Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Sma Swasta Prayatna Medan Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak–kanak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh, timbul ciri–ciri seksual sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi
perubahan psikologi dan kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal,
tergantung pada potensi biologiknya. Pada masa remaja ada beberapa perubahan
yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan
terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai–nilai dan sifat–sifat yang
sesuai dengan keinginannya. Remaja mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan
dewasa termasuk dalam aspek seksualnya (Hurlock, 2003).
Remaja merupakan kelompok yang berpotensi beresiko dan perlu mendapat
perhatian serius. Terdapat dua alasan yang melandasi perlunya perhatian tersebut
(Shaluhiyah, dkk, 2006). Pertama, proporsi penduduk berusia remaja cukup besar.
Kurang lebih seperlima penduduk dunia berusia 10-24 tahun (WHO, UNFPA,
UNICEF, 2006). Di Indonesia terdapat 28,7 persen penduduk yang berusia 10-19
tahun (BPS, 2011). Kedua, masa remaja merupakan masa transisi dari masa anakanak menuju dewasa (Hurlock, 2003). Pada masa ini remaja mengalami perubahan
yang besar baik secara fisik, mental maupun sosial.
Pada masa remaja beberapa pola perilaku seseorang mulai dibentuk, termasuk
identitas diri kematangan seksual dan keberanian untuk melakukan perilaku beresiko


(Shaluhiyah, 2006 ; Bandura, 1977). Banyak remaja mengalami maturity gap yaitu
perbedaan kematangan ini dapat mendorong remaja untuk melakukan hal-hal yang
beresiko (Hurlock (2003).
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat moderen, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan juga gaya
hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat
budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada telah mengalami pengikisan yang
disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh
adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir.
Perkembangan era globalisasi salah satunya ditandai dengan kemajuan teknologi
khususnya dalam bidang komunikasi informasi (Shaluhiyah, dkk, 2006)
Komunikasi dilakukan dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk melakukan
interaksi dengan orang lain terkait fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Menurut
(Nurudin, 2009) sifat komunikasi terbagi dalam 2 jenis yaitu komunikasi secara
langsung dan tidak langsung, langsung merupakan komunikasi yang dilakukan
dengan saling bertatap muka dalam suatu aktivitas komunikasi tanpa menggunakan
perantara media, sedangkan komunikasi secara tidak langsung merupakan
komunikasi yang dilakukan dengan tidak bertemu secara langsung dalam suatu
aktivitas, komunikasi dilakukan dengan menggunakan perantara media seperti email,

handphone dan media sosial.
Kemajuan teknologi komunikasi dapat membantu manusia untuk berinteraksi
satu sama lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Salah satu contoh perkembangan

teknologi komunikasi yang ada dimasyarakat adalah munculnya berbagai media
sosial seperti facebook, twitter, path, instagram, line dan we chat. Keistimewaan dari
media sosial adalah kemampuan dalam keluasan jaringan dan kecepatan informasi
yang dapat memfasilitasi tuntutan dan kebutuhan komunikasi dari berbagai kalangan
masyarakat yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Hal ini
menunjukkan bahwa komunikasi melalui media sosial sebagai kebutuhan dan gaya
hidup yang didukung dengan tersedianya berbagai jenis handphone dan perangkat
elektronik yang menyediakan berbagai fitur khusus sehingga dapat langsung
tersambung dimedia sosial (Juditha, 2001).
Berdasarkan data BPS kota Medan (2010), jumlah penduduk kota Medan pada
tahun 2011 adalah 2.097.610 jiwa dan sebesar 30,29 atau 635.283 jiwa adalah remaja
berusia 10-24 tahun. Banyaknya anak yang memasuki usia remaja, telah
menyebabkan permasalahan yang makin kompleks. Fenomena pergaulan bebas yang
terjadi dimasyarakat saat ini sudah cukup memperihatinkan. Banyak remaja yang
terjerumus dalam perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini diperjelas dari penelitian BKKBN

(2010) pada remaja di kota Medan yang telah melakukan hubungan seks pranikah
sebesar 52%.
Salah satu permasalahan pada remaja yang berisiko adalah masalah perilaku
seksual remaja yang dalam skala nasional ditunjukkan dari hasil Sexual Behavior
Survey (2011) yang dilakukan di lima kota besar menunjukkan 39% responden sudah
pernah berhubungan seksual saat masih remaja usia 15-19 tahun, sisanya 61% berusia

20-25 tahun. Temuan ini bisa jadi acuan jika pemerintah berkeinginan memberikan
sex education, yaitu bagaimana dan apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks,
pendidikan seks bukan mengajarkan remaja supaya bisa melakukan hubungan seks,
tetapi agar usia biologis bisa seimbang dengan perkembangan psiko seksualnya.
Perilaku

seksual,

khususnya

dikalangan

remaja


Indonesia

sungguh

memperihatinkan. Perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang didorong
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan janis maupun dengan sesama jenis. Menurut
data BKKBN (2008), sebanyak 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah
melakukan seks pra nikah. Hubungan seks yang mereka lakukan ini juga dilandasi
pemikiran bahwa berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan.
Sementara data Annisa Foundation (2006) menunjukkan bahwa 42,3% remaja SMP
dan SMA di Cianjur, Jawa Barat, melakukan hubungan seks yang pertama di bangku
sekolah dan melakukannya berdasarkan rasa suka dan tanpa paksaan.
Perilaku seksual pada remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal
ini terbukti dari beberapa hasil penelitian dari beberapa kota di Indonesia yaitu Bogor,
tentang perilaku seksual remaja diperoleh hasil perilaku seksual remaja yang tidak
sehat berkisar antara 27 %- 48,1% (Haryuningsih, 2003; Suharsa, 2006). Hasil dari
penelitian ini menunjukan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan
seksual aktif bervariasi antara 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 16–18
tahun. Suryoputro et al (2006) di Jawa Tengah menemukan bahwa 5-10% wanita, dan

18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah
dengan pasangan yang seusia mereka 3-4 kali. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil

penelitian Suharsa (2006) di Pandeglang sebanyak 9,2% menyatakan pernah
berhubungan seksual, yang dilakukan bersama pasangannya (pacar) sebesar 91,6 %
pada usia minimum 14 tahun dan maksimum 17 tahun, dengan alasan ingin coba–
coba 50%, keduanya saling mencintai dan ikutan teman masing-masing 16,8%, serta
alasan senang melakukannya dan merasa terangsang.
Banyak faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan perilaku seksual
salah satunya adalah paparan media sosial. Media sosial merupakan media online
yang mendukung interaksi sosial dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi
yang menghubungkan dengan sesama teman dalam hal berbagi informasi. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Steinberg et al (2010) melakukan
penelitian pada remaja di Amerika yang hasilnya yaitu bahwa remaja Amerika ratarata 6-8 jam perhari terpapar dengan media yang berbau porno.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Brown et al
(2006 ) dan Robert et al (2009) yang meneliti efek dari paparan media yang berbau
pornografi terhadap remaja di Amerika memperoleh hasil yang dapat disimpulakan
bahwa paparan media yang berbau pornografi meningkatkan aktifitas seksual remaja
dan mempercepat keinginan untuk melakukan hubungan seksual pada remaja dan
media di tempatkan sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting karena

media memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan
seksual remaja.
Menurut Rohmawati, dkk (2008) paparan media sosial, baik cetak (koran,
majalah, buku–buku porno) maupun elektronik (TV, VCD dan internet), mempunyai

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan
hubungan seksual. Konten pornografi bisa masuk dikarenakan banyak layanan media
sosial berbasis web seperti facebook, twitter, path, instagram, line dan we chat yang
menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi
seperti chat, messaging, email, video, share, file, blog, diskusi grup dan lain–lain.
Umumnya media sosial memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya.
Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna
lainnya. Diantara media sosial salah satunya facebook, memiliki fitur tambahan
seperti pembuatan grup untuk dapat saling sharing di dalamnya (Hadi, 2009).
Data Kementerian Komunikasi dan Informasi RI Tahun 2011 menunjukkan
terdapat 64 % pengguna media sosial facebook di Indonesia adalah kelompok remaja
(Hariyati, 2011), Tingginya pengguna media sosial dikalangan remaja menunjukkan
bahwa remaja begitu antusias dalam komunikasi. Kebutuhan untuk memiliki
hubungan dengan orang lain pada umumnya tinggi ketika manusia berada pada tahap
perkembangan remaja (Papalia, Olds, & Faldman, 2007). Khususnya pada masa

remaja pertengahan,seseorang lebih banyak membutuhkan interaksi dengan orang
lain untuk memperoleh pembanding dirinya baik mengenai sikap, pendapat, pikiran
atau hal lainnya yang berkaitan dengan pembentukan jati diri (Hurlock, 2003).
Berdasarkan data dari World Economi Forum tingginya pengguna internet di
Indonesia karena adanya berbagai media sosial yang mudah diakses dan sesuai untuk
kebutuhan penggunanya seperti facebook dan twitter. Jumlah pengguna facebook di
Indonesia saat ini sebesar 40,4 juta orang dan menduduki peringkat kedua pengguna

facebook terbesar di dunia, sedangkan pengguna twitter berada diperingkat keempat
sebanyak 22% dari pengguna twitter di dunia (Widiantari, KS, dkk, 2013).
Facebook merupakan salah satu situs pertemanan atau media sosial yang
belakangan sangat berkembang pesat dibanding situs pertemanan lainnya. Facebook
sendiri adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam
komunitas sepeti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melekukan koneksi dan
berinteraksi dengan oarang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-teman
mereka, mengirim pesan, dan memperbaharui profil pribadi agar orang lain dapat
melihat tentang dirinya (Juditha, 2011).
Saat ini pengguna facebook di Indonesia sudah menjadi rutinitas sehari-hari,
mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pengusaha, pengacara, politisi, artis,
tokoh-tokoh dunia dan lain-lain, dan dari berbagai kelas dan golongan karena

masalah penggunaan internet sudah bukan barang yang mahal. Hal ini disebabkan
hanya dengan beberapa ribu rupiah saja sudah bisa menjelajah ke dunia maya di
warnet-warnet pinggir jalan sehingga penggunaann facebook menggunakan internet
pada umumnya. Saat ini Indonesia telah menjadi ‘The Repucbik of the FB’.
Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan facebook yang digunakan
masyarakat Indonesia mencapai pertumbuhan 64,5% pada tahun 2008. Prestasi ini
menjadikan Indonesia sebagai ‘the fastest growing country on facebook in Southeast
Asia’. Angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna facebook di China dan India
yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk didunia (Sahana, 2008).
Peningkatan pengguna media facebook sangat menarik untuk diamati, dengan jumlah

pengguna mencapai 71% terhadap total pengguna internet di Indonesia yang
mencapai 45 juta. Diantara kota-kota besar di Indonesia, Medan merupakan salah satu
kota besar yang menjadi sasaran empuk bagi merebaknya media sosial dikalangan
remaja (Hadi, 2009 ).
Penelitian Agustin Rahmawati (2013), Faktor yang mempengaruhi mengapa
media sosial sering diakses oleh remaja 45% dikarenakan remaja terasa terhibur, 27
% mengatakan mereka lebih mudah mendapatkan teman dan tidak kesepian lagi, 20%
mengatakan untuk bermain game yang ada di facebook, sedangkan 8% hanya karena
ada tugas.

Dari hasil survei pendahuluan tanggal 06 februari 2015 dengan teknik
wawancara kepada guru dan dengan mengisi kuesioner pada 15 orang siswa SMA
swasta Prayatna kota Medan tentang pengaruh media sosial, siswa memperoleh
informasi tentang seks dari media sosial melalui situs jejaring facebook, Twitter,
Path, Instagram, Line dan We chat dengan internet. Pada Survei awal diketahui
seluruh siswa memiliki telepon genggam, dimana 80% dari telepon genggam siswi
tersebut dilengkapi dengan fasilitas internet. Berdasarkan laporan guru pernah ada
siswa kedapatan membawa komik cerita porno, dan handphone yang berisi film semi
porno, dan pernah kedapatan siswa yang bolos sekolah duduk di warnet

untuk

menikmati media sosial melalui internet yang tersedia, dan dari pengakuan beberapa
siswa mereka mengatakan pernah berkencan dengan teman yang dikenal melalui
media sosial.

Dari uraian diatas dapat dilihat telah terjadi perubahan-perubahan pandangan
remaja pada niai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan telah terjadi pergesaran sikap yang
perlu diperhatikan. Melihat besarnya dampak media sosial terhadap perilaku seksual
remaja, tetapi masih sangat sedikitnya study penelitian yang meneliti efek dari media

sosial terhadap perilaku seksual remaja maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian
untuk menggali lebih dalam “ Bagaimana pengaruh media sosial terhadap perilaku
seksual remaja di SMA Swasta Prayatna Medan.

1.2 Permasalahan
Maraknya Aplikasi teknologi media sosial dikalangan remaja membuat
remaja banyak menghabiskan waktu dengan sia-sia., sehingga tidak sedikit remaja
yang mengalami perubahan komunikasi, sosialisasi, etika dan perilaku, bahkan
meningkatnya kejahatan seksual. Berdasarkan permasalahan diatas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana pengaruh media sosial terhadap perilaku
seksual remaja di SMA Swasta Prayatna Medan?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh media sosial terhadap
perilaku seksual remaja di SMA Swasta Prayatna Medan.
2. Untuk mengidentifikasi keinginan menggunakan media sosial terhadap perilaku
seksual remaja di SMA Swasta Prayatna Medan.
3. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan media sosial terhadap perilaku seksual
remaja di SMA Swasta Prayatna Medan.


4. Untuk mengidentifikasi intensitas penggunaan media sosial terhadap perilaku
seksual remaja di SMA Swasta Prayatna Medan.

1.4 Hipotesis
Ada pengaruh media sosial terhadap perilaku seksual remaja di SMA Swasta
Prayatna Medan.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi
remaja sebagai generasi muda dalam memanfaatkan media sosial sebagai sumber
informasi berbasis pelayanan yang benar.
2. Bagi Pemangku Kebijakan Publik, Hasil Penelitian sebagai informasi dalam
mengambil keputusan untuk peningkatan pengawasan, pemanfaatan media sosial
sebagai Web yang berbasis pelayanan informasi yang benar.
3. Bagi pihak pendidikan sekolah sebagai informasi untuk membimbing dan
mewujudkan generasi muda dalam memanfaatkan media sosial dalam tatanan
positif, antisipasi pergeseran pola tingkah laku dan degredasi moral.
4. Dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
khususnya perilaku seksual remaja dalam kontribusi berupa masukan kepada
remaja tentang dampak negatif media sosial.