Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari – Juni 2015

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi luka operasi atau Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi yang
terjadi disepanjang jalur pembedahan setelah dilakukan operasi. SSI merupakan
penyebab infeksi nosokomial yang paling sering, 38% dari semua pasien bedah
yang terinfeksi (Anaya dan Dellinger, 2008). SSI merupakan salah satu
komplikasi tindakan operasi, dimana dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas
dan biaya perawatan yang disebabkan oleh lamanya masa perawatan dan adanya
komplikasi lain (Yuwono, 2013).
Survei WHO menunjukkan bahwa angka kejadian SSI dinegara
berkembang berkisar 2,6% sampai 30,9%. Di Ameika Serikat angka kejadian
Infeksi nosokomial berkisar 5% sampai 6% dari 1,7 juta pasien, kejadian
mortalitas 3,6% kira – kira 99.000 kematian, dengan biaya pertahun kira kira 4,5
milyar US$. Di Eropa prevalensi infeksi nosokomial 3,5% - 14,8% (rata – rata
7,1%), kejadian mortalitas 37.000 kematian. Pada penelitian Haryanti et al.,
(2013) prevalensi SSI pasca-bedah abdomen pada anak di RSCM selama tiga
tahun 7,2%. SSI merupakan 23,6% dari total infeksi nosokomial pasca-bedah

abdomen di RSCM. Insidens infeksi luka operasi di bangsal kebidanan dan
kandungan RSCM pada bulan Agustus-November 2011 sebesar 4,4% (Wardoyo et
al., 2014).

Banyak faktor resiko penyebab infeksi luka operasi, faktor tersebut terbagi
atas dua faktor utama yaitu kondisi pasien dan kondisi operasi. Pada penelitian
dengan meneliti variabel usia, jenis kelamin, lama rawat pre-operatif, kategori
luka operasi, lama operasi, penggunaan antibiotik profilaksi, cukur rambut preoperatif, penyakit pre-morbid, skin preparation pre-operatif, merokok, dan jenis
operasi. Terdapat hubungan bermakna antara variabel bebas tersebut terhadap SSI

Universitas Sumatera Utara

2

kecuali usia, jenis kelamin, lama rawat pre-operatif, penggunaan antibiotik
profilaksis, cukur rambut, pre operatif (Mawalla et al., 2011).
Adapun jenis infeksi luka operasi menurut CDC dikelompokan menjadi
tiga kategori yaitu SSI insisi superfisial, SSI insisi dalam dan SSI organ/ruang.
Pada penelitian Zhang et al., (2012) kejadian SSI pada pasien yang terinfeksi HIV
rata-rata 47,5% (115 dari 242) dimana 38,4% SSI insisi superfial, 5,4% SSI insisi

dalam dan 3,7% SSI organ/ruang. Penelitian Mawalla et al., (2011) didapat
kejadian SSI pada 65 (26,0%) pasien dimana 56 (86,2%) SSI insisi superfisial dan
9 (13,8%) SSI insisi dalam. Pada penelitian Yuwono (2013) didapat kejadian SSI
56,67% yang terdiri dari SSI insisi superfisial 70,6%, SSI insisi dalam 23,5% dan
SSI organ/ruang 5,9%. Dapat disimpulkan kejadian infeksi luka operasi jenis SSI
insisi superfisial lebih banyak terjadi.
Pada zaman modern ini, infeksi luka operasi merupakan masalah yang
rumit bagi ahli bedah. Walaupun ada kemajuan antibiotik profilaksis, anestesi
yang lebih baik, peralatan yang unggul, perbaikan teknik kewaspadaan post
operasi, infeksi luka operasi tetap terjadi. Selain itu infeksi luka operasi lebih
lanjut dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan juga peningkatan biaya
yang dikeluarkan untuk biaya perawatan di rumah sakit (CDC, 2015).
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik di kota Medan sebagai
tempat rujukan di daerah, berfungsi menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Bukan sebaliknya menambah
jumlah orang sakit karena terjadinya infeksi nosokomial. angka kejadian infeksi
nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 di ruang rawat inap
2,6%, angka kejadian dekubitus 0,68%, di ICU angka kejadian pneumonia 9,6%,
di CVCU terdapat kejadian infeksi nosokomial phlebitis 4,48% (Habni, 2009).
Dari masalah yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui profil

infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik periode Januari – Juni
2015.

Universitas Sumatera Utara

3

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik
periode Januari – Juni 2015?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui profil infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam
Malik periode Januari – Juni 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan usia.
2. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan jenis kelamin.
3. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan lama operasi.
4. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan bakteri penyebab infeksi.


1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Memberikan informasi mengenai karakteristik dan distribusi populasi
yang mengalami infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam
Malik, Medan.
2. Memberikan informasi mengenai waktu lamanya operasi yang paling
sering menyebabkan infeksi luka operasi sehingga dapat di tangani
dengan tepat.
3. Data didalam penelitian ini juga dapat memberikan informasi untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi luka operasi.

Universitas Sumatera Utara