Daya Tarik Dan Pola Penyebaran Investasi di Kota Gunungsitoli

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu

1. Gumpita (2003) dalam penelitiannya Analisis Perekonomian dan

Kebijakan

Peningkatan Daya Tarik Investasi di Kabupaten Bengkalis Riau.
a. Hasil penelitian dalam tahun 1996 sampai dengan tahun 2000, terlihat
bahwa pertumbuhan ekonomi kabupaten Bengkalis rata-rata adalah 3,89%.
Namun terjadi tingkat perlambatan pertumbuhan ekonomi pada waktu
krisis 1988 sebesar 1,26%. Jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi Riau,
rata-rata pertumbuhannya lebih rendah yakni pertumbuhan Propinsi Riau
4,2 %. Namun pada saat krisis laju pertumbuhan Riau mengalami
perlambatan mencapai 1,81%.
b. Rata-rata kontribusi sektoral terbesar dalam struktur PDRB Kabupaten
Bengkalis selama tahun 1996-2000 diberikan oleh sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran dan Pertanian, Industri Pengolahan, dan jasa-jasa
masing-masing sebesar 32,21% dan 28,01% dan 13,81% dan 8,90%.
2. Imelda (2006) Analisis Faktor-faktor Penentu Daya Tarik Investasi Daerah
Dan Hubungannya Terhadap Pembangunan Ekonomi Regional, dari hasil
regresi dapat diketahui bahwa semua variabel-variabel independen dapat
dikatakan signifikan secara statistik kecuali variabel kapasitas sambungan
telepon. Nilai elastisitas terbesar adalah variabel pengeluaran konsumsi
pemerintah dengan elastisitas sebesar 0.377446, diikuti oleh panjang jalan
dengan elastisitas sebesar 0.234790, kualitas potensi tenaga kerja dengan

Universitas Sumatera Utara

elastisitas sebesar 0.222141, kapasitas sambungan listrik dengan elastisitas
sebesar 0.207869, tingkat keterbukaan perdagangan dengan elastisitas sebesar
0.086844, tingkat domestic market size dengan elastisitas sebesar 0.071874
sedangkan kapasitas sambungan telepon mempunyai elastisitas sebesar
0.004741.
Dengan mengetahui kontribusi masing-masing faktor penentu daya tarik
daerah maka dapat diketahui jenis faktor penentu yang memberikan pengaruh
besar terhadap daya tarik investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi

pembentukan investasi di daerah. Sehingga dapat ditentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mengembangkan daya tarik daerahnya yang sesuai dan
memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan investasi.
3.

Wiratno Bagus Suryono, dalam Jurnal pdf. berjudul Analisis Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB
Jawa Tengah, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian
ini, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a.

Adanya pengaruh positif antara tingkat PAD dengan PDRB Jawa
Tengah. Dimana koefisien PAD sebesar 0,81275 yang berarti Jika tingkat
PAD naik sebesar 1% maka PDRB akan mengalami kenaikan sebesar
8,12%. Berdasarkan uji t dapat dilihat bahwa nilai angka probabilitas
PAD 0,0050 lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukan bahwa tingkat PAD
berpengaruh signifikan terhadap PDRB Jawa Tengah.

b. Adanya pengaruh yang positif antara Tingkat Investasi dengan PDRB
Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien tingkat

investasi 0,036161 yang berarti jika tingkat Investasi naik sebesar 1%

Universitas Sumatera Utara

maka PDRB akan mengalami kenaikan sebesar 3,61%. Investasi swasta
mutlak dan perlu dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
khususnya di Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan uji t dengan signifikansi
tingkat investasi sebesar 0.0113 lebih rendah dari 0,05 dan dapat
disimpulkan bahwa tingkat investasi ini berpengaruh signifikan terhadap
PDRB Jawa Tengah.

c.

Adanya pengaruh yang positif antara Tenaga Kerja dengan PDRB Jawa
Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien 0,924706 Tenaga
Kerja yang berarti jika tingkat Investasi naik sebesar 1% maka PDRB akan
mengalami kenaikan sebesar 92,47%. Berdasarkan uji t dapat diliat bahwa
nilai angka probabilitas Tenaga Kerja 0,0229 lebih kecil dari 0,05 hal ini
menunjukan bahwa Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB
Jawa Tengah.


d.

Hasil output regresi menunjukkan nilai F hitung sebesar 83,89916
(83,89916> 3,29) dengan angka signifikansi sebesar 0,00000 ( 0,00000 <
0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variable independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap PDRB jawa tengah.

4. Kuncoro. Mudrajad., Rahajeng. Anggi., Daya Tarik Investasi dan Pungli di
DIY, Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang
Halaman 171-184, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, bahwa
berdasarkan hasil temuan penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
menurut persepsi pelaku usaha di DIY,
a.

Faktor Kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya
tarik investasi/kegiatan berusaha di DIY.

Universitas Sumatera Utara


b.

Kemudian diikuti oleh faktor Infrastruktur Fisik, yang ketiga

adalah

faktor Sosial Politik.
c.

Berikutnya adalah faktor Ekonomi Daerah dan yang terakhir adalah
faktor Tenaga Kerja (lihat tabel 6). Hal ini menunjukkan perbedaan
antara peringkat bobot faktor penentu investasi daerah di DIY dengan
peringkat bobot faktor penentu investasi yang dilakukan oleh KKPOD
(lihat tabel 2). Ini agak berlainan dengan temuan KPPOD (2003, 2002)
bahwa faktor yang memiliki bobot terbesar adalah faktor Kelembagaan,
diikuti oleh faktor Sosial Politik, Ekonomi Daerah.

d.

Kemudian faktor Tenaga Kerja dan faktor Infrastruktur Fisik yang

memiliki bobot sama. Menurut persepsi pelaku usaha di DIY, bobot
ketersediaan infrastruktur memiliki peringkat pertama (lihat tabel 6),
kedua adalah keamanan, diikuti oleh perda dan kebijakan,

e.

Berikutnya di peringkat keempat adalah potensi ekonomi, kepastian
hukum, sospol, budaya, produktivitas tenaga kerja dan kualitas
infrastruktur fisik.

f. Aparatur dan pelayanan berada di peringkat sepuluh diikuti oleh keuangan
daerah, struktur ekonomi, biaya tenaga kerja, perbankan dan ketersediaan
tenaga kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik investasi/kegiatan berusaha di DIY
relatif lebih dipengaruhi oleh faktor nonekonominya terutama Kelembagaan,
Infrastruktur Fisik dan Sosial Politik, dibandingkan dengan faktor ekonomi yaitu
Ekonomi Daerah dan Tenaga Kerja. Menurut persepsi pelaku usaha di DIY, faktor
ekonomi cenderung lebih “controllable “dibandingkan dengan faktor nonekonom.

Universitas Sumatera Utara


2.2.

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk
Domestik Regional Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value
added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. (Widodo 2006 : 78)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat
diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah bruto dari kegiatan perekonomian di
suatu wilayah (Buku Gunungsitoli Dalam Angka 2010 : xxi). Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu
tertentu sebagai tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan dalam penulisan ini
adalah tahun 2000. Perhitungan atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun, dimana faktor

perubahan harga telah dikeluarkan. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun dan digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung PDRB
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a.

Pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Nilai tambah merupakan hasil pengurangan output
dengan input antara. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9
(sembilan) lapangan usaha (sektor) yaitu :
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan.
2. Pertambangan dan Penggalian.
3. Industri Pengolahan.

4. Listrik, Gas dan Air Bersih.
5. Bangunan.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
7. Pengangkutan dan Komunikasi.
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
9. Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah.
Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

b.

Pendekatan pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud adalah upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja), sewa tanah (balas
jasa tanah), bunga modal (balas jasa modal) dan keuntungan (balas jasa
kewiraswastaan/enterpreneurship);

semuanya


sebelum

dipotong

pajak

Universitas Sumatera Utara

penghasilan dan pajak langsung lainnya. PDRB mencakup juga penyusutan
dan pajak tidak langsung netto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
c.

Pendekatan pengeluaran
PDRB adalah semua komponenpermintaan akhir yang terdiri dari :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.
2. Konsumsi pemerintah.
3. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4. Perubahan stock
5. Ekspor neto (ekspor dikurangi import).
Secara konsep tiga pendekatan di atas akan menghasilkan angka yang


sama. Jadi jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktorfaktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB
atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.

2.3.

Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto)
Mahyudi

(2004:1)

Pertumbuhan

ekonomi

adalah

terjadinya

pertambahan/perubahan pendapatan nasional (produksi nasional/GDP/GNP)
dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan pendududuk dan
aspek lainnya. Pertumbuhan ekonomi sering dijadikan indikator utama karena
memberikan implikasi pada kinerja perekonomian makro yang lain. Pertumbuhan
ekonomi merefleksikan perkembangan aktivitas perekonomian suatu daerah.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah menunjukkan semakin
berkembangnya aktivitas perekonomian baik aktivitas produksi, konsumsi,

Universitas Sumatera Utara

investasi maupun perdagangan di daerah tersebut yang kemudian berdampak pada
penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi (PDRB riil atau harga konstan)
dirumuskan sebagai berikut :
Yt – Yt-1
gt =

X 100 %
Yt-1

Keterangan :
g
= Pertumbuhan ekonomi
Yt = PDRB riil tahun t
Yt-1 = PDRB rill tahun t-1
Perhitungan pertumbuhan juga dapat dilakukan untuk masing-masing
sektor dengan rumus sebagai berikut :
Yi,t – Y i,t-1
gt =

X 100 %
Y i,t-1

Keterangan :
g
= Pertumbuhan ekonomi
Yi,t = PDRB riil sektor i tahun t
Yi,t-1 = PDRB rill sektor i tahun t-1
Samuelson dan Nordhous dalam (Widodo 2006 : 82) menyebutkan bahwa
terdapat empat sumber pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a.

Sumber daya alam.
Penemuan sumber daya alam yang baru akan meningkatkan kemampuan
perekonomian menghasilkan out put.

b.

Pertumbuhan penduduk (angkatan kerja).
Pertumbuhan penduduk (angkatan kerja) disertai dengan lapangan pekerjaan
akan dapat meningkatkan out put perekonomian. Pertumbuhan penduduk di
sini juga mencakup produktivitas tenaga kerja itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

c.

Akumulasi kapital.
Pemilik Modal akan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi
kembali (reinvest) sehingga akan meningkatkan out put perekonomian.

d.

Perubahan Teknologi.
Penemuan teknologi baru yang mendukung produksi dan distribusi akan
meningkatkan kemampuan perekonomian menghasilkan out put.

2.4.

Pengertian Investasi
Investasi sering disebut juga dengan penanaman modal (pembentukan

modal), dimana investasi merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat setelah konsumsi. Investasi adalah sebagai pengeluaran atau
pengeluaran penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian Sukirno (2010 : 121). Menurut Ahmad (1996 : 3) Investasi adalah
menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau
keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi (Ahmad hal.
3), antara lain yaitu :
1.

Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha
untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

2.

Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan inflasi dalam pemilihan
perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar
kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh
inflasi.

3.

Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.5.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Daerah
Tinggi rendahnya aktivitas perekonomian di suatu daerah sangat

mempengaruhi daerah tersebut. Jika suatu daerah aktivitas perekonomiannya
sangat tinggi maka daerah tersebut dapat dikatakan maju dan jika suatu daerah
aktivitas perekonomiannya sangat rendah maka daerah tersebut dapat dikatakan
daerah terbelakang. Tinggi rendahnya aktivitas perekonomian dapat diukur
melalui variabel investasi. Daerah yang ekonominya sangat maju membuat daya
tarik daerah tersebut sangat besar bagi investor. Daerah yang terbelakang atau
daerah yang aktivitas ekonominya sangat rendah membuat daya tarik daerah
tersebut sangat kecil bagi investor baik investor swasta asing maupun investor
swasta domestik hal ini disebabkan daerah terbelakang tidak memiliki sumber
daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) serta kurangnya insentif
yang diberikan. Insentif yang ditawarkan misalnya sarana dan prasarana
(infrastruktur), perangkat lunak dan perangkat keras, sampai kepada hal yang

Universitas Sumatera Utara

terkecil tetapi menentukan contohnya keamanan dan kenyamanan bagi investor
dan investasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di daerah sangat banyak.
Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) dalam
Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota Di Indonesia yang diterbitkan tahun 2003,
beberapa faktor –faktor dan variabel-variabel berikut yang bisa menjadi daya tarik
investasi pemerintah daerah (Widodo 2006 : 154) yaitu :
2.5.1. Faktor Kelembagaan

Faktor

Kelembagaan

merupakan

faktor

yang

berkaitan

dengan

kemampuan atau kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan
fungsi pemerintahan. Kapasitas Pemerintah Daerah dicerminkan melalui
kemampuannya dalam hal kepastian dan penegakan hukum, pelayanan kepada
masyarakat melalui aparatur pemerintahan, perumusan kebijakan pembangunan
daerah melalui peraturan daerah dan keuangan daerah. Dari segi kelembagaan
variabel- variabel yang perlu diperhatikan adalah :
a.

Variabel aparatur dan pelayanan
Aparatur dalam hal ini menunjuk pada pejabat dan pegawai dalam
Pemerintah Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas sebagai pelaksana
administrasi daerah dalam memberikan pelayanan publik dan infrastruktur
fisik kepada masyarakat. Aparatur pemerintah juga mempunyai fungsi alam
merumuskan peraturan/aturan main kepada dunia usaha. Penyalahgunaan
wewenang oleh aparatur pemerintah daerah akan menurunkan daya darik
investasi daerah.

Universitas Sumatera Utara

b.

Variabel kebijakan daerah/peraturan daerah
Peraturan/Kebijakan Daerah merupakan aturan dan kebijakan secara formal
ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam mengatur aktivitas perekonomian di
kabupaten/kota. Kebijakan Daerah tersebut dapat berbentuk Peraturan Daerah
dan Keputusan Kepala Daerah. Fokus utama indikator yang mempengaruhi
daya tarik investasi di suatu daerah adalah prosedur dan biaya yang diatur
dalam Peraturan Daerah. Distorsi prosedur dan pengenaan biaya akan
mengurangi daya darik investor terhadap daerah.

c.

Variabel keuangan daerah
Variabel Keuangan Daerah menunjukkan bagaimana kebijakan, strategi, serta
cara-cara pemerintah daerah dalam memperoleh dana serta pembelanjaan
serta

pengalokasian

dana-dana

tersebut

dalam

pembangunan

dan

penyelenggaraan pemerintah daerah. Fokus dalam Variabel Keuangan Daerah
adalah struktur pungutan dan komitmen pemerintah daerah terhadap
pembangunan melalui pembiayaan anggaran. Struktur pungutan akan melihat
besarnya pungutan kepada masyarakat dalam bentuk retribusi dan pajak.
Semakin

tinggi

kontribusi

retribusi

maka

tidak

akan

mendukung

perkembangan dunia usaha. Sedangkan komitmen pemerintah daerah
terhadap pembangunan dapat dilihat melalui besarnya alokasi pembiayaan
pembangunan terhadap aktivitas-aktivitas pembangunan dalam mendukung
pembangunan infrastruktur daerah.
d.

Variabel kepastian hukum dan penegakan hukum
Kepastian hukum merupakan gambaran konsistensi peraturan dan Penegakan
Hukum di Kabupaten/Kota. Kepastian hukum dapat dijadikan pedoman

Universitas Sumatera Utara

peraturan dalam jangka waktu tertentu oleh investor. Konsistensi peraturan
dapat menghindari kesan pergantian pejabat akan melahirkan pergantian
peraturan. Hubungan eksekutif dan legislatif yang harmonis di daerah juga
merupakan faktor yang mendukung kepastian hukum di daerah. Contoh nyata
dalam kepastian hukum di daerah dilihat dengan keberadaan pungutan liar di
luar peraturan serta birokrasi yang diatur oleh pemerintah daerah. Penegakan
hukum dalam Variabel Kepastian Hukum dan Penegakan Hukum menunjuk
pada kualitas aparat penegak hukumnya. Proses hukum tanpa membedabedakan subyek hukum merupakan cermin kualitas penegak hukum yang
baik.

2.5.2 Faktor Sosial Politik
Faktor Sosial Politik berkaitan dengan hubungan sosial-politik antar
elemen-elemen masyarakat, pemerintah, dan bisnis di kabupaten/kota. Berikut ini
adalah variabel-variabel penting yang perlu diperhatikan.
a.

Variabel keamanan
Variabel keamanan adalah kondisi yang mendukung keselamatan jiwa dan
aset-aset produktif investor. Kondisi ini dapat diukur melalui rasa aman
tingkat gangguan keamanan terhadap jiwa dan aset-aset produktif serta
tingkat kecepatan aparat dalam menanggulangi permasalahan keamanan di
suatu daerah. Semakin kondusif kondisi keamanan suatu daerah maka
semakin menarik daerah tersebut terhadap investasi.

b.

Variabel sosial politik
Kondisi sosial politik dalam daerah menggambarkan relasi pranata-pranata
sosial dalam sistem sosial daerah. Baik pranata ekonomi, sosial masyarakat,

Universitas Sumatera Utara

pemerintah serta elemen-elemen masyarakat itu sendiri. Semakin harmonis
hubungan pranata-pranata sosial dalam sistem sosial daerah maka semakin
stabil kondisi sosial daerah tersebut.
c.

Variabel budaya masyarakat
Terdapat empat hal nilai-nilai budaya yang mempengaruhi daya tarik investor
terhadap daerah antara lain yaitu : keterbukaan masyarakat terhadap investor,
tidak ada diskriminasi terhadap investor dalam masyarakat, etos kerja
masyarakat yang tinggi serta adat istiadat masyarakat. Perilaku tidak
membedakan investor dalam masyarakat akan menjadi faktor peningkat daya
tarik investasi di daerah, serta sikap masyarakat yang antipati terhadap
investor merupakan pengurang daya tarik terhadap prospek investasi di suatu
daerah.

2.5.3. Faktor Ekonomi Daerah
Faktor Ekonomi Daerah berkaitan dengan keunggulan-keunggulan
komparatif

dan

kompetitif

(comparative

and

competitive

advantages)

kabupaten/kota. Variabel - variabel dari segi ekonomi yang perlu diperhatikan
adalah :
a.

Variabel potensi ekonomi
Potensi daerah mencakup potensi fisik serta non fisik di daerah tersebut.
Faktor-faktor seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
sosial merupakan faktor yang menjadi pertimbangan terhadap daya tarik
investasi suatu daerah. Indikator pendapatan masyarakat melalui Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan potensi masyarakat di

Universitas Sumatera Utara

suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator menarik tidaknya daerah
terhadap investor. Semakin tinggi tingkat pendidikan misalnya akan membuat
daerah tersebut menarik untuk investasi di sektor yang memerlukan sumber
daya manusia yang tinggi yaitu sektor industri.
b.

Variabel struktur ekonomi
Struktur Ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui analisis jumlah nilai
tambah (value added) bruto sektor ekonomi di daerah tersebut. Kemudian
dapat dilihat basis struktur perekonomian dengan kontribusi per sektor
terhadap nilai tambah seluruh sektor yang tercantum dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan hasil analisis nantinya akan dilihat
basis ekonomi daerah tersebut apakah berbasiskan sektor primer atau sektor
sekunder atau bahkan sektor tersier.

c.

Variabel perbankan
Perbankan memberikan kredit kepada masyarakat berpenghasilan kecil dan
pengusaha besar. Seberapa besar jumlah kredit yang disalurkan untuk usaha
menengah dan kecil dan untuk pengusaha besar (investor). Mudah bagi
masyarakat berpenghasilan kecil untuk memperoleh Kredit Usaha Kecil guna
mengembangkan usahanya serta juga bagi investor (pengusaha).

2.5.4. Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas
Faktor tenaga kerja dan produktivitas berkaitan dengan sumberdaya
manusia (SDM) yang tersedia di kabupaten/kota. Variabel-variabel dari segi
sumberdaya manusia (SDM) yang perlu diperhatikan adalah :

Universitas Sumatera Utara

a.

Variabel produktivitas tenaga kerja
Variabel produktivitas tenaga kerja merupakan pertimbangan utama investor
dalam melakukan keputusan investasi di daerah. Semakin produktif tenaga
kerja di suatu daerah maka semakin menarik bagi investor dalam melakukan
investasi di daerah tersebut. Produktivitas tenaga kerja dicerminkan melalui
perhitungan pembagian antara besarnya Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) suatu sektor ekonomi dengan jumlah tenaga kerjadi sektor tersebut.

b.

Variabel biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja dapat tercermin melalui tingkat upahnya. Semakin kecil
tingkat upah maka hal itu akan semakin menambah daya tarik daerah
tersebut. Tingkat upah dapat dilihat melalui indikator UMP/UMK, sumber
lainnya yang dapat dilakukan yaitu melalui analisis pasar upah di daerah.

c.

Variabel ketersediaan tenaga kerja
Investasi memerlukan jumlah tenaga kerja yang tersedia berdasarkan
spesifikasi yang dibutuhkan, contohnya, investor memerlukan tenaga kerja
yang berpengalaman atau tidak berpengalaman. Ketersediaan tenaga kerja ini
dapat dilihat berdasarkan rasio jumlah penduduk usia produktif dan rasio
pencari kerja terhadap angkatan kerja.

2.5.5. Faktor Infrastruktur Fisik

Ketersediaan Infrastruktur Fisik di kabupaten/kota yang mendukung
investor akan menentukan besarnya biaya investasi awal. Variabel-variabel dari
segi infrastruktur adalah :

Universitas Sumatera Utara

a.

Variabel ketersediaan infrastruktur fisik
Infrastruktur fisik diperlukan untuk memperlancar kegiatan usaha bagi dunia
usaha. Sehingga ketersediaan fasilitas serta prasarana fisik seperti jalan raya,
pelabuhan laut dan udara, kereta api, sarana komunikasi (telepon), dan
sumber energi seperti listrik. Semakin tersedia infrastruktur dan fasilitas fisik
maka semakin menarik daerah tersebut untuk dijadikan daerah investasi bagi
investor.

b.

Kualitas dan akses terhadap infrastruktur fisik
Selain tersedianya infrastruktur dan prasarana fisik di atas hal yang penting
berikutnya adalah kualitas dari fasilitas serta infrastruktur pendukung.
Kualitas ini digambarkan dengan siap serta layaknya fasilitas serta
infrastruktur tersebut digunakan tidak kalah pentingnya adalah kemudahan
akses terhadap infrastruktur serta fasilitas tersebut. Semakin baik kualitas dari
fasilitas serta infrastruktur dalam bentuk prasarana fisik tersebut maka daya
tarik investor terhadap daerah tersebut semakin tinggi.
Investor akan mengalokasikan dananya untuk investasi tergantung dari

nilai bersih sekarang (Net Present Value). Berikut ini adalah gambar/bagan daya
tarik investasi menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) dalam daya tarik investasi kabupaten/kota di Indonesia yang diterbitkan
tahun 2003, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Daya Tarik
Investasi

Sosial politik

Ekonomi
Daerah

Tenaga Kerja

Infrastruktur
Fisik

Aparatur dan
Pelayanan

Keamanan

Potensi
Ekonomi

Produktivitas
Tenaga Kerja

Ketersediaan
Infrastruktur fisik

Peraturan dan
Kebijakan

Sosial Politik

Struktur

Biaya Tenaga
Kerja

Kualitas dan
Akses

Keuangan
Daerah

Budaya

Perbankan

Ketersediaan
Tenaga Kerja

Kelembagaan

Kepastian
Hukum

Gambar 1.1. Faktor-faktor dan variabel-variabel yang dominan mempengaruhi
daya tarik investasi daerah

Menurut (Sirojuzilam 2011 : 88-89), Faktor-faktor yang menentukan daya
tarik investasi adalah sebagai berikut :
1.

Perekonomian kota
Dalam hal ini yang menjadi perhatian penting adalah melakukan remapping
terhadap potensi ekonomi kota dengan melakukan dan memperbanyak city
icon terhadap aktivitas ekonomi yang sudah ada dan yang akan dilakukan
sehingga kabupaten/kota memiliki regional branded. Disamping itu lebih
mempertegas arah dari struktur ekonomi kota dan perbankan sebagai
supporting system dalam menunjang peningkatan aktivitas ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

2.

Ada keterkaitan di antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi yaitu dalam
hal produktivitas tenaga kerja dengan asumsi semakin tinggi kualitas dan
mutu pendidikan, maka akan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja dan
semakin

tinggi

pula

pengaruhnya

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

Produktivitas tenaga kerja akan menyebabkan kenaikan dalam pendapatan
masyarakat lebih tinggi karena pendidikan yang lebih tinggi, sehingga dengan
demikian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Disamping itu
perlu difikirkan mengenai biaya dan ketersediaan akan tenaga kerja itu
sendiri.
3.

Sarana dan prasarana
Hal ini terutama berkaitan dengan sarana transportasi dan sarana publik
lainnya yang mempunyai keterkaitan erat dengan investasi baik kualitas
maupun ketersediaannya.

4.

Sosial budaya
Pada

bagian

ini

menyangkut

masalah

keamanan,

kondisi

sosial

kemasyarakatan dan faktor budaya.
5.

Institusi
Hal ini sangat terkait dengan pelayanan, kebijakan, keuangan kota dan
peraturan kota yang mendukung.

2.6.

Teori Basis dan Non Basis
Kegiatan perekonomian suatu daerah atau wilayah digolongkan dalam 2

(dua) sektor kegiatan yaitu Sektor Basis dan Sektor Non Basis. Menurut Rustiadi
et al. (2011: 179) sektor basis dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi

dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme

Universitas Sumatera Utara

ekspor dan impor antar wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan
barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar
wilayah/daaerah. Sedangkan sektor non basis adalah sektor dengan kegiatan
ekonomi yang hanya melayani pasar didaerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor
daerah belum berkembang.
Beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis (Tarigan 2009 : 32-33) sebagai berikut ini.
1.

Metode langsung
Metode Langsung adalah dengan cara melakukan survai langsung

kepada

pelaku usaha tentang kemana mereka memasarkan barang yang diproduksikan
dan darimana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan
produk tersebut. Dari jawaban yang mereka berikan maka dapat ditentukan
berapa persen (%) produknya yang dijual keluar wilayah dan berapa persen (%)
yang dipasarkan di dalam wilayah. Hal yang sama juga dilakukan untuk bahan
baku yang mereka gunakan. Untuk kepentingan analisis maka perlu juga
ditanyakan berapa orang yang bekerja pada kegiatan usaha tersebut dan berapa
nilai tambah yang diciptakan oleh kegiatan usaha tersebut. Akan tetapi, apabila
kita melakukan survai langsung ke pelaku ekonomi/ perusahaan atau perorangan
yang melakukan kegiatan usaha, maka variabel yang lebih mudah diperoleh
adalah lapangan kerja. Menggunakan variabel nilai tambah/ pendapatan adalah
sangat sulit, karena didalamnya ada unsur laba pengusaha yang biasanya
sensitip untuk ditanyakan dan ada kemungkinan jawaban yang diberikan bukan
yang sebenarnya. Di dalam unsur nilai tambah ini terdapat unsur laba
perusahaan yang seringkali tidak mudah diketahui terutama untuk perusahaan

Universitas Sumatera Utara

perorangan. Dengan demikian menggunakan variabel pendapatan dalam sebuah
survai langsung adalah cukup sulit untuk mendapatkan data yang akurat.
Menggunakan variabel lapangan kerja juga memerlukan pemikiran dan kehatihatian yang cukup tinggi. Didalam sebuah kegiatan usaha seringkali tercampur
kegiatan basis dan non-basis.
2. Metode tidak langsung
Mengingat rumitnya melakukan survai langsung (ditinjau dari sudut waktu dan
biaya) maka banyak juga dipakai metode tidak langsung dalam mengukur
kegiatan basis dan non-basis suatu wilayah. Salah satu metode tidak langsung
adalah dengan menggunakan assumsi atau disebut saja Metode Assumsi. Dalam
Metode Assumsi ini, berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (berdasarkan data
sekunder), maka ada kegiatan tertentu yang di-assumsikan sebagai kegiatan
basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan non-basis.
2.7.

Teori Kutub Pertumbuhan (Teori Pusat Pertumbuhan)
Teori Kutub pertumbuhan (pole de croissance atau pole de development)

pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli ekonomi Negara Perancis yang bernama
Francois Perroux (1955). Perroux dalam Adisasmita (2005 : 60) menyatakan
bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di semua wilayah, akan
tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang berbedabeda intensitasnya.
Hirschman yang mengikuti pendapat Perroux dalam Adisasmita (2005 :
60) mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi,
terdapat keharusan untuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan

Universitas Sumatera Utara

ekonomi dalam wilayah suatu negara, atau yang disebut sebagai pusat-pusat
pertumbuhan (growth point atau growth pole).
Menurut Allonso dalam Sirojuzilam dan Mahalli (2011 : 17) Theory
Growth Poles adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara prinsipprinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus. Dengan demikian teori
pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan ke seluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga
dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah
dan perkotaan terpadu.
Tarigan (2009 : 162) pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan
dengan 2 (dua) cara, yaitu :
a.

Secara fungsional
Pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau
cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur
kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke
dalam maupun ke luar (wilayah belakangnya).

b.

Secara geografis
Pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan
kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang
menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di tempat
tersebut dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di
kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Pusat pertumbuhan harus memiliki 4 (empat) ciri Tarigan (2009 : 162)
yaitu:
a.

Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
ekonomi.
Hubungan intenal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan
antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor
yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainya, karena saling
terkait. Jadi, kehidupan kota menjadi satu irama dengan berbagai komponen
kehidupan kota dan menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya
pertumbuhan. Pertumbuhan tidak terlihat pincang, ada sektor yang tumbuh
cepat tetapi ada sektor lain yang tidak terkena imbasnya sama sekali.

b.

Adanya efek pengganda (multiplier effect)
Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan
menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor atas permintaan dari luar
wilayah, produksinya meningkat karena ada keterkaitan membuat produksi
sektor lain juga meningkat dan akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan
sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan
kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang

pertama

meningkat permintaannya). Unsur efek pengganda ini sangat berperan dalam
membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan wilayah belakangnya. Karena
kegiatan berbagai sektor di kota meningkat tajam, maka kebutuhan kota akan
bahan baku/ tenaga kerja yang dipasok dari wilayah belakangnya akan
meningkat tajam.

Universitas Sumatera Utara

c.

Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor/ fasilitas, selain bisa menciptakan
efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan
daya tarik (attractiveness) dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota
tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhannya pada lokasi yang berdekatan.
Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, tenaga dan biaya.
Hal ini membuat kota itu menarik untuk dikunjungi dan karena volume
transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale , sehingga
tercipta efisiensi lanjutan.

d.

Bersifat mendorong wilayah belakangnya
Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang
harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan
menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat
mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang harmonis dengan
wilayah belakangnya dan kota itu memiliki tiga karakteristik yang disebutkan
terdahulu, maka otomatis kota itu akan berfungsi untuk mendorong wilayah
belakangnya

Universitas Sumatera Utara

2.8.

Kerangka Pemikiran

Perekonomian
Wilayah

Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB)

Sektor Basis dan
Non Basis

Daya Tarik
Investasi

Pola Penyebaran
Investasi

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Investasi Di Daerah

Pengembangan
Wilayah

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi pada penelitian ini bertempat di wilayah Kota Gunungsitoli, yang
merupakan salah satu kabupaten/kota dari 33 (tiga puluh tiga) kabupaten/kota
yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012
dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

3.2.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian menurut jenis data dan analisis (Sugiyono 2008: 13)
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal yang utama yaitu kualitatif, kuantitatif dan
gabungan keduanya. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
gabungan keduanya yaitu penelitian yang menggunakan jenis data dan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
3.3

Populasi dan Sample

3.3.1. Populasi
Ridwan dan Kuncoro dalam Erlina (2011 : 80) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang
dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu,
yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang

Universitas Sumatera Utara

berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina 2011 : 80). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Birokrasi Kota Gunungsitoli sebanyak 31 Kepala
SKPD, Pengusaha (Pedagang) yaitu sebanyak 40 orang dan Kepala Desa
sebanyak 98 Orang, Tokoh Masyarakat sebanyak 101 orang. Maka total populasi
adalah sebanyak 270 orang.

3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. (Erlina 2011 : 81). Teknik yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel adalah Teknik Proportionate Random Sampling yaitu
teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
(Sugiyono 2008 : 93).
Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang ada, ditetapkan
dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2000 : 47). Sehingga jumlah populasi
yang digunakan dalam Rumus Slovin adalah sebanyak 270 orang yaitu jumlah
Birokrasi (kepala SKPD), Pedagang (Pengusaha), Kepala Desa dan Tokoh
Masyarakat. Rumus dimaksud adalah:
n=

N

1 N  e

2

Keterangan:
n
N
E

= Ukuran Sampel
= Jumlah Populasi
= Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sample yang masih dapat di tolerir atau diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan dalam memberikan
jawaban maka diambil keputusan bahwa digunakan ambang batas kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan sebesar 5 %
sehingga jumlah minimal sampel penelitian ini adalah:
n=

270
1  270(0.05) 2

n = 161
Jumlah minimal sampel yang dapat diambil adalah 161 orang. Dengan
pertimbangan untuk mempermudah penelitian maka jumlah sampel yang diambil
adalah 162 orang. Maka jumlah seluruh sampel adalah 162 orang
Tabel 3.1. Distribusi Populasi dan Sampel
No

Jenis Populasi

Jlh
Populasi

Proportionate Random
Sampling

Jlh Sampel

1

Birokrasi

31

31/270 x 162 = 18,60

19

2

Pengusaha

40

40/270 x 162 = 24

24

3

Kepala Desa

98

98/270 x 162 = 58,80

59

4

Tokoh masyarakat

101

101/270 x 162 = 60,60

60

Total Keseluruhan

270

3.4.

162

Teknik Pengumpulan Data
Teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara

kuesioner. Penulis dalam penelitian ini menggunakan daftar pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Pernyataan yang diberikan kepada responden
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tertera pada daftar pernyataan.

Universitas Sumatera Utara

3.5.

Jenis dan Sumber Data

Erlina (2011: 31) secara umum terdapat dua sumber data yang menentukan
proses pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi
langsung antara pengumpul data dan sumber data. Metode atau teknik
pengumpulan data primer yaitu : wawancara, kuesioner, observasi, eksperimen,
survey. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang
sudah dicetak, dimana data tersebut sebelumnya telah dikumpulkan oleh pihak
lain. Metode pengumpulan data sekunder yaitu : jurnal, buku, laporan perusahaan,
internet, arsip/dokumentasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Nias (data sekunder) dan data dari responden (data primer)
yaitu Birokrasi, Pengusaha, Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat yang akan
digunakan untuk mengetahui lebih dalam tentang daya tarik investasi di Kota
Gunungsitoli. Data primer didapatkan dengan menggunakan alat pengumpul data
yaitu kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

Universitas Sumatera Utara

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No.
1.

Variabel
Investasi

Defenisi
Investasi adalah sebagai pengeluaran atau pengeluaran
penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli
barang-barang
modal
dan
perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian
a. Faktor kelembagaan adalah merupakan faktor yang
berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

Indikator

Satuan Pengukur

1. Faktor kelembagaan
Analisa
2. Faktor sosial politik
Balance
3. Faktor
ekonomi
daerah
4. Faktor tenaga kerja
dan produktivitas
5. Faktor infrastruktur
fisik

Net

b. Faktor sosial politik adalah faktor sosial politik berkaitan
dengan hubungan sosial-politik antar elemen-elemen
masyarakat, pemerintah, dan bisnis di kabupaten/kota.
c. Faktor ekonomi daerah adalah faktor yang berkaitan
dengan keunggulan-keunggulan komparatif dan kompetitif
(comparative and competitive advantages) kabupaten/kota.
d. Faktor tenaga kerja dan produktivitas adalah faktor
berkaitan dengan sumberdaya manusia (SDM) yang
tersedia di kabupaten/kota.

Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja ( Man Power) adalah penduduk berumur 10
tahun ke atas yang dianggap dapat memproduksi barang
atau jasa.
e. Faktor infrastruktur fisik adalah ketersediaan infrastruktur
fisik di kabupaten/kota yang mendukung investor yang
akan menentukan besarnya biaya investasi awal.
2.

Pola penyebaran Pola penyebaran investasi adalah bentuk penyebaran lokasi 1. Keberadaan
Analisa
investasi
investasi secara lebih luas ke berbagai wilayah
kelengkapan fasilitas Skalogram
yang dimiliki daerah
2. Jumlah kelengkapan
fasilitas yang dimiliki
daerah

3

PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana 1. Pertumbuhan
Analisa LQ
dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah bruto dari
ekonomi (PDRB)
kegiatan perekonomian di suatu wilayah
2. Pergeseran struktur Analisa
Shift
ekonomi
Share

Universitas Sumatera Utara

3.7.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, maka kuisioner yang
dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data, harus diuji dahulu mengenai
validitas dan reliabilitasnya Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data yang diukur itu valid. Valid itu berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang
reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama/konsisten.
Menurut Umar (2003), untuk melakukan uji validitas instrumen dengan
melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden, responden diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Jumlah responden untuk uji coba
disarankan minimal 30 orang, agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati
kurva normal. Untuk mengetahui apakah instrumen angket yang dipakai cukup
layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan
tujuan pengukurannya maka dilakukan uji validitas. Menurut Ghozali (2005)
bahwa untuk mengukur validitas yaitu melakukan korelasi antar skor butir
pertanyaan dengan skor konstruk atau variabel.
Untuk menguji ketepatan kuesioner, dilakukan uji validitas instrumen
terhadap 162 orang . Jika nilai validitas setiap pertanyaan lebih besar dari nilai
koefisien korelasi (r) 0,159 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid. Uji
validitas dilakukan dengan bantuan program Software SPSS (Statistical Package
for Social Science ) versi 17. Uji validitas dilakukan dengan metode sekali ukur

Universitas Sumatera Utara

(one shot methode ), di mana pengukuran dengan metode ini cukup dilakukan satu
kali. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut ini yaitu :
Tabel 3.2. Hasil uji validitas
No item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Nilai Hitung r
,288
,259
,292
,341
,291
,103
,310
,243
-,161
-,186
-,195
-,094
,269
-,144
,244
,292
,318
,026
,312
,270
,417
,467
,339
,292
,599
,421
,441
,537
,549
,489
,436
,442
,200
,374
,549
,609

Nilai Tabel r
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2. lanjutan
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

,445
,553
,429
,277
,255
,303
,390
,296
,163
,205
,468
,478
,374
,309
,354
,464
,412
,524
,495
-,007
,211
,381
,058
,354
,464
,320
,226
,481
,212
,389
,476
,460
,546
,369
,437
,476
,428
,487
,413
,416

0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

3.7.2. Uji Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji kehandalan atau
kepercayaan pengungkapan data. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi
adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil yang dipercaya ( reliable ).
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja ( one shot),
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini
teknik hasil uji yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach. Suatu variable
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2003).
Kriteria ukur, validitas dan reliabilitas ini adalah dengan membandingkan antara
nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung > nilai r tabel, maka dianggap
valid dan reliabel. Jika nilai r hitung < nilai r tabel, maka dianggap tidak valid dan
tidak reliabel. Dari out put spss di dapat Alpha Cronbach 0,905, sehingga di
anggap valid dan reabel.

3.8.

Metode Analisa Data
Metode Analisis Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data

penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai
variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa : frekuensi,
tendensi sentral (rata-rata, median, modus), dispersi (deviasi standar, Variance)
dan pengukur-pengukur bentuk (measures of shape). (Erlina 2011 : 93).
Guna menjawab permasalahan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,
maka digunakan beberapa metode analisis data, yakni :

Universitas Sumatera Utara

1.

Untuk menjawab permasalahan pertama dipergunakan analisa Net Balance.
Metode analisa Net Balance ini digunakan dengan cara menyusun tabel
frekuensi serta uraian penjelasan dari data primer hasil penyebaran angket.
Tabel frekuensi ini berguna untuk mengetahui distribusi dari tanggapan
responden. Hasil tanggapan responden atas angket tersebut berisi lima
alternatif tanggapan dengan menggunakan skala linkert yaitu :
1.

Sangat Tidak Setuju

2.

Tidak Setuju

3.

Ragu-ragu

4.

Setuju

5.

Sangat Setuju

Hasil tanggapan responden kemudian di analisa dengan cara yaitu:
a.

Menghitung persentase dari hasil tanggapan dan kemudian dimasukkan
ke dalam kategori sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), yaitu
sebagai berikut :

b.

1.

Nilai rata-rata antara 86% - 100% kategori sangat baik

2.

Nilai rata-rata antara 76% - 85% kategori baik

3.

Nilai rata-rata antara 66% - 75% kategori sedang

4.

Nilai rata-rata antara 40% - 65% kategori kurang baik

5.

Nilai rata-rata kurang dari 40% kategori tidak baik

Kemudian hasil tanggapan responden di analisa melalui metode net
balance yaitu : poin a + b dijumlahkan dengan alasan bahwa poin a
diartikan sangat tidak setuju dan poin b tidak setuju berarti ada keraguan
(tidak setuju)

atas tanggapan yang diberikan. Pada poin d + e

Universitas Sumatera Utara

dijumlahkan dengan alasan bahwa poin d diartikan setuju dan e sangat
setuju berarti tidak ada keraguan atas tanggapan yang diberikan.
Sedangkan untuk poin c diartikan ragu-ragu berarti tidak diperhitungkan
dengan alasan bahwa jawaban c dianggap tidak berpihak pada yang baik
ataupun yang tidak baik. Kemudian hasil penjumlahan poin a + b
dikurangi dengan poin d + e, jika hasil yang di dapat bernilai positif
berarti mendukung pernyataan yang diajukan dan jika hasilnya bernilai
negatif berarti kurang mendukung pernyataan yang diajukan.
Untuk mendukung hasil penelitian melalui penyebaran angket di lengkapi
dengan data dan informasi hasil penelitian yang hasilnya kemudian
dituangkan dalam bentuk narasi.

2.

Untuk menjawab permasalahan kedua dipergunakan analisa skalogram.
Analisa skalogram digunakan untuk mengetahui hirarki kota berdasarkan
kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Hirarki kota akan berfungsi sebagai
pusat-pusat pelayanan baik skala lokal maupun regional. Dengan adanya
pusat-pusat pelayanan tentunya dapat dilihat pusat-pusat pertumbuhan atau
disebut kekuatan ekonomi dalam wilayah oleh Hirschman (Hirschman yang
mengikuti pendapat Perroux dalam Adisasmita 2005 : 60), dimana adanya
pembangunan kelengkapan fasilitas-fasilitas yang disediakan di daerah
tersebut. Pembangunan-pembangunan kelengkapan fasilitas-fasilitas baik
oleh pemerintah, swasta atau masyarakat merupakan investasi yang
dilakukan di daerah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Budiharsono (2005 : 151) Metode skalogram dapat digunakan
untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan kelembagaan
atau fasilitas pelayanan. Tahapan-tahapan metode skalogram, misalnya akan
disusun hierarki peringkat kecamatan-kecamatan dalam satu kabupaten,
tahapan dari penyusunan analisa skalogram yaitu :
a.

Kecamatan-kecamatan disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah
penduduk.

b.

Kemudian

Kecamatan-kecamatan

tersebut

disusun

urutannya

berdasarkan jumlah jenis fasilitas yang ada pada wilayah tersebut.
c.

Fasilitas-fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang
memiliki jenis fasilitas tersebut.

d.

Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah total unit
fasilitas.

e.

Peringkat Kecamatan disusun urutannya berdasarkan juml