Efektivitas Progressive Muscle Relaxation terhadap Kualitas Tidur Pasien Kanker Payudara Chapter III VI

54

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian metode quasi eksperiment. Desain penelitian ini adalah
dengan pretest posttest control group design yaitu melakukan perbandingan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan intervensi
(Polit & Beck, 2012). Berdasarkan hipotesa penelitian untuk menjawab tujuan umum
penelitian maka bentuk skema penelitian akan tergambar dengan:
Pre Test
Kelompok

Post Test

O

O


O

O

Intervensi
Kelompok
Kontrol
Skema 3.1. Skema penelitian
Keterangan :
Kelompok

:

yang menerima intervensi

progressive muscle relaxation

intervensi
Kelompok kontrol


Kelompok pasien

:

Kelompok pasien yang tidak menerima intervensi
progressive musle relaxation

O1
X

: Kualitas tidur sebelum intervensi
:Intervensi

berupa

teknik

progressive

muscle


relaxation diberikan 2 kali seminggu dengan durasi
waktu 15 menit selama 1 bulan.

54

Universitas Sumatera Utara

55

O2

:Kualitas tidur setelah intervensi

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah sakit pemerintah yaitu RSUP. H. Adam
Malik Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan dan
memiliki kunjungan pasien dengan jumlah besar serta merupakan rumah sakit
rujukan. Penelitian ini dilakukan dimulai dari tanggal 1 Juni – 30 Juli 2016.


3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan,
2012). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Dahlan, 2012).
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel mewakili
keseluruhan populasi yang ada. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Dahlan, 2012). Target
populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara di RSUP. H. Adam
Malik Medan. Tekhnik pengambilan sampel dengan total sampling karena jumlah
populasi pasien baru dengan kanker payudara yang berada di ruang rawat inap
RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 56 orang (RSUP Haji Adam Malik

Universitas Sumatera Utara

56


Medan, 2016), hanya 56 responden pasien kanker payudara yang stadium 3 sehingga
didapatkan jumlah sampel sebanyak 28 pada masing – masing kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang pasien penyakit kanker payudara yang
mengalami gangguan kualitas tidur dan karakteristik responden dikumpulkan oleh
peneliti. Intervensi tindakan progressive muscle relaxation dilakukan oleh pasien
dengan panduan dari peneliti. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi :
3.4.1. Tahap Persiapan
Tahap ini dipersiapkan lembar instrumen untuk pengumpulan data berupa
lembar
prosedur latihan progressive muscle relaxation, kuesioner data demografi
pasien,
kuesioner untuk mengukur kualitas tidur, panduan pelaksanaan latihan
progressive muscle relaxation dan lembar petunjuk teknis progressive muscle
relaxationpasien. Dalam tahap persiapan ini dilakukan setelah melalui prosedur
ethical clerence di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tahap
selanjutnya


melakukan

pengurusan

perizinan

tempat

penelitian

dengan

mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan
USU yang ditujukan kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
setelah memperoleh surat izin penelitian dari RSUP. H. Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara

57


selanjutnya surat izin penelitian tersebut diproses hingga ke ruang rawat inap
kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan.
Selanjutnya peneliti mengidentifikasi jumlah sampel yang didapatkan
sebesar 56 orang (28 kelompok intervensi dan 28 kelompok kontrol) dengan cara
dalam pengambilan sampel yang diutamakan adalah kelompok intervensi PMR
yang telah di screening terlebih dahulu hingga memenuhi besar sampel.
Dalam hal ini peneliti dibantu dengan seorang numerator dalam
melaksanakan penelitian. Peneliti dan numerator telah diuji standar operasional
prosedur (SOP) terkait pelaksanaan progressive muscle relaxation dengan hasil
yaitu peneliti dan numerator dinyatakan mampu untuk melakukan tindakan sesuai
dengan SOP tersebut dalam melakukan penelitian. Asisten yang dibutuhkan dalam
penelitian ini berjumlah dua orang.
3.4.2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap – tahap dalam pelaksanaan latihan progressive muscle
relaxation (PMR) adalah
1) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
serta menyerahkan lembar persetujuan (informed consent) yang didalamnya
berisi persetujuan menjadi responden penelitian yang dilakukan di tempat

tinggal masing-masing responden dan pemberian nomor telepon untuk kegiatan
home visit atau kunjungan rumah saat intervensi dilakukan. Pada kelompok
intervensi secara individual diberikan pendidikan dan demonstrasi cara
melakukan PMR dengan memberikan buku sebagai panduan untuk responden

Universitas Sumatera Utara

58

di rumah. Selanjutnya peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden
kelompok intervensi (2 hari dalam seminggu dengan perharinya 2 kali latihan
selama 1 bulan lamanya latihan 15 menit). Jumlah intervensi yang dilakukan
sebanyak 16 kali intervensi PMR. Latihan PMR dilakukan masing – masing oleh
responden dibantu oleh peneliti dan asisten peneliti. Peneliti juga melakukan
kontrak dengan responden kelompok kontrol (pada hari pertama sampai hari
kedelapan penelitian, kelompok kontrol tidak diberikan latihan PMR dan hanya
diukur kualitas tidur saja.
2) Peneliti melakukan pengambilan data awal (pretest) sebelum melakukan
intervensi peneliti melakukan pengukuran untuk mengidentifikasi kualitas tidur
menggunakan instrument Pitssburg Sleep Quality Index (PSQI). Pengukuran

dilakukan pada masing – masing kelompok (kelompok intervensi dan kelompok
kontrol). Pengukuran kualitas tidur responden dilakukan dengan cara
menyerahkan kuesioner kualitas tidur PSQI untuk diisi dengan didampingi oleh
peneliti yang telah menjelaskan terkait isi kuesioner kepada responden
sebelumnya.
3) Peneliti memberikan progressive muscle relaxation kepada responden
kelompok intervensi, sedangkan responden kelompok kontrol tidak diberikan.
Saat pelaksanaan progressive muscle relaxation, peneliti membagi kelompok
intervensi menjadi dua yaitu peneliti bertanggung jawab terhadap 10 responden
dan 2 numerator bertanggung jawab terhadap 9 responden masing – masing.
4) Progressive muscle relaxation ini diberikan sesuai dengan SOP dan
dilaksanakan selama 16 kali latihan dengan frekuensi latihan 2 x sehari selama

Universitas Sumatera Utara

59

15 menit sehingga intervensi dilakukan sebanyak 16 kali. Latihan ini dilakukan
di masing-masing rumah responden kelompok intervensi.
5) Penggunaan alat neraca pegas/dinamometer manual dalam melakukan latihan

PMR pada setiap satu pasien sebelum melakukan PMR, alat terlebih dahulu
diputar yaitu pada bagian sekrup yang ada dibagian atas dinamometer tanpa
beban hingga garis penunjuk skala menunjukkan pada skala nol.
6) Peneliti dan numerator memberikan penjelasan pada kelompok intervensi terkait
cara melakukan progressive muscle relaxation. Teknik pelaksanaan progressive
muscle relaxation menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) adapun standar
operasional prosedur (SOP) dalam latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR)
adalah :
1. Alat dan bahan latihan PMR
a. Kursi
b. Bantal
c. Neraca pegas (dinamometer manual)
d. Pita ukur
2. Tujuan latihan PMR
Tujuan latihan Progressive muscle relaxation ini untuk meningkatkan dan
memenuhi kualitas tidur pada pasien kanker payudara.
3. Aturan dalam latihan PMR
a. Selalu latihan di tempat yang tenang
b. Relaksasi otot progresif dapat dilakukan sambil berbaring, duduk
menyandarkan punggung di sofa, atau di kursi keras dengan bantuan bantal


Universitas Sumatera Utara

60

pada punggung. Pada dassarnya, anda merasakan kenyamanan pada posisi
tubuh anda
c. Relaksasi otot progresif sebaiknya dilakukan pada kelompok otot tubuh sesuai
petunjuk secara berurutan. Jika ada terlupa maka boleh melakukan kembali
latihan pada kelompok otot yang terlupakan.
d. Setiap gerakan dilakukan 2 kali latihan
e. Kontraksi otot dilakukan 5 – 7 detik dan melemaskan 10 – 20 detik
f. Latihan membutuhkan waktu 15 menit
g. Pakailah baju yang longgar
4. Waktu pelaksanaan latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Latihan relaksasi Progressive Muscle Relaxation (PMR) dilakukan 2 kali
sehari dan waktu pelaksanaannya ini dapat disesuaikan dengan kesepakatan klien.
Latihan relaksasi ini terdiri dari 10 langkah (membutuhkan waktu 15 menit).
Pelaksanaan ini dilakukan selama 1 bulan (16 kali latihan).
5. Tempat pelaksanaan latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Tempat pelaksanaan latihan ini dilakukan di dalam ruangan dan diharapkan
ruangan yang tenang dan nyaman bagi klien. Latihan dapat dilakukan sambil
berbaring, duduk menyandarkan punggung di sofa, atau di kursi keras dengan
bantuan bantal pada punggung. Hal ini disesuaikan dengan kenyamanan klien.
6. Cara kerja alat neraca pegas/dinamometer manual terhadap pelaksanaan latihan
Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Pelaksanaan latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) dilakukan sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

61

a. Yakinlah posisi anda telah nyaman (duduk atau berbaring)
b. Mata dipejamkan perlahan – lahan dan konsentrasi pada latihan
c. Mulailah dengan latihan nafas dalam dengan cara menarik nafas panjang dari
hidung, tahan sebanyak 3 hitungan lalu keluarkan nafas perlahan – lahan melalui
mulut sehingga anda akan merasakan tubuh menjadi nyaman. Ulangi latihan
nafas dalam ini sebanyak tiga kali
d. Sekarang mulailah melakukan relaksasi otot dan bernafaslah secara perlahan –
lahan selama melakukan relaksasi otot progresif
7. Langkah – langkah latihan relaksasi otot progresif dengan menggunakan alat
neraca pegas/dinamometer manual sebagai berikut :
a. Kelompok otot pergelangan tangan (otot extensor carpi radialis longus)
Merentangkan lengan dan kepalkan kedua telapak tangan dengan
kencang, sekuat dan semampunya lalu berikan tarikan pada neraca pegas
lalu rasakan ketegangan pada kedua pergelangan tangan anda selama 5-7
detik. Melepaskan kepalan tangannya dan rasakan tangan menjadi lemas dan
semua ketegangan pada tangan menjadi hilang. Rasakan hal tersebut selama
10-20 detik. Ulangi lagi gerakan mengkontraksikan dan merileksasikan
otot tangan. Rasakan pergelangan tangan menjadi semakin lemas.
b. Kelompok otot lengan bawah (otot trisep)
Menekukkan kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan dengan
menarik neraca pegas. Sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari terbuka menghadap ke langit-langit.

Universitas Sumatera Utara

62

Rasakan ketegangan pada bagian lengan bawah selama 5-7 detik. Lemaskan
dan luruskan kembali tangan bagian bawah pada posisi yang nyaman.
Rasakan lengan bawah dan telapak tangan menjadi lemas dan ketegangan
hilang. Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik. Ulangi lagi gerakan
mengkontraksikan dan merileksasikan otot lengan bawah, rasakan
perbedaan pada saat kontraksi dan rileks serta rasakan lengan bawah
menjadi semakin lemas.
c. Kelompok otot siku dan lengan atas (otot bisep)
Menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian
bawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot lengan atas terasa
kencang dan tegang dengan menarik neraca pegas dan lakukan selama 57 detik. Luruskan siku dan jari-jari, rasakan lengan atas menjadi lemas dan
ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal tersebut 10-20
detik. Ulangi lagi gerakan mengkontraksikan otot siku dan lengan atas,
rasakan perbedaan antara saat kontraksi dan rileks serta rasakan otot siku
dan lengan atas semakin lemas.
d. Kelompok otot bahu (otot deltoid dan otot trapezius)
Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan
dibawa menyentuh kedua telinga dengan menarik neraca pegas.
Rasakan kontraksi otot pada bahu selama 5-7 detik. Rileksasikan bahu
hingga semua kontraksi otot pada bahu tadi hilang. Rasakan hal tersebut
selama 10-20 detik. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan otot bahu semakin
lemas.

Universitas Sumatera Utara

63

e. Kelompok otot kepala dan leher (otot sternokleidomastoid)
Menekuk leher dan kepala kebelakang lalu menekuk leher dan kepala
kedepan hingga menyentuh dada lalu melawan tahanan neraca pegas selama
5-7 detik. Lemaskan dan luruskan kepala dan leher hingga semua kontraksi
otot pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-20 detik. Ulangi
gerakan dan rasakan otot semakin lemas.
f. Kelompok otot punggung (otot latissimus dorsi)
Melengkungkan punggung dan busungkan dada dengan menarik neraca
pegas, rasakan kontraksi otot pada punggung selama 5-7 detik. Rileksasikan
punggung sehingga kontraksinya hilang dan rasakan melemasnya
punggung 10-20 detik. Ulangi gerakan dan rasakan lemasnya punggung.
g. Kelompok otot dada (otot pectoralis major) dan kelompok otot perut (otot
rectus abdominis)
Mengukur ekspansi dada yaitu letakkan pita mengelilingi dada, melewati
papilla mammae. Ukur saat akhir inspirasi & ekspirasi dalam, Suruh
pasien menarik napas dalam untuk mengetahui penurunan diafragma
(normal : 3 – 5 cm), simetris. Rasakan kontraksi pada dada selama 5-7
detik. Rileksasikan otot dada sambil mengeluarkan nafas secara
perlahan-lahan rasakan hilangnya kontraksi otot pada dada dalam 10-20
detik. Mengulangi gerakan kembali dan rasakan dada semakin lemas.
Menarik perut ke bagian dalam dan bernafaslah secara perlahanlahan, rasakan kontraksi pada perut selama 5-7 detik. Lemaskan otot perut,

Universitas Sumatera Utara

64

dan hilangkan kontraksi otot serta rasakan rileksasiotot perut dalam 10-20
detik. Ulangi gerakan dan rasakan otot perut yang semakin lemas.
h. Kelompok otot kaki dan paha (otot quadriceps, otot biceps femoris)
Menekuk telapak kaki ke arah atas (dorso fleksi) dan ke arah bawah
(plantar fleksi) dengan menahan tarikan neraca pegas, tekuk sebisa
mungkin, dan rasakan ketegangannya selama 5-7 detik. Lemaskan otototot kaki dan paha, hilangkan ketegangannya dan rasakan selama 10-20
detik.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakukan teknik
PMR. Pada kelompok kontrol diberikan kuesioner untuk mengukur kualitas
tidur pada waktu yang sama dengan kelompok intervensi. Posttest, peneliti
melakukan pengukuran untuk mengidentifikasi kualitas tidur menggunakan
Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI) pada masing – masing kelompok (kelompok
intervensi dan kelompok kontrol) yang dilakukan kembali setelah 16 kali intervensi.

3.5. Variabel dan definisi operasional
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian
Variabel

Independen
progressive
muscle
relaxation

Definisi

Cara dan alat

operasional

ukur

Suatu bentuk
latihan dan teknik
dimana
menegangkan
otot-otot dan
merelaksasikannya
dengan
membayangkan

Memberikan
latihan PMR
secara
langsung oleh
peneliti dengan
menggunakan
media buku
panduan

Hasil ukur

Diberikan
latihan PMR

Skala

Nominal

Tidak
diberikan
latihan PMR

Universitas Sumatera Utara

65

Lanjutan Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian
Variabel

Definisi

Cara dan alat

operasional

ukur

otot tersebut
bebas dari
kontraksi dan
merasakan
perbedaan saat
otot kontraksi
dan rileks
Dependen Suatu
pemenuhan
Kualitas
terhadap
tidur
kebutuhan tidur
dalam
mendapatkan
kepuasaan tidur
yang meliputi
penilaian
kualitas
tidur
secara subjektif,
latency
tidur,
lama
waktu
tidur, efisiensi
tidur, gangguan
tidur,
penggunaan obat
- obatan dan
disfungsi siang
hari.

Menggunakan
kuesioner
kualitas tidur
yang terdiri
dari 8 item
pertanyaan
yang
dimodifikasi
dari
kuesioner
Pittsburgh
Sleep Quality
Index(PSQI)
dengan
menggunakan
skala likert

Hasil ukur

Skala

≤ 5 : kualitas
tidur yang
baik

Ordinal

> 5 : kualitas
tidur yang
buruk

3.6. Metode pengukuran
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisikan
karakteristik responden, kuesioner untuk mengukur kualitas tidur dan lembar isian
tindakan latihan progressive muscle relaxation. Lembar kuesioner data demografi
yang berisi: umur, alamat, pendidikan dan pekerjaan diisi dengan bantuan oleh
peneliti saat pasien bersedia menjadi pasien dalam penelitian dengan melakukan
pengisian data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

66

Lembar kuesioner untuk mengukur kualitas tidur yang digunakan adalah
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang diusulkan oleh Buysse et al (Buysse
et al, 1988). Peneliti mengadopsi secara total kuesioner PSQI yang telah di
back translation oleh pusat bahasa USU. PSQI mengkaji 7 dimensi dalam
kualitas tidur yaitu kualitas tidur subjektif, sleep latensi, durasi tidur, gangguan
tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur pada
siang hari. Pengukuran setiap dimensi tersebar dalam beberapa pertanyaan dan
penilaian sesuai dengan standar baku. Terdapat 10 pertanyaan dalam PSQI,
pertanyaan 1 dan 3 untuk dimensi efisiensi kebiasaan tidur, pertanyaan 2 dan 5a
untuk dimensi sleep latensi, pertanyaan 4 untuk dimensi durasi tidur, pertanyaan
5b – 5j untuk dimensi gangguan tidur, pertanyaan 6 untuk dimensi penggunaan
obat tidur, pertanyaan 7 dan 8 untuk dimensi disfungsi tidur pada siang hari,
pertanyaan 9 untuk dimensi kualitas tidur subjektif, dan pertanyaan 10 untuk
mengkaji apabila responden memiliki teman tidur. Tiap dimensi nilainya
berkisar antara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Nilai tiap
komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global antara 0 – 21. Skor
kualitas tidur ≤ 5 dikaitkan dengan kualitas tidur yang baik > 5 dikaitkan dengan
kualitas tidur yang buruk dianggap memiliki gangguan tidur yang signifikan
(Buysse et al, 1988). Lembar kuesioner untuk mengukur kualitas tidur diisi
saat dilakukan pemilihan pasien dimana salah satu syarat pasien penelitian ini
adalah pasien kanker payudara. Lembar kuesioner diisi oleh perawat sebelum
intervensi diberikan dan setelah intervensi diberikan sebanyak 8 kali yaitu dua
kali dalam satu minggu, pasien melakukan latihan dipandu oleh peneliti atau

Universitas Sumatera Utara

67

asisten peneliti.
Dalam melakukan kontrol pada variabel tergantung (kualitas tidur) dilakukan
dengan teknik konstansi karakteristik subjek penelitian yang disebut juga dengan
teknik balancing (Dahlan, 2011). Konstansi karakteristik subjek dilakukan
dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Ada dua teknik untuk mencapai konstansi karakteristik
subjek penelitian, yaitu matching dan blocking. Matching dilakukan dengan
mengurutkan nilai atau skor dari suatu karakteristik untuk setiap subjek, kemudian
dibuat pasangan berdasarkan urutan tersebut. Sedangkan blocking menyetarakan
kelompok penelitian yang terlibat dengan menyamakan jumlah subjek yang
memiliki kategori dari variabel kualitas tidur yang sama. Blocking tidak
membutuhkan nilai atau skor variabel kualitas tidur dari setiap subjek melainkan
hanya kategorinya saja. Dalam penelitian ini digunakan teknik konstansi
karakteristik subjek teknik blocking dengan variasi jumlah kualitas tidur yang
baik dan kualitas tidur yang buruk masing-masing memiliki jumlah yang sama
dalam setiap kelompok kontrol dan kelompok intervensi (Dahlan, 2011).

3.7. Uji validitas dan realibilitas
Uji validitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat sah/validnya
suatu kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Kuesioner dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur (Polit & Beck, 2012). Uji
realibilitas suatu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel/konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliable jika jawaban

Universitas Sumatera Utara

68

seseorang terhadap butir pertanyaan adalah konstan (Polit & Beck, 2012).
Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang sudah baku yang tidak
melakukan uji validitas karena kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kuesioner PSQI sudah beberapa kali
digunakan dalam berbagai penelitian sehingga sudah pernah dilakukan uji validitas
oleh Arum Puspita Ningtiyas dengan judul penelitinnya yaitu pengaruh rendam
kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur usia lanjut di Dusun Mangiran
Trimurti Srandakan Bantul pada tahun 2014 dengan nilai content validity index
(CVI) untuk kuesioner PSQI adalah 0.96 dan Arif Rahman dengan judul
penelitiannya yaitu pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur
pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Unit Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta
pada tahun 2014 dengan nilai CVI untuk kuesioner PSQI adalah 0.96. Beberapa
penelitian ini uji validitas menggunakan Conten Validity Index (CVI) dengan tujuan
untuk menilai relevansi dari masing - masing item terhadap apa yang akan di ukur
oleh peneliti. CVI diterima minimal 0.80 (Polit & Beck, 2012). Bila validitas telah
dicapai sesuai dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis.
Uji reliabilitas merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
kualitas suatu instrumen (Polit & Beck, 2012). Uji reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan internal consistency. konsistensi internal
adalah suatu konsistensi instrumen dalam pengukuran apa yang seharusnya diukur
sehingga konsistensi internal berkenaan dengan seberapa jauh instrumen dapat
mengukur secara konsisten apa yang seharusnya diukur yang tujuannya adalah

Universitas Sumatera Utara

69

melihat konsistensi antara item atau antar bagian dalam tes itu sendiri (Polit dan
Beck, 2012). Internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan intrumen
sekali saja, kemudian data dianalisis dengan tehnik tertentu (dapat ditentukan
dengan nilai Cronbach alpha). PSQI memiliki konsistensi internal yang baik
dengan uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach alpha = 0,83 (Carpenter &
Andrykowski, 1998). Polit dan Beck (2012) mengatakan interpretasi nilai
reliabilitas dengan Cronbach alpha minimal 0.70 pada umumnya adekuat, namun
nilai ≥ 0.80 merupakan nilai yang lebih diharapkan.
Instrumen yang sudah valid selanjutnya dilakukan pilot study. Pilot study
bertujuan untuk menguji instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Pilot
study dapat meningkatkan kelayakan suatu instrumen (Polit & Beck, 2012). Pilot
study pada penelitian ini dilakukan kepada 30 klien pasien kanker payudara di
RSUP. H. Adam Malik Medan untuk mengetahui kehandalan dari instrumen.
Selanjutya dilakukan pengujian dengan menentukan nilai Cronbach alpha.
Berdasarkan hal tersebut, didapatkan nilai Cronbach alpha pada instrumen ini
adalah 0,81.

3.8. Metode Analisa Data
Data yang telah terkumpul melalui kuesioner akan dianalisis baik secara
univariat dan bivariat dengan tehnik statistik.
3.8.1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran masing –
masing variabel dengan menggunakan mean, frekuensi dan persentase dari

Universitas Sumatera Utara

70

setiap variabel. Analisa univariat pada penelitian ini mengedintifikasikan data
demografi (meliputi usia, alamat, pendidikan, pekerjaan), pasien kanker
payudara yang mengalami gangguan tidur sebelum intervensi dan sesudah
intervensi pada masing – masing kelompok responden baik kelompok kontrol
maupun kelompok intervensi.
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan antara dua
variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa penelitian.
Uji analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan statistik non-parametrik
dengan menggunakan uji wilconxon signed rank test dan uji mann whitney test.
Wilcoxon signed ranks test digunakan untuk membandingkan dua kelompok atau
dua sampel yang saling berpasangan dan mann whitney test digunakan untuk
membandingkan dua kelompok yang berbeda atau dua kelompok yang tidak
saling ketergantungan atau tidak berpasangan. Analisis statistik uji wilconxon
signed rank test dan uji mann whitney test dapat digunakan jika sebaran data dari
sampel atau kelompok tersebut memiliki skala ukur ordinal atau jenis data
numerik (Polit & Beck, 2012). Hasil analisa diperoleh nilai p jika nilai p < 0,05
maka Ho ditolak, ini berarti progressive muscle relaxation memberikan efektivitas
terhadap kualitas tidur pada pasien kanker payudara (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara

71

3.9. Pertimbangan Etik
Penelitian ini diawali dengan melakukan ethical clearance di Komite
Etik Universitas Sumatera Utara. Aspek yang menjadi bahan pertimbangan etik
dalam penelitian ini meliputi autonomy, non maleficienci, beneficience, dan justice.
3.9.1. Autonomy
Penelitian ini dilakukan sebelum responden diberi penjelasan secara lengkap
meliputi tujuan penelitian, prosedur, gambaran risiko atau ketidaknyamanan yang
mungkin terjadi, serta keuntungan atau manfaat penelitian. Setelah diberikan
penjelasan, klien bebas menentukan pilihan untuk berpartisipasi dalam penelitian
atau tidak, serta tidak ada unsur paksaan. Responden juga diberi kebebasan untuk
mengundurkan diri pada saat penelitian. Polit & Beck (2012), mengemukakan klien
yang bersedia ikut dalam penelitian dipersilahkan untuk menandatangani surat
persetujuan menjadi responden penelitian di lembar informed consent.
3.9.2. Nonmaleficience
Beberapa hal yang mungkin menjadi kontraindikasi latihan PMR antara lain
adalah cidera akut atau ketidaknyamanan muskuloskeletal, dan penyakit jantung
berat/akut (Fritz, 2005). Ssubjek penelitian diupayakan semaksimal mungkin bebas
dari rasa tidak nyaman akibat penelitian ini.
Keterlibatan responden dalam penelitian ini harus mendapat jaminan bahwa
data atau informasi yang diberikan tidak akan menimbulkan kerugian bagi klien
dimasa yang akan datang (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara

72

3.9.3. Beneficience
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan memberikan terapi pada
kelompok intervensi berupa latihan PMR artinya responden mempunyai potensi untuk
menerima manfaat dari intervensi yang diberikan dapat mengatasi gangguan tidur
pasien kanker payudara, sehingga prinsip dari beneficience dapat dipertahankan.
3.9.4. Justice
Prinsip memperlakukan secara adil berkaitan dalam memilih responden
berdasarkan kriteria sampel bukan berdasarkan maksud atau posisi tertentu (Polit &
Beck, 2012). Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada calon responden
penelitian, semua calon subjek penelitian yang memiliki kriteria yang cocok dengan
kriteria yang ditentukan peneliti dijadikan responden penelitian. Responden yang
tergabung dalam kelompok intervensi mendapatkan tambahan terapi berupa terapi
PMR selama penelitian berlangsung, responden dalam kelompok kontrol diberikan
latihan PMR setelah pengumpulan data penelitian selesai dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

73

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 Juni sampai
dengan 30 Juli 2016, di Ruang Rawat Inap Kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Bab hasil penelitian ini menguraikan tentang hasil
penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan kualitas tidur pasien kanker payudara
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
4.1. Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap kemoterapi di rumah sakit di kota
Medan yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah
yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Utara. Rumah Sakit ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan dan mulai
berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/ Menkes/
SK/ VII/ 1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan
untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Utara, Aceh, Sumatera
Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/ Menkes/ IX/
1991 tanggal 6 September 1991.
Pasien kanker payudara mengalami kualitas tidur menurun di ruang rawat
inap kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan yang penyebab utamanya adalah

73
Universitas Sumatera Utara

74

nyeri akibat dari perkembangan penyakit dan efek samping pengobatan. Perkembangan penyakit dapat menyebabkan nyeri, banyaknya penderita kanker payudara
merasakan beberapa tingkatan nyeri mulai dari ringan sampai hebat, dari akut
sampai kronik yang disebabkan oleh kanker itu sendiri atau nyeri pasca
pembedahan, nyeri akibat kemoterapi itu sendiri seperti sakit kepala dan terapi
radiasi yang menyebabkan nyeri yang dirasakan panas didaerah kulit yang terkena
radiasi. Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya terjadi pada
penderita stadium lanjut karena sel kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh dan
telah menyebar. Penanganan nyeri oleh perawat di ruang rawat inap kemoterapi
RSUP. H.Adam Malik Medan dengan memberikan suatu terapi komplementer
berupa tekhnik relaksasi nafas dalam atau dengan tekhnik distraksi tetapi jika pasien
kanker payudara mengalami rasa nyeri yang berat, perawat diruangan mengatasinya
dengan memberikan terapi farmakologi yaitu dengan minum obat yang diresepkan
oleh dokter.

4.2. Hasil analisis univariat
4.2.1. Deskripsi subjek penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di ruang rawat inap
kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan, berikut akan ditunjukkan karakteristik
subjek penelitian berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

75

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik demografi di ruang
rawat inap kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan Juni – Juli
2016 (N = 28).
No. Karakteristik
responden
1.
Usia

2.

3.

Kelompok intervensi
Kelompok kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

28-39

5

17.9

2

7.1

40-51

15

53.6

19

67.9

52 >

8

28.6

7

25

Pendidikan
SD

4

14.3

1

3.6

SLTP

10

35.7

6

21.4

SLTA

8

28.6

17

60.7

PT

6

21.4

4

14.3

18

64.3

18

64.3

Wiraswasta

5

17.9

4

14.3

Pegawai swasta

2

7.1

2

7.1

PNS

3

10.7

4

14.3

Pekerjaan
Ibu

rumah

tangga

Tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian dalam penelitian ini
terbagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Deskripsi subjek
penelitian didapatkan bahwa usia pasien mayoritas pada rentang 40 - 51 tahun
kelompok intervensi sebanyak 15 orang (53,6%), kelompok kontrol 19 orang
(67,9%). Tingkat pendidikan pasien mayoritas SLTP yaitu 10 orang (35,7%) di
kelompok intervensi dan SLTA 17 orang (60,7%) di kelompok kontrol. Mayoritas
pekerjaan pasien yaitu kelompok intervensi 18 orang (64,3%) sebagai ibu rumah
tangga dan kelompok kontrol 18 orang (64,3%).

Universitas Sumatera Utara

76

4.2.2. Kualitas tidur pasien kanker payudara kelompok intervensi sebelum
latihan PMR dan kelompok kontrol sebelum periode intervensi
Hasil dari penelitian yang dilaksanakan di ruang rawat inap kemoterapi
RSUP. H. Adam Malik Medan berikut akan ditunjukkan kualitas tidur pasien
kanker payudara kelompok intervensi sebelum latihan PMR dan kelompok kontrol
sebelum periode intervensi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Hasil analisis kualitas tidur pada pasien kanker payudara kelompok
intervensi sebelum latihan PMR dan kelompok kontrol sebelum
periode intervensi di ruang rawat inap kemoterapi RSUP. H. Adam
Malik Medan Juni – Juli 2016 (N = 28).
Kualitas

Kelompok

Mean

Min – Max

Intervensi

9.36

6.00 – 1.00

Kontrol

8.86

6.00 – 5.00

tidur
Pretest

Pada tabel 4.2. dapat disimpulkan bahwa hasil analisa menunjukkan
kualitas tidur pasien kanker payudara sebelum dilakukan PMR pada responden
kelompok intervensi menunjukkan rata – rata 9.36 (kualitas tidur buruk) dan
kualitas tidur pasien kanker payudara pada kelompok kontrol sebelum periode
intervensi menunjukkan rata – rata 8.86 (kualitas tidur buruk).

Universitas Sumatera Utara

77

4.2.3. Kualitas tidur pasien kanker payudara kelompok intervensi setelah
latihan PMR dan kelompok kontrol setelah periode intervensi
Hasil dari penelitian yang dilaksanakan di ruang rawat inap kemoterapi
RSUP. H. Adam Malik Medan berikut akan ditunjukkan kualitas tidur pasien
kanker payudara kelompok intervensi setelah latihan PMR dan kelompok kontrol
setelah periode intervensi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Hasil analisis kualitas tidur pada pasien kanker payudara
kelompok intervensi setelah latihan PMR dan kelompok kontrol
setelah periode intervensi di ruang rawat inap kemoterapi
RSUP. H. Adam Malik Medan Juni – Juli 2016 (N = 28).
Kualitas

Kelompok

Mean

Min – Max

Intervensi

3.82

13.00 – 7.00

Kontrol

8.61

13.00 – 13.00

tidur
Posttest

Pada tabel 4.3. dapat disimpulkan bahwa hasil analisa menunjukkan kualitas
tidur pasien kanker payudara setelah dilakukan PMR pada responden kelompok
intervensi menunjukkan rata – rata 3.82 (kualitas tidur baik) dan kelompok kontrol
setelah periode intervensi menunjukkan rata – rata 8.61 (kualitas tidur buruk).

4.3. Hasil analisis bivariat
4.3.1. Perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara sebelum dan setelah
pada kelompok intervensi
Perbedaan

kualitas

tidur

pada

penelitian

ini

dianalisa

dengan

membandingkan nilai awal dan akhir kualitas tidur dengan menggunakan uji
analisa statistik wilcoxon signed rank test. Hasil dari penelitian yang dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara

78

di ruang rawat inap kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan berikut akan
ditunjukkan perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara sebelum dan setelah
pada kelompok intervensi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. Perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi PMR
pada kelompok intervensi pasien kanker payudara di ruang rawat
inap kemoterapi RSUP.H. Adam Malik Medan Juni – Juli 2016 (N
= 28)
Kelompok Kualitas tidur pasien

Mean Rank

Nilai P

kanker payudara
Intervensi

Pretest

0.00

Posttest

14.50

0.00

Hasil penelitian pada tabel 4.6 dengan menggunakan uji statistik wilcoxon
signed rank test dapat disimpulkan bahwa P = 0.00 dimana P < 0.05 kesimpulannya
bahwa progressive muscle relaxation efektif dalam meningkatkan kualitas tidur
pasien kanker payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan.
4.3.2. Perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara sebelum dan sesudah
pada kelompok kontrol
Perbedaan

kualitas

tidur

pada

penelitian

ini

dianalisa

dengan

membandingkan nilai awal dan akhir kualitas tidur dengan menggunakan uji analisa
statistik wilcoxon signed rank test. Hasil dari penelitian yang dilaksanakan di ruang
rawat inap kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan berikut akan ditunjukkan
perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara sebelum dan setelah pada
kelompok kontrol selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

79

Tabel 4.5. Perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol pasien kanker payudara di ruang rawat inap kemoterapi
RSUP.H. Adam Malik Medan Juni – Juli 2016 (N = 28).
Kelompok

Mean Rank

Nilai P

Pretest

6.38

0.08

Posttest

5.00

Kualitas tidur
pasien kanker
payudara

Kontrol

Hasil penelitian pada tabel 4.7. dengan menggunakan uji statistik wilcoxon
signed rank test dapat disimpulkan bahwa p = 0.08 dimana bila p > 0.05
kesimpulannya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah terhadap kualitas tidur pasien kanker payudara di RSUP. H. Adam Malik
Medan.
4.3.3. Perbedaan kualitas tidur antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
Pengaruh PMR terhadap kualitas tidur pada penelitian ini diidentifikasi
dengan membandingkan nilai akhir antara kelompok intervensi dan kontrol
dengan menggunakan analisa statistik mann whitney test. Hasil dari penelitian
yang dilaksanakan di ruang rawat inap kemoterapi RSUP. H. Adam Malik Medan
berikut akan ditunjukkan perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

80

Tabel 4.6. Perbedaan kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol pada pasien kanker payudara di ruang rawat inap
kemoterapi RSUP.H. Adam Malik Medan Juni – Juli 2016 (N = 28).
Mean Rank

Nilai P

Kelompok intervensi

15.04

0.00

Kelompok kontrol

41.96

Kualitas tidur pasien
kanker payudara

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 dengan menggunakan uji
statistik mann whitney test dapat disimpulkan bahwa diperoleh p = 0.00 dimana
bila p < 0.05 kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol terhadap kualitas tidur pasien kanker
payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

81

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Perbedaan kualitas tidur subjek penelitian
5.1.1. Perbedaan kualitas tidur pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah dilakukan progressive muscle relaxation
Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan
individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur REM dan
NREM (Kozier,at.,al. 2011). Menurut Buysse et al., (1989). Kualitas tidur
merupakan hal yang penting untuk penyembuhan, serta meningkatkan fungsi imun dan
kesehatan mental. Selain itu, kurang tidur diketahui berhubungan dengan
depresi, kecemasan, dan menurunkan fungsi kognitif. Pada pasien kanker payudara,
kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, sistem
kekebalan tubuh, kemampuan kognitif, dan kemampuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari (Delsigne, 2013).
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ruang rawat inap kemoterapi
RSUP. H. Adam Malik Medan bahwa secara keseluruhan mayoritas kualitas tidur
pasien kanker payudara pada kelompok intervensi berada dalam kategori kualitas
tidur buruk yaitu rata – rata 9.36 sebelum dilakukan latihan progressive muscle
relaxation. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
responden bahwa penyebab utama dari gangguan tidur tersebut diakibatkan nyeri
yang dirasakan oleh responden dan terkadang muncul rasa cemas terhadap penyakit
yang dialaminya, pernyataan ini sesuai dengan penelitian Meyers (2012) gangguan
tidur pada pasien kanker

payudara

tersebut dapat terjadi karena

proses

81
Universitas Sumatera Utara

82

penyakit (nyeri), stres, atau efek mengonsumsi obat tertentu dan pernyataan ini
didukung oleh penelitian Hananta (2014) bahwa nyeri pada pasien kanker payudara
diketahui dapat menyebabkan gangguan tidur dibandingkan yang tidak mengalami
nyeri dan dan gangguan tidur pada pasien kanker payudara tersebut berupa
gangguan pada pemanjangan waktu laten tidur, yaitu waktu yang dibutuhkan
sampai akhirnya tertidur.
Pasien kanker payudara mengalami kualitas tidur kategori baik setelah
dilakukan latihan PMR pada responden kelompok intervensi menunjukkan rata –
rata 3.82. Hasil analisa menunjukkan bahwa pada subjek kelompok intervensi
terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur pasien kanker payudara
sebelum dan sesudah dilakukan PMR (P = 0.00 dimana P < 0.05). Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Safaa et al. (2014) menunjukkan bahwa teknik relaksasi
meningkatkan total skor kualitas tidur pasien dengan stase akhir gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis dengan sampel 20 (kelompok sebelum intervensi dengan
nilai mean 10.95/SD = 2.282 dan kelompok setelah intervensi mean 4.45/SD =
1.820) dengan nilai signifikan p = 0.0002. Pada penelitian Sreelekshmi & Haseena
(2015) menunjukkan bahwa progresif relaksasi otot dapat meningkatkan kualitas
tidur padapasien yang menjalani hemodialisis dengan sampel 42 gagal ginjal kronik
(kelompok sebelum intervensi dengan nilai mean 8.85/SD 3.415 dan kelompok
setelah intervensi mean 4.69/SD 1.70 dengan nilai signifikan p < 0.05.
Penelitian yang dilakukan oleh Saeedi et al. (2010) didapatkan bahwa
latihan PMR memiliki dampak yang menguntungkan pada kualitas tidur pada
pasien yang menjalani hemodialisis dan dapat diterapkan dan dilatih sebagai

Universitas Sumatera Utara

83

metode yang berguna untuk meningkatkan kualitas tidurpasien dibangsal
hemodialisis, sampel 35 hemodialisa (kelompok sebelum intervensi dengan nilai
mean 12.9/SD = 4.15 dan kelompok setelah intervensi mean 7.77/ SD = 3.60)
dengan niali signifikan p = < 0.001. Menurut penelitian oleh Dayapoglu dan Tan
(2012) menyebutkan PMR dapat meningkatkan kualitas tidur pada 32 klien multiple
sclerosis. Penelitian ini dilakukan di Turki dengan kelompok sebelum intervensi
mean = 10.81/SD = 4.01dan kelompok setelah intervensi mean 6.25/SD3.34 dengan
nilai signifikan p < 0.001.
Gerakan – gerakan otot pada latihan relaksasi progresif sebagai salah satu
relaksasi otot pada prinsipnya adalah mengkontraksikan dan merileksasikan
kelompok otot besar secara bertahap, yaitu kelompok otot pergelangan tangan, otot
lengan bawah, otot siku dan lengan atas. otot bahu, otot kepala dan leher, otot
punggung, otot dada, otot perut, kelompok otot paha dan kaki, sehingga relaksasi
progresif yang diberikan kepada klien dengan gangguan istirahat tidur mampu
meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kenyamanan pada klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik secara kualitas
maupun secara kuantitas (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Cara kerja latihan PMR dalam menurunkan nyeri yang menyebabkan
gangguan tidur pada pasien kanker payudara sehingga meningkatkan kualitas tidur
pasien kanker payudara terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu (Smeltzer dan Bare,
2010). Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
prostaglandin dan substansi, akan merangsang saraf simpatis sehingga

Universitas Sumatera Utara

84

menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang
menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh
darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot
yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri (Smeltzer dan Bare, 2010). Dengan gerakan
mengkontraksikan dan merileksasikan otot maka tubuh secara fisiologi akan
memproduksi endogen untuk menghambat impuls nyeri tersebut dan suasana tubuh
menjadi rileks (Smeltzer dan Bare, 2010). Endogen terdiri dari endorfin dan
enkefalin, substansi ini seperti morfin yang berfungsi menghambat transmisi influs
nyeri. Apabila tubuh mengeluarkan substansi-substansi ini, salah satu efeknya
adalah pereda nyeri (Smeltzer dan Bare, 2010).
Menurut Smeltzer & Bare (2010) menyatakan bahwa endorfin dan enkefalin
ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam sistem saraf pusat. Endorfin dan
enkefalin adalah zat kimiawi endogen (diprodukasi oleh tubuh) yang berstruktur
seperti opioid. Morfin dan obat-obatan opioid lainya menghambat transmisi yang
menyakitkan dengan meniru endorfin dan enkefalin. Serabut interneural inhibitor
yang mengandung enkefalin terutama diaktifkan melalui aktivitas serabut perifer
non-nosiseptor (serabut yang normalnya tidak mentransmisikan stimuli nyeri atau
yang menyakitkan) pada tempat reseptor yang sama dengan reseptor nyeri atau
nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu sistem yang
disebut descending kontrol. Endorfin dan enkefalin juga dapat menghambat imfuls
nyeri dengan memblok transmisi impuls ini di dalam otak dan medula spinalis
(Smeltzer & Bare, 2010).

Universitas Sumatera Utara

85

Keberadaan

endorfin

dan

enkefalin

ini

juga

membantu

dalam

mempengaruhi suasana menjadi rileks sehingga mudah untuk memulai tidur dan
meningkatnya jumlah enkefalin dan serotonin yang dapat menyebabkan tidur dan
relaksasi. Perasaan rileks diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan
Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF merangsang kelenjar Pituitary untuk
meningkatkan Produksi β-Endorphin, Enkefalin dan serotonin yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kenyamanan pada klien, kebutuhan tidur terpenuhi (Smeltzer
& Bare, 2010).
5.1.2 Perbedaan kualitas tidur pasien kanker payudara antara kelompok
intervensi dengan kontrol
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan kualitas
tidur yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol disimpulkan bahwa
diperoleh p = 0.00 dimana bila p < 0.05 kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah terhadap kualitas tidur pasien kanker
payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan artinya PMR lebih baik dalam
meningkatkan kualitas tidur daripada klien yang tidak mendapatkan latihan PMR.
Latihan

Progressive

Muscle

Relaxation

adalah

suatu

gerakan

mengkontraksikan dan merileksasikan otot dan latihan ini dilakukan sebanyak 16
kali dalam 1 bulan pada setiap masing – masing kelompok otot dan dilakukan
selama 15 menit dengan menggunakan alat ukur neraca pegas/dinamometer
manual, pernyataan ini sesuai dengan menunjukkan bahwa kualitas tidur yang
baik sesudah dilakukan latihan fisik seperti progressive muscle relaxation dapat
terjadi karena adanya kerjasama berbagai otot tubuh yang ditandai dengan

Universitas Sumatera Utara

86

perubahan kekuatan otot, kelunturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan dan
koordinasi gerakan. Beberapa kondisi tersebut akan membuka sumbatan –
sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran
darah yang lebih banyak pada otot – otot untuk mendukung metabolisme (Jacobson,
1938). Aliran darah yang meningkat juga dapat meningkatkan oksigen. Peningkatan
oksigen didalam otak akan merangsang peningkatan sekresi serotonin sehingga
membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur (Smeltzer dan Bare,
2010). Haris & Muhtar (2011) menunjukkan bahwa pemberian terapi latihan
relaksasi otot progresif selama 15 menit setiap dua kali dalam seminggu secara
teratur dapat menimbulkan efek relaksasi pada tubuh, sehingga membuat tubuh
menjadi tenang dan lebih mudah untuk tertidur.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Saeedi et al. (2010) melakukan latihan relaksasi otot progresif secara teratur 2 kali
sehari dalam 1 bulan dapat meningkatkan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian yang dilakukan Demiralp et al.
(2009) didapatkan bahwa PMR yang dilakukan dengan waktu 15 menit (dilakukan
sebelum dan sesudah kemoterapi) didapatkan bahwa kelompok relaksasi otot
progresif mengalami peningkatan yang lebih besar terhadap kualitas tidur yang
lebih baik pada wanita Turki dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi,
sampel pada penelitian ini berjumlah 27 orang (14 kelompok intervensi dengan
mean 3,98 dan 13 kelompok kontrol dengan mean 4,38) dengan nilai signifikan p
= 0.016.

Universitas Sumatera Utara

87

Pada hasil penelitian pada kelompok setelah intervensi terdapat 3 responden
kualitas tidur yang buruk setelah diberikan PMR selama 16 kali latihan dalam 1
bulan. Kualitas tidur yang buruk pada responden kelompok setelah intervensi dan
kelompok setelah kontrol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian
Hananta (2014) mengenai gangguan tidur pada pasien kanker payudara di Rumah
Sakit Dharmais Jakarta bahwa gangguan tidur tersebut terjadi karena stadium
penyakitnya, lama penyakitnya, depresi, ansietas/kecemasan dan nyeri dan
sebagaimana telah didapatkan hasil penelitian oleh Hananta (2014) bahwa faktor
yang paling mempengaruhi buruknya kualitas tidur pada pasien kanker payudara
yaitu nyeri yang dirasakan, hal ini dapat dikaitkan dengan penyakit fisik yang
dialaminya dan nyeri pada payudara yang diakibatkan oleh penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Gejala tersebut lebih sering muncul pada setiap saat
sehingga dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya. Gangguan tidur
akibat penyakit yang diderita akan mengaktifkan saraf simpatis. Aktifnya saraf
simpatis membuat responden tidak dapat santai atau relaks sehingga tidak dapat
memunculkan rasa kantuk (Smeltzer & Bare, 2010). Pernyataan Hananta (2014)
konsisten dengan hasil penelitian terhadap 3 responden. Hasil temuan menunjukkan
bahwa 3 responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk mengalami nyeri yang
berat sehingga kualitas tidur tetap tidak berubah walaupun sudah dilaksanakan
progressive muscle relaxation.

Universitas Sumatera Utara

88

5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keseragaman waktu selama
pemberian latihan progressive muscle relaxation (PMR) bagi pasien kanker
payudara dan hal yang sangat sulit bagi peneliti dimana pemberian terapi PMR
disesuaikan berdasarkan tempat tinggal klien dari masing – masing rumah atau jika
klien dengan status bekerja.
Peneliti dalam melakukan penelitian tidak dapat mengontrol variabel
perancu atau faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada pasien
kanker payudara secara ketat seperti faktor fisiologis (beratnya suatu penyakit serta
pengobatan), faktor psikologis dan faktor lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

89

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
PMR memberikan efektivitas yang bermanfaat terhadap kualitas tidur
pasien kanker payudara hal ini dapat dilihat pada kelompok sebelum intervensi
latihan PMR menunjukkan kualitas tidur yang buruk dan pada kelompok setelah
intervensi latihan PMR menunjukkan kualitas tidur yang baik yang dinilai dari
kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, lama waktu tidur, efisiensi tidur, tidak
mengalami gangguan tidur, tidak menggunakan obat – obatan; kualitas tidur
sesudah intervensi latihan PMR pada kelompok intervensi menunjukkan kualitas
tidur yang baik dan kelompok kontrol teta