Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2006-2009

SKRIPSI

Oleh :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2006-2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2006-2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Juli 2010, dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Drh. Rasmaliah, M. Kes Drs. Jemadi, M. Kes NIP. 195908181985032002 NIP. 196404041992031005

Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH drh. Hiswani M. Kes NIP. 130318031 NIP. 196501121994022001

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Penyakit ini salah satu penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan dibeberapa negara. Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis kelamin.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabaupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 104 orang, jumlah sampel adalah seluruh populasi. Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi-square, t-test, dan Anova.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 4-13 tahun 26,0%, laki-laki 63,5%, suku Jawa 46,2%, agama Islam 70,2%, SLTA 55,1%, wiraswasta 37,5%, kawin 61,2%, kota Rantau Prapat 71,2%. HBsAg positif yaitu dengan proporsi 100%, berstatus ikterus 76,0%, tipe akut 76,9%, kadar SGOT dalam kategori tinggi 45,2%, kadar SGPT dalam kategori tinggi 45,2%, lama rawatan rata-rata 7,66 hari, pulang berobat jalan 65,4%.

Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur dengan tipe hepatitis B (p=0,520), umur dengan kadar SGOT (p=0,680), umur dengan SGPT (p=0,997), jenis kelamin dengan kadar SGOT (p=0,262), jenis kelamin dengan kadar SGPT (p=0,267),. Ada perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,000), lama rawatan rata-rata dengan tipe hepatitis B (p=0,000). Tidak dapat diuji dengan menggunakan uji Chi-square karena terdapat 4 sel (50%) memiliki nilai expected <5.

Pihak rumah sakit diharapkan memberikan anjuran kepada penderita hepatitis B untuk melakukan pemeriksaan kadar HbsAg, kadar SGOT dan SGPT secara berkala, memberikan anjuran kepada anggota keluarga penderita hepatitis B agar melakukan medical check-up untuk mencegah penularan hepatitis B, meningkatkan program imunisasi hepatitis B, dan melengkapi pencatatan kartu status terutama pada pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.


(5)

ABSTRACT

Hepatitis B is one of an infectious disease caused by hepatitis B virus (HBV). The disease is one cause of mortality and morbidity in several countries.Hepatitis B can occur in all age and sex.

To determine the characteristics of hospitalized patients with hepatitis B in general hospital inpatient Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu 2006-2009, conducted research with a descriptive case series design. The study population was all patients are hospitalized in general hospital inpatient Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu 2006-2009 as many as 104 people, the number of samples is the whole population. Statistical analysis was done by Chi-square test, t-test and Anova test.

Proportion based on sociodemographic age group 4-13 years is 26.0%, male 63.5%, Javanese 46.2%, Islam 70.2%, 55.1% high school, 37.5% self-employed, married 61.2%, 71.2% town of Rantau Prapat. Namely the proportion of HBsAg positive 100%, the status of jaundice 76.0%, 76.9% of acute type, high levels of SGOT in the category of 45.2%, SGPT levels of 45.2% in the high category, duration of treatment on average 7.66 days, returned 65.4% outpatient.

There was no significant difference between the proportion of age with hepatitis type B (p = 0.520), age and AST levels (p = 0.680), age and ALT (p = 0.997), sex with AST levels (p = 0.262), gender with ALT levels (p = 0.267). There are differences in the proportion of the average treatment time with the state as home (p = 0.000), duration of treatment on average with hepatitis type B (p = 0.000). Can not be tested using Chi-square test because there are four cells (50%) Expected value <5.

The hospital is expected to give advice to patients with hepatitis B to investigate levels of HBsAg, AST and ALT levels on a regular basis, giving advice to family members of hepatitis B patients to conduct medical check-ups to prevent transmission of hepatitis B, increasing hepatitis B immunization program, and complete listing of the status of the card, especially in education, employment, and marital status.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Elizabeth Loloan Panggabean Tempat/Tanggal Lahir : Aek Nabara, 25 November 1987 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 1 dari 5 Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Pertanian Kompleks P3RSU Aek Nabara Kabupaten Labuhan Batu.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 118252 Aek Nabara 2. Tahun 2000-2003 : SMP Negeri 1 Aek Nabara 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 4 Medan

4. Tahun 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas anugerah dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda R. Panggabean dan Ibunda K. Sirait, SPd yang selalu memberi doa dan dukungan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

3. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku dosen pembimbing skripsi bersama Bapak Drs. jemadi, M.Kes yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH dan Ibu drh. Hiswani, M. Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.


(8)

6. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Adik-adikku tersayang (Agnes, Kevin, Erika, dan Putri) buat doa dan motivasinya kepada penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU. 9. Sahabat penulis (Cindy, Regina, Sri, Ayu, Mika, Artiti, Erik dan Adelina,),

serta teman-teman Peminatan Epidemiologi stambuk 2006 yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

10. Teman Kelompokku LEMUELLA (Kak Decy, Asri, Vera, dan Elisabeth) yang telah banyak mendukung dalam doa dan memberi motivasi kepada penulis.

11. Keluarga Besar POMK FKM USU yang telah banyak memberi motivasi kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Defenisi Hepatitis B ... 6

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati... 6

2.2.1 Anatomi hati ... 6

2.2.2 Fungsi Hati ... 8

2.3. Sejarah Hepatitis B ... 9

2.4. Gejala Klinis ... 10

2.4.1. Hepatitis B Akut ... 10

2.4.2. Hepatitis B Kronis ... 12

2.4.3. Hepatitis B Carrier ... 2.5. Epidemiologi VHB... 13

2.5.1 Distribusi Frekuensi ... 13

2.5.2. Determinan ... 16

2.6. Etiologi VHB ... 19

2.7. Cara Penularan ... 21

2.7.1. Vertikal... 21

2.7.2. Horizontal ... 21

2.8. Kelompok Resiko Tinggi ... 22

2.9. Pencegahan ... 23

2.9.1. Pencegahan Primordial ... 23

2.9.2. Pencegahan Primer ... 23

2.9.3. Pencegahan Sekunder ... 25


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 30

3.1. Kerangka Konsep ... 30

3.2. Defenisi Operasional ... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Jenis Penelitian... 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2. Waktu Penelitian... 34

4.3. Populasi dan Sampel ... 34

4.3.1. Populasi ... 34

4.3.2. Sampel ... 35

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.5. Teknik Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 36

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 36

5.1.1. Visi RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu ... 36

5.1.2. Misi RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu ... 37

5.2. Karakteristik Penderita Hepatitis B ... 37

5.2.1. Sosiodemografi ... 37

5.2.2. Status Ikterus ... 43

5.2.3. Tipe Hepatitis B ... 43

5.2.4. Kadar HBsAg... 44

5.2.5. Kadar SGOT ... 44

5.2.6. Kadar SGPT ... 45

5.2.7. Lama Rawatan Rata-rata ... 46

5.2.8. Keadaan Sewaktu Pulang ... 46

5.3. Analisa Bivariat ... 47

5.3.1. Umur Berdasarkan Tipe Hepatitis B. ... 47

5.3.2. Umur Berdasarkan Kadar SGOT ... 48

5.3.3. Umur Berdasarkan Kadar SGPT ... 49

5.3.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGOT ... 50

5.3.5. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGPT ... 51

5.3.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 52

5.3.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Hepatitis B ... 53

5.3.8. Tipe Hepatitis B Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 54

BAB 6 PEMBAHASAN ... 55

6.1. Karakteristik Penderita Hepatitis B ... 55

6.1.1. Sosiodemografi ... 55

6.1.2. Status Ikterus ... 63

6.1.3. Tipe Hepatitis B ... 65


(11)

6.1.5. Kadar SGOT ... 67

6.1.6. Kadar SGPT ... 68

6.1.7. Lama Rawatan Rata-rata ... 69

6.1.8. Keadaan Sewaktu Pulang ... 72

6.2. Distribusi Proporsi Antara Dua Variabel ... 72

6.2.1. Umur Berdasarkan Tipe Hepatitis B.. ... 72

6.2.2. Umur Berdasarkan Kadar SGOT ... 73

6.2.3. Umur Berdasarka Kadar SGPT... 74

6.2.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGOT ... 75

6.2.5. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGPT ... 76

6.2.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 77

6.2.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Hepatitis B ... 78

6.2.8 Tipe Hepatitis B Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 80

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1. Kesimpulan ... 82

7.2. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 3. Pengelompokan Umur dengan Rumus Sturges Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Rantau Prapat Kabupaten

Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 38 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Suku di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 38 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

berdasarkan Agama di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Pendidikan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten

Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Pendidikan Tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 40

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten

Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 40 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan Tercatat di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 41 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 41

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan Tercatat di RSUD Rantau

Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 42 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Rantau Prapat


(13)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Ikterus di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 43 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 43 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

kadar HBsAg di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 44

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 44 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 45 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Lama Rawatan Rata-rata di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 46 Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 46 Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 47 Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 48 Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap

Berdasarkan Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 49 Tabel 5.21. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hepatitis B Berdasarkan Kadar SGOT Rawat Inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 50


(14)

Tabel 5.22. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hepatitis B Berdasarkan Kadar SGPT Rawat Inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 51 Tabel 5.23. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hepatitis B

Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 52 Tabel 5.24. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hepatitis B

Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 53 Tabel 5.25. Distribusi Proporsi Tipe Hepatitis B Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 54


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Hati ... 7

Gambar 2.2. Hati yang terkena hepatitis B ... 7

Gambar 2.3. Virus hepatitis B ... 20

Gambar 2.4. Skema penularan virus hepatitis B ... 20

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 55

Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 57

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 58

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 59

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 60

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 61

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 62

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Ikterus di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 63


(16)

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 65 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat

Inap Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 67 Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat

Inap Berdasarkan Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 68 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat

Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009... 70 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B

Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 72 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B

Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau

Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009... 73 Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat

Inap Berdasarkan Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 74 Gambar 6.16 .Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hepatitis

B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 75 Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hepatitis

B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 76 Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata

Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 77 Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata

Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan


(17)

Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tipe Hepatitis B Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009 ... 80


(18)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Penyakit ini salah satu penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan dibeberapa negara. Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis kelamin.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabaupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 104 orang, jumlah sampel adalah seluruh populasi. Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi-square, t-test, dan Anova.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 4-13 tahun 26,0%, laki-laki 63,5%, suku Jawa 46,2%, agama Islam 70,2%, SLTA 55,1%, wiraswasta 37,5%, kawin 61,2%, kota Rantau Prapat 71,2%. HBsAg positif yaitu dengan proporsi 100%, berstatus ikterus 76,0%, tipe akut 76,9%, kadar SGOT dalam kategori tinggi 45,2%, kadar SGPT dalam kategori tinggi 45,2%, lama rawatan rata-rata 7,66 hari, pulang berobat jalan 65,4%.

Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur dengan tipe hepatitis B (p=0,520), umur dengan kadar SGOT (p=0,680), umur dengan SGPT (p=0,997), jenis kelamin dengan kadar SGOT (p=0,262), jenis kelamin dengan kadar SGPT (p=0,267),. Ada perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,000), lama rawatan rata-rata dengan tipe hepatitis B (p=0,000). Tidak dapat diuji dengan menggunakan uji Chi-square karena terdapat 4 sel (50%) memiliki nilai expected <5.

Pihak rumah sakit diharapkan memberikan anjuran kepada penderita hepatitis B untuk melakukan pemeriksaan kadar HbsAg, kadar SGOT dan SGPT secara berkala, memberikan anjuran kepada anggota keluarga penderita hepatitis B agar melakukan medical check-up untuk mencegah penularan hepatitis B, meningkatkan program imunisasi hepatitis B, dan melengkapi pencatatan kartu status terutama pada pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.


(19)

ABSTRACT

Hepatitis B is one of an infectious disease caused by hepatitis B virus (HBV). The disease is one cause of mortality and morbidity in several countries.Hepatitis B can occur in all age and sex.

To determine the characteristics of hospitalized patients with hepatitis B in general hospital inpatient Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu 2006-2009, conducted research with a descriptive case series design. The study population was all patients are hospitalized in general hospital inpatient Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu 2006-2009 as many as 104 people, the number of samples is the whole population. Statistical analysis was done by Chi-square test, t-test and Anova test.

Proportion based on sociodemographic age group 4-13 years is 26.0%, male 63.5%, Javanese 46.2%, Islam 70.2%, 55.1% high school, 37.5% self-employed, married 61.2%, 71.2% town of Rantau Prapat. Namely the proportion of HBsAg positive 100%, the status of jaundice 76.0%, 76.9% of acute type, high levels of SGOT in the category of 45.2%, SGPT levels of 45.2% in the high category, duration of treatment on average 7.66 days, returned 65.4% outpatient.

There was no significant difference between the proportion of age with hepatitis type B (p = 0.520), age and AST levels (p = 0.680), age and ALT (p = 0.997), sex with AST levels (p = 0.262), gender with ALT levels (p = 0.267). There are differences in the proportion of the average treatment time with the state as home (p = 0.000), duration of treatment on average with hepatitis type B (p = 0.000). Can not be tested using Chi-square test because there are four cells (50%) Expected value <5.

The hospital is expected to give advice to patients with hepatitis B to investigate levels of HBsAg, AST and ALT levels on a regular basis, giving advice to family members of hepatitis B patients to conduct medical check-ups to prevent transmission of hepatitis B, increasing hepatitis B immunization program, and complete listing of the status of the card, especially in education, employment, and marital status.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.1

Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan dengan makin menurunnya angka kematian bayi dan kematian ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita, serta meningkatnya umur harapan hidup.2 Di sisi lain terjadi peningkatan urbanisasi, industrialisasi, dan perubahan lingkungan.3 Perubahan tersebut telah memberi pengaruh pada transisi epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dengan meningkatnya beberapa penyakit menular (re-emerging diseases), dan penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat.2

Salah satu yang termasuk penyakit menular adalah penyakit infeksi virus hepatitis B (VHB), yaitu suatu penyakit infeksi peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit infeksi VHB ini perlu penanggulangan segera, karena penularan penyakit sangat cepat, setiap tahunnya jumlah pengidap infeksi VHB semakin bertambah, hal ini dikarenakan ratusan juta reservoir pengidap infeksi virus hepatitis ini merupakan sumber penularan yang sangat besar dan terus-menerus.4


(21)

Menurut World Health Organization (WHO) 2002 diperkirakan terdapat 2 miliar penduduk terinfeksi virus hepatitis B dari seluruh penduduk dunia, 350 juta (17,5%) penduduk akan menjadi hepatitis B kronik. Setiap tahunnya lebih dari 4 juta penduduk terinfeksi virus hepatitis B, sebagian besar dari mereka meninggal karena hepatitis B kronik, sirosis hati, dan kanker hati.6

Prevalensi infeksi VHB berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Prevalensi terendah didapatkan di Amerika Utara dan Eropa Barat dimana infeksi tersebut didapatkan pada 0,1-0,5 % penduduk, di Asia Tenggara dan Afrika Sub Sahara 5-20 % penduduk mengidap infeksi virus ini. Prevalensi infeksi VHB tertinggi terdapat di Pulau Rapa di Samudera Atlantik dimana 50 % dari penduduk jadi pengidap.7

Menurut Tim Hepatitis Nasional (2000), angka prevalensi hepatitis B di Indonesia berkisar antara 5-20% dari jumlah penduduk. Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia termasuk kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Oleh karena itu, Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan usaha pencegahan terhadap virus hepatitis B.8

Laporan beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penderita Hepatitis B Serum Antigen (HbsAg) positif di Indonesia cukup tinggi. Penelitian Suparyatmo (1993) dari 9.875 wanita hamil yang diperiksa diperoleh proporsi HBsAg positif 3,6%.10 Laporan Sujono Hadi (1995), di Talay kota Padang dari 250 orang dewasa yang diperiksa diperoleh proporsi 19,5%, selanjutnya penelitian terhadap 479 orang di Pulau Lombok diperoleh proporsi 18,6%. Engel (1995), di Manado dari 120 ibu yang diperiksa diperoleh proporsi 6,7%. Penelitian Sujono Hadi


(22)

(1996), pada cabang laboratorium Prodia di 10 kota besar di Indonesia dari 40.035 orang yang diperiksa diperoleh proporsi 17,78%.9 Penelitian Gunawan dkk (2004) di RSU Mataram dari 5.262 Tenaga Kerja Indonesia diperoleh proporsi pengidap HBsAg positif 12,5%. Penelitian oleh Nurjanah dkk (2005) dari 3.000 pendonor darah di Mataram diperoleh proporsi pengidap HBsAg positif 6,7%.11

Hasil penelitian Handri (2004), di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu terdapat 114 penderita hepatitis B rawat inap periode tahun 1999-2003 dengan proporsi sebesar 0,33% dari seluruh jumlah pasien rawat inap (34.453 pasien),12 Penelitian Friska (2007) di RSU Dr. Pirngadi Medan periode tahun 2002-2006 terdapat 106 orang yang menderita hepatitis B.13

Di RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009, dimana pada survei pendahuluan didapat penderita hepatitis B rawat inap sebanyak 104 orang. Rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2006 jumlah penderita sebanyak 29 orang, tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 18 orang, tahun 2008 jumlah penderita sebanyak 32 orang, tahun 2009 jumlah penderita sebanyak 25 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hepatitis B rawat inap RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan status ikterus.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan tipe hepatitis B. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar

HBsAg.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGOT.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGPT.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan lama rawatan.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(24)

j. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGOT penderita hepatitis B.

k. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGPT penderita hepatitis B.

l. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGOT penderita hepatitis B.

m. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGPT penderita hepatitis B.

n. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

o. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan tipe hepatitis B.

p. Untuk mengetahui proporsi tipe hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pelayanan penderita hepatitis B.

1.4.2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah hepatitis B dan tambahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.31

Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.7

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati

Hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % berat orang badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen

falsiformis. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian


(26)

Gambar 2.1. Anatomi Hati

Gambar 2.2. Hati yang terkena hepatitis B Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 16

a. Vena porta hepatika yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral. b. Arteri hepatika, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.


(27)

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

2.2.2. Fungsi Hati

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan hidup. Ada 4 (empat) macam fungsi hati yaitu :5

a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu.

Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu interlobular yang terdapat di dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk disimpan. Dalam sehari sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Bilirubin atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu.

b. Fungsi Pertahanan Tubuh

Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.

Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer yang berada pada dinding sinusoid hati. Dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat membersihkan sebagian


(28)

besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar keseluruh tubuh.

c. Fungsi Metabolik

Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

d. Fungsi Vaskuler

Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200-1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan dari arteri hepatica sekitar 300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar.

2.3. Sejarah Hepatitis B

Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah “Penyakit kuning” dan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia. Kemudian Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno (460-375 SM), yang menemukan bahwa penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan penyakit tersebut sebagai

icterus infectiosa.17

Sifat menular dari penyakit ini telah diketahui pada abad 8 M, ketika Paus Zacharias menganjurkan suatu tindakan untuk mencegah penularan lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi terhadap penderita.17


(29)

Penyakit kuning yaitu hepatitis virus yang dikenal sebagai Water Viral

Hepatitis tercatat sebagai wabah untuk pertama kali pada tahun 1895 di Inggris,

kemudian timbul di Skandinavia pada tahun 1916 dan tahun 1944, lalu di New Delhi tahun 1955.17

Pada tahun 1963 jenis hepatitis ini dikenal dengan Hepatitis Serum yaitu hepatitis yang penularannya melalui darah dengan masa tunas 2-6 bulan. Pada tahun 1965 virus hepatitis B (VHB) ditemukan pertama kali oleh Dr. Baruch S. Blumberg dan asistennya Dr. Barbara Werner. Mereka mendeteksi adanya suatu antigen dalam darah seorang warga Suku Aborigin Australia penderita hemophilia. Antigen ini kemudian dinamakan australian antigen. Sekarang lebih dikenal nama antigen permukaan VHB (HBsAg) karena terdapat dipermukaan VHB. Atas jasanya tersebut beliau mendapat hadiah nobel untuk bidang kedokteran pada tahun 1976. 5

2.4. Gejala Klinis 2.4.1. Hepatitis B Akut

Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :7

1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan saat timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi.


(30)

2. Fase Prodromal

Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering terjadi seperti : malaise, rasa lemas, lelah, anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak enak/nyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase prodromal ini berlangsung antara 3-14 hari.

3. Fase Ikterus

Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri

abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.

4. Fase Penyembuhan

Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang masih terus dirasakan,

hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya berkisar antara 2-21 minggu.

2.4.2. Hepatitis B Kronis

Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.7 Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga (3) fase penting yaitu :8


(31)

1. Fase Imunotoleransi

Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam darah tinggi, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.

2. Fase Imunoaktif (Fase clearance)

Pada sekitar 30% individu dengan persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi Alanine Amino Transferase (ALT). Pada keadaan ini pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.

3. Fase Residual

Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang menjadi negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal.

Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :18

1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positif

Pada penderita ini sering terjadi kenaikan ALT (eksaserbasi) dan kemudian penurunan ALT kembali (resolusi). Siklus ini terjadi berulang-ulang sampai terbentuknya anti HBe. Sekitar 80% kasus pengidap ini berhasil serokonversi anti


(32)

HBe positif, 10% gagal serokonversi namun ALT dapat normal dalam 1-2 tahun, dan 10% tetap berlanjut menjadi hepatitis B kronik aktif.

2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positif

Prognosis pada pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan VHB DNA yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat dideteksi diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko menderita kanker hati. 3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas.

Kemajuan pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya HBV DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.

2.4.3 Hepatitis B Carrier

Hepatitis B carrier adalah individu dengan HBsAg positif yang tidak menunjukkan keluhan dan tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit hati dan pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil tes fungsi hati yang normal. Karena penyakit hati akibat infeksi VHB umumnya tidak banyak gejala dan tes fungsi hati sering tidak dapat menunjukkan penyakit hati, maka penderita hepatitis B carrier adalah individu yang sebenarnya menderita VHB yang tidak terdeteksi secara fisik maupun laboratorik.27

2.5. Epidemiologi VHB 2.5.1. Distribusi Frekuensi. a. Menurut Orang

Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia satu tahun mempunyai


(33)

risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi VHB terjadi pada usia antara 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 2-50%, bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10% untuk terjadi kronisitas.10

Penelitian Sofianto, W (2002) di Rumah Sakit Dr. M Djamil Padang dari 212 penderita infeksi VHB sebanyak 89 orang (55,3%) berumur 20-34 tahun.19

Penelitian Handri (2003), di Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu dari 114 penderita infeksi VHB sebanyak 71 orang (62,2%) berumur 12-40 tahun.12

Berdasarkan jenis kelamin ternyata pria cenderung lebih banyak dari pada wanita. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak Juli 1992-April 2000, dari 28 penderita hepatitis B kronis yang dirawat, diperoleh 19 orang HBsAg positif adalah pria (67,86%).10 Penelitian Sujono Hadi (1996) di beberapa kota di Indonesia seperti : Jakarta, dari 9.498 orang yang diperiksa, diperoleh 2.447 orang HBsAg positif, 1.783 orang adalah pria (72,86%), sedangkan wanita sebanyak 664 orang (27,14%). Di Surabaya, dari 7.759 orang yang diperiksa, diperoleh 1.805 orang dengan HBsAg positif, 1.176 orang adalah pria (65,15%), sedangkan wanita sebanyak 629 orang (34,85%), kemudian di Bandung dari 7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif,

didapati 673 pria (62,31%), sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang (37,69%). Di Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang dengan HBsAg positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu 168 orang (77,42%), sedangkan pada wanita 49 orang (22,58%). Selanjutnya di Manado dari 603 orang yang diperiksa, ditemukan 60 orang yang dinyatakan HBsAg positif, ditemukan pria


(34)

dengan jumlah 46 orang (76,66%), sedangkan pada wanita sebanyak 14 orang (23,34%).9

b. Menurut Tempat

Menurut tingginya prevalensi infeksi VHB, WHO menggolongkan 3 (tiga) macam daerah yaitu daerah dengan endemisitas tinggi 10-15%, daerah dengan endemiditas sedang yaitu 2-10%, daerah dengan endemisitas rendah kurang dari 2%.20

Negara endemisitasnya tinggi terutama Asia yaitu Cina, Vietnam, Korea. Prevalensi VHB berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Prevalensi terendah didapatkan di Amerika Utara dan di Eropa Barat dimana infeksi tersebut didapatkan pada 0,1-0,5%. Penduduk di Asia Tenggara dan Afrika Sahara 5-20% penduduk mengidap infeksi ini. Prevalensi infeksi VHB tertinggi didapat di Pulau Rapa di Samudera Atlantik dimana 50% dari penduduk jadi pengidap. Data

prevalensi HBsAg sangat bervariasi di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg ditemukan lebih tinggi dari 10% di luar Pulau Jawa yaitu : Bali, Lombok, Sumbar, Irian Jaya. Hal ini dapat dimengerti karena Indonesia

memiliki daerah yang sangat luas, dengan perilaku dan budaya yang beraneka-ragam.20

b. Menurut Waktu

Terjadinya infeksi VHB sangat tergantung dengan cara transmisi, banyak jumlah virus, daya tahan tubuh, dan lamanya individu terpapar.Dari penelitian di beberapa kota di Indonesia dapat dilihat kondisi yang tidak berbeda dari tahun ke tahun.22


(35)

Menurut penelitian Handri di Bengkulu (1992) ditemukan pengidap Hepatitis B sebanyak 84 orang, selanjutnya tahun 1993 sebanyak 277 orang, tahun 1994 sebanyak 150 orang, tahun 1995 sebanyak 203 orang dan tahun 1996 sebanyak 275 orang.12 Hal ini menunjukkan bahwa infeksi hepatitis B tidak mengenal waktu. 2.5.2. Determinan

Faktor determinan atau faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi untuk terjadinya penyakit infeksi VHB, adapun faktor determinan tersebut antara lain :

a. Host a.1. Umur

Penularan secara horizontal sering terjadi pada anak-anak, melalui teman sepermainannya. Penelitian terhadap anak pengungsi Asia Tenggara yang dilahirkan di Amerika Serikat didapatkan bahwa 15 dari 226 (6,6%) anak yang ibunya tidak terinfeksi VHB, ternyata mengalami infeksi VHB. Hal ini menunjukkan bahwa transmisi karena kontak erat dalam keluarga merupakan transmisi yang sangat penting.10

a.2. Jenis Kelamin

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria banyak menderita infeksi VHB dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan perbedaan perilaku dan gaya hidup antara pria dan wanita. Sebagai contoh penularan tattoo, homoseksual, pemakai narkoba cenderung lebih banyak terjadi pada pria, apabila memakai tattoo kelihatan lebih hebat dan infeksi menular seksual lebih sering terjadi pada homoseksual daripada heteroseksual karena melakukan hubungan melalui anal, hal ini


(36)

mengakibatkan anal yang sempit mudah berdarah. Disamping itu kesadaran berobat pria lebih rendah dibandingkan dengan wanita.17

a.3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang paling berisiko tertular infeksi HVB adalah pekerjaan yang dialami mereka yang sering kontak dengan produk darah. Hal ini disebabkan karena VHB dapat stabil dan bertahan lama didalam darah yang merupakan sumber penularan utama. Pekerjaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah : perawat, petugas laboratorium, pelaksana diruang operasi, dan dokter gigi.10 Pada tahun 1984 hepatitis virus pertama kali ditemukan oleh “New York State Workmen’s

Compensator Bureua” diakui sebagai penyakit jabatan yang terutama menyerang kelompok tenaga kesehatan.17

a.4. Imunitas

Pada reaksi virus hepatitis B akut reaksi imunologik yang timbul di dalam tubuh individu dapat bersifat humoral maupun seluler. Reaksi humoral dilihat dengan timbulnya anti HBs, anti HBc, maupun anti HBe, reaksi imunologik seluler ditandai dengan aktifasi sel sitotoksik yang dapat menghancurkan HBcAg atau HBsAg yang terdapat pada dinding sel hati. Pada seseorang individu yang terkena infeksi VHB tergantung pada aktivitas terpadu. Sistem pertahanan tubuh individu yang terdiri dari interferon dan respon imun. Bila aktivitas sistem pertahanan ini baik, akan terjadi infeksi VHB akut yang diikuti oleh proses penyembuhan, sebaliknya bila salah satu sistem pertahanan ini terganggu akan terjadi proses infeksi virus hepatitis B kronis.17


(37)

a.5. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit yang dialami manusia yang mempunyai risiko terinfeksi HVB adalah penyakit yang diderita oleh individu dengan kelainan kekebalan seluler seperti : penderita uremia dengan hemodialisis, penderita leukemia limfosit, yang selalu memerlukan transfusi darah dan penderita yang mendapat terapi

imunosuperif.24 b. Agent

Penyebab hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yaitu HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. VHB tergolong dalam famili Hepadnaviridae, hal ini disebut demikian karena virus ini bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Virus hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan penyimpanan selama satu minggu atau lebih. Virus hepatitis B yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid dibagian dalam.10

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang

mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah :26

• Lingkungan dengan sanitasi jelek


(38)

• Daerah unit pembedahan : ginekologi, gigi, mata • Daerah unit laboratorium

• Daerah unit bank darah

• Daerah dialisa dan transplantasi • Daerah unit perawatan penyakit dalam

2.6. Etiologi VHB

Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam famili Hepadnaviridae. Nama famili Hepadnaviridae ini disebut demikian karena virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk dalam family ini adalah virus hepatitis Woodchuck (sejenis marmot dari Amerika Utara) yang telah diobservasi dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis B pada bebek Peking dan bajing tanah (ground squirrel).

Virus Hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus Hepatitis B yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid dibagian dalam. Nukleokapsid ini berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) VHB yang sebagian berantai ganda dengan bentuk sirkular. Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang terdapat dalam darah yaitu virus utuh (virion) yang disebut juga partikel Dane dan


(39)

selubung virus (HBsAg). Ukuran kapsul virus berukuran 22 nm, dapat berbentuk seperti bola atau filament.10

Gambar 2.3. Gambar virus hepatitis B


(40)

2.7. Cara Penularan

Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal dan penularan horizontal.11

2.7.1. Vertikal

Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya. Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus.

2.7.2 Horizontal

Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B kepada individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau melalui selaput lendir.

a. Melalui Kulit

Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit yang disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya melalui suntikan, transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal dari darah dan tattoo. Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.


(41)

b. Melalui Selaput Lendir

Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin. Melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius.17

2.8. Kelompok Risiko Tinggi

Ada beberapa kelompok yang mempunyai resiko tertular infeksi VHB baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :9 a. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif

b. Lingkungan penderita dengan HBsAg positif terutama anggota keluarga yang selalu berhubungan langsung

c. Tenaga medis, paramedis, dan petugas laboratorium yang selalu kontak langsung dengan para penderita hepatitis B. Dari kelompok ini yang terbanyak ditemukan ialah petugas unit bedah, kebidanan, gigi, petugas hemodialisa.

d. Penderita bedah, gigi, penerima transfusi darah, pasien hemodialisa.

e. Mereka yang hidup di daerah endemis VHB dengan prevalensi tinggi, misalnya di Indonesia : Lombok, Bali, Kalimantan Barat.


(42)

2.9. Pencegahan

Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi VHB perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial, primer, sekunder, dan tersier.25

2.9.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup, maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko untuk munculnya suatu penyakit.26 Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah :29

a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan dengan gizi seimbang.

b. Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI mengandung antibodi yang penting untuk melawan penyakit.

c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup istirahat. 2.9.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi penyakit ketika seseorang sudah terpapar faktor resiko32. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :

a. Program Promosi Kesehatan

Memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya bagi petugas kesehatan dalam pemakaian alat-alat yang menggunakan produk darah agar dilakukan

sterilisasi.9 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya agar


(43)

dilakukan pencegahan penularan secara parenteral dengan cara menghindari pemakaian darah atau produk darah yang tercemar VHB, pemakaian alat-alat kedokteran yang harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi terutama sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat menyebabkan luka.25

b. Program Imunisasi

Pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilakukan baik secara pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif

dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap terhadap VHB diberikan secara intra muskular selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan. Vaksin hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin hepatitis B diberikan segera setelah persalinan.5


(44)

Secara rinci program imunisasi dasar yang dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut :4

UMUR VAKSIN

Bayi yang lahir di rumah

0 bulan Hepatitis B1

1 bulan BCG

2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio1 3 bulan Hepatitis B3, DPT2, Polio2

4 bulan DPT3, Polio3

9 bulan Campak

Bayi yang lahir dirumah sakit

0 bulan Hepatitis B1

2 bulan Hepatitis B2, DPT1, polio1 3 bulan Hepatitis B3, DPT2, polio2

UMUR VAKSIN

4 bulan DPT3, Polio3

9 bulan Campak

Pemberian vaksin hepatitis B juga dianjurkan kepada pasangan seksual yang kontak langsung dengan penderita HBsAg positif, kelompok yang mempunyai pasangan seksual berganti-ganti, terutama yang didiagnosa terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS), pasangan homoseksual, pasien yang mendapatkan tindakan pengobatan dengan cuci darah, dan Petugas kesehatan yang sehari-hari kontak dengan darah atau jaringan tubuh penderita HBsAg positif, seperti perawat dan petugas laboratorium.9

2.9.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.26


(45)

a. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut WHO (1994) untuk mendeteksi virus hepatitis digolongkan dengan tiga (3) cara yaitu : Cara Radioimmunoassay (RIA), Enzim Linked Imunonusorbent Assay (Elisa), imunofluorensi mempunyai sensitifitas yang tinggi. Untuk

meningkatkan spesifisitas digunakan antibodi monoklonal dan untuk mendeteksi DNA dalam serum digunakan probe DNA dengan teknik hibridasi.27

Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah metode Elisa. Metode Elisa digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati melalui pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat

keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel dan peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruangan ekstra sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui kadar enzim tersebut dalam darah. Penderita hepatitis B juga mengalami peningkatan kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat. Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT (Serum Glutamic Pirivuc Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase). Pemeriksaan SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena jumlah SGPT dalam hati lebih banyak daripada SGOT.28

Kejadian hepatitis akut ditandai dengan peningkatan SGPT dan SGOT 10-20 kali dari normal, dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan SGOT normal adalah < 42 U/L dan 41 U/L. Pada hepatitis kronis kadar SGPT meningkat 5-10 kali dari normal.28


(46)

Berikut ini adalah berbagai macam pertanda serologik infeksi VHB yaitu:11 a.1. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)

Yaitu suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap infeksi VHB.

a.2. Anti-HBs

Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HBsAg menghilang. Anti HBsAg yang positif menunjukkan bahwa individu yang

bersangkutan telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi VHB alami atau setelah dilakukan imunisasi hepatitis B.

a.3. Anti Hbc

Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini pertama kali muncul pada semua kasus dengan infeksi VHB pada saat ini (current infection) atau infeksi pada masa yang lalu (past infection). Anti HBc dapat muncul dalam bentuk IgM anti HBc yang sering muncul pada hepatitis B akut, karena itu positif IgM anti HBc pada kasus hepatitis akut dapat memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun karena IgM anti HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan reaktivasi, IgM anti HBc tidak dapat dipakai untuk membedakan hepatitis akut dengan hepatitis kronik secara mutlak.

a.4. HBeAg

Semua protein non-struktural dari VHB (bukan merupakan bagian dari VHB) yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core.


(47)

Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya aktivasi replikasi VHB yang tinggi dari seorang individu HBsAg positif.

a.5. Anti HBe

Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB. Positifnya anti HBe menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase non-replikatif.

a.6. DNA VHB

Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB yang utuh dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah petanda jumlah virus yang paling peka.

Apabila penderita sudah terbukti menderita VHB, maka setiap penderita sebaiknya melaporkan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan penanganan khusus, karena mereka dapat menularkan penyakitnya. Diberi

pengawasan terhadap penderita agar sembuh sempurna ketika dirawat dirumah sakit.9 b. Pengobatan

Tujuan pengobatan VHB adalah untuk mencegah atau menghentikan radang hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus atau menghilangkan injeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, titik akhir yang sering dipakai adalah hilangnya pertanda replikasi virus yang aktif secara menetap.8

Obat-obat yang digunakan untuk menyembuhkan hepatitis antara lain obat antivirus, dan imunomulator. Pengobatan antivirus harus diberikan sebelum virus sempat berintegrasi ke dalam denom penderita. Jadi pemberiannya dilakukan sedini mungkin sehingga kemungkinan terjadi sirosis dan hepatoma dapat dikurangi. Yang termasuk obat antivirus adalah interferon (INF). Sedangkan obat imunomodulator


(48)

yang menekan atau merangsang sistem imun misalnya transfer faktor,immune RNA, dan imunosupresi.5

2.9.4. Pencegahan Tersier

Sebagian besar pencegahan penderita hepatitis B akut akan membaik atau sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas. Tetapi sebagian kecil akan menetap dan menjadi kronis, kemudian menjadi buruk atau mengalami kegagalan faal hati. Biasanya penderita dengan gejala seperti ini akan berakhir dengan meninggal dunia.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diadakan pemeriksaan berkala. Sebelum dilaksanakan pembedahan, pada waktu pembedahan, dan pasca pembedahan.9


(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hepatitis B 1. Sosiodemografi :

Umur

Jenis Kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan

Status Perkawinan Tempat Tinggal 2. Status Ikterus 3. Tipe Hepatitis B 4. Kadar HBsAg

5. Kadar SGOT

6. Kadar SGPT

7. Lama Rawatan

8. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita hepatitis B adalah seseorang yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita hepatitis B sebagaimana tercatat dalam kartu status. 3.2.2. Umur adalah lamanya hidup penderita hepatitis B yang dihitung berdasarkan

tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di rumah sakit sebagaimana yang tercatat dalam kartu status. Untuk kategorik umur digunakan rumus Sturges. Untuk analisa statistik umur dikelompokkan menjadi :30


(50)

1. < 14 tahun 2. 14-50 tahun 3. > 50 tahun

3.2.3. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin penderita hepatitis B seperti yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Suku adalah keterangan mengenai asal kebudayaan penderita hepatitis B yang sesuai dengan catatan pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Melayu 2. Jawa 3. Aceh 4. Batak 5. Minang 6. Lain-lain

3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita hepatitis B sesuai dengan catatan pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Islam 2. Kristen

3.2.6. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir penderita hepatitis B sesuai dengan catatan pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Belum sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA


(51)

3.2.7. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita hepatitis B sehari-hari sesuai dengan catatan pada kartu status, dikelompokkan atas : 1. Pelajar / Mahasiswa

2. PNS / ABRI 3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga

5. Lain-lain (Tukang becak, mocok-mocok)

3.2.8. Status perkawinan adalah ada tidaknya pasangan hidup penderita hepatitis B sesuai dengan catatan pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Kawin

2. Belum Kawin

3.2.9. Tempat Tinggal adalah tempat dimana penderita hepatitis B tinggal dan menetap yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Rantau Prapat 2. Luar Rantau Prapat

3.2.10. Status ikterus adalah warna kuning pada jaringan tubuh sebagai akibat dari penimbulan pigmen empedu yang terlihat pada kulit, sklera mata, dan warna urine, seperti tercatat pada kartu status :

1. Ikterus 2. Tidak ikterus

3.2.11. Tipe hepatitis B adalah jenis manifestasi klinik yang muncul pada penderita hepatitis B seperti tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Akut 2. Kronis


(52)

3.2.12. Kadar HBsAg adalah jumlah HBsAg yang terdapat pada darah penderita hepatitis B yang didapat melalui hasil pemeriksaan laboratorium dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. HBsAg positif 2. HBsAg negatif

3.2.13. Kadar SGOT adalah jumlah kadar enzim SGOT yang terdapat dalam darah penderita hepatitis B melalui pemeriksaan laboratorium yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Peningkatan < 2 kali dari normal (< 82 U/L) (rendah) 2. Peningkatan 2-3 kali dari normal (82-123 U/L) (sedang) 3. Peningkatan > 3 kali dari normal (> 123 U/L) (tinggi)

3.2.14. Kadar SGPT adalah jumlah kadar enzim SGPT yang terdapat dalam darah penderita hepatitis B melalui pemeriksaan laboratorium yang tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas :

1. Peningkatan < 2 kali dari normal (< 82 U/L) (rendah) 2. Peningkatan 2-3 kali dari normal (82-123 U/L) (sedang) 3. Peningkatan > 3 kali dari normal (> 123 U/L) (tinggi)

3.2.15. Lama rawatan adalah jumlah rata-rata hari perawatan penderita hepatitis B yang dihitung dari tanggal mulai dari hari pertama masuk rumah sakit sampai hari terakhir mendapat perawatan penderita sesuai yang tercatat dalam kartu status.

3.2.16. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita hepatitis B sewaktu keluar dari rumah sakit yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 4. Meninggal


(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas pertimbangan bahwa RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu memiliki data penderita hepatitis B yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita hepatitis B rawat inap tahun 2006-2009.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari - Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 yang tercatat dalam kartu status dengan jumlah 104 orang.


(54)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua data penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009, besar sampel adalah sama dengan populasi (Total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009. Berkas rekam medis dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, dicatat, dan diolah dengan menggunakan bantuan komputer yaitu dengan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution). Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa

dengan chi square, t-test, dan uji anova. Hasil disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram bar dan diagram pie.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Labuhan Batu berdiri tahun 1957 yang terletak di Kota Rantau Prapat. Pada awalnya rumah sakit ini terletak di jalan Cut Nyak Dien

Kecamatan Bilah Hulu. Pada tahun 1964 rumah sakit ini pindah ke jalan K. H. Dewantara nomor 129 Kecamatan Bilah Hulu (sekarang Kecamatan Rantau

Selatan) sampai saat ini luas rumah sakit kurang lebih 2,3 hektar.

Sejak tahun 1980-1987 secara bertahap telah ditempatkan empat tenaga dokter spesialis dasar (penyakit dalam, kandungan, bedah, dan anak) diiringi dengan peralatan medis dan non-medis serta sarana fisik yang bersumber dari dana APBD, APBN, maupun bantuan luar negeri.

Beberapa hal tersebut diatas adalah merupakan persyaratan untuk Rumah Sakit Tipe C, maka Rumah Sakit Umum Rantau Prapat ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe C. Pada tahun 1987 sesuai dengan SK Menkes No. 303/Menkes/ IV/ 1987, kemudian berdasarkan Perda No. 04 Tahun 2002 Rumah Sakit Umum Rantau Prapat berubah status menjadi Lembaga Teknis Daerah (LPD) yang berbentuk badan dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Saat ini luas bangunan rumah sakit kurang lebih 5.532 m2.

5.1.1. Visi RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu

Menjadi rumah sakit layanan umum yang profesional di Sumatera Utara menuju Labuhan Batu sehat 2010.


(56)

5.1.2. Misi RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu

• Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi (cepat, tepat, dan ramah).

• Meningkatkan profesionalisme pelayanan yang manusiawi dan terjangkau masyarakat.

• Mengembangkan pelayanan unggulan spesialis dibidang hemodialisa.

5.2. Karakteristik Penderita Hepatitis B 5.2.1. Sosiodemografi

Sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(57)

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

f % f % f %

4-13 14-23 24-33 34-43 44-53 54-63 64-73 74-83 20 12 12 8 7 5 1 1 19,3 11,5 11,5 7,7 6,7 4,8 1,0 1,0 7 5 8 5 4 6 3 0 6,7 4,8 7,7 4,8 3,8 5,8 2,9 0 27 17 20 13 11 11 4 1 26,0 16,3 19,2 12,5 10,6 10,6 3,8 1,0

Jumlah 66 63,5 38 36,5 104 100,0

Dari tabel 5.1. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B tertinggi terdapat pada kelompok umur 4-13 tahun 26,0% (laki-laki 19,3% dan perempuan 6,7%) dan terendah kelompok umur 74-83 tahun 1,0% (laki-laki 1,0% dan perempuan 0%). Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 63,5% sedangkan perempuan 36,5%.

b. Suku

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan suku di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Suku di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Suku F Proporsi (%)

1 Melayu 11 10,6

2 Jawa 48 46,2

3 Aceh 3 2,9

4 Batak 32 30,7

5 Minang 5 4,8

6 Lain-lain 5 4,8


(58)

Berdasarkan tabel 5.2. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan suku tertinggi adalah suku Jawa yaitu 46,2% dan terendah suku Aceh 2,9%.

c. Agama

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan agama di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan

Agama di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Agama F Proporsi (%)

1 Islam 73 70,2

2 Kristen 31 29,8

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan agama tertinggi agama Islam 70,2%.

d. Pendidikan

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan pendidikan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Tingkat Pendidikan F Proporsi (%)

1 Tercatat 98 94,2

2 Tidak tercatat 6 5,8

Jumlah 104 100,0

Dari tabel 5.4. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan tingkat pendidikan tercacat 93,3% dan tidak tercatat 6,7%.


(59)

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan pendidikan tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan Tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Tingkat Pendidikan F Proporsi (%)

1 Belum sekolah 1 1,0

2 SD 17 17,3

3 SLTP 16 16,3

4 SLTA 54 55,1

5 Akademi/PT 10 10,3

Jumlah 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.5. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan pendidikan tertinggi SLTA 55,7% dan terendah Akademi/PT 10,3%.

e. Pekerjaan

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan pekerjaan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Pekerjaan F Proporsi (%)

1 Tercatat 96 92,3

2 Tidak tercatat 8 7,7

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.6. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan pekerjaan tercatat 92,3% dan tidak tercatat 7,7%.


(60)

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan pekerjaan tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan Tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Pekerjaan F Proporsi (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 22 22,9

2 PNS/ABRI 15 15,6

3 Wiraswasta 36 37,5

4 IRT 16 16,7

5 Lain-lain (tukang becak, mocok-mocok)

7 7,3

Jumlah 96 100,0

Berdasarkan tabel 5.7. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan pekerjaan tertinggi wiraswasta 37,5%.

f. Status Perkawinan

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan status perkawinan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Status Perkawinan F Proporsi (%)

1 Tercatat 98 94,2

2 Tidak tercatat 6 5,8

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.8. diatas dapat diketahui bahwa proporsi hepatitis B berdasarkan status perkawinan tercatat 94,2% dan tidak tercatat 5,8%.


(61)

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan status perkawinan tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan Tercatat di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Status Perkawinan F Proporsi (%)

1 Kawin 60 61,2

2 Belum Kawin 38 38,8

Jumlah 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.9. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan status perkawinan tertinggi kawin 61,2%.

g. Tempat Tinggal

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan tempat tinggal di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Tempat Tinggal F Proporsi (%)

1 Rantau Prapat 74 71,2

2 Luar Rantau Prapat 30 28,8

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.10. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan tempat tinggal tertinggi di kota Rantau Prapat 71,2%.


(62)

5.2.2. Status Ikterus

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan status ikterus di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Status Ikterus di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Status Ikterus f Proporsi (%)

1 Ikterus 79 76,0

2 Tidak Ikterus 25 24,0

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan Tabel 5.11. tersebut diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan status ikterus tertinggi ikterus 76,0%.

5.2.3. Tipe Hepatitis B

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan tipe hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Tipe Hepatitis B f Proporsi (%)

1 Akut 80 76,9

2 Kronis 24 23,1

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.12. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan tipe hepatitis B tertinggi tipe akut 76,9%.


(63)

5.2.4. Kadar HBsAg

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan kadar HbsAg di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar HbsAg di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Kadar HbsAg f Proporsi (%)

1 HbsAg Positif 104 100,0

2 HbsAg Negatif 0 0

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan tabel 5.13. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B ternyata mendapatkan HbsAg positif yaitu dengan proporsi 100%. Artinya semua penderita hepatitis B terinfeksi VHB dengan ditemukan petanda lxierologic yaitu HbsAg positif.

5.2.5. Kadar SGOT

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Kadar SGOT f Proporsi (%)

1 Rendah 35 33,6

2 Sedang 22 21,2

3 Tinggi 47 45,2


(64)

Berdasarkan Tabel 5.14. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGOT tertinggi yaitu kadar SGOT tinggi 45,2% dan terendah kadar SGOT sedang 21,2%.

5.2.6. Kadar SGPT

Proporsi penderita hepatitis B rawat inap berdasarkan kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGPT di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009

No Kadar SGPT f Proporsi (%)

1 Rendah 39 37,5

2 Sedang 18 17,3

3 Tinggi 47 45,2

Jumlah 104 100,0

Berdasarkan Tabel 5.15. diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGPT tertinggi kadar SGPT tinggi 45,2% dan terendah kadar SGPT sedang 17,3%.


(1)

Crosstab

jk

Total

laki-laki

perempuan

sgptk

rendah <82

Count

28

11

39

% within sgptk

71.8%

28.2%

100.0%

% within jk

42.4%

28.9%

37.5%

% of Total

26.9%

10.6%

37.5%

sedang 82-123

Count

9

9

18

% within sgptk

50.0%

50.0%

100.0%

% within jk

13.6%

23.7%

17.3%

% of Total

8.7%

8.7%

17.3%

tinggi >123

Count

29

18

47

% within sgptk

61.7%

38.3%

100.0%

% within jk

43.9%

47.4%

45.2%

% of Total

27.9%

17.3%

45.2%

Total

Count

66

38

104

% within sgptk

63.5%

36.5%

100.0%

% within jk

100.0%

100.0%

100.0%

% of Total

63.5%

36.5%

100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

2.637

a

2

.267

Likelihood Ratio

2.631

2

.268

Linear-by-Linear Association

.831

1

.362

N of Valid Cases

104

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

6.58.


(2)

C. Oneway

Descriptives rwt

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

sembuh 5 14.40 6.269 2.804 6.62 22.18 10 25

pbj 68 6.44 3.284 .398 5.65 7.24 3 21

paps 25 8.88 4.065 .813 7.20 10.56 3 18

meninggal 6 10.83 5.193 2.120 5.38 16.28 6 19

Total 104 7.66 4.223 .414 6.84 8.48 3 25

ANOVA rwt

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 425.783 3 141.928 10.056 .000

Within Groups 1411.438 100 14.114

Total 1837.221 103

T-Test

Group Statistics

tipe N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

rwt akut 80 6.78 3.482 .389


(3)

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper rwt Equal

variances assumed

4.765 .031

-4.225 102 .000 -3.850 .911 -5.657 -2.043

Equal variances not assumed


(4)

kpul * tipe Crosstabulation tipe

Total akut kronis

kpul sembuh Count 4 1 5

% within kpul 80.0% 20.0% 100.0%

% within tipe 5.0% 4.2% 4.8%

% of Total 3.8% 1.0% 4.8%

pbj Count 55 13 68

% within kpul 80.9% 19.1% 100.0%

% within tipe 68.8% 54.2% 65.4%

% of Total 52.9% 12.5% 65.4%

paps Count 18 7 25

% within kpul 72.0% 28.0% 100.0%

% within tipe 22.5% 29.2% 24.0%

% of Total 17.3% 6.7% 24.0%

meninggal Count 3 3 6

% within kpul 50.0% 50.0% 100.0%

% within tipe 3.8% 12.5% 5.8%

% of Total 2.9% 2.9% 5.8%

Total Count 80 24 104

% within kpul 76.9% 23.1% 100.0% % within tipe 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.418a 3 .331

Likelihood Ratio 3.035 3 .386

Linear-by-Linear Association 2.692 1 .101

N of Valid Cases 104

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.15.


(6)

Lampiran 3

Pengelompokkan Umur dengan Rumus Sturges

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 104

= 1 + 6,65

= 7,65

= 8

R = Umur maksimum – Umur minimum

K

=

Umur

(Tahun)

78 – 4

8

= 9,25

= 10

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

f

%

f

%

f

%

4-13

14-23

24-33

34-43

44-53

54-63

64-73

74-83