Sistem pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil Pt.Toyota Astra Motor Auto 200 Setiabudi Division Bandung Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

VERY SUPRIADI

10104270

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) ini. Limpahan karunia yang tidak pernah ada habisnya telah mengangkat segala bentuk kekurangan, keterbatasan dan ketidakmampuan penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Adapun laporan tugas akhir ini saya ajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah tugas akhir/skripsi program strata satu, jurusan teknik informatika, fakultas teknik dan ilmu komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Saya menyadari bahwa pembuatan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini dikarenakan oleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan saya yang terbatas. Tentunya tidak ada sesuatu yang sempurna dalam suatu laporan tugas akhir yang dibuat. Oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kiranya terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, baik dalam tata tulis, isi, dan sebagainya.

Adapun dalam laporan ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil pembuatan tugas akhir tentang Pemberian Kredit Mobil. Judul yang diambil dalam membuat laporan tugas akhir ini adalah “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MOBIL PADA PT. TOYOTA ASTRA MOTOR AUTO 2000 SETIABUDI DIVISION BANDUNG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)’”.


(3)

iv

Laporan tugas akhir ini tidak akan berarti apa-apa tanpa bantuan dan dukungan semua pihak yang dengan segenap hati dan rasa tulus memberikan semua hal yang penulis butuhkan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Nabi Muhammad SAW.

2. Mama dan Ayahku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan yang tak pernah ada habisnya baik secara moriil terutama secara spirituil, serta cinta dan kasih sayang mereka yang selalu memberikan kekuatan kepada penulis.

3. Adik-adikku tercinta yang juga selalu memberikan dorongan serta cinta kasih mereka kepada penulis.

4. Rekan dari“Star Core Racing of Crew”, yang banyak membantu penulis dalam pengerjaan laporan tugas akhir ini, serta selalu memberikan dorongan dan semangat yang sangat berarti kepada penulis.

5. Bpk. Andry Alamsyah, S.Si, M.Si. selaku selaku pembimbing dan penguji II sidang yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukannya bagi penulis.

6. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku reviewer seminar dan penguji I sidang yang telah memberikan masukan kepada penulis.

7. Bpk. Ir. Taryana Suryana, M.Kom. selaku penguji III sidang yang telah memberikan masukan kepada penulis.


(4)

v

8. JohnS Due, Ari Saputro, Kahfi Gumelar, Yogi Firmansyah, Iwan Saepudin, Arif Afrianto, Dian Hariadi yang telah membantu banyak kepada penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.

9. Seluruh rekan-rekan di UNIKOM terutama kelas IF-6 dan IF-10K yang senantiasa memberikan dorongan, masukan, dan telah banyak berbagi kepada penulis selama berkuliah di UNIKOM hingga saat ini dan semoga seterusnya.

10.Seluruh rekan, teman, dan sahabat yang tidak tersebutkan namanya yang telah memberikan dorongan dan masukan kepada penulis selama ini. Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, penulis memberikan rasa hormat yang tak terhingga dan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu terselesaikannya pembuatan hingga terciptanya laporan tugas akhir ini.

Akhir kata, semoga laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2010


(5)

vi

ABSTRAK………...…...………..….. ABSTRACT………...………….……… KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL…...…………... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN……….. 1.1 Latar Belakang…………..…………..……….…… 1.2 Rumusan Masalah…...………...….. 1.3 Maksud dan Tujuan………..………...… 1.4 Batasan Masalah….………..… 1.5 Metode Penelitian……….………..………..…… 1.6 Sistematika Penulisan...……...….………...… BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….… 2. 1. Tinjauan Umum PT.Toyota Astra Motor...…...….. 2. 1.1 Sejarah Berdirinya PT.Toyota Astra Motor………....……. 2. 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan... 2. 2. Landasan Teori………..…... 2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan...………..….. 2.2.1.1 Definisi Keputusan... 2.2.1.2 Metode Keputusan... 2.2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan... 2.2.1.4 Tahap Pemodelan... 2.2.1.5 Karakteristik SPK pada Pengolahan Informasi... 2.2.1.6 Karakteristik- Karakteristik dasar SPK...

i ii iii vi x xiii xvi xix 1 1 5 6 7 8 11 14 14 14 17 17 14 18 19 19 20 22 22


(6)

vii

2.2.2 Analytic Hirarchy Process (AHP)... 2.2.2.1 Menyusun Hirarki... 2.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP... 2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP... 2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP... 2.3 Basis Data...………...…. 2.3.1 Pengertian Basis Data...

2.3.1.1 Definisi Basis Data... 2.3.1.2 Arsitektur Sistem Basis Data... 2.3.1.3 Sistem Pengelola Basis Data... 2.3.1.4 Bahasa Basis Data... 2.3.2 Pemodelan Sistem... 2.3.2.1 Diagram Konteks... 2.3.2.2 Entity Relation Diagram... 2.3.2.3 Data Flow Diagram... 2.3.2.4 Kamus Data... 2.3.3 Peraangkat Lunak Pendukung... 2.3.3.1 Delphi 7.0... 2.3.3.2 My SQL... BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN...

3.1 Analisis Sistem... 3.1.1 Analisis Masalah... 3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang sedang Berjalan... 3.1.3 Analisis Data Metode AHP... 3.1.4 Contoh Matriks Perbandingan Subkriteria...

3.1.4.1 Analisis Kriteria... 3.1.4.2 Menghitung Hasil(Bobot)... 3.1.5 Analisis Kebutuhan Non Fungsional... 3.1.5.1 Analisis Pengguna / User...

25 25 27 30 30 37 37 37 38 41 41 42 43 43 45 47 47 47 49 50 50 50 51 58 67 79 83 85 85


(7)

viii

3.1.7 Entity Relation Diagram (ERD)... 3.1.8 Analisis Kebutuhan Fungsional... 3.1.8.1 Diagram Konteks... 3.1.8.2 Data Flow Diagram (DFD)... 3.1.9 Sfesifikasi Proses... 3.2.0 Kamus Data... 3.2.1 Perancangan Sistem... 3.2.1.1 Skema Relasi... 3.2.1.2 Struktur Tabel... 3.2.2 Perancangan Arsitektur... 3.2.2.1 Perancangan Struktur Menu... 3.2.2.2 Perancangan Antar Muka... 3.2.2.3 Perancangan Pesan Konfirmasi... 3.2.3 Jaringan Semantik... 3.2.4 Perancangan Prosedural dengan Menggunakan Flowchart.. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM...

4.1 Implementasi... 4.1.1 Perangkat Keras Pembangun... 4.1.2 Perangkat Lunak Pembangun... 4.1.3 Implementasi Pengguna... 4.1.4 Implementasi Data... 4.1.5 Implementasi Antar Muka... 4.2 Pengujian Sistem... 4.2.1 Rencana Pengujian... 4.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian Alpha... 4.2.3 Kesimpilan Hasil Pengujian Alpha... 4.2.4 Pengujian Beta...

89 90 90 91 104 116 120 120 121 124 124 126 138 140 141 147 147 147 149 149 150 153 160 160 161 167 167


(8)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA...

171 171 172 173


(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model waterfall………..…

Gambar 2.1 Struktur Hierarki Perusahaan Astra International... Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan Toyota Astra Motor………. Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan………. Gambar 2.4 Tahap Pemodelan Sistem... Gambar 2.5 Struktur Hierarki AHP………...…… Gambar 2.6 Sistem Client Server Sederhana………...…. Gambar 2.7 Sistem Client Server Kompleks………...….. Gambar 3.1 Flow Map Pengajuan Kredit Mobil...………... Gambar 3.2 Flow Map Survey Lapangan... Gambar 3.3 Flow Map Keputusan Kredit...……….….. Gambar 3.4 Hierarki Untuk Memutuskan Pemberian Kredit Mobil...………..… Gambar 3.5 A Aplikasi Pengajuan Kredit... Gambar 3.5 B Aplikasi Pengajuan Kredit... Gambar 3.6 ERD SPK Pemberian Kredit Mobil... Gambar 3.7 Diagram Konteks SPK Pemberian Kredit Mobil ………... Gambar 3.8 DFD Level 0 SPK Pemberian Kredit Mobil ………... Gambar 3.9 DFD Level 1 Proses 1.0 Pengolahan Data Login…... Gambar 3.10 DFD Level 1 Proses 2.0 Pengolahan Data Master……... Gambar 3.11 DFD Level 2 Proses 2.1 Pengolahan Data User………... Gambar 3.12 DFD Level 2 Proses 2.2 Pengolahan Data Customer………….… Gambar 3.13 DFD Level 2 Proses 2.3 Pengolahan Data Kendaraan…………... Gambar 3.14 DFD Level 2 Proses 2.4 Pengolahan Kriteria...………….….. Gambar 3.15 DFD Level 2 Proses 2.5 Pengolahan Subkriteria...…………..… Gambar 3.16 DFD Level 1 Proses 3.0 Pengolahan Data SPK... Gambar 3.16 DFD Level 2 Proses 3.6 Pengolahan Penilaian...….….... Gambar 3.17 DFD Level 1 Proses 4.0 Pengolahan Data History…..……....…. Gambar 3.18 DFD Level 1 Proses 5.0 Pengolahan Data Laporan…………... Gambar 3.19 Skema Relasi SPK Pemberian Kredit Mobil...

11 15 16 19 20 30 38 38 52 56 51 66 79 80 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 100 101 102 103 121


(10)

xiv

Gambar 3.20 Struktur Menu Komite Kredit...………... Gambar 3.21 Struktur Menu Manager...…...… Gambar 3.22 Perancangan Form Menu Login... Gambar 3.23 Perancangan Form Menu Utama...………... Gambar 3.24 Perancangan Form Data User………... Gambar 3.25 Perancangan Form Data Customer... Gambar 3.26 Perancangan Form Data Kendaraan...……….... Gambar 3.27 Perancangan Form Perhitungan Matriks...…….…… Gambar 3.28 Perancangan Form Data Pemberian Kredit...………. Gambar 3.29 Perancangan Form History...……….. Gambar 3.30 Perancangan Form Laporan...……...….….. Gambar 3.31 Konfirmasi Login ditolak………...… Gambar 3.32 Konfirmasi Logout………... Gambar 3.33 Konfirmasi Cari Data Customer...……...……. Gambar 3.34 Konfirmasi HapusData Customer...…....…...…. Gambar 3.35 Konfirmasi Hapus Data Kendaraan...…....…....…. Gambar 3.36 Konfirmasi Kriteria pada Pengajuan Kredit...…....…...…. Gambar 3.37 Konfirmasi Keluar dari Aplikasi...…...…...…. Gambar 3.38 Jaringan Semantik Komite Kredit...…...…... Gambar 3.39 Jaringan Semantik Manager... Gambar 3.40 Prosedural Login... Gambar 3.41 Prosedural Tambah dan Ubah Data... Gambar 3.42 Prosedural Hapus Data... Gambar 3.43 Prosedural Cari Data... Gambar 3.44 Prosedural Cetak Data... Gambar 4.1 Tampilan Form Login...…...…... Gambar 4.2 Tampilan Menu Utama... Gambar 4.3 Tampilan Form Data User...………... Gambar 4.4 Tampilan Form Data Customer………... Gambar 4.5 Tampilan Form Data Kendaraan... Gambar 4.6 Tampilan Form Perhitungan Matriks... 156

125 126 127 128 129 130 131 133 134 136 137 138 138 139 139 139 139 140 140 141 142 143 144 145 146 155 154 154 155 155


(11)

xv

Gambar 4.7 Tampilan Form Proses SPK Pemberian Kredit...……. 156

Gambar 4.8 Tampilan Form Perhitungan Kriteria...157

Gambar 4.9 Tampilan Form History...157

Gambar 4.10 Tampilan Form Cetak History...158

Gambar 4.11 Tampilan Form Laporan...…....…..158

Gambar 4.12 Tampilan Form Cetak Laporan...…....…..159

Gambar 4.13 Tampilan Form About...…...159


(12)

173

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdul Kadir, 2004, Dasar Aplikasi Database MySql Delphi, Andi, Yogyakarta.

[2] Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc., 2004, Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[4] Jogianto H M, 1999, Pengenalan Komputer , Andi, Yogyakarta.

[5] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika, Bandung.

[6] Panduan Praktis PEMROGRAMAN Borland Delphi 7.0, Andi, Yogyakarta.

[7] Pressman, Roger S., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi (Buku I), Andi, Yogyakarta.

[8] Al-Bahra, Lajamudin, 2005, Analisis Dan Desain Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.


(13)

1 1. 1 Latar Belakang Masalah

PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi Division Bandung adalah

Perusahaan Dealer mobil yang bergerak dibidang penjualan cash dan kredit mobil

merk Jepang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga suatu

instansi ataupun sebuah perusahaan tidak terlepas dari penggunaan komputer

sebagai alat bantu pengolahan data. Cara-cara manual mungkin saja masih dapat

dipergunakan apabila data yang diolah masih sedikit. Pengolahan data secara

manual semakin banyak menunjukkan kelemahan salah satunya adalah user yang

mengolahnya akan merasakan kejenuhan sehingga informasi yang dihasilkan

menjadi tidak akurat lagi dan sering terjadinya duplikasi. PT. Toyota Astra Motor

Auto 2000 Setiabudi Division Bandung mempunyai keinginan untuk

memanfaatkan teknologi informasi secara optimal melalui pembangunan sistem

yang terkomputerisasi secara menyuluruh, tetapi pada kenyataannya perusahaan

tersebut belum mempunyai suatu sistem terintegrasi yang dapat menyusun

pemberian kredit mobil dan menyajikan informasi yang mampu menyediakan

pilihan sebagai sarana pendukung pengambilan keputusan. Selama ini proses

pemberian kredit masih dilakukan secara manual yakni diimplementasikan dalam

bentuk excel, meskipun di perusahaan tersebut sudah terdapat suatu sistem, tetapi

sistem yang sedang berjalan merupakan sistem informasi yang kurang begitu


(14)

PT. Toyota-Astra Motor (TAM) merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk

(ATPM) Mobil Toyota di Indonesia. Seiring dengan perubahan dan

perkembangan yang terjadi dalam suatu perusahaan, maka harus dapat dimonitor

oleh pemimpin perusahaan. Hal ini dapat tercapai apabila tersedia informasi yang

cukup, semakin besar suatu perusahaan semakin banyak informasi yang

dibutuhkan dan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha, memacu

perusahaan untuk mendapatkan informasi yang cepat, relevan, tepat waktu dan

dapat dipercaya. Informasi merupakan faktor yang sangat penting dan berharga,

hal ini dapat dimengerti karena informasi merupakan acuan utama untuk

mengambil kebijakan suatu perusahaan. Dalam hal ini mengenai kebijakan

pemberian kredit mobil kepada pelanggan pada PT. Toyota Astra Motor Auto

2000 Setiabudi. Merancang suatu sistem informasi pendukung keputusan

pemberian kredit mobil yang baik diperlukan suatu analisis tentang kebutuhan

informasi apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan menetapkan

kebijakan dalam pemberian kredit antara lain menetapkan Standard untuk

menerima atau menolak resiko kredit, yaitu menentukan siapa yang berhak

menerima kredit yang telah memenuhi syarat Five C, bagaimana karakter pelanggan dalam hal ini adalah identitas (Charakter), jaminan yang dimiliki untuk

menanggung resiko kredit (Collateral), kemampuan yang dimiliki pelanggan

seperti Pendapatan (Capital), kondisi keuangan, data keuangan pelanggan dalam

hal ini seperti Rekening Tabungan pelanggan memilikinya atau tidak (Condition),

dan kapasitas melunasi kredit dalam hal ini adalah pekerjaan (Capacity),


(15)

factoring, bantuan keuangan dari sesama group); menetapkan siapa yang

menanggung resiko kredit (dapat menggunakan perusahaan asuransi dalam hal ini

Asuransi Astra Buana); menetapkan kebijakan dan praktek penagihan,

menghindari suboptimasi oleh masing-masing Departemen. Perusahaan

melakukan penjualan kredit berarti terdapat piutangnya, dan syarat-syarat lainnya

akan mempermudah keputusan untuk pemberian kredit selanjutnya kepada

pelanggan tersebut.

PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi telah memiliki pola kebijakan

tersendiri, dimana kebijakan yang ada sudah cukup memadai Five C : Character,

Collateral, Capital, Condition dan Capacity semua informasi ini dapat diperoleh pertemuan dengan asosiasi kredit atau dari eksternal information, seperti laporan data yang dapat digunakan dalam menganalisis kredit dan rating dari

perusahaan-perusahaan. Sumber informasi lainnya adalah kuantitatif yang menggambarkan

kemungkinan pelanggan membayar secara on-time atau tidak dapat membayar

atau pailit. Dalam menetapkan kebijakan kredit, perusahaan harus merumuskan

terlebih dahulu Standard kredit dan syarat-syarat kredit.

Data-data yang pertama diperlukan sebagai syarat kredit diantaranya adalah:

KTP, Kartu Keluarga (KK), Kartu suami/istri, Jaminan, Pendapatan, Data

keuangan, dan Pekerjaan. Jaminan merupakan aset yang dapat dijadikan jaminan

jika sewaktu-waktu pelanggan cacat angsuran. Kemudian akan dilakukan Survey

lapangan dan selanjutnya hasil survey diproses, setelah itu hasil Survey yang telah

proses diserahkan kepada asosiasi kredit (Base Master). Penilaian kelayakan


(16)

database, tapi database yang digunakan masih dalam bentuk kertas tentu saja ini

kurang komprehensif dan kurang efisien, sehingga membutuhkan waktu yang

lama untuk pengolahan dan kendala terbesar adalah kesulitan dalam pencarian

atau penyimpanan arsip yang telah tersimpan. Serta masalah dalam pembuatan

laporan yang terlambat terkadang juga menghambat penyampaian informasi

kepada pimpinan perusahaan. Sistem informasi yang baik diperlukan untuk

mencegah atau mengurangi kesalahan-kesalahan dan kecurangan-kecurangan

yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu baik didalam ataupun diluar perusahaan.

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan dengan

memodelkan permasalahan kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bentuk

permasalahan secara bertingkat/berjenjang, kemudian memberikan penilaian

secara kualitatif subyektif terhadap elemen-elemen pada setiap tingkat. Dengan

pola penilaian tersebut, maka kasus yang ditemukan di PT. Toyota-Astra Motor

Auto 2000 sangat cocok apabila menggunakan metode ini, karena ketelitian

hasilnya sangat ditentukan oleh relevansi dan tingkat pemahaman permasalahan

dari pengambil keputusan. Biasanya di perusahaan tersebut pengambilan

keputusan dilakukan oleh kelompok individu yang relevan agar hasil penilaian

lebih berbobot. Selain itu sifat dari metode ini yang menyeluruh (tujuan dan

kriterianya dapat beragam) akomodatif (mampu menampung aspirasi berbagi

aktor), serta penilaiannya yang tidak saja berdasarkan angka absolut, melainkan

juga relatif (menggunakan skala) sehingga metode Analytical Hierarchy Process (AHP) terasa fleksibel, aktual dan handal untuk dapat dipakai sebagai alat dalam


(17)

menyelesaikan permasalahan penyusunan dalam pemberian kredit mobil yang ada

di perusahaan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan mengacu pada permasalahan diatas, maka

PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi memerlukan pembangunan sistem

yang dapat menyusun rencana pemberian kredit mobil sekaligus dapat

menyediakan pilihan sebagai pendukung pengambilan keputusan dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Maka dari itu penulis

akan mencoba mengembangkan proses pendukung keputusan, dengan cara membuat perangkat lunak dan menuangkannya dalam bentuk laporan tugas akhir dengan

judul “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil Pada PT.

Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi Division Bandung Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Proses dibatasi sampai layak atau tidaknya seorang pelanggan menerima kredit,

hanya sebagai alat bantu pengambil keputusan.

b. Pembangunan SPK Kredit direalisasikan pada tahap pembuatan perangkat

lunak SPK Kredit.

c. Dalam Pembangunan SPK pemberian Kredit ini, meliputi evaluasi dan


(18)

1.3 Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Adapun maksud dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membangun

suatu Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil PT. Toyota Astra

Motor Auto 2000 Setiabudi Division Bandung.

b. Tujuan

1. Membangun perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat bantu

pengambilan keputusan bagi Komite kredit dan Manager untuk pemberian

kredit kepada pelanggan.

2. SPK kredit yang dibuat menyediakan perhitungan kelayakan pelanggan

berdasarkan kriteria Five C, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

sebagai bahan pertimbangan. Kriteria Five C diantaranya:

1. (Character) Identitas Customer seperti, kartu Tanda Penduduk,

Kartu Keluarga, Surat Keterangan Nikah.

2. (Collateral) Jaminan yang dimiliki Customer.

3. (Capital) Kemampuan yang dimiliki Customer yaitu:

Pendapatan/Penghasilan Customer.

4. (Condition) Data keuangan Customer.

5. (Capacity) Pekerjaan Customer: Wiraswasta, Profesi, atau

Karyawan.


(19)

3. Sistem yang akan dibangun untuk kebutuhan Dua User, yaitu komunikasi

data menggunakan sistem Client-Server.

4. Mengintegrasikan kedalam database data-data pelanggan untuk

memudahkan dan mempercepat dalam proses pengolahan data, serta

mempercepat dalam menyediakan laporan.

5. Untuk menghasilkan ketentuan yang sesuai dengan syarat kredit yang telah

ditentukan.

1.4 Batasan Masalah

Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh,

karena luasnya bidang yang dihadapi penulis maka ruang lingkup masalah

dibatasi sebagai berikut:

a. Pembangunan SPK Kredit direalisasikan hanya sampai pada tahap

pembuatan perangkat lunak SPK Kredit.

b. Pembangunan SPK pemberian Kredit ini, meliputi evaluasi dan

implementasi SPK kredit, jadi hanya suatu sistem untuk mengambil

keputusan.

c. Proses dibatasi sampai perhitungan angsuran kredit dan layak atau tidaknya

seorang pelanggan menerima kredit, hanya sebagai alat bantu pengambil

keputusan.

d. SPK ini membahas perhitungan kelayakan pemberian kredit mobil kepada


(20)

Pengembangan perangkat lunak yang digunakan:

a. Menggunakan metode aliran data terstruktur yang terdiri dari Entity Relationalship Diagram (ERD), Diagram Konteks, Data Flow Diagram (DFD), dan Software pembangun sistem adalah Borland Delphi 7,

sedangkan untuk Database Management System menggunakan

MySQL(XAMPP).

b. Sistem Operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows XP.

1. 5 Metodologi Penelitian

Pembangunan sistem sesuai dengan metode waterfall dilakukan dalam

beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, analisis permasalahan, perancangan

proses, perancangan basis data, pengkodean (Coding) dan diakhiri dengan

penerapan sistem pada sistem kredit di PT. Toyota Astra Motor Auto 2000

Setiabudi Division Bandung.

1. Adapun tahap pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Teknik wawancara

Yang dilakukan secara langsung guna memperoleh informasi tentang

spesifikasi SPK kredit yang akan dibangun dan dikembangkan.

b. Observasi

Dilakukan secara langsung ke PT. Toyota Astra Motor Auto 2000


(21)

c. Studi Literatur

Dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengumpulkan

data-data melalui buku-buku, literature, paper, majalah ilmiah dan

sumber – sumber lainnya yang ada hubungannya dengan masalah SPK

yang akan dibangun.

2. Tahap pembuatan perangkat lunak

Unsur pembuatan perangkat lunak ini adalah dengan menggunakan

Diagram Konteks, Data Flow Diagram (DFD), dan Entity Relationalship Diagram (ERD).

Perangkat lunak yang digunakan adalah bahasa pemrograman

Borland Delphi 7 dan database MySql. Adapun tahap dalam system metode waterfall ini adalah sebagai berikut:

a. Sistem Engineering

Adalah tahap awal dalam Pembangunan dan Pengembangan SPK

Pemberian kredit di PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi,

yang di perlukan dan di sesuaikan dengan cara wawancara dan Survey.

b. Analisis

Merupakan tahap menganalisis hal-hal yang diperlukan dalam

Pembangunan dan Pengembangan SPK Pemberian kredit di PT.


(22)

c. Design

Tahapan ini dilakukan pembuatan perancangan antarmuka (interface)

dalam Pembangunan dan Pengembangan SPK Pemberian kredit di PT.

Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi.

d. Coding

Tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah

dirancang kedalam suatu bahasa pemrograman tertentu.

e. Pengujian

Tahap pengujian bertujuan untuk proses pengujian terhadap Sistem

Informasi yang telah dibuat.

f. Maintenance

Tahapan ini dilakukan setelah semua proses tahapan dilakukan,

maintenance/pemeliharaan ini berguna apabila perangkat lunak yang

dibuat ada perubahan/penambahan, sesuai dengan kebutuhan/


(23)

Gambar 1.1 Diagram Waterfall

1. 6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun merupakan gambaran dari Skripsi,

adapun urutan penulisan ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

- BAB I PENDAHULUAN

Menerangkan secara umum tentang latar belakang masalah yang

kemudian di intentifikasikan masalah tersebut kedalam maksud dan

tujuan, rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah,


(24)

- BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan teori yang digunakan untuk menguraikan mengenai satu

pedoman yang dikemukakan untuk memecahkan masalah, contohnya

seperti software atau bahasa pemrograman tertentu yang dipergunakan,

serta sekilas tentang profil Toyota.

- BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi tentang analisis terhadap seluruh sistem untuk mengetahui

kebutuhan sistem yang akan dibangun. Terbagi menjadi analisis masalah,

analisis prosedur yang sedang berjalan, analisis basis data, serta

perancangan sistem dimulai dari perancangan data, perancangan menu,

prosedur pelaksanaan pekerjaan dari permasalahan dan Pembuatan

perancangan antarmuka (interface) dari aplikasi yang dibangun.

- BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang kinerja perancangan aplikasi selesai

dilakukan. Setelah implementasi maka dilakukan pengujian terhadap

sistem yang baru dan akan dilihat kekurangan dan kelemahan pada


(25)

- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan dan merangkum beberapa kesimpulan dari Tugas

Akhir serta saran-saran untuk perkembangan sistem Aplikasi yang telah


(26)

14

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum PT. Toyota Astra Motor 2.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Toyota Astra Motor

PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 SetiaBudi Division Bandung adalah

Perusahaan Dealer mobil yang bergerak dibidang penjualan cash dan kredit mobil merk Jepang. Toyota didirikan oleh Sakichi Toyoda, yang berawal dari sebuah industri tekstil Marimutu Sinivasan dan PT. Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971. PT. Toyota Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) Mobil Toyota di Indonesia. Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989,

TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain : PT. Multi Astra

(pabrik perakitan, didirikan tahun 1973), PT. Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, didirikan tahun 1976), PT. Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun1982). Gabungan semuanya diberi nama PT. Toyota-Astra

Motor. Merger ini dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam

menjawab tuntutan akan kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif. Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, pada tahun 1998 diresmikan pabrik di Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia.


(27)

Sejak tanggal 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan,yaitu : a. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yang merupakan

perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International 15 % dan TMC (Toyota Motor Corporation) 85%.

b. PT. Toyota Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International 51 % sedangkan TMC (Toyota Motor Corporation) 49%. Oleh karena itu Astra International mempunyai beberapa Bidang Perusahaan diantaranya:

1. Otomotif ; Auto 2000 (Toyota), AI-DSO(Daihatsu), dan AI-ISO (Isuzu), AHM (Astra Honda Motor).

2. Agrobisnis ; Astra Agro Lestari.

3. Finance (Divisi Lembaga Keuangan Astra) ; Astra Sedaya Finance/ACC (Auto Cyber Center) dan Toyota Astra Finance (TAF), Bank (Bank Permata).

4. Infra Struktur ; Palyja (PAM) wilayah Jakarta-Utara. 5. Pertambangan ; Unity Tractor, Pama persada.

6. IT ; Astra Graphia.


(28)

Gambar 2.1 Struktur Hierarki Perusahaan Astra International

Auto 2000 merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan serta sebagian Sumatera. Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar ketiga di dunia dalam unit sales dan net sales.


(29)

2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi Division Bandung.

2.2 Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan menerangkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan aplikasi sistem pendukung keputusan Pemberian Kredit Mobil di PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi mengenai sistem pendukung keputusan.


(30)

2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Seperti yang dijelaskan diatas, sistem didefinisikan sebagai kumpulan objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen-elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan yang dihadapi.

2.2.1.1Definisi Keputusan

Kata keputusan sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan, karena berhubungan dengan masalah solusi. Definisi dari keputusan pada umumnya adalah pilihan (Choise), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Jika berhubungan dengan proses, maka keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis yang diberi label keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktivasi yang berhubungan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Dengan kata lain, keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan.

Keputusan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu:

1. Strategis, keputusan dengan ciri : Ketidakpastian besar dan orientasi masa depan.

2. Taktis, keputusan dengan ciri : Berhubungan dengan aktivitas jangka pendek dan alokasi sumber-sumber daya guna mencapai sasaran.


(31)

3. Teknik, keputusan dengan ciri: Standar-standar ditetapkan dan bersifat deterministik, mengusahakan agar tugas sfesifik diimplementasikan dengan efektif dan efisien.

2.2.1.2 Metode Keputusan

Adalah Model keputusan relevan dengan model secara umum. Dan Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata.

2.2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan

Dalam proses pengambilan keputusan terdapat model proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 3 fase, yaitu:

1. Penelusuran (Intellegence)

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah.

2. Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. Beberapa hal yang dilakukan dalam pembentukan model tahap perancangan ini diantaranya:

a. Strukturisasi model

b. Pemilihan kriteria untuk evaluasi, termasuk penetapan tingkat aspirasi untuk

menetapkan suatu tujuan yang layak.


(32)

d. Memperkirakan hasil, dikaitkan dengan ketersediaan informasi yang mempengaruhi ketidakpastian atau kepastian dari suatu hasil solusi.

3. Pemilihan (Choise)

Dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian di implementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

4. Implementasi (Implementation)

Merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang diambil.

Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan

2.2.1.4 Tahap Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata

Intellegence

(Penelusuran Lingkup Masalah)

Design

(Perancangan Penyelesaian Masalah)

Choise (Pemilihan Tindakan)

Implementation (Pelaksanaan Tindakan)


(33)

berdasarkan sudut pandang tertentu. Sistem nyata akan dilihat dan dibaca oleh pemodelan dan bentuk citra atau gambaran tertentu.

Pemodelan dilakukan dalam beberapa tahapan seprti yang ditujukan oleh gambar 2.3 tahapan ini menjadi arah bagi pemodelan untuk membuat model yang memiliki kriteria dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan, berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan asumsi.

Gambar 2.4 Tahap Pemodelan Sistem

Tahap ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen pada suatu sistem yang benar-benar menentukan prilaku sistem untuk suatu persoalan yang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap memperhatikan validitasnya dan asumsinya.


(34)

2.2.1.5 Karakteristik SPK pada Pengolahan Informasi

Pada pengolahan informasi/data terdapt konsep-konsep pengolahan, yaitu: Pengolahan Data Elektronik (PDE), Sistem Informasi Manajemen (SIM), dan Sistem Pendukung Keputusan (SPK). SPK pada pengolahan informasi adalah kemajuan secara revolusioner dari SIM dan PDE. Karena untuk PDE pengolahan data yang terfokus pada data, sedangkan SIM pengolahan data yang terfokus pada keputusan.

SPK merupakan sistem yang ditujukan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi lagi, dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Berfokus pada keputusan, ditujukan pada Manager puncak dan pengambil

keputusan.

2. Menekan pada fleksibilitas, adaptibilitas dan respon cepat.

3. Mampu mendukung berbagai gaya pengambilan keputusan.

SPK dari sudut teorikal, tidak hanya sekedar evolusioner dari PDE dan SIM, tetapi SPK merupakan kelas sistem informasi yang berinteraksi dengan bagian-bagian lain dari sistem informasi manajemen secara keseluruhan untuk mendukung aktivitas pengambilan keputusan dalam organisasi.

2.2.1.6 Karakteristik-karakteristik dasar SPK

Karakteristik dasar SPK terdiri dari 6 yaitu :

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management


(35)

2. Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan.

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah

terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai.

5. Memiliki subsistem- subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.

6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan

informasi.

2.2.1.7 Komponen- komponen SPK

SPK terdiri dari 3 komponen utama atau subsistem yaitu:

1. Subsistem Manajemen Basis Data (database)

Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data

tersebut disimpan dalam suatu basis data (database) yang diorganisasikan oleh

suatu sistem yang disebut sistem manajemen basis data (database mangement

sistem).

2. Subsistem Manajemen Basis Model (model base)

Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Model tersebut diorganisasikan oleh

pengelola model yaitu basis model (model base).


(36)

Keunikan lain dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem dengan pemakai secara interaktif. Fasilitas ini dikenal dengan subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem di implementasikan sehingga pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang.

2.2.1.8 Penentuan Kriteria

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagi berikut :

1. Lengkap

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.

2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat benar-benar menghayat implikasinya terhadapalternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.


(37)

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih

mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan baik, lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak.

2.2.2 Analytic Hierarchy Process (AHP) 2.2.2.1Menyusun Hierarki

Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika Unversity Of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1980-an. Menurut Thomas L. Saaty metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis.

AHP yang dikembangkan oleh saaty ini memecahkan yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia dan


(38)

statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numerik (kuantitatif), namaun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini.

Peralatan utama pada model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat empat aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP yaitu:

1. Reciprocal Comparison adalah pengambilan keputusan harus dapat

membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat reciprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan sekala x, maka B lebih disukai daripada A dengan sekala 1/x.

2. Homogeneity adalah preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam

sekala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemenya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

3. Independence adalah preferensi dinyatakan dengan mengamsusikan bahwa


(39)

objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.

4. Expectation adalah untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Selanjutnya Thomas L. Saaty menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atau isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan mengunkan metode AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam membuat suatu keputusan.

2.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang kehidupan.

a. Kelebihan-kelebihan metode AHP adalah:

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.


(40)

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternatife yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan

keputusan dan akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif maupun kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil lebih konsisten

dibandingkan dengan metode-metode lainnya.

6. Metode pengambilan keputusan AHP memilki sistem yang mudah

dipahami dan digunakan.

b. Kelemahan-kelemahan metode AHP yaitu:

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuaan yang cukup dalam

(expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri.

2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang

sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggung jawabkan, untuk itu Thomas L.Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain (Lihat tabel 2.1).


(41)

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting dari pada

elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian

sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit

lebih cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian

sangat kuat menyokong satu

elemen dibandingkan atas

elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih

penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting

dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain

memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin

menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

perbandingan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.


(42)

2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik serta subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut. (Marimin, 2004).

2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP

Untuk mendukung pengambilan keputusan yang akan dibuat ini,maka digunakan perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap-tahap dalam proses perhitungan bobot antara lain:

a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti gambar dibawah ini :


(43)

Goal

Objectives

Sub-Objectives

Alternatives

Gambar 2.5 Struktur Hierarki AHP

b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara:

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada

tabel 2.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasaumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian Sertifikasi dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.

2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria


(44)

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom

K1 K2 … Kn

K1 Nilai perbandingan K11 +… … +…

K2 Nilai perbandingan K12 +… … +…

K3 Nilai perbandingan K13 +… … +…

: : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n +… … +…

Kolom

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris

K1 K2 … Kn TPV

K1 Nilai perbandingan K11 /

kolom

+… … +… baris1n/n

K2 Nilai perbandingan K12 /

kolom

+… … +… baris2n/n

K3 Nilai perbandingan K13 /

kolom

+… … +… baris3n/n

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n /

kolom

+… … +… barisnn/n

Keterangan :

K = Kriteria


(45)

TPV = Total Priority Value

Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria.

3. Memeriksa konsitensi matriks perbandingan suatu kriteria.

Adapun langkah-langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai berikut:

1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TVP dikalikan dengan nilai-nilai

elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri-entri pada setiap baris, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :

Tabel 2.4 Perkalian TPV dengan elemen matriks

K TPV K1 TPV K2 TPV Kn

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 … Nilai perbandingan K1n * TPV Kn

K2 … … …

K3 … … …

: : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn … Nilai perbandingan Knn * TPV Knn


(46)

Tabel 2.5 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian

K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn baris

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… barisk1

K2 … +… … +… …

K3 … +… … +… …

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… bariskn

3. Kemudian mencari maks, pertama-tama mencari nilai rata-rata setiap

kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no. 2 diatas yaitu baris dibagi dengan TVP dari setiap kriteria.

baris K1 TPV K1 maks K1

… ÷ … = …

baris Kn TPV Kn maks Kn

Kemudian akan diperoleh maks dengan cara sebagai berikut :

maks = maks K1 + … + … + maks Kn ÷ n

Keterangan :

maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria


(47)

4. Setelah mendapatkan maks, kemudian mencari Consistency Index (CI),

yaitu dengan persamaan :

CI = max – n

n – 1

5. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada

Nilai Indeks Random atau Random Index ( RI ) yang dapat di ambil dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil,dapat di lihat pada tabel 2.6, yaitu dengan persamaan :

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index (RI)

Orde Matri ks

1 2 3 4 5 6 7 8 9

RI 0.0

0

0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45

Orde Matri ks

10 11 12 13 14 15

RI 1.4

9

1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

CR = CI

RI

6 Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi

0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki.


(48)

7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria.

Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di bawah ini:

Vi = wj * xij

Dimana:

Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.

Wj = TPV (bobot prioritas) subkriteria yang di dapat dengan menggunakan metode (AHP).

Xij = Nilai alternatif pilihan sukriteria.

i = Alternatif pilihan


(49)

Tabel 2.7 Perhitungan Vi

No Subkriteria wj Alternatif

Pilihan

xij Wj *

xij

1 J1 Wj1 I1 Xij1 Wj1 *

xij1

... .... .... .... ... ...

N Jn Wjn in xijn Wjn *

xijn

Vi= wj * xij j

2.3 Basis Data

2.3.1 Pengertian Basis Data

Basis data menunjukan suatu cara yang digunakan untuk mengelola jaringan data secara fisik dalam memori sekunder yang akan berdampak pada bagaimana mengelompokan dan membentuk keseluruhan data yang terkait dalam sistem.

2.3.1.1 Definisi Basis Data

Basis data dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang dijelaskan seperti berikut :

1. Himpunan kelompok data yang saling berhubungan yang diorganisasi


(50)

2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

3. Kumpulan file yang saling berhubungan yang disimpan dalam media

penyimpanan electronics.

2.3.1.2 Arsitektur Sistem Sistem Basis Data

Arsitektur sistem data dipengaruhi oleh sistem komputer dimana basis data dijalankan.

a. Sistem Tunggal

Pada arsitektur ini, Data Base Management Sistem (DBMS), basis data dan aplikasi basis data ditempatkan pada komputer yang sama. Dengan demikian, pemakai yang menggunakannya setiap saat hanya satu orang (single user).

b. Sistem Client-Server

Client (yang menjalankan aplikasi basis data) dan Server (yang menjalankan

DBMS dan berisi basis data) pada komputer yang berbeda. Sistem Client Server

atau disebut juga sistem tersentralisasi diterapkan pada sebuah sistem jaringan.

Sistem Client Server ini ditujukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang

terdapat pada sistem sebelumnya. Sistem Client Server terdiri dari dua komponen

utama yaitu client dan server. Client berisi aplikasi basis data dan server berisi Data Base Management Sistem (DBMS) dan basis data. Setiap aktivitas yang

dikehendaki para pemakai akan lebih dulu ditangani oleh client. Client


(51)

Bila ada proses yang harus melibatkan data yang tersimpan pada basis data

barulah client mengadakan hubungan dengan server.

Pada sistem Client Server untuk memenuhi kebutuhan, client akan

mengirimkan message (perintah) query pengambilan data. Selanjutnya, server

yang menerima message tersebut akan menjalankan query tersebut dan hasilnya akan dikirimkan kembali ke client. Dengan begitu transfer datanya jauh lebih efisien. Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.6 Sistem Client Server Sederhana

Disamping bentuk client server sederhana terdapat pula bentuk client server yang lebih komplek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.6.


(52)

Dari kedua gambar diatas, dapat dilihat adanya dua macam implementasi

sistem client server. Bentuk yang sederhana dapat diterapkan pada sebuah

jaringan komputer lokal (LAN) dimana fungsi client (untuk menangani sebagian

besar proses pengolahan data seperti perhitungan, perulangan, pembandingan, dan lain-lain.) dan fungsi work station (untuk menangani interaksi dengan pemakai, menerima data masukan dan menayangkan hasil pengolahan) disatukan.

Adanya pemisahan fungsi client dan fungsi server, disamping

meningkatkan kompleksitas tersendiri dalam pembangunan aplikasi secara keseluruhan, juga menimbulkan kelemahan lain, yaitu aktivitas pemasangan aplikasi yang tidak praktis. Bila terdapat perubahan / perbaikan aplikasi basis data

maka harus mengulangi pekerjaan instalasi disemua mesin client yang digunakan.

Karena itu pekerjaan ini sangat cocok diterapkan pada sistem jaringan yang lebar

(WAN). Sedangkan pada varian sistem client server yang lebih kompleks, aplikasi

basis data tidak ditempatkan disetiap work station, tetapi dipasang pada setiap

client yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Jadi setiap client dan sejumlah work station membentuk sebuah LAN tersendiri. Karena client-client ini merupakan basis tempat aplikasi basis data disimpan dan turut menangani proses-proses dalam aplikasi, maka bagi work station, client ini dapat dipandang sebagai server

aplikasi. Tidak bagaimana work station yang diaktifkan dan dinonaktifkan oleh

para pemakai, client-client tersebut (sebagaimana juga DBMS server) harus selalu

dalam keadaan aktif dan terkoneksi dalam sebuah jaringan yang lebih besar (WAN). Dengan begitu tahap instalasi aplikasi dapat dilakukan secara jarak jauh (remote) dari lokasi lain, sehingga kelemahan dari sisi instalasi dapat diatasi.


(53)

2.3.13 Sistem Pengelola Basis Data (Database Managemnet System / DBMS)

Pengolahan basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) yang khusus / spesifik. Perangkat lunak inilah (disebut DBMS) yang akan menentukan bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia juga menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara bersama, keakuratan data dan sebagainya.

Perangkat lunak yang termasuk DBMS seperti dBase III+, dBase IV, FoxBase, MS-Access, Paradoks, MS-SQLServer, Orecle Borland-Interbase. Salah satu tujuan DBMS adalah untuk menyediakan fasilitas atau antar

muka ( interfase ) dalam melihat data ( yang lebih ramah / userfriendly ) kepada

pemakai.

2.3.1.4 Bahasa Basis Data (Database Language)

DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk.

Cara berinterkasi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut diatur dalam suatu bahasa khususnya yang diterapkan oleh perusahaan pembuat DBMS. Bahasa itu dapat ita sebut sebagai Bahasa Basis Data yang terdiri atas

sejumlah perintah yang diformulasikan dan dapat diberikan user dan dikenali atau

diproses oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi atau pekerjaan tertentu. Sebuah Bahasa Basis Data ada dua bentuk yaitu:

1. Data Definition Language (DDL) 2. Data Manipulation Language (DML)


(54)

Struktur atau skema basis data yang menggambarkan desain basis data

secara keseluruhan dispesifikasikan dengan bahasa khusus yang disebut Data

Definition Language (DDL), dengan bahasa inilah dapat dibuat tabel baru, membuat indeks, mengubah tabel, menentukan struktur penyimpanan tabel, dan sebagainya. Yang mana hasil dari kompilasi perintah DDL adalah kumpulan tabel

yang disimpan dalam file khusus yang disebut kamus data ( Data Dictionary ).

Sedangkan Data Manipulation Language (DML) merupakan bentuk

bahasa basis data yang berguna untuk melakukan manipulasi dan pengambilan data pada suatu basis data. Manipulasi data dapat berupa:

1. Penyisipan atau penambahan data baru dari suatu basis data

2. Penghapusan data dari suatu basis data

3. Pengubahan data dari suatu basis data

Data Manipulation Language (DML) merupakan bahasa yang bertujuna memudahkan pemakai untuk mengakses data sebagaimana direprentasikan oleh model data.

2.3.2 Pemodelan Sistem

Pada tingkat teknik, rekayasa perangkat lunak dimulai dengan serangkaian tugas pemodelan yang membawanya kepada suatu spesifikasi lengkap dari persyaratan representasi desain yang komprehensif bagi perangkat lunak yang akan dibangun. Model analisis, yang sebenarnya merupakan serangkaian model representasi teknis dari sistem. Saat ini ada dua yang


(55)

mendominasi landscap pemodelan analisis. Yang pertama analisis terstruktur, adalah pemodelan klasik dan yang kedua adalah analisis berorientasi objek.

2.3.2.1 Diagram Konteks

Diagram Konteks adalah diagram tingkat tinggi dari Diagram Alir Data yang merupakan gambaran global dari sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam maupun keluar suatu sistem dan merupakan alat yang

digunakan untuk melihat batasan antara sistem dengan eksternal entity.

2.3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

ERD merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antara data, karena hal ini relatife kompleks. Dengan ERD kita dapat menguji model dengan mengabaikan proses yang harus dilakukan. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur yaitu:

1. Entity

Adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan dibuat.

2. Atribut

Entity mempunyai elemen yang disebut atribut, dan berfungsi


(56)

3. Hubungan

Relationship sebagaimana halnyaentiti maka dalam hubungan pun harus dibedakan antara hubungan atau bentuk hubungan anatara entity dengan isi dari hubungan itu sendiri.

Relasi anatar dua file atau dua tabel dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1. One to One (satu ke satu) Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak entitas pada entitas B, dan begitu juga sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas A.

2. One to Many (satu ke banyak) Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak entitas pada satu himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B nerhubungan paling banayk dengan satu entitas pada himpunan entitas A.

3. Many to Many (banyak ke banyak) Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak entitas pada satu himpunan entitas B dan begitu juaga sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A.


(57)

2.3.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar sistem, dimana data disimpan, proses apa yang mengahasilkan data tersebut dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang akan dikenakan pada data tersebut.

DFD sering digunkan untuk mengambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya lewat telepon, surat, dan sebagainya). Atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, tape, disket dan sebaginya).

DFD merupakan alat yang cukup popular saat ini, karena dapat menggambarkan arus data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem yang baik.

Beberapa symbol yang akan digunaka di dalam DFD anatara lain menurut Jogianto adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan luar (External Entity)

Setiap sistem mempunyai batas sistem yang memisahkan suatu system

dengan lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input dan

menghasilkan output kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external

entity) merupakan kesatuan dilingkungan luar sistem dapat berupa orang, organisasi atau system lainnya yang berada dilingkungan luarnya yang


(58)

akan memberikan input atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini kebanyakan adalah salah satu dari berikut ini:

a. Suatu kantor, departemen atau devisi dalam perusahaan tetapi di luar sistem yang sedang dikembangkan.

b. Orang atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang

sedang dikembangkan.

c. Suatu organisasi atau orang di luar organisasi.

d. Sistem informasi yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan.

e. Sumber asli dari suatu transaksi.

f. Penerimaan akhir dari suatu laporan yang dihasilkan oleh sistem.

1. Aliran Data (Data Flow)

Aliran data di DFD diberi symbol suatu panah. Aliran data ini mengalirdiabtara proes (process) , simpan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Aliran data ini menunjukan aliran dari data yang dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.

2. Proses

Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses yang digambarkan secara umum. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.


(59)

Berkas atau simpanan data merupkan simpanan dari data yang dapat berupa:

1. Suatu file atau database di sistem computer.

2. Suatu arsip atau catatan manual.

3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang.

4. Suatu tabel acuan manual.

5. Suatu agenda atau buku.

2.3.2.4 Kamus Data

Kamus data dapat mendefinisikan dengan lengkap data yang mengalir diantara proses, penyimpanan data, dan entitas. Data yang mengalir tersebut dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil diproses sistem. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir pada konteks diagram dan DFD.

2.3.3 Perangkat Lunak pendukung

Berisi tentang teori singkat mengenai software pembangun sistem yang dipergunakan.

2.3.3.1 Delphi 7.0

Delphi adalah compiler (penterjemah) bahasa Delphi (awalnya dari

pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan basic, C. Bahasa pemrograman di Delphi disebut bahasa procedural yaitu bahasa atau sintaknya mengikuti urutan tertentu. Delphi disebut juga Visual Programming artinya


(60)

komponen–komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa gambar–gambar.

Delphi memiliki sarana untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan – kelebihan yang dimiliki Delphi antara lain karena pada Delphi, form dan komponen – komponennya dapat dipakai ulang dan dikembangkan, tersedia template aplikasi dan template form, memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan, menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan mengakses data dari bermacam – macam format.

Delphi menggunakan bahasa objek pascal didalam lingkungan pemrograman visual. Kombinasi ini menghasilkan sebuah lingkungan pengembangan aplikasi yang berorientasi objek (Object Oriented Programming). Dengan konsep seperti ini, maka pembuatan aplikasi menggunakan Delphi dapat dilakukan dengan cepat dan menghasilkan aplikasi yang tangguh. Form dan komponen yang ada didalamnya, misalnya, dapat disimpan dalam suatu paket komponen yang dapat digunakan kembali, atau dimodifikasi seperlunya saja.

Khususnya untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrograman dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang diinginkan. Selain itu, Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format database, misalnya format MS.Access, Oracle, Foxro, Informix dan lain – lain. Format database yang dianggap asli dari Delphi adalah Paradox dan dBase.


(61)

Keunggulan yang dimiliki oleh Borland Delphi yaitu :

1. Memiliki banyak fitur

2. Dapat merancang dan membuat tampilan aplikasi yang bagus

3. Mudah dalam penulisan coding

4. Compatible dengan berbagai macam jenis database

2.3.3.2 My SQL

MySQL adalah Relational Database Management System (RDMS) yang didistribusikan secara gratis disebuah lisensi GPL (General Public License).

Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh

dijadikan produk turunan yang bersifat close source atau komersial. MySQL

sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak

lama, SQL (Structured Query Language) adalah sebuah konsep pengoperasian

database, terutama untuk pemilihan (seleksi) dan pemasukan data yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.

Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dengan cara kerja

optimizernya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh

user maupun program-program aplikasinya sebagai database server lainnya dalam

query data. MySQL adalah satu dari sekian banyak sistem database yang


(62)

50

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1Analisis Sistem

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan. Sebagai analisis sistem yang sedang berjalan, akan dibahas bagaimana prosedur dan aliran dokumen yang

sedang berjalan yang digambarkan dalam bentuk flowmap, dan analisis sistem

non fungsional yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang

digunakan, serta analisis user yang terlibat.

3.1.1Analisis Masalah

Analisis masalah merupakan sebuah asumsi dari masalah yang akan diuraikan dalam prosedur-prosedur pengolahan data pada program Sistem Pendukung Keputusan yang berada pada PT. Toyota Astra Motor Auto 2000 Setiabudi. Analisis masalah dari prosedur yang ada, yaitu:

1. Masih kurang akurat dalam mekanisme perhitungan pemberian kredit.

2. Bagaimana menentukan keputusan yang tepat dalam melakukan pemberian


(63)

3. Kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses pengolahan data.

3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan

Setelah diadakan pengamatan sistem yang sedang berjalan, diperoleh tiga prosedur sebagai prosedur sistem manual yang sedang berjalan di dalam pemberian kredit mobil, diantaranya yaitu :

1. Prosedur Pengajuan Kredit

Prosedur permohonan kredit ini merupakan proses dimana terjadinya pengajuan surat permohonan. Prosedur dari permohonan kredit ini melibatkan 7 entitas yaitu Customer, Sales (Dealer), First Analis, Base Master, Surveyor, Komite kredit dan Komite Kredit.

a. Customer datang ke Dealer dan mengajukan permohonan dengan Syarat

khusus, sebagai persyaratan kelengkapan. Persyaratan kelengkapan itu sendiri adalah:

- Memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk)

- Memiliki KK (Kartu Keluarga)

- Menyertakan data keuangan/Pendapatan perbulan

- Keterangan Pekerjaan

- Asset/Jaminan (Sertifikat Tanah, Sertifikat Rumah)

- Kartu Suami Istri (Surat Nikah), jika sudah menikah.

b.Sales Dealer menerima persayaratan kelengkapan dari Customer, lalu

persayaratan kelengkapan tersebut di serahkan kepada First Analis untuk di analisa syarat kelengkapannya.


(64)

c. Apabila setelah dianalisa ada persyaratan yang kurang/tidak memenuhi syarat/ada suatu surat yang telah habis masa berlakunya/ada yang kurang jelas, maka data kelengkapan persyaratan tersebut dikembalikan lagi kepada Sales Dealer, kemudian kepada untuk dilengkapi terlebih dahulu.

d.Jika data kelengkapan persyaratan yang telah masuk ke First Analis sudah

lengkap maka data tersebut di lanjutkan kebagian Base Master.

e. Oleh bagian Base Master kemudian di arsipkan.


(65)

(66)

2. Prosedur Survey Lapangan

a. Base Master kemudian memberikan order hasil analisa kepada

Surveyor untuk peninjauan/pengecekan dilapangan.

b. Setelah Surveyor mendapatkan data kebenaran tentang Customer,

selanjutnya data tersebut diserahkan kepada Komite kredit untuk diarsipkan.

c. Apabila data tidak sesuai dengan hasil pengecekan dilapangan, maka

Surveyor akan mengembalikan data tentang Customer kepada Base Master untuk dilakukan pengecekan ulang.

d. Jika pengecekan ulang dari Base Master telah lengkap, hal ini akan

diserahkan kepada Surveyor untuk peninjauan kembali.

e. Selanjutnya Komite kredit akan menerima data Customer dari

Surveyor yang telah sesuai untuk dijadikan arsip.


(67)

(68)

3. Proses Laporan Keputusan Kredit

a. Setelah data sesuai, Komite kredit melakukan pengkajian untuk

memberikan keputusan kredit. Setelah keputusan diputuskan barulah keputusan diolah dan didokumenkan dan dicetak.

b. Setelah data dicetak, lalu digandakan dengan cara data asli dicopy.

c. Surat keputusan kredit asli yang sudah disahkan oleh Komite kredit

diberitahukan kepada konsumen sebagai tanda bahwa Customer telah layak dan sah menerima kredit, maka diadakan perjanjian kontrak.

d. Lalu hasil penggandaan surat kredit yang sudah disahkan oleh Komite

kredit diserahkan kepada Administrator untuk mengkonfirmasi dan memvalidasi utang Customer ke Dealer kemudian diarsipkan.


(69)

!


(70)

3.1.3 Analisis Data Metode AHP a. Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

b. Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi:

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

2. Penilaian Kriteria dan alternatif.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 3.1


(71)

Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari pada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 5 Elemen yang satu sedikit lebih

cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyoong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting

dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Setelah melakukan wawancara dengan pihak PT. TAM Auto 2000 khususnya bagian kredit mobil, dalam menentukan pemberian kredit mobil PT.

TAM Auto 2000 menggunakan kriteria ketentuan Five C yang memiliki beberapa

kriteria yaitu: Character (Identitas), Collateral (Jaminan), Capital (Pendapatan),

Condition (Data Keuangan), dan Capacity (Pekerjaan). Yang mana kriteria dan


(72)

dan nilai tersebut mempunyai pengaruh yang sama penting terhadap nilai rata-rata menurut ketentuan dari pihak PT. TAM Auto 2000 Setiabudi Division Bandung.

Langkah selanjutnya Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada tabel 3.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian Pemberian kredit Mobil dengan

menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya. Dengan

cara seperti yang terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.2 Contoh Matriks Perbandingan Kriteria Five C

Kriteria Identitas Jaminan Pendapatan Data Keuangan Pekerjaan

Identitas 1 1 1 3 3

Jaminan 1 1 1 3 3

Pendapatan 1 1 1 3 3

Data Keuangan 1/3 1/3 1/3 1 3

Pekerjaan 1/3 1/3 1/3 1/3 1

Keterangan :

1. Baris 2 kolom 2, Identitas – Identitas nilai perbandingannya 1, berarti

kedua elemen sama pentingnya.

2. Baris 2 kolom 3, Identitas – Jaminan nilai perbandingannya 1 berarti

kedua elemen sama pentingnya.

3. Baris 2 kolom 4 Identitas – Pendapatan nilai perbandingannya 1, berarti


(73)

4. Baris 2 kolom 5 Identitas – Data Keuangan nilai perbandingannya 3, berarti elemen Data Keuangan sedikit lebih penting dari pada elemen Identitas.

5. Baris 2 kolom 6 Identitas – Pekerjaan nilai perbandingannya 3, berarti

elemen Pekerjaan sedikit lebih penting dari pada elemen Identitas.

6. Baris 3 kolom 2, Jaminan – Identitas nilai nilai perbandingannya 1, berarti

kedua elemen sama pentingnya.

7. Baris 3 kolom 3, Jaminan – Jaminan nilai perbandingannya 1, berarti

kedua elemen sama pentingnya.

8. Baris 3 kolom 4, Jaminan – Pendapatan nilai perbandingannya 1, berarti

kedua elemen sama pentingnya.

9. Baris 3 kolom 5, Jaminan – Data Keuangan nilai perbandingannya 3,

berarti Elemen Data Keuangan sedikit lebih penting dari pada elemen Jaminan.

10.Baris 3 kolom 6, Jaminan – Pekerjaan nilai perbandingannya 3, berarti

Elemen Pekerjaan sedikit lebih penting dari pada elemen Jaminan.

11.Baris 4 kolom 2, Pendapatan – Identitas nilai perbandingannya 1, kedua

elemen sama pentingnya.

12. Baris 4 kolom 3, Pendapatan – Jaminan nilai perbandingannya 1, kedua

elemen sama pentingnya.

13. Baris 4 kolom 4, Pendapatan – Pendapatan nilai perbandingannya 1,


(74)

14.Baris 4 kolom 5, Pendapatan – Data Keuangan nilai perbandingannya 3, berarti Elemen Data Keuangan sedikit lebih penting dari pada elemen Pendapatan.

15.Baris 4 kolom 6, Pendapatan – Pekerjaan nilai perbandingannya 3, berarti

Elemen Pekerjaan sedikit lebih penting dari pada elemen Pendapatan.

16.Baris 5 kolom 2, Data Keuangan– Identitas nilai perbandingannya 1/3,

berarti elemen Identitas sedikit lebih penting dari pada elemen Data Keuangan. Perbandingan elemen Identitas sedikit menyokong elemen Data Keuangan.

17.Baris 5 kolom 3, Data Keuangan – Jaminan nilai perbandingannya 1/3,

berarti elemen Jaminan sedikit lebih penting dari pada elemen Data Keuangan Perbandingan elemen Jaminan sedikit menyokong elemen Data Keuangan.

18.Baris 5 kolom 4, Data Keuangan – Pendapatan nilai perbandingannya 1/3,

berarti elemen Pendapatan sedikit lebih penting dari pada elemen Data Keuangan Perbandingan elemen Pendapatan sedikit menyokong elemen Data Keuangan.

19.Baris 5 kolom 5, Data Keuangan – Data Keuangannilai perbandingannya

1, berarti kedua elemen sama pentingnya.

20.Baris 5 kolom 6, Data Keuangan – Pekerjaan nilai perbandingannya 3,

berarti elemen Pekerjaan sedikit lebih penting dari pada elemen Data Keuangan.


(75)

21.Baris 6 kolom 2, Pekerjaan – Identitas nilai perbandingannya 1/3, berarti elemen Identitas sedikit lebih penting dari pada elemen Pekerjaan.

22.Baris 6 kolom 3, Pekerjaan – Jaminan nilai perbandingannya 1/3, berarti

elemen Pekerjaan sedikit lebih penting dari pada elemen Identitas. Perbandingan elemen Jaminan sedikit menyokong elemen Pekerjaan.

23.Baris 6 kolom 4, Pekerjaan – Pendapatan nilai perbandingannya 1/3,

berarti elemen Pendapatan sedikit lebih penting dari pada elemen Pekerjaan. Perbandingan elemen Pendapatan sedikit menyokong elemen Pekerjaan.

24.Baris 6 kolom 5, Pekerjaan – Data Keuangan nilai perbandingannya 1/3,

berarti elemen Data Keuangan sedikit lebih penting dari pada elemen Pekerjaan. Perbandingan elemen Data Keuangan sedikit menyokong elemen Pekerjaan.

25.Baris 6 kolom 6, Pekerjaan – Pekerjaan nilai perbandingannya 1, berarti

kedua elemen sama pentingnya.

Langkah selanjutnya melakukan normalisasi nilai perbandingan yaitu 1/3= 0,3 setelah

normalisasi nilai perbandingan maka langkah selanjutnya menjumlahkan nilai


(76)

Tabel 3.3 Contoh menjumlahkan Nilai perbandingan dengan jumlah kolom ( kolom)

Kriteria Identitas Jaminan Pendapatan Data Keuangan Pekerjaan

Identitas 1 1 1 3 3

Jaminan 1 1 1 3 3

Pendapatan 1 1 1 3 3

Data Keuangan 0,3 0,3 0,3 1 3

Pekerjaan 0,3 0,3 0,3 0,3 1

kolom 3,6 3,6 3,6 10,3 13

Penjumlah kolom untuk kolom 2 yaitu: 1+1+1+0,3+0,3=3,6 untuk kolom 3 yaitu: 1+1+1+0,3+0,3=3,6 untuk kolom 4 yaitu: 1+1+1+0,3+0,3=3,6 untuk kolom 5 yaitu: 3+3+3+1+0,3=10,3 dan untuk kolom 6 yaitu: 3+3+3+3+1=13.

Dapat dilihat hasilnya ( kolom) pada baris yang paling bawah berwarna biru.

Tabel 3.4 Contoh Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom)

Kriteria Identitas Jaminan Pendapatan Data Keuangan Pekerjaan

Identitas (1)/(3,6) (1)/(3,6) (1)/(3,6) (0,3)/(10,3) (3)/(13)

Jaminan (1)/(3,6) (1)/(3,6) (1)/(3,6) (0,3)/(10,3) (3)/(13)

Pendapatan (1)/(3,6) (1)/(3,6) (1)/(3,6) (0,3)/(10,3) (3)/(13)

Data Keuangan (0,3)/(3,6) (0,3)/(3,6) (0,3)/(3,6) (1)/(10,3) (3)/(13)

Pekerjaan (0,3)/(3,6) (0,3)/(3,6) (0,3)/(3,6) (0,3)/(10,3) (1)/(13)

Langkah selanjutnya setelah melakukan pembagian nilai kriteria dengan

hasil jumlah kolom (nilai kriteria/" kolom). Kolom 2 yaitu: 1/3,6=0,2 1/3,6=0,2


(1)

Gambar 3.39 Jaringan Semantik Manager

3.2.4 Perancangan Prosedural Dengan Menggunakan Flowchart

Perancangan program akan menjelaskan tentang bagaimana program aplikasi berjalan. Perancangan prosedural digambarkan dalam bentuk flow chart.


(2)

1. Prosedural Login


(3)

2. Prosedural Tambah dan Ubah Data


(4)

3. Prosedural Hapus Data


(5)

4. Prosedural Pencarian Data


(6)

5. Prosedural Cetak Data


Dokumen yang terkait

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Analisis Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Berdasarkan Nilai Consistency Ratio

2 46 123

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Pengembangan sistem pendukung keputusan dalam pemilihan fakultas perkuliahan berbaiss mobile web

3 15 150

Sistem pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil Pt.Toyota Astra Motor Auto 200 Setiabudi Division Bandung Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

9 30 163

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MOBIL MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI CV. ANGKASA MOBIL FINANCE

1 0 9

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Ilyas

0 0 11