Peran Keluarga Dalam Proses Adaptasi Sosial Mantan Rehabilitasi Narkoba Dimasyarakat Kota Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitan ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan
kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan merupakan angka-angka, tetapi
data berupa hasil wawancara dilapangan, dokumentasi pribadi, dan juga catatan
resmi lainnya sehingga tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan
fenomena atau realita empiric yang ditemukan dan digali dilapangan secara
mendalam dan kemudian mengolah dan menganalisanya secara deskriptif. Kata
deskriptif berasal dari bahasa Inggris “description” yang berarti menggambarkan,
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada.
Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong, 2006) yang dimaksud dengan
penelitan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam penelitian ilmu sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam batasannya dan
peristilahannya. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif analisis, yang berarti apa yang dinyatakan secara lisan maupun tertulis
juga perilaku yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh. Jadi,
penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian

secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang terjadi
menurut apa yang ada dilapangan.

35

Universitas Sumatera Utara

3.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian didaerah Kota
Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, dimana daerah ini terdapat beberapa
pengguna narkoba yang telah melakukan rehabilitasi, pemilihan lokasi penelitian
tersebut karena peneliti ingin melihat gambaran peran keluarga dalam membina
atau membimbing pecandu narkoba dalam melakukan proses adptasi yang baik
dikalangan masyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin mengkaji sejauh mana pengaruh
rehabilitasi terhadap pembentukan kepercayaan diri dari mantan rehabilitasi untuk
melakukan interaksi dan penyesuaian diri dimasyarakat.

3.3.Unit Analisis dan Informan
1. Unit Analisis

Sasaran penelitian tergantung pada topik penelitian yang terdapat pada
rumusan masalah penelitian, yang menjadi unit analisis data adalah
keluarga dan mantan pecandu narkoba yang telah direhabilitasi.
2. Informan
Subyek yang memahami permasalahan penelitian sebagai perilaku
maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,
2007:78).
Adapun yang menjadi informan adalah :
1. Keluarga meliputi Ayah dan ibu
2. Mantan pecandu narkoba yang telah menjalani masa rehabilitasi
3. Masyarakat meliputi Teman dan tetangga.

36

Universitas Sumatera Utara

3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Data Primer
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang sengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan
pengamatan dan pencatatan tujuan observasi atau pengamatan adalah
memahami ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interelasi elemen-elemen
tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam
pola-pola tertentu (Ir. I Made Wiratha, M.si, 2006: 248). dengan observasi
akan sangat membantu peneliti untuk mendapatkan data yang akurat,
holistic serta mendapat data yang sulit diungkapkan melalui teknik lain,
mendapatkan data yang kontemporer serta memungkinkan untuk
mendapatkan penemuan baru (discovery).Observasi yang peneliti lakukan
adalah dengan tinggal dilokasi penelitian itu dilakukan.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah merupakan proses interaksi dan komukasi tatap
muka antara peneliti dan responden. Dalam proses ini, hasil wawancara
ditentukan oleh beberapa pewawancara, responden, topik 20 ocusitian
yang tertuang dalam daftar pertanyaaan, dan sitauasi wawancara (Sofian
Efendy, 2012:207). Dengan demikian, dengan wawancara peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam


37

Universitas Sumatera Utara

menginterpretasikan Situasi dan fenomena yang terjadi dimana hal itu
tidak bisa ditemukan dengan teknik observasi. Dengan demikian
wawancara mendalam adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk
kepentingan penelitian dengan cara berdialog. Rencana wawancara
dilakukan setelah seminar proposal dan peneliti langsung turun lapangan
dan tinggal dilokasi penelitian tersebut, dengan prakiraan waktu sekitar
30menit.Dengan lebih dahulu menghubungi dan membuat janji wawancara
dengan informan dan bertemu langsung dengan informan. Dalam proses
wawancara ini peneliti dibantu dengan alat bantu seperti kamera untuk
gambar dan juga alat perekam suara. Dengan melakukan wawancara
informasi atau data yang peneliti harapkan terkumpul adalah data atau
Informasi yang berkaitan langsung dengan inti permasalahan atau rumusan
pemasalah tersebut. Adapun hal-hal yang mengganggu proses wawancara
adalah susahnya informasi untuk menjumpai untuk melakukan wawancara
tetapi jika informan tidak bisa dijumpai untuk melakukan wawancara

alternative lain adalah melakukan wawancara dengan media telepon.
c. Partisipatif
Dalam metode ini peneliti ingin melihat interaksi pecandu narkoba
dengan cara berpartisipasi dalam melakukan proses adaptasi dilingkungan
masyarakatnya, dengan cara ikut serta di dalam kegiatan pecandu sehariharinya dalam kegiatan sosialnya.

38

Universitas Sumatera Utara

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau
instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder
dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan
dokumen, yaitu menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal,
majalah dan internet yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap
mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah

secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Menganalisis data
menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan
tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007). Analisis data
ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap
informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya
yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah.
Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang
kemudian dikategorikan.Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan
diinterpretasikan secara kualitatif.

3.6. Keterbatasan Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
kesulitan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam
penelitian ini mencakup keterbatasan internal dan eksternal. Keterbatasan internal

39

Universitas Sumatera Utara

Merupakan keterbatasan yang muncul dari diri peneliti, keterbatasan pengetahuan

peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada penelitian ini menjadi
salah satu keterbatasan penelitian dari internal peneliti. Sedangkan keterbatasan
lain termasuk kedalam keterbatasan eksternal. Keterbatasan Eksternal adalah
keterbatasan yang peneliti temukan dari luar diri peneliti. Keterbatasan yang
peneliti maksud keterbatasan data sekunder yang menjadi referensi dalam
penelitian. Adapun kesulitan yang dialami selama penelitian adalah mencari
orang-orang yang telah menjadi mantan rehabilitasi narkoba dan yang dapat
bekerja sama dengan peneliti demi menyelesaikan penelitian tersebut.

40

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Kota Rantauprapat
Sistem Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu sebelum penjajahan
Belanda adalah bersifat monarkhi. Kepala pemerintahan disebut Sultan

dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri
Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari.hari (semacam
Perdana Menteri).
Kesultanan/kerajaan

yang

terdapat

di

wilayah

Kabupaten

Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 (empat) kesultanan yaitu :
a) Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang.
b) Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir.
c) Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
d) Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik.

e) Ditambah 1 (satu) Half-bestuur yaitu Kerajaan Kampung Raja
berkedudukan di Tanjung Medan.
Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu,
dari berbagai keterangan yang dihimpun diperoleh keterangan bahwa
Belanda masuk Labuhanbatu berkisar tahun 1825.Namun ada pula
keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu
setelah selesai Perang Paderi (sekitar tahun 1831).

41

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1862 kesatuan Angkatan Laut Belanda di Bawah
Pimpinan “Bevel Hebee” datang kekampung Labuhanbatu (di Hulu Kota
Labuhan Bilik sekarang) melalui sungai Barumun. Di Kampung
Labuhanbatu tersebut Belanda membangun tempat pendaratan yang
terbuat dari batu beton. Lama kelamaan tempat pendaratan tersebut
berkembang menjadi tempat pendaratan/persinggahan kapal-kapal yang
kemudian menjadi sebuah kampong yang lebih besar, namanya
menjadi “Pelabuhan


Batu”,

akhirnya

nama

Pelabuhan

Batu

ini

dipersingkat sebutannya menjadi “Labuhanbatu”. Kemudian nama itu
melekat dan ditetapkan menjadi nama Wilayah Kabupaten Labuhanbatu.
Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda
secara yuridis formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 Tahun
1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling
Asahan yang meliputi 3 (tiga) Onder Afdeling yaitu :
a) Onder Afdeling Batu Bara dengan Ibukota Labuhan Ruku.

b) Onder Afdeling Asahan dengan Ibu Kota Tanjung Balai.
c) Onder

Afdeling Labuhanbatu dengan

Ibukota Kampung

Labuhanbatu.
Dan secara administratif pemerintahan wilayah Labuhanbatu
merupakan bagian dari wilayah Afdeling Asahan yang dipimpin Asisten
Residen (Bupati) sedangkan Onder Afdeling dipimpin Contreleur
(Wedana).
Pada awalnya Contreleur Labuhanbatu berkedudukan di Kampung
Labuhanbatu, kemudian pada tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik,

42

Universitas Sumatera Utara

tahun 1924 dipindahkan ke Marbau, tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota
Batu dan

pada

tahun 1932 dipindahkan

ke Rantauprapat sampai

kemerdekaan diproklamirkan 17 Agustus 1945
Pada Tanggal 3 Maret 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang)
mendarat di Perupuk (Tanjung Tiram).Dari Perupuk tentara Jepang
bergerak ke Tanjung Balai dan selanjutnya masuk ke wilayah
Labuhanbatu untuk merebut Kota Rantauprapat.
Pada masa pemerintahan Jepang Sistem Pemerintahan Hindia
Belanda dilanjutkan dengan Sistem Pemerintahan Zelf Bestuur dan
kekuasaan

Sultan/Raja

berlangsung.Untuk

memonitoring

kegiatan

Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sultan/Raja, Pemerintah Jepang
membentuk Fuku Bunsyuco.Disamping itu istilah-istilah Pimpinan
Tingkatan Pemerintahan diganti dari Bahasa Belanda ke Bahasa Jepang.
Pada

tanggal

2

Oktober

1945, Mr.

Teuku

Muhammad

Hasan dingakat menjadi Gubernur Sumatera, kemudian pada tanggal 3
Oktober 1945 Gubernur Sumatera mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia yang pada saat itu dihadiri oleh utusan/wakil-wakil
daerah. Sesampainya di daerah masing-masing Utusan Daerah tersebut
mengadakan pertemuan dengan pemuka-pemuka masyarakat untuk
membentuk Komite Nasional Daerah (KND) Labuhan batu.
Pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di rumah dinas
Kepala PLN Rantauprapat diadakan rapat dan secara resmi tanggal 17
Oktober 1945 dibentuk Komite Nasional Daerah Labuhanbatu. Dalam
rapat

Tersebut

juga

ditetapkan

sebagai

Ketua

adalah Abdul

43

Universitas Sumatera Utara

Rahman sekaligus

sebagai Kepala

Pemerintahan dan

wakil

ketuanya dr.hidayat.
Setelah terbentuknya Komite Nasional Daerah Labuhanbatu, maka
Pemerintahan Swapraja di Labuhanbatu menjadi berakhir.Tugas dan
Tanggung Jawab Pemrintahan diambil alih oleh Komite Nasional daerah
Labuhanbatu.Dengan Demikian pada tanggal 17 Oktober 1945 secara
resmi telah dibentuk Pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu.
Pada tanggal 26 Juni 1946 Dewan (Legislatif) Keresidenan
Sumatera Timur menetapkan antara lain : mengangkat 6 orang
Bupati untuk 6 Kabupaten di Sumatera Timur, salah satu diantaranya
adalah Gause

Gautama Pimpinan

Taman

Siswa

Kisaran

diangkat

menjadi Bupati Labuhanbatu.
Ketetapan dimaksud selanjutnya dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Gubernur Sumatera tanggal 26 Juni 1946 dan berlaku terhitung
mulai tanggal 1 Juli 1946. dengan demikian istilah Bupati mulai
digunakan sejak tanggal 1 Juli 1946 di 6 Kabupaten di Sumatera Timur
termasuk Labuhanbatu. Adapun nama-nama Bupati Labuhanbatu sejak
tanggal 17 Oktober 1945 sampai sekarang adalah:
a) Abdul Rahman (Ketua KND/Kepala Pemerintahan. 17 Oktober
1945-30 Juni 1946)>
b) Gause Gautama (1946 – 1947)
c) Syahbuddin Siregar (Pj) (1947-1948)
d) Djamaluddin Tambunan (1948-1951)
e) Abdul Wahid ER (1951-1954)

44

Universitas Sumatera Utara

f) Ibnu Saadan (1954-1956)
g) T. Badja Purba (1956-1958)
h) Fachruddin Nasution (1958-1959)
i) Yahya Yakub (1959-1961)
j) H. Idris Hasibuan (1961-1966)
k) H. Iwan Maksum (1966-1974)
l) H. Asrol Adam (1974-1979)
m) H. Djalaluddin Pane (1979-1984)
n) Abdul Manan (1984-1989)
o) H. Ali Hanafiah (1989-1994)
p) Drs. H.B. Ispensyah Rambe (1994-1999)
q) Drs. HR. Hadisiswoyo Al Haj (Pj) (1999-2000)
r) H.T. Milwan (2000-2005)
s) Syaparuddin, SH (Pj) (2005)
t) HT. Milwan (2005-2009)
u) Dr. H. Tigor Panusunan Siregar (2009 -2014)
v) Drs. H. Pangonal Harahap (2015 sampai dengan sekarang)

45

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Profil Kota Rantauprapat
Rantauprapat adalah salah satu kota yang
Labuhanbatu provinsi

ada di Kabupaten

Sumatera Utara, Indonesia. Rantauprapat

merupakan Ibukota kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu
terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet.
Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km², sedangkan
jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2007. Dengan
dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu
Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan penduduknya
sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008.
TABEL (

)

Batas wilayah
a) Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat
Melaka
b) Selatan berbatasan dengan Labuhanbatuu Selatan
c) Barat berbatasan dengan Padang Lawas Utara
d) Timur berbatasan dengan Riau
Pada mulanya jumlah kecamatan di kabupaten ini adalah 22
kecamatan.Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Utara dan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka jumlah kecamatan di kabupaten ini
menjadi 9 kecamatan. Berikut nama-nama kecamatan tersebut:

46

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Luas Kecamatan
NO

KECAMATAN

LUAS
(HA)

1

Bilah Barat

20.298

2

Rantau Utara

11.247

3

Rantau Selatan

6.432

4

Bilah Hulu

29.323

5

Pangkatan

35.547

6

Bilah Hilir

43.083

7

Panai Hulu

27.631

8

Panai Tengah

48.374

9

Panai Hilir

34.203

Jumlah

256.138

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RIQJMD)

Kabupaten

Labuhanbatu

Tahun

2011-2015

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59581/3/Chapter%2
0II.pdf diakses pada tanggal 27 juni 2017 pukul 20.00 wib).
Sejak 24 Juni 2008, jumlah kecamatan di kabupaten Labuhanbatu
berkurang dengan adanya pemekaran dari kabupaten ini, yaitu melalui
pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.
Objek wisata di Kabupaten Labuhan Batu antara lain, Pemandian
Alam Aek Pala, di Kecamatan Bilah Barat, Air Terjun Linggahara (Air

47

Universitas Sumatera Utara

Terjun Baru) di Kecamatan Rantau Selatan, Pulau Sikantan di Tanjung
Sarang Elang, Kecamatan Panai Hulu.
(http://www.labuhanbatukab.go.id/index.php/tentang-kami/sejarah)

4.2. Profil Informan
Profil informan merupakan biodata sumber pemberi informasi yang
mendukung pemenuhan data penelitian. Pentingnya profil informan bertujuan
untuk memfokuskan masalah penelitian dan dengan adanya informan, maka
membantu penggambaran masalah di lokasi peneliitian. Dalam penelitian ini,
profiil informan diisajikan dengan menggunakan inisial demi menjaga identitas si
pemberi informasi atau informan.
4.2.1. Informan Pertama (Keluarga Mardian syaputra R Alias Sodek)
Keluarga

: Sodek

Usia

: 21 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Anak ke

: 3 (Tiga)

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Masa Rehabilitasi

:1.) 3 bulan
2.) 5 bulan

Jumlah bersaudara

: 3 (Tiga)

Alamat

: Jl. H.adam malik Gg. Satria

Nama Orang Tua
Ayah

: Zainuddin ritonga

Usia

: 56 Tahun

Pekerjaan

: Purnawirawan

Suku

: Batak mandailing

48

Universitas Sumatera Utara

Agama

: Islam

Ibu

: S Tanjung

Usia

: 53Tahun

Suku

: Batak mandailing

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. H.adam malik Gg. Satria
Sodek merupakan Salah satu pecandu narkoba dengan golongan ll yaitu

sabu-sabu dan sudah 2 (dua) kali masuk masa rehabilitasi narkoba. Masa
rehabilitasi yang pertama ia jalani selama 3 bulan dan yang kedua selama 5 bulan.
Sodek juga merupakan salah mahasiswa yang telah DO (DROP OUT) di salah
satu Universitas di Kbupaten labuhan batu yaitu Universitas Labuhan Batu (ULB)
pada semester 3 tahun 2016. Sodek masuk di panti rehabilitasi narkoba
berdasarkan persetujuan orang Taunya. Ayahnya bernama Bapak Zainuddin alias
Pak Udin. Pak udin adalah seorang purnawirawan dan telah bercerai dengan
istrinya yaitu Ibu S Tanjung yang bekerja sebagai Perawat di Rumah sakit Umum
Rantaau prapat. Pak udin memasukkan anaknya ke panti rehabilktasi tersebut
bukan tanpa alasan melainkan menginginkan kesembuhan dari kecanduan narkoba
yang diderita anaknya. Pak udin telah 2 kali memasukkan anaknya ke panti
Rehabilitasi Narkoba pada bulan Mei 2017 lalu pak udin juga telah mengirimkan
kembali surat permohonan yang 3 (tiga) kepanti rehabilitasi, akan tetapi sampai
sekarang belum ada panggilan dikarenakan alasan dari panti rehabilitasi sudah
penuh kuota atau penampungan bagi pecandu baru.

49

Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Informan Kedua (Keluarga M Yusuf)
Keluarga
Usia
Jenis kelamin
Anak ke
Suku
Agama
Pekerjaan
Masa rehabilitasi
Jumlah saudara
Alamat

: Usup
: 25 Tahun
: Laki-laki
: 6 (enam) Bungsu
: Jawa
: Islam
: Wiraswasta
: 8 Bulan
: 6 (Enam)
: Jl. H Adam malik Gg Musholla

Nama Orang Tua
Ayah
: Kliwon
Usia
: 60 Tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Istri
: Nelly Harahap
Usia
: 54 Tahun
Alamat
: Jl. . H Adam malik Gg Musholla
Usup merupakan Pecandu narkoba dengan golongan 1 dan golongan 2
yang biasa dia pakai berdasarkan informasi ialah sabu-sabu dan ganja. Usup
termasuk mantan rehabilitasi narkoba dan masa rehabilitasi selama 8 bulan. Usup
masuk panti rehabilitasi narkoba berdasarkan persetujuan kedua orang tuanya
terhadap pihak BNN. Sebelum memasuki masa rehabilitasi usup terlebih dahulu
masuk jeruji besi (Penjara) tertangkap basah oleh polisi BNN sedang memakai
Narkoba di salah satu rumah kosong, hal ini yang menyebabbkan kedua orang tua
usup di panggil kekantor polisi untuk meminta penjelasan dari orang tuanya.
Orang tuanya adalah Bapak Kliwon dan ibunya bernama Nelly Harahap, Bapak
bekerja sebagai pengusaha panglong sendiri. Dan ibu Nelly Harahap ekerja
sebagai ibu rumah tangga dan juga ikut menjual kayu jadi dari panglong suaminya
kepada konsumen.
50

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan informasi dari kerabat Usup beliau ketangkap polisi
dikarenakan jebakan, sehingga sewaktu ada Razia usup tertangkap basah sedang
memakai narkoba, padahal narkoba tersebut dia peroleh bukan hasil dibeli sendiri
melainkan diberi temannya yaitu Imam (polisi). Dan berkat pertolongan daro
ayahnya, Usup dapat dikeluarkan dari penjara dan dimasukkan di panti
rehabilitasi tepatnya dikota medan.
4.2.3. Informan Ketiga (Keluarga Ahmad Yamin)
Keluarga

: Yamin

Usia

: 32 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Anak ke

: 2 (kedua)

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Masa rehabilitasi

: 8 Bulan

Jumlah bersaudara

: 6 (enam)

Alamat

: Jl. Sirandurung

Nama Orang Tua
Ayah

: Gunawan

Usia

: 58 Tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Istri

: Fatimah

Usia

: 55 Tahun

Suku

: Melayu

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sirandurung
Yamin merupakan mantan rehabilitasi, lamanya di rehabilitasi 8 bulan.

Orang tuanya adalah Bapak Gunawan dan ibunya bernama Fatimah. Keluarga

51

Universitas Sumatera Utara

Yamin merupakan salah satu penduduk asli kota Rantauprapat yang bertempat
tinggal di Jl. Sirandurung. Yamin memiliki 6 (enam) orang saudara. Yamin
merupakan seorang karyawan swasta di sebuah perusahan. Dalam keseharian
Yamin tidak pernah mengganggu orang tetapi kurang bergaul dengan masyarakat.
Bapak Gunawan bekerja sebagai Tukang becak. Sedangkan istrinya Ibu
fatimah merupakan Ibu rumahtangga. Ibu Fatimah sehari-hari hanya mengurus
rumah tangga. Kegiatan yang selalu dilakukan sama seperti halnya dengan ibu
rumah tangga, yaitu memasak, mencuci, membersihkan rumah. Ibu Fatimah
adalah ibu dari korban narkoba yang direhabilitasi yang akan menjadi informan
dalam kasus ini.

4.2.4. Informan Keempat (Keluarga Herman Wagino)
Keluarga

: Wagino

Usia

: 26 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Anak ke

: 2 (kedua)

Agama

: Islam

Pekerjaan

:-

Masa rehabilitasi

: 6 bulan

Jumlah bersaudara

: 3 (tiga)

Alamat

: Jl. Bilal

Nama Orang Tua
Ayah

: Sahrial

Usia

: 55 Tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Istri

: Harsiah

Usia

: 52 Tahun

52

Universitas Sumatera Utara

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Torpisamata
Wagino merupakan mantan rehabilitasi. Orang tuanya adalah Bapak

Sahrial dan ibunya bernama Harsiah. Keluarga Wagino merupakan salah satu
penduduk asli kota Rantauprapat yang bertempat tinggal di Jl. Torpisamata.
Wagino memiliki 3 (tiga) orang saudara. Wagino merupakan seorang
pengangguran.
Dari informasi sementara sepengetahuan Bapak Sahrial, Wagino memang
orang yang baik tetapi kurang sopan. Bapak Sahrial adalah seorang pekerja
sebagai penjual nasi. Sedangkan istrinya Ibu harsiah merupakan Ibu rumahtangga.
Ibu harsiah sehari-hari hanya mengurus rumah tangga. Kegiatan yang selalu
dilakukan sama seperti halnya dengan ibu rumah tangga dan juga membantu
suami berdagang. Ibu harsiah adalah ibu dari korban narkoba yang direhabilitasi
yang akan menjadi informan dalam kasus ini.

4.2.5. Informan Kelima (Keluarga Beni Sunandar)
Keluarga
: Beni
Usia
: 23 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Anak ke
: 3 (tiga)
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
:Masa rehabilitasi
: 5 bulan
Jumlah bersaudara
: 4 (empat)
Alamat
: Jl. Pahlawan
Nama Orang Tua
Ayah
: Sutrisno
Usia
: 54 tahun
Agama
: Islam

53

Universitas Sumatera Utara

Suku
Istri
Usia
Agama
Suku
Alamat

: Jawa
: Sakinah
: 54 Tahun
: Islam
: Melayu
: Jl. Pahlawan
Beni merupakan mantan rehabilitasi. Orang tuanya adalah Bapak Sutrisno

dan ibunya bernama sakinah. Keluarga Beni merupakan salah satu penduduk asli
kota Rantauprapat yang bertempat tinggal di Jl. Pahlawan. Beni memiliki 4
(empat) orang saudara. Beni merupakan seorang pengangguran.
Dari informasi sementara Bapak Sutrisno, Beni memang orang yang baik
orangnya dulu aktif tapi setelah memakai narkoba jadi orang yang pendiam
nahkan emosian. Bapak Sutrisno adalah seorang pekerja sebagai Karyawan
BUMN. Sedangkan istrinya Ibu Sakinah merupakan guru. Kegiatan yang selalu
dilakukan sama seperti halnya dengan ibu rumah tangga dan mengajar disekolah
dasar swasta di daerah kota rantauprapat. Ibu sakinah adalah ibu dari korban
narkoba yang direhabilitasi yang akan menjadi informan dalam kasus ini.

5.1 Teori Habitus
Berkaitan dengan salah satu

teori tentang adaptasi sosial peneliti

menemukan satu teori yakni yang dikenal dengan teori habitus, maka oleh karena
itu peneliti dapat mengaitkan penelitian ini dengan teori tersebut.
Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan
filsafat atas perilaku manusia. Dalam arti ini, habitus adalah nilai-nilai sosial yang
dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang
berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku

54

Universitas Sumatera Utara

yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Habitus seseorang begitu kuat,
sampai mempengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam
serta mengendap menjadi perilaku fisik disebutnya sebagai Hexis. (Reza A.A
Wattimena, 2012. BerpikirKritisbersama Pierre Bourdieu).
Habitus dapat dirumuskan sebagai sebuah system disposisi-disposisi
(skema-skema persepsi, pikiran, dan tindakan yang diperoleh dan bertahan lama).
Agen-agen individual mengembangkan disposisi-disposisi ini sebagai tanggapan
terhadap kondisi-kondisi obyektif yang dihadapinya. Dengan cara ini, Bourdieu
menteorikan penanaman struktur social obyektif kedalam pengalaman mental dan
subyektif darisi agen.
Habitus adalah struktur mental atau kognitif yang dengannya orang
berhubungan dengan dunia social. Orang dibekali dengan serangkaian skema
terinternalisasi

yang

mereka

gunakan

untuk

memersepsi,

memahami,

mengapresiasi, dan mengevaluasi dunia sosial. Habitus diperoleh sebagai akibat
dari ditempatinya posisi social dalam waktu yang panjang, sehingga habitus
bervariasi pada sifat posisi seseorang di dunia tersebut. Jadi, habitus antara orang
satu dengan orang lain tidak sama. Habitus yang termanifestasikan pada individu
tertentu diperoleh dalam proses sejarah individu dan merupakan fungsi dari titik
tertentu dalam sejarah social tempat ia menempati. Habitus dapat bertahan lama
dan dapat pula berubah yakni dipengaruhi oleh arena. Namun, orang mungkin saja
memiliki habitus yang tidak pas, menderita sesuatu yang disebut hysteria.
Misalnya orang yang tercerabut dari eksistensi agrarisnya di masyarakat
prakapitalis kontemporer yang kemudian bekerja di Wall Street. Habitus yang
diperoleh di masyarakat prakapitalis tidak memungkinkan orang untuk dapat

55

Universitas Sumatera Utara

mengatasi kehidupan di Wall Street. Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh
dunia sosial. Di satu sisi, habitus menstrukturkan struktur artinya habitus adalah
struktur yang menstrukturkan dunia social. Di sisi lain, habitus adalah struktur
yang terstrukturkan artinya bahwa habitus adalah struktur yang distrukturkan oleh
dunia social. Dengan istilah lain Bourdieu menggambarkan habitus sebagai
dialektika internalisasi
Eksternalisasi dan internalisasi. Jadi habitus memungkinkan Bourdieu
keluar dari keharusan memilih antar subjektivisme dengan objektivisme, keluar
dari kendali filsafat subjek tanpa mengabaikan agen maupun dari kendali filsafat
struktur namun tanpa lupa mempertimbangkan efek yang ditimbulkannya pada
dan melalui agen. Praktik inilah yang menghubungkan antara habitus dengan
dunia social. Di satu sisi, melalui praktik inilah habitus diciptakan, di sisi lain
habitus adalah akibat dari praktik yang diciptakan dunia social. Bourdieu
mengemukakan fungsi media sipraktik ini ketika mendefinisikan habitus sebagai
system disposisi yang terstrukturkan dan menstrukturkan yang dibangun oleh
praktik dan secara konstan ditujukan pada fungsi-fungsi praktik. Meskipun
habitus adalah satu struktur terinternalisasi yang menghambat pikiran dan pilihan
bertindak, namun habitus tidak menentukannya. Tiadanya determinismeini adalah
salah satu hal utama yang membedakan posisi Bourdieu dengan posisi strukturalis
arus utama. Habitus sekadar menyarankan apa yang seharusnya dipikirkan orang
dan apa yang seharusnya mereka pilih untuk dilakukan. Habitus memberikan
prinsip yang digunakan orang untuk memilih strategi yang akan mereka gunakan
di dunia social. Habitus bekerja di bawah level kesadaran dan bahasa, diluar
jangkauan pengawasan dan control intropeksi kehendak. Meskipun tidak sadar

56

Universitas Sumatera Utara

akan habitus dan cara kerjanya, habitus mewujudkan diri disebagian besar
aktivitas praktis kita seperti Cara makan, berjalan, berbicara. Habitus bekerja
sebagai struktur, namun orang tidak sekadar merespon secara mekanis
terhadapnya atau terhadap astruktur eksternal yang beroperasi padanya.

5.2 Sikap Keluarga Pra-Rehabilitiasi
Sikap yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga terhadap para pemakai
narkoba, berdasarkan penelitian ini yang bersumber dari para informan, maka
peneliti mendapatkan beberapa informasi yakni bermula dari mencari informasi
yang berkaitan dengan narkoba, bagaimana sikap seseorang yang sudah terkena
narkoba tersebut. Ketika mengetahui perilaku-perilaku si pemakai maka tindakan
yang dilakukan oleh keluarga adalah dengan cara menyesuaikan sumber-sumber
yang dapat disesuaikan dengan pemakai narkoba tersebut.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan, ST (54)
yakni :
Sebelum mendapatkan kejelasan, apa dia pemakai atau bukan, ya kami
selidiki dulu lah, bagaimana sih orang yang memake narkoba itu. Kan
pasti ada ciri-cirinya atau kelakuan yang mencurigakan pada pemakai
narkoba.(Wawancara 15 Mei 2017).
Hal yang sama juga di sampaikan oleh informan G (58) Yakni :
Kami pun tak tahu awalnya dia ini pemake kek gitu, pala pas ketahuan itu
lah baru ku Gembleng dia depan orang rame. Kubuat malu lah depan
orang rame pun tak malu lagi aku.(Wawancara 29 mei 2017)

57

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat memahami bahwa, sebelum
korban di rehabilitasi, keluarga akan melakukan semacam investigasi atau
penyelidikan apakah korban memang benar-benar memakai narkoba.
Melakukan sebuah sikap atau tindakan tidak cukup hanya dengan
penyelidikan, maka hal selanjutnya akan melanjutkan langkah yang berikutnya
yaitu pemecahan masalah. Disini pemecahan masalah terhadap pemakai narkoba
harus sangat berhati-hati, karena kemungkinan dapat menimbulkan sikap atau
kecurigaan terhadap pemakai narkoba sehingga dia akan melakukan tindakantindakan yang tidak diinginkan.
Seperti yang disampaikan informan Z (58) yakni :
Jadi pas tahu dia ini saya mau bawak dia ke panti rehabilitasi itu kan,
langsung dia tak pernah pulang kerumah. Ditunggu-tunggu tak pulangpulang uda ada 3 hari, jadi terakhir di bawak abangnya ini lah dia
pulang, abangnya yang no dua itu.(Wawancara 05 juni 2017)
Dapat dilihat bahwa pecandu narkoba tidak suka dibawak ke panti
rehabilitasi, dan untuk mengajak pecandu narkoba tersebut keluarga melakukan
tindakan musyawarah di dalam keluarga.
Musyawarah merupakan sikap atau tindakan yang paling cepat dan mudah
dalam memecahkan masalah, karena sekumpulan pemikiran dapat diaduk dan
akhirnya bisa mendapatkan solusi yang baik. Musyawarah ini dilakukan bertujuan
untuk merencanakan tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap korban narkoba.
Seperti yang dinyatakan oleh salah seorang informan, A.F(48) Yakni :
Sebelum saya dan mamaknya membawak dia kekantor polisi Karena tidak
tahan dengan kelakuannya kek anak berandalan gitu, untung lah ada

58

Universitas Sumatera Utara

family yang mengasi tahu untuk bawak anak ini ke rehab. Pertama saya
pun kurang tahu juga rehab ini kekmana prosesnya, tapi yah Karena saya
tanyak-tanyak juga sama family saya itu.
Sama halnya seperti yang dikatakan informan ini, SR (55) yakni :
Bapak dan ibu ya harus merencanakan bagaimana yang harus kami
lakukan. Karena kan kami tidak tahu proses apa yang akan dilakukan
kepada anak kami. Jadi tanya-tanya dulu ke orang yang paham, terus
baru dapat menyelesaikannya. Dari hasil itu baru kami tahu rehabilitasi
lah solusinya.(Wawancara 08 juni 2017)

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat memahami bahwa, sikap yang
diambil oleh keluarga pemakai narkoba ialah melakukan musyawarah terlebih
dahulu untuk mendapatkan solusi yang baik. Perencanaan yang baik akan
memudahkan bagi korban maupun keluarga untuk mengambil tindakan agar
tindakan yang diambil tidak akan memberikan hal yang tidak baik.
Dan ada juga beberapa pecandu narkoba yang tertangkap polisi sebelum
orang tuanya tahu bahwa anak mereka telah menjadi pengkonsumsi narkoba.
Seperti yang disampaikan ke 2 keluarga tersebut
Bapak KL (52) Yakni :
Petama kali dia kami bawak ke panti rehabilitasi itu Karena ketangkap
polisinya dia. Kok nggak ya awak pun tak tau kalu dia pemake, padahal
awak tengok pun dia baek-baeknya dan dia pun uda punya istri ya awak
lepas, bukan kek anak kecil lagi dia kan. Dan itu pun waktu rehabilitasi
itu permainan polisinya semua itu. Pertama dia tangkap kan kami orang

59

Universitas Sumatera Utara

tua nya di panggil, jadi pas didalam lah di negosiasi sama zupernya,
dibuatlah seolah-olah dai pemake biar gk di penjara. Tapi kan permainan
semua itu. Yang katanya pulak anak kami ini di jebak juganya sama
kawannya polisi jugak.
Hal sama juga di sampaikan Bapak YR(53) Yakni:
Sebelumnya Dia ditangkap di jl, Siringo-ringo di tempat billyard. Uda 1
hari di kantor polisi baru kami tahu kabarnya, Karena anak kami ini jarang
pulang, kadang di tempat kakaknya nginap. Saya pun sudah

tak bisa lagi

bilangin anak ini. Kok saya coconyanya itu di penjara aja dia. Karena mamaknya
nya itu makanya ku rehab anak itu. Itu pun polisi yang bawakkan.
Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga juga
tidak ingin anaknya masuk penjara melainkan memilih memasukkan pengguna
narkoba ke panti rehabilitasi. Alasan dari keluarga lebih memilih memasukkan
anaknya kepanti rehabilitasi dari pada di penjara seperti yang disampaikan
informan KL (52) Yakni
Alasannya ya biar dia bisa baguslah, mana tau dengan di rehab dia bisa
nggak make lagi, awak pun memikirkan masa depan dia juga.
Informan yang selanjutnya Ibu N.H (50) Yakni:
Apalah masa depannya nanti kalau dia masuk penjara, sekarang dia uda
mau nikah itu yang saya pikirkan. Kalau masalah uang itu bisa dicarik lagi dek.
Biarlah orang mau bilang apa yamg penting awak bolo anak awak ini. Tak ada
yang bisa disalahkan kalo yang namanya narkoba udah semua itu terperangkap,
anak tetangga ini rata-rata pemake.(Wawancara 25 mei 2017)

60

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil wawancara tersebut dan pengamatan dilapangan, peneliti dapat
memahami bahwa keluarga harus memahami masalah yang tengah dihadapi oleh
pemakai narkoba, jangan berpura-pura tidak mengetahuinya. Sikap yang
berikutnya juga ialah menghindari menimpahkan seluruh kesalahan pada anak
atau menimpahkan kesalahan pada istri/suami. Ini hanya akan memperburuk
suasana di dalam keluarga dan tidak mengatasi masalah.
Seperti yang dinyatakan oleh informan, SY (55) yakni :
Kalo kita saling menyalahkan, kapan selesainya. Jadi kalo mau tuntas
harus bisa kita saling menjaga dan saling mengawasilah. Apalagi ini
jamannya semakin gilak narkoba dimana-mana taka ada lagi yang beres.
Jangankan di daeraah kami ini di kampong-kampung sana pun lebih
parah lagi. Jadi kok menurut saya saling menjaga aja lah baik ibunya
maupun keluarganya.(Wawancara 08 juni 2017)

Bila kita tidak mampu mengendalikan diri, pertimbangkan untuk mencari
pihak ketiga untuk memperoleh nasehat atau penyuluhan yang dapat diterima oleh
dua pihak. Bicaralah dengan mereka secara terbuka, dengarkanlah apa yang
mereka utarakan, hormatilah pendapat mereka. Pada waktu anda bertukar pikiran
tentang narkoba dengan anak Anda, cobalah mengetahui apa sebabnya ia
memakai narkoba dan seberapa sering ia memakai.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh salah seorang informan G (58)
yakni :
Setelah bermusyawarah, dan kami juga tidak sanggup lagi mengatasi
masalah ini, ya akhirnya solusi terbaik yang kami dapatkan ialah

61

Universitas Sumatera Utara

melakukan rehabilitasi di tempatnya, ya di BNN.(Wawancara 29 mei
2017)
Hal lain juga disampaikan Bapak Z (58) Yakni :
Kalau anak saya ini tak mau lagi dia dibawak musyawarah,dia saja
melihat awak pun takut Karena udah ketahuan itu di pemake kan. Jadi soslusinya
untuk membawak dia ke rehabilitasi saya gari aja kakinya itu, saya suruh supir
sama abangnya untuk nangkap dia baru di gari kakinya itu di mobil, langsung
kami bawak di kebrastagi sana, tempat rehabilitasi yang dibrastagi itu.
Wawancara 05 juni 2017)
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa kita dapat melihat sikap
kepemimpina di dalam rumah juga harus diperhatikan, mungkin saja Karena
keotoriteran bapak dan ibu dirumah yang menyebabkan anak mencari hal yang
membuat dia nyaman.
Tingkatkan komunikasi keluarga secara terbuka (timbal balik). Hindari
pemberian nasehat dengan cara berkhotbah. Mengetahui apa yang diperbuat anak
Anda; siapa saja temannya, ke mana saja ia pergi, dan apa saja yang ia lakukan
untuk mengisi waktu luangnya. Bersikaplah tegas menjalankan disiplin keluarga
yang disepakati bersama. Membimbing keluarga untuk memperoleh pemantapan
nilai-nilai moral, agama, dan kerohanian lainya.
Sediakanlah waktu agar dapat bersama dengan mereka walaupun Anda
sendiri sedang sibuk. Bantulah anak Anda menemukan kemungkinan lain untuk
mencari kegembiraan fisik, rekreasi, emosi dan spiritual.
Janganlah merasa bersalah ataupun malu, bila anak Anda memakai
narkoba.Walaupun kasih sayang orang tua terhadap anak cukup serta orang tua

62

Universitas Sumatera Utara

telah memberi teladan yang baik, tetapi masih ada kemungkinan seseorang anak
akan menyalahgunakan Narkoba. Tekanan kelompok sebaya sering cukup kuat
untuk mengalahkan pengaruh-pengaruh yang baik bagi orang tua.
Apabila salah satu keluarga sudah ketergantungan Narkoba, Anda perlu
rujuk ke tempat pengobatan dan rehabilitasi. Bila anda tahu bahwa temen anak
Anda memakai Narkoba dan Anda bermaksud menolongnya, mulailah dengan
mengunjungi orang tua anak tersebut pada wakru yang tepat. Pada waktu
pertemuan dengan orang tua, hindarkanlah sikap menuduh, mengolok-olok atau
menyalahkan. Ingat bahwa pertemuan dengan orang tua menpunyai maksud untuk
bekerja sama dan saling bertukar pikiran dan pengalaman.

5.3 Sikap Keluarga Pasca-Rehabilitasi
Sikap yang mengacu kepada perbaikan setelah adanya rehabilitasi
terhadap mantan pemakai narkoba saat di dalam keluarganya ialah suatu tindakan
yang sangat penting, alasannya karena setelah di rehabilitasi maka pemakai
narkoba tersebut akan mudah terpengaruh kembali dengan lingkungan yang
pernah ia jalani. Oleh sebab itu peran keluarga sangatlah besar, maka sebaiknya
sikap apa saja yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga terhadap mantan
rehabilitasi narkoba. Disini peneliti mendapatkan beberapa jawaban dari beberapa
informan yang bersedia untuk berbagi informasi kepada peneliti, yaitu berlaku
baik dan mengarahkan anak pada kegiatan positif yang membangun harga dirinya.
Hal ini seperti yang dinyatakan informan G (58) :
Setelah direhabilitiasi, kita tidak perlu memarahinya, jangan karena dia
sudah direhab, dia sehat total, maka kami diarahkan oleh psikolognya

63

Universitas Sumatera Utara

untuk memberikan sekaligus memantau kegiatan-kegiatan positif yang
dilakukan nya (mantan rehabiulitasi, ya seperti yang kami lakukan
misalnya memasak, ya kadang kami juga mengajaknya untuk memasak.
(Wawancara 29 mei 2017)
Hal demikian juga di sampaikan informan Z (58) Yakni :
Setelah keluar dari masa rehabilitasi yang pertama da sekitar 3 bulanan
juga. Saya langsung memindahkan dia ke luar kota, hal ino sesuai dengan
saran orang panti rehabilitasi itu. Katanya kalau ingin anak kita tidak
menjadi pengguna narkoba lagi alangkah lebih baik anak kita di
pindahkan dan diberikan kegiatan seperti pekerjaan. Jadi saya pindahkan
dia ini ke

daerah Kalimantan sana daerah sampit tepatnya

itu.(Wawancara 05 juni 2017)

Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat memahami bahwa untuk
menghilangkan gaya hidup adiksi mantan narkoba, maka sangat dibutuhkan sikap
positif yang mampu merangsang dan membangun harga diri anak, agar dirinya
tetap bersih dari pengaruh narkoba. Hal positif juga yang dapat dilakukan
keluarga ialah memindahkan tempat awalnya ke tempat yang baru, hal ini
bertujuan agar mantan dari pengguna narkoba tersebut tidak lagi bergaul dan
berjumpa dengan teman-teman lamanya yang sama dengan dia.
Selain itu keluarga dapat memotivasi dan menggiring anak untuk
mengikuti program khusus pengembangan dirinya sesuai dengan minat, bakat dan
hobi anak.
Seperti yang dinyatakan oleh seorang informan, SR (56) yakni :

64

Universitas Sumatera Utara

Ya sebaiknya sikap kita (keluarga) kepadanya (mantan rehab) dengan
memberikan

dorongan-dorongan

yang

dapat

membangkitkan

semangatnya, agar ia tidak putus asa terhadap dirinya. Soalnya nampak
di dirinya seolah-olah dirinya tidak berarti jika tidak diberikan dorongandorongan. Ini terlihat ketika dia tidak dapat melakukan sesuatu pekerjaan.
Akhirnya dia jenuh dan merasa tidak berguna kembali.(Wawancara 08
juni 2017)
Dari hasi wawancara tersebut, maka peneliti dapat memahami bahwa, jika
mantan rehabilitiasi/anak mampu mengembangkan sesuatu yang berharga dalam
hidupnya

dan selalu menyibukkan diri

dengan kegiatan positif yang

menggembirakannya, tentu anak akan menjauhi kehidupan narkoba. Setelah anak
keluar dari masa rehabilitasinya terlihat banyak perubahan-perubahan yang di
lihat dari tingkah laku pecandu narkoba. Karena semua kegiatan-kegiatan didalam
panti rehabilitasi tersebut umumnya bertujuan untuk memulihkan pecandu
narkoba dari penyakit kronisnya dan dapat berinteraksi layaknya anak yang
terhindar narkoba. Seperti yang di sampaikan informan ini Bapak KL (52) Yakni
:
Setelah

anak

saya

keluar

dari

masa

rehabnya,

alhamdulilah

perubahannya drastic, yang biasa saya ajak dia sholat gk mau ini malah dia yang
ngajak saya sholat. Rajinnya udah kayak anak terpelajar itu lah, kegiatannya
mencuci. Menyapu, sholat tak pernah tinggal. Memang saya akui kegiatankegiatan yang dilakukan didalam rehabilitasi itu sangat positif dan membantu.
Sehingga dalam pemikiran saya setelah anak ini keluar saya akan memberikan
dia pekerjaan seperti yang saya lakuan sekarang ini (Wawancara 14 mei 2017)

65

Universitas Sumatera Utara

Berikutnya sikap yang dilakukan orangtua/ keluarga ialah harus mampu
mengembangkan keterampilan menolak (refusal skill) narkoba. Agar anak tidak
mudah jatuh kembali ke dunia narkoba, maka perlu dikembangkan keterampilan
menolak (refusal skill) narkoba.
Kita bangun pola kepribadian yang matang pada anak, percaya dirinya,
keterampilan mengatasi masalah, kekecewaan, rasa malu, kemarahan
maupun kecemasannya, kemampuan mengembangkan pergaulan yang
positif, kemampuan mengembangkan dirinya dan mengembangkan tujuan
hidupnya (Wagino)

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat memahami bahwa para orang
tua telah memberikan Habitus baru kepada mantan pecandu narkoba. habitus
adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses
sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara
berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Habitus
seseorang begitu kuat, sampai mempengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah
begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku fisik disebutnya sebagai
Hexis. Di dalam penelitian ini dapat dilihat keluarga dapat membangun habitus
baru kepada mantan pecandu narkoba dengan cara memberikan keterampilanketerampilan agar kegiatan mantan pecandu narkoba tersebut selalu ada dan tidak
berfikir untuk kembali kepada pemikiran untuk mengkonsumsi narkoba kembali.
Keterampilan yang dilakukan setelah pecandu keluar dari masa rehabilitasi
narkobanya dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan positif yang dilakukannya seperti
rajin sholat, menyapu, mencuci, bangun tidur lebih cepat dari biasanya dan sopan

66

Universitas Sumatera Utara

santun. Hal ini sudah dia dapat dari kecil akan tetapi rusak seketika dikarenakan
zat kimia dari narkoba yang merusak cara berfikir anak bangsa.

5.4 Peranan Orangtua dan Keluarga dalam Proses Sosial pada Mantan
Rehabilitasi
Keluarga sebagai unit kecil dalam masyarakat merupakan wadah utama
dalam proses sosialisasi anak menuju kepribadian yang dewasa. Keluarga adalah
benteng utama yang dapat mencegah anak-anak dari masalah narkoba.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba seharusnya dimulai dalam keluarga.
Secara sosiologis keluarga adalah wahana untuk mendidik, mengasuh dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar
dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Di
dalam keluarga juga terdapat beberapa fungsi yang harus di jalankan agar di
dalam keluarga juga mendapatkan prilaku yang baik dan menjadi keluarga yang
aman.
Adapun fungsi-fungsi yang harus dijalankan didalam kelaurga yaitu :
a. Fungsi Edukatif
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Lindungan
d. Fungsi Afeksi
e. Fungsi Religius
f. Fungsi Ekonomi
g. Fungsi Rekreasi

67

Universitas Sumatera Utara

h. Fungsi Biologis

Keluarga yang sejahtera dengan penuh kasih sayang sebetulnya sudah
melaksanakan pencegahan. Anak-anak yang tumbuh dengan kasih sayang dan
rasa aman, dengan adanya kesempatan untuk menyatakan perasaan dan
mengeluarkan pendapat, serta dididik untuk mengambil keputusan yang bijaksana,
kemungkinan besar tidak menyalahgunakan narkoba.
Tetapi jika tidak, maka hal tersebut bisa saja terbalik. Namun kebalikan
nya itu bisa kita perbaiki dengan peran keluarga kembali walaupun peluangnya
kecil kembali seperti semula.
Seperti yang dinyatakan oleh informan, bapak ST (54) yakni :
Ya, kita seharusnya memahami lah kalo dia itu mantan pemake, jadi
jangan terlalu memaksa kan diri kita untuk dia bisa seratus persen seperti
semula. Biar aja dulu dia coba untuk membaur kembali. Terus kita jangan
pernah nyerahlah untuk membuat dia lupa dengan narkoba itu yang
penting, (Wawancara 15 mei 2017)
Berbeda dengan yang disampaikan informan ini Z (58) Yakni:
Kalau dia kita biarkan bergaul lagi di lingkungan ini, saya tidak bisa
jamin anak ini tidak kembali lagi menghisap sabu-sabu itu. Karena saya
sudah 2 kali memasukkan anak saya ini ke panti rehabilitasi. Dan sampai
sekarang tidak bisa sembuh juga. Kalau saya nilai yang menjadi penyebab
semua ini lingkungan. Kalau saja dia kita pindahkan mungkin bisa dia itu
berubah. Tapi seperti saya bilang tadi. Sudah pernah anak saya ini saya

68

Universitas Sumatera Utara

kirim ke Kalimantan tapi entah kenapa bisa dapat kawannya lagi disana
dia, saya pun nggak tahu itu. (Wawancara 05 juni 2017)
Dan sama seperti yang disampaikan informan ini KL (52) Yakni :
Setelah keluar dari masa rehabilitasinya saya mendapat informasi dari
pihak reabilitasi bahwa, jika anak saya ini di bawak pulang kembali
kemapungnya dan bergaul lagi dimasyarakat maka anak ini dapat kambuh
kembali. Memang benar kata mereka itu, Karena saya lihat anak-anak
disini tidak ada lagi yang beres. Semua mungkin udah pernah itu
menghisap sabu atau ganja. (Wawancara 04 mei 2017)
Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat memahami bahwa peran keluarga
dalam menjaga pecandu narkoba yang telah direhabilitasi lebih sulit dari pada
anak yang belum masuk ke panti rehabilitasi. Hal ini disebabkan anak-anak yang
sudah pernah menjadi pecandu narkoba sangat mudah sekali terjerumus kembali
kepada barang haram tersebut. Seperti yang dikatan pepatah orang-orang yang
seperti ini sama halnya keledai, mudah masuk kedalam lubang yang sama.
Maka dalam hal ini peran keluarga sangatlah dibutuhkan, seperti :
d) Memahami bahwa kedua belah pihak: pecandu maupun keluarga
sama-sama

“belajar” memahami perubahan-perubahan yang

terjadi.
e) Memahami bahwa dalam proses belajar tidak ada rumus baku yang
berlaku umum.
f) Kemungkinan melibatkan proses trial and error.

69

Universitas Sumatera Utara

g) Menyadari bahwa kekambuhan merupakan faktor yang kompleks,
bukan semata-mata kekeliruan keluarga dan bukan juga karena
pecandu tidak sungguh-sungguh ingin berhenti.
Selayaknya orang tua harus memberikan hal yang terbaik kepada anak
atau keluarga. Hal yang dapat dilakukan orang tua untuk melaksanakan peran dan
tanggung jawab ialah seperti yang dituturkan oleh salah seorang informan, Ibu
S.T (57) yakni :
Semestinya orang tua itu memberikan contoh yang baik kepada anakanaknya kan, tapi kadang karena kesibukan pekerjaa maka anak jadi
melampiaskan kekesalannya dengan membuat kesalahan yang orang itu
tidak tahu efeknya.( Wawancara 03 juni 2017)
Sedangkan informan F (55) lain menyatakan tentang hal itu sebagai berikut :
Kalau menurut ibu pengaruh lingkungan itu yang sangat besar, tapi
memang benar kalau masalah menjaga pergaulannya kami orang tuanya
agak lengah, soalnya saya piker pun orang itu bergaul bagus-bagusnya,
soalnya kalau kawannya datang kerumah selalu saya tanyak, katanya mau
main bola sama carik kerja. Itu aja lah dibilangnya. (Wawancara 29 mei
2017)

Selain itu infoman SK (54) dari keluarga yang lain menyatakan bahwa :

70

Universitas Sumatera Utara

Kita selaku orang tua harus menanamkan budaya kita, banyak sekarang
anak anak tidak mengenal agama, mungkin karena kita lalai dalam hal
bidang agama, sedangkan nilai-nilai moral itu ada di dalam
agama.(Wawancara 15 mei 2017)
Dari wawancara tersebut, maka peneliti memahami bahwa orang tua
harusnya memberikan hak-hak anak dari segi moral atau perilaku yaitu :
h) Orang tua menjadi panutan
i) Orang tua menjadi teman diskusi dan sumber informasi bagi anak,
j) Orang tua perlu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai
agama,
k) Orang tua perlu menggali potensi anak untukk dikembangkan
melalui berbagai macam kegiatan,
l) Orang tua dapat berperan sebagai pembimbing bagi anak,
m) Orang tua perlu mengontrol kegiatan anak,
n) Orang tua perlu mengenal teman-teman anak.
Melalui pemahaman, bahwasanya pentingnya peran keluarga memiliki
kadar risiko tinggi apabila menjalankan:
o) Komunikasi yang tidak efektif
p) Sikap yang otoriter atau terlalu permisif
q) Sikap tidak konsisten antara kedua orang tua
r) Keluarga kurang harmonis
s) Salah satu/kedua orang tua menjadi penyalah guna/ketergantungan
narkoba.

71

Universitas Sumatera Utara

Faktor keluarga memegang peranan penting sebagai potensi untuk
mendukung atau mengancam pemulihan. Codependency dikenal sebagai penyakit
keluarga dan untuk itu mereka juga memerlukan pertolongan. Untuk memenuhi
keperluan ini,