Survei Petani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tentang Pengendalian Hama di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir

(1)

SURVEI PETANI BAWANG MERAH (

Allium ascalonicum

L.)

TENTANG PENGENDALIAN HAMA DI KECAMATAN

SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

CHRISTA MELISSA SILITONGA 070302040

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SURVEI PETANI BAWANG MERAH (

Allium ascalonicum

L.)

TENTANG PENGENDALIAN HAMA DI KECAMATAN

SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

CHRISTA MELISSA SILITONGA 070302040

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS

Ketua Anggota

Ir. Mena Uly Tarigan, MS

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

Christa Melissa Silitonga “Survey of Farmers Onion (Allium ascalonicum L.) On Pest Control In Kec. Simanindo, Kab. Samosir” under the guidance of Syahrial Oemry and Mena Uly Tarigan is an onion producing states, but the increased production of onion farmers are still experiencing problems such as pests. In pest control farmer generally believe the success of pest control efforts is the provision of chemical pesticides. The study aims to determine the demographics, land, fees, pest, pest control measure as well as the understanding and application of the concept of Integrated Pest Management (IPM) on onion plants in the Kec.Simanindo, Kab. Samosir. The research was conducted since February – March 2012 at the Kec. Simanindo. Kab. Samosir. The research used the survey method using questionnaires to 100 respondents and the data processed using descriptive methods. The survey shows that the most common pests found in the onion crop is Spodoptera exigua, Agrotis ipsilon, Thrips sp., Liriomyza spp. All farmers (100%) prefer to chemical as a control method. Method of spraying with a scheduled system is preferred and selected farmers. Generally, farmers do not have good information or a little knowledge about Integrated Pest Management.


(4)

ABSTRAK

Christa Melissa Silitonga “Survei Petani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tentang Pengendalian Hama Di Kecamatan

Simanindo, Kabupaten Samosir” di bawah bimbingan Syahrial Oemry dan Mena Uly Tarigan. Indonesia merupakan negara penghasil bawang tetapi dalam peningkatan produksi para petani bawang masih mengalami kendala seperti serangan hama. Dalam pengendalian hama para petani pada umumnya beranggapan keberhasilan upaya pengendalian hama adalah dengan pemberian pestisida kimiawi.. Penelitian bertujuan untuk mengetahui demografi, lahan, biaya, hama, cara pengendalian hama serta pemahaman dan penerapan tentang konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman bawang merah di Kec. Simanindo, Kab. Samosir. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012 di Kec. Simanindo, Kab. Samosir. Penelitian menggunakan metode survey dengan menggunakan kuisioner terhadap 100 responden dan data diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil survey menunjukkan bahwa hama yang paling umum dijumpai pada pertanaman bawang merah adalah Spodoptera exigua, Agrotis ipsilon, Thrips sp, Liriomyza spp. Semua petani (100%) lebih menyukai pestisida kimia sebagai metode pengendalian. Metode penyemprotan dengan sistem terjadwal lebih disukai dan dipilih petani. Umumnya petani tidak mempunyai informasi yang baik atau pengetahuan yang sedikit tentang program Pengelolaan Hama Terpadu.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Skripsi berjudul “Survei Petani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tentang Pengendalian Hama di Kecamatan

Simanindo, Kabupaten Samosir” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya, Ayahanda Nico Demus Silitonga dan Ibunda Nismawati Dalimunthe yang telah mendampingi saya, Komisi Pembimbing Ir. Syahrial Oemry, MS selaku Ketua dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku Anggota, dan seluruh petani, PPL serta Kepala Desa yang ada di Kec. Simanindo, Kab. Samosir yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2012 Penulis


(6)

RIWAYAT HIDUP

Christa Melissa Silitonga lahir pada tanggal 10 Juli 1990 di Belawan, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari Ayahanda Nico Demus Silitonga dan Ibunda Nismawati Dalimunthe.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Tahun 2001 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Taman Siswa Belawan

- Tahun 2004 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 5 Medan

- Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Medan - Tahun 2007 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB

Penulis aktif dalam organisai kemahasiswaan yaitu menjadi anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2007-2010.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Unit Kebun Laras, Kabupaten Simalungun pada Juni sampai Juli 2011, melaksanakan penelitian di Kec. Simanindo Kab. Samosir, Sumatera Utara pada Februari – Maret 2012.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR ... ....iii

RIWAYAT HIDUP...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh . ... 7

Iklim... 7

Tanah ... 8

Hama dan Penyakit Tanaman Bawang ... 8

Hama ... 9

Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.) ... 8

Lalat Penggorok Daun (Liriomyza spp.) ... 12

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) ... 14

Hama Putih atau Thrips (Thrips tabaci) ... 16

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Survei ... 18

Survei Pendahuluan ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Demografi.. . ...20

Lahan. ... ...24


(8)

Hama. ... 31 PHT (Pengendalian Hama Terpadu) ... 42 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan...45 Saran...45 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.)... 6

2. Biji bawang merah (Allium ascalonicum L.)... 7

3. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.)... 9

4. Gejala serangan Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah... 10

5. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza spp.)... 13

6. Gejala serangan Liriomyza chinensis pada tanaman bawang merah... 14

7. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)... 15

8. Trips... 16

9. Diagram Jenis Kelamin Responden... 20

10.Diagram Umur Responden... 21

11.Diagram Pendidikan Responden... 21

12.Diagram Alamat Desa Responden... 22

13.Diagram Suku Bangsa Responden... 22

14.Diagram Lama tinggal Responden... 23

15.Diagram Pengalaman Menanam Bawang Merah... 23

16.Diagram Luas Lahan Keseluruhan Responden... 24

17.Diagram Luas Lahan Pertanaman Bawang Merah Responden... 25

18.Diagram Jenis Tanaman Pada Musim Tanam Lalu... 25

19.Diagram Perawatan Tanaman Bawang Merah... 26


(10)

21.Diagram Hama yang Mengganggu Tanaman Bawang Merah... 31

22.Diagram Metode Pengendalian yang Digunakan Petani... 32

23.Diagram Cara Kerja Produk Insektisida... 33

24.Diagram Waktu Penyemprotan... 34

25.Diagram Interval Penyemprotan Pada Satu Musim Tanam... 35

26.Diagram Dosis Pencampuran... 35

27.Diagram Tingkat Keampuhan Insektisida... 36

28.Diagram Keterangan Dari Pengecer/ Distributor Insektisida... 36

29.Diagram Sumber Informasi Dari Koran... 37

30.Diagram Sumber Informasi Dari Majalah... 37

31.Diagram Sumber Informasi Dari Hasil Percobaan/ Demonstrasi (demplot) 38 32.Diagram Sumber Informasi Dari Petani Lain didekat Pertanian Saya... 38

33.Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)... 39

34.Diagram Sumber Informasi Dari Iklan di Televisi... 39

35.Diagram Sumber Informasi Dari Iklan di Radio... 40

36.Diagram Sumber Informasi Dari Label Pada Produk Pestisida... 40

37.Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Lapangan Produsen Insektisida 41 38.Diagram Sumber Informasi Dari Kelompok Tani... 41

39.Diagram Sumber Informasi Dari Barang – Barang Produksi (Kaos, Tas, 42 Korek, dll) 40.Diagram Pengetahuan Petani Tentang PHT... 42

41.Diagram Sumber Informasi PHT... 43

42.Diagram Manfaat Pelatihan PHT ... 44

43. Diagram Lama Penerapan Sistem PHT... 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Kuisioner... 44 2. Data Kuisioner... 51 3. Foto Penelitian... 58


(12)

ABSTRACT

Christa Melissa Silitonga “Survey of Farmers Onion (Allium ascalonicum L.) On Pest Control In Kec. Simanindo, Kab. Samosir” under the guidance of Syahrial Oemry and Mena Uly Tarigan is an onion producing states, but the increased production of onion farmers are still experiencing problems such as pests. In pest control farmer generally believe the success of pest control efforts is the provision of chemical pesticides. The study aims to determine the demographics, land, fees, pest, pest control measure as well as the understanding and application of the concept of Integrated Pest Management (IPM) on onion plants in the Kec.Simanindo, Kab. Samosir. The research was conducted since February – March 2012 at the Kec. Simanindo. Kab. Samosir. The research used the survey method using questionnaires to 100 respondents and the data processed using descriptive methods. The survey shows that the most common pests found in the onion crop is Spodoptera exigua, Agrotis ipsilon, Thrips sp., Liriomyza spp. All farmers (100%) prefer to chemical as a control method. Method of spraying with a scheduled system is preferred and selected farmers. Generally, farmers do not have good information or a little knowledge about Integrated Pest Management.


(13)

ABSTRAK

Christa Melissa Silitonga “Survei Petani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tentang Pengendalian Hama Di Kecamatan

Simanindo, Kabupaten Samosir” di bawah bimbingan Syahrial Oemry dan Mena Uly Tarigan. Indonesia merupakan negara penghasil bawang tetapi dalam peningkatan produksi para petani bawang masih mengalami kendala seperti serangan hama. Dalam pengendalian hama para petani pada umumnya beranggapan keberhasilan upaya pengendalian hama adalah dengan pemberian pestisida kimiawi.. Penelitian bertujuan untuk mengetahui demografi, lahan, biaya, hama, cara pengendalian hama serta pemahaman dan penerapan tentang konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman bawang merah di Kec. Simanindo, Kab. Samosir. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012 di Kec. Simanindo, Kab. Samosir. Penelitian menggunakan metode survey dengan menggunakan kuisioner terhadap 100 responden dan data diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil survey menunjukkan bahwa hama yang paling umum dijumpai pada pertanaman bawang merah adalah Spodoptera exigua, Agrotis ipsilon, Thrips sp, Liriomyza spp. Semua petani (100%) lebih menyukai pestisida kimia sebagai metode pengendalian. Metode penyemprotan dengan sistem terjadwal lebih disukai dan dipilih petani. Umumnya petani tidak mempunyai informasi yang baik atau pengetahuan yang sedikit tentang program Pengelolaan Hama Terpadu.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih di temui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis (Sumarni dan Achmad, 2005).

Tanaman bawang merah berasal dari Syria, beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan (Rismunandar, 1986). Sekitar abad VIII tanaman bawang merah mulai menyebar ke wilayah Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol. Kemudian, menyebar luas ke dataran Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara (Singgih, 1991). Pada abad XIX bawang merah

telah menjadi salah satu tanaman komersial diberbagai negara didunia. Negara – negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA,

Rumania, Italia, Meksiko, dan Texas (Rahmat, 1994).

Di Indonesia, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah adalah Cirebon, Brebes, tegal, Kuningan, Wates (yogyakarta), Lombok Timur,


(15)

dan Samosir (Sunarjono dan Soedomo, 1989). Pada tahun 2010, total produksi bawang merah petani Indonesia sekitar 1.048.228 ton (Biro Pusat Statistik, 2010). Produktivitas hasil bawang merah tersebut dipandang masih rendah karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 20 ton/ha. Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya yang baik (Sumarni dan Ahmad, 2005).

Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah sebesar 3,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (3,5%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan dengan komponen produktivitas (0,4%). Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di Indonesia. Propinsi penghasil utama (luas areal panen > 1 000 hektar per tahun) bawang merah diantaranya adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogya, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan. Kesembilan propinsi ini menyumbang 95,8% (Jawa memberikan kontribusi 75%) dari produksi total bawang merah di Indonesia pada tahun 2003 (Litbang, 2011).

Bawang merah merupakan salah satu sayuran yang nilai ekonominya tinggi. Pengembangan bawang merah banyak menghadapi kendala diantaranya adalah serangan hama dan penyakit (Liptan, 2001). Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang memiliki nama latin Spodoptera exigua. Hama ini ditemukan hampir diseluruh sentra produksi bawang merah. kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100% tergantung pengelolaan budidaya rendah (iklim kering). Sedangkan penyakit


(16)

biasanya ditemukan didaerah dataran tinggi yang selalu lembab.

Jenis penyakit yang sering ditemukan dipertanaman bawang merah adalah penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum), penyakit

Antraknose (Colletotricum gloeosporioides), dan penyakit Bercak Ungu (Alternaria porii) (Nurjanani, 2011).

Bawang merah termasuk komoditas bernilai ekonomis tinggi, sehingga diusahakan dengan cara intensif dan keberadaaan hama dan penyakit merupakan faktor pembatas usaha tani bawang merah. Perihal tersebut diatas dan sifat-sifat unggul pestisida sintesis dalam pemberantasan hama dan penyakit mendorong petani untuk menggunakan pestisida pada setiap tindakan pengendalian hama dan penyakit karena petani pada umumnya beranggapan bahwa keberhasilan usaha tani mereka ditentukan oleh keberhasilan upaya pengendalian hama dan penyakit yang menurut pengalaman mereka adalah dengan pemberian pestisida. Dampak negatif penggunaan pestisida sintesis sudah dirasakan baik yang berupa timbulnya jenis hama maupun penyakit (Nur dan Ismiyati, 2007).

Indonesia merupakan negara penghasil bawang tetapi dalam peningkatan produksi para petani bawang masih mengalami kendala seperti serangan hama. Dalam pengendalian hama para petani pada umumnya beranggapan keberhasilan upaya pengendalian hama adalah dengan pemberian pestisida kimiawi. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan survei terhadap pengendalian hama yang dilakukan oleh petani bawang, mengetahu demografi, biaya petani untuk tanaman bawang merah yang mereka usahakan, serta mengetahui apakah petani telah mengetahui tentang konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu).


(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui demografi, lahan, biaya, hama, cara pengendalian hama serta pemahaman dan penerapan tentang konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman bawang merah di Kec. Simanindo, Kab. Samosir.

Hipotesa Penelitian

- Petani bawang merah di Kec. Simanindo, Kab. Samosir lebih banyak menggunakan pengendalian secara kimiawi

- Para petani di Kec. Simanindo, Kab. Samosir belum memahami tentang konsep PHT

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Departemen Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Botani Tanaman

Menurut Rukmana (1994) taksonomi tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales ( Liliaflorae) Family : Liliceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.

Bawang merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah. Sehingga tanaman bawang merah tidak tahan terhadap kekeringan (Wibowo, 1999).

Beberapa helai kelopak daun terluar tipis dan mengering. Kelopak yang menipis ini membungkus lapisan kelopak daun yang ada didalamnya yang membengkak. Bagian atas bengkakan mengecil kembali dan tetap saling


(19)

membungkus sehingga membentuk batang semu. Pada pangkal umbi

membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter) (Wibowo, 1999).

Warna daunnya hijau muda. Daun bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup mata daun yang ada di dalamnya (Wibowo, 1999).

Gambar 1.Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.) Sumber: Foto Langsung

Pada dasarnya bawang merah dapat membentuk bunga tetapi biasanya sulit menghasilkan biji. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang mempunyai benang sari dan kepala putik. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm (Wibowo, 1999).

Pembentukan biji terjadi setelah adanya proses pemanjangan tangkai tanda yang berlangsung hingga tepung sari menjadi dewasa. Dan proses ini berlangsung selama 2-3 hari. Setelah terjadi penyerbukan, dapat terbentuk biji kecil yang


(20)

ketika masih muda berwarna putih dan setelah tua akan menjadi hitam (Wibowo, 1999).

Gambar 2. Biji bawang merah (Allium ascalonicum L.) Sumber : Departemen Pertanian, 2007.

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh didaerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman in membutuhkan penyinaran matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25 – 32°C, dan kelembaban nisbi 50 – 70% (Sutarya dan Grubben, 1995).

Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi didaerah yang suhu udaranya rata – rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik daearah yang suhu udaranya lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam didaerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Dibawah suhu udara 22°C

tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh didataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar, 1986).


(21)

Di Indonesia, bawang merah dapat ditanam didataran rendah sampai ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0 – 450 m diatas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi didataran tinggi, tetapi umur tanaman menjadi lebih panjang 0,5 – 1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sutarya dan Grubben, 1995).

Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah bertekstur remah, tekstur sedang sampai liat, darinase/ aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya Glei – Humus atau Latosol (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1986).

Tanah alluvial dan latosol yang berpasir dapat juga ditanami bawang merah meskipun hasilnya tidak sebaik tanah lempung berpasir. Asalkan strukturnya tidak bergumpal dan tidak becek tentunya. Untuk tanah-tanah yang agak becek atau kadang-kadang menggenang airnya, diperlukan saluran pembuangan air yang baik. Jika pH tanah terlalu asam < 5,5 garam aluminium yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun dan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil sedangkan jika pH tanah terlalu basa maka garam mangan tidak dapat diserap oleh tanaman akibatnya umbinya menjadi kecil dan hasilnya rendah. Kalau tanahnya, tanah gambut yang pH nya dibawah 4, perlu pengapuran agar umbinya dapat besar-besar (Wibowo,1999).


(22)

Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April/ Mei setelah panen padi dan bulan Juli/ Agustus. Penanaman bawang merah pada musim kemarau biasanya dialaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu,

sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat ditanam secara tumpang sari, seperti dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben, 1995).

Hama dan Penyakit Tanaman Bawang

Hama

Serangga hama yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain sebagai berikut:

a. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.) (Lepidoptera: Noctuidae)

Gambar 3. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.)

Sumber: http://www.hmptuh.blogspot.com

Menurut Brown dan Dewhurts (1975) dalam Rauf (1999) mengatakan bahwa diantara delapan spesies dari genus Spodoptera yang diketahui, ulat grayak Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) adalah yang bersifat paling kosmopolit, yang persebarannya meliputi hampir seluruh belahan bumi kecuali Amerika Selatan. Menurut Franssen (1930) dalam Rauf (1999) di Indonesia


(23)

S. exigua merupakan salah satu hama klasik yang sering menyebabkan kegagalan panen pada pertanaman bawang merah didataran rendah di Pulau Jawa dan pada keadaan tertentu juga pada bawang daun didataran tinggi. Karena kerusakannya yang berat umumnya hanya terjadi pada tanaman bawang, maka pada penuturan selanjutnya hama S. exigua akan disebut sebagai ulat grayak bawang.

Tiap kelompok telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang

dihasilkan seekor betina sekitar 1000 butir. Telur berwarna putih,

berbentuk bulat sampai bulat telur (lonjong) dengan ukuran

sekitar 0,5 mm. Setelah 2 – 6 hari telur menetas menjadi larva (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2008).

Gambar 4. Gejala serangan Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah Sumber: Foto Langsung

Larva muda terdiri dari enam instar kadang ada juga lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis – garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 – 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (2 -5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna coklat (umumnya didataran tinggi) dengan garis kuning pada punggungnya. Setelah melalui instar akhir, larva menjatuhkan diri ketanah


(24)

tua dengan garis–garis kurang tegas dan terdapat bintik–bintik hitam. Sayap blakang berwarna keputih–putihan dan tepinya bergaris–garis hitam.

Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 – 4 minggu (Direktorat Perlindungan tanaman Hortikultura, 2008).

Tanaman inang anatara lain adalah bawang merah, bawang putih, jagung tembakau, kacang – kacangan, kentang, dan bayam. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang adalah dengan adanya lubang – lubang pada daun, mulai dari tepi daun permukaan atas atau bawah. Serangan tertinggi biasanya terjadi pada umur 5 – 8 minggu setelah tanam (Korlina, 1999).

Pengendalian dari S. exigua yaitu: a. Kultur Teknis

- Menanam varietas toleran seperti varietas Kuning dan Bima

- Penerapan pola tanam yang meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak, dan tumpang sari

- Sanitasi/ pengendalian gulma disekitar pertanaman - Pengelolaan tanah yang sempurna

- Pengelolaan air yang baik - Pengaturan jarak tanam b. Fisik/ Mekanik

- Mengumpulkan kelompok telur dan larva, terutama pada saat tanaman bawang merah berumur 7 – 35 hari kemudian dimusnahkan

- Memasang lampu perangkap

- Pemasangan perangkap feromonoid seks untuk ngengat


(25)

c. Biologi

- Menggunakan parasitoid S. Exigua seperti Telenomus spodopterae, Eriborus sinicus, Apanteles sp., Mikrosporidia SeNPV, Bacillus thuringiensis, dan Beauveria bassiana.

d. Kimia

- Menggunakan insektisida yang berbahan aktif sipermetrin deltametrin, beta siflutrin, profenofos, dan spinosad

(Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2008).

b. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza spp.) (Diptera: Agromyzidae)

Gejala daun bawang merah yang terserang berupa bintik – bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok – kelok. Serangan pada tanaman dapat terjadi sejak fase awal pertumbuhan (1 – 10 hari setelah tanam) dan berlanjut hingga fase pematangan umbi (51 – 65 hari setelah tanam). Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan kotoran sehingga menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar. Larva

penggorok daun bawang merah ini dapat masuk sampai ke umbi bawang, dan hal ini yang membedakan dengan jenis penggorok daun yang lain (Direktorat Perlindungan tanaman Hortikultura, 2008).


(26)

Gambar 5. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza spp.) Sumber: http://www. adamakna.blogspot.com

Telur berwarna putih bening, diletakkan didalam jaringan daun melalui ovipositor. Larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan, pupa berwarna kuning keemasan hingga coklat kekuningan dan umumnya ditemukan ditanah, tetapi pada tanaman bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam dari rongga daun bawang. Imago pada bagian punggung berwarna hitam dan siklus hidup pada tanaman bawang merah sekitar 3 minggu (Direktorat Perlindungan tanaman Hortikultura, 2008).

Pengendalian dari hama Liriomyza spp. antara lain: a. Kultur Teknis

- Penanaman varietas toleran, seperti varietas Philipine

- Budidaya tanaman sehat dengan pengairan cukup, pemupukan berimbang dan penyiangan gulma

- Pergiliran tanaman

- Penanaman tanaman perangkap, misalnya tanaman kacang merah b. Fisik/ Mekanik


(27)

- Pengambilan daun yang menunjukkan gejala korokan dipotong lalu dimusnahkan

- Penggunaan perangkap, seperti pemasangan kain kelambu, perangkap warna, pemasangan light trap, dan penyapuan kain dengan perekat yan diharapkan mampu mengendaliakn populasi hama

c. Biologi

- Pengendaian biologis dengan menggunakan parasitoid Hemiptarsenus varicornis, Opius sp., dan menggunakan predator Coenosia humilis

d. Kimia

- Aplikasi pestisida kimia yang berbahan aktif Kartap hidroksida (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2008).

Gambar 6: Gejala serangan Liriomyza chinensis pada tanaman bawang merah

Sumber: Foto Langsung

c. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) (Lepidoptera: Noctuidae)

Menurut Kalshoven (1981) serangan menyebabkan batang tanaman muda menjadi terpotong karena ulat memotong batang satu demi satu sehingga tanaman


(28)

menjadi rebah. Tanaman inangnya adalah kapas, tomat, jagung, kubis, buncis, rosela, bawang, kacang tanah, jeruk, kopi, kentang, dan rumput – rumputan. Gejala juga terlihat paa pangkal batang yang menunjukkan bekas gigitan ulat,

pangkal batang terpotong – potong, batang rebah, batang rusak dan bercereran (Sasmito, 2010).

Gambar 7. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

Sumber: http://www. adamakna.blogspot.com

Larva pada siang hari berada didalam tanah, sedangkan pada malam hari menyerang tanaman. Larva berwarna hitam, kelabu suram, atau coklat. Panjang larva 30 – 35 mm. Mengalami 4 – 5 kali instar. Lama stadium larva sekitar 18 hari. Pupa berada beberapa inci dibawah tanah dan stadium pupa lamanya 5 – 6 hari. Ngengat mempunyai sayap depan berwarna coklat dengan garis – garis berombak, rentangan sayap 40 – 59 mm. Ngengat betina dapat bertelur 500 –

2000 butir. Bentuk telur oval, warna putih, diletakkan pada rumput

atau gulma dibagian pangkal batang atau daun. Telur menetas

sekitar 6 hari (Kalshoven, 1981).

Pengendalian dari Agrotis ipsilon antara lain pengendalian secara alami

dengan menggunakan parasit tabuhan Apanteles rufricus (Hymenoptera: Braconidae), Enicospilus dolosus (Hymenoptera: Ichneumonidae), lalat tachinid


(29)

tritaxys brauer, dan Cuphochera varia (Diptera: Tachinidae). Cendawan patogen yang juga dapat memarasit ulat tersebut adalah Botrytis dan Metharizium. Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida tanah formulasi WP, SP, atau G (granular) dengan cara pencelupan bibit (rizoma) dan ditanam didalam lubang atau disebar dengan bahan aktif insektisida yang dianjurkan terhadap hama sasaran yang bersifat selektif dan aman (Kalshoven, 1981).

d. Hama Putih atau Trips (Thrips tabaci) (Thysanoptera: Terebrantia)

Hama trips dapat menyerang tanaman bawang merah sejak fase

pertumbuhan vegetatif (11 – 35 hst) sampai dengan fase pematangan umbi (51 – 65 hst). Serangan berat dapat mengakibatkan umbi saat panen kecil dengn

kualitas rendah. Trips dapat dijumpai pada umbi saat panen, sehingga dapat

terbawa ke tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah (Direktorat Perlindungan tanaman Hortikultura, 2008).

Gambar 8. Trips

Sumber: http://www. hydroponicsdictionary.com

Gejala yang disebabkan trips yaitu terdapat noda pada daun yang berwarna putih mengkilat seperti perak, seluruh daun brwarna putih jika sudah parah, dan umbi berukuran kecil (Sasmito, 2010).


(30)

Nimfa dan trips dewasa menyerang tanaman dengan cara menusuk jaringan daun dan menghisap cairan selnya, terutama daun yang muda. Serangan berat biasanya terjadi pada cuaca hujan rintik – rintik dan suhu udara diatas normal dengan kelembaban udara diatas 70%. Tanaman terserang berat, seluruh daun berwarna putih, sehingga disebut hama putih. Inang dari trips berupa tanaman sayuran selain bawang antara lain cabai, kentang, kubis, tomat, brokoli, wortel, kubis bunga, bayam, mentimun, bawang putih, waluh. Tanaman lain selain sayuran diantaranya adalah kapas, kacang – kacangan, melon, pepaya, nenas, dan tembakau (Direktorat Perlindungan tanaman Hortikultura, 2008).

Pengendalian Trips antara lain: a. Kultur Teknis

- Penyiraman tanaman bawang yang terserang pada siang hri untuk menurunkan suhu disekitar pertanaman dan menghilangkan nimfa trips yang menempel pada daun

b. Fisik/ Mekanik

- Penggunaan mulsa plastik - Penggunaan perangkap

- Menanam tanaman penghalang, misalnya jagung c. Biologi

- Pemanfaatan musuh alami seperti predator Coccinella sp., patogen serangga Beauveria bassiana, Aspergillus sp.

d. Kimia


(31)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 1539 - 1630 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Maret 2012.

Bahan dan Alat

Bahan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani bawang merah, PPL (Petugas Penyuluh Lapangan), dan kepala desa.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kuisioner.

Metode Survei

Survei tentang pengendalian hama pada petani bawang merah menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data yang meliputi demografi, lahan, biaya, hama, dan PHT menggunakan teknik survei dan observasi langsung pada lokasi sentra produksi bawang merah di Kec. Simanindo Kab. Samosir. Pengumpulan data dilakukan terhadap 100 responden yang merupakan petani bawang merah dengan luas lahan yang dimiliki minimum 0 – 500 m2 untuk setiap petani. Penelitian dilaksanakan di lima sentra produksi bawang merah di Simanindo, yaitu desa Dos Roha, Sihusapi, Simanindo, Cinta Dame, Dan Simarmata dan dari masing – masing desa ditetapkan 20 responden.


(32)

Survei pendahuluan dilakukan satu bulan sebelum penelitian dilaksanakan. Survei lahan dilakukan untuk mengetahui luas tanaman dan jumlah responden.

Luas lahan pertanaman bawang merah di Kecamatan Simanindo 1.139 Ha dengan jumlah penduduk 19.860 jiwa dan 40% adalah petani bawang merah (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2008).


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Demografi

Jumlah petani bawang merah yang menjadi responden adalah sebanyak 100 orang responden, yang terdiri dari 75 orang (75%) berjenis kelamin laki – laki dan 25 orang (25%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini didapat dari data dilapangan dimana lebih banyak laki – laki yang menjadi petani di Kecamatan Simanindo, walaupun perempuan juga ikut ambil bagian dipertanaman bawang merah.

Gambar 9. Diagram Jenis Kelamin Responden

Umumnya petani bawang merah berumur antara 41 – 50 tahun (35%), berumur 51 – 60 tahun (28%), brumur 61 – 70 tahun (14%), berumur 31 – 40 tahun (11%), berumur 21 – 30 (6%), dan berumur 71 – 80 tahun (6%). Umur 41 – 50 tahun lebih banyak karena pengalaman menanam bawang dan lama tinggal didesa tersebut menjadi faktor penentu. Pertanaman bawang yang mereka kelola merupakan lahan yang telah turun – temurun. Mereka merasa lebih paham dan mampu dengan baik mengolah pertanaman dengan pengalaman yang mereka dapat di usia antara 41 – 50 tahun tersebut.


(34)

Gambar 10. Diagram Umur Responden

Petani bawang merah umumnya berpendidikan SLTP (29%) , selain itu ada yang berpendidikan SLTA (23%), tamat SD (36%), SD tidak tamat (5%), tidak mempunyai pendidikan (5%), dan hanya sebagian kecil patani yang berpendidikan sarjana S1 (1%). Hal ini dikarenakan dari survey yang dilakukan hampir rata – rata warga di Kecamatan Simanindo hanya mengenyam bangku pendidikan SLTP yang disebabkan karena faktor ekonomi yang sangat rendah serta kemauan untuk mengetahui tentang pendidikan juga sangat rendah.

Gambar 11. Diagram Pendidikan Responden

Petani bawang Merah yang didata bermukim di desa Dos Roha (20%), desa Simarmata (20%), desa Sihusapi (20%), desa Cinta Dame (20%), dan desa


(35)

Simanindo (20%). Hal ini sesuai pengambilan sampel yang dilakukan dengan 100 orang responden.

Gambar 12. Diagram Alamat Desa Responden

Suku bangsa responden yang didata yaitu Suku Batak Toba (100%). Hal ini karena memang Kecamatan Simanindo merupakan tanah batak dan telah diketahui bahwa memang penduduk yang bermukim disana merupakan suku batak.

Gambar 13. Diagram Suku Bangsa Responden

Sebagian petani responden telah tinggal didesa antara 41 – 50 tahun (27%), 51 – 60 tahun (19%), 31 – 40 tahun (15%), 61 – 70 tahun (14%), 21 – 30 tahun (9%), 11 – 20 tahun (7%), 71 – 80 tahun (6%), dan 1 – 10 tahun (3%). Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka merupakan warisan turun – temurun dari orang tua yang selanjutnya tetap meneruskannya. Penduduk juga lebih senang


(36)

tetap tinggal disana karena juga menyesuaikan keahlian mereka yang hanya mampu bertani.

Gambar 14. Diagram Lama tinggal Responden

Berdasarkan pengalaman umumnya petani telah cukup berpengalaman, sebagian besar petani telah berpengalaman antara 21 – 30 tahun (26%), 1 – 10 tahun (19%), 11 – 20 tahun (18%), 31 – 40 tahun (17%), 41 – 50 tahun (15%), dan 51 – 60 tahun (5%). Hal ini dikarenakan menanam bawang merupakan kebiasaan turun – temurun dari dulu yang menyebabkan mereka memiliki pengalaman yang cukup lama dengan tanaman bawang merah.


(37)

2. Lahan

Luas lahan keseluruhan dari masing – masing para responden antara lain ≥ 3000 m2 (24%), 0 – 1000 m2 (19%), 1500 – 2000 m2 (17%), 2000 – 2500 m2 (16%), 2500 – 3000 m2 (12%), dan 1000 – 1500 m2 (12%). Lahan yang mereka miliki tersebut merupakan warisan turun – temurun yang tetap dikelola dengan baik. Dilahan yang mereka punya tersebut juga terdapat beberapa tanaman selain tanaman bawang merah, yaitu jagung dan kopi.

Gambar 16. Diagram Luas Lahan Keseluruhan Responden

Luas lahan penanaman bawang merah sebagian besar ≥ 1500 m 2 (32%), 0 – 500 m2 (25%), 500 – 750 m2 (13%), 750 – 1000 m2 (13%), 1000 – 1250 m2

(13%), dan 1250 – 1500 m2 (4%). Luas lahan penanaman bawang merah terlihat lebih sedikit dari jumlah luas lahan keseluruhan karena hampir bisa diketahui bahwa bawang merah tidak mampu lagi menyokong kenaikan serta pendapatan yang diperoleh petani. Terlalu banyak hambatan dalam penaman bawang merah yang memang paling banyak dari serangan hama dan penyakit. Tapi walaupun begitu, petani tetap menyediakan lahan walau hanya sedikit untuk pertanaman bawang merah karena mereka tetap mempertahankan pengetahuan masyarakat


(38)

luas selama ini bahwa Kabupaten Samosir, terutama Kecamatan Simanindo merupakan sentra produksi bawang merah di Sumatera Utara.

Gambar 17. Diagram Luas Lahan Pertanaman Bawang Merah Responden

Jenis tanaman yang ditanaman pada musim tanam lalu antara lain bawang merah (64,2%), jagung (12,1%), kacang tanah (12,1%), kopi (6,1%), cabe merah (2,0%), tomat (1,3%), kacang hijau (1,3%), dan cabe rawit (0,7%).

Gambar 18. Diagram Jenis Tanaman Pada Musim Tanam Lalu

Perawatan tanaman bawang merah sepenuhnya dilakukan oleh petani bawang merah tersebut (100%). Perawatan memang merupakan hal yang harus dilakukan petani agar tanaman yang mereka kelola mampu menghasilkan


(39)

produksi yang baik. Petani memilih melakukan perawatan sendiri karena memang bertani merupakan mata pencaharian mereka sehingga mampu dari pagi hingga sore tetap berada di areal pertanaman dan melakukan perawatan. Dari segi ekonomi yang dilihat, responden juga berasal dari kelas ekonomi menengah kebawah yang menyebabkan mereka juga tidak mampu mengupah orang lain agar bekerja di lahan mereka.

Gambar 19. Diagram Perawatan Tanaman Bawang Merah

3. Biaya (Pengeluaran dan Pendapatan)

Dalam penghitungan biaya yang meliputi pengeluaran dan pendapatan, digolongkan berdasarkan luas lahan pertanaman bawang merah responden, antara lain:

1. 0 – 500 m 2. 500 – 750 m

2

3. 750 – 1000 m 2

4. 1000 – 1250 m 2

5. ≥ 1250 m 2


(40)

Data dari hasil survei petani bawang merah, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit bawang merah dipertanaman dengan luas lahan 0 – 500 m2 adalah

Rp. 100.000, luas lahan 500 – 750 m2 adalah Rp. 150.000, luas lahan 750 – 1000 m2 adalah Rp. 200.000, luas lahan 1000 – 1250 m2 adalah Rp. 250.000, dan untuk luas lahan ≥ 1250 m 2

Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perawatan dipertanaman bawang merah yang meliputi:

adalah Rp. 300.000. Hasil ini disesuaikan dengan keterangan dari petani yang menyatakan bahwa untuk 1 Ha pertanaman, dibutuhkan 1000 kg bibit bawang merah dengan harga bibit/ kg senilai Rp. 20.000. Hal ini sesuai dengan literatur Sumarni dan Ahmad (2005) yang menyatakan bahwa banyaknya umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat umbi bibit. Kebutuhan umbi bibit untuk setiap hektarnya berkisar antara 600 – 1200 kg. Tapi, dari penelitian yang didapat yaitu harga pembelian terlihat tidak signifikan karena memang di Kecamatan Simanindo lebih banyak petani yang menggunakan bibit hasil dari pertanaman mereka sendiri sehingga petani tidak mengeluarkan terlalu banyak biaya dan biaya yang dikeluarkan hanya untuk menambah pembeliaan bibit yang tidak mampu mencukupi luas pertanaman mereka.

a. Pupuk

Biaya pembelian pupuk untuk luas lahan 0 – 500 m2 adalah Rp. 150.000, luas lahan 500 – 750 m2 adalah Rp. 175.000, luas lahan 750 – 1000 m2 adalah Rp. 200.000, luas lahan 1000 – 1250 m2 adalah Rp. 225.000, dan luas lahan ≥ 1250 m2 adalah Rp. 250.000. Didapat bahwa biaya pembelian pupuk untuk luas lahan 400 m2 adalah Rp. 150.000, biaya ini sangat minimal karena memang


(41)

kemampuan ekonomi petani yang sangat rendah. Mereka juga alebih banyak memakai pupuk kandang yang berasal dari kotoran lembu sehingga lebih meminimalkan biaya pembelian pupuk.

b. Pestisida

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli pestisida dengan luas lahan 0 – 500 m2 adalah Rp. 310.000, luas lahan 500 – 750 m2 adalah Rp. 465.000, luas

lahan 750 – 1000 m2 adalah Rp. 620.000, luas lahan 1000 – 1250 m2 adalah Rp. 775.000, dan luas lahan ≥1250 m 2

c. Lahan

adalah Rp. 930.000. Biaya yang dikeluarkan petani cukup besar, apalagi melihat lahan pertanaman bawang merah mereka yang tidak terlalu luas. Hal ini dikarenakan petani hanya mengetahui dan percaya terhadap teknik pengendalian secara kimia. Mereka merasa pengendalian secara kimia merupakan pengendalian yang efektif karena mereka dapat melihat langsung hama dapat dikendalikan dengan waktu cepat yang hanya berkisar 1 hari dari aplikasi. Petani juga memiliki wawasan yang sangat sempit tentang pengendalian yang lain, hal ini dikarenakan faktor pendidikan yang dimiliki responden sangat kurang sehingga sulit untuk memahami dan menerima respon positif dan teknik lain yang lebih baik daripada menggunakan pengendalian secara kimia. Pengendalian secara kimia juga merupakan pengendalian yang tetap dilakukan petani di Kecamatan Simanindo.

Biaya untuk lahan hampir tidak ada karena lahan yang digunakan untuk pertanaman bawang merah merupakan lahan pribadi atau lahan milik orang lain tapi mereka tidak dipungut untuk membayar biaya sewa karena lahan tersebut adalah lahan dari kerabat mereka. Di Kecamatan Simanindo hubungan


(42)

kekeluargaan sangat dijunjung tinggi dan hampir semua penduduk memiliki hubungan kekerabatan sehingga biaya untuk penyewaan lahan tidak ada.

Hasil produksi tanaman bawang merah untuk luas lahan 0 – 500 m2 dan 500 – 750 m2 adalah 101 – 200 kg, luas lahan 750 – 1000 m2 adalah 300 – 400 kg, luas lahan 1000 – 1250 m2 adalah 400 – 500 kg, dan ≥ 1250 m2

Tanaman bawang merah akan layu dan akhirnya mati mendadak dengan warna daun menjadi kecoklatan. Penggabungan antara faktor iklim dan serangan penyakit sangat baik sehingga penyakit A. porii dapat menyebar dengan cepat. Penyakit ini pun dapat perkembang dengan cepat karena merupakan patogen tular tanah yang penyebarannya dengan air hujan yang mampu menyebarkan penyakit dengan cepat. Penyebaran penyakit juga secara keseluruhan dan mampu menyebabkan seluruh pertanaman terserang. Hal ini sesuai dengan literatur Admin (2012) yang menyatakan bahwa Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai

adalah 600 – 800 kg. Hasil ini tidak signifikan karena produksi sangat rendah akibat faktor lingkungan, iklim, dan serangan hama dan penyakit. Keadaan iklim di Kecamatan Simanindo sangat tidak menentu dimana mampu terjadi hujan yang sangat mendadak dan pertanaman bawang merah yang tidak disiram menggunakan air secara langsung setelah hujan reda dapat mengakibatkan timbulnya penyakit bercak ungu (Alternaria porii) pada tanaman bawang merah.


(43)

berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman.

Harga jual bawang merah/kg berbeda – beda tiap desa dan disesuaikan dengan bentuk dari hasil panen bawang merah tersebut. Pada desa Dos Roha dan Sihusapi, harga jual bawang merah/ kg yaitu Rp. 1000 – 2000, desa Simarmata dan Simanindo Rp. 3000 – 5000, dan desa Cinta Dame Rp. 5000 – 6000. Harga jual bawang merah yang berbeda – beda ditiap desa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah pemasaran dari bawang merah. Biasanya petani lebih banyak menjual hasil ke para agen pengumpul yang mereka rasa lebih memudahkan pemasaran daripada harus menjual kepasar lokal.

Kualitas bawang yang dihasilkan juga berbeda – beda, desa yang produksi terbaiknya berasal dari desa Cinta Dame. Petani didesa tersebut lebih peduli dan lebih memperhatikan pertanaman mereka. Mereka juga dapat pelatihan dari PPL setempt yang membuat tanaman mereka lebih baik dari desa lainnya. Tekstur desa Cinta Dame juga baik karena berdekatan dengan pinggiran danau Toba sehingga tanaman bawang mampu menyerap air dengan baik dan datarannya lebih rata daripada desa lainnya sehingga tanaman bawang merah juga mampu tumbuh dengan baik.

Total pendapatan dari produksi tanaman bawang merah dengan luas lahan 0 – 500 m2 adalah Rp. 525.000 – 600.000, luas lahan 500 – 750

m2 dan 750 – 1000 m2 adalah Rp. 700.000 – 1.200.000, luas lahan 1000 – 1250 m2 dan ≥ 1250 m2

Hasil panen dari tanaman bawang merah dipasarkan ke agen pengumpul (91%) dan ke pasar lokal (9%).


(44)

Gambar 20. Diagram Pemasaran Hasil Panen

6. Hama

Dari hasil pengamatan, hama yang menyerang tanaman bawang merah yaitu Spodoptera exigua (19,8%), Agrotpis ipsilon (12,2%), Thrips sp.(7,4%), Liriomyza spp.(0,8%).

Gambar 21. Diagram Hama yang Mengganggu Tanaman Bawang Merah

Dari 4 jenis hama yang menyerang tanaman bawang merah di Kec. Simanindo, Spodoptera exigua merupakan hama yang paling menurunkan produksi. Hal ini sesuai dengan literatur (Nurjanani dkk, 2004) yang menyatakan bahwa hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat


(45)

daun yang memiliki nama latin Spodoptera exigua. Hama ini ditemukan hampir diseluruh sentra produksi bawang merah. kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,80% sampai 100% tergantung pengelolaan budidaya rendah (iklim kering).

Larva juga menyerang tanaman muda sehingga mampu menurunkan produksi dan menyebabkan serangan 100% karena menyerang pada fase vegetatif dari tanaman. Dalam Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura (2008) menyatakan bahwa ulat bawang menyerang tanaman sejak fase pertumbuhan awal (1 – 10 hst) sampai dengan fase pematangan umbi (51 – 65 hst). Ulat muda (instar 1) segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk kedalam daun bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian epidermis luar sehingga mampu membuat daun terkulai.

Metode yang digunakan petani di Kec. Simanindo untuk pengendalian hama dipertanaman bawang merah adalah menyemprot insektisida yang mengandung zat kimia (100%). Penyemprotan dilakukan dengan sistem jadwal, dimana petani akan menyemprot insektisida sebelum hama muncul dipertanaman mereka. Hal ini lebih memudahkan petani untuk tetap merasa aman akan pertanaman mereke, karena mereka merasa tiap hama yang muncul walaupun belum mencapai ambang ekonomi harus segera dilakukan pengendalian secara kimia. Lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu bagi petani.


(46)

Di Kec. Simanindo, petani lebih memilih kerja produk pestisida yang dapat mengendalikan hama secara langsung (kontak) (100%) dengan hanya memakan waktu 1 hari saja. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Nur dan Ismiyati (2007) yang menyatakan bahwa Bawang merah termasuk komoditas bernilai ekonomis tinggi, sehingga diusahakan dengan cara intensif dan keberadaaan hama dan penyakit merupakan faktor pembatas usaha tani bawang merah. Perihal tersebut diatas dan sifat-sifat unggul pestisida sintesis dalam pemberantasan hama dan penyakit mendorong petani untuk menggunakan pestisida pada setiap tindakan pengendalian hama dan penyakit karena petani pada umumnya beranggapan bahwa keberhasilan usaha tani mereka ditentukan oleh keberhasilan upaya pengendalian hama dan penyakit yang menurut pengalaman mereka adalah dengan pemberian pestisida. Dampak negatif penggunaan pestisida sintesis sudah dirasakan baik yang berupa timbulnya jenis hama maupun penyakit.

Gambar 23. Diagram Cara Kerja Produk Insektisida

Petani bawang merah di Kec. Simanindo melakukan penyemprotan dipertanaman mereka pada pagi hari (77%) dan pada sore hari (23%). Alat penyemprot yang digunakan adalah Knapsack Spayer. Penyemprotan juga dilakukan lebih banyak pada pagi hari karena pada waktu sore hari sering terjadi hujan mendadak yang membuat petani merasa tidak akan berguna jika tetap menyemprot.


(47)

Gambar 24. Diagram Waktu Penyemprotan

Interval (banyak penyemprotan) yang dilakukan petani pada satu musim tanam pada tanaman bawang merah 6 – 9 kali penyemprotan (46%), 3 – 5 kali penyemprotan (29%), 10 – 12 kali penyemprotan (24%), dan 0 – 2 kali penyemprotan (1%). Insektisida yang digunakan oleh petani hanya Curacron 500 EC pada setiap musim tanam bawang merah. Alasan petani menggunakan hanya insektisida ini karena Curacron 500 EC tidak mudah tercuci oleh air hujan sehingga sangat cocok untuk keadaan cuaca Kec. Simanindo yang sering sekali hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2012) yang menyatakan bahwa insektisida racun lambung dan kontak yang berspektrum luasdan dapat mengendalikan berbagai jenis hama serangga mulai dari kutu daun sampaiulat pada tanaman bawang merah, cabai,jeruk, kacang hijau, kapas, kentang, kubis,semangka, tebu, tembakau, dan tomat. Mudahterserap oleh jaringan tanaman dengan demikianmampu mengendalikan hama yang tersembunyi di balik daun. Efek translaminar ini membuat insektisida dengan bahan aktif profenofos 500g/l sangat efektif dalam mengendalikan hama secara tuntas selain itu tidak mudah tercuci oleh air hujan (rainfast).


(48)

Gambar 25. Diagram Interval Penyemprotan Pada Satu Musim Tanam

Dosis insektisida pada saat pencampuran sama dengan label (50%), dosisnya, dosisnya kira – kira (tidak tentu) (49%), dan tidak ada takaran (1%). Petani hanya berpatokan sesuai dengan saran dari penjual pestisida. Takarannya kira – kira 1 tutup botol dari pestisida dicampur dengan 10 liter air yang memang sesuai dengan knapsack sprayer yang mereka gunakan.

Gambar 26. Diagram Dosis Pencampuran

Tingkat keampuhan dari insektisida yang digunakan petani bawang merah 61 – 80 % (73%), 81 – 100 % (26%), dan 0 – 20 % (1%). Mereka sangat percaya

dengan insektisida yang berbahan aktif profenofos karena memang ampuh mengendalikan hama dari ordo lepidoptera atau yang mereka sebut sebagai ulat


(49)

bawang. Insektisida dengan bahan aktif tersebut juga bersifat kontak dan tahan terhadap cucian hujan.

Gambar 27. Diagram Tingkat Keampuhan Insektisida

Pengetahuan petani tentang insektisida berasal dari beberapa sumber, diantaranya:

a. Keterangan dari Pengecer/ distributor insektisida


(50)

b. Koran

Gambar 29. Diagram Sumber Informasi Dari Koran

c. Majalah


(51)

d. Hasil Percobaan/ demonstrasi (demplot)

Gambar 31. Diagram Sumber Informasi Dari Hasil Percobaan/ demonstrasi (demplot)

e. Petani Lain Didekat Pertanian Saya

Gambar 32. Diagram Sumber Informasi Dari Petani Lain Didekat Pertanian Saya


(52)

f. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

Gambar 33. Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

g. Iklan di Televisi


(53)

h. Iklan di Radio

Gambar 35. Diagram Sumber Informasi Dari Iklan di Radio

Label Pada Produk Pestisida


(54)

Petugas Lapangan Produsen Insektisida

Gambar 37. Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Lapangan Produsen Insektisida

Kelompok Tani


(55)

Barang – Barang Promosi (Kaos, Tas, Korek, dll)

Gambar 39. Sumber Informasi Dari Barang – Barang Promosi (Kaos, Tas, Korek, dll)

7. PHT (PENGENDALIAN HAMA TERPADU)

Dari survei yang dilakukan, petani bawang merah yang mengetahui tentang PHT (53%), dan kurang mengetahui tentang PHT (47%). Hal ini dikarenakan, dua dari lima desa yaitu Sihusapi dan Dos Roha belum memiliki PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) yang memmang bertugas membantu petani agar mewujudkan pertanian yang lebih baik dan mampu membimbing petani dalam pemeliharaan serta memberikan penyuluhan kepada petani.


(56)

Gambar 40. Diagram Pengetahuan Petani Tentang PHT

Sumber informasi PHT berasal dari Langsung dari Petugas Dinas Pertanian (PPL) (42 %), Media massa (Radio, Televisi, Surar Kabar) (40 %), dan dari Petani Lain (18 %).

Gambar 41. Diagram Sumber Informasi PHT

Pelatihan PHT yang diperoleh oleh petani kurang mencukupi (40 %), cukup (36 %), sangat cukup (15%), memadai (9 %). Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga PPL dan penyuluhan juga baru dilaksanakan 1 tahun belakangan ini. Petani merasa kurang mencukupi juga karena belum adanya demonstrasi dari petugas untuk membuat lahan pertanaman mereka jauh lebih


(57)

baik. PPL juga sedang berusaha membuat demonstrasi plot (demplot) yang bertujuan untuk membuktikan bahwa pelatihan yang selama ini mereka lakukan memang mampu membuat pertanaman bawang mereka jauh lebih baik.

Gambar 42. Manfaat Pelatihan PHT

Lama penerapan sistem PHT pada pertanaman bawang merah kurang dari 1 tahun (63 %), dan antara 1 – 5 tahun (37 %).


(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Umumnya petani di Kabupaten Samosir adalah petani bawang merah

2. Hama yang paling umum dijumpai pada pertanaman bawang merah adalah Spodoptera exigua, Agrotis ipsilon, Thrips sp, Liriomyza spp.

3. Semua petani (100%) lebih menyukai insektisida kimia sebagai metode pengendalian

4. Insektisida yang dipakai para petani bawang merah di Kec. Simanindo adalah insektisida yang berbahan aktif profenofos

5. Umumnya petani tidak mempunyai informasi yang baik atau pengetahuan yang sedikit tentang program Pengelolaan Hama Terpadu.

Saran

Perlu dilakukan penyuluhan terhadap petani tentang program Pengelolaan Hama Terpadu untuk mengurangi penggunaan pestisida kimiawi.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2008. Kecamatan Simanindo Dalam Angka, Simanindo in Figure. Balai Pusat Statistik, Kabupaten Samosir. Biro Pusat Statistik, 2010. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi 2006 –

2010. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.

Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2008. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Sayuran Prioritas. Direktorat Jendral Hortikultura, Jakarta.

Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. Rev. By Van Der Laan. Ichtiar Bani – Van Boeve, Jakarta.

Korlina, E. 1999. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Bawang Putih. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Timur.

Liptan, 2001. Hama Dan Penyakit Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Karangploso.

Litbang, 2011. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah.

Diunduh dari

2011.

Nurjanani, 2001. Identifikasi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Bone. Suara Perlindungan Tanaman 1(4).

Nur, S dan Ismiyati, 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Waktu Aplikasi Jamur Antagonis Tricoderma spp. sebagai Pengendalian Layu Fusarium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. J. Agrijati 6(1).

Rahmat, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.

Rauf, A. 1999. Dinamika Populasi Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Pertanaman Bawang Merah di

Dataran Rendah. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan II (2): 39 – 47. Rismunandar, 1986. Membudidayakan Lima Jenis Bawang. Sinar Baru,


(60)

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.

Sasmito, 2010. Aplikasi Sistem Pakan Untuk Simulasi Diagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah dan Cabai Menggunakan Forward Chaining dan Pendekatan Berbasis Aturan. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Singgih, W. 1991. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sunarjono, H dan P. Soedomo, 1989. Budidaya Bawang Merah (A. ascalonicum L.). Sinar Baru, Bandung.

Sumarni, N dan Ahmad, H. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sutarya, R dan G. Grubben. 1995. Perdoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Balai Penelitian Hortikultura, Lembang.

Wibowo, S. 1999. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.


(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah

A. DEMOGRAFI

A1. Nama Responden : _________________ A2. Umur : _________ tahun

A3. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan

A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat

(3) SD (4) SLTP

(5) SMA (6) D1 – D3

(7) S1 (8) S2

A5. Alamat Pos : __________________

Desa : ___________________________________

___________________________________ A6. Suku Bangsa :____________________________________ A7. Lama tinggal di desa yang bersangkutan : ________ tahun A8. Pengalaman menanam tanaman bawang merah : ________ tahun

B. LAHAN

B1. Berapa luas lahan Anda? (1) 0 – 1000 m

(2) 1000 – 1500 m 2

(3) 1500 – 2000 m 2

(4) 2000 – 2500 m 2

(5) 2500 – 3000 m 2


(62)

(6) ≥ 3000 m

B2. Berapa luas lahan pertanaman bawang merah Anda? 2

(1) 0 – 500 m (2) 500 – 750 m

2

(3) 750 – 1000 m 2

(4) 1000 – 1250 m 2

(5) 1250 – 1500 m 2

(6) ≥ 1500 m 2

B3. Apakah jenis tanaman yang Anda tanam pada musim tanam lalu? 2

NO JENIS TANAMAN

B4. Siapa yang biasanya melakukan perawatan pada tanaman Anda?

Anda sendiri 1

Buruh tani Anda 2

Diborongkan ke orang lain 3

Lain – lain (jelaskan) 4

C. BIAYA (PENGELUARAN DAN PENDAPATAN)

C1. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk membeli bibit dipertanaman Anda?

_____________________________________

C2. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan perawatan dipertanaman Anda?

(1) Pupuk : __________________________ (2) Pestisida : __________________________ (3) Lahan : __________________________


(63)

C3. Hasil produksi tanaman bawang merah Anda? ____________ kg

C4. Harga jual bawang merah/kg? ___________ kg

C5. Total pendapatan dari produksi tanaman bawang merah? ___________

C6. Hasil panen Anda dpasarkan kemana?

Luar negeri/ ekspor 1

Perusahaan/ pabrik 2

Agen/ pedagang pengumpul 3

Pasar lokal 4

Lainnya: 5

D. HAMA

D1. Hama atau serangga apa saja yang mengganggu tanaman Bawang merah Anda?

NO HAMA

D2. Dari hama atau serangga ini, manakah yang paling menurunkan produksi? __________________________________________________

D3. Bagian mana dari tanaman Anda yang diserang oleh hama?


(64)

D4. Metode/ cara pengendalian apakah yang biasa Anda gunakan untuk membasmi hama atau serangga di tanaman Anda?

1 Menyemprot insektisida yang mengandung zat kimia

2 Menyemprot produk – produk biologis/ alami (ekstrak tumbuhan, spora jamur, bakteri, dll)

3 Menggunakan serangga yang menguntungkan

4 Menggunakan cara mekanis (digunting, dipotong, umpan, dll) 5 Lainnya (catat)

D5. Apa yang biasanya Anda lakukan jika Anda ingin mengendalikan hama serangga di tanaman Anda?

1 Menyemprot insektisida sebelum hama serangga mulai muncul (sistem jadwal)

2 Menyemprot insektisida ketika hama mulai mencapai jumlah tertentu (Sistem pengendalian hama terpadu)

3 Tidak tahu

D6. Cara kerja produk insektisida yang bagaimana yang Anda sukai untuk mengendalikan hama pada pertanaman bawang merah Anda?

NO CARA KERJA

1 Sistemik 2 Kontak 3 Tidak Tahu

D7. Menurut Anda, berapa hari kerja suatu insektisida diharapkan masih efektif/ ampuh?

___________ hari

D8. Kapan penyemprotan dilakukan pada pertanaman bawang merah Anda? (1) Pagi

(2) Sore

D9. Alat penyemprot Anda berupa? _______________

D10. Berapa interval (banyak penyemprotan) yang Anda lakukan pada satu musim tanam pada tanaman bawang merah Anda?

_______________

D11. Dapatkah Anda sebutkan 5 jenis insektisida yang Anda gunakan pada satu musim tanam saat ini?


(65)

No. Jenis Insektisida Musim Tanam Saat ini 1 2 3 4 5

D12. Dapatkah Anda sebutkan 5 jenis insektisida yang Anda gunakan pada satu musim tanam yang lalu?

No. Jenis Insektisida Musim Tanam Yang Lalu 1

2 3 4 5

D13. Pada saat pencampuran, dosis yang Anda gunakan sama seperti label produk yang bersangkutan?

(1) Sama dengan label (2) Setengah dosis label

(3) Dosisnya kira – kira (tidak tentu) (4) Tidak ada takaran

D14. Berapa persenkah (%) tingkat pengendalian/ keampuhan yang biasanya Anda dapatkan dari obat hama atau insektisida yang Anda gunakan?

__________________

D15. Diantara sumber – sumber informasi dibawah, manakah yang paling mempengaruhi Anda dalam pemilihan insektisida untuk tanaman Anda? Sumber informasi Sangat

Tidak Berpen garuh Tidak Berpen garuh Belum tentu berpeng aruh berpeng aruh Sangat berpen garuh Keterangan dari pengecer/

distributor insektisida

1 2 3 4 5

Koran 1 2 3 4 5

Majalah 1 2 3 4 5

Hasil percobaan/ demonstrasi (demplot)

1 2 3 4 5


(66)

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) 1 2 3 4 5

Iklan di Televisi 1 2 3 4 5

Iklan di Radio 1 2 3 4 5

Label pada produk insektisida 1 2 3 4 5 Petugas Lapangan produsen

insektisida

1 2 3 4 5

Kelompok tani 1 2 3 4 5

Barang – barang promosi (kaos,tas, korek, dll)

1 2 3 4 5

Lain – lain (catat) (tulis perusahaannya bila ada)

1 2 3 4 5

E. PHT (PENGENDALIAN HAMA TERPADU) F1. Apakah Anda mengetahui tentang PHT?

Mengetahui (Dapat menjelaskan ke orang lain) 1

Mengetahui 2

Kurang mengetahui 3

Tidak mengetahui 4

F2. Jika Anda mengetahui, dari mana sumber informasinya?

Langsung dari petugas Dinas Pertanian (PPL) 1

Dari petani lain 2

Media massa (Radio, Televisi, Surat Kabar) 3

F3. Sistem PHT mana yang Anda terapkan?

NO SISTEM PHT

1 Kultur teknis (Penyiraman, penyiangan gulma) 2 Penanaman varietas unggul

3 Pengendalian dengan cara fisik (memotong bagian tanaman yang terserang

4 Pengendalian dengan cara mekanis (penggunaan perangkap) 5 Pemanfaatan/ pelestarian musuh – musuh alami

6 Pengendalian dengan insektisida

F4. Apakah pelatihan PHT yang diperoleh cukup bermanfaat untuk Anda?

Sangat cukup 1

Cukup 2

Memadai 3

Kurang mencukupi 4

F5. Berapa lama pertanaman bawang merah Anda sudah menerapkan sistem PHT?


(67)

Lebih dari 10 tahun 1

Antara 5 – 10 tahun 2

Antara 1 – 5 tahun 3

Kurang dari 1 tahun 4

Interview Berakhir :

Pukul :


(68)

Lampiran 2

Data Kuisioner A. DEMOGRAFI

Tabel 1: Umur Responden

Umur (tahun)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

21 – 30 1 2 1 1 1 6

31 – 40 3 3 2 2 1 11

41 – 50 9 6 5 5 10 35

51 – 60 5 4 6 5 8 28

61 – 70 1 5 4 4 - 14

71 – 80 1 - 2 3 - 6

Tabel 2: Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Laki – laki 14 18 14 17 11 75

Perempuan 6 2 6 3 9 25

Tabel 3: Pendidikan Responden

Pendidikan Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Tidak sekolah 2 2 1 1 - 6

SD tidak tamat 3 2 - - - 5

SD 7 4 6 9 10 36

SLTP 4 6 8 7 4 29

SMA 4 5 5 3 6 23

D1 – D3 - - - -

S1 - 1 - - - 1

Tabel 4: Lama tinggal didesa bersangkutan

Lama tinggal didesa (tahun)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 10 - 1 - - 2 3

11 – 20 6 - - - 1 7

21 – 30 2 2 1 1 3 9

31 – 40 4 3 2 2 4 15

41 – 50 5 6 5 5 6 27

51 – 60 1 3 6 5 4 19

61 – 70 1 5 4 4 - 14

71 - 80 1 - 2 3 - 6

Tabel 5: Pengalaman menanam tanaman bawang


(69)

(tahun) Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 10 3 2 1 1 12 19

11 – 20 5 6 2 2 3 18

21 – 30 6 5 7 6 2 26

31 – 40 4 2 4 4 3 17

41 – 50 1 5 5 4 - 15

51 – 60 1 - 1 3 - 5

B. LAHAN

Tabel 6: Luas Lahan Keseluruhan Responden

Luas lahan (m2

Desa )

Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

500 – 1000 4 4 4 - 4 19

1000 – 1500 4 2 2 - 2 12

1500 – 2000 6 5 3 - 3 17

2000 – 2500 4 6 3 - 3 16

2500 – 3000 - 2 7 2 1 12

≥ 3000 2 1 1 18 2 24

Tabel 7: Luas Lahan Pertanaman Bawang Merah Responden

Luas lahan (m2

Desa )

Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 500 4 1 10 1 9 25

500 – 750 1 - 5 - 7 13

750 – 1000 2 7 3 - 1 13

1000 – 1250 5 4 2 - 2 13

1250 – 1500 2 - - 1 1 4

≥ 1500 6 8 - 18 - 32

Tabel 8: Jenis Tanaman Pada Musim Tanam Lalu

Jenis Tanaman

Desa Total Rataan

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Bawang 15 20 5 12 20 72 14,4

Jagung 5 - - - 18 23 4,6

K. Tanah - - - - 18 18 3,6

K. Hijau - - - - 2 2 0,4

Tomat 2 - 1 2 2 7 1,4

C. Merah 1 - 2 6 3 12 2,4

Kopi - - 12 - 9 21 4,2

C. Rawit - - - - 1 1 0,2

C. BIAYA (PENGELUARAN DAN PENDAPATAN) Tabel 9: Biaya Pembelian Bibit Bawang Merah


(70)

(Rp) Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

200.000 – 400.000 2 0 13 0 8 23

400.001 – 600.000 2 0 4 0 4 10

600.001 – 800.000 1 0 3 0 4 8

800.001 – 1.000.000 2 0 0 0 3 5

1.000.001 – 1.200.000 1 0 0 0 0 1

1.200.001 – 1.400.000 2 0 0 0 0 2

Tanpa Biaya 10 20 0 20 1 51

Tabel 10. Biaya Pembelian Pupuk

Pupuk (Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 100.000 4 2 2 1 2 11

100.001 – 200.000 7 4 3 5 2 21

200.001 – 300.000 3 10 2 12 3 30

300.001 – 400.000 2 1 2 1 0 6

400.001 – 500.000 0 1 9 0 11 21

500.001 – 600.000 1 1 1 1 0 4

600.001 – 700.000 0 1 1 0 1 3

700.001 – 800.000 0 0 0 0 1 1

Tanpa Biaya 3 0 0 0 0 3

Tabel 11. Biaya Pembelian Pestisida

Pestisida (Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

100.000 – 300.000 8 3 18 2 19 50

300.001 – 500.000 6 6 2 7 1 22

500.001 – 700.000 1 5 0 5 0 11

700.001 – 900.000 0 3 0 3 0 6

900.001 – 1.100.000 3 2 0 3 0 8

1.100.001 – 1.300.000 1 0 0 0 0 1

1.300.001 – 1.500.000 0 1 0 0 0 1

Tanpa Biaya 1 0 0 0 0 1

Tabel 12. Biaya Penyewaan Lahan

Lahan (Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 100.000 1 0 0 0 0 1

100.001 – 200.000 1 0 13 0 10 24


(71)

300.001 – 400.000 0 0 0 0 0 0

400.001 – 500.000 0 0 0 0 2 2

500.001 – 600.000 0 0 0 0 3 3

Tanpa biaya 17 20 0 20 0 57

Tabel 13. Hasil Produksi bawang Merah

Hasil Produksi (Kg)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 100 6 1 2 1 1 11

100 - 200 5 2 10 2 9 28

200 – 300 2 4 5 3 6 20

300 – 400 3 4 2 3 2 14

400 – 500 2 6 1 8 1 18

500 – 600 1 2 - 2 1 6

600 – 700 - - - 1 - 1

700 – 800 1 1 - - - 2

Tabel 14. Harga Jual Bawang Merah/Kg

Harga jual (Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

1000 – 2000 3 - 5 - 5 13

2001 – 3000 7 6 10 5 8 36

3001 – 4000 6 14 3 13 3 39

4001 – 5000 3 - 1 2 1 7

5001 – 6000 - - 1 - 2 3

6001 – 7000 1 - - - 1 2

Tabel 15. Pendapatan dari Produksi Bawang Merah

Pendapatan (Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 500.000 6 1 1 1 2 11

500.000 – 1.000.000 7 6 16 6 6 51

1.000.000 – 1.500.000 2 7 1 7 1 18

1.500.000 – 2.000.000 1 3 - 3 - 7

2.000.000 – 2.500.000 1 3 - 3 - 7

2.500.000 – 3.000.000 1 - - - - 1

3.000.000 – 3.500.000 1 - - - - 1

3.500.000 – 4.000.000 1 - 2 - 1 4

D. HAMA

Tabel 16. Hama yang mengganggu tanaman bawang merah

Hama Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Agrotis ipsilon 18 - 12 20 11 61

Spodoptera exigua 20 20 28 20 11 99

Thrips sp. - 20 - - 17 37


(72)

Tabel 17. Waktu Penyemprotan

Waktu penyemprotan

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Pagi 11 17 18 17 14 77

Sore 9 3 2 3 6 23

Tabel 18. Interval Penyemprotan Pada Satu Musim Tanam

Interval Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 2 1 - - - - 1

3 – 5 5 1 9 7 7 29

6 – 9 10 11 6 6 13 46

10 – 12 4 8 5 7 - 24

Tabel 19. Dosis Pencampuran

Dosis pencampuran

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Sama dengan label

1 20 - 20 9 50

Setengah dosis label

- - - -

Dosisnya kira – kira (tidak tentu)

19 - 20 - 10 49

Tidak ada takaran

- - - - 1 1

Tabel 20. Tingkat Keampuhan Insektisida

Tingkat keampuhan

(%)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 20 1 - - - - 1

21 – 40 - - - -

41 – 60 - - - -

61 – 80 17 17 10 18 11 73

81 – 100 2 3 10 2 9 26

E. PHT (PENGENDALIAN HAMA TERPADU) Tabel 21. Pengetahuan Petani Tentang PHT

Pengetahuan Tentang PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata Mengetahui (Dapat Menjelaskan ke Orang Lain) - - - -


(73)

Mengetahui - 19 - 20 14 53

Kurang Mengetahui

20 1 20 - 6 47

Tidak Mengetahui

- - - -

Tabel 22. Sumber Informasi PHT

Sumber Informasi PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Langsung Dari Petugas Dinas Pertanian (PPL)

- 19 - 20 13 42

Dari Petani Lain - 1 - - 17 18

Media Massa (Radio, Televisi,

Surat Kabar

20 - 20 - - 40

Tabel 23. Sistem PHT yang diterapkan

Sistem PHT yang Diterapkan

Desa Total Rataan

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Kultur Teknis (Penyiraman, Penyiangan Gulma)

- - - 19 14 33 6,6

Penanaman Varietas Unggul

- - - 7 7 14 2,8

Pengendalian Dengan Cara Fisik (Memotong Bagian

Tanaman yang Terserang)

- - - 10 1 11 2,2

Pengendalian Dengan Cara Mekanis (Penggunaan Perangkap) - - - - Pemanfaatan/ Pelestarian Musuh –

musuh Alami

- - - -

Pengendalian Dengan Insektisida

20 20 20 20 20 20 20

Tabel 24. Manfaat Pelatihan PHT

Manfaat Pelatihan PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Sangat Cukup - 3 - 12 - 15


(74)

Memadai - 1 - - 8 9

Kurang Mencukupi 20 - 20 - - 40

Tabel 25. Lama Penerapan Sistem PHT dipertanaman Bawang Merah

Lama Penerapan Sistem PHT dipertanaman Bawang Merah

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Lebih Dari 10 Tahun - - - -

Antara 5 – 10 Tahun - - - -

Antara 1 – 5 Tahun - 17 - 20 - 37


(75)

Lampiran 3

FOTO PENELITIAN

Bawang merah yang baru dipanen

Pertanaman bawang merah

Tempat penyimpanan bawang merah Insektisida yang dipakai petani bawang merah


(76)

Kantor kepala desa Dos Roha Kantor kepala desa Simarmata

Kantor kepala desa Simanindo Kantor kepala desa Cinta Dame


(1)

300.001 – 400.000 0 0 0 0 0 0

400.001 – 500.000 0 0 0 0 2 2

500.001 – 600.000 0 0 0 0 3 3

Tanpa biaya 17 20 0 20 0 57

Tabel 13. Hasil Produksi bawang Merah

Hasil Produksi

(Kg)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 100 6 1 2 1 1 11

100 - 200 5 2 10 2 9 28

200 – 300 2 4 5 3 6 20

300 – 400 3 4 2 3 2 14

400 – 500 2 6 1 8 1 18

500 – 600 1 2 - 2 1 6

600 – 700 - - - 1 - 1

700 – 800 1 1 - - - 2

Tabel 14. Harga Jual Bawang Merah/Kg

Harga jual

(Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

1000 – 2000 3 - 5 - 5 13

2001 – 3000 7 6 10 5 8 36

3001 – 4000 6 14 3 13 3 39

4001 – 5000 3 - 1 2 1 7

5001 – 6000 - - 1 - 2 3

6001 – 7000 1 - - - 1 2

Tabel 15. Pendapatan dari Produksi Bawang Merah

Pendapatan

(Rp)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 500.000 6 1 1 1 2 11

500.000 – 1.000.000 7 6 16 6 6 51

1.000.000 – 1.500.000 2 7 1 7 1 18

1.500.000 – 2.000.000 1 3 - 3 - 7

2.000.000 – 2.500.000 1 3 - 3 - 7

2.500.000 – 3.000.000 1 - - - - 1

3.000.000 – 3.500.000 1 - - - - 1

3.500.000 – 4.000.000 1 - 2 - 1 4

D.

HAMA

Tabel 16. Hama yang mengganggu tanaman bawang merah

Hama Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Agrotis ipsilon 18 - 12 20 11 61

Spodoptera exigua 20 20 28 20 11 99

Thrips sp. - 20 - - 17 37


(2)

Tabel 17. Waktu Penyemprotan

Waktu

penyemprotan

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

Pagi 11 17 18 17 14 77

Sore 9 3 2 3 6 23

Tabel 18. Interval Penyemprotan Pada Satu Musim Tanam

Interval Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 2 1 - - - - 1

3 – 5 5 1 9 7 7 29

6 – 9 10 11 6 6 13 46

10 – 12 4 8 5 7 - 24

Tabel 19. Dosis Pencampuran

Dosis

pencampuran

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata Sama dengan

label

1 20 - 20 9 50

Setengah dosis label

- - - -

Dosisnya kira – kira (tidak tentu)

19 - 20 - 10 49

Tidak ada takaran

- - - - 1 1

Tabel 20. Tingkat Keampuhan Insektisida

Tingkat

keampuhan (%)

Desa Total

Dos Roha Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata

0 – 20 1 - - - - 1

21 – 40 - - - -

41 – 60 - - - -

61 – 80 17 17 10 18 11 73

81 – 100 2 3 10 2 9 26

E.

PHT (PENGENDALIAN HAMA TERPADU)

Tabel 21. Pengetahuan Petani Tentang PHT

Pengetahuan

Tentang PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame Simarmata Mengetahui (Dapat Menjelaskan ke Orang Lain) - - - -


(3)

Mengetahui - 19 - 20 14 53 Kurang

Mengetahui

20 1 20 - 6 47

Tidak Mengetahui

- - - -

Tabel 22. Sumber Informasi PHT

Sumber Informasi

PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata Langsung Dari

Petugas Dinas Pertanian (PPL)

- 19 - 20 13 42

Dari Petani Lain - 1 - - 17 18

Media Massa (Radio, Televisi,

Surat Kabar

20 - 20 - - 40

Tabel 23. Sistem PHT yang diterapkan

Sistem PHT yang

Diterapkan

Desa Total Rataan

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata Kultur Teknis

(Penyiraman, Penyiangan Gulma)

- - - 19 14 33 6,6

Penanaman Varietas Unggul

- - - 7 7 14 2,8

Pengendalian Dengan Cara Fisik (Memotong Bagian

Tanaman yang Terserang)

- - - 10 1 11 2,2

Pengendalian Dengan Cara Mekanis (Penggunaan Perangkap) - - - - Pemanfaatan/ Pelestarian Musuh –

musuh Alami

- - - -

Pengendalian Dengan Insektisida

20 20 20 20 20 20 20

Tabel 24. Manfaat Pelatihan PHT

Manfaat Pelatihan

PHT

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Sangat Cukup - 3 - 12 - 15


(4)

Memadai - 1 - - 8 9

Kurang Mencukupi 20 - 20 - - 40

Tabel 25. Lama Penerapan Sistem PHT dipertanaman Bawang Merah

Lama Penerapan Sistem PHT

dipertanaman Bawang Merah

Desa Total

Dos Roha

Simanindo Sihusapi Cinta Dame

Simarmata

Lebih Dari 10 Tahun - - - -

Antara 5 – 10 Tahun - - - -

Antara 1 – 5 Tahun - 17 - 20 - 37


(5)

Lampiran 3

FOTO PENELITIAN

Bawang merah yang baru dipanen

Pertanaman bawang merah

Tempat penyimpanan bawang merah

Insektisida yang dipakai

petani bawang merah


(6)

Kantor kepala desa Dos Roha Kantor kepala desa Simarmata

Kantor kepala desa Simanindo Kantor kepala desa Cinta Dame