Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (Ims) Di Sma Prayatna Medan Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Menurut Benyamin Bloom (Soekidjo Notoatmodjo,2007),ranah
perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu:
a. Pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan dalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
ataurangsanagan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebgai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secra
benar.

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan

bagian-bagian

didalam

suatu


kemampuan

untuk

menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
Semakin tinggi pengetahuan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukan merupakan sumber kesenangan, tetapi lebih diartikan
usaha untuk mencarai nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak

tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan

yang diperoleh.
3. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin bertambah umur seseorang, semakin banyak pengetahuan yang
didapat (Mubarok, 2006).
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan ciri khas yang dimiliki individu yang
membedakannya dengan individu yang lain yaitu laki-laki dan perempuan.
5. Sumber Informasi
Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata.
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulusatau objek (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo, Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial
mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan ataiu kesediaan untuk bertindak
dan merupakan pelaksana dari suatu motif tertentu.
Alfort (1954) didalam buku Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap
memiliki 3 komponen pokok antara lain:
1. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek.
2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. kecenderungan untuk bertindak.
 Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu:
Dari berbagai tingkat sikap diatas peneliti membahas lebih khusus tentang
sikap “merespon” yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Remaja
dapat

melakukan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS).
 Ciri-ciri Sikap


Sikap seseorang tidak dibawa lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya.




Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu
berhubungan dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan
dengan suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretderetan objek yang sama.



Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi,
sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.

c. Tindakan (Practice)
Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan atau mengadakan
aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang
erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian yang menyatakan bahwa
sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak.
Tindakan terlihat menjadi lebih konsisten (serasi, sesuai) dengan sikap bila
sikap individu sama dengan sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya atau
anggotanya. Menurut Notoatmodjo (2012), praktek atau tindakan itu mempunyai
beberapa tingkatan yaitu :


1

Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih berbgai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.

2

Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.

3

Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis.

4

Adaptasi (adaptation)

Merupakan suatu proyek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakannya tersebut.
Dari berbagai tingkat praktek atau tindakan maka peneliti menjelaskan

tentang persepsi dan responden terpimpin dimana persepsi adalah remaja yang
melakukan pencegahan IMS (Notoadmodjo, 2012).
2.2 Remaja
2.2.1 Definisi
Remaja atau dalescen berasal dari bahasa latin “adolescare” yang
berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesce yang berasal
dari bahasa Inggris, saat ni mempunyai arti yang cukup luas mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.( Maisaroh, 2009)
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa ( Maisaroh, 2009).
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
puber. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai “pancaroba” keadaan

remaja penuh energi. Serba ingin tahu, belum sepenuhunya memiliki
pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh,

nekat dan berani, emosi tinggi, sealu ingin coba tidak mau ketinggalan. Pada
masa inilah merupakan kelompok yang paling rawan berkaitan dengan
penyalahgunaan obat terlarang. (http://wwwIndonesia.co.id).
2.2.2 Ciri-ciri perubahan masa remaja
Masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap
yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain: ingin
bebas, lebih dekat dengan sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih
banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri-ciri khas antara lain:
mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkayal
tentang aktifitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu
berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri (Saroha, 2009).
2.2.3 Tahap Perkembangan Remaja
1) Remaja awal (early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan
yang terjadi pula tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiranpikiran baru, cepat tertarik lawan jenis, mudah terangsang erotis.
2) Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
kalau banyak teman menyukainya. Ada cendrung “narcitic” yang
mencintai diri sendiri, dengan mneyukai teman-teman yang mepunyai
sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
3) Remaja akhir (Late adolesence)
Tahapan ini adalah konsolisasi menuju periode dewasa dan ia ditandai
dengan pencapaian llima hal di bawah:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intlek.
b. Egonya mencari kesmpatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosintrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri
dengan orang lain)
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public). (Sarwono, 2006).
2.2.4 Remaja dan ciri khasnya
Ciri yang ada pada remaja jika di hubungkan dengan seks sekunder

adalah:
1) Pada perempuan
Buah dada mulai membesar, mulai tumbuhnya rambut-rambut
pada daerah-daerah tertentu (kemaluan, lengan dan kaki), bentuk
pinggul mulai terbentuk (mungkin membulat dan membesar),
jerawat mulai sering tumbuh, perubahan itu juga pada kulit (menjadi
kasar jika di bandingkan dengan kulit pada masa kanak-kanak),
mulai katifnya kelenjar keringat dan perubahan pada suara.

Dan untuk seks primer, ciri yang dapat diketahui adalah pada
perempuan di tandai dengan keluarnya darah haid (Ghojally, 2007).
2) Pada laki-laki
Perubahan pada laki-laki yaitu semakin melebarnya bagian
bahu, dada terlihat semakin bidang, bagian pinggul dan paha terlihat
ramping, dan terbentuknya sejumlah otot pada bagian tubuh paling
atas. Dan pada usia antara 12-14 tahun, sebagian laki-laki akan
mengalami pembesaran pada payudara (Dianawati, 2006).
2.3 Infeksi Menular Seksual (IMS)
2.3.1 Definisi
Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya melalui

hubungan kelamin. Tempat terjungkit penyakit tersebut, tidak semata-semata pada
alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi di berbagai tempat di luar alat kelamin. Dulu
penyakit ini di kenal dengan nama “veneral disease”, berarti penyakit dewi cinta
menurut versi yunani. Yang tergolong penyakit ini adalah siflis, gonore,
ulkusmola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinela. ( Manuaba, 2009).
IMS (infeksi menular seksual) adalah merupakan satu infeksi saluran
reproduksi (ISR) yang cara penularan utamanya adalah melalui hubungan kelamin
tetapi dapat juga ditularkan memalui transfusi darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah, dan dari ibu ke anak selama kehamilan, pada
persalinan atau sesudah bayi lahir. PMS dapat disebabkan oleh bakteri, jamur
virus dan parasit (Pinem, 2009).
IMS adalah infeksi yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual
dengan manifestasi klinis sebrupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat
kelamin (Widoyono, 2008).

Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan dari
seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi
terkena IMS bila melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini
dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan,
kebutaan pada bayi baru lahir bahkan kematian.
Infeksi menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Menurut the centers
for disease control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per
tahun. Kelompok remaja dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
paling berisiko paling tinggi untuk tertular IMS, 3 juta kasus baru tiap tahun
adalah kelompok ini (www.http//kespro.info.com).
2.3.2 Gejala-gejala umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS)
a. Keluarnya cairan atau keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis.
b. Pada laki-laki, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah
buang air kecil.
c. Luka terbuka atau luka terbakar disekitar alat kelamin atau mulut. Dan
luka tersebut dapat terasa sakit maupun tidak.
d. Tonjolan kecil-kecil disekitar alat kelamin.
e. Kemerahan disekitar alat kelamin.
f. Pada laki-laki kemerahan dan rasa sakit pada kantung zakar.
g. Rasa sakit di perut bagian bawah yang hilang timbul, dan tidak
berhubungan dengan menstruasi.
h. Bercak darah bukan menstruasi.

2.3.3 Jenis – Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)
Ada beberapa jenis penyakit menular seksual, dan semua jenis penyakit itu
sudah masuk kategori bagi kesehatan. Jenis-jenis penyakit tersebut adalah:
a. Gonore
Gonore adalah penyakit menular seksual yang paling sering ditemukan,
orang awam sering menyebut gonore sebagai kencing nanah, ditularkan melalui
hubungan kelamin, juga bisa ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang
dekat. Masa inkubasi 3 – 5 hari, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria
Gonorrhoeae yanga menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, dan
tenggorokan serta bagian putih mata (konjungtiva).
Pada pria gejala awal timbul dalam waktu 2 – 7 hari setelah terinfeksi,
tanda dan gejalanya yaitu mengeluh sakit pada waktu buang air kecil, dari mulut
saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau, setelah beberapa hari
keluarnya nanah hanya pada pagi hari sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang.
Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada
alat kelamin. Pada wanita penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau
bahkan tidak menimbulkan keluhan sehingga wanita mudah menjadi sumber
penularan gonore, kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu buang
air kecil (Hutapea, 2011).
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan
dosis tinggi seperti : penisilin, ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, spektinomisin,
kinamisin, tiamfenikol, dan kuinolon (Hawari, 2007).
b. Herpes Simpleks
Penyakit Herpes Simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau II yang ditandai oleh adanya fesikel yang berkelompok

di atas kulit yang lembab atau eritematosa dan cendrung bersifat rekuren
penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. Masa inkubasi 3 – 5
hari kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan fesikel, di atas kulit
kemerahan dan rasa nyeri, penyakit sembuh dalam waktu 2 – 3 minggu. Penyakit
ini sering kambuh dan timbul pada daerah yang sama serta biasanya lebih ringan
dari gejala yang biasanya (Hutapea, 2011).
Penyakit ini juga dapat menular melalui sentuhan serta adanya transmisi
kontak langsung, misalnya berciuman, berpelukan, bersentuhan dengan penderita.
Dengan menggunakan pakaian dari penderita juga dapat diindikasikan sebagai
media penularan herpes (Mintarjo, 2007).
Sebelum herpes terjadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mencegah herpes antara lain:


Hindari kontak langsung dengan si penderita



Tingkatkan daya tahan tubuh



Penuhi kebutuhan nutrien (gizi) secara tepat



Jauhi minuman beralkohol



Hindari stress



Jaga kebugaran tubuh agar tetap fit



Bersihkan tempat tinggal seperti tempat tidur dan pakaian secara rutin



Jaga kebersihan tubuh terutama bagian-bagian yang tersembunyi
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, tetapi

pengobatan

dapat

memperpendek

lamanya

serangan.

Biasanya

dengan

mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah, asiklovir atau obat anti virus lainnya
bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung pada
luka.

c. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut
atau kronik dan disebabkan oleh Trichomons Vaginalis. Penularan biasanya
melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian, handuk atau karena
berenang. Oleh karena itu, trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang
dengan aktifitas seksual tinggi. Masa inkubasi sekitar 4 hari – 3 minggu. Pada
kasus yang lanjut terhadap bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas.
Tanda dan gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas pada vagina,
sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan
bentuk klasik trikomoniasis sebanyak 12%), disuria, perdarahan kecil-kecil pada
permukaan serviks (Serviks Strawberry), dispaurenia, perdarahan setelah
berhubungan seksual dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria tanda dan
gejalanya yaitu disuria, nyeri testis, sering berkemih, dan nyeri abdomen bagian
bawah (Hutapea, 2011).
Pengobatan diberikan secara topikal dapat berupa bahan cairan berupa
irigasi misalnya hidrogen peroksida dan asam laktat, bahan berupa supositoria dan
gel atau krim yang berisi zat trikomoniasidal. Secara sistematik (oral) obat yang
sering digunakan tergolong devirat nitromedazol (Daili, 2009).
Untuk menghindari infeksi Trichomonas vaginalis yaitu dengan cara
menghindari seks bebas, tidak memakai pakaian renang milik orang lain dan tidak
mengeringkan tubuh dengan handuk orang lain (Mintarjo, 2007).
d. Vaginosis Bakterial
Menurut Ronald (2011), penyakit ini disebabkan oleh Gardnerella
Vaginalis. Gejala klinisnya wanita dengan Vaginosis Bakterial akan mengeluh
adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak

(amis), yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala tidak
menyenangkan. Bau lebih pekat apabila setelah melakukan senggama dan
mengakibatkan darah menstruasi berbau tidak normal. Iritasi daerah vagina atau
sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), lebih ringan daripada yang disebabkan oleh
Trikomoniasis Vaginalisatau C. Albican.
Pengobatan karena penyakit ini merupakan vaginitis yang cukup banyak
ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi, jenis obat yang
digunakan hendaknya tidak membahayakan dan sedikit efek samping. Pada saat
sekarang pengobatan bervariasi dari yougurt sampai anti mikrobial sistemik.
Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis, ternyata efektif
terhadap Vaginosis Bakterial, meskipun jangka waktu optimum dan dosis yang
tepat asih dicari (Hawari, 2009).
Penyakit ini dapat menular melalui kontak secara fisik (seksual) langsung
dengan penderita. Oleh karena itu, sebagai langkah pencegahan hindari seks
bebas. Selain itu, jaga area genetalia agar tetap bersih dan kering. Gunakan
pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan bahan yang menyerap seperti katun,
mencuci alat kelamin dengan menggunakan air hangat dan sabun lembut tanpa
pewangi (untuk menjaga agar pH vagina tetap normal) (Mintarjo, 2007).
 Mencegah Infeksi Vagina
Wanita yang mengalami vaginitis dianjurkan untuk memeriksakan dirinya
kepada ahli kandungan. Meskipun demikian, anjuran-anjuran berikut dibawah ini
perlu diperhatikan untuk terjadinya vaginitis.
1. Basuhlah bagian luar kemaluan secara teratur dengan sabun yang PH nya
sesuai dengan PH vagina

2. Pakailah celana dalam yang berbahan katun (bahan nilon menyimpan
panas dan kelembapan yang memungkinkan vaginitis berkembang.
3. Jangan memakai celana yang terlalu ketat pada selangkangan.
4. Jika kehidupan seks anda aktif, yakinkan bahwa pasangan anda menjaga
kebersihannya. Kondom dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi oleh
pasangan seksnya.
5. Pakai jelly atau bahan pelumas lain yang steril dan larut air dalam kegiatan
seks anda. Hindarkan pemakaian vaselin.
6. Hentikan hubungan seks jika terasa nyeri atau mengakibatkan lecet.
7. Hindari diet yang kaya gula atau karbohidrat olahan, karena dapat
mengubah pH normal vagina dan memungkinkan kuman berkembang.
8. Wanita yang rentan terhadap infeksi vagina dianjurkan untuk sering
membilas vagina dengan air biasa, larutan soda, satu atau 2 sendok cuka di
salam seperempat liter air. Bilasan yougurt yang tidak dipasteurisasi dan
tidak berasa dapat memulihkan kehadiran bakteri yang “baik” yang
biasanya terdapat di dalam vagina tetapi telah terbunuh oleh antibiotik.
Jangan membilas diri bila sedang hamil.
9. Peliharalah kesehatan umum anda. Diet buruk dan kurangnya tidur dapat
menurunkan pertahanan anda terhadap infeksi.
e. Sifilis
Menurut Hutapea (2011), sifilis atau yang biasa disebut “raja singa” adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidium sangat kronik dan
bersifat sistemik. Pada perjalannya dapat menyerang seluruh alat tubuh, dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan oleh
ibu penderita sifilis terhadap janin yang di kandungnya. Penularannya biasanya

melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung
dan kongenital sifilis (penularan dari ibu kepada janin).
Tanda dan gejala yang terjadi dibagi dalam empat stadium yang berbeda yaitu:
a) Stadium I
Ditandai dengan munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah
vagina,

poros

usus

atau

mulut,

luka

ini

disebabkan

chancre.

Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini,
setelah beberapa minggu chancre akan hilang dan selama ini sangat
menular.
b) Stadium II
Jika Sifilis stadium I tidak diobati, biasanya penderita akan mengalami
ruam di telapak kaki dan tangan dan adanya luka di bibir, mulut,
tenggorokan, vagina dan dubur. Stadium ini biasanya berlangsung selma
satu sampai dua minggu.
c) Stadium III
Kalau Sifilis stadium II tidak juga diobati, penderita akan mengalami
Sifilis laten, semua gejala penyakit akan menghilang, namum penyakit
tersebut masih bersarang di dalam tubuh dan bakteri penyebab pernyakit
masih berkembangbiak di dalam tubuh. Sifilis laten berlangsung sampai
bertahun-tahun.
d) Stadium IV
Pada stadium ini dikenal dengan Sifilis tersier, bakteri telah menyebar ke
seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, dan tulang.

Cara pengobatannya yaitu dapat diobati dengan penisilin, selain itu juga bisa
menggunakan tetrasiklin, eritromisin, atau dosisiklin. Namun kerusakan pada
organ tubuh tidak dapat diperbaiki (Daili, 2009).
e) Klamidia Trachomatis
Klamidia tergolong dalam Infeksi Menular Seksual yang disebabkan oleh
bakteri Clamydia Thrachomatis, ditularkan melalui hubungan seksual vaginal,
anal, maupun oral dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama
persalinan. Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 4 minggu (Hawari, 2009).
Pada pria terinfeksi terdapat pada saluran kencing. Gejalanya yaitu dengan
keluarnya cairan putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit. Dapat
menyebabkan peradangan pada penyimpanan kantung sperma. Pada wanita gejala
yang terkadang muncul yaitu rasa panas terbakar pada panggul. Cara pengobatan
yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin. Di samping itu
juga dapat diobati dengan gabungan sulfa-trimetropin, spiramisin, dan kuinolon.
Kadang-kadang tanpa pengobatan penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya
sembuh dengan sendirinya (Hutapea, 2011).
Penyakit ini jika tidak mendapat penanganan yang tepat, infeksi klamidia
akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi.
Komplikasi dari Clamydia Trachomatis yang nyata adalah sebagai berikut :


Infertilitas (kemandulan) akibat perlekatan pada saluran tuba palopi



Radang panggul (penyebaran radang serviks pada perempuan)



Biasanya menyertai Gonore



Kehamilan diluar kandungan



Radang paru-paru pada bayi lahir



Bisa menginfeksi mata pada kasus tertentu



Mempermudah tertularnya virus HIV
Karena begitu bahayanya penyakit ini, perlu hendaknya dilakukan tindakan

pencegahan untuk menghindarinya. Agar terhindar dari penyakit ini jangan sekalikali melakukan seks bebas dan selalu menjaga kebersihan diri dan organ-organ
reproduksi (Mintarjo, 2007).
f) Ulkus Mole
Ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang akut, biasanya terlokalisasi
di genetalia dan anus, disebabkan oleh Streptobacillus Ducrey (Haemophilus
Ducrey). Masa inkubasi bakteri 3 – 10 hari, setelah melewati masa inkubasi
pasien mengeluh muncul papul eritemotous yang nyeri pada daerah kontak seks,
kemudian menjadi pustul kemudian rupture dan mudah berdarah.
Kebanyakan gejala pada wanita asimtomatik walaupun kadang muncul
gejala yang kurang jelas seperti disuria, dispaurenia, sekret vagina, nyeri defekasi,
atau perdarahan rektal. Pada pria daerah yang paling sering terkena ulkus adalah
prepusium, ulkus kronalis, frenulum, dan jarang pada anus. Cara pengobatannya
dengan cara sistematik dengan obat Sulfonamida, Streptomisin, Penisilin,
Tetrasiklin, dan Oksitetrasiklin (Hutapea, 2011).
g) Infeksi Jamur (Candida)
Jamur dapat tumbuh dimana saja dan tidak mengenal usia. Candida adalah
jamur yang biasa terdapat di dalam mulut dan usus besar sebagai jamur normal.
Pada wanita, jamur ini juga ditemukan pada vagina dalam jumlah yang sangat
banyak dan tidak terkendali.
Sekitar 60% sampai 80% wanita pernah mengalami infeksi jamur. Jamur
Candida Albicans salah satu jamur yang menjadi penyebab keputihan pada
wanita. Keputihan adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Sekret tersebut

dapat bervariasi dalam konsistensi, warna, dan bau. Keputihan dapat menjadi
suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau juga bisa sebagai tanda dari adanya
suatu penyakit.
Keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans biasanya dipicu
oleh beberapa faktor antara lain :


Kehamilan



Obesitas atau kegemukan



Pemakaian pil KB



Obat-obatan tertentu, seperti steroid, antibiotik



Riwayat diabetes atau kencing manis



Daya tahan tubuh rendah



Iklim, panas, dan kelembaban
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti kepala

susu, berbau tidak sedap. Cairan ini menyebabkan rasa gatal disekitar vagina yang
hebat pada daerah vulva dan sekitarnya sehingga disebut Vulvovaginitis.
Bila tidak diatasi keputihan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
serius seperti kemandulan dan penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory
Disease). Pada wanita hamil, infeksi ini diduga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).
Sebelum jamur menginfeksi, hal yang harus dilakukan sebagai pencegahan
yaitu :


Biasakan pola hidup sehat yaitu makan yang bergizi, olahraga rutin,
istirahat yang cukup.



Hindari rokok dan alkohol



Hindari stress berkepanjangan



Tidak melakukan seks bebas



Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan menggunakan celana dari
bahan yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat agar organ
reproduksi tetap kering dan tidak lembab.



Biasakan untuk mengganti pembalut secara teratur pada waktu haid untuk
mencegah bakteri berkembang biak.



Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar setiap kali buang air
yaitu dari arah depan ke belakang.



Jangan menggunakan cairan pembersih vagina secra berlebihan karena
dapat mematikan bakteri baik yang ada pada vagina.



Hindari penggunaan bedak, tissu, dan sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.



Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi.

f) HIV/AIDS
Menurut Ronald Hutapea (2011), penyakit HIV/AIDS adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus.
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang
dengan HIV/AIDS) sangat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya, lama-kelamaan akan
hal yang sangat fatal dan meyebabakan kematian.
Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh dan hubungan
seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan darah, sperma

dan vagina sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata.
Gejala penderita AIDS dapat ringan sampai berat.
1. Tingkat klinis 1 : pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan
dapat melakukan aktifitas normal.
2. Tingkat klinis 2 : Penurunan berat badan kurang dari 10%, kelainan mulut
dan kulit yang ringan misalnya dermatitis sebarok, prurigo, onikomiosis,
ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis. Herpes zoster yang
timbul pada 5 tahun terakhir. Infeksi saluran napas bagian atas berulang,
misalnya sinusitis.
3. Tingkat klinis 3 : Penurunan berat badan kurang dari 10%. Diare kronik
lebih dari satu bulan tanpa diketahui penyebabnya. Demam yang tidak
diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun
terus menerus, kandidosis mulut, bercak putih berambut di mulut (Hairy
Leukoplakia). Tuberklosis paru selam satu tahun terakhir. Infeksi bakteri
berat misalnya Pneumoni.
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa obat-obat anti virus yaitu
indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan sebagai kombinasi dapat
meningkatkan CD4 dan menghilangkan HIV pada 24 atau 26 sampai di tingkat
Unmeasureable Geneses of HIV. Namun setelah pengobatan beberapa waktu,
mungkin HIV akan bermutasi menjadi resisten dan toksisitas obat akan muncul
perlu obat baru. Obat-obat yang sedang diteliti adalah antisense therapy, gene
therapy, dengan penghambat HIV yang ditujukan ke CD4 dan sel indul (Strem
Cell) (Daili, 2011).
Perlindungan diri terhadap infeksi HIV/AIDS ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan kewaspadaan diri untuk menghindari dan mencegah transmisi

virus. Menghindari seks bebas adalah langkah bijaksana untuk pencegahan. Jauhi
narkoba karena jarum suntik narkoba sangat tidak steril. Hati-hati dengan tindik
dan tato karena bisa jadi jarumnya bekas dari penderita HIV/AIDS. Rajin berolah
raga dan terapkan pola hidup sehat. Kendalikan hidup agar terhindar dari virus
mematikan ini (Mintarjo, 2007).
2.3.4 Cara Penularan IMS
Ada tiga cara penularan IMS yaitu:
 Hubungan seksual yang tidak terlindungi baik melalui vagina, oral
maupun anal, cara ini merupakan cara penularan utama (lebih dari 90%).
 Penularan ibu ke janin selama kehamilan, penularan pada persalinan,
penularan sesudah bayi lahir.
 Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan darah atau
produk darah.
Perilaku yang beresiko tinggi untuk penularan IMS adalah berhubungan
seks yang tidak aman (tanpa mengunakan kondom), ganti-ganti pasangan,
prostitusi, melakukan hubungan seksual secara anal. Perilaku ini dapat
menimbulkan luka-luka atau radang yang memudahkan penularan IMS, perlu
diketahui bahwa epitel morkosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka
dibandingkan epitel dinding vagina. Pemakaian jarum suntik secara bersamasama secara bergantian misalnya pada penderita ketergantungan narkotik atau
kelalaian petugas kesehatan dalam menjaga sterilitas alat suntik. Terus
melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyai keluhan IMS dan tidak
memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut.
2.3.5 Tanda dan gejala IMS
 Pada laki – laki gejala – gejala infeksi PMS antara lain:

a. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/ alat kelamin.
b. Luka tidak sakit, keras berwarna merah pada alat kelamin.
c. Adanya kutil tumbuh daging seperti jengger ayam.
d. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
e. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing.
f. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.
g. Bengkak panas dan nyeri pada pangak paha yang kemudian berubah
menjadi borok.
h. Kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus menerus,
dan sering demam di sertai berkeringat malam.
 Pada perempuan gejala – gejala PMS antara lain:
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
c. Pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin.
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.
e. Timbul bercak – bercak darah setelah berhubungan seks.
f. Binti-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
(www.http//moumtaza.com).
2.3.6 Bahaya-bahaya dari Infeksi Menular Seksual


Beberapa Infeksi Menular Seksual dapat menyababkan kemandulan



Beberapa Infeksi Menular Seksual dapat menyebabkan keguguran bagi ibu
hamil.



Infeksi Menular Seksual dapat menyebabkan kanker leher rahim



Beberapa Infeksi Menular Seksual dapat merusak penglihatan, otak dan
hati.



Infeksi Menular Seksual dapat menular kepada bayi yang dilahirkan dari
seorang ibu yang menderita Infeksi Menular Seksual.



Infeksi Menular Seksual dapat menyebabkan kita rentan terhadap
HIV/AIDS.



Beberapa Infeksi Menular Seksual ada yang tidak dapat disembuhkan



Beberapa Infeksi Menular Seksual dapat menyebabkan kematian, seperti
HIV/AIDS dan Hepatitis B jika tidak diobati (Mintarjo, 2007).

2.3.7 Faktor yang menyebabkan meningkatnya IMS
Menurut Abenabila (2009), ada beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya angka kejadian IMS yaitu antara lain:


Seks tanpa pelindung, meski kondom tidak 100% dapat mencegah
terjadinya IMS, namun kondom tetap merupakan cara terbaik untuk
terhindar dari penyakit-penyakit IMS.



Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual, maka
semakin besar resiko terkena IMS.



Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum muda lebih besar
kemungkinannya untuk terkena IMS daripada orang yang lebih tua. Hal ini
dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap IMS karena
tubuh wanita lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih
mudah terinfeksi. Selain itu, kaum muda atau remaja juga lebih jarang
memakai kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya,
terlibat perilaku seks dan suka berganti-ganti pasangan.



Penggunaan allkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom
dengan benar maupun sulit meminta pasangannya untuk menggunakan
kondom.



Penyalahgunaan obat, prinsipnya hampir sama dengan penggunaan
alkohol, orang yang berhubungan seksual dibawah pengaruh obat lebih
besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual berisiko atau tanpa
pelindung. Pemakaian obat terlarang memudahkan orang lain memaksa
seseorang melakukan perilaku seksual. Selain itu, penggunaan obat dan
jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan IMS
lewat darah, seperti hepatitis dan HIV yang juga bisa ditransmisikan lewat
seks.



Seks untuk mendapatkan uang, orang yang menjual seks sering bergantiganti pasangan sehingga rentan menderita IMS.



Penderita IMS akan mudah terkena penyakit IMS jenis lainnya.



Menggunakan pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih menghindari
kehamilan daripada IMS sehingga lebih memilih pil KB sebagai
kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan mereka
tidak menggunakan kondom.

2.3.8 Program Penanggulangan IMS
1) Sasaran
a. Primer
Kelompok masyarakat beresiko tinggi yaitu WTS, PSK, Pramuria, panti
pijat/ bar/ diskotik/ klab malam/ hotel, waria/ gay/ lesbian.

b. Sekunder
Masyarakat yang bisa mempengaruhi sasaran primer yaitu tokoh
agama, masyarakat, ketua organisasi , LSM, pemilik tempat-tempat
hiburan.
c. Tersier
masyarakat umum, khususnya remaja dan pemuda.
2) Strategi
a. Memutuskan mata rantai penularan IMS
b. Memberikan dukungan pelayanan
3) Kegiatan
a. Pengumpulan data dasar
b. Serosurvei sifilis
c. Pengobatan penderita sifilis
d. Monitoring PMS di rumah sakit
e. Penyuluhan dan sosialisasi kondom
4) Langkah – langkah


Program 1:

a. Pengumpulan data dasar: jumlah PSK dan orang beresiko tinggi.
b. Penetapan target dan lokasi
c. Persiapan sumber daya
d. Pemberitahuan kepada sektor terkait.


Program 2:

a. Membantu pengambilan sampel darah (4ml serum).
b. Mengumpulkan sampel darah
c. Pengiriman sampel (Widoyono, 2008).

2.3.9 Pencegahan IMS
Prinsip utama dari pengendalian penyakit menular seksual secara prinsip
ada dua, yaitu:
Memutuskan rantai penularan infeksi menular seksual, dan mencegah
berkembangnya penyakit menular seksual serta komplikasi-komplikasinya.
Dengan pencegahan secara tepat dan penanganan secara dini IMS bisa
ditangani dengan lebih baik. Bila merasakan gejala-gejala seperti diatas,
sebaiknya perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman
IMS.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
a. Tidak melakukan hubungan seks
b. Tidak berganti-ganti pasangan
c. Menggunakan kondom setiap berhubungan seks
d. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal
usulnya
e. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang
tidak steril.
f. Berburu informasi tentang IMS dari sejak dini
g. Bergaul secara sehat
h. Menjaga kebersihan organ reproduksi
 Mandi 2 kali sehari
 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah BAK dan BAB
 Mencuci bagian luar organ-organ seksual dengan air dan sabun,
terutama setiap selesai BAK dan BAB

 Tidak menggunakan air kotor untuk mencuci wilayah sensitif itu
karena potensial mengundang bakteri dan kuman
 Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
 Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ
reproduksi jadi mudah berkeringat. Pada laki-laki dapat membuat
fungsi organ-organ reproduksi kurang maksimal
 Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuatdari bahan katun
karena bahan ini dapatmenyeraap keringat dengan baik
 Hindari bertukar pakaian dalam dan handuk dengan orang lain
karena hal ini berpotensial menularkan penyakit
 Dianjurkan untuk mencukur dan merapikan rambut kemaluan.
Jika tidak, maka wilayah rahasia tersebut berpotensial ditumbuhi
sejenis jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal.
i. Rajin olahraga
j. Menjaga pola makan berpegang teguh terhadap ajaran agama
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka di buat kerangka konsep
penelitian mengenai perilaku remaja tentang pencegahan infeksi menular seksual
di SMA Prayatna tahun 2015.
Karakteristik Responden
 Umur
 Jenis kelamin
Sumber Informasi
 Pendidikan seks di
sekolah
 Keluarga
 Teman

Pengetahuan
Remaja
Tentang
Pencegahan
IMS

Sikap
Remaja
Tentang
Pencegahan
IMS

Pencegahan
IMS

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan perilaku remaja
seperti ; pengetahuan remaja, sikap remaja tentang pencegahan IMS di SMA
Prayatna Medan yaitu : dari segi karakteristik seperti umur dan jenis kelamin.
Selain itu dari segi sumber informasi tentang pencegahan IMS yang didapat oleh
remaja meliputi : pendidikan seks di sekolah tentang pencegahan IMS, informasi
dari keluarga tentang pencegahan IMS dan informasi dari teman tentang
pencegahan IMS. Dimana akan mempengaruhi tindakan remaja tentang
pencegahan IMS.