Sistem Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan
cara observasi dan wawancara, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Adapun
alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena
belum pernah dilakukan penelitian tentang sistem pengelolaan sampah dan
partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Dwikora
Kota Pematangsiantar, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak
sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta belum
adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam mengelola sampah.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017, mulai dari
pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan
sampahnya.

50

Universitas Sumatera Utara

51

3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar yang berjumlah 2.099 orang. Pasar Dwikora
memiliki 637 kios, 856 los, dan 7 balerong yang terdiri dari 606 lapak.
3.3.2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian dari populasi
pedagang Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan berdasarkan pada rumus Slovin(Notoatmodjo, 2002), sebagai patokan
untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu:
n
Dimana:

n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)


Sehingga :

n
n = 95,45 atau,
n = 95 orang

Sampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu suatu
metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi
dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah tuntas dan dari setiap strata dapat
diambil sampel secara acak. (Kasjono, 2009)

Universitas Sumatera Utara

52

Menurut Sugiono (2000), karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
berstrata. Stratanya menurut kelompok pedagang. Dengan demikian masingmasing sampel untuk kelompok harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi
jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:
 Pedagang daging dan ikan


=

x 95 = 9.504 = 9 orang

 Pedagang sayur dan buah

=

x 95 = 28.513 = 29 orang

 Pedagang sembako

=

x 95 = 19.00 = 19 orang

 Pedagang pakaian baru dan bekas

=


x 95 = 9,504 = 9 orang

 Pedagang kosmetik

=

x 95 = 4.752 = 5 orang

 Pedagang alat rumah tangga

=

x 95 = 4,752 = 5 orang

 Pedagang emas

=

x 95 = 4,752 = 5 orang


 Pedagang jasa

=

x 95 = 4.752 = 5 orang

 Pedagang makanan

=

x 95 = 9,504 = 9 orang

3.3.3. Informan
Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari
Kepala Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar dan Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Kota Pematangsiantar dengan menggunakan kuesioner.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan

melakukan wawancara dengan mempergunakan kuesioner kepada pedagang yang

Universitas Sumatera Utara

53

berjualan di Pasar Dwikora, serta wawancara dengan PD Pasar Horas Jaya dan
Dinas Lingkungan Hidup kota Pematangsiantar.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Perusahaan Daerah Pasar
Horas Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar serta instansi
pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5. Defenisi Operasional
1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari
pewadahan

sampah,

pengumpulan


sampah,

pengangkutan

sampah,

pembuangan sampah yang dilaksanakan di Pasar Dwikora yang dilakukan
oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar.
2. Jenis sampah adalah macam atau sifat sampah yang terbagi dua yaitu sampah
organik dan anorganik yang dihasilkan pasar.
3. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap
kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong,
keranjang, kantung plastik).
4. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat
sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian
membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum
diangkut/dibuang ke TPA.

Universitas Sumatera Utara


54

5. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat
pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
6. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau
pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah di
TPA.
7. Tenaga pengelola adalah orang yang khusus bekerja dalam mengelola sampah
pasar.
8. Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung jawab
terhadap pengelola sampah pasar.
9. Aspek pembiayaan adalah biaya pengelolaan sampah pasar yang bersumber
dari retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan daerah/Keputusan Kepala
daerah.
10. Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri
dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan
sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah,
pembayaran retribusi, dan peraturan kebersihan.

11. Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan
tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih
12. Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri
dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan
lingkungan tempat berjualan.

Universitas Sumatera Utara

55

13. Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran
kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar.
14. Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak pengelola
pasar untuk menjaga kebersihan pasar.
15. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan
dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang
terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan
tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden,

yaitu pedagang di Pasar Dwikora yang berkaitan dengan partisipasi pedagang
untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar.
3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar
a. Perwadahan sampah
Untuk menilai penyimpanan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
-

Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air,

-

Tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus,

-

memiliki tutup,

-


mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.

Tidak memenuhi syarat :
-

Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air,

-

Mudah dilobangi tikus,

Universitas Sumatera Utara

56

-

Tidak mempunyai tutup,

-

Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan

b. Pengumpulan sampah
Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
-

Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak bocor/rusak,

-

Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali,

-

Mempunyai petugas pelaksana yang tetap,

-

Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
membusuk,

-

Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa,

-

TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak mudah
berserakan,

-

TPS dilengkapi tutup,

-

Jauh dari penjaja makanan,

-

TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan TPS
tidak menimbulkan bau.

Tidak memenuhi syarat :
-

Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak,

-

Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali,

-

Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap,

-

Tidak dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
membusuk,

Universitas Sumatera Utara

57

-

Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods,

-

Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk
mengangkut,

-

Dekat dengan penjaja makanan

-

Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan dan
menimbulkan bau.

c. Pengangkutan sampah
Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
-

Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap hari,

-

Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali,

-

Truk pengangkut sampah memiliki tutup

Tidak memenuhi syarat :
-

Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya setiap
hari,

-

Frekuensi pengangkutan ke TPA 3 hari sekali,

-

Truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup.

d. Pembuangan dan pengolahan sampah
Untuk menilai pengolahan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan
pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan
serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika

Universitas Sumatera Utara

58

Tidak memenuhi syarat :
Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan
pupuk dan proses pematangan pupuk terdapat tempat perindukan serangga
dan binatang pengerat serta tidak memperhatikan prinsip estetika.
3.6.2. Partisipasi Pedagang
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur partisipasi pedagang
di Pasar Dwikora adalah dengan menggunakan skala Guttman. Berdasarkan
jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari seluruh
skor yang ada.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari
skor yang ada.
a. Penyediaan Tempat Sampah
Untuk Penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 6 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
-

jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

-

jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 6. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3.

Universitas Sumatera Utara

59

b. Pembuangan Sampah
Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
-

jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

-

jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3.
c. Pembayaran Retribusi Kebersihan
Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 2
pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
-

jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

-

jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0.

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 2. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 1.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 1.

Universitas Sumatera Utara

60

d. Peraturan Kebersihan
Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 4 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
-

jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

-

jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 4. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 2.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 2.
3.7 Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi
yang selanjutnya akan dideskripsikan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Pasar Dwikora merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota
Pematangsiantar selain Pasar Horas. Lokasi pasar terletak di sisi Jalan Patuan
Anggi, sisi Jalan Patuan Nagari, sisi Jalan T. B. Simatupang, dan sisi Jalan
Mufakat Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar. Luas area Pasar
Dwikora keselururannya adalah 26.600 m2.
Pada tanggal 20 Oktober 2014, terbentuklah Perusahaan Daerah Pasar
Horas Jaya. Pasar Dwikora yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Pasar Kota
Pematangsiantar diserahkan menjadi aset P.D. Pasar Horas Jaya Kota
Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 2015.
Bangunan pasar terdiri dari ruko, kios, los, dan bangunan hanya memiliki
1 (satu) tingkat lantai bangunan. Jumlah pedagang dalam Pasar Dwikora sebanyak
2.099 pedagang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kondisi Gedung di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun
2017
No.
Tempat Berdagang
Jumlah
Kios
637
1.
Los
856
2.
Balerong
606
3.
Jumlah
2.099
4.2. Gambaran Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora
4.2.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar
Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik.

61
Universitas Sumatera Utara

62

Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan pasar setiap harinya, jumlah
sampah organik lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah sampah
anorganik. Menurut asumsi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar,
jumlah sampah yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora sebanyak 24m3 dengan
banyaknya sampah organik sekitar 70% dan sampah anorganik sekitar 30%.
Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan
dedaunan. Sampah anorganik berasal dari botol-botol plastik, kaleng-kaleng, kaca,
dan besi.
4.2.2. Aspek Kelembagaan
Adapun tujuan dan maksud pendirian Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya
Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan lingkup usahanya.
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan menunjang kebijakan
program pemerintah dalam pelayanan umum di bidang ekonomi.
4. Pembangunan di bidang pengelolaan pasar serta dibidang usaha barang dan
jasa yang berkaitan dengan pengelolaan pasar dengan menerapkan prinsipprinsip manajemen perusahaan yang baik.
5. Memanfaatkan sumber daya dan asset yang dimiliki perusahaan daerah guna
meningkatkan produktifitas barang dan jasa yang bermutu tinggi.
6. Memanfaatkan sumber daya local yang dihasilkan masyarakat kota
Pematangsiantar dan hinterland-nya guna meningkatkan nilai tambah barang
dan jasa.

Universitas Sumatera Utara

63

Menurut Peraturan Walikota Nomor 8 tahun 2015, hirarki struktur
organisasi dan tata kerja PD Pasar Horas Jaya adalah sebagai berikut:
WALIKOTA

BADAN
PENGAWAS
DIREKTUR
UTAMA

DIREKTUR
ADMINISTRASI
DAN KEUANGAN

DIREKTUR
PENGEMBANGAN
DAN SDM

DIREKTUR
OPERASIONAL

BAGIAN
KEPEGAWAIAN

BAG.PERENCANAAN
& PENGEMBANGAN

BAGIAN UMUM
DAN HUMAS

BAGIAN
KEUANGAN

BAGIAN
USAHA

BAG.KEAMANAN,
KETERTIBAN,
DAN KEBERSIHAN

SUBBAG. ADM &
PENGEMBANGAN
SDM

SUBBAG.
PERENCANAAN

SUBBAG.
PENGADAAN &
RUMAH TANGGA

SUBBAG.
ANGGARAN

SUBBAG.
PEMASARAN
DAN PERIZINAN

SUBBAG.
KEMANAN DAN
KETERTIBAN

SUBBAG.
PENGGAJIAN &
KESEJAHTERAAN

SUBBAG.
PENGOLAHAN
DATA DAN S.I.
MANAJEMEN

SUBBAG.
HUKUM DAN
HUMAS

SUBBAG.
AKUNTANSI,
KAS, DAN PAJAK

SUBBAG.
ADMINISTRASI
DAN PENAGIHAN

SUBBAG.
KEBERSIHAN

KEPALA PASAR
HORAS

Gambar

4.1.

SUBBAG.
PERAWATAN/
PEMELIHARAAN

KEPALA PASAR
DWIKORA

Struktur Organisasi
Pematangsiantar

PD

Pasar

Horas

Jaya

Kota

Hasil analisa kelayakan tahun 2014 menyatakan, untuk mencapai tujuan
dan maksud diatas, Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar
dapat melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan/atau mengelola
infrastruktur pasar dan fasilitas pendukung pasar.
b. Melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar.

Universitas Sumatera Utara

64

c. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan
jasa.
d. Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun kepada
para pihak.
e. Melaksanakan upaya pemberdayaan pedagang pasar tradisional.
f. Melakukan usaha perdagangan barang dan jasa professional berskala pasar
semi modern dan modern.
g. Melakukan usaha lain dan penyertaan modal pada badan usaha lain, yang
tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan
Daerah.
h. Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usahanya dengaan membentuk
cabang, unit-unit usaha dan perwakilan serta anak perusahaan yang berbentuk
hukum Perseroan Terbatas(PT).
Sub-bagian kebersihan memiliki tugas antara lain sebagai berikut:
1. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Pasar menyangkut kebersihan di
pasar.
2. Mewujudkan dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, fasilitas pasar, dan
aset perusahaan.
3. Melaksanakan kebersihan dan keindahan pasar dengan mengikutsertakan
pedagang
4. Membuat registrasi buruh, supir dan angkutan sampah dan rekapitulasi gaji
kernet truk kebersihan
5. Mengawasi pengangkutan sampah di seluruh pasar

Universitas Sumatera Utara

65

6. Membuat laporan bulanan jadwal pengangkutan sampah, volume sampah serta
kendala dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan kebersihan kepada kepala
bagian keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
7. Memberi saran kepada atasan sesuai bidang tugasnya dan melaksanakan tugas
lain yang diperintahkan kepala bagian .keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
4.2.3. Aspek Pembiayaan
Berdasarkan

Keputusan

Walikota

Pematangsiantar

Nomor

900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas
Jaya , maka PD Pasar Horas Jaya melakukan pemungutan atau penagihan kepada
setiap pedagang yang berjualan di Pasar Dwikora setiap bulan. Adapun besaran
biaya yang dibebankan kepada pedagang Pasar Dwikora adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Besaran Biaya Retribusi Bagi Pedagang di Pasar Dwikora Kota
Pematangsiantar Tahun 2017
Retribusi Bulanan
No. Jenis Kios/Los
Nama
(Rp)
Kelas I
Kios (I-III, V, IX-XXI,
65.000
1.
76/77, 78/79)
Kios (IV, VI-VIII)
45.000
Kelas II
Los (A-P)
60.000
2.
Balerong (I-V, 76/77, 78/79,
60.000
Pajak Ikan, GES, Ex Parkir)
4.2.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora
1. Penyimpanan Sampah
Pedagang di Pasar Dwikora sebagian besar tidak memiliki tempat
penyimpanan sampah di masing - masing kios/los pedagang sehingga sampah
terlihat berserakan di sekitar tempat berjualan. Pedagang yang tidak memiliki
tempat penyimpanan sampah tersebut didominasi oleh pedagang sayur dan buah.
Adapun jenis perwadahan yang dimiliki oleh pedagang di Pasar Dwikora berupa

Universitas Sumatera Utara

66

keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.
Berikut gambaran kondisi tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh
pedagang di Pasar Dwikora:
Tabel 4.2. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah yang dimiliki oleh
Responden di Pasar Dwikora Tahun 2017
Ya
Tidak
Jumlah
Tempat Penyimpanan
No.
Sampah
N
%
N
%
n
%
1. Mempunyai tempat
52
54,7
43
45,3
95
100
penampungan
2. Telah memenuhi syarat
0
0
95
100
95
100
kesehatan
3. Telah memisahkan sampah
0
0
95
100
95
100
organik dan anorganik
Dalam penyediaan tempat penyimpanan sampah di masing- masing
kios/los, pedagang diwajibkan menyediakan tempat penyimpanan sampahnya
sendiri oleh pihak PD Pasar. PD Pasar telah memiliki Tempat Penampungan
Sementara (TPS) sebanyak 1 truk Fuso (Dump Truck) dan Dinas Lingkungan
Hidup menyediakan TPS sebanyak 1 kontainer. TPS milik PD Pasar berada pada
sisi selatan pasar yakni di jalan T. B. Simatupang dan kontainer Dinas
Lingkungan Hidup berada pada sisi utara pasar yakni Jalan Patuan Nagari dan
pada sisi timur pasar yakni Jalan Mufakat. Ketiga kontainer tidak memiliki tutup
atau terbuka.
2. Pengumpulan Sampah
Sampah yang dihasilkan oleh pedagang kemudian dikumpulkan dengan
cara mengumpulkannya pada tempat penyimpanan sampah yang ada di kios/los
para pedagang. Sampah yang telah terkumpul tersebut akan dipindahkan oleh
petugas kebersihan PD Pasar dengan mengangkutnya dari kios/los pedagang ke
TPS yang ada di Pasar Dwikora. Petugas pengumpul sampah yang ada di Pasar

Universitas Sumatera Utara

67

Dwikora berjumlah 21 orang. Alat yang digunakan petugas kebersihan berupa
sapu lidi, pengki, dan keranjang bambu.
Pemindahan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar
sebanyak 2 kali dalam sehari. Waktu pengumpulan dibagi dalam 2 shift kerja,
yakni pukul 06.00 – 14.00 dan pukul 14.00 – 18.00 WIB.
3. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari
TPS ke TPA. Pengangkutan sampah ini dikerjakan oleh petugas kebersihan dari
Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dan dibantu juga oleh petugas
kebersihan PD Pasar. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sebanyak 2 kali
dalam sehari. Waktu pengangkutan dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00 WIB.
Untuk lokasi di Pasar Dwikora, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pematangsiantar mengoperasikan truk pengangkut sampah sebanyak 1 unit yaitu 1
truk Colt Diesel (arm-roll). Kapasitas dari truk besar (Fuso) mampu mengangkut
sampah sebanyak 7 m3 sedangkan truk sedang (Colt diesel) mampu mengangkut
sampah sebanyak 5 m3. Jumlah pengangkutan dari TPS ke TPA untuk wilayah
Pasar Dwikora sebanyak 2 kali dalam sehari.
Jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas yang ada di Pasar Dwikora
diasumsikan oleh Dinas Lingkungan Hidup berjumlah 24 m3 per hari.
4. Pembuangan Sampah
PD Pasar telah menyediakan bak permanen berukuran 2m x 1,5m untuk
pemanfaatan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos. Namun karena
keterbatasan sumber daya, teknik pengomposan tidak dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

68

Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora semuanya diangkut ke tempat
penampungan akhir sampah (TPA). Kota Pematangsiantar memiliki TPA yang
berada di wilayah Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Adapun
nama dari TPA ini adalah TPA Tanjung Pinggir. TPA Tanjung Pinggir memiliki
luas ± 2 Ha.
Pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode
controlled landfill (penimbunan terkendali). Controlled landfill adalah sistem
open dumping yang diperbaiki, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan
dipadatkan dengan menggunakan buldoser. Setelah sampah tersebut rata dan
padat, timbunan sampah kemudian ditutup dengan tanah setiap 5-7 hari. Namun,
dikarenakan oleh keterbatasan biaya, penutupan sampah dengan tanah hanya
dilakukan sekali dalam sebulan.
Petugas Operasional yang bekerja di TPA berjumlah 9 orang. Adapun
tugas dari masing-masing petugas adalah sebagai berikut: 2 orang bertugas
sebagai operator, 6 orang petugas kebersihan (menyapu, membersihkan peralatan,
mencatat truk yang masuk), dan 1 orang jaga malam.
4.3. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora
Berdasarkan tabel 4.7 di bawah dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (63,2%). Pada
umumnya responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 74 orang
(77,9%). Pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 60 orang
(63,2%). Sebagian besar pedagang sudah berdagang selama 6 – 15 tahun yaitu

Universitas Sumatera Utara

69

sebanyak 28 orang(29,5%). Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang sebagian
besar adalah sayur dan buah yaitu sebanyak 29 orang (30,5%).
Tabel 4.4. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar
Tahun 2017
No.
1.
2.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Umur (Tahun)
< 15 Tahun
15 - 24 Tahun
25 - 34 Tahun
> 35 Tahun
Jumlah
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Jumlah
Lama Berdagang
< 5 Tahun
6-15 Tahun
16-25 Tahun
> 25 Tahun
Jumlah
Jenis Dagangan
Daging dan ikan
Sayur dan buah
Sembako
pakain baru dan bekas
Kosmetik
Alat rumah tangga
Emas
Jasa
Makanan
Jumlah

Frekuensi

Persentase (%)

35
60
95

36,8
63,2
100

1
7
13
74
95

1.1
7.4
12.6
77.9
100

10
12
60
13
95

10.5
12.6
63.2
13.7
100

27
28
20
20
95

28.4
29.5
21.1
21.1
100

9
29
19
9
5
5
5
5
9
95

9.5
30.5
20.0
9.5
5.3
5.3
5.3
5.3
9.5
100

Universitas Sumatera Utara

70

4.4. Partisipasi pedagang
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang maka partisipasi yang dilakukan pedagang dalam menciptakan
lingkungan bersih di Pasar Dwikora dapat dilihat secara rinci yang disajikan
dalam bentuk tabel.
4.4.1. Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang
tentang Penyediaan Tempat Sampah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat
sampah di Pasar Dwikora
Jumlah
Persen
No.
Penyediaan Tempat Sampah
(Pedagang)
(%)
1. Memiliki Tempat Sampah
a. Ya
52
54,7
b. Tidak
43
45,3
Jumlah
95
100
2. Meletakkan tempat sampah
a. Di kios/los pedagang, WC, mushala
70
73,7
b. Tidak Tahu
25
26,3
Jumlah
95
100
3. Memiliki peralatan kebersihan
a. Ya
87
91,6
b. Tidak
8
8,4
Jumlah
95
100
4. Pedagang wajib menyediakan tempat
sampah sendiri
a. Ya
72
75,8
b. Tidak
23
24,2
Jumlah
95
100
5. Tindakan jika pedagang lain tidak
memiliki tempat sampah
a. Menegur dan mengajak menyediakan
tempat sampah
12
12,6
b. Membiarkan
83
87,4
Jumlah
95
100

Universitas Sumatera Utara

71

6.

Lanjutan Tabel 4.5.
Tindakan jika tempat sampah penuh
a. Membuang ke TPS
b. Menunggu Petugas
Jumlah

11
84
95

11,6
88,4
100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa ada 52 pedagang
(54,7%) mempunyai tempat sampah dan 43 pedagang (45,3%) tidak mempunyai
tempat sampah. Pendapat pedagang tentang letak tempat sampah seharusnya di
setiap kios/los pedagang, WC umum dan mushala ada 70 pedagang (73,7%) dan
yang menjawab tidak tahu ada 25 pedagang (26,3%). Pedagang yang memiliki
peralatan kebersihan ada sebanyak 87 pedagang (91,6%) dan yang tidak memiliki
peralatan kebersihan sebanyak 8 pedagang (8,4%). Pedagang yang setuju dengan
peraturan bahwa pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri ada
sebanyak 72 pedagang (75,8%) dan yang tidak setuju ada sebanyak 23 pedagang
(24,2%). Tindakan menegur dan mengajak menyediakan tempat sampah jika
pedagang lain tidak memiliki tempat sampah ada sebanyak 12 pedagang (12,6%)
dan yang memilih membiarkannya ada 83 pedagang (87,4). Tindakan membuang
sampah ke TPS jika tempat sampah penuh ada sebanyak 11 pedagang dan yang
memilih untuk menunggu petugas menjemput sampah ada sebanyak 84 pedagang
(88,4%).
Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

72

Tabel 4.6. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat
sampah di pasar Dwikora
Partisipasi Penyediaan Tempat
Jumlah
No.
Persen (%)
Sampah
(Pedagang)
45
47,4
1. Baik
50
52,6
2. Kurang Baik
95
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik
yaitu 45 orang (47,4%), kategori kurang baik yaitu 50 orang (52,6%). Secara
keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar
Dwikora berada pada kategori kurang baik.
4.4.2. Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah
di Pasar Dwikora
Jumlah
No.
Pembuangan Sampah
Persen (%)
(Pedagang)
1. Membersihkan kios sebelum dan
sesudah berjualan setiap hari
a. Ya
89
93,7
b. Tidak
6
6,3
Jumlah
95
100
2. Membuang sampah selalu di
tempat sampah
a. Selalu
56
58,9
b. Sering/kadang-kadang
39
41,1
Jumlah
95
100
3. Sikap jika melihat orang membuang
sampah sembarang tempat
a. Menegur langsung
19
20,0
b. Diam saja
76
80,0
Jumlah
95
100

Universitas Sumatera Utara

73

4.

5.

Lanjutan Tabel 4.7.
Jika tidak memiliki tempat sampah,
dimana membuang sampah
a. Mengumpulkan di sudut kios
b. Sembarang tempat
Jumlah
Usaha membantu menjaga kebersihan
lingkungan pasar
a. Menjaga dan tidak membuang
sampah di sembarang tempat
b. Membayar retribusi kebersihan tepat
waktu
Jumlah

40
55
95

42,1
57,9
100

48

50,5

47
95

49,5
100

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, pedagang yang selalu membersihkan kios
sebelum dan sesudah berdagang setiap hari ada sebanyak 89 pedagang (93,7%)
dan yang tidak sebanyak 6 pedagang (6,3%). Dalam hal kebiasaan membuang
sampah ke tempat sampah, pedagang yang selalu pada tempatnya ada 56
pedagang (58,9%) dan yang sering/kadang-kadang ada sebanyak 39 pedagang
(41,1%). Jika ada orang yang membuang sampah di sembarang tempat sikap
responden ada 19 pedagang (20%) menegur langsung dan ada 76 orang (80%)
diam saja. Jika tidak ada tempat sampah, ada 40 orang responden (42,1%)
mengumpulkan di sudut kios dan ada 55 orang (57,9%) membuang sampahnya di
sembarangan tempat. Usaha yang dilakukan pedagang untuk membantu pihak
pasar menjaga kebersihan dengan cara menjaga dan tidak membuang sampah di
sembarang tempat ada 48 orang (50,5%) dan ada 47 orang (49,5%) memilih
membayar retribusi kebersihan tepat waktu.
Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora
dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

74

Tabel 4.8. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah
di Pasar Dwikora
Partisipasi Pembuangan
Jumlah
No.
Persen (%)
Sampah
(Pedagang)
46
48,4
1. Baik
49
51,6
2. Kurang Baik
95
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik
yaitu 46 orang (48,4%) dan kategori kurang baik yaitu 49 orang (51,6%). Secara
keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar
Dwikora berada pada kategori kurang baik.
4.4.3. Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang pembayaran retribusi sampah dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran
Retribusi Sampah di Pasar Dwikora.
Jumlah
No.
Pembuangan Sampah
Persen (%)
(Pedagang)
1. Pengangkutan sampah dari kios
a. Ada
95
100
b. Tidak
0
0
Jumlah
95
100
2. Membayar retribusi untuk
pengelolaan sampah
a. Ya
89
93,7
b. Tidak
6
6,3
Jumlah
95
100
Dari Tabel 4.9 di atas, 95 pedagang (100%) mengetahui bahwa sampah
dari setiap kios diangkut setiap hari oleh petuga skebersihan sampah. Jumlah
pedagang yang membayar retribusi sebanyak 89 orang (93,7%) dan yang tidak
membayar retribusi sebanyak 6 orang (6,3%).

Universitas Sumatera Utara

75

Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi di Pasar Dwikora dapat
dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.10. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembayaran
retribusi di Pasar Dwikora
Partisipasi Pembuangan
Jumlah
No.
Persen (%)
Sampah
(Pedagang)
95
100
1. Baik
0
0
2. Kurang Baik
95
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori baik.
4.4.4. Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang peraturan kebersihan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan
kebersihan di Pasar Dwikora.
Jumlah
No.
Peraturan Kebersihan
Persen (%)
(Pedagang)
1. Ada atau tidak peraturan kebersihan
Pasar
a. Ada
79
83,2
b. Tidak
16
16,8
Jumlah
95
100
2. Mengetahui isi peraturan kebersihan
Pasar
a. Tahu
67
70,5
b. Tidak Tahu
28
29,5
Jumlah
95
100
3. Sikap terhadap peraturan kebersihan
Pasar
a. Mematuhi dan bersedia dikenakan
sanksi jika melanggar
59
62,1
b. Tidak Tahu
36
37,9
Jumlah
95
100

Universitas Sumatera Utara

76

4.

Lanjutan Tabel 4.11.
Petugas pasar menyampaikan informasi
menjaga kebersihan
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Jumlah

76
19
95

80,0
20,0
100

Berdasarkan Tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa 79 pedagang
(83,2%) mengatakan ada peraturan kebersihan yang diterapkan pihak pengelola
pasar dan 16 pedagang (16,8%) mengatakan tidak ada peraturan kebersihan di
pasar. Pedagang yang mengetahui isi peraturan kebersihan ada sebanyak 67
pedagang (70,5%) dan yang tidak mengetahui ada sebanyak 28 pedagang (29,5%).
Jika ada peraturan kebersihan ada 59 pedagang (62,1%) akan mematuhi peraturan
dan 36 pedagang (37,9%) menjawab tidak ada. Hasil wawancara dari 95 orang
pedagang, ada 76 orang (80,0%) yang pernah mendapat informasi tentang
kebersihan pasar dan 19 pedagang (20,0%) tidak pernah mendapatkan informasi
tentang kebersihan pasar.
Partisipasi pedagang dalam Peraturan kebersihan di Pasar Dwikora dapat
dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.12. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan peraturan
kebersihan di Pasar Dwikora
Partisipasi Peraturan
Jumlah
No.
Persen (%)
Kebersihan
(Pedagang)
71
74,7
1. Baik
24
25,3
2. Kurang Baik
95
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 71
orang (74,7%) dan kategori kurang baik yaitu 24 orang (25,3%). Secara

Universitas Sumatera Utara

77

keseluruhan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora
berada pada kategori baik.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora
5.1.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora
Sampah Pasar Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan jumlah
sampah anorganik karena sebagian besar pedagang didominasi oleh pedagang
sayur dan buah. Di Pasar Dwikora pemilahan antara sampah organik dan
anorganik belum dilakukan oleh pedagang. Pengelolaan sampah yang baik harus
sesuai dengan syarat kesehatan, yaitu memilah sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos dan makanan
ternak, dan sampah anorganik dapat dimanfaat kembali dengan melakukan proses
daur ulang.
Menurut SNI 3242-2008 Pengelolaan sampah di TPS dapat dilakukan
dengan memilah sampah organik dan anorganik, melakukan pengomposan
sampah organik skala lingkungan, memilah sampah anorganik sesuai jenisnya
yaitu: sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat barang
kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang. Sampah anorganik yang dapat
dijual seperti kertas, kardus, plastik, gelas/kaca, logam, dan lainnya dikemas
sesuai jenisnya.
Apabila PD Pasar Horas Jaya bersama pedagang melakukan pengelolaan
sampah organik dan anorganik tersebut di Pasar Dwikora, maka akan mengurangi
volume sampah pasar dan akan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan
kembali sampah-sampah yang dihasilkan di pasar.

78
Universitas Sumatera Utara

79

5.1.2. Aspek Kelembagaan
Kondisi saat ini PD Pasar telah menjalankan kegiatan pelayanan
kebersihan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Berdasarkan struktur
organisasinya, PD Pasar memiliki sub-bagian kebersihan yang di bawahi oleh
bidang keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
Dengan adanya seksi kebersihan ini, diharapkan mampu untuk menangani
masalah sampah yang ada di Pasar Dwikora. Terbaginya bidang keamanan,
ketertiban, dan kebersihan menjadi sub-bagian kebersihan dinilai sudah tepat.
Pembagian ini akan memudahkan PD Pasar Horas Jaya dalam membagi pekerjaan
bagi petugas-petugasnya.
5.1.3. Aspek Pembiayaan
Retribusi persampahan/kebersihan pelaksanaannya dikelola oleh PD Pasar
Horas Jaya membeban biaya retribusi dengan melihat jenis kios/los dan
mengukurnya dari luas kios/los pedagang sehingga terdapat variasi besaran
retribusi kebersihan bagi masing-masing pedagang. Retribusi bulanan berkisar
antara Rp 45.000,00 hingga Rp 65.000,00/bulan. Dalam retribusi ini sudah
termasuk biaya kebersihan, jaga malam, dan biaya operasional lainnya. Retribusi
yang dikumpulkan oleh PD pasar diharapkan sudah mampu dalam menyediakan
sarana yang memadai dalam sistem pengelolaan sampah sehingga pedagang
merasa puas dengan besaran retribusi yang dibayarkan.
Dana retribusi sampah yang terkumpul akan digunakan oleh Dinas Pasar
untuk mendukung biaya operasional sampah pasar. Dana tersebut dapat digunakan

Universitas Sumatera Utara

80

untuk membayar upah petugas pengangkut sampah, biaya transportasi truk,
pengadaan fasilitas pengelolaan persampahan seperti TPS dalam rangka
menunjang kegiatan pengelolaan persampahan dan penyediaan peralatan
kebersihan.
5.1.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora
1. Pewadahan Sampah
Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap
kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang,
kantung plastik). Pewadahan sampah merupakan faktor yang sangat penting
dalam kelancaran pelayanan dan merupakan tahap awal yang terkait langsung
dengan sumber sampah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pedagang di
Pasar Dwikora belum memiliki tempat penyimpanan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan. Tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh pedagang
terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.
Menurut Chandra (2007) tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)
yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut ini: konstruksi harus
kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori
tangan, dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Tempat
Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora berjumlah 1 unit truk
Fuso (Dump truck) dan 1 kontainer. Jumlah TPS saat ini masih kurang dalam
menampung sampah. Menurut hasil pengamatan di lapangan, petugas kebersihan
juga menjadikan bahu Jalan Patuan Anggi tanpa wadah sebagai TPS sebelum
diangkut ke truk sampah. Hal ini menyebabkan kemacetan dan mengganggu

Universitas Sumatera Utara

81

estetika karena bau tidak sedap. Menurut SNI No. 19-2454-2002, penyimpanan
sampah komunal sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber
sampah, tidak mengganggu pemakai jalan, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang
kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian dan ditempatkan jarak antar wadah
sampah.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora dalam
kondisi kurang baik. Semua TPS tersebut terlihat tidak memiliki tutup, dan belum
membedakan penyimpanan antara sampah organik dan anorganik. Akibatnya,
sampah terlihat berserakan disekitar TPS tersebut. Penangananan sampah yang
kurang baik dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan.
Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan memberikan
efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung bagi kesehatan disebabkan oleh
sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan
penyakit. Sementara efek tidak langsung terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan
udara akibat mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya.
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat
sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian
membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum
diangkut/dibuang ke TPA. Proses pengumpulan sampah di Pasar Dwikora
dilakukan oleh pedagang dengan mengumpulkannya pada tempat penyimpanan
sampah di kios/los masing-masing. Sampah yang terkumpul akan dipindahkan

Universitas Sumatera Utara

82

oleh petugas kebersihan pasar dengan mengangkut sampah tersebut ke TPS.
Pengumpulan sampah yang dilakukan saat ini menggunakan keranjang bambu
membuat petugas kebersihan sulit dalam bekerja. Jika PD Pasar menyediakan
gerobak sampah, petugas akan lebih mudah mengangkut sampah sehingga
pengumpulan lebih efektif dan efisien. Petugas pengumpul sampah yang ada di
Pasar Dwikora berjumlah 19 orang. Jumlah petugas pengangkut sampah sebanyak
19 orang dinilai masih kurang mampu untuk mengangkut sampah yang ada di
Pasar Dwikora karena mengingat luas cakupan wilayah sebesar 26.600 m2.
3. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan
sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk
mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat
pembuangan akhir (TPA), menggunakan truk diantaranya jenis dump truck dan
arm roll truck. Pengangkutan sampah merupakan faktor yang perlu dilakukan
sebagai upaya pemindahan sampah dari sumber agar tidak mengganggu
lingkungan akibat pencemaran yang ditimbulkan dari proses pembusukannya.
Pada daerah yang berilkim tropis seperti Indonesia dituntut frekuensi
pengangkutan yang lebih sering karena proses pembusukan sampah lebih cepat
terjadi (Tchobanoglous, 1993).
Frekuensi pengangkutan sampah pengangkutan sampah di Pasar Dwikora
sebanyak 2 kali pengangkutan dengan menggunakan 2 unit truk pengangkut
sampah. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sesuai dengan jumlah sampah

Universitas Sumatera Utara

83

yang dihasilkan di Pasar Dwikora. Hal ini sesuai dengan SNI 3242-2008 yang
menyatakan bahwa pengangkutan dari TPS atau TPS terpadu atau wadah komunal
ke TPA frekuensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada. Waktu
pengangkutan sampah di Pasar Dwikora dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00
WIB.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar berasumsi bahwa jumlah
sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora berjumlah 24m3.
4. Pembuangan Sampah
Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk
dimusnahkan. Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora akan diangkut ke tempat
penampungan akhir sampah (TPA). TPA Kota Pematangsiantar berada di wilayah
Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Jarak TPA dengan lokasi
pemukiman penduduk sekitar 2,5 Km.
Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman
adalah sekitar 2 Km dari pemukiman penduduk, sekitar 15 km dari laut serta
sekitar 200 m dari sumber air bersih. Dapat disimpulkan bahwa TPA Tanjung
Pinggir Kota Pematangsiantar telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat
pembuangan akhir sampah karena jaraknya dengan pemukiman penduduk > 2,0
km. Teknologi pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode
controlled landfill (penimbunan terkendali). Sebelumnya Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar menggunakan metode open dumping. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan

Universitas Sumatera Utara

84

sampah sejenis sampah rumah tangga pasal 22, menyatakan bahwa pemrosesan
akhir sampah dilakukan dengan: metode lahan urug terkendali, metode lahan urug
saniter dan teknologi ramah lingkungan, maka Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pematangsiantar saat ini telah menggunakan metode controlled landfill
(Penimbunan terkendali). Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu
metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan
ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap tujuh hari. (PP RI No.
81 Tahun 2012).
5.2. Partisipasi Pedagang
5.2.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 45,3% pedagang yang
tidak mempunyai tempat sampah. Pedagang yang tidak memiliki tempat sampah
sebagian besar adalah pedagang pakaian baju baru dan bekas. Pedagang beralasan
tidak mempunyai tempat sampah karena mereka tidak menghasilkan sampah
sebanyak pedagang sayur dan buah sehingga bisa dibuang di depan kios dan
menunggu petugas kebersihan mengangkut sampah. Hal ini akan memperbesar
biaya retribusi sampah. Menurut penelitian Gultom (2003) mengenai sistem
pengelolaan sampah di Pusat Pasar Pemko Medan, menyatakan bahwa 38,6%
tidak

memiliki

tempat

sampah

sehingga

mempersulit

jalannya

upaya

pengumpulan dan tenaga penyapu yang banyak menyebabkan biaya pengelolaan
sampah akan ikut naik dan besar. Pihak pengelola pasar juga tidak menyediakan
tempat sampah di lorong-lorong pasar untuk mempermudah pedagang dan
pembeli dalam membuang sampah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

Universitas Sumatera Utara

85

No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,
setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering.
Berdasarkan hasil penelitian ada 54,7% pedagang yang mempunyai tempat
sampah, seluruhnya disediakan sendiri oleh pedagang. Pada umumnya bentuk
tempat sampah pedagang di Pasar Dwikora adalah keranjang bambu, kardus,
karung, dan kantong plastik. Semua tempat sampah yang dimiliki oleh pedagang
tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak kedap air, tidak kuat, dan tidak
tertutup. Menurut Aswar (1996) syarat tempat sampah adalah kontruksi yang kuat
dan tidak mudah bocor untuk mencegah sampah berserakan, mudah diangkat,
memiliki tutup untuk mencegah agar sampah tidak menjadi sarang serangga dan
binatang pengerat seperti tikus.
Tempat sampah yang dimiliki pedagang seluruhnya tidak di pisahkan
antara sampah yang mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah
membusuk. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dari pihak pasar tentang
pengelolaan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 perwadahan sampah dapat di
bagi menjadi sampah organik, anorganik dan sampah bahan berbahaya beracun
rumah tangga. Pemisahan sampah bertujuan untuk mempermudah dalam
pemusnahannya, (Candra, 2007).
Menurut hasil penelitian, 91,6% pedagang sudah memiliki peralatan
kebersihan untuk membersihkan kios masing-masing. Sebanyak 87,4% pedagang
memilih diam saja jika melihat pedagang lain tidak memiliki tempat sampah. Hal
ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi perselisihan paham.

Universitas Sumatera Utara

86

Sebesar 88,4% pedagang lebih memilih menunggu petugas kebersihan menjemput
sampah jika tempat sampah mereka sudah penuh.
Secara umum, partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah
dalam kategori kurang baik. Sebaiknya PD pasar dapat segera melakukan
intervensi terhadap permasalahan ini. Menurut Chandra (2007), pengelolaan
sampah

yang

kurang

baik

akan

menjadikan

sampah

sebagai

tempat

perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus dan estetika
lingkungan menjadi kurang dipandang mata.
5.2.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis sampah yang paling
banyak dibuang pedagang adalah sampah organik. Pedagang yang mempunyai
tempat sampah sering membuang sampah ke tempat sampah, sedangkan pedagang
yang tidak mempunyai tempat sampah mereka (45,3%) membuang sampahnya di
sembarangan tempat karena mereka menganggap sudah biasa dan akan ada
petugas kebersihan pasar yang membersihkannya setiap hari. Sikap pedagang jika
melihat ada yang membuang sampah di sembarang tempat 80,0% diam saja. Hal
ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi pertengkaran dan
pembeli tidak akan singgah membeli barang dagangan pedagang. Dalam hal ini
pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah masih kurang. Menurut
penelitian Siahaan (2013) mengenai analisa sistem pengelolaan sampah dan
perilaku pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar menyatakan bahwa faktor
pendukung seperti pendidikan dan sarana pengelolaan sampah merupakan faktor

Universitas Sumatera Utara

87

pendukung

yang

memungkinkan

responden

masih

membuang

sampah

sembarangan.
Secara umum, partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada
kategori kurang baik (48,4%). Dengan upaya mewajibkan pedagang harus
memiliki tempat sampah dan edukasi tentang pengelolaan sampah yang baik
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah
sehingga terwujud Pasar Dwikora yang bersih.
5.2.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 93,7% dari pedagang membayar
retribusi untuk kebersihan pasar, hal ini menunjukkan bahwa tugas PD Pasar
dalam pengutipan retribusi sudah baik. Sebanyak 100% pedagang mengatakan
bahwa sampah yang mereka hasilkan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan
pasar. Secara umum partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi dalam
kategori baik. PD Pasar harus lebih tegas kepada pedagang yang tidak membayar
retribusi agar pelaksanaan system pengelolaan sampah di Pasar Dwikora dapat
berjalan dengan baik.
Menurut Santi (2009) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai
salah satu jenis retribusi jasa umum dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sehingga masyarakat akan merasakan manfaatnya dan tentunya didukung
dengan kesadaran yang tinggi.
5.2.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 83,2% pedagang mengetahui
adanya tentang peraturan kebersihan dan 70,5% mengetahui isi dari peraturan

Universitas Sumatera Utara

88

tersebut. Pedagang yang tidak mengetahui adanya peraturan kebersihan sebagian
besar berada pada sisi utara Pasar Dwikora karena lokasi yang jauh dari sumber
suara mikrofon dan terdengar hanya samar-samar. Pihak pengelola pasar tidak ada
menerapkan peraturan kebersihan secara tertulis. Peraturan kebersihan di Pasar
Dwikora hanya disampaikan secara lisan melalui mikrofon dari dinas pasar dan
tidak ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar jika melanggarnya. Hal ini
menyebabkan para pedagang tetap tidak membuang sampah pada tempat sampah
dan membuang sampah di sembarang tempat sehingga dapat mencemari
lingkungan dan menyulitkan pembeli dalam berbelanja. Hal ini didukung oleh
penelitian Daulay (2012) mengenai pelaksanaan pengelolaan sampah dan
partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement Pasar
Petisah Kota Medan menyatakan