarenakan A. rolfsii adalah patogen tular tanah yangpertama kali menyerang
bagian pangkal batang pada tanaman kedelai dan membentuk sklerotium berwarna
putih yang akhirnya menjadi coklat seperti biji sawi. Hal ini sesuai dengan
literatur Ferreira dan Boley (2006) yang menyatakan bahwa A. rolfsii pertama
sekali menyerang batang, meskipun menginfeksi beberapa bagian tanaman
dibawah kondisi lingkungan yang sesuai termasuk akar, buah petiole, daun dan
bunga.
Berdasarkan seleksi pada kondisi optimum diperoleh 6 individu terpilih
berdasarkan karakter produksi tinggi dan pada media yang di inokulasi jamur

Universitas Sumatera Utara

40

Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang, diperoleh 62
individu terpilih dari masing – masing genotip dengan karakter toleran penyakit
busuk pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi). Jumlah individu yang terpilih lebih
banyak dihasilkan dari populasi hasil iradiasi 100 Gy dan 200 Gy. Hal ini sesuai
dengan literatur Harsanti dan Yulidar (2015) yang menyatakan bahwa kelebihan
teknik mutasi antara lain adalah salah satu sifat dari suatu varietas dapat
diperbaiki tanpa merubah sifat yang lain, menimbulkan sifat baru yang tidak di
miliki oleh induknya.
Nilai koefisien keragaman genetik yang sedang sampai luas terdapat pada
karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah biji per tanaman, dan
bobot biji per tanaman hampir di seluruh populasi tanaman pada media yang di
inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk pangkal batang
dan kondisi optimum tanpa inokulasi jamur. Nilai KKG yang luas mempermudah
untuk melakukan seleksi ke arah tujuan yang diinginkan, hal ini sesuai dengan
literatur (Sudarmadji et al., 2007) yang menyatakan bahwa adanya peluang untuk
melakukan seleksi yang efektif dengan memberikan keleluasaan dalam memilih
genotipe-genotipe yang diinginkan.
Berdasarkan hasil nilai heritabilitas dengan kriteria sedang sampai tinggi
terdapat pada karakter jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman,
jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman pada hampir semua populasi
100 Gy - 300 Gy pada perlakuan inokulasi penyakit dan tanpa inokulasi penyakit
busuk pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi). Nilai heritabilitas yang tinggi
disebabkan oleh lingkungan yang relatif homogen, hal ini menunjukkan bahwa
variabilitas genetik lebih besar dibandingkan variabilitas lingkungan. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

41

sesuai dengan literatur Nasir (1999) menyatakan bahwa tingginya nilai
heritabilitas dalam arti luas untuk karakter agronomi ini diduga disebabkan oleh
relatif homogennya lokasi percobaan dan relatif kecilnya perbedaan antar plot
percobaan baik dalam blok maupun antar blok itu sendiri. Sesuai dengan
pengertian heritabilitas sendiri, ini menunjukkan bahwa kemampuan genotip
mewariskan sifat-sifat kepada turunannya lebih besar.
Pada pengamatan kejadian penyakit mulai dari 3 HSI sampai dengan
24 HSI hasil akhir menunjukkan persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu pada
G M300-A-8 (37/2), G M300-A-8 (33/3) dan tetua Anjasmoro mencapai sebesar
100%. Penyakit busuk pangkal A. rolfsii (Curzi) dapat menurunkan produksi
tanaman kedelai, varietas yang digunakan juga bergantung terhadap peka atau
tidaknya suatu penyakit menyerang.Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu (2012)
yang menyatakan bahwa kedelai varietas Anjasmoro di lingkungan lembab seperti
di Genteng-Banyuwangi, dilaporkan terinfeksi A. rolfsii dengan kejadian penyakit
cukup tinggi mencapai 23%. Gejala penyakit berupa busuk perakaran
dan pangkal batang, rebah bibit (damping-off), layu, tanaman mati, serta busuk
polong.
Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur A. rolfsii
mengakibatkan tanaman di lapangan mati secara tiba-tiba pada saat memasuki
fase generatif, gejala awal pada bagian pangkal batang dikelilingi oleh miselium
jamur berwarna putih dan daun tanaman layu lalu menghitam seperti terbakar.
Perkembangan penyakit A. rolfsii

yang menyebar sangat cepat dikarenakan

kondisi lingkungan yang lembab dan basah di areal penanaman yang pada saat itu
kedelai ditanam pada musim hujan di bulan Maret. Sklerotium pada

Universitas Sumatera Utara

42

jamur

dapat

menyebar

melalui

air,

A.

rolfsii

merupan

patogen

tular tanah (soil borne pathogen) yang menyukai pada tanaman kacang-kacangan.
Hal ini sesuai dengan literatur Xie (2012) yang menyatakan bahwa S. rolfsii yang
menyukai kondisi hangat, cuaca basah dan terus menyebar ketika hifa
dan sklerotia mencapai jaringan tanaman yang rentan sehingga kondisi ini yang
menguntungkan untuk bertahan.

Universitas Sumatera Utara

43

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Hasil penelitian menunjukkan penampilan karakter agronomi pada media
yang di inokulasi jamur Athelia rolfsii (Curzi) penyebab penyakit busuk
pangkal batang lebih rendah dari perlakuan tanpa inokulasi penyakit busuk
pangkal batang Athelia rolfsii (Curzi) pada populasi M5.

2.

Seleksi pada kondisi optimum diperoleh 6 individu terpilih dengan
karakter produksi tinggi dan pada media yang di inokulasi jamur
Athelia rolfsii (Curzi) diperoleh 62 individu terpilih dengan karakter
toleran penyakit busuk pangkal batang yang lebih banyak dihasilkan dari
populasi 100 Gy dan 200 Gy.

Saran
Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan uji pendahuluan di beberapa
kondisi lingkungan untuk memperoleh stabilitas galur.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakter Morfologis, Produksi, dan Kandungan Lemak Kedelai (glycine max l. Merrill) hasil Radiasi Sinar Gamma pada Generasi m6

1 43 90

Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill)

0 23 85

Kandungan Gizi dan Analisi Isoenzim Kedelai (Glycine max L. Merr.) Toleran Aluminium

1 48 6

Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Toleran Aluminium

0 31 63

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

0 0 12

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

0 0 2

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

0 1 4

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

0 0 10

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

3 9 4

Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi dan Toleran Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii (Curzi)

0 0 33