Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Sma Swasta Prayatna Medan Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media
Media menurut Dennis McQuail (1987) dalam Nurudin (2009) merupakan
sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat
didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain. Media merupakan
lokasi atau norma yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa
kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan
saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam
pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma–norma. Media
telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran
dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.
Media juga menyajikan nilai–nilai dan penilaian normatif yang digabungkan dengan
berita dan hiburan.
2.1.1

Fungsi Media
Karlianah (1999) dalam Ardianto dan Erdinaya (2004) media memiliki fungsi


antara lain :
1. Fungsi informasi, bahwa media sosial adalah penyebar informasi bagi pembaca,
pendengar, atau memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa
atau hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat.

11

2. Fungsi pendidikan, media sosial merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat
(mass education) karena media sosial banyak menyajikan hal-hal yang mendidik,
tulisan atau visualisasi di media sosial dapat menambah ilmu pengetahuan
sehingga mendorong perkembangan intelektual, membentuk watak dan dapat
meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya.
3. Fungsi menghibur (to entertain), media sosial merupakan tempat yang dapat
memberikan hiburan atau rasa senang kepada penggunanya.
4. Fungsi mempengaruhi (to influence), media sosial dapat mempengaruhi
pembacanya, baik pengaruh yang bersifat pengetahuan (kognitif), perasaan
(afektif), dan tingkah laku (konatif).
5. Fungsi memberikan respon sosial (to sosial responsibility), dengan adanya media
sosial kita dapat menanggapi tentang fenomena dan situasi sosial atau keadaan
sosial yang terjadi.

6. Fungsi penghubung (to linked), dimana media sosial dapat menghubungkan
unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara
perseorangan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Fungsi dan kegunaan media bagi remaja menurut Arnett (1994) dalam
Santrock (2003) adalah :
1. Menanggulangi kesulitan, remaja menggunakan media untuk mengurangi
kelelahan dan ketidakbahagiaan. Respon penanggulangan yang paling sering
dilakukan remaja adalah mendengarkan musik.

2. Hiburan, remaja seperti halnya orang dewasa sering menggunakan media sekedar
untuk hiburan dan perbedaan yang menyenangkan dari kesibukan keseharian.
3. Sensasi, remaja lebih cenderung untuk lebih mencari sensasi dibandingkan orang
dewasa, media tertentu memberikan rangsangan terus menerus dan baru yang
menarik bagi remaja.
4. Informasi, remaja menggunakan media untuk mendapatkan informasi terutama
tentang topik yang tidak lazim dibicarakan orang tua mereka di rumah seperti
seksualitas.
5. Jati diri budaya orang muda, penggunaan media memberikan banyak remaja
perasaan terhubung dengan jaringan dan budaya teman sebaya yang lebih luas,
yang tergabung oleh jenis-jenis nilai dan ketertarikan yang disampaikan media

yang berorientasi remaja.
6. Model peran berdasarkan jenis kelamin, media memberikan model peranan
wanita dan pria, gambaran media-media ini mengenai wanita dan pria dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku remaja terhadap jenis kelamin.

2.2 Media Sosial
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Media
sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interkatif. Beberapa situs media sosial yang populer sekarang ini antara lain :
Blog, Twitter, Facebook, Path, Instagram, Line, dan We chat.

Pengertian lain dari media sosial juga dijelaskan oleh Antony Mayfield (2008)
media sosial adalah media dimana penggunanya dengan mudah berpartisipasi di
dalamnya, berbagi dan menciptakan pesan, termasuk blog, jejaring sosial, forumforum maya, termasuk virtual worlds (dengan avatar/karakter 3D).
Media sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page
pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Media sosial terbesar antara lain facebook, myspace, dan twitter. Jika
media tradisional menggunakan media cetak, maka media sosial menggunakan
internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan
memberi kontribusi dan umpan balik secara terbuka, memberi komentar, serta

berbagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas (Wordpress, 2012).
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut
tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah
handphone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan
terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara
maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak
menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa
memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio,
atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain
halnya dengan media sosial. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses media

sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya
besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna
media sosial dengan bebas bisa mengganti, menambahkan, memodifikasi baik tulisan,
gambar, video, grafis, dan berbagai model konten lainnya ( Nurudin, 2013).
2.2.1

Ciri-ciri Media Sosial


1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS (Short Message Service).
2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
3. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya.
4. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi (Word Press, 2012).
2.2.2

Fungsi Media Sosial
Media sosial memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial
manusia menggunakan internet dan teknologi web.
2. Media sosial berhasil mentransformasikan praktik komunikasi searah media
siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to many”) menjadi
praktik komunikasi dialogis antar banyak audience (“many to many”).
3. Media

sosial


mendukung

demokratisasi

pengetahuan

dan

informasi.

Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu
sendiri.

2.2.3

Karakteristik Media Sosial
Berikut beberapa karakteristik yang ada pada media sosial :

1. Partisipasi
Mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik atau

berminat menggunakannya, hingga menyamarkan batas antara media dan
audience (media sosial).
2. Keterbukaan
Kebanyakan media sosial terbuka bagi umpan balik dan partisipasi melalui
sarana-sarana voting, komentar dan berbagi informasi. Jarang sekali dijumpai
batasan untuk mengakses dan memanfaatkan isi pesan (perlindungan password
terhadap isi cenderung dianggap aneh).
3. Perbincangan
Memungkinkan terjadinya perbincangan antara pengguna secara dua arah.
4. Komunitas
Media sosial memungkinkan terbentuknya komunitas-komunitas secara cepat dan
berkomunikasi secara efektif tentang beragam isu/kepentingan (dari hobi
fotografi, politik, hingga tayangan televisi favorit).
5. Keterhubungan
Mayoritas media sosial tumbuh subur lantaran kemampuan melayani
keterhubungan antar pengguna, melalui fasilitas website, sumber-sumber
informasi dan pengguna-pengguna lain.

2.2.4


Jenis-jenis Media Sosial
Media sosial yang populer digunakan di Indonesia antara lain:

1. Facebook
Facebook merupakan salah satu media sosial yang memungkinkan
penggunanya untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Facebook
memiliki berbagai macam fitur yang dapat dimanfaatkan penggunanya untuk
berkomunikasi dengan pengguna lain. Facebook merupakan media sosial yang paling
banyak digunakan oleh pengguna internet aktif bulanan di Indonesia (Kompas.com,
2013).
2. Twitter
Merupakan salah satu bentuk media sosial dari new media. Twitter adalah
situs jejaring sosial, berisi pesan yang hanya terdiri dari 140 karakter dengan sebutan
tweet, dan disebarkan dengan sangat cepat kepada semua pengguna yang mengikuti
suatu akun tertentu. Uniknya adalah tweet yang menarik atau penting akan diambil
dan diteruskan menggunakan fitur retweet yang biasanya berlabel RT ditwitter oleh
pengguna lain.
Twitter sebagai new media memiliki karakteristik yang dijabarkan oleh Lister
(Prezi.com) :
a. Digitality

Pada twitter, semuanya terdigitalisasi, karena berbagai format yang dikirimkan
oleh kita, secara sederhana mengalami proses sehingga menjadi tampilan seperti

yang tertera di halaman twitter penggunanya. Teks dapat disampaikan dengan
cepat, foto dapat tersebar dimanapun kita berbeda.
b. Interactivity
Pada twitter, pesan dan tweet yang kita hubungkan dapat dikaitkan satu sama
lain. Interaktivitas inilah yang membedakan antara media baru dengan media
yang lebih konvensional.
c. Dispersality
Pada twitter, tidak terlalu jelas mana yang menjadi produsen dari suatu tweet
dengan konsumennya. Karena semuanya saling terkait.
d. Virtuality
Pada twitter, benar-benar terasa pengalaman kita berinteraksi karena pesan-pesan
yang disampaikan secara virtual yang biasanya disampaikan lewat komputer
ataupun telepon genggam.
Twitter memiliki berbagai karakteristik yang unik. Fungsi pencarian twitter
yang memungkinkan penggunanya untuk mencari tweet yang mengandung kata atau
frase tertentu. Fungsi pencarian ini sering digunakan untuk mengikuti topik yang
tengah menjadi trend di situs tersebut. Banyak pengguna yang memaksimalkan

potensi twitter dengan melakukan inovasi saat menggunakannya. Sebagai contoh,
pemilik akun twitter menggunakan hastags pada tweet-nya sehingga mereka
dikelompokkan dan lebih mudah dihubungkan dengan topik yang serupa dengan
hastag yang mereka gunakan.

Twitter memiliki konten yang menarik dan berbeda dengan media sosial
lainnya, seperti:
a. Laman Utama (Home)
Pada halaman utama kita bisa melihat kicauan yang dikirimkan oleh orang-orang
yang menjadi teman kita. Halaman utama disebut juga sebagai timeline. Timeline
menciptakan sebuah rangkaian tweet yang terorganisir sesuai dengan waktu tweetnya.
b. Kicauan (tweet)
Pesan atau informasi yang ditulis dalam shout box yang berfungsi sama seperti
update status pada facebook. Bedanya untuk twitter hanya mencakup 140 karakter
huruf.
c. Profil
Pada halaman ini yang akan dilihat oleh seluruh orang mengenai profil atau data
diri serta kicauan yang sudah pernah dikirim atau ditampil.
d. Pengikut (follower)
Pengikut adalah pengguna lain yang ingin menjadikan kita sebagai teman. Bila

pengguna lain menjadi pengikut akun seseorang, maka kicauan seseorang yang ia
ikuti tersebut akan masuk ke dalam halaman utama.
e. Mengikuti (following)
Kebalikan dari pengikut, ikutan adalah akun seseorang yang mengikuti akun
pengguna lain agar kicauan yang dikirim oleh orang yang diikuti tersebut masuk
ke dalam halaman utama.

f. Replay
Digunakan membuat tweet baru untuk langsung membalas tweet yang ditujukan
kepada kita.
g. Retweet
Lebih dikenal dengan sebutan RT. Retweet berarti menggunakan tweet orang lain
sebagai tweet sendiri tetapi umumnya pencipta tweet itu pertama kali
dipertahankan. RT digunakan bila kita setuju atau sepaham dengan isi dari tweet
yang di retweet.
h. Gamita (mentions)
Biasanya konten ini merupakan balasan dari percakapan agar sesama pengguna
bisa langsung menandai orang yang akan diajak bicara.
i. Favorit
Kicauan ditandai sebagai favorit agar tidak hilang oleh halaman sebelumnya.
j. Pesan langsung (direct message)
Fungsi pesan langsung lebih bisa disebut SMS (short message
service) karena pengiriman pesan langsung di antara pengguna tanpa ada
pengguna lain yang bisa melihat pesan tersebut kecuali pengguna
yang dikirimi pesan.
k. Tagar (Hastag)
Tagar yang ditulis di depan topik tertentu agar pengguna lain bisa mencari topik
yang sejenis yang ditulis oleh orang lain juga.

l. Senarai (List)
Pengguna twitter dapat mengelompokkan mereka kedalam satu grup atau senarai
sehingga memudahkan untuk dapat melihat secara keseluruhan nama (username)
yang mereka ikuti (follow).
3. Path
Merupakan Media sosial privat yang berjalan di perangkat mobile,
memungkinkan pengguna berbagi pesan dan foto.
4. Instagram
Sebuah aplikasi untuk berbagi foto yang dapat dilihat oleh followers dari
penggunggah foto tersebut dan dapat saling memberikan komentar antara sesamanya.
5. Line
Aplikasi instant messaging yang di gunakan pengguna line untuk berbagi
pesan kata-kata dan sticker (semacam animasi yang lucu-lucu) (Wordpress.com,
2013).
6. We Chat
Satu Layanan komunikasi pesan suara dan teks yang sudah dikembangkan
oleh Tencent di China (Wikipedia, 2013).
2.2.5 Indikator Penggunaan Media Sosial
Penggunaan media sosial dapat diukur menggunakan beberapa variabel:
a. Keinginan atau rasa tertarik yang dimiliki oleh seseorang dalam menggunakan
media sosial.

b. Pemanfaatan media sosial yang diukur berdasarkan fungsi penggunaan media
yang dilakukan oleh seseorang setiap harinya.
c. Intensitas penggunaan media sosial yang diukur berdasarkan lama
waktu dalam menggunakan media setiap harinya (Cangara, 2009)

2.3 Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris “communication”, menurut
asal katanya adalah dari bahasa latin “communicates”, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis. Kata “communis“ memiliki makna “berbagi” atau “menjadi
milik bersama” yaitu usaha memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Menurut Nurudin (2009), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
seorang kepada orang lain. Proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima
yang menimbulkan efek tertentu.
1. Fungsi Komunikasi
Wiliam Loren Anderson dalam Deddy Muliana (2000) mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi 4, yaitu:
a. Komunikasi Sosial
Mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,

terhindar dari tegangan dan tekanan , antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
b. Komunikasi Ekspresif
Untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut dapat disampaikan lewat
kata-kata, namun bisa disampaikan lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal.
Misalnya ibu menunjukkan rasa kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya.
c. Komunikasi Ritual
Biasanya dapat terlihat pada suatu komunitas yang melakukan upacaraupacara, seperti upacara kelahiran, pernikahan, siraman, dan lain-lain dalam
acara tersebut orang-orang biasanya mengucapkan kata-kata atau perilakuperilaku simbolik.
d. Komunikasi Instrumental
Menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakan
tindakan, dan juga menghibur.
2. Proses Komunikasi
a. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang sebagai media yaitu pesan verbal (bahasa) dan
pesan non verbal.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
3. Tingkat Komunikasi
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan
informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
b. Komukasi Kelompok
Komunikasi yang berlangsung diantara anggota suatu kelompok guna
memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
c. Komunikasi Interpersonal
Kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan
bentuk komunikasinya lebih bersifat pribadi.
d. Komunikasi Massa
Suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar
melalui media beserta pesan yang dihasilkan. Komunikasi massa merupakan
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa/ sosial pada sejumlah
orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar melalui

media sosial atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.
Selain komunikasi, media mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
perilaku remaja. Paparan media dapat mempengaruhi konsep berfikir remaja, untuk
memperoleh informasi tentang seks remaja yang sering diperoleh melalui media.

2.4 Remaja
Adolescene atau remaja berasal dari kata latin adolescene (kata bendanya
adolescene yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock
1980). Secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada
dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi
pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaj akhir, maka remaja awal berada dalam
usia 12-13 tahun, 17-18 tahun sampai 21 tahun. Menurut Gunarsa (2006), ciri-ciri
yang menonjol dari remaja adalah :
1. Memiliki keadaan emosi yang labil.
2. Timbulnya sikap menentang orang lain. Hal itu dilakukan sebagai wujud remaja
ingin merenggangkan hubungan maupun ikatan dengan orang tuanya.
3. Memiliki sikap untuk mengeksplorasi atau keinginan untuk menjelajahi
lingkungan alam sekitar.
4. Memiliki banyak fantasi, dan bualan.
5. Remaja cenderung untuk membentuk suatu kelompok.

Berdasarkan perkembangan psikososial, remaja dibagi menjadi 3 periode,
yaitu remaja awal, remaja menengah dan remaja akhir.
1. Remaja Awal ( Umur 10-14 tahun)
Karakteristik remaja awal yaitu mengalami percepatan pertumbuhan fisik dan
seksual. Hal ini mengakibatkan cenderung mulai mengabaikan pengaruh yang
berasal dari lingkungan rumah.
2. Remaja Menengah ( Umur 15-17 tahun)
Remaja menengah memiliki karakteristik yaitu berkembangnya kesadaran diri
khususnya pada remaja putri mereka mulai memperhatikan pertumbuhan fisik dan
memiliki citra tubuh yang cenderung salah.
3. Remaja Akhir (Umur 18-21 tahun)
Remaja akhir ditandai dengan kematangan atau kesiapan menuju tahap
kedewasaan dan lebih fokus pada masa depan, baik dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, seksual, dan individu. Karakteristik remaja akhir umumnya merasa
nyaman dengan nilai dirinya dan pengaruh lingkungan mulai berkurang (Hurlock,
2003).
Perbedaan jenis kelamin remaja juga menyebabkan perbedaan-perbedaan
dalam prilakunya. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman yang
dalam dengan orang-orang disekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki. Hal ini
dikarenakan laki-laki cenderung ingin menunjukkan kemandirian yang lebih dan
adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock 1980). Psikologi sosial menjelaskan bahwa

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu faktor
personal dan faktor enviromental (Hurlock 1980).
Menurut Sarwono (2011), yang dikatakan usia remaja adalah batasan usia
antara 11-24 dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada uamumnya tanda-tanda usia sekunder mulai
tampak.
2. Dimasyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balig baik menurut
adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan remaja
sebagai anak-anak.
3. Pada usia 11 tahun mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa
yaitu tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberikan peluang
begi remaja yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada
orang tua belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa secara
adat/tradisi, belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya.
Menurut Pinem (2009), masa remaja merupakan masa yang khusus dan
penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa
remaja disebut juga masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja disebut juga masa pubertas. Pada masa pubertas
terjadi perubahan fisik merupakan hal yang seangat penting dalam kesehatan
reproduksi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk

mencapai kematangan termasuk organ-organ reproduksi. Perubahan yang terjadi
yaitu:
1. Munculnya tanda-tanda seks primer, yaitu terjadinya haid yang pertama
(menarche) pada remaja perempuan, dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2.

Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu pada remaja laki-laki tumbuhnya
jakun, penis, dan buah zakar bertamnbah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi,
suara bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis diatas
bibir, cabang rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Pada remaja perempuan
pinggul melebar, pertumbuhan Rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar
kemaluan dan ketiak, payudara membesar.
Ciri-ciri pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja ini sangat penting utuk

diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan dengan baik. Dari segi kesehatan
reproduksi, perilaku ingin mencoba-coba hal-hal baru didorong oleh rangsangan
seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat membawa remaja khususnya
remaja perempuan terjerumus dalam hubungan seks pranikah dengan segala
akibatnya.
2.4.1

Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Hurlock (2003) mengemukakan berbagai ciri-ciri masa
remaja adalah sebagai berikut :

1. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Yaitu periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar
kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada
beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan
perilaku. Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetap penting. Adapun periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi akibat
psikologi. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
2. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi
sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap
berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Dalam setiap
periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan pada peran
yang dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
seorang dewasa. Dilain pihak status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa Remaja Sebagai Periode Masa Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat, perubahan perilaku, dan sikap juga berlagsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

Ada 4 (empat) perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama,
meningkatnya emosi yang itensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama
masa awal remaja, maka meningkatnya emosi lebih menonjol pada masa awal
periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi
remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit
diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.
Remaja

akan

tetap

merasa

ditimbuni

masalah,

sampai

ia

sendiri

menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan berubahnya minat dari pola
perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Nilai yang ada pada masa anak-anak
dianggap penting, pada masa remaja dianggap tidak penting lagi. Keempat, sebagian
remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menginginkan dan
menuntut kebebasan, tapi remaja sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
1. Masa Remaja Sebagai Masa Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya masing-masing. Masalah masa remaja
sering menjadi masalah yang sulit dan harus diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Ada 2 (dua) alasan bagi remaja pada masalah kesulitan,
pertama sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan
oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam
mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga

mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru. Karena ketidak mampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan
penyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
2. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Sepanjang usia pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar
kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar dari pada
individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun
remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi bila dirinya bersama
dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya. Remaja ingin
memperlihatkan dirinya sebagai individu sementara pada saat yang sama remaja
ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompoknya.
Erikson menjelaskan masalah remaja yang mengalami dilema yang
menyebabkan krisis identitas atau masalah identitas ego pada remaja. Identitas diri
yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya
dalam masyarakat. Cara pencarian identitas diri mempengaruhi perilaku remaja.
Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja
harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun yang lalu, meskipun untuk
melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati
untuk berperan sebagai musuh dan mereka selalu siap untuk menempatkan idola dan
ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identitas yang

sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan
identitas masa kanak-kanak.

2.5 Perilaku Seksual
Berikut ini adalah pengertian tentang batasan perilaku seksual, aktivitas
seksual dan perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2011):
1. Perilaku seksual adalah perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan
jenis. Perilaku seksual juga merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara
fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap
hubungan intim, biasanya dilakukan oleh pasangan suami isteri.
2. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dorongan
seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin melalui berbagai
perilaku.
3. Hubungan seksual merupakan kontak seksual yang dilakukan berpasangan
dengan lawan jenis atau sesama jenis.
4. Perilaku seks pranikah adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan

yang resmi menurut

hukum ataupun agama dan

kepercayaan masing-masing individu.
5. Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala
tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri.
Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.

6. Perilaku seksual menurut Sarwono (2007) merupakan segala bentuk perilaku yang
didorongkan oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama
jenis. Bentuk perilaku seksual, mulai dari bergandengan tangan (memegang
lengan pasangan), berpelukan (seperti merengkuh bahu, merangkul pinggang),
bercumbu (seperti cium pipi, cium kening, cium bibir), meraba bagian tubuh yang
sensitif, menggesek-gesekkan alat kelamin sampai dengan memasukkan alat
kelamin. Demikian halnya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akan
muncul ketika remaja mampu mengkondisikan situasi untuk merealisasikan
dorongan emosional dan pemikiran seksual atau sikap terhadap perilaku
seksualnya.
L”engle et.al (2005) dalam Tjiptaningrum (2009) mengatakan bahwa perilaku
seksual ringan mencakup: 1) menaksir, 2) pergi berkencan, 3) mengkhayal, 4)
berpegangan tangan, 5) berciuman ringan (kening, pipi), 6) saling memeluk,
sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) berciuman bibir/mulut dan lidah,
2) meraba dan mencium bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, 3)
menempelkan alat kelamin, 4) oral seks, 5) berhubungan seksual (senggama).
Menurut Sarwono (2007) bentuk tingkah laku seksual bermacam-macam
mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse meliputi:
1. Kissing
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti dibibir
disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan
rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang

umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan
lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman
mendalam/soul kiss.
2. Necking
Berciuman disekitar leher kebawah. Necking merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.
3. Petting
Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan
organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking, ini
termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada,
buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik didalam atau diluar
pakaian.
4. Intercrouse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan
wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk kedalam vagina untuk
mendapatkan kepuasan seksual.
Hubungan seksual yang dilakukan pada remaja, terutama remaja putri akan
dapat menyebabkan kehamilan pada usia belasan tahun akan mengakibatkan resikoresiko tertentu baik bagi ibu atau janin yang dikandungnya. Selain itu, pada
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki dapat disertai oleh akibat medis dan
psikologis. Misalnya terjadinya abortus, tidak bisa menyelesaikan pendidikan
sekolah, penyiksaan anak atau ketidakpedulian dan bunuh diri. Remaja putri yang

berusia 15-19 tahun mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal dunia saat
mereka hamil atau melahirkan dibandingkan dengan perempuan berusia 20 tahun
keatas. Sementara itu remaja yang berusia dibawah 14 tahun, mempunyai
kemungkinan meninggal 5 kali lebih besar.
Kehamilan pada remaja yang berusia kurang dari 14 tahun memiliki risiko
komplikasi medis lebih besar dari pada perempuan dengan usia yang lebih dewasa.
Hal ini dikarenakan bahwa panggul pada perempuan belum berkembang dengan
sempurna. Pada remaja putri, dua tahun setelah menstruasi yang pertama seorang
perempuan masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-9% dan tinggi
badan 1%, sehingga perempuan yang melahirkan kurang dari 14 tahun banyak
mengalami disproporsi kepala bayi dan panggul ibu atau disproporsi sefalopelvik.
2.5.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja
Santrock (2007) Menyatakan bahwa faktor pribadi/kognitif, faktor perilaku dan
faktor lingkungan dapat berinteraksi secara timbal balik. Menurut Suryoputro dkk
(2007), faktor yang berpengaruh pada perilaku seksual antara lain adalah faktor
personal termasuk variabel seperti pengetahuan, sikap seksual dan gender,
kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, harga diri, lokus
kontrol, kegiatan sosial, self efficacy dan variabel demografi (umur pubertas, jenis
kelamin, status religiusitas, suku dan perkawinan).
2.5.2 Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media Sosial
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media sosial dengan menggunakan

teknologi canggih seperti telepon genggam, internet ( facebook, skype), televisi, dan
lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin
tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media
sosial, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah
seksual secara lengkap dari orang tuanya. Rosadi (2001) dalam Supriati dan Fikawati
(2008) dampak dari paparan media ini pada remaja terjadi peniruan yang
memperihatinkan. Peristiwa apa yang dilihat dalam media memotivasi dan
merangsang remaja untuk meniru atau mempraktekkan hal yang dilihatnya, akibatnya
remaja semakin menjadi permisif terhadap perilaku dan norma yang ada.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roviqoh (2002) dalam Supriati
dan Fikawati (2008) remaja yang terangsang setelah menonton tayangan porno
sebesar 84,4% dan sebanyak 2,2% berakhir dengan melakukan hubungan seksual,
31,5% melakukan onani atau masturbasi. Dari 92 responden yang terpapar oleh
pornografi sebesar 90,2% terpapar karena adegan seks dalam film. Paparan media
seperti pornografi menyebabkan dorongan seksual tinggi pada remaja laki-laki 50,9%
dan remaja wanita 5,1%. Andrew (2001) dan Nursal (2008) pada remaja perempuan
pada usia 14-18 tahun sudah terpapar media dengan film porno, yang mempunyai
lebih banyak pacar melakukan hubungan seksual lebih sering.
2.5.3 Perubahan Perilaku Seksual Remaja
Perubahan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta
peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun
pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara

keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2007).
Soetjiningsih (2007) mengutip pendapat Pangkahila dapat disimpulkan pada
masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam
pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi
seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk
pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan
perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila
ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk
bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk
melakukan hubungan seksual.
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih secara seksual
dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya
perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan
hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat
saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah
laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka
terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih

berpengalaman daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka
aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2007).
Sedangkan Schofield (1980) dalam Sarwono (2011) menyatakan hasil
penelitiannya bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perilaku seksual, hal
ini dapat dilihat pada usia remaja pertengahan, wanita-wanita di Inggris lebih
berpengalaman dalam perilaku seks tertentu dari pada rekan-rekan prianya yang
sebaya, karena memang sesuai dengan ketentuan peran mereka, wanita dianggap
sudah lebih dewasa dalam usia tersebut dari pada prianya. Akan tetapi remaja prianya
justru lebih banyak pengalaman dalam hal berganti-ganti pasangan. Kebanyakan para
remaja sekarang ini dalam perilaku pacaran yang dijalani diwarnai dengan aktivitas
seks, karena remaja beranggapan bahwa ciuman bibir bukan lagi sesuatu yang tabu
tetapi sebagai tanda remaja sedang pacaran. Remaja wanita yang mendapatkan
pengalaman pertama melakukan hubungan seks dengan pacarnya mempunyai alasan
bahwa hubungan seksual merupakan sebagai bukti cinta, sayang, pengikat hubungan,
mempunyai rencana untuk menikah, hubungan seksual yang terjadi pertama kali tidak
diawali dengan permintaan secara lisan tetapi dengan rangsangan langsung terhadap
pasangaannya, pada awalnya menolak tetapi saat sudah terangsang tidak mampu lagi
menolak, hal ini menjadi alasan remaja perempuan menuruti keinginan pacar untuk
melakukan hubungan seksual.
2.5.4 Bentuk Perilaku Seksual Remaja
Aktifitas seksual pada remaja mempunyai kekhususan yaitu pengalaman
berfantasi dan mimpi basah. Pengalaman berfantasi ini dilakukan pada saat

masturbasi. Sekitar 93% remaja laki-laki dan 89% remaja perempuan melakukan
fantasi pada saat masturbasi. Perkembangan perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural.
Beberapa faktor perkembangan pada remaja mempunyai kaitan pada aktivitas seksual
remaja. Menurut Soetjiningsih (2007) beberapa aktivitas seksual remaja yang sering
dijumpai adalah sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks
anal, masturbasi, dan hubungan seksual. Aktivitas seksual remaja tersebut adalah
1. Masturbasi
Masturbasi merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para
remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan oleh SIECUS (Sex Information
and Education Council of the United States) menunjukkan bahwa remaja laki-laki
pada umur 16 tahun yang melakukan masturbasi 88% dan remaja perempuan
62%. Frekuensinya makin meningkat sampai pada masa sesudah pubertas.
Remaja mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang sebaya.
2. Percumbuan, Seks Oral dan Seks Anal
Pola perilaku seksual ini tidak saja dilakukan oleh pasangan suami istri tetapi
telah dilakukan oleh sebagian remaja. Penelititan yang dilakukan pada remaja
yang berumur antara 15-19 tahun di Amerika Serikat menunjukkan hasil sebagai
berikut :
a. 53% remaja telah melakukan hubungan seksual.
b. 53% remaja telah mengalami masturbasi yang dilakukan oleh perempuan baik
remaja maupun perempuan dewasa.

c. 49% remaja mengalami seks oral.
d. 39% remaja melakukan seks oral.
e. 11% sering mengalami seks anal
3. Hubungan Seksual
Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang melakukan hubungan
seksual. Di Amerika Serikat hubungan seksual yang dilakukan oleh para remaja
ternyata mengalami peningkatan sekitar 1% pertahunnya, 40% dari remaja
perempuan hamil sebelum tamat sekolah menengah, 50% diantaranya melakukan
abortus dan sisanya melahirkan bayinya. Hubungan seksual yang pertama kali
dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu :
a. Waktu/saat mengalami pubertas. Saat ini remaja tidak pernah memahami
tentang apa yang dialaminya.
b. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
c. Frekuensi pertemuan dengan pacar. Remaja mempunyai kesempatan untuk
melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga
hubungan akan makin mendalam.
d. Hubungan antara remaja yang berpacaran makin romantis.
e. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk
memasuki masa remaja dengan baik.
f. Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian
terhadap anak kurang baik.

g. Status ekonomi. Remaja yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan
mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan
adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang
ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntutan, remaja mencari kesempatan
untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
h. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain
sering mempergunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempattempat sepi.
i. Pengaruh media sosial yang menampilkan perilaku seks bebas. Informasi
seksual seperti gambar dan cerita porno. Remaja yang kehilangan kontrol
sebab tidak tahu akan batasan-batasan mana yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan.
j.

Remaja merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah
merasa matang secara fisik. Terjadinya peningkatan rangsangan seksual akibat
peningkatan kadar hormon reproduksi/seksual. Adanya keinginan untuk
menunjukkan cinta pada pacarnya.

2.5.5 Dampak Perilaku Seksual pada Remaja
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum
pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai
kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan,
kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan

sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturanaturan yang berlaku di masyarakat.
Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orang tua, juga
pendidik, pejabat pemerintah, para ahli dan sebagainya. Banyak permasalahan yang
timbul dari perilaku seksual remaja. Pada remaja yang melakukan hubungan seksual
akan dihadapkan pada hal-hal yang merupakan dampak negatif seperti kehamilan
yang tidak diinginkan, aborsi, dan penularan penyakit seksual. Di samping akibatakibat fisik ini, akibat yang sangat penting adalah akibat psikologis.
Secara psikologis sebagian dari perilaku seksual seperti berciuman,
meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif, oral seks atau berhubungan seksual
(intercourse) yang dilakukan sebelum menikah akan menimbulkan rasa bersalah,
depresi, marah. Sedangkan dampak psikososial yang timbul akibat dari perilaku
seksual ini adalah ketegangan mental, kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba
berubah misalnya seorang gadis yang hamil dan akan menjadi cemoohan serta
penolakan dari masyarakat di sekitarnya, dan akibat lainnya adalah terganggunya
kesehatan dan risiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi, terjadinya putus
sekolah dan perubahan ekonomi karena diperlukan untuk biaya perawatan. Pada
remaja yang tidak melakukan hubungan seksual bukan berarti terlepas dari
permasalahan. Remaja yang melakukan masturbasi juga dilanda perasaan takut dan
berdosa (Sarwono, 2011).

2.6 Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku Seksual Remaja
Perkembangan era globalisasi salah satunya ditandai dengan kemajuan
teknologi khususnya dalam bidang komunikasi informasi. Komunikasi dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan orang lain
terkait

fungsi

manusia

sebagai

makhluk

sosial.

Menurut

Devito

(dalam

Sulaeman,2010) sifat komukasi terbagi dalam 2 jenis yaitu komunikasi secara
langsung dan tidak langsung, komukasi langsung merupakan komunikasi yang
dilakukan dengan saling bertatap muka dalam suatu aktivitas komunikasi tanpa
menggunakan perantara media, sedangkan komunikasi secara tidak langsung
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan tidak bertemu secara langsung dalam
suatu aktivitas komunikasi, komunikasi dilakukan dengan menggunakan perantara
media seperti email, handphone, media sosial, yahoo messenger dan lain-lain.
Kemajuan teknologi komunikasi dapat membantu manusia untuk berinteraksi
satu sama yang lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Salah satu contoh
perkembangan teknologi komunikasi yang ada dimasyarakat adalah munculnya
berbagai media sosial

seperti facebook, twitter, myspace dan friendster.

Keistimewaan dari media sosial adalah kemampuan dalam keluasan jaringan dan
kecepatan informasi yang dapat memfasilitasi tuntutan dan kebutuhan komunikasi
dari berbagai kalangan manyarakat yag memberikan kemudahan dalam mengakses
informasi. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi melalui media sosial sebagai
kebutuhan dan gaya hidup yang didukung dengan tersedianya berbagai jenis

handphone dan perangkat elektronik yang menyediakan berbagai fitur khusus
sehingga dapat langsung tersambung pada media sosial.
Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanakkanak dengan masa dewasa, melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosial.
Perubahan biologis ditandai dengan perumbuhan tinggi badan, perubahan hormonal
dan kematangan organ seksual yang ditandai dengan pubertas, kematangan secara
kognitif melibatkan perubahan pemikiran dan intelegensi individu. Secara sosial
ditandai dengan adanya tuntutan untuk mencapai kemandirian dan perubahan dalam
menjalin relasi dengan orang lain dalam konteks sosial ( Santrock, 2007 ).
Media memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan
informasi. Nursal (2008) mengatakan bahwa paparan media merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja. Remaja sering memperoleh
informasi tentang banyak hal dari media sosial maka cendrung memberi perhatian
terhadapa hal yang dinilainya dapat meningkatkan harga diri atau jati diri tanpa
adanya penyaringan kemudian mengadopsinya tanpa menilai sesuatu dengan nilai,
norma agama ataupun budaya yang berlaku dilingkungannya. Kecenderungan
pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan
rangsangan seksual melalui media sosial, dengan adanya teknologi canggih seperti
telepon genggam yang didalamnya juga dilengkapi dengan jaringan internet, sehingga
remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat dan didengarnya dari media sosial tersebut khususnya karena remaja

pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual dari orang tuanya
(Sarwono, 2011).
Keterpaparan remaja terhadap media seperti pornografi dalam bentuk bacaan,
melalui film porno semakin meningkat. Informasi melalui media yang ditayangkan
secara vulgar dan bersifat tidak mendidik, lebih cendrung mempengaruhi dan
mendorong perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Konsultasi seks yang
diberikan melalui media sebagai pendidikan seks dapat menyebabkan salah persepsi/
pemahaman pada remaja (Pinem, 2009). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Murti
(2008) pada siswa SMU di Jakarta menunjukan bahwa 98% siswa telah terpapar oleh
media pornografi.
Hal ini juga diperjelas pada penelitian yang dilakukan oleh Supriati dan
Fikawati (2008) bahwa 83,3% remaja telah memiliki pengalaman oleh terpaparnya
media yaitu pornografi, 52,2% remaja yang terpapar pornografi melalui media sosial,
remaja telah sering terpapar lebih dari satu kali dalam seminggu. Karena
meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari banyak informasi
mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk beluk tentang seks
dapat dipelajari dari orang tuanya. Karena itu remaja mencari berbagai sumber
informasi yang mungkin dapat diperoleh dengan teman-teman, buku-buku tentang
seks, atau mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama
(Hurlock, 2003).
Sedangkan hasil penelitian Kartika (2009) mengatakan bahwa sekitar 65%
informasi tentang seks remaja didapatkan dari kawan, 35% dari film porno, dan 5%

informasi tentang seks diperoleh dari orang tua. Dari pendapat Hurlock (2003) dan
hasil penelitian Kartika (2009) dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku seksual remaja, disebabkan oleh faktor media informasi dan
komunikasi yang tidak mendidik.

2.7 Landasan Teori
Menurut Monks, Knoers, dan Haditomo (2002) menyatakan bahwa remaja
seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri karena berada pada keadaan transisi
atau peralihan demi memperoleh status sebagai orang dewasa dan meninggalkan
status sebagai anak–anak. Remaja cenderung bereksperimentasi dengan mencoba
melakukan segala kegiatan untuk menunjukan potensi didirinya.
Ellison (2007) menyatakan bahwa salah satu manfaat penggunaan media
sosial adalah pengguna dapat bebas mengapresiasikan dirinya dengan memanfaatkan
fitur-fitur yang ada. Pemanfaatan media untuk menyalurkan ekspresi diri seorang
remaja. Sesuai dengan teori Sosial LearningTheory (Teori Belajar Sosial oleh Albert
(1997). Pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan adanya Proses interaksi antara
remaja dengan lingkungan sosialnya dan adanya proses peniruan perilaku model yang
mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Dalam hal ini media termasuk lingkungan luar atau rangsangan dari luar
dimana antara media dan remaja akan terjadi interaksi komunikasi baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Komunikasi antara remaja dengan media akan
menimbulkan dampak tertentu khususnya terhadap perilaku seksual remaja. Hal ini

akan memberi akibat pada terjadinya respon terhadap ide yang terkadung dalam
media tersebut sehingga terjadi perubahan perilaku. Dengan adanya perilaku meniru
yang ditayangkan melaui Media sosial, remaja akan termotivasi untuk melakukan
aktifitas seksualnya. Teori ini diperkuat oleh pendapat Hurlock (2003) bahwa
paparan Media cukup kuat dalam membentuk persepsi remaja pada perilaku
seksualnya.
Remaja

Media Sosial

Perilaku

Gambar 2.1 Pengaruh Media terhadap Perilaku Menurut Teori Belajar Sosial
(Sosial Learning Theory)

2.8 Kerangka Konsep
Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori kepustakaan yang telah
diuraikan maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Inde