e62979903c40404095ba3c224baef8b3LPS 2013
Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah
2012
DEPARTEMEN PERBANKAN SYARIAH
LPPS 2012
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
| ii
LPPS 2012
VISI :
“ Terwujudnya sistem perbankan syariah yang sehat, kuat dan
istiqamah terhadap prinsip syariah dalam kerangka keadilan,
kemaslahatan dan keseimbangan, guna mencapai masyarakat
yang sejahtera secara material dan spiritual (falah)”
MISI :
“Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan
perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip
syariah dan prinsip kehati-hatian, yang mampu mendukung sektor
riil melalui kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ”
| iii
LPPS 2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga dengan izin dan kasih-sayang-Nya kita dapat melalui berbagai tantangan dan
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing selama tahun 2012. Hingga tahun
2012 perkembangan dan kinerja usaha perbankan Syariah Indonesia masih mengalami pertumbuhan
yang relatif cukup tinggi ditengah melambatnya perekonomian global. Hal ini merupakan indikasi
nyata dari masih besarnya keinginan masyarakat Indonesia untuk mencapai sebuah kehidupan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur seperti nilai keadilan, keseimbangan dan kemanfaatan bagi semua
yang ditawarkan oleh keuangan dan perbankan syariah, yang tidak hanya menjunjung tinggi
keuntungan dan nilai duniawi semata.
Pertumbuhan aset perbankan syariah pada akhir tahun 2012 yang mencapai ±34% (yoy), dan
pertumbuhan pembiayaan yang tetap tinggi yang mencapai ±44% (yoy) dengan NPF gross
perbankan syariah (BUS+UUS) yang terkendali, merupakan beberapa contoh masih tetap terjaganya
kinerja perbankan syariah Indonesia. Walaupun sepanjang tahun 2012 dampak krisis keuangan
global cenderung melambatkan laju pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, namun memiliki
pengaruh yang relatif minimal terhadap industri perbankan syariah nasional, yang terlihat antara lain
dari pertumbuhan volume usaha perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi. Pencapaian ini
tidak terlepas dari besarnya ekspansi jaringan kantor dan layanan perbankan syariah yang ditunjang
antara lain oleh infrastruktur grup perbankan syariah, strategi promosi dan edukasi masyarakat di
bidang perbankan syariah yang ditempuh melalui koordinasi/sinergi Bank Indonesia dengan pelaku
industri maupun stakeholders lainnya.
Uraian berbagai kondisi dan perkembangan yang dihadapi industri perbankan syariah dan
sektor terkait, dilengkapi dengan pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian, pengaturan,
pengawasan, perizinan dan pengembangan perbankan syariah oleh Bank Indonesia, serta perkiraan
mengenai perkembangan dan arah kebijakan ke depan dicakup dalam laporan ini. Dengan adanya
laporan ini diharapkan dapat mendokumentasikan perkembangan yang dihadapi oleh industri
perbankan syariah nasional selama tahun 2012, serta sebagai salah satu bentuk dari akuntabilitas
publik agar seluruh stakeholders Bank Indonesia dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas
tentang perkembangan industri perbankan syariah dengan berbagai macam tantangan dan peluang
serta arah kebijakan Bank Indonesia maupun perkembangan sektor terkait seperti keuangan syariah
non perbankan.
Atas nama Bank Indonesia, saya menyampaikan perhargaan kepada seluruh stakeholders
atas usaha dan kerjasama yang baik dalam rangka menumbuhkembangkan perbankan syariah.
Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan kekuatan bagi kita untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Billaahittaufiq Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 29 April 2013
DEPUTI GUBERNUR
BANK INDONESIA
|i
LPPS 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Proses pemulihan perekonomian global sudah mulai dirasakan pada akhir tahun 2012,
walaupun di beberapa bagian dunia masih ada yang justru baru memasuki krisis keuangan dan
perekonomian. Namun secara umum arah perkembangan perekonomian pada tahun 2013
diprakirakan akan lebih baik dari pada tahun 2012. Terlebih untuk kinerja perekonomian Indonesia
dengan tingkat konsumsi domestik relatif tinggi dan kelas menengah yang meningkat serta ditunjang
oleh kondisi makro ekonomi yang relatif terjaga dengan baik, merupakan beberapa faktor penyebab
perekonomian nasional tidak terlalu terpengaruh oleh krisis perekonomian global. Begitu pula
dengan perbankan syariah nasional, relatif tidak begitu signfikan mengalami dampak krisis ekonomi
global pada awal tahun 2012 sejalan dengan fokus perbankan Indonesia yang lebih tertuju kepada
pasar domestik yang masih besar, serta potensi pangsa perbankan syariah yang masih tinggi di
Indonesia, dengan pangsa pasar sampai dengan akhir tahun 2012 telah mendekati 5%.
Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang masih didominasi
struktur asetnya sekitar ± 98% oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) relatif
cukup baik, tercermin dari : (i) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan ratarata FDR sebesar 97,16%; (ii) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan
rata-rata CAR sebesar ±15,17%; dan (iii) tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) masih di bawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,72% dan bahkan untuk posisi
Desember 2012 mencapai 2,22%. Walaupun begitu, dari sisi pertumbuhan aset, terjadi
perlambatan aset industri yang relatif signifikan pada bulan Maret sampai dengan bulan September
2012, lebih karena penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tajam. Penurunan ini disebabkan
antara lain karena penarikan dana simpanan milik pemerintah (Kementerian Agama) dari bank
syariah yang cukup besar, dimana dialihkan ke Sukuk Dana Haji Indonesia guna memenuhi target
pendanaan pembangunan. Namun pada bulan-berikutnya, DPK dan aset bank syariah mengalami
peningkatan kembali. Dengan demikian, pelambatan pertumbuhan industri perbankan syariah lebih
akibat kondisi domestik. Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir cukup
menggembirakan, dimana total asetnya meningkat menjadi Rp. 199,72 triliun dan melebihi proyeksi
moderat tahun sebelumnya sebesar Rp.187,2 triliun
Sementara itu, dalam rangka untuk terus meningkatkan dan mengembangkan industri
perbankan syariah, Bank Indonesia juga terus melakukan penelitian dan pengembangan baik secara
internal bekerja sama dengan lembaga lain maupun melalui berbagai forum, seminar dan workshop
dengan melibatkan pihak di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, pengawasan dan
pemeriksaan perbankan syariah tahun 2012 diarahkan untuk memastikan ketahanan perbankan
syariah terhadap risiko dan difokuskan kepada area-area yang cenderung berisiko dan menjadi
perhatian masyarakat, termasuk diantaranya dengan melakukan pemeriksaan
secara khusus
terhadap teknologi informasi (TI), pemeriksaan khusus atas pembiayaan beragun emas, dan pemeriksaan
atas produk baru yang diajukan bank (pembiayaan mikro). Pada tahun 2012, Bank Indonesia juga
menerbitkan sejumlah Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan surat edaran, antara lain mengenai
penyempurnaan pedoman pengawasan terkait GWM dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi BUS,
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi BPRS, dan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and
Proper Test) Bank Syariah dan UUS. Bank Indonesia juga melihat semakin berkembangnya produk
dan jasa perbankan syariah pada tahun 2012, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
| ii
LPPS 2012
permohonan produk dan jasa baru, baik yang dikategorikan sebagai permohonan produk/jasa baru
maupun sebagai laporan atas produk/jasa baru yaitu meningkat sebesar 30% dibanding tahun 2011,
dimana permohonan produk di sisi pembiayaan lebih besar dibandingkan sisi pendanaan.
Dalam rangka proses pengembangan perbankan syariah, Bank Indonesia melakukan
program edukasi dan promosi perbankan syariah kepada berbagai kalangan dalam berbagai even,
baik atas inisiatif Bank Indonesia sendiri maupun bekerjasama dengan stakeholders lain. Kegiatan
dimaksud, tidak hanya dilakukan di dalam negeri namun juga dilaksanakan di luar negeri seperti
pelaksanaan training of trainers, seminar internasional maupun pengiriman narasumber ke luar
negeri untuk lebih mengenalkan framework pengembangan perbankan dan keuangan
syariah
Indonesia. Kerjasama dengan berbagai institusi di dalam negeri maupun di luar negeri akan tetap
dipelihara dan ditingkatkan, seperti dengan Dewan Syariah Nasional – MUI, IAI, Kementerian
Keuangan, industri perbankan syariah domestik maupun dengan institusi keuangan syariah
internasional seperti IDB, IFSB, IIFM dan IILM. Kerjasaman dan kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan
dalam rangka semakin mengukuhkan keberadaan Indonesia di kancah perkembangan keuangan
syariah global. Atas kegiatan promosi perbankan syariah pada tahun 2012 tersebut ternyata
diapresiasi oleh kalangan internasional, dimana Bank Indonesia memperoleh penghargaan dari
Islamic Finance News (IFN) Malaysia sebagai “The Best Central Bank in Promoting Islamic Finance”.
Berkenaan dengan prospek dan arah kebijakan perekonomian ke depan, Bank Indonesia
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 relatif lebih baik dibandingkan tahun
2012 dan berkisar 6,2 – 6,6%. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat bauran kebijakan antara
lain melalui kebijakan nilai tukar yang diarahkan untuk stabilisasi nilai tukar agar pergerakan nilai
tukar rupiah tersebut sesuai dengan kondisi fundamentalnya dan kebijakan makroprudensial yang
diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan serta memperkuat koordinasi Bank Indonesia
dan Pemerintah, khususnya dalam memperkuat struktur perekonomian dan memperluas sumber
pembiayaan ekonomi. Kebijakan tersebut akan dilengkapi oleh kebijakan di bidang perbankan yang
difokuskan pada tiga koridor utama yaitu : (i) pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, (ii)
penguatan ketahanan dan daya saing perbankan, dan (iii) penguatan fungsi intermediasi. Sementara
untuk perbankan syariah, prospek ekonomi dan kebijakan tersebut diharapkan akan semakin
mendorong pertumbuhan industri ke depan khususnya melalui potensi pasar yang masih besar yang
belum tergarap sepenuhnya seiring dengan membaiknya pendapatan per kapita masyarakat,
koordinasi yang lebih baik antar stakeholders dalam pengembangan keuangan syariah dan kuatnya
sektor konsumsi domestik serta keberhasilan program promosi dan edukasi publik perbankan
syariah.
| iii
LPPS 2012
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................................... i
Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................................... ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………… ............................................... iv
Daftar Grafik
.................................................................................................................................. vi
Daftar Tabel
................................................................................................................................ viii
BAB I. PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
1.1. Kondisi Umum .................................................................................................................. 1
1.2. Kelembagaan ..................................................................................................................... 3
1.3. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 4
1.4. Penyaluran Dana ............................................................................................................... 6
1.5. Profitabilitas dan Permodalan .........................................................................................11
1.6. Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Linkage Program ............................................................13
BAB II. PELAKSANAAN KEBIJAKAN
2.1. Penelitian, Pengembangan dan Pengaturan Bank Syariah .............................................15
2.1.1. Kegiatan Bidang Penelitan...................................................................................16
2.1.2. Kegiatan Bidang Pengaturan ..............................................................................22
2.1.3. Kegiatan Bidang Review Kebijakan dan Standar Internasional ...........................24
2.1.4. Kegiatan Bidang Pengembangan Pengawasan ...................................................28
2.1.5. Kegiatan Bidang Pengembangan Produk dan Edukasi ........................................32
Boks. Kajian Model Bisnis Perbankan Syariah ............................................................ 17
Boks. Working Group Produk Perbankan Syariah ...................................................... 34
2.2. Pengawasan Bank Syariah ...............................................................................................40
2.2.1. Peningkatan Kualitas Pengawasan Melalui Forum Panel dan Pelatihan .............40
2.2.2. Pelaksanaan Pengawasan ...................................................................................40
2.3. Perizinan Bank Syariah ....................................................................................................45
2.3.1. Perizinan Kelembagaan ........................................................................................45
2.3.2. Fit and Proper Test ..............................................................................................46
2.3.3. Perkembangan Produk dan Jasa .........................................................................47
BAB III. HUBUNGAN KERJASAMA DOMESTIK DAN INTERNASIONAL
3.1. Kerjasama Dengan Lembaga Domestik .........................................................................49
3.1.1. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) ...........................50
3.1.2. Working Group Perbankan Syariah………………………………………............................ 51
3.1.3. Komite Perbankan Syariah..................................................................................52
3.2. Kerjasama dengan Lembaga Internasional ...................................................................54
3.2.1. Islamic Development Bank (IDB) ..........................................................................54
| iv
LPPS 2012
3.2.2. Islamic Financial Services Board (IFSB).................................................................55
3.2.3. International Islamic Financial Market (IIFM) ......................................................56
3.2.4. Accounting and Auditing for Islamic Financial Institution (AAOIFI).................... 57
3.2.5. International Islamic Liquidity Management (IILM) ............................................ 57
Boks. Standar IFSB Tahun 2012 ...................................................................................60
BAB IV. PERKEMBANGAN OPERASI MONETER, PASAR KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH NON BANK
4.1. Operasi Moneter Syariah ................................................................................................64
4.1.1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) Syariah..............................................65
4.1.2. Perkembangan Aset Likuid Perbankan Syariah .................................................... 67
4.2. Perkembangan Pasar Uang Syariah (PUAS) ....................................................................68
4.2.1. Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ................................................................68
4.2.2. Tingkat Imbalan di PUAS ......................................................................................70
4.2.3. Pelaku Transaksi di PUAS .....................................................................................70
4.3. Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara ………………………………………………………….72
4.4. Perkembangan Pasar Modal Syariah ...............................................................................76
4. 4.1.Kebijakan Pengembangan Pasar Modal Syariah ……………..………………………..…… 76
4.4.2. Perkembangan Produk Syariah di Pasar Modal ................................................... 79
4.5. Perkembangan Perasuransian Syariah ...........................................................................85
4.5.1. Kebijakan Pengembangan di Bidang Usaha Asuransi Syariah .............................85
4.5.2. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah dan Usaha Reasuransi Syariah ……………87
4.6. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah ...........................................................91
BAB V. PROSPEK DAN ARAH KEBIJAKAN
5.1. Prospek Kondisi Perekonomian 2013..............................................................................96
5.2. Dampak Makroekonomi Terhadap Perbankan Syariah ................................................100
5.3. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah 2013 .........................................................102
5.4. Arah Kebijakan ..............................................................................................................104
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................... 112
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................................................... 114
LAMPIRAN
L1. Ikhtisar Ringkas Hasil Kajian Perbankan Syariah Tahun 2012 ........................................116
L2. Ikhtisar Ketentuan Perbankan Syariah Tahun 2012 .......................................................125
L3. Daftar Kegiatan Edukasi Publik di Bidang Perbankan Syariah Tahun 2012 ....................134
L4. Indikator Perkembangan Perbankan Syariah .................................................................143
|v
LPPS 2012
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan Aset Perbankan Syariah ............................................................................ 2
Grafik 1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah per Propinsi ...................................... 3
Grafik 1.3. Komposisi Sumber Dana .................................................................................................... 5
Grafik 1.4. Jangka Waktu DPK BUS & UUS .......................................................................................... 5
Grafik 1.5. Deposito BUS & UUS dan Tingkat Imbalan Nasabah ......................................................... 6
Grafik 1.6. DPK BUS & UUS Menurut Golongan Nasabah ................................................................... 6
Grafik 1.7. Komposisi Aset Perbankan Syariah 2012 ........................................................................... 7
Grafik 1.8. Perkembangan Pembiayaan .............................................................................................. 8
Grafik 1.9. Pembiayaan BUS & UUS per Sektor Usaha 2012 ............................................................... 9
Grafik 1.10. Pembiayaan Properti......................................................................................................10
Grafik 1.11. Perkembangan NPF BUS & UUS .....................................................................................10
Grafik 1.12. Pendapatan, Biaya dan Efisiensi BUS & UUS..................................................................12
Grafik 1.13. Profitabilitas Perbankan Syariah ....................................................................................12
Grafik 1.14. Perkembangan Dana Sosial/Linkage Program BUS dan UUS.........................................14
Grafik 1.15. Rata-rata Pertumbuhan Dana Sosial/Linkage Program BUS dan UUS...........................14
Grafik.2.1. Profil Risiko BUS 2011 ....................................................................................................42
Grafik.2.2 . Profil Risiko BUS 20112 ..................................................................................................42
Grafik.2.3. Tingkat Kesehatan BUS 2011 ..........................................................................................43
Grafik.2.4. Tingkat Kesehatan BUS 2012 ...........................................................................................43
Grafik.2.5. Tingkat Kesehatan BPRS 2011 ..........................................................................................44
Grafik.2.6. Tingkat Kesehatan BPRS 2012 ..........................................................................................44
Grafik.2.7. Permohonan Produk ........................................................................................................47
Grafik.2.8. Produk Pembiayaan .........................................................................................................47
Grafik.4.1. Komposisi Instrumen Operasi Moneter (Kontraksi) Syariah vs Konvensional ................. 65
Grafik.4.2. Perkembangan Posisi FASBIS dan Excess Reserve............................................................67
Grafik.4.3. Perkembangan Rasio Aset Likuid ....................................................................................68
Grafik.4.4. Rata-rata Harian Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ................................................69
Grafik.4.5. Pembiayaan dan DPK .......................................................................................................69
Grafik.4.6. Likuiditas Perbankan Syariah ...........................................................................................70
Grafik 4.7. Pergerakan Tingkat Imbalan PUAS ...................................................................................70
Grafik 4.8. Komposisi Kepemilikan SBSN ...........................................................................................74
Grafik 4.9. Komposisi Kepemilikan SBSN per BUS dan UUS ..............................................................74
Grafik 4.10. Perkembangan Sukuk .....................................................................................................79
Grafik 4.11. Proporsi Sukuk terhadap Obligasi ..................................................................................80
Grafik 4.12. Perkembangan Outstanding SBSN .................................................................................80
Grafik 4.13. Proporsi Outstanding SBSN terhadap SUN ....................................................................80
Grafik 4.14. Perkembangan Reksadana Syariah ................................................................................81
Grafik 4.15. Komposisi Reksadana Syariah ........................................................................................81
| vi
LPPS 2012
Grafik 4.16. Kontribusi Reksadana Syariah .......................................................................................82
Grafik 4.17. Perkembangan Saham Syariah .......................................................................................82
Grafik 4.18. Bidang Industri Saham Syariah.......................................................................................83
Grafik 4.19. Perkembangan dan Kapitalisasi Pasar Indeks Saham Syariah Indonesia .......................83
Grafik 4.20. Perkembangan dan Kapitalisasi Pasar Jakarta Islamic Index ........................................84
Grafik 4.21. Perkembangan Total Aset dan Piutang Perusahaan Pembiayaan Syariah ....................92
Grafik 4.22. Perbandingan Porsi Aset Perusahaan Pembiayaan Syariah dengan Konvensional ......92
Grafik 4.23. Perbandingan Porsi Piutang Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Konvensional .......93
Grafik 4.24. Komposisi Jenis Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah ........94
Grafik 4.25. Sumber Pendanaan Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Syariah .................................94
Grafik 5.1. FDR, CAR dan NPF Perbankan Syariah (BUS dan UUS) .................................................101
Grafik 5.2. Break Down Pembiayaan Perbankan Syariah .............................................................101
Grafik 5.3. Proyeksi dan Realisasi Total Aset Perbankan Syariah ..................................................103
Grafik 5.4. Proyeksi Market Share Perbankan Syariah ..................................................................103
Grafik 5.5. Proyeksi dan Realisasi Total DPK Perbankan Syariah ..................................................103
Grafik 5.6. Proyeksi dan Realisasi Total Pembiayaan Perbankan Syariah ......................................104
Grafik 5.7. Perkembangan Share Aset BUS dan UUS Terhadap 10 BUK Induk terbesar ................109
Bagan 1. Struktur Organisasi IILM (2012) .........................................................................................59
Bagan 2. Layanan Syariah Industri Pasar Modal .............................................................................84
| vii
LPPS 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah .................................................................... 4
Tabel.1.2. Perkembangan DPK 2012.................................................................................................... 5
Tabel 3.1. Lembaga/Organisasi Terkait Perbankan Syariah 2012 .....................................................49
Tabel 4.1. Indikator Perbankan..........................................................................................................64
Tabel 4.2. Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ...........................................................................69
Tabel 4.3. Perkembangan Pelaku Transaksi PUAS .............................................................................71
Tabel 4.4. Komposisi Pelaku Transaksi PUAS .................................................................................... 71
Tabel 4.5. Rasio PUAS ........................................................................................................................72
Tabel 4.6. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)……………………………………..……...………………………….72
Tabel 4.7.10. SBSN yang aktif diperdagangkan ..………………………………………..……..………………………….75
Tabel 4.8. Perkembangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ................88
Tabel 4.9. Kekayaan Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ..................................88
Tabel 4.10. Investasi Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah..................................89
Tabel 4.11. Portofolio Investasi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Syariah .............................. 89
Tabel 4.12. Kontribusi Bruto Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ................... 90
Tabel 4.13. Penetrasi dan Densitas Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ...........90
Tabel 4.14. Manfaat Bruto Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ..................................91
Tabel 4.15. Perusahaan Pembiayaan Syariah (2008 – 2012) ............................................................91
Tabel 4.16. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah (2008 – 2012)...................................93
Tabel 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (%) ................................................................................97
Tabel 5.2. Proyeksi dan Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan tahun 2013 ............................. 104
| viii
LPPS 2012
Halaman ini sengaja dikosongkan ..
| ix
LPPS 2012
Halaman ini sengaja dikosongkan ..
|i
LPPS 2012
BAB I. PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
1.1. KONDISI UMUM
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan di tengah
perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu 6,2%, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat
yang rendah (4,3%) sehingga berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5±1%. Di tengah menurunnya
kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap
kuat, terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai pertumbuhan tertinggi sejak
krisis keuangan global tahun 2008/2009, didukung oleh terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen
yang meningkat. Selain itu secara sektoral, pertumbuhan ekonomi domestik masih ditopang oleh tiga
sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta
sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan tersebut didukung oleh kondisi ekonomi makro
dan sistem keuangan yang kondusif yang memungkinkan rumah tangga dan sektor usaha melakukan
kegiatan ekonominya dengan baik. Kondusifnya kondisi makro dan sistem keuangan dimaksud tidak
terlepas dari bauran kebijakan moneter, nilai tukar dan makroprudensial serta penguatan koordinasi
dengan pemerintah yang ditempuh Bank Indonesia.
Sejalan dengan kinerja perekonomian yang baik, stabilitas sistem keuangan di tahun 2012
tetap terjaga, dan sektor perbankan secara umum juga masih mampu mempertahankan kinerja positif
yang tercermin pada peningkatan fungsi intermediasi, perbaikan efisiensi, dan ketahanan dalam
menghadapi krisis. Sepanjang tahun 2012 total aset bank umum tumbuh sebesar 16,7% (yoy) menjadi
Rp4.262,6 triliun, salah satunya didorong oleh ekspansi kredit bank umum konvensional (BUK) yang
mencapai Rp507,8 triliun atau 23,1% (yoy). Meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan kredit tahun 2011 sebesar 24,6%, secara umum fungsi intermediasi perbankan masih
menunjukkan peningkatan seiring makin besarnya kontribusi kredit pada sektor-sektor produktif
dalam bentuk kredit investasi dan modal kerja (70,5%, dari tahun sebelumnya 69,7%), bunga kredit
yang makin terjangkau (rata-rata menurun 68 bps dari tahun lalu), dan rasio LDR yang terus membaik
menjadi 83,6%, dari tahun sebelumnya sebesar 78,8%.
Efisiensi perbankan dalam periode laporan juga semakin membaik, ditandai oleh penurunan
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional pada BUK dari 85,4% menjadi 74,1%.
Penurunan rasio tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan seiring berlanjutnya ekspansi kredit,
dan peningkatan efisiensi operasional diantaranya dalam bentuk penurunan biaya overhead.
Sementara dari sisi ketahanan menghadapi krisis, sekalipun terjadi ekspansi kredit yang cukup tinggi,
permodalan bank secara umum tergolong memadai. Hal ini diindikasikan oleh modal BUK yang pada
tahun laporan tercatat sebesar Rp500,1 triliun atau meningkat 22,5% dari tahun lalu, dengan rata-rata
Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat dari 16,0% menjadi sebesar 17,4%. Selain itu, kondisi
likuiditas perbankan masih memadai dalam mengantisipasi penarikan dana nasabah, tercermin dari
rasio alat likuid terhadap non-core deposit sebesar 113,7%, masih diatas threshold 100%.
Kondisi perekonomian yang kondusif juga berdampak positif terhadap perkembangan
perbankan syariah. Secara nasional, volume usaha perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meningkat 34,0%
(yoy) dari posisi Rp149,0 triliun pada tahun 2011, menjadi Rp199,7 triliun pada tahun 2012 (Grafik
1
LPPS 2012
1.1). Laju pertumbuhan volume usaha tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu (48,6%, yoy) dan
terutama dialami oleh kelompok BUS.
Penurunan laju pertumbuhan usaha yang dihadapi perbankan terkait perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan penurunan
harga komoditas, secara umum tidak mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah. Hal ini
mengingat, masih terbatasnya eksposur perbankan syariah pada sektor-sektor tradable dan berbasis
komoditas seperti sektor manufaktur, pertanian dan pertambangan. Namun demikian, pertumbuhan
perbankan syariah tampaknya cukup terpengaruh oleh meningkatnya intensitas kompetisi di sektor
perbankan sejalan dengan tren penurunan suku bunga. Meningginya intensitas persaingan tersebut
mendorong terkonsentrasinya likuiditas pada sekelompok kecil BUK sehingga sebagian besar BUK
lainnya dan juga bank-bank umum syariah harus berkompetisi secara kurang sehat yang berujung
pada tingginya return dan harga produk yang ditawarkan serta relatif rendahnya efisiensi operasional,
yang selanjutnya mempengaruhi kinerja bank-bank tersebut.
Meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan syariah tersebut tetap
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan secara nasional, sehingga pangsa perbankan
syariah terhadap industri perbankan nasional meningkat dari 4,0% menjadi 4,6%. Selain itu,
pertumbuhan aset tersebut tetap diikuti pelaksanaan intermediasi dana pihak ketiga yang dihimpun
yang mencapai Rp150,5 triliun, ke berbagai segmen pembiayaan secara optimal. Hal ini tercermin dari
besarnya pembiayaan yang mencapai Rp151,1 triliun yang mendorong kenaikan financing to deposit
ratio perbankan syariah, diantaranya pada kelompok BUS dari 86,7% pada 2011 menjadi 95,4% pada
akhir periode laporan.
Grafik 1.1.
Perkembangan Aset Perbankan Syariah
100.0%
200.0
90.0%
180.0
80.0%
160.0
70.0%
140.0
Aset (Rp)
60.0%
120.0
Aset (%)
50.0%
100.0
BUS (%)
40.0%
80.0
UUS (%)
30.0%
60.0
BPRS (%)
20.0%
40.0
10.0%
20.0
0.0%
0.0
2009
2010
2011
2012
Secara regional, perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat terjadi di sejumlah
daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
dan atau penyaluran pembiayaan yang cukup tinggi antara lain di beberapa propinsi di kawasan
Kalimantan dan kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua yang melebihi laju pertumbuhan secara
nasional. Selain itu, beberapa daerah di kawasan Jawa-Bali juga menunjukkan pertumbuhan yang
2
LPPS 2012
cukup tinggi (Grafik 1.2). Perkembangan tersebut menunjukkan peluang pengembangan perbankan
syariah yang cukup besar di luar ibukota negara, meskipun DKI Jakarta dengan skala aktivitas
ekonominya, tetap menjadi target utama pengembangan usaha perbankan syariah dengan pangsa
DPK dan pembiayaan terhadap industri masing-masing mencapai 45,6% dan 39,9%.
Grafik 1.2.
Perkembangan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Per Propinsi
"# $ %
GPYD
GDPK
" #
!
!
1.2.
KELEMBAGAAN
Jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tahun 2012
bertambah seiring dengan beroperasinya sejumlah bank syariah baru. Jumlah BUS dan UUS tidak
bertambah dari tahun sebelumnya yaitu tetap sebanyak 11 BUS dan 24 UUS. Sementara itu jumlah
BPRS bertambah dari 155 BPRS menjadi 158 BPRS. Penambahan jumlah BPRS tersebut bersumber dari
3 izin pendirian usaha baru dan 1 izin konversi dari BPR konvensional. Selain itu pada tahun 2012 juga
terjadi pencabutan izin usaha 1 BPRS.
Wilayah lokasi usaha 155 BPRS tersebut tersebar pada 22 propinsi di Indonesia, dengan
jumlah terbanyak terdapat di Jawa Timur sebanyak 30 BPRS, diikuti Jawa Barat sebanyak 29 BPRS.
Penyebaran BPRS yang belum merata dengan sebaran terbanyak berada di pulau Jawa membuka
peluang bagi para investor yang ingin membuka BPRS baru terutama di 12 propinsi lainnya yang
belum memiliki BPRS.
Bertambahnya jumlah bank syariah juga diikuti dengan penambahan jaringan kantor bank
syariah, yang pada periode laporan bertambah sebanyak 565 kantor. Dari jumlah itu, 525 kantor
merupakan jaringan kantor baru dari BUS dan UUS, dan 40 kantor lainnya merupakan jaringan kantor
baru BPRS (Tabel 1.1). Peningkatan jumlah kantor tersebut pada sebagian besar dalam bentuk Kantor
Cabang Pembantu (458 kantor), adapun penambahan Kantor Cabang tercatat sebanyak 68 kantor.
3
LPPS 2012
Tabel 1.1.
Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah
Kelompok Bank
2010
2011
2012
Bank Umum Syariah
11
11
11
Unit Usaha Syariah
23
24
24
1477
1737
2262
150
155
158
286
364
401
-
Jumlah Kantor BUS dan UUS
BPRS
-
Jumlah Kantor BPRS
1.3. PENGHIMPUNAN DANA
Sumber-sumber penghimpunan dana (tidak termasuk modal) perbankan syariah secara umum
didominasi oleh dana pihak ketiga (DPK). Pada kelompok BUS kontribusi DPK mencapai 87,2%,
sedangkan pada UUS dan BPRS kontribusi DPK masing-masing sebesar 77,3% dan 73,7%. Kontribusi
DPK pada BUS secara umum sedikit menurun dari tahun 2012 yang mencapai 90,6%. Penurunan
tersebut dikompensasi oleh peningkatan dana antar bank, diantaranya dalam bentuk sertifikat
investasi mudharabah antar bank (SIMA), yang meningkat hingga 84,4% (yoy) pada BUS, seiring
meningkatnya preferensi terhadap instrumen likuid. Sementara pada UUS, pendanaan selain DPK
utamanya berasal dari dana bank induk dengan porsi tetap sebesar 15,4%. Pada BPRS, selain DPK yang
menjadi sumber utama, BPRS juga memanfaatkan pendanaan dari bank-bank umum syariah dengan
pangsa 21,5% (Grafik 1.3). Secara umum pemanfaatan sumber dana dari bank lain menunjukkan
peningkatan, hal mana mengindikasikan semakin meningkatnya keterkaitan antar bank yang perlu
dicermati dalam antisipasi tekanan likuditas yang berpotensi sistemik.
Selain itu, sumber pendanaan alternatif dalam bentuk secured/unsecured financing dari pasar
keuangan dan atau kreditor lainnya juga mulai menjadi pilihan. Pada tahun 2012 tercatat penerbitan
sukuk subordinasi oleh BUS meningkat Rp1,3 triliun. Meski demikian, pangsa sumber dana tersebut
masih relatif rendah yaitu 2,3% pada BUS dan kurang dari 2% pada UUS. Sementara itu sumber dana
dalam bentuk valas juga masih terbatas dengan porsi sebesar 4,9%. Kondisi tersebut merefleksikan
preferensi layanan keuangan syariah yang masih relatif sederhana dan belum menuntut pemanfaatan
instrumen pasar keuangan dan valas, hal mana menyebabkan kewajiban bank syariah relatif tidak
terpengaruh bila terjadi volatilitas harga di pasar keuangan dan valas.
Dari sisi jangka waktu, sumber dana perbankan syariah masih sangat didominasi oleh
instrumen pendanaan jangka pendek sehingga mempengaruhi fleksibilitas bank dalam
mengoptimalkan pengelolaan dana misalnya untuk segmen pembiayaan proyek infrastruktur dan
korporasi yang berjangka panjang, dengan tetap menjaga kecukupan likuiditas. Hal ini terutama
tercermin dari komposisi DPK BUS dan UUS yang sebagian besar terdiri atas instrumen giro dan
tabungan yang sifatnya dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan pangsa 42,6%, serta deposito berjangka
kurang atau sama dengan 1 bulan dengan pangsa 36,4% dari total DPK (Grafik 1.4).
4
LPPS 2012
BPRS
Grafik 1.3.
Komposisi Sumber Dana
Grafik 1.4
Jangka Waktu DPK BUS & UUS (2012)
2012
4%
2011
UUS
Giro
Kew. pd bank
Tabungan
Surat Berharga
Deposito ≤1 bln
Pinj. Diterima
2011
12%
12%
DPK
2012
5%
31%
Kew. pd Induk
BUS
2012
Deposito ≤3 bln
Deposito ≤6 bln
Lainnya
Deposito >6 bln
36%
2011
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
Dana pihak ketiga yang dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2012 tercatat tumbuh
sebesar 27,8% (yoy), sedangkan pada BPRS mencapai 40,2% (Tabel 1.2). Dibandingkan tahun 2011
yang mencapai 51,8%, pertumbuhan DPK BUS dan UUS tersebut melambat meskipun masih lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional sebesar 15,8% (yoy). Berdasarkan jenis
instrumen, pertumbuhan terendah dialami deposito (19,7%, yoy) yang terjadi pada kelompok BUS.
Sementara pertumbuhan tabungan sedikit menurun dari dari 42,3% menjadi 38,2%, sedangkan
pertumbuhan giro justru meningkat dari 32,6% menjadi 47,5% dalam periode yang sama.
Secara umum perkembangan tersebut sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan.
Perbankan syariah memanfaatkan tren tersebut untuk meningkatkan porsi tabungan dan giro,
sekaligus mengurangi ketergantungan struktur dana pada pemilik dana yang memiliki target return
tinggi. Kontribusi tabungan dan giro pada DPK perbankan syariah meningkat dari 38,7% pada tahun
2011 menjadi 42,6%. Sejalan dengan hal tersebut, sejak pertengahan 2013 return differential deposito
rupiah perbankan syariah dibandingkan deposito BUK cenderung turun menjadi kurang dari 60 bps
(Grafik 1.5).
Langkah penyesuaian struktur DPK tersebut positif bagi ekspansi lebih lanjut bank-bank
syariah, khususnya pada segmen retail, untuk melayani kebutuhan transaksi masyarakat. Meskipun
demikian, tantangan memperbesar porsi dana tabungan dan giro tergolong berat, mengingat
dominasi sejumlah kecil BUK atas sumber dana tersebut. Porsi dana ‘murah’ pada DPK BUS dan UUS
tersebut masih jauh lebih rendah dari porsi yang dimiliki 5 BUK terbesar yang mencapai 66,2%, namun
sudah mendekati porsi dana tersebut pada BUK lainnya yang rata-rata sebesar 47,9%.
Tabel 1.2.
Perkembangan DPK (2012)
Kelompok Bank
Bank Umum
Nominal (Rp, triliun)
- BUS
- UUS
Pertumbuhan (yoy)
BPRS
Nominal (Rp, triliun)
Pertumbuhan (yoy)
Giro
Tabungan
17.7
15.4
2.3
47.5%
-
Deposito
DPK
45.1
35.8
9.3
38.2%
84.7
66.6
18.1
19.7%
147.5
117.8
29.7
27.8%
1.1
27.1%
1.8
46.2%
2.9
40.2%
5
LPPS 2012
Selain dipengaruhi penyesuaian struktur DPK yang dilakukan dalam merespon penurunan
tingkat bunga, pelambatan pertumbuhan DPK perbankan syariah juga dipengaruhi oleh penarikan
dana haji oleh Kementerian Agama yang mencapai Rp4,2 triliun. Pengaruh kedua faktor tersebut
terlihat pada kepemilikan DPK oleh nasabah institusi. Pertumbuhan DPK institusi pada periode laporan
sebesar 26,4% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan keseluruhan DPK BUS dan UUS. Hal ini
menyebabkan pangsa DPK institusi menurun dari 50,7% pada tahun 2011 menjadi 50,1% pada periode
laporan (Grafik 1.6).
Grafik 1.5.
Deposito BUS & UUS dan Tingkat Imbalan
Grafik 1.6.
DPK BUS & UUS Menurut Golongan Nasabah
100
10.0%
80
80%
90
9.0%
70
70%
80
8.0%
70
7.0%
60
60%
60
6.0%
50
50%
50
5.0%
40
40%
40
4.0%
30
3.0%
30
30%
20%
10%
20
2.0%
20
10
1.0%
10
0
0.0%
2009
dep iB >1bln
2010
dep iB ≤1bln
2011
tk.imbalan dep 1bln
2012
bunga dep 1bln
0
0%
2009
Individu (triliun)
2010
Institusi (triliun)
2011
Individu (%, yoy)
2012
Institusi (%, yoy)
Meskipun secara nominal pertumbuhan DPK mengalami pelambatan, namun dari sisi jumlah
rekening terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah rekening DPK
yang dikelola BUS dan UUS per Desember 2012 mencapai 10,9 juta rekening, atau sekitar 9,2% dari
total rekening simpanan yang dikelola bank umum secara nasional. Peningkatan jumlah rekening DPK
juga terjadi pada BPRS yang pada 2011 mengelola 0,8 juta rekening, sehingga total rekening DPK
perbankan syariah mencapai 11,7 juta, meningkat sebanyak 2,8 juta rekening, atau lebih tinggi dari
penambahan rekening pada 2011 sebanyak 2,2 juta rekening. Perkembangan tersebut menunjukkan
dukungan kuat perbankan syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. Peningkatan
akses dan preferensi nasabah atas produk dan layanan perbankan syariah senantiasa menjadi sasaran
yang terus diupayakan pencapaiannya oleh Bank Indonesia antara lain melalui program iB campaign
bersama industri perbankan syariah, edukasi masyarakat dan pengaturan serta perizinan perluasan
jaringan.
1.4. PENYALURAN DANA
Pembiayaan merupakan pilihan utama penempatan dana perbankan syariah dibandingkan
penempatan lainnya seperti penempatan pada bank lain ataupun surat-surat berharga. Hal itu terlihat
dari pangsa pembiayaan yang mencapai 75,6% dari total aset BUS dan UUS (Grafik 1.7). Pangsa
pembiayaan tersebut meningkat dari posisi tahun 2011 sebesar 70,6% pada BUS dan UUS. Sedangkan
pangsa pembiayaan pada BPRS sedikit menurun dari 76,0% pada tahun 2011 menjadi 75,6%.
6
LPPS 2012
Peningkatan pangsa pembiayaan tersebut sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan perbankan
syariah yang mencapai 43,7% (yoy). Ditengah perlambatan pertumbuhan DPK, pertumbuhan
pembiayaan yang tergolong signifikan tersebut menegaskan bahwa fungsi intermediasi perbankan
syariah berjalan dengan baik dan tetap fokus kepada sektor riil.
Penempatan dana lainnya yang cukup signifikan pada kelompok BUS dan UUS adalah
penempatan pada BI yaitu sebesar Rp26,7 triliun atau 13,7% dari total aset. Selain giro untuk
pemenuhan GWM, bank syariah menempatkan dana pada instrumen operasi moneter syariah (OMS)
berupa FASBIS, SBIS & Reverse Repo SBSN sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas.
Dibandingkan tahun sebelumnya, penempatan bank syariah pada instrumen OMS mengalami
penurunan hingga Rp1,9 triliun, antara lain untuk menutup kebutuhan penarikan dana haji dan
tingginya ekspansi pembiayaan. Namun demikian, secara keseluruhan alat likuid BUS dan UUS yang
terdiri atas primary reserve (kas dan giro pada BI) dan secondary reserve (instrumen OMS dan SBSN)
masih mengalami peningkatan sebesar 10,0% (yoy) menjadi Rp34,0 triliun. Pertumbuhan alat likuid
tersebut masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK. Meski demikian kemampuan BUS dan
UUS mengantisipasi risiko likuiditas yang bersumber dari penarikan DPK masih tergolong memadai.
Hal ini tercermin dari rasio alat likuid terhadap non core deposit (setelah dikurangi GWM) sebesar
105,1%, sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata BUK (113,7%), namun masih diatas normal
threshold 100%.
Grafik 1.7.
Komposisi Aset Perbankan Syariah (2012)
BPRS
Kas
Penempatan pd BI
Penempatan pd Bank Lain
UUS
Surat Berharga Dimiliki
Pembiayaan
Aset Produktif lain
Lainnya
BUS
0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Penyaluran dana dalam bentuk valas yang dilakukan bank-bank syariah secara umum masih
relatif rendah, meskipun sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Per posisi akhir tahun 2012, nilai
penempatan dana dalam valas pada BUS dan UUS sebesar Rp9,3 triliun, atau 4,8% dari total aset,
sedikit meningkat dari porsi tahun sebelumnya sebesar 4,3%. Rendahnya eksposur valas tersebut
mempermudah upaya bank-bank syariah mengendalikan risiko pasar yang bersumber dari fluktuasi
nilai tukar. Selain eksposur risiko nilai tukar yang rendah, eksposur bank-bank syariah terhadap risiko
pasar berupa penurunan nilai portfolio aset keuangan juga masih relatif rendah seiring jumlah surat
berharga yang dikategorikan selain hold to maturity yang baru sebesar Rp0,8 triliun atau 0,4 % dari
total aset.
7
LPPS 2012
Pembiayaan dan Risiko Kredit (credit risk)
Pertumbuhan pembiayaan (yoy) pada bank-bank umum syariah tercatat sebesar 34,2%,
melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 50,2%. Sebaliknya, pembiayaan pada kelompok
UUS meningkat 85,3%, jauh melebihi pertumbuhan tahun 2011 sebesar 52,4%. Demikian pula halnya
pembiayaan BPRS yang tumbuh 32,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 29,9%
(Grafik 1.8).
Grafik 1.8.
Perkembangan Pembiayaan
90%
120
80%
100
80
70%
BUS (Rp, triliun)
60%
UUS (Rp, triliun)
50%
BPRS (Rp, triliun)
60
40%
30%
40
BUS (yoy)
UUS (yoy)
BPRS (yoy)
20%
20
PYD (yoy)
10%
0%
2009
2010
2011
2012
Dilihat dari jenis akadnya, secara umum penyaluran pembiayaan perbankan syariah masih
didominasi oleh akad murabahah. Pada periode laporan pembiayaan murabahah tumbuh 56,1% (yoy),
sehingga menempati pangsa 59,7% dari total pembiayaan BUS dan UUS. Sementara pada pembiayaan
BPRS pangsa akad murabahah mencapai 80,3%. Pemanfaatan akad-akad lain dalam pembiayaan
berubah secara dinamis, khususnya pada kelompok BUS dan UUS. Pada periode laporan, penggunaan
akad ijarah dalam pembiayaan BUS dan UUS tercatat tumbuh 91,3% (yoy) sehingga pangsa
pembiayaan ijarah meningkat dari 3,7% pada tahun 2011 menjadi 5,0% pada tahun 2012. Sebaliknya
pembiayaan berbasis qardh yang tahun lalu berkembang pesat, pada periode laporan mengalami
perlambatan -6,5% (yoy) yang dipengaruhi oleh kebijakan perbankan syariah memperkuat kehatihatian dalam penjualan produk rahn emas. Perlambatan tersebut menurunkan pangsa pembiayaan
berbasis qard dari 12,6% menjadi 8,2% dalam periode yang sama. Pembiayaan lain yang pangsanya
tercatat mengalami penurunan dalam periode laporan adalah pembiayaan bagi hasil, yaitu dari 28,4%
menjadi 26,9%.
Alokasi penyaluran pembiayaan terjadi baik dalam bentuk pembiayaan kepada sektor-sektor
produksi yang diindikasikan oleh pembiayaan modal kerja dan investasi, maupun dalam bentuk
pembiayaan bagi rumah tangga (household) yang diindikasikan oleh pembiayaan konsumsi.
Sebagaimana pada perbankan konvensional, penguatan fokus bank syariah pada pembiayaan sektor
produktif mendorong kenaikan pembiayaan modal kerja dan investasi BUS dan UUS sebesar Rp23,1
triliun, atau 38,7% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 dengan laju pertumbuhan 31,7% 9
8
LPPS 2012
(yoy). Peningkatan tersebut juga didukung oleh stance penguatan kehati-hatian dalam penyaluran
pembiayaan konsumsi, antara lain melalui penetapan maksimal plafon per nasabah dan frekuensi
perpanjangan pembiayaan qardh beragun emas, yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan
pembiayaan konsumsi. Dalam periode laporan, kenaikan pembiayaan konsumsi BUS dan UUS tercatat
sebesar Rp21,8 triliun atau 50,6% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan 2011 sebesar 87,9% (yoy).
Berdasarkan sektor usaha (diluar sektor lainnya), pembiayaan bank-bank syariah masih
terkonsentrasi pada sektor jasa dunia usaha, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR),
masing-masing dengan pangsa sebesar 25,2% dan 8,6% (Grafik 1.9). Kinerja kedua sektor tersebut
relatif baik sepanjang 2012 yang diindikasikan oleh pertama, pertumbuhan yang diperkirakan
mencapai 8,1% (yoy, pdb harga konstan) untuk sektor PHR dan 7,1% (yoy) untuk jasa dunia usaha.
Kedua, risiko yang relatif rendah tercermin dari rendahnya rasio NPL (gross) perbankan nasional ke
masing-masing sektor yaitu 2,4% untuk sektor PHR dan 0,9% untuk sektor jasa dunia usaha.
Sementara itu, seiring perlambatan pertumbuhan pembiayaan bank syariah, alokasi pembiayaan ke
beberapa sektor menurun, diantaranya sektor industri pengolahan dan konstruksi. Pertumbuhan
pembiayaan BUS dan UUS pada kedua sektor tersebut selama periode laporan lebih rendah dari
pertumbuhan pembiayaan secara keseluruhan yai
Perbankan Syariah
2012
DEPARTEMEN PERBANKAN SYARIAH
LPPS 2012
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
| ii
LPPS 2012
VISI :
“ Terwujudnya sistem perbankan syariah yang sehat, kuat dan
istiqamah terhadap prinsip syariah dalam kerangka keadilan,
kemaslahatan dan keseimbangan, guna mencapai masyarakat
yang sejahtera secara material dan spiritual (falah)”
MISI :
“Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan
perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip
syariah dan prinsip kehati-hatian, yang mampu mendukung sektor
riil melalui kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ”
| iii
LPPS 2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga dengan izin dan kasih-sayang-Nya kita dapat melalui berbagai tantangan dan
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing selama tahun 2012. Hingga tahun
2012 perkembangan dan kinerja usaha perbankan Syariah Indonesia masih mengalami pertumbuhan
yang relatif cukup tinggi ditengah melambatnya perekonomian global. Hal ini merupakan indikasi
nyata dari masih besarnya keinginan masyarakat Indonesia untuk mencapai sebuah kehidupan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur seperti nilai keadilan, keseimbangan dan kemanfaatan bagi semua
yang ditawarkan oleh keuangan dan perbankan syariah, yang tidak hanya menjunjung tinggi
keuntungan dan nilai duniawi semata.
Pertumbuhan aset perbankan syariah pada akhir tahun 2012 yang mencapai ±34% (yoy), dan
pertumbuhan pembiayaan yang tetap tinggi yang mencapai ±44% (yoy) dengan NPF gross
perbankan syariah (BUS+UUS) yang terkendali, merupakan beberapa contoh masih tetap terjaganya
kinerja perbankan syariah Indonesia. Walaupun sepanjang tahun 2012 dampak krisis keuangan
global cenderung melambatkan laju pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, namun memiliki
pengaruh yang relatif minimal terhadap industri perbankan syariah nasional, yang terlihat antara lain
dari pertumbuhan volume usaha perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi. Pencapaian ini
tidak terlepas dari besarnya ekspansi jaringan kantor dan layanan perbankan syariah yang ditunjang
antara lain oleh infrastruktur grup perbankan syariah, strategi promosi dan edukasi masyarakat di
bidang perbankan syariah yang ditempuh melalui koordinasi/sinergi Bank Indonesia dengan pelaku
industri maupun stakeholders lainnya.
Uraian berbagai kondisi dan perkembangan yang dihadapi industri perbankan syariah dan
sektor terkait, dilengkapi dengan pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian, pengaturan,
pengawasan, perizinan dan pengembangan perbankan syariah oleh Bank Indonesia, serta perkiraan
mengenai perkembangan dan arah kebijakan ke depan dicakup dalam laporan ini. Dengan adanya
laporan ini diharapkan dapat mendokumentasikan perkembangan yang dihadapi oleh industri
perbankan syariah nasional selama tahun 2012, serta sebagai salah satu bentuk dari akuntabilitas
publik agar seluruh stakeholders Bank Indonesia dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas
tentang perkembangan industri perbankan syariah dengan berbagai macam tantangan dan peluang
serta arah kebijakan Bank Indonesia maupun perkembangan sektor terkait seperti keuangan syariah
non perbankan.
Atas nama Bank Indonesia, saya menyampaikan perhargaan kepada seluruh stakeholders
atas usaha dan kerjasama yang baik dalam rangka menumbuhkembangkan perbankan syariah.
Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan kekuatan bagi kita untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Billaahittaufiq Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 29 April 2013
DEPUTI GUBERNUR
BANK INDONESIA
|i
LPPS 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Proses pemulihan perekonomian global sudah mulai dirasakan pada akhir tahun 2012,
walaupun di beberapa bagian dunia masih ada yang justru baru memasuki krisis keuangan dan
perekonomian. Namun secara umum arah perkembangan perekonomian pada tahun 2013
diprakirakan akan lebih baik dari pada tahun 2012. Terlebih untuk kinerja perekonomian Indonesia
dengan tingkat konsumsi domestik relatif tinggi dan kelas menengah yang meningkat serta ditunjang
oleh kondisi makro ekonomi yang relatif terjaga dengan baik, merupakan beberapa faktor penyebab
perekonomian nasional tidak terlalu terpengaruh oleh krisis perekonomian global. Begitu pula
dengan perbankan syariah nasional, relatif tidak begitu signfikan mengalami dampak krisis ekonomi
global pada awal tahun 2012 sejalan dengan fokus perbankan Indonesia yang lebih tertuju kepada
pasar domestik yang masih besar, serta potensi pangsa perbankan syariah yang masih tinggi di
Indonesia, dengan pangsa pasar sampai dengan akhir tahun 2012 telah mendekati 5%.
Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang masih didominasi
struktur asetnya sekitar ± 98% oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) relatif
cukup baik, tercermin dari : (i) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan ratarata FDR sebesar 97,16%; (ii) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan
rata-rata CAR sebesar ±15,17%; dan (iii) tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) masih di bawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,72% dan bahkan untuk posisi
Desember 2012 mencapai 2,22%. Walaupun begitu, dari sisi pertumbuhan aset, terjadi
perlambatan aset industri yang relatif signifikan pada bulan Maret sampai dengan bulan September
2012, lebih karena penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tajam. Penurunan ini disebabkan
antara lain karena penarikan dana simpanan milik pemerintah (Kementerian Agama) dari bank
syariah yang cukup besar, dimana dialihkan ke Sukuk Dana Haji Indonesia guna memenuhi target
pendanaan pembangunan. Namun pada bulan-berikutnya, DPK dan aset bank syariah mengalami
peningkatan kembali. Dengan demikian, pelambatan pertumbuhan industri perbankan syariah lebih
akibat kondisi domestik. Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir cukup
menggembirakan, dimana total asetnya meningkat menjadi Rp. 199,72 triliun dan melebihi proyeksi
moderat tahun sebelumnya sebesar Rp.187,2 triliun
Sementara itu, dalam rangka untuk terus meningkatkan dan mengembangkan industri
perbankan syariah, Bank Indonesia juga terus melakukan penelitian dan pengembangan baik secara
internal bekerja sama dengan lembaga lain maupun melalui berbagai forum, seminar dan workshop
dengan melibatkan pihak di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, pengawasan dan
pemeriksaan perbankan syariah tahun 2012 diarahkan untuk memastikan ketahanan perbankan
syariah terhadap risiko dan difokuskan kepada area-area yang cenderung berisiko dan menjadi
perhatian masyarakat, termasuk diantaranya dengan melakukan pemeriksaan
secara khusus
terhadap teknologi informasi (TI), pemeriksaan khusus atas pembiayaan beragun emas, dan pemeriksaan
atas produk baru yang diajukan bank (pembiayaan mikro). Pada tahun 2012, Bank Indonesia juga
menerbitkan sejumlah Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan surat edaran, antara lain mengenai
penyempurnaan pedoman pengawasan terkait GWM dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi BUS,
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi BPRS, dan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and
Proper Test) Bank Syariah dan UUS. Bank Indonesia juga melihat semakin berkembangnya produk
dan jasa perbankan syariah pada tahun 2012, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
| ii
LPPS 2012
permohonan produk dan jasa baru, baik yang dikategorikan sebagai permohonan produk/jasa baru
maupun sebagai laporan atas produk/jasa baru yaitu meningkat sebesar 30% dibanding tahun 2011,
dimana permohonan produk di sisi pembiayaan lebih besar dibandingkan sisi pendanaan.
Dalam rangka proses pengembangan perbankan syariah, Bank Indonesia melakukan
program edukasi dan promosi perbankan syariah kepada berbagai kalangan dalam berbagai even,
baik atas inisiatif Bank Indonesia sendiri maupun bekerjasama dengan stakeholders lain. Kegiatan
dimaksud, tidak hanya dilakukan di dalam negeri namun juga dilaksanakan di luar negeri seperti
pelaksanaan training of trainers, seminar internasional maupun pengiriman narasumber ke luar
negeri untuk lebih mengenalkan framework pengembangan perbankan dan keuangan
syariah
Indonesia. Kerjasama dengan berbagai institusi di dalam negeri maupun di luar negeri akan tetap
dipelihara dan ditingkatkan, seperti dengan Dewan Syariah Nasional – MUI, IAI, Kementerian
Keuangan, industri perbankan syariah domestik maupun dengan institusi keuangan syariah
internasional seperti IDB, IFSB, IIFM dan IILM. Kerjasaman dan kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan
dalam rangka semakin mengukuhkan keberadaan Indonesia di kancah perkembangan keuangan
syariah global. Atas kegiatan promosi perbankan syariah pada tahun 2012 tersebut ternyata
diapresiasi oleh kalangan internasional, dimana Bank Indonesia memperoleh penghargaan dari
Islamic Finance News (IFN) Malaysia sebagai “The Best Central Bank in Promoting Islamic Finance”.
Berkenaan dengan prospek dan arah kebijakan perekonomian ke depan, Bank Indonesia
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 relatif lebih baik dibandingkan tahun
2012 dan berkisar 6,2 – 6,6%. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat bauran kebijakan antara
lain melalui kebijakan nilai tukar yang diarahkan untuk stabilisasi nilai tukar agar pergerakan nilai
tukar rupiah tersebut sesuai dengan kondisi fundamentalnya dan kebijakan makroprudensial yang
diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan serta memperkuat koordinasi Bank Indonesia
dan Pemerintah, khususnya dalam memperkuat struktur perekonomian dan memperluas sumber
pembiayaan ekonomi. Kebijakan tersebut akan dilengkapi oleh kebijakan di bidang perbankan yang
difokuskan pada tiga koridor utama yaitu : (i) pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, (ii)
penguatan ketahanan dan daya saing perbankan, dan (iii) penguatan fungsi intermediasi. Sementara
untuk perbankan syariah, prospek ekonomi dan kebijakan tersebut diharapkan akan semakin
mendorong pertumbuhan industri ke depan khususnya melalui potensi pasar yang masih besar yang
belum tergarap sepenuhnya seiring dengan membaiknya pendapatan per kapita masyarakat,
koordinasi yang lebih baik antar stakeholders dalam pengembangan keuangan syariah dan kuatnya
sektor konsumsi domestik serta keberhasilan program promosi dan edukasi publik perbankan
syariah.
| iii
LPPS 2012
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................................... i
Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................................... ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………… ............................................... iv
Daftar Grafik
.................................................................................................................................. vi
Daftar Tabel
................................................................................................................................ viii
BAB I. PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
1.1. Kondisi Umum .................................................................................................................. 1
1.2. Kelembagaan ..................................................................................................................... 3
1.3. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 4
1.4. Penyaluran Dana ............................................................................................................... 6
1.5. Profitabilitas dan Permodalan .........................................................................................11
1.6. Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Linkage Program ............................................................13
BAB II. PELAKSANAAN KEBIJAKAN
2.1. Penelitian, Pengembangan dan Pengaturan Bank Syariah .............................................15
2.1.1. Kegiatan Bidang Penelitan...................................................................................16
2.1.2. Kegiatan Bidang Pengaturan ..............................................................................22
2.1.3. Kegiatan Bidang Review Kebijakan dan Standar Internasional ...........................24
2.1.4. Kegiatan Bidang Pengembangan Pengawasan ...................................................28
2.1.5. Kegiatan Bidang Pengembangan Produk dan Edukasi ........................................32
Boks. Kajian Model Bisnis Perbankan Syariah ............................................................ 17
Boks. Working Group Produk Perbankan Syariah ...................................................... 34
2.2. Pengawasan Bank Syariah ...............................................................................................40
2.2.1. Peningkatan Kualitas Pengawasan Melalui Forum Panel dan Pelatihan .............40
2.2.2. Pelaksanaan Pengawasan ...................................................................................40
2.3. Perizinan Bank Syariah ....................................................................................................45
2.3.1. Perizinan Kelembagaan ........................................................................................45
2.3.2. Fit and Proper Test ..............................................................................................46
2.3.3. Perkembangan Produk dan Jasa .........................................................................47
BAB III. HUBUNGAN KERJASAMA DOMESTIK DAN INTERNASIONAL
3.1. Kerjasama Dengan Lembaga Domestik .........................................................................49
3.1.1. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) ...........................50
3.1.2. Working Group Perbankan Syariah………………………………………............................ 51
3.1.3. Komite Perbankan Syariah..................................................................................52
3.2. Kerjasama dengan Lembaga Internasional ...................................................................54
3.2.1. Islamic Development Bank (IDB) ..........................................................................54
| iv
LPPS 2012
3.2.2. Islamic Financial Services Board (IFSB).................................................................55
3.2.3. International Islamic Financial Market (IIFM) ......................................................56
3.2.4. Accounting and Auditing for Islamic Financial Institution (AAOIFI).................... 57
3.2.5. International Islamic Liquidity Management (IILM) ............................................ 57
Boks. Standar IFSB Tahun 2012 ...................................................................................60
BAB IV. PERKEMBANGAN OPERASI MONETER, PASAR KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH NON BANK
4.1. Operasi Moneter Syariah ................................................................................................64
4.1.1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) Syariah..............................................65
4.1.2. Perkembangan Aset Likuid Perbankan Syariah .................................................... 67
4.2. Perkembangan Pasar Uang Syariah (PUAS) ....................................................................68
4.2.1. Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ................................................................68
4.2.2. Tingkat Imbalan di PUAS ......................................................................................70
4.2.3. Pelaku Transaksi di PUAS .....................................................................................70
4.3. Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara ………………………………………………………….72
4.4. Perkembangan Pasar Modal Syariah ...............................................................................76
4. 4.1.Kebijakan Pengembangan Pasar Modal Syariah ……………..………………………..…… 76
4.4.2. Perkembangan Produk Syariah di Pasar Modal ................................................... 79
4.5. Perkembangan Perasuransian Syariah ...........................................................................85
4.5.1. Kebijakan Pengembangan di Bidang Usaha Asuransi Syariah .............................85
4.5.2. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah dan Usaha Reasuransi Syariah ……………87
4.6. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah ...........................................................91
BAB V. PROSPEK DAN ARAH KEBIJAKAN
5.1. Prospek Kondisi Perekonomian 2013..............................................................................96
5.2. Dampak Makroekonomi Terhadap Perbankan Syariah ................................................100
5.3. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah 2013 .........................................................102
5.4. Arah Kebijakan ..............................................................................................................104
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................... 112
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................................................... 114
LAMPIRAN
L1. Ikhtisar Ringkas Hasil Kajian Perbankan Syariah Tahun 2012 ........................................116
L2. Ikhtisar Ketentuan Perbankan Syariah Tahun 2012 .......................................................125
L3. Daftar Kegiatan Edukasi Publik di Bidang Perbankan Syariah Tahun 2012 ....................134
L4. Indikator Perkembangan Perbankan Syariah .................................................................143
|v
LPPS 2012
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan Aset Perbankan Syariah ............................................................................ 2
Grafik 1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah per Propinsi ...................................... 3
Grafik 1.3. Komposisi Sumber Dana .................................................................................................... 5
Grafik 1.4. Jangka Waktu DPK BUS & UUS .......................................................................................... 5
Grafik 1.5. Deposito BUS & UUS dan Tingkat Imbalan Nasabah ......................................................... 6
Grafik 1.6. DPK BUS & UUS Menurut Golongan Nasabah ................................................................... 6
Grafik 1.7. Komposisi Aset Perbankan Syariah 2012 ........................................................................... 7
Grafik 1.8. Perkembangan Pembiayaan .............................................................................................. 8
Grafik 1.9. Pembiayaan BUS & UUS per Sektor Usaha 2012 ............................................................... 9
Grafik 1.10. Pembiayaan Properti......................................................................................................10
Grafik 1.11. Perkembangan NPF BUS & UUS .....................................................................................10
Grafik 1.12. Pendapatan, Biaya dan Efisiensi BUS & UUS..................................................................12
Grafik 1.13. Profitabilitas Perbankan Syariah ....................................................................................12
Grafik 1.14. Perkembangan Dana Sosial/Linkage Program BUS dan UUS.........................................14
Grafik 1.15. Rata-rata Pertumbuhan Dana Sosial/Linkage Program BUS dan UUS...........................14
Grafik.2.1. Profil Risiko BUS 2011 ....................................................................................................42
Grafik.2.2 . Profil Risiko BUS 20112 ..................................................................................................42
Grafik.2.3. Tingkat Kesehatan BUS 2011 ..........................................................................................43
Grafik.2.4. Tingkat Kesehatan BUS 2012 ...........................................................................................43
Grafik.2.5. Tingkat Kesehatan BPRS 2011 ..........................................................................................44
Grafik.2.6. Tingkat Kesehatan BPRS 2012 ..........................................................................................44
Grafik.2.7. Permohonan Produk ........................................................................................................47
Grafik.2.8. Produk Pembiayaan .........................................................................................................47
Grafik.4.1. Komposisi Instrumen Operasi Moneter (Kontraksi) Syariah vs Konvensional ................. 65
Grafik.4.2. Perkembangan Posisi FASBIS dan Excess Reserve............................................................67
Grafik.4.3. Perkembangan Rasio Aset Likuid ....................................................................................68
Grafik.4.4. Rata-rata Harian Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ................................................69
Grafik.4.5. Pembiayaan dan DPK .......................................................................................................69
Grafik.4.6. Likuiditas Perbankan Syariah ...........................................................................................70
Grafik 4.7. Pergerakan Tingkat Imbalan PUAS ...................................................................................70
Grafik 4.8. Komposisi Kepemilikan SBSN ...........................................................................................74
Grafik 4.9. Komposisi Kepemilikan SBSN per BUS dan UUS ..............................................................74
Grafik 4.10. Perkembangan Sukuk .....................................................................................................79
Grafik 4.11. Proporsi Sukuk terhadap Obligasi ..................................................................................80
Grafik 4.12. Perkembangan Outstanding SBSN .................................................................................80
Grafik 4.13. Proporsi Outstanding SBSN terhadap SUN ....................................................................80
Grafik 4.14. Perkembangan Reksadana Syariah ................................................................................81
Grafik 4.15. Komposisi Reksadana Syariah ........................................................................................81
| vi
LPPS 2012
Grafik 4.16. Kontribusi Reksadana Syariah .......................................................................................82
Grafik 4.17. Perkembangan Saham Syariah .......................................................................................82
Grafik 4.18. Bidang Industri Saham Syariah.......................................................................................83
Grafik 4.19. Perkembangan dan Kapitalisasi Pasar Indeks Saham Syariah Indonesia .......................83
Grafik 4.20. Perkembangan dan Kapitalisasi Pasar Jakarta Islamic Index ........................................84
Grafik 4.21. Perkembangan Total Aset dan Piutang Perusahaan Pembiayaan Syariah ....................92
Grafik 4.22. Perbandingan Porsi Aset Perusahaan Pembiayaan Syariah dengan Konvensional ......92
Grafik 4.23. Perbandingan Porsi Piutang Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Konvensional .......93
Grafik 4.24. Komposisi Jenis Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah ........94
Grafik 4.25. Sumber Pendanaan Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Syariah .................................94
Grafik 5.1. FDR, CAR dan NPF Perbankan Syariah (BUS dan UUS) .................................................101
Grafik 5.2. Break Down Pembiayaan Perbankan Syariah .............................................................101
Grafik 5.3. Proyeksi dan Realisasi Total Aset Perbankan Syariah ..................................................103
Grafik 5.4. Proyeksi Market Share Perbankan Syariah ..................................................................103
Grafik 5.5. Proyeksi dan Realisasi Total DPK Perbankan Syariah ..................................................103
Grafik 5.6. Proyeksi dan Realisasi Total Pembiayaan Perbankan Syariah ......................................104
Grafik 5.7. Perkembangan Share Aset BUS dan UUS Terhadap 10 BUK Induk terbesar ................109
Bagan 1. Struktur Organisasi IILM (2012) .........................................................................................59
Bagan 2. Layanan Syariah Industri Pasar Modal .............................................................................84
| vii
LPPS 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah .................................................................... 4
Tabel.1.2. Perkembangan DPK 2012.................................................................................................... 5
Tabel 3.1. Lembaga/Organisasi Terkait Perbankan Syariah 2012 .....................................................49
Tabel 4.1. Indikator Perbankan..........................................................................................................64
Tabel 4.2. Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS ...........................................................................69
Tabel 4.3. Perkembangan Pelaku Transaksi PUAS .............................................................................71
Tabel 4.4. Komposisi Pelaku Transaksi PUAS .................................................................................... 71
Tabel 4.5. Rasio PUAS ........................................................................................................................72
Tabel 4.6. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)……………………………………..……...………………………….72
Tabel 4.7.10. SBSN yang aktif diperdagangkan ..………………………………………..……..………………………….75
Tabel 4.8. Perkembangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ................88
Tabel 4.9. Kekayaan Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ..................................88
Tabel 4.10. Investasi Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah..................................89
Tabel 4.11. Portofolio Investasi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Syariah .............................. 89
Tabel 4.12. Kontribusi Bruto Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ................... 90
Tabel 4.13. Penetrasi dan Densitas Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ...........90
Tabel 4.14. Manfaat Bruto Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah ..................................91
Tabel 4.15. Perusahaan Pembiayaan Syariah (2008 – 2012) ............................................................91
Tabel 4.16. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah (2008 – 2012)...................................93
Tabel 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (%) ................................................................................97
Tabel 5.2. Proyeksi dan Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan tahun 2013 ............................. 104
| viii
LPPS 2012
Halaman ini sengaja dikosongkan ..
| ix
LPPS 2012
Halaman ini sengaja dikosongkan ..
|i
LPPS 2012
BAB I. PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
1.1. KONDISI UMUM
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan di tengah
perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu 6,2%, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat
yang rendah (4,3%) sehingga berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5±1%. Di tengah menurunnya
kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap
kuat, terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai pertumbuhan tertinggi sejak
krisis keuangan global tahun 2008/2009, didukung oleh terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen
yang meningkat. Selain itu secara sektoral, pertumbuhan ekonomi domestik masih ditopang oleh tiga
sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta
sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan tersebut didukung oleh kondisi ekonomi makro
dan sistem keuangan yang kondusif yang memungkinkan rumah tangga dan sektor usaha melakukan
kegiatan ekonominya dengan baik. Kondusifnya kondisi makro dan sistem keuangan dimaksud tidak
terlepas dari bauran kebijakan moneter, nilai tukar dan makroprudensial serta penguatan koordinasi
dengan pemerintah yang ditempuh Bank Indonesia.
Sejalan dengan kinerja perekonomian yang baik, stabilitas sistem keuangan di tahun 2012
tetap terjaga, dan sektor perbankan secara umum juga masih mampu mempertahankan kinerja positif
yang tercermin pada peningkatan fungsi intermediasi, perbaikan efisiensi, dan ketahanan dalam
menghadapi krisis. Sepanjang tahun 2012 total aset bank umum tumbuh sebesar 16,7% (yoy) menjadi
Rp4.262,6 triliun, salah satunya didorong oleh ekspansi kredit bank umum konvensional (BUK) yang
mencapai Rp507,8 triliun atau 23,1% (yoy). Meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan kredit tahun 2011 sebesar 24,6%, secara umum fungsi intermediasi perbankan masih
menunjukkan peningkatan seiring makin besarnya kontribusi kredit pada sektor-sektor produktif
dalam bentuk kredit investasi dan modal kerja (70,5%, dari tahun sebelumnya 69,7%), bunga kredit
yang makin terjangkau (rata-rata menurun 68 bps dari tahun lalu), dan rasio LDR yang terus membaik
menjadi 83,6%, dari tahun sebelumnya sebesar 78,8%.
Efisiensi perbankan dalam periode laporan juga semakin membaik, ditandai oleh penurunan
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional pada BUK dari 85,4% menjadi 74,1%.
Penurunan rasio tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan seiring berlanjutnya ekspansi kredit,
dan peningkatan efisiensi operasional diantaranya dalam bentuk penurunan biaya overhead.
Sementara dari sisi ketahanan menghadapi krisis, sekalipun terjadi ekspansi kredit yang cukup tinggi,
permodalan bank secara umum tergolong memadai. Hal ini diindikasikan oleh modal BUK yang pada
tahun laporan tercatat sebesar Rp500,1 triliun atau meningkat 22,5% dari tahun lalu, dengan rata-rata
Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat dari 16,0% menjadi sebesar 17,4%. Selain itu, kondisi
likuiditas perbankan masih memadai dalam mengantisipasi penarikan dana nasabah, tercermin dari
rasio alat likuid terhadap non-core deposit sebesar 113,7%, masih diatas threshold 100%.
Kondisi perekonomian yang kondusif juga berdampak positif terhadap perkembangan
perbankan syariah. Secara nasional, volume usaha perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meningkat 34,0%
(yoy) dari posisi Rp149,0 triliun pada tahun 2011, menjadi Rp199,7 triliun pada tahun 2012 (Grafik
1
LPPS 2012
1.1). Laju pertumbuhan volume usaha tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu (48,6%, yoy) dan
terutama dialami oleh kelompok BUS.
Penurunan laju pertumbuhan usaha yang dihadapi perbankan terkait perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan penurunan
harga komoditas, secara umum tidak mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah. Hal ini
mengingat, masih terbatasnya eksposur perbankan syariah pada sektor-sektor tradable dan berbasis
komoditas seperti sektor manufaktur, pertanian dan pertambangan. Namun demikian, pertumbuhan
perbankan syariah tampaknya cukup terpengaruh oleh meningkatnya intensitas kompetisi di sektor
perbankan sejalan dengan tren penurunan suku bunga. Meningginya intensitas persaingan tersebut
mendorong terkonsentrasinya likuiditas pada sekelompok kecil BUK sehingga sebagian besar BUK
lainnya dan juga bank-bank umum syariah harus berkompetisi secara kurang sehat yang berujung
pada tingginya return dan harga produk yang ditawarkan serta relatif rendahnya efisiensi operasional,
yang selanjutnya mempengaruhi kinerja bank-bank tersebut.
Meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan syariah tersebut tetap
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan secara nasional, sehingga pangsa perbankan
syariah terhadap industri perbankan nasional meningkat dari 4,0% menjadi 4,6%. Selain itu,
pertumbuhan aset tersebut tetap diikuti pelaksanaan intermediasi dana pihak ketiga yang dihimpun
yang mencapai Rp150,5 triliun, ke berbagai segmen pembiayaan secara optimal. Hal ini tercermin dari
besarnya pembiayaan yang mencapai Rp151,1 triliun yang mendorong kenaikan financing to deposit
ratio perbankan syariah, diantaranya pada kelompok BUS dari 86,7% pada 2011 menjadi 95,4% pada
akhir periode laporan.
Grafik 1.1.
Perkembangan Aset Perbankan Syariah
100.0%
200.0
90.0%
180.0
80.0%
160.0
70.0%
140.0
Aset (Rp)
60.0%
120.0
Aset (%)
50.0%
100.0
BUS (%)
40.0%
80.0
UUS (%)
30.0%
60.0
BPRS (%)
20.0%
40.0
10.0%
20.0
0.0%
0.0
2009
2010
2011
2012
Secara regional, perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat terjadi di sejumlah
daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
dan atau penyaluran pembiayaan yang cukup tinggi antara lain di beberapa propinsi di kawasan
Kalimantan dan kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua yang melebihi laju pertumbuhan secara
nasional. Selain itu, beberapa daerah di kawasan Jawa-Bali juga menunjukkan pertumbuhan yang
2
LPPS 2012
cukup tinggi (Grafik 1.2). Perkembangan tersebut menunjukkan peluang pengembangan perbankan
syariah yang cukup besar di luar ibukota negara, meskipun DKI Jakarta dengan skala aktivitas
ekonominya, tetap menjadi target utama pengembangan usaha perbankan syariah dengan pangsa
DPK dan pembiayaan terhadap industri masing-masing mencapai 45,6% dan 39,9%.
Grafik 1.2.
Perkembangan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Per Propinsi
"# $ %
GPYD
GDPK
" #
!
!
1.2.
KELEMBAGAAN
Jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tahun 2012
bertambah seiring dengan beroperasinya sejumlah bank syariah baru. Jumlah BUS dan UUS tidak
bertambah dari tahun sebelumnya yaitu tetap sebanyak 11 BUS dan 24 UUS. Sementara itu jumlah
BPRS bertambah dari 155 BPRS menjadi 158 BPRS. Penambahan jumlah BPRS tersebut bersumber dari
3 izin pendirian usaha baru dan 1 izin konversi dari BPR konvensional. Selain itu pada tahun 2012 juga
terjadi pencabutan izin usaha 1 BPRS.
Wilayah lokasi usaha 155 BPRS tersebut tersebar pada 22 propinsi di Indonesia, dengan
jumlah terbanyak terdapat di Jawa Timur sebanyak 30 BPRS, diikuti Jawa Barat sebanyak 29 BPRS.
Penyebaran BPRS yang belum merata dengan sebaran terbanyak berada di pulau Jawa membuka
peluang bagi para investor yang ingin membuka BPRS baru terutama di 12 propinsi lainnya yang
belum memiliki BPRS.
Bertambahnya jumlah bank syariah juga diikuti dengan penambahan jaringan kantor bank
syariah, yang pada periode laporan bertambah sebanyak 565 kantor. Dari jumlah itu, 525 kantor
merupakan jaringan kantor baru dari BUS dan UUS, dan 40 kantor lainnya merupakan jaringan kantor
baru BPRS (Tabel 1.1). Peningkatan jumlah kantor tersebut pada sebagian besar dalam bentuk Kantor
Cabang Pembantu (458 kantor), adapun penambahan Kantor Cabang tercatat sebanyak 68 kantor.
3
LPPS 2012
Tabel 1.1.
Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah
Kelompok Bank
2010
2011
2012
Bank Umum Syariah
11
11
11
Unit Usaha Syariah
23
24
24
1477
1737
2262
150
155
158
286
364
401
-
Jumlah Kantor BUS dan UUS
BPRS
-
Jumlah Kantor BPRS
1.3. PENGHIMPUNAN DANA
Sumber-sumber penghimpunan dana (tidak termasuk modal) perbankan syariah secara umum
didominasi oleh dana pihak ketiga (DPK). Pada kelompok BUS kontribusi DPK mencapai 87,2%,
sedangkan pada UUS dan BPRS kontribusi DPK masing-masing sebesar 77,3% dan 73,7%. Kontribusi
DPK pada BUS secara umum sedikit menurun dari tahun 2012 yang mencapai 90,6%. Penurunan
tersebut dikompensasi oleh peningkatan dana antar bank, diantaranya dalam bentuk sertifikat
investasi mudharabah antar bank (SIMA), yang meningkat hingga 84,4% (yoy) pada BUS, seiring
meningkatnya preferensi terhadap instrumen likuid. Sementara pada UUS, pendanaan selain DPK
utamanya berasal dari dana bank induk dengan porsi tetap sebesar 15,4%. Pada BPRS, selain DPK yang
menjadi sumber utama, BPRS juga memanfaatkan pendanaan dari bank-bank umum syariah dengan
pangsa 21,5% (Grafik 1.3). Secara umum pemanfaatan sumber dana dari bank lain menunjukkan
peningkatan, hal mana mengindikasikan semakin meningkatnya keterkaitan antar bank yang perlu
dicermati dalam antisipasi tekanan likuditas yang berpotensi sistemik.
Selain itu, sumber pendanaan alternatif dalam bentuk secured/unsecured financing dari pasar
keuangan dan atau kreditor lainnya juga mulai menjadi pilihan. Pada tahun 2012 tercatat penerbitan
sukuk subordinasi oleh BUS meningkat Rp1,3 triliun. Meski demikian, pangsa sumber dana tersebut
masih relatif rendah yaitu 2,3% pada BUS dan kurang dari 2% pada UUS. Sementara itu sumber dana
dalam bentuk valas juga masih terbatas dengan porsi sebesar 4,9%. Kondisi tersebut merefleksikan
preferensi layanan keuangan syariah yang masih relatif sederhana dan belum menuntut pemanfaatan
instrumen pasar keuangan dan valas, hal mana menyebabkan kewajiban bank syariah relatif tidak
terpengaruh bila terjadi volatilitas harga di pasar keuangan dan valas.
Dari sisi jangka waktu, sumber dana perbankan syariah masih sangat didominasi oleh
instrumen pendanaan jangka pendek sehingga mempengaruhi fleksibilitas bank dalam
mengoptimalkan pengelolaan dana misalnya untuk segmen pembiayaan proyek infrastruktur dan
korporasi yang berjangka panjang, dengan tetap menjaga kecukupan likuiditas. Hal ini terutama
tercermin dari komposisi DPK BUS dan UUS yang sebagian besar terdiri atas instrumen giro dan
tabungan yang sifatnya dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan pangsa 42,6%, serta deposito berjangka
kurang atau sama dengan 1 bulan dengan pangsa 36,4% dari total DPK (Grafik 1.4).
4
LPPS 2012
BPRS
Grafik 1.3.
Komposisi Sumber Dana
Grafik 1.4
Jangka Waktu DPK BUS & UUS (2012)
2012
4%
2011
UUS
Giro
Kew. pd bank
Tabungan
Surat Berharga
Deposito ≤1 bln
Pinj. Diterima
2011
12%
12%
DPK
2012
5%
31%
Kew. pd Induk
BUS
2012
Deposito ≤3 bln
Deposito ≤6 bln
Lainnya
Deposito >6 bln
36%
2011
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
Dana pihak ketiga yang dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2012 tercatat tumbuh
sebesar 27,8% (yoy), sedangkan pada BPRS mencapai 40,2% (Tabel 1.2). Dibandingkan tahun 2011
yang mencapai 51,8%, pertumbuhan DPK BUS dan UUS tersebut melambat meskipun masih lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional sebesar 15,8% (yoy). Berdasarkan jenis
instrumen, pertumbuhan terendah dialami deposito (19,7%, yoy) yang terjadi pada kelompok BUS.
Sementara pertumbuhan tabungan sedikit menurun dari dari 42,3% menjadi 38,2%, sedangkan
pertumbuhan giro justru meningkat dari 32,6% menjadi 47,5% dalam periode yang sama.
Secara umum perkembangan tersebut sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan.
Perbankan syariah memanfaatkan tren tersebut untuk meningkatkan porsi tabungan dan giro,
sekaligus mengurangi ketergantungan struktur dana pada pemilik dana yang memiliki target return
tinggi. Kontribusi tabungan dan giro pada DPK perbankan syariah meningkat dari 38,7% pada tahun
2011 menjadi 42,6%. Sejalan dengan hal tersebut, sejak pertengahan 2013 return differential deposito
rupiah perbankan syariah dibandingkan deposito BUK cenderung turun menjadi kurang dari 60 bps
(Grafik 1.5).
Langkah penyesuaian struktur DPK tersebut positif bagi ekspansi lebih lanjut bank-bank
syariah, khususnya pada segmen retail, untuk melayani kebutuhan transaksi masyarakat. Meskipun
demikian, tantangan memperbesar porsi dana tabungan dan giro tergolong berat, mengingat
dominasi sejumlah kecil BUK atas sumber dana tersebut. Porsi dana ‘murah’ pada DPK BUS dan UUS
tersebut masih jauh lebih rendah dari porsi yang dimiliki 5 BUK terbesar yang mencapai 66,2%, namun
sudah mendekati porsi dana tersebut pada BUK lainnya yang rata-rata sebesar 47,9%.
Tabel 1.2.
Perkembangan DPK (2012)
Kelompok Bank
Bank Umum
Nominal (Rp, triliun)
- BUS
- UUS
Pertumbuhan (yoy)
BPRS
Nominal (Rp, triliun)
Pertumbuhan (yoy)
Giro
Tabungan
17.7
15.4
2.3
47.5%
-
Deposito
DPK
45.1
35.8
9.3
38.2%
84.7
66.6
18.1
19.7%
147.5
117.8
29.7
27.8%
1.1
27.1%
1.8
46.2%
2.9
40.2%
5
LPPS 2012
Selain dipengaruhi penyesuaian struktur DPK yang dilakukan dalam merespon penurunan
tingkat bunga, pelambatan pertumbuhan DPK perbankan syariah juga dipengaruhi oleh penarikan
dana haji oleh Kementerian Agama yang mencapai Rp4,2 triliun. Pengaruh kedua faktor tersebut
terlihat pada kepemilikan DPK oleh nasabah institusi. Pertumbuhan DPK institusi pada periode laporan
sebesar 26,4% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan keseluruhan DPK BUS dan UUS. Hal ini
menyebabkan pangsa DPK institusi menurun dari 50,7% pada tahun 2011 menjadi 50,1% pada periode
laporan (Grafik 1.6).
Grafik 1.5.
Deposito BUS & UUS dan Tingkat Imbalan
Grafik 1.6.
DPK BUS & UUS Menurut Golongan Nasabah
100
10.0%
80
80%
90
9.0%
70
70%
80
8.0%
70
7.0%
60
60%
60
6.0%
50
50%
50
5.0%
40
40%
40
4.0%
30
3.0%
30
30%
20%
10%
20
2.0%
20
10
1.0%
10
0
0.0%
2009
dep iB >1bln
2010
dep iB ≤1bln
2011
tk.imbalan dep 1bln
2012
bunga dep 1bln
0
0%
2009
Individu (triliun)
2010
Institusi (triliun)
2011
Individu (%, yoy)
2012
Institusi (%, yoy)
Meskipun secara nominal pertumbuhan DPK mengalami pelambatan, namun dari sisi jumlah
rekening terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah rekening DPK
yang dikelola BUS dan UUS per Desember 2012 mencapai 10,9 juta rekening, atau sekitar 9,2% dari
total rekening simpanan yang dikelola bank umum secara nasional. Peningkatan jumlah rekening DPK
juga terjadi pada BPRS yang pada 2011 mengelola 0,8 juta rekening, sehingga total rekening DPK
perbankan syariah mencapai 11,7 juta, meningkat sebanyak 2,8 juta rekening, atau lebih tinggi dari
penambahan rekening pada 2011 sebanyak 2,2 juta rekening. Perkembangan tersebut menunjukkan
dukungan kuat perbankan syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. Peningkatan
akses dan preferensi nasabah atas produk dan layanan perbankan syariah senantiasa menjadi sasaran
yang terus diupayakan pencapaiannya oleh Bank Indonesia antara lain melalui program iB campaign
bersama industri perbankan syariah, edukasi masyarakat dan pengaturan serta perizinan perluasan
jaringan.
1.4. PENYALURAN DANA
Pembiayaan merupakan pilihan utama penempatan dana perbankan syariah dibandingkan
penempatan lainnya seperti penempatan pada bank lain ataupun surat-surat berharga. Hal itu terlihat
dari pangsa pembiayaan yang mencapai 75,6% dari total aset BUS dan UUS (Grafik 1.7). Pangsa
pembiayaan tersebut meningkat dari posisi tahun 2011 sebesar 70,6% pada BUS dan UUS. Sedangkan
pangsa pembiayaan pada BPRS sedikit menurun dari 76,0% pada tahun 2011 menjadi 75,6%.
6
LPPS 2012
Peningkatan pangsa pembiayaan tersebut sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan perbankan
syariah yang mencapai 43,7% (yoy). Ditengah perlambatan pertumbuhan DPK, pertumbuhan
pembiayaan yang tergolong signifikan tersebut menegaskan bahwa fungsi intermediasi perbankan
syariah berjalan dengan baik dan tetap fokus kepada sektor riil.
Penempatan dana lainnya yang cukup signifikan pada kelompok BUS dan UUS adalah
penempatan pada BI yaitu sebesar Rp26,7 triliun atau 13,7% dari total aset. Selain giro untuk
pemenuhan GWM, bank syariah menempatkan dana pada instrumen operasi moneter syariah (OMS)
berupa FASBIS, SBIS & Reverse Repo SBSN sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas.
Dibandingkan tahun sebelumnya, penempatan bank syariah pada instrumen OMS mengalami
penurunan hingga Rp1,9 triliun, antara lain untuk menutup kebutuhan penarikan dana haji dan
tingginya ekspansi pembiayaan. Namun demikian, secara keseluruhan alat likuid BUS dan UUS yang
terdiri atas primary reserve (kas dan giro pada BI) dan secondary reserve (instrumen OMS dan SBSN)
masih mengalami peningkatan sebesar 10,0% (yoy) menjadi Rp34,0 triliun. Pertumbuhan alat likuid
tersebut masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK. Meski demikian kemampuan BUS dan
UUS mengantisipasi risiko likuiditas yang bersumber dari penarikan DPK masih tergolong memadai.
Hal ini tercermin dari rasio alat likuid terhadap non core deposit (setelah dikurangi GWM) sebesar
105,1%, sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata BUK (113,7%), namun masih diatas normal
threshold 100%.
Grafik 1.7.
Komposisi Aset Perbankan Syariah (2012)
BPRS
Kas
Penempatan pd BI
Penempatan pd Bank Lain
UUS
Surat Berharga Dimiliki
Pembiayaan
Aset Produktif lain
Lainnya
BUS
0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Penyaluran dana dalam bentuk valas yang dilakukan bank-bank syariah secara umum masih
relatif rendah, meskipun sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Per posisi akhir tahun 2012, nilai
penempatan dana dalam valas pada BUS dan UUS sebesar Rp9,3 triliun, atau 4,8% dari total aset,
sedikit meningkat dari porsi tahun sebelumnya sebesar 4,3%. Rendahnya eksposur valas tersebut
mempermudah upaya bank-bank syariah mengendalikan risiko pasar yang bersumber dari fluktuasi
nilai tukar. Selain eksposur risiko nilai tukar yang rendah, eksposur bank-bank syariah terhadap risiko
pasar berupa penurunan nilai portfolio aset keuangan juga masih relatif rendah seiring jumlah surat
berharga yang dikategorikan selain hold to maturity yang baru sebesar Rp0,8 triliun atau 0,4 % dari
total aset.
7
LPPS 2012
Pembiayaan dan Risiko Kredit (credit risk)
Pertumbuhan pembiayaan (yoy) pada bank-bank umum syariah tercatat sebesar 34,2%,
melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 50,2%. Sebaliknya, pembiayaan pada kelompok
UUS meningkat 85,3%, jauh melebihi pertumbuhan tahun 2011 sebesar 52,4%. Demikian pula halnya
pembiayaan BPRS yang tumbuh 32,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 29,9%
(Grafik 1.8).
Grafik 1.8.
Perkembangan Pembiayaan
90%
120
80%
100
80
70%
BUS (Rp, triliun)
60%
UUS (Rp, triliun)
50%
BPRS (Rp, triliun)
60
40%
30%
40
BUS (yoy)
UUS (yoy)
BPRS (yoy)
20%
20
PYD (yoy)
10%
0%
2009
2010
2011
2012
Dilihat dari jenis akadnya, secara umum penyaluran pembiayaan perbankan syariah masih
didominasi oleh akad murabahah. Pada periode laporan pembiayaan murabahah tumbuh 56,1% (yoy),
sehingga menempati pangsa 59,7% dari total pembiayaan BUS dan UUS. Sementara pada pembiayaan
BPRS pangsa akad murabahah mencapai 80,3%. Pemanfaatan akad-akad lain dalam pembiayaan
berubah secara dinamis, khususnya pada kelompok BUS dan UUS. Pada periode laporan, penggunaan
akad ijarah dalam pembiayaan BUS dan UUS tercatat tumbuh 91,3% (yoy) sehingga pangsa
pembiayaan ijarah meningkat dari 3,7% pada tahun 2011 menjadi 5,0% pada tahun 2012. Sebaliknya
pembiayaan berbasis qardh yang tahun lalu berkembang pesat, pada periode laporan mengalami
perlambatan -6,5% (yoy) yang dipengaruhi oleh kebijakan perbankan syariah memperkuat kehatihatian dalam penjualan produk rahn emas. Perlambatan tersebut menurunkan pangsa pembiayaan
berbasis qard dari 12,6% menjadi 8,2% dalam periode yang sama. Pembiayaan lain yang pangsanya
tercatat mengalami penurunan dalam periode laporan adalah pembiayaan bagi hasil, yaitu dari 28,4%
menjadi 26,9%.
Alokasi penyaluran pembiayaan terjadi baik dalam bentuk pembiayaan kepada sektor-sektor
produksi yang diindikasikan oleh pembiayaan modal kerja dan investasi, maupun dalam bentuk
pembiayaan bagi rumah tangga (household) yang diindikasikan oleh pembiayaan konsumsi.
Sebagaimana pada perbankan konvensional, penguatan fokus bank syariah pada pembiayaan sektor
produktif mendorong kenaikan pembiayaan modal kerja dan investasi BUS dan UUS sebesar Rp23,1
triliun, atau 38,7% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 dengan laju pertumbuhan 31,7% 9
8
LPPS 2012
(yoy). Peningkatan tersebut juga didukung oleh stance penguatan kehati-hatian dalam penyaluran
pembiayaan konsumsi, antara lain melalui penetapan maksimal plafon per nasabah dan frekuensi
perpanjangan pembiayaan qardh beragun emas, yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan
pembiayaan konsumsi. Dalam periode laporan, kenaikan pembiayaan konsumsi BUS dan UUS tercatat
sebesar Rp21,8 triliun atau 50,6% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan 2011 sebesar 87,9% (yoy).
Berdasarkan sektor usaha (diluar sektor lainnya), pembiayaan bank-bank syariah masih
terkonsentrasi pada sektor jasa dunia usaha, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR),
masing-masing dengan pangsa sebesar 25,2% dan 8,6% (Grafik 1.9). Kinerja kedua sektor tersebut
relatif baik sepanjang 2012 yang diindikasikan oleh pertama, pertumbuhan yang diperkirakan
mencapai 8,1% (yoy, pdb harga konstan) untuk sektor PHR dan 7,1% (yoy) untuk jasa dunia usaha.
Kedua, risiko yang relatif rendah tercermin dari rendahnya rasio NPL (gross) perbankan nasional ke
masing-masing sektor yaitu 2,4% untuk sektor PHR dan 0,9% untuk sektor jasa dunia usaha.
Sementara itu, seiring perlambatan pertumbuhan pembiayaan bank syariah, alokasi pembiayaan ke
beberapa sektor menurun, diantaranya sektor industri pengolahan dan konstruksi. Pertumbuhan
pembiayaan BUS dan UUS pada kedua sektor tersebut selama periode laporan lebih rendah dari
pertumbuhan pembiayaan secara keseluruhan yai