Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari – Juni 2015

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Landong Sihombing

Tempat / TanggalLahir :Kokar / 10 Juni 1992

Agama : Kristen protestan

Alamat : Jln. Bunga Cempaka I Pasar 3 Padang Bulan, Medan

RiwayatPendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 025 Siberuang Koto Kampar (1998-2005)

2. SekolahMenengah Pertama Negeri 2 Lintong Nihuta (2005-2008)

3. SekolahMenengahAtas Negeri 2 Sopo Surung Balige (2008-2011)

RiwayatOrganisasi :

1. Sie. Keamanan Paskah FK USU 2014

2. Badan Pengurus Harian (BPH) Natal FK USU 2014


(2)

(3)

(4)

ANGKA PREVALENSI INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN PASCA BEDAH DI BAGIAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI BULAN JANUARI SAMPAI JUNI

2015

1. Prevalensi Infeksi Luka Operasi Insisional Superfisial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Positif 19 11.0 11.0 11.0

Negatif 154 89.0 89.0 100.0

Total 173 100.0 100.0

2. Prevalensi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Infeki Luka Operasi

Total Positif Negatif

Jenis Kelamin Laki-laki Count 10 53 63

% of Total 5.8% 30.6% 36.4%

Perempuan Count 9 101 110


(5)

3. Prevalensi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur

Total < 21 21-40 41-60 > 60

Hasil Positif Count 5 4 8 2 19

% of Total 2.9% 2.3% 4.6% 1.2% 11.0%

Negatif Count 16 34 85 19 154

% of Total 9.2% 19.7% 49.1% 11.0% 89.0%

Total Count 21 38 93 21 173

% of Total 12.1% 22.0% 53.8% 12.1% 100.0%

4. Prevalensi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Lama Operasi

Lama Operasi

Total < 3 >= 3

Hasil Positif Count 9 10 19

% of Total 5.2% 5.8% 11.0%

Negatif Count 84 70 154

% of Total 48.6% 40.5% 89.0%

Total Count 93 80 173


(6)

5. Prevalensi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Pasien Infeksi Luka Operasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Eschericia coli 2 66.7 66.7 66.7

Bakteri tidak tumbuh 1 33.3 33.3 100.0


(7)

Daftar Pustaka

Anaya, D.A., Dellinger, P.E., 2008. Surgical complications. Dalam: Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers, B.M., Mattox, K.L. 2008. Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 18th ed. Philadelphia: Saunders, pp. 328-334.

Babb, JR. Liffe, AJ. 1995. Pocket Reference to Hospital Acquired infection Science Press limited, Cleveland Street, London. Available from:

http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/infeksi-nosokomial. (Accessed 21 December 2006).

Beilman, G.J., Dunn, D.L., 2015. Surgical Infection. Dalam: Brunicardi, F. C. 2015. Schwartz’s Principles of Surgery. 10th ed. USA: McGraw-Hill Education, pp. 135-150.

CDC, 2015. Surgical Site Infection (SSI) Event. Available from:

http://www.cdc.gov/nhsn/PDFs/pscManual/9pscSSIcurrent.pdf. [ Updated May 29th , 2015].

Garrison, N.R., Franklin, A.G., Guillamondegui, O., Kaplan, L.J., Spain, D.A. 2013. Surgical Infections. Dalam: Lawrence, P.F. 2013. Essentials of General Surgery. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business, pp. 145-150.

Haryanti, L., Pudjiadi A.H., Ifran, E.K.B., Thayeb, A., Amir, I., Hegar, B., 2013. Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-Bedah. Sari Pediatri ; 4(15): 207-212.

Hawn, Mary T., Gray, Stephen H., 2007. Surgical Patient Care Series: Prevention of Surgical site infections. Hospital Phycisian ; pp. 41-51.

Hidajat, N.N., 2009. Pencegahan Infeksi Luka Operasi. Bandung: Universitas Padjajaran.


(8)

Isik, O., Kaya, E., Dundar, HZ., Sarkut, P., 2015. Surgical Site Infection: Re-assessment of the Risk Factor. Chirurgia; 110: 457-461

Kaye KS, Schmit K, Pieper C, Sloane R, Caughlan KF, Sexton DJ, Schmader KE. The effect of increasing age on the risk of surgical site infection. J Infect Dis 2005;191:1056-62

Kulaylat, M.N., Dayton, M.T., 2008. Surgical complications. Dalam: Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers, B.M., Mattox, K.L. 2008. Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 18th ed.

Philadelphia: Saunders, pp. 299-306.

Mangram A.J., Horan T.C., Pearson M.L. et al., 1999. Guidelines for prevention of surgical site infection. Infect Control Hosp Epidemiol, 20:252. Dalam: Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers, B.M., Mattox, K.L. 2008. Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 18th ed. Philadelphia: Saunders, pp. 299-306.

Mawalla, B., Mshana, S.E., Chalya, P.L., Imirzalioglu, C., Mahalu, W., 2011. Predictors of surgical site infections among patients undergoing major

surgery at Bugando Medical Centre in Northwestern Tanzania. BMC Surgery 11:21.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 50-64.

Purwandari, 2006. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sastroasmoro, Sudigdo., 2011. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. Cv Sagung Seto-Soekidjo.

Wardoyo, E.H., Tjoa, E., Ocvyanty, D., Moehario, L.H., 2014. Infeksi Luka Operasi (ILO) di Bangsal Kebidanan dan Kandungan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM): Laporan Serial Kasus Bulan Agustus-Oktober 2011. CDK-216 ; 5(41): 332-335.

Weiss C.A., Statz C.I., Dahms R.A., et al., 1999. Six years of surgical wound surveillance at a tertiary care center. Arch Surg ; 134:1041.


(9)

WHO, 2010. The Burden of Health Care-Associated Infection Worldwide. Available from:

http://www.who.int/gpsc/country_work/summary_20100430_en.pdf. [ Updated May 29th, 2015].

Yuwono, 2013. Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi. JMJ ; 1(1): 16-25. Zhang, L., Liu, B.c., Zhang, X.Y., Li, L., Xia, X.J., Guo, R.Z., 2012. Prevention

and treatment of surgical site infection in HIV-infected patients. BMC Infectious Diseases ; 12:115.


(10)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional penelitian ini adalah :

1.Infeksi Luka Operasi

a. Defenisi

Infeksi pada daerah luka yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun setelah tindakan operasi jika menggunakan implan dan infeksi tampak berhubungan dengan operasi (Gray dan Hawn, 2007).

b. Cara Pengukuran

Jenis infeksi luka operasi yang saya pilih adalah infeksi luka operasi Umur

Jenis Kelamin Lama Operasi Bakteri Penyebab

Infeksi Luka Operasi


(11)

infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari paska operasi dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :

1. Terdapat cairan purulen (pus)

2. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflamasi yaitu rubor, dolor, calor, tumor dan functio laesa.

c. Alat Ukur

Alat yang digunakan adalah rekam medik.

d. Hasil Pengukuran

Pasien paska operasi yang mengalami infeksi luka operasi.

e. Skala Ukur

Data berupa data kuantitatif dengan skala ukur adalah skala nominal.

2. Variabel independen pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel independen pada penelitian.

No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Umur Rekam medik i. < 21 tahun

ii. 21-40 tahun iii. 41-60 tahun iv. > 60 tahun

Interval

2 Jenis Kelamin Rekam medik Laki-laki atau perempuan Nominal

3 Lama Operasi Rekam medik < 3 jam atau ≥ 3 jam Rasio

4 Bakteri Penyebab

Kultur yang ada di rekam medik


(12)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan disain Cross sectional yang menilai gambaran infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik, Medan dari Januari sampai Juni 2015. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pasien luka operasi dimana mereka terkena infeksi luka operasi ataupun tidak.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien luka operasi di bagian bedah dari bulan Januari sampai Juni 2015 di RSUP H. Adam Malik, Medan. Jumlah populasi tersebut akan diambil dari rekam medik. Survei awal peneliti pada bulan januari – maret terdapat 159 pasien paska operasi di RSUP H. Adam Malik. Menurut WHO Kejadian Infeksi luka operasi 2,3% - 30,9% itu berarti kemungkinan terjadi infeksi luka operasi pada bulan januari – maret yaitu antara 4 – 49 orang.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian ini.


(13)

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :

a. Pasien paska bedah dengan infeksi luka operasi insisional superficial. b. Pasien paska bedah yang rawat inap lebih dari 3 hari di RSUP H.

Adam Malik, Medan.

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :

a. Pasien paska bedah dengan infeksi luka operasi insisional dalam dan infeksi luka operasi organ/ruang.

b. Pasien paska bedah yang rawat inap 3 hari atau kurang dari 3 hari di RSUP H. Adam Malik, Medan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data yang akan digunakan adalah data sekunder berupa rekam medis di rumah sakit. Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan pasien luka operasi bersih paska bedah dimana mereka mengalami infeksi luka operasi.

4.5. Pengelolahan dan Analisa Data

Data akan diperoleh dari rekam medik Bagian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), RSUP H. Adam Malik, Medan. Analisa data akan dilakukan dengan menggunakan Statistical Product and Services Solution (SPSS) version 17.0.


(14)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Pemerintah Pusat). Rumah sakit ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak dipinggir kota medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik Juga Merupakan Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991.

RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 juni 1991 dengan pelayan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 juli 1993.


(15)

5.1.2. Distribusi Terjadinya Infeksi Luka Operasi Insisional Superfisial di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik dari Bulan Januari sampai Juni 2015

Tabel 5.1. Distribusi Terjadinya Infeksi Luka Operasi Insisional Superfisial

No Infeksi Luka Operasi

Insisional Superfisial n %

1. Positif 19 11

2. Negatif 154 89

Total 173 100

Dari tabel 5.1. Dapat dilihat distribusi terjadinya infeksi luka operasi insisional superfisial. Total pasien pasca bedah operasi yaitu sebanyak 173 orang. Pasien pasca bedah yang mengalami infeksi luka operasi insisional superfisial yaitu sebanyak 19 orang dan yang tidak mengalami infeksi luka operasi insisional superfisial yaitu sebanyak 154 orang. Angka prevalensi infeksi luka operasi insisional superfisal adalah sebanyak 11% dan prevalensi yang tidak mengalami infeksi luka operasi superfisial adalah sebanyak 89%.

5.1.3. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis Kelamin di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik dari Bulan Januari sampai Juni 2015

Tabel 5.2. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis

Kelamin

Infeksi Luka Operasi Total Positif % Negatif %

1. Laki-laki 10 5,8 53 30,6 63

2. Perempuan 9 5,2 101 58,4 110

Total 19 154 173

Pada tabel 5.2. menunjukan distribusi infeksi luka operasi pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Laki-laki yang mengalami infeksi luka operasi


(16)

insisional superfisal adalah sebanyak 10 orang, dengan prevalensi yaitu 5,8%. Sedangkan pada perempuan yang mengalami infeksi luka operasi insisional superfisial adalah sebanyak 9 orang, dengan prevalensi yaitu 5,2%.

5.1.4. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Umur Pasien di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik dari Bulan Januari sampai Juni 2015

Tabel 5.3. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Umur Pasien No Kelompok

Umur (Tahun)

Infeksi Luka Operasi Total Positif % Negatif %

i. < 21 5 2,9 16 9,2 21

ii. 21 – 40 4 2,3 34 19,7 38

iii. 41 – 60 8 4.6 85 49,1 93

vi. > 60 2 1,2 19 11 21

Total 19 154 173

Pada tabel 5.3. menunjukan distribusi infeksi luka operasi insisional superfisial berdasarkan kelompok umur. Kelompok umur yang paling banyak mengalami infeksi luka operasi adalah kelompok umur 41 – 60 tahun yang berjumlah 8 orang dengan prevalensi 4,6%. Diikuti kelompok umur < 21 tahun yang mengalami infeksi luka operasi adalah sebanyak 5 orang dengan prevalensi 2,9%. Selanjutnya kelompok umur 21 – 40 tahun yang mengalami infeksi luka operasi adalah sebanyak 4 orang dengan prevalensi 2,3%. Kelompok umur yang paling sedikit mengalami infeksi luka operasi adalah kelompok umur > 60 tahun yang berjumlah 2 orang dengan prevalensi 1,2%.


(17)

5.1.5. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Lama Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik dari Bulan Januari sampai Juni 2015

Tabel 5.4. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Lama Operasi No Lama

Operasi (jam)

Infeksi Luka Operasi Total Positif % Negatif %

1. < 3 9 5,2 84 48,5 93

2. ≥ 3 10 5,8 70 40,5 80

Total 19 154 173

Pada tabel 5.4. diatas menunjukan distribusi infeksi luka operasi berdasaran lama operasi. Dapat dilihat bahwa pasien yang mengalami infeksi luka operasi dengan lama operasinya ≥ 3 jam lebih banyak yaitu sebanyak 10 orang dengan prevalensi 5,8%. Sementara pasien yang mengalami infeksi luka operasi dengan lama operasinya < 3 jam lebih sedikit yaitu sebanyak 9 orang dengan prevalensi 5,2%.

5.1.6. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik dari Bulan Januari sampai Juni 2015

Tabel 5.5. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Infeksi Luka Operasi

No Hasil Kultur N %

1. Bakteri yang Tumbuh

Eschericia coli 2 66,7

2. Bakteri yang Tidak Tumbuh 1 33,3


(18)

Pada penelitian ini dari 19 orang yang menderita infeksi luka operasi hanya 3 yang dilakukan kultur sementara 16 orang yang menderita infeksi tidak dilakukan kultur. Jenis bakteri yang tumbuh dari hasil kultur pasien infeksi luka operasi adalah Eschericia coli dengan jumlah 2 kasus dan prevalensi 66,7%. Bakteri yang tidak tumbuh adalah sejumlah 1 kasus dengan prevalensi 33,7%.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Terjadinya Infeksi Luka Operasi Insisional Superfisial

Jumlah pasien pasca bedah luka operasi adalah sebanyak 173 orang. Pasien luka operasi yang mengalami infeksi luka operasi insisional superfisial adalah sebanyak 19 orang dengan angka prevalensi 11%. Pasien yang tidak menderita infeksi luka operasi adalah sebanyak 154 orang dengan prevalensi 89%.

Pada penelitian ini prevalensi infeksi luka operasi sesuai dengan hasil survei WHO yang menunjukkan bahwa angka kejadian SSI dinegara berkembang berkisar 2,6% sampai 30,9%. Prevalensi pada penelitian ini cukup tinggi, hal ini mungkin disebabkan oleh lamanya operasi (faktor luka), daya tahan pasien menurun (faktor pasien) dan bakteri yang mengkontaminasi luka (Beilman dan Dunn, 2015).

5.2.1. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Penderita infeksi luka operasi pada pasien laki-laki yaitu sebanyak 10 orang dengan prevalensi 5,8%. Pada perempuan yang mengalami infeksi luka operasi yaitu sebanyak 9 orang dengan prevalensi 5,2%. Dapat kita lihat bahwa penderita infeksi luka operasi lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Hasil ini serupa dengan penelitian Mawalla et al., 2011, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor resiko yang terdapat pada laki-laki seperti merokok dan HIV.

5.2.3. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Umur Pasien


(19)

Diikuti dengan kelompok umur < 21 tahun yaitu sebanyak 5 orang dengan prevalensi 2,9%. Selanjutnya pada kelompok umur 21 – 40 tahun yang menderita infeksi luka operasi adalah sebanyak 4 orang dengan prevalensi 2,3%. Menurut Kaye et al., 2005 peningkatan resiko infeksi luka operasi berhubungan dengan bertambahnya umur, pada pasien berusia 17 – 65 tahun. Dan pada penelitian saya didapati peningkatan resiko infeksi sehubungan dengan bertambahnya umur.

Kelompok umur yang menderita infeksi luka operasi paling sedikit pada penelitian ini adalah kelompok umur > 60 tahun yaitu sebanyak 2 orang dengan prevalensi 1,2%. Menurut Anaya dan Dellinger, (2008) bahwa meningkatnya kejadian ILO sebanding dengan semakin bertambahnya usia. Menurut Purwandari, (2006) peningkatan infeksi nosokomial juga sesuai dengan umur dimana pada usia >65 tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia muda. Penelitian Kaye et al., 2005 yang menyatakan berkurangnya resiko infeksi luka operasi beruhubungan dengan bertambahnya umur pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun.

5.2.4. Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Lama Operasi

Penderita infekse luka operasi berdasarkan lama operasi yang terbanyak adalah kelompok pasien yang lama operasinya ≥ 3 jam, yaitu sebanyak 10 orang dengan prevalensi 5,8%. Dan yang menderita infeksi pada pasien yang lama operasi < 3 jam yaitu sebanyak 9 orang dengan prevalensi 5,2%. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawalla et al., 2011 dimana penderita infeksi luka operasi yang lama operasinya < 3 jam lebih sedikit yaitu 20.9% dibandingkan dengan yang lama operasinya ≥ 3 jam yaitu 50%. Dan secara statistik didapat hubungan yang signifikan antara lama operasi dengan tingkat kejadian infeksi luka operasi.

Menurut Isik et al., 2015 bertambahnya kejadian infeksi luka operasi terhadap lama operasi yang berkepanjangan mungkin berhubungan dengan prosedur yang kompleks. Penggunaan implan, material prostetic dan drain menambah resiko infeksi luka operasi sehubungan dengan adanya kolonisasi


(20)

mikroorganisme. Dan dampak penggunaan immunosupresan pada transfusi darah intraoperatif dapat meningkatkan resiko infeksi.

5.2.5. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Infeksi Luka Operasi

Pada penelitian ini jenis bakteri yang tumbuh dari hasil kultur hanya bakteri Eschericia coli dengan jumlah 2 kasus dan prevalensi 66,7%. Pada penelitian Isik et al., 2015 Jenis bakteri yang paling banyak tumbuh adalah Eschericia coli yaitu sebanyak 22,8% . Prevalensi bakteri yang tidak tumbuh adalah 33.3%. Hal ini mungkin disebakan oleh media kultur tidak sesuai dan mungkin masa inkubasi bakteri tersebut panjang.


(21)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disumpulkan bahwa :

1. Angka kejadian infeksi luka operasi pasca bedah masih cukup tinggi yaitu 11%. Hal ini mungkin dikarenakan adanya beberapa faktor berikut ini:

a. Faktor bakteri yang meliputi: derajat kelas luka, teknik aseptik dan antiseptik yang digunakan, rawat inap pra-operasi yang lama dan lama tindakan bedah meningkatkan jumlah bakteri.

b. Faktor luka yang meliputi: teknik bedah yang baik, menata jaringan sebaik mungkin, melakukan jahitan, drainase dan menghindari benda asing berdasarkan indikasi yang adekuat adalah cara yang paling baik untuk menghindari infeksi luka operasi.

c. Faktor pasien yaitu meliputi usia, imunosupresan, steroid, malignansi, obesitas, tranfusi perioperasi, merokok, diabetes, penyakit berat lainnya, malnutrisi dan lain sebagainya (Anaya dan Dellinger, 2008).

2. Tingkat kejadian infeksi luka operasi pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Didapatkan prevalensi infeksi pada laki-laki 5,8% dan pada perempuan 5,2%.

3. Kelompok umur yang paling banyak mengalami infeksi luka operasi adalah kelompok umur 41 – 60 tahun dengan prevalensi 4,6%. Dan kelompok umur yang paling sedikit mengalami infeksi adalah kelompok umur > 60 tahun dengan prevalensi 1,2%.

4. Infeksi luka operasi pada pasien yang lama operasinya ≥ 3 jam (5,8%) lebih banyak dibandingkan dengan yang lama operasinya < 3 jam (5,2%).


(22)

5. Pada penelitian ini jenis bakteri yang tumbuh pada hasil kultur hanyalah bakteri Eschericia coli dengan jumlah sebanyak 2 kasus.

6.2. Saran

1. Rumah Sakit harus mengurangi dan melakukan pencegahan terhadap perkembangan agen infeksi dan faktor lainnya yang menyebabkan bertambahnya resiko infeksi luka operasi.

2. Dokter, ko-as dan perawat harus melakukan tindakan asepsis dan antisepsis sebaik mungkin sehingga terhindar dari kontaminasi bakteri. Seperti menggunakan sarung tangan, masker, peralatan yang steril dan melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Rumah Sakit sebisa mungkin mempersingkat masa perawatan pasien di ruang rawat inap, agar terhindar dari pajanan kolonisasi bakteri.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Luka Operasi

2.1.1. Definisi Infeksi Luka Operasi

Infeksi luka operasi adalah infeksi pada tempat didaerah luka setelah tindakan bedah. infeksi luka operasi dibagi atas insisi superfisial (kulit dan jaringan sekitar), insisi dalam (otot dan fasia), dan organ/ruang (Anaya dan Dellinger, 2008).

Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi jika tidak ada tindakan implantasi atau dalam kurun waktu 1 tahun setelah tindakan operasi jika ada dilakukan implantasi dan infeksi yang tampak ada hubunganya setelah dilakukan tindakan operasi (Gray dan Hawn, 2007)

2.1.3. Klasifikasi Luka Operasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Luka Operasi Menurut Derajat Kontaminasi

(Anaya dan Dellinger, 2008).

KELAS LUKA DEFENISI

Kelas I (bersih) Luka operasi yang tidak terinfeksi dimana tidak ada inflamasi yang ditemukan dan infeksi tidak menembus respiratorius, traktus gastrointestinalis dan traktus urogenitalis. Luka ditutup dan bila perlu dikeringkan dengan drainage tertutup. Luka operasi setelah trauma tumpul seharusnya termasuk dalam kategori ini jika ditemukan kriteria tersebut.

Kelas II (bersih-terkontaminasi)

Luka operasi yang menembus respiratorius, traktus

gastrointestinalis dan traktus urogenitalis namun masih dalam kondisi yang terkendali dan tanpa kontaminasi yang

bermakna.


(24)

(terkontaminasi) operasi dengan daerah kerusakan yang luas dengan teknik steril atau tumpahnya cairan yang terlihat jelas dari traktus gastrointestinalis dan insisional yang akut, inflamasi tidak purulen yang ditemukan adalah termasuk dalam kategori ini.

Kelas IV

(kotor/terinfeksi)

Luka trauma yang sudah lama dengan mempertahankan jaringan yang dilemahkan dan itu meliputi adanya infeksi klinikal atau perforasi viseral. Defenisi ini menyarankan bahwa organisme penyebab infeksi paska operasi ada di tempat operasi sebelum operasi.

2.1.3. Epidemiologi

Infeksi luka operasi menunjukan jenis infeksi yang paling sering terjadi di negara berkembang, menurut literatur, kejadian infeksi luka operasi yaitu antara 1,2 - 23,6 per 100 tindakan operasi. Tingkat resiko yang lebih tinggi dari negara berkembang dimana kejadian infeksi luka operasi rata-rata sekitar 2% – 3% (WHO, 2010).

Study prevalensi baru-baru ini menemukan bahwa infeksi luka operasi merupakan infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dilaporkan 31% dari semua pasien rawat inap Healthcare-Associated Infection (HAI). Survey prevalensi HAI CDC menemukan bahwa diperkirakan 157.500 infeksi luka operasi berhubungan dengan pasien operasi rawat inap tahun 2011. NHSN data selama 2006 – 2008 menunjukan kejadian infeksi luka operasi rata-rata 1,9% (CDC, 2015).

Sementara kemajuan telah membuat praktek untuk mengontrol infeksi, meliputi perbaikan ventilasi ruang operasi, metode sterilisasi, barrier, teknik bedah dan pengadaan antimikroba propilaksis. Infeksi luka operasi masih menyebabkan morbiditas, perpanjangan rawat inap, dan kematian. Tingkat kematian akibat infeksi luka operasi yaitu 3% dan 75% kematian yang berhubungan dengan infeksi luka operasi adalah kematian yang diakibatkan oleh infeksi luka operasi tersebut secara langsung (CDC, 2015).


(25)

2.1.4. Etiologi

Infeksi luka operasi berlanjut menjadi masalah yang rumit bagi ahli bedah di zaman modern ini. Walaupun adanya kemajuan antibiotik, anestesi yang lebih baik, peralatan yang unggul, masalah diagnosa bedah yang lebih awal dan perbaikan teknik kewaspadaan post operasi, infeksi luka tetap terjadi. Meskipun beberapa menganggap masalah ini hanya sekedar kencantikan, itu menggambarkan pengertian yang dangkal tetang masalah ini, yang mana menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian dan juga banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk biaya perawatan di rumah sakit (Kulaylat dan Dayton, 2008)

Banyak faktor penyebab terjadinya infeksi luka operasi. Faktor host juga berkontribusi dalam perkembangan infeksi luka operasi. Infeksi luka operasi disebabkan oleh kontaminasi bakteri dari tempat bedah, yang mana dapat terjadi dengan berbagai cara diantaranya: kerusakan dinding viskus berongga, bakteri flora normal pada kulit, dan teknik bedah steril yang buruk sehingga dapat menyebabkan kontaminasi eksogen dari tim bedah, perlatan, atau lingkungan sekitar (Kulaylat dan Dayton, 2008).

Faktor bakteri termasuk virulensi dan jumlah bakteri ditempat bedah. Keparahan infeksi dipengaruhi oleh toksin yang dihasilan oleh mikroorganisme dan kemampuan untuk resisten terhadap fagosit dan juga perusakan intrasel. Mengenal mikrobiologi penyebab infeksi luka operasi adalah penting untuk menentukan terapi empirik untuk mengatasi infeksi pasien secara spesifik. (Anaya dan Dellinger, 2008).


(26)

Tabel 2.2 Patogen yang Diisolasi dari Infeksi Luka Operasi di Rumah Sakit

Universitas (Weiss et al, 1999).

Patogen Persentase

Staphylococcus (koagulase negatif) 25,6 Enterococcus (grupn D) 11,5

Staphylococcus aureus 8,7

Candida albicans 6,5

Escherichia coli 6,3

Pseudomonas aeruginosa 6,0

Corynebacterium 4,0

Candida (non-albicans) 3,4 Α-Hemolytic Streptococcus 3,0

Klebsiella pneumoniae 2,8

Vancomysin-resisten Enterococcus 2,4

Enterobacter cloacae 2,2

Citrobacter species 2,0

2.1.5. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi

Banyak faktor resiko penyebab infeksi luka operasi, faktor tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian diantarnya: faktor mikroorganisme yang kontak selama tindakan bedah, Faktor luka lokal, dan faktor pasien (Beilman dan Dunn, 2015).

Tabel 2.3 Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Menurut Tiga Faktor Utama Penyebab Infeksi (Anaya dan Dellinger, 2008; Beilman dan Dunn, 2015).

Mikroorganisme Faktor Luka Lokal Faktor Pasien Rawat inap

berkepanjangan

Teknik pembedahan Usia

Sekresi Toksin Hematoma/seroma Imunosupresan

Jumlah bakteri, virulensi, resisten antibakteri

Nekrosis Steroid

Lamanya tindakan bedah

Jahitan Obesitas

Rawat inap sebelumnya Saluran (drains) Malignansi

Kelas luka Benda asing Malnutrisi


(27)

Merokok Oksigen Temperatur Anemia Gagal ginjal

Faktor bakteri merupakan faktor yang paling menentukan terjadinya infeksi luka operasi, faktor tersebut meliputi virulensi dan jumlah bakteri di tempat operasi. Infeksi akan semakin berat oleh karena beberapa bakteri dapat menghasilkan toksin, kemampuan bertahan terhadap fagosit dan kemampuan merusak intrasel. Selain itu derajat kelas luka, teknik aseptik dan antiseptik yang digunakan, rawat inap pra-operasi yang lama dan lama tindakan bedah meningkatkan jumlah bakteri dan tingkat kejadian infeksi luka operasi (Anaya dan Dellinger, 2008).

Faktor luka operasi meliputi tindakan operasi yang menginvasi, ahli bedah khusus dan teknik pembedahan. Faktanya bahwa tindakan operasi yang merusak mekanisme pertahanan barrier dasar seperti kulit dan mukosa gastrointestinal yang merupakan faktor jelas terhadap kejadian infeksi luka operasi. Teknik bedah yang baik, menata jaringan sebaik mungkin, melakukan jahitan, drainase dan menghindari benda asing berdasarkan indikasi yang adekuat adalah cara yang paling baik untuk menghindari infeksi luka operasi (Anaya dan Dellinger, 2008).

Faktor pasien yaitu meliputi usia, imunosupresan, steroid, malignansi, obesitas, tranfusi perioperasi, merokok, diabetes, penyakit berat lainnya, malnutrisi dan lain sebagainya. Faktor pasien memainkan peran penting terhadap infeksi luka operasi (Anaya dan Dellinger, 2008).

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat


(28)

immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi (Babb, JR. Liffe, AJ, 1995).

Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibodi dari ibu, sedangkan sistem imunnya masih imatur. Dewasa muda sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, sistem imun juga mengalami perubahan. Peningkatan infeksi nosokomial juga sesuai dengan umur dimana pada usia >65 tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia muda (Purwandari, 2006).

Tingkat infeksi luka operasi secara signifikan lebih tinggi pada pasien laki – laki dari pada perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki – laki banyak terdapat faktor resiko seperti merokok dan HIV. Penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa pasien dengan penyakit pre-morbid, seperti diabetes mellitus adalah yang memiliki resiko paling tinggi terjadinya infeksi luka operasi oleh karena rendahnya immunitas (Mawalla et al., 2011).

2.1.6. Penilaian yang Digunakan Untuk Infeksi Luka Operasi

Infeksi luka operasi paling sering terjadi 5 – 6 hari setelah operasi tetapi mungkin saja berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada itu. Sekitar 80% - 90% dari semua infeksi post-operasi yang terjadi dalam 30 hari setelah dilakukan operasi. Dengan bertambahnya pasien operasi rawat jalan dan mengurangi lamanya rawat inap, 30% sampai 40% menunjukan berkurangnya luka infeksi setelah keluar dari rumah sakit (Kulaylat dan Dayton, 2008).

Infeksi luka operasi insisi superfisial dan insisi dalam ditandai oleh eritema, tenderness, edema, dan terkadang ada pengeringan (drains). Luka sering halus dan tidak rata pada sisi yang terinfeksi. Pasien juga dapat mengalami leukositosis dan demam ringan. Menurut The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations, luka bedah disebut terinfeksi bila menemukan


(29)

1. Keluar material purulen yang jelas terlihat dari luka

2. Luka terbuka secara spontan dan keluar cairan yang purulen

3. Luka mengalirkan cairan dimana hasil kultur bakteri positif dan pewarnaan gram positif.

4. Ahli bedah mencatat adanya eritema dan pengeringan (drainage) dan membuka luka setelah menganggap terinfeksi (Kulaylat dan Dayton, 2008).

Kriteria untuk mendiagnosa infeksi luka operasi menurut CDC dibagi menjadi tiga yaitu: infeksi luka operasi insisional superficial, infeksi luka operasi insisional dalam, dan infeksi luka operasi organ/ruang.

a. Infeksi Luka Operasi Insisional Superfisial

Merupakan infeksi yang terjadi pada waktu 30 hari setelah operasi dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :

1. Terdapat cairan purulen

2. Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial 3. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflamasi

4. Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

b. Infeksi Luka Operasi Insisional Dalam

Merupakan infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam ( contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :

1. Keluar cairan purulen dari tempat insisi

2.Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda inflamasi 3. Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, patologi anatomi atau radiologis


(30)

4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

c. Infeksi Luka Operasi Organ/Ruang

Merupakan infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :

1. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam 2. Didapat isolasi bakteri dari organ dalam 3. Ditemukan abses

4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter (Mangram A.J. et al., 1999).

2.1.7. Pencegahan Infeksi Luka Operasi

Pencegahan infeksi luka operasi harus dilakukan supaya tidak terjadi hal berikut ini: lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan kematian, dan dapat mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh nosocomial infection control team (Hidajat, 2009).

Pencegahan infeksi pada pasien yang mengalami tindakan bedah elektif atau yang terluka merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan untuk perawatan pasien yang berkualitas. Kebanyakan infeksi luka operasi terkontak secara langsung dengan flora normal yang ada pada pasien, oleh karena itu persiapan kulit yang baik itu penting dilakukan sebelum tindakan operasi. Pencegahan dengan cara mengurangi waktu tindakan operasi dan menjaga suhu normotermia selama tindakan juga menunjukan pengurangan tingkat kejadian infeksi luka operasi yang signifikan. Teknik bedah yang baik juga berperan penting dalam mengurangi infeksi luka operasi. Selain itu lingkungan tempat operasi juga berkontibusi terhadap terjadinya infeksi luka operasi. Lingkungan


(31)

operasi, pakaian di ruang operasi dan penggunaan teknik aseptik dibuat untuk mengurangi sumber kontaminasi (Garrison, N.R. et al, 2013).

Prinsip pencegahan infeksi luka operasi yaitu dengan: a. Mengurangi faktor pasien yang menyebabkan infeksi

b. Mencegah adanya transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan, instrumen dan pasien itu sendiri.

Hal diatas dilakukan sesuai dengan waktu pelaksanaan yaitu pra operatif, intra operatif, ataupun paska operatif. Resiko infeksi luka operasi dapat diturunkan terutama pada operasi terencana dengan cara memperhatikan karakteristik pasien yaitu umur, adanya diabetes, kebiasaan merokok, obesitas, adanya infeksi pada bagian tubuh lain, adanya kolonisasi bakteri, penurunan daya tahan tubuh, dan lamanya prosedur operasi (Hidajat, 2009).

Pencegahan dapat diklasifikasikan menurut tiga faktor penyebab infeksi luka (faktor mikroorganisme, faktor luka lokal dan faktor pasien) dan tahap pelaksanaan operasi (Pre operatif, intra operatif dan paska operatif) lihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Pencegahan Infeksi Luka Operasi (Anaya dan Dellinger, 2008). TAHAP

PELAKSANAAN

FAKTOR INFEKSI LUKA OPERASI

Mikroorganisme Lokal Pasien

Pre-operatif -Waktu rawat inap yang singkat -Penggunaan antiseptik pre- operatif -Pencukuran rambut bila mengganggu operasi -Antibiotik profilaksis -Pencukuran rambut bila menganggu operasi -Mengoptimalkan nutrisi -Penghangatan pre-operasi -Kontrol kenaikan glukosa -Berhenti merokok

Intra operatif -Asepsis dan antisepsis Teknik operasi: -Hematoma/ seroma -Perfusi yang baik -Oksigen tambahan -Penghangatan intra operasi -Resusitasi yang adekuat


(32)

-Debridemen yang baik -Dead space -Benang monofilamen -Penggunaan drain yang baik(tertutup) -Membatasi penggunaan benang / benda asing Menunda Penutupan awal ketika diindikasikan -Kontrol kenaikan glukosa

Pasca-operatif -Melindungi insisi selama 48 – 72 jam -Memindahkan drain sesegera mungkin -Mencegah bakterimia paska operasi -Gaun paska operasi selama 48 – 72 jam

-Nutrisi awal secara enteral -Oksigen tambahan -Kontrol kenaikan glukosa -Program pengawasan

Pada tahap pra operatif, beberapa hal berikut ini mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi, yaitu :

1. Klasifikasi luka operasi : a. Kelas I (bersih)

b. Kelas II (bersih-terkontaminasi) c. Kelas III (terkontaminasi) d. Kelas IV (kotor/terinfeksi)

Pada kejadian fraktur dapat ditentukan dari derajat fraktur itu sendiri, apakah grade I, II, atau III

2. Lama operasi

3. Apakah operasi terencana atau emergensi


(33)

sekitar tempat insisi dengan antiseptik pada kulit secara sirkuler ke arah perifer yang harus cukup luas (Hidajat, 2009).

Pemberian antibiotik profilaksis terbukti mengurangi kejadian infeksi luka operasi dan dianjurkan untuk tindakan dengan resiko infeksi yang tinggi seperti pada infeksi kelas II dan III. Antibiotik profilaksis juga diberikan jika diperkirakan akan terjadi infeksi dengan resiko yang serius seperti pada pemasangan implan, penggantian sendi, dan operasi yang lama. Pemberian antibiotik profilaksis harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya alergi, resistensi bakteri, superinfeksi, interaksi obat, dan biaya (Hidajat, 2009).

Hal yang perlu diperhatikan selain hal diatas, pada saat operasi yaitu mengenai scrub suits, tindakan antisepsis pada lengan tim bedah, gaun operasi dan drapping (Hidajat, 2009).

Pada tahap intra operatif, bahwa semakin lama operasi berlangsung resiko infeksi semakin tinggi, tindakan yang mengakibatkan terbentuknya jaringan nekrotik harus dihindarkan, kurangi dead space, pencucian luka operasi harus dilakukan dengan baik dan bahan yang digunakan untuk jahitan harus sesuai kebutuhan seperti bahan yang mudah diserap atau monofilamen (Hidajat, 2009).

Paska operasi, pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah perawatan luka insisi dan edukasi pasien. Perawatan luka insisi berupa penutupan secara primer dan dressing yang steril selama 24-48 jam paska operasi. Dressing luka insisi tidak dianjurkan lebih dari 48 jam pada penutupan primer. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah penggantian dressing. Jika luka dibiarkan terbuka pada kulit, maka luka tersebut harus ditutup dengan kassa lembab dengan dressing yang steril (Hidajat, 2009).


(34)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi luka operasi atau Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi yang terjadi disepanjang jalur pembedahan setelah dilakukan operasi. SSI merupakan penyebab infeksi nosokomial yang paling sering, 38% dari semua pasien bedah yang terinfeksi (Anaya dan Dellinger, 2008). SSI merupakan salah satu komplikasi tindakan operasi, dimana dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan yang disebabkan oleh lamanya masa perawatan dan adanya komplikasi lain (Yuwono, 2013).

Survei WHO menunjukkan bahwa angka kejadian SSI dinegara berkembang berkisar 2,6% sampai 30,9%. Di Ameika Serikat angka kejadian Infeksi nosokomial berkisar 5% sampai 6% dari 1,7 juta pasien, kejadian mortalitas 3,6% kira – kira 99.000 kematian, dengan biaya pertahun kira kira 4,5 milyar US$. Di Eropa prevalensi infeksi nosokomial 3,5% - 14,8% (rata – rata 7,1%), kejadian mortalitas 37.000 kematian. Pada penelitian Haryanti et al., (2013) prevalensi SSI pasca-bedah abdomen pada anak di RSCM selama tiga tahun 7,2%. SSI merupakan 23,6% dari total infeksi nosokomial pasca-bedah abdomen di RSCM. Insidens infeksi luka operasi di bangsal kebidanan dan kandungan RSCM pada bulan Agustus-November 2011 sebesar 4,4% (Wardoyo et al., 2014).

Banyak faktor resiko penyebab infeksi luka operasi, faktor tersebut terbagi atas dua faktor utama yaitu kondisi pasien dan kondisi operasi. Pada penelitian dengan meneliti variabel usia, jenis kelamin, lama rawat pre-operatif, kategori luka operasi, lama operasi, penggunaan antibiotik profilaksi, cukur rambut pre-operatif, penyakit pre-morbid, skin preparation pre-pre-operatif, merokok, dan jenis operasi. Terdapat hubungan bermakna antara variabel bebas tersebut terhadap SSI


(35)

kecuali usia, jenis kelamin, lama rawat pre-operatif, penggunaan antibiotik profilaksis, cukur rambut, pre operatif (Mawalla et al., 2011).

Adapun jenis infeksi luka operasi menurut CDC dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu SSI insisi superfisial, SSI insisi dalam dan SSI organ/ruang. Pada penelitian Zhang et al., (2012) kejadian SSI pada pasien yang terinfeksi HIV rata-rata 47,5% (115 dari 242) dimana 38,4% SSI insisi superfial, 5,4% SSI insisi dalam dan 3,7% SSI organ/ruang. Penelitian Mawalla et al., (2011) didapat kejadian SSI pada 65 (26,0%) pasien dimana 56 (86,2%) SSI insisi superfisial dan 9 (13,8%) SSI insisi dalam. Pada penelitian Yuwono (2013) didapat kejadian SSI 56,67% yang terdiri dari SSI insisi superfisial 70,6%, SSI insisi dalam 23,5% dan SSI organ/ruang 5,9%. Dapat disimpulkan kejadian infeksi luka operasi jenis SSI insisi superfisial lebih banyak terjadi.

Pada zaman modern ini, infeksi luka operasi merupakan masalah yang rumit bagi ahli bedah. Walaupun ada kemajuan antibiotik profilaksis, anestesi yang lebih baik, peralatan yang unggul, perbaikan teknik kewaspadaan post operasi, infeksi luka operasi tetap terjadi. Selain itu infeksi luka operasi lebih lanjut dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan juga peningkatan biaya yang dikeluarkan untuk biaya perawatan di rumah sakit (CDC, 2015).

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik di kota Medan sebagai tempat rujukan di daerah, berfungsi menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Bukan sebaliknya menambah jumlah orang sakit karena terjadinya infeksi nosokomial. angka kejadian infeksi nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 di ruang rawat inap 2,6%, angka kejadian dekubitus 0,68%, di ICU angka kejadian pneumonia 9,6%, di CVCU terdapat kejadian infeksi nosokomial phlebitis 4,48% (Habni, 2009). Dari masalah yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui profil infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik periode Januari – Juni 2015.


(36)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik periode Januari – Juni 2015?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik periode Januari – Juni 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan usia.

2. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan lama operasi.

4. Mengetahui infeksi luka operasi berdasarkan bakteri penyebab infeksi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Memberikan informasi mengenai karakteristik dan distribusi populasi yang mengalami infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik, Medan.

2. Memberikan informasi mengenai waktu lamanya operasi yang paling sering menyebabkan infeksi luka operasi sehingga dapat di tangani dengan tepat.

3. Data didalam penelitian ini juga dapat memberikan informasi untuk mencegah resiko terjadinya infeksi luka operasi.


(37)

ABSTRAK

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi utama pasca-operasi yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan penderita di rumah sakit. WHO menunjukan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi di dunia berkisar antara 2,6% sampai 30,9%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi luka operasi pada pasien pasca-operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif retrospektif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling. Populasi penelitian adalah semua pasien pasca-operasi dari Januari sampai Juni 2015.

Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik adalah sebanyak 11%. Penderita ILO pada laki-laki (5,8%) lebih banyak dari pada perempuan (5,2%). Kelompok umur yang paling banyak menderita ILO adalah kelompok umur 41 – 60 tahun yaitu sebanyak 4,6%. Pasien yang lama operasinya ≥ 3 jam (5,8%) lebih banyak menderita ILO dari pasien yang lama operasinya < 3 jam (5,2%). Jenis bakteri yang tumbuh pada hasil kultur adalah Eschericia coli sebanyak 2 kasus.

Kejadian infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik masih cukup tinggi sesuai dengan kejadian ILO di dunia. Faktor umur, jenis kelamin, lama operasi dan bakteri mempengaruhi kejadian ILO.


(38)

ABSTRACT

Surgical site infection (SSI) is a major complication of post-surgery which can increase morbidity, mortality and hospital costs of the patients. WHO reported that the prevalence of SSI in developing countries was around 2,6% to 30,9%.

The aim of this research is to know the prevalance of surgical site infection at post-surgery patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital Medan. This is a descriptive-retrospective research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a Total Sampling technique. Population of the study is all the patients of post-surgery from January to June 2015.

The result shows that the prevalence of surgical site infection patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is 11%. The number of male patients of SSI (5,8%) is greater than the number of female patients of SSI (5,2%). The age group that suffers SSI the most is group of 41 – 60 years old which is 4,6%.

The number of patients with the duration of surgery ≥ 3 hours (5,8%) who suffer from SSI is greater than those with the duration of surgery < 3 hours (5,2%). The bacteria which grows in the bacteria culture is Eschericia coli with 2 cases.

The prevalence of surgical site infection in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is still high compared to perevalence of SSI in the world. Age factor, gender, duration of surgery, and bacteria influence the incident of SSI.


(39)

Oleh :

LANDONG SIHOMBING

120100122

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(40)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

LANDONG SIHOMBING

120100122

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(41)

(42)

ABSTRAK

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi utama pasca-operasi yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan penderita di rumah sakit. WHO menunjukan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi di dunia berkisar antara 2,6% sampai 30,9%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi luka operasi pada pasien pasca-operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif retrospektif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling. Populasi penelitian adalah semua pasien pasca-operasi dari Januari sampai Juni 2015.

Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik adalah sebanyak 11%. Penderita ILO pada laki-laki (5,8%) lebih banyak dari pada perempuan (5,2%). Kelompok umur yang paling banyak menderita ILO adalah kelompok umur 41 – 60 tahun yaitu sebanyak 4,6%. Pasien yang lama operasinya ≥ 3 jam (5,8%) lebih banyak menderita ILO dari pasien yang lama operasinya < 3 jam (5,2%). Jenis bakteri yang tumbuh pada hasil kultur adalah Eschericia coli sebanyak 2 kasus.

Kejadian infeksi luka operasi di bagian bedah RSUP H. Adam Malik masih cukup tinggi sesuai dengan kejadian ILO di dunia. Faktor umur, jenis kelamin, lama operasi dan bakteri mempengaruhi kejadian ILO.


(43)

ABSTRACT

Surgical site infection (SSI) is a major complication of post-surgery which can increase morbidity, mortality and hospital costs of the patients. WHO reported that the prevalence of SSI in developing countries was around 2,6% to 30,9%.

The aim of this research is to know the prevalance of surgical site infection at post-surgery patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital Medan. This is a descriptive-retrospective research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a Total Sampling technique. Population of the study is all the patients of post-surgery from January to June 2015.

The result shows that the prevalence of surgical site infection patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is 11%. The number of male patients of SSI (5,8%) is greater than the number of female patients of SSI (5,2%). The age group that suffers SSI the most is group of 41 – 60 years old which is 4,6%.

The number of patients with the duration of surgery ≥ 3 hours (5,8%) who suffer from SSI is greater than those with the duration of surgery < 3 hours (5,2%). The bacteria which grows in the bacteria culture is Eschericia coli with 2 cases.

The prevalence of surgical site infection in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is still high compared to perevalence of SSI in the world. Age factor, gender, duration of surgery, and bacteria influence the incident of SSI.


(44)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat, terutama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Strata I Pendidikan Dokter USU. Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Pimpinan dan Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar.

2. Dr. Ronald Sitohang, Sp.B selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya sehingga hasil penelitian KTI ini dapat diselesaikan. dengan judul “Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari – Juni 2015”, sebagai persyaratan akhir pembelajaran program studi

3. Dosen penguji Prof. dr. A. Afif Siregar, Sp.A(K), Sp.JP(K) dan dr. Fithria Aldy Sp.M yang telah membantu mengoreksi dan menyempurnakan KTI ini.

4. Kedua orang tua saya yang turut mendoakan dan memberikan dukungannya.

Penulis sadar bahwa hasil penilitian KTI ini masih banyak kekurangan. Sehingga, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini. Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan.

Medan, 6 Desember 2015 Hormat saya,


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA ... 4

2.1. Infeksi Luka Operasi ... 4

2.1.1. Definisi Infeksi Luka Operasi ... 4

2.1.2. Klasifikasi Luka Operasi ... 4

2.1.3. Epidemiologi ... 5

2.1.4. Etiologi ... 6

2.1.5. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi ... 7

2.1.6. Penilaian yang Digunakan Untuk Infeksi Luka Operasi ... 9

2.1.7. Pencegahan Infeksi Luka Operasi ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 15 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15


(46)

3.2. Defenisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel ... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengelolahan dan Analisa Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1. Kesimpulan ... 26

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 19


(47)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Klasifikasi Luka Operasi Menurut Derajat 4

Kontaminasi

2.2 Patogen yang Diisolasi dari Infeksi Luka Operasi 7 di Rumah Sakit Universitas

2.3 Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Menurut Tiga 7 Faktor Utama Penyebab Infeksi

2.4 Pencegahan Infeksi Luka Operasi 12 3.1 Variabel independen pada penelitian 16 5.1 Distribusi Terjadinya Infeksi Luka Operasi 20

Insisional Superfisial

5.2 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis 20 Kelamin

5.3 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan 21 Umur Pasien

5.4 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan 22 Lama Operasi

5.5 Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil 22 Kultur Penderita Infeksi Luka Operasi


(48)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 15


(1)

ABSTRACT

Surgical site infection (SSI) is a major complication of post-surgery which can increase morbidity, mortality and hospital costs of the patients. WHO reported that the prevalence of SSI in developing countries was around 2,6% to 30,9%.

The aim of this research is to know the prevalance of surgical site infection at post-surgery patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital Medan. This is a descriptive-retrospective research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a Total Sampling technique. Population of the study is all the patients of post-surgery from January to June 2015.

The result shows that the prevalence of surgical site infection patients in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is 11%. The number of male patients of SSI (5,8%) is greater than the number of female patients of SSI (5,2%). The age group that suffers SSI the most is group of 41 – 60 years old which is 4,6%.

The number of patients with the duration of surgery ≥ 3 hours (5,8%) who suffer from SSI is greater than those with the duration of surgery < 3 hours (5,2%). The bacteria which grows in the bacteria culture is Eschericia coli with 2 cases.

The prevalence of surgical site infection in Surgery Departement of Haji Adam Malik General Hospital is still high compared to perevalence of SSI in the world. Age factor, gender, duration of surgery, and bacteria influence the incident of SSI.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat, terutama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Strata I Pendidikan Dokter USU. Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Pimpinan dan Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar. 2. Dr. Ronald Sitohang, Sp.B selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikirannya sehingga hasil penelitian KTI ini dapat diselesaikan. dengan judul “Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian

Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari – Juni 2015”, sebagai

persyaratan akhir pembelajaran program studi

3. Dosen penguji Prof. dr. A. Afif Siregar, Sp.A(K), Sp.JP(K) dan dr. Fithria Aldy Sp.M yang telah membantu mengoreksi dan menyempurnakan KTI ini.

4. Kedua orang tua saya yang turut mendoakan dan memberikan dukungannya.

Penulis sadar bahwa hasil penilitian KTI ini masih banyak kekurangan. Sehingga, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini. Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan.

Medan, 6 Desember 2015 Hormat saya,


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA ... 4

2.1. Infeksi Luka Operasi ... 4

2.1.1. Definisi Infeksi Luka Operasi ... 4

2.1.2. Klasifikasi Luka Operasi ... 4

2.1.3. Epidemiologi ... 5

2.1.4. Etiologi ... 6

2.1.5. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi ... 7

2.1.6. Penilaian yang Digunakan Untuk Infeksi Luka Operasi ... 9

2.1.7. Pencegahan Infeksi Luka Operasi ... 11 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 15


(4)

3.2. Defenisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel ... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengelolahan dan Analisa Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1. Kesimpulan ... 26

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 19 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Luka Operasi Menurut Derajat 4

Kontaminasi

2.2 Patogen yang Diisolasi dari Infeksi Luka Operasi 7

di Rumah Sakit Universitas

2.3 Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Menurut Tiga 7

Faktor Utama Penyebab Infeksi

2.4 Pencegahan Infeksi Luka Operasi 12

3.1 Variabel independen pada penelitian 16

5.1 Distribusi Terjadinya Infeksi Luka Operasi 20

Insisional Superfisial

5.2 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan Jenis 20

Kelamin

5.3 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan 21

Umur Pasien

5.4 Distribusi Infeksi Luka Operasi Berdasarkan 22

Lama Operasi

5.5 Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil 22


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman