Sistem Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi manusia saat ini adalah
meningkatnya produksi sampah. Manusia mempunyai berbagai aktivitas untuk
memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi bahan makanan,
minuman, barang dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain,
dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, tuntutan akan pentingnya
kebersihan juga semakin besar. Salah satu unsur yang secara langsung terkait
dengan kebersihan dan keindahan lingkungan adalah masalah sampah. Menurut
definisi World Health Organization, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pencemaran yang menjadi ancaman serius di wilayah perkotaan mencakup
limbah manusia dan timbunan sampahnya. Sampah yang dihasilkan perorang
makin besar padahal jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu, pendapatan
kita untuk mengurangi sampah masih terbatas(Soemarwoto, 2001).
Di negara maju yang sangat peka terhadap masalah kesehatan lingkungan,
sampah padat umumnya telah diatur pembuangannya sedemikian rupa, sehingga
hampir setiap jenis sampah padat telah dipisahkan untuk memudahkan
pengelolaannya. Adapun di negara berkembang, umumnya sampah padat masih

dibuang tanpa ada usaha memisah-misahkan lebih dahulu, sehingga wadah-wadah
penampungan sampah masih menampung sampah yang sangat heterogen.
Berbagai sampah organik, anorganik, dan logam masih menjadi satu, sehingga
1
Universitas Sumatera Utara

2

menyulitkan penanganannya. Sampah padat yang tidak dikelola sebagaimana
mestinya terbukti sering menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan pada
manusia, antara lain dari masalah estetik, tersumbatnya saluran air yang dapat
menyebabkan banjir, bahaya kebakaran, terjadinya pencemaran lingkungan, hingga
meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor (Sumantri,2010).
Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat menimbulkan efek langsung dan
tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung
dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap
tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu, ada pula sampah
yang mengandung kuman pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah
ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industry. Efek tidak langsung
dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan

sampah (Sumantri, 2010).
Melihat kondisi ini, perlu dilakukan perhatian dan usaha yang maksimal oleh
pemerintah dan masyarakat agar sampah tidak menimbulkan efek berbahaya bagi
kesehatan dan mencemari lingkungan. Keberadaan sampah juga mempengaruhi
kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan
penyakit. Sampah merupakan tempat yang ideal untuk sarang dan tempat
berkembangbiaknya berbagai vektor penularan penyakit khususnya lalat.
Kota Pematangsiantar adalah kota terbesar kedua setelah kota Medan di
Provinsi Sumatera Utara dengan luas 79.971 Km2. Pada tahun 2014, jumlah

Universitas Sumatera Utara

3

penduduk kota Pematangsiantar mencapai 245.104 jiwa (siantarkota.bps.go.id).
Pertambahan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan
hidup sehari-hari akan pangan dan sandang juga ikut meningkat. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari penduduk diperoleh dari salah satu pasar tradisional yang ada
di Kota Pematangsiantar, yaitu Pasar Dwikora.
Menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, Pasar Tradisional adalah

pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta yang tempat usahanya berupa kios, toko, tenda, dan los
yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi atau swadaya
masyarakat yang proses jual belinya dilakukan lewat proses tawar-menawar. Jumlah
sampah yang dihasilkan oleh sampah pasar semakin banyak seiring dengan
meningkatnya aktivitas perdagangan dan meningkatnya jumlah pedagang dan
pembeli serta keanekaragaman barang yang diperjualbelikan. Produksi sampah yang
dihasilkan oleh aktivitas perdagangan di pasar-pasar Kota Pematangsiantar per hari
rata-rata adalah sekitar 52 m3. Sebagian besar sampah tersebut adalah sampah
organik yang berasal dari pedagang sayur-mayur dan buah-buahan serta sisa-sisa
makanan. Tentu saja belum termasuk dari para pembeli atau pengunjung yang
membuang sampah sembarangan(Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, 2005).
Pasar Dwikora merupakan Pasar tradisional yang dibangun dan dikelola oleh
Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan
oleh penulis, sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah

Universitas Sumatera Utara

4


Pasar Horas Jaya masih sangat jauh dari yang diharapkan. Keberadaan sampah dan
genangan air lumpur yang bau masih belum bisa dikendalikan secara maksimal. Hal
ini juga didukung oleh tidak adanya tempat sampah yang disediakan oleh pengelola
di lorong-lorong pasar sehingga baik pedagang maupun pembeli atau pengunjung
berpotensi untuk membuang sampah sembarangan. Saat ini, Pasar Dwikora memiliki
satu Tempat Penampungan Sementara(TPS) yang berada di bagian selatan pasar. Hal
tersebut kemungkinan juga diakibatkan oleh luasnya daerah yang harus dilayani,
terbatasnya sarana dan prasarana, dana dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
pemerintah Kota Pematangsiantar, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
pelayanan dengan volume timbunan sampah akibat dari perkembangan Kota
Pematangsiantar.
Faktor penunjang lainnya adalah perilaku pedagang dalam mengelola sampah.
Perilaku pedagang yang dimaksud diantaranya perlakuan terhadap sampah sebelum
dibuang, penyediaan tempat sampah, dan bahan pewadahan yang digunakan. Menurut
Eviantri (2015) dalam penelitiannya mengenai pelaksanaan pengelelolaan sampah
dan partisipasi pedagang dalam menjaga lingkungan bersih di Pasar Terapung Kec.
Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau menunjukkan bahwa partisipasi pedagang
masih dalam kategori yang rendah yakni pada penyediaan tempat sampah (62,6%),
pembuangan sampah (72,5%), pembayaran retribusi (71,4%), dan peraturan pasar
(63,7%). Menurut penelitian Zulkarnaini (2009) bahwa tingkat partisipasi pedagang

dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru berdasarkan kriteria

Universitas Sumatera Utara

5

Interpretasi skor secara keseluruhan tingkat partisipasi pedagang termasuk kategori
sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah pendidikan,
pendapatan, kepedulian terhadap sampah, peraturan, kondisi lingkungan, dan fasilitas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siahaan mengenai Analisa Sistem Pengelolaan
Sampah dan Perilaku Pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar, secara umum
pengetahuan pedagang dalam mengelola sampah di Pasar Horas pada kategori baik
57 orang (60,0%) dan sedang 36 orang (37,9%). Sikap pedagang dalam mengelola
sampah di Pasar Horas pada kategori baik 81 orang (85,3%) dan sedang 14 orang
(14,7%). Tindakan pedagang dalam mengelola sampah di Pasar Horas pada kategori
sedang 73 orang (76,8%) dan baik 16 orang (16,8%)
Menurut hasil survei pendahuluan, sebagian besar pedagang di Pasar Dwikora
tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memadai. Tempat penampungan
sampah harus memenuhi syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan, seperti:
konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah

untuk diangkat oleh satu orang. Kebanyakan mereka menggunakan keranjang sampah
yang terbuat dari bambu, kardus dan kantong plastik. Pedagang yang tidak
mempunyai tempat sampah akan membuang sampah di sekitar tempat dagangannya,
sehingga menjadikan tempat tersebut kotor. Untuk itu perlu adanya penelitian dalam
upaya mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai, dengan cara menganalisa
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pedagang di Pasar Dwikora Kota
Pematangsiantar.

Universitas Sumatera Utara

6

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi dan situasi di atas, maka permasalahan sampah di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar yaitu masih banyaknya sampah yang berserakan di
dalam lingkungan pasar serta perilaku pedagang dalam mengelola sampah masih
kurang, sehingga perlu diketahui bagaimana pengelolaan sampah yang ada di pasar
tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sistem pengelolaan sampah di
Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis sampah di Pasar Dwikora Kota
Pematangsiantar.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lembaga yang mengelola Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber pembiayaan kebersihan di
Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar.
4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tempat penyimpanan sampah di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar.

Universitas Sumatera Utara

7

5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengumpulan sampah di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar.
6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengangkutan sampah di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar.

7. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuangan sampah sementara
serta pembuangan akhir sampah di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar.
8. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar.
9. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam
menciptakan lingkungan bersih di pasar Dwikora Kota Pematangsiantar..
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Pasar
Horas Jaya Kota Pematangsiantar dalam upaya penyehatan pengelolaan sampah.
2. Untuk dapat kiranya membantu Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya dan Dinas
Kebersihan Kota Pematangsiantar dalam penanggulangan sampah, khususnya
sampah Pasar Dwikora.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam rangka penanggulangan sampah,
khususnya penanggulangan sampah pasar.

Universitas Sumatera Utara

8

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya,


khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara