Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat
Indonesia adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Banyak manfaat yang
dapat diambil dari bawang merah dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki
sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya
untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis tersebut (Ginting, 2006).
Bawang merah merupakankomoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis
tinggi, baik ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan
petani, maupun potensinya sebagai penghasil devisa negara.Prospek agribisnis
bawang merah cukup cerah. Penggunaan bawang merah oleh masyarakat
cenderung baik karena pertambahan penduduk maupun penggunaan perkapita.
Dewasa ini makin banyak konsumsi makanan siap saji di tengah masyarakat (nasi
goreng, sate, tongseng dan lain-lain) yang memerlukan bawang merah. Disamping
produk makanan awetan yang juga menggunakan bawang merah goreng (Iriani,
2013).
Selain itu, bawang merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi di

pasaran. Keadaan ini berpengaruh baik terhadap perolehan pendapatan. Apalagi
didukung dengan cepatnya perputaran modal usaha bawang merah. Pada umur
60-70 hari tanaman sudah bisa dipanen. Dengan demikian keuntungan bisa diraih
dengan cepat dalam waktu relatif singkat (Rahayu, 1999).
Dalam masalah ketersediaan input, faktor pembatas utama dalam usahatani
bawang merah adalah ketersediaan benih unggul bermutu masih sangat terbatas,

Universitas Sumatera Utara

2

tingginya intensitas serangan hama dan penyakit pada musim-musim tertentu.
Benih varietas unggul bawang merah bersertifikat diperlukan sebagai syarat
utama untuk mengawali proses produksi komoditas tersebut agar dapat
memperoleh hasil yang tinggi dan berkualitas prima. Benih bawang merah
bersertifikat masih menjadi barang langka dan belum dapat memenuhi kebutuhan
petani (Iriani, 2013).
Dalam masalah pengembangan agribisnis bawang merah memerlukan perluasan
lahanpertanian. Pada saat ini, ketersediaan lahan yangsubur semakin terbatas,
sehingga memaksapetani untuk memanfaatkan lahan marginal(Larisu, 2009).

Selain itu, permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan produksi
bawang merah, yaitu: 1) Kemampuan teknologi budidaya dan perbanyakan benih
oleh penangkar masih terbatas, 2) Benih varietas lokal yang ada tidak mampu
beradaptasi sepanjang musim sehingga terpaksa menggunakan benih dari bawang
impor, 3)Sering terjadinya fluktuasi harga bawang merah, sehingga tidak
memberikan jaminan akan kelangsungan usaha, 4) Bawang merah impor masuk
pada saat panen bahkan di pasok ke daerah sentra produksi sehingga harga jual
petani jatuh, 5) Biaya produksi terus meningkat akibat penggunaan bahan kimia
yang berlebihan (tidak sesuai aturan), harga input kimiawi terus meningkat
sementara petani punya ketergantungan akan bahan tersebut, 6) keterbatasan
benih

sumber

sehingga

menghambat

dalam


perbanyakan

benih

(Larisu, 2009).
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang pada tahun 2010 diperkirakan
akan mencapai 239 juta orang, pasokan bawang merah yang harus terealisasi
untuk memenuhi kebutuhan domestik diproyeksikan meningkat menjadi 976.284

Universitas Sumatera Utara

3

ton. Jumlah pasokan sekitar 1,2 kali produksi nasional tahun 2003 tersebut bukan
hanya

merupakan

tantangan,


tetapi

sekaligus

juga

sebagai

peluang

pengembangan. Peningkatan produksi bawang merah yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan domestik dan meningkatkan daya saing dapat ditempuh
melalui perluasan areal baru serta peningkatan produktivitas (Iriani, 2013).
Produksi bawang merah di Sumatera Utara tahun 2007-2011 cenderung
meningkat, namun produksi ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
konsumsiSumatera Utara.Kebutuhan konsumsi bawang merah di Sumatera Utara
tahun 2011 mencapai 38.681,51 ton sedangkan jumlah produksi bawang merah
hanya13.203,92 ton.Oleh karenanya impor bawang merah selalu harus dilakukan.
Pada tahun 2010-2011 keadaan luas panen di Sumatera Utara menurun 17,08%
dari seluas 1.610 ha menjadi 1.325 ha.Artinya petani kurang respon terhadap

peningkatan permintaan (Ginting, 2013).
Kabupaten Samosir daerah produksi bawang merah yang memiliki potensi
wilayah kondusif bagi pengembangan bawang merah. Dengan keunggulan
komparatif yang dimiliki dalam hal potensi wilayah dan tenaga kerja diharapkan
mampu meningkatkan daya saing komoditas bawang merah (Dewi, 2012).
Di Indonesia, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah yang
terkenal adalah Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates, Lombok Timur dan
Samosir (sunarjono dan prasodjo soedomo, 1989). Sedangkan di daerah Sumatera
Utara untuk tahun 2013, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah
dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Universitas Sumatera Utara

4

Tabel 1.1. Panen, Produktifitas, dan Produksi Bawang Merah per
Kabupaten /Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
No
Kabupaten
Panen

Produksi
Produktifitas
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
1
Dairi
370
3454
9,33
2

Samosir

167

1114

6,67


3

Simalungun

148

1900

12,8

4

Tobasa

132

797,7

6,04


5

Karo

100

868

8,68

6

H. Hasundutan

96

772,9

8,05


7

Tapanuli Utara

67

449,6

6,71

8

Madina

9

33,9

3,77


9

Tapanuli Selatan

2

11

5,5

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa Kabupaten Samosir menempati urutan kedua
setelah kabupaten Dairi sebagai sentra produksi bawang merah di Sumatra Utara
pada tahun 2013 dengan luas panen sebesar 167 ha, produktivitas sebesar 6,67
ton/ha, dan produksi sebesar 1114 ton.
Dengan demikian, potensi pengembangan usahatani bawang merah yang
kebutuhannya terus meningkat serta didukung oleh meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan sejalan dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat yang sedang
digalakkan oleh pemerintah sejak reformasi bergulir, usahatani bawang merah
memiliki posisi strategis untuk dikembangkan. Dengan demikian, strategi

pengembangan usahatani bawang merah perlu dikaji secara komprehensif.

Universitas Sumatera Utara

5

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasikan beberapa masalah
dalam penelitian ini:
1. Bagaimana ketersediaan input usahatani bawang merah di daerah
penelitian?
2. Berapa besarnya harga rata-rata input, harga output, biaya produksi,
penerimaan dan pendapatan petanibawang merah perhektar dan perpetani?
3. Bagaimana kelayakan finansial usahatanibawang merah di daerah
penelitian?
4. Apa program dan rencana aksi pengembangan usahatanibawang merah
yang dapat direkomendasikan di daerah penelitian?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahuiketersediaan input usahatani bawang merah di daerah
penelitian.
2. Untuk mengetahuibesarnya harga rata-rata input, harga output, biaya
produksi, penerimaan dan pendapatan petanibawang merah perhektar dan
perpetani.
3. Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatanibawang merah di daerah
penelitian.
4. Untuk mengetahuiapa programdan rencana aksi pengembangan
usahatanibawang merah yang dapat direkomendasikan di daerah
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4.Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan untuk perkembangan
agribisnis bawang merah.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

Universitas Sumatera Utara