Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1
2.1.1

Tinjauan Teoritis
Pengertian laporan Keuangan
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan

keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai
perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi
ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan
risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Menurut PSAK No. 1, Laporan keuangan terdiri atas :
a. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi
kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca

terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya)
perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi
dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum
diterima.

Universitas Sumatera Utara

b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan.
SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional
perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk
kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk
kegiatan pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,
agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik

yang melekat pada perusahaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan
akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk
mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio
keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang sangat
membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa

Universitas Sumatera Utara

datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan
gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan
suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor,
kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta
dividen yang diperolehnya,
2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.
3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh
pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.
4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung
perusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go public .
5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu
memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.
Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari
penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan tersebut. Menurut Soemarso (2006:430), analisis laporan keuangan
adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain

Universitas Sumatera Utara

yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu

fenomena.
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan pospos keuangan pada laporan tahunan berjalan dengan pos-pos terkait pada periode
sebelumnya. Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk
memeriksa keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis laporan
keuangan dapat disimpulkan sebagai sebuah uraian tentang pos-pos dalam laporan
keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang
signifikan antara satu pos dengan pos lainnya. Dari uraian itu diharapkan dapat
diambil kesimpulan.
Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat,
tebakan

dan

intuisis

dalam

pengambilan


keputusan,

serta

mengurangi

ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2004 : 195)
manfaaat analisis laporan keuangan sebagai berikut :

a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara kasat
mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan
keuangan (implicit).

b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.

c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi dan
peningkatan (rating).


Universitas Sumatera Utara

d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standar ideal.

f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan.

g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di
masa yang akan datang.

h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia
beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu

alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan
antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006 : 118) rasio
dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis.
Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan
internal dan perbandingan eksternal (Harahap (2009 : 227)).
Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio
masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan

Universitas Sumatera Utara

membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat
kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari
analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan
perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan
rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.
Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena masingmasing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang berbeda
mengenai keadaan


keuangan

perusahaan.

Menurut

Harahap (2009:298)

kelemahan-kelamahan dari analisis rasio sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan dalam perhitungannya.
d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan
kesalahan.
Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki keunggulan ,
diantaranya sebagai berikut :
a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
c. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.

Universitas Sumatera Utara

d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan
datang.

2.1.4 Kebangkrutan Perusahaan
2.1.4.1 Pengertian Kebangkrutan Perusahaan
Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari sebuah
perusahaan

adalah

manfaatnya

untuk


meramalkan

kelangsungan

hidup

perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan
untuk mengantisipasi kemungkinan kebangkrutan.
Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan
diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian
menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) :
1)

Kegagalan ekonomi (Economy failure )
Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, tingkat laba kecil
dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
pada biaya modal.


2)

Kegagalan Keuangan ( Financial failure )
Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara
arus kas dan dasar saham.

Universitas Sumatera Utara

a. Insolvensi teknis ( technihcal insolvency)
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total
utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau
lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar
terhadap utang lancer yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih
terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila
arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga pembayaran
kembali pokok pada tangga tertentu.
b.

Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang
dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Likuidasi
merupakan suatu proses yang berakhir pada pembubaran perusahaan
sebagai suatu perusahaan. Likuidasi lebih menekankan pada aspek status
yuridis perusahaan sebagai suatu badan hukum dengan segala hak-hak dan
kewajiban. Likuidasi atau pembubaran perusahaan senantiasa berakibat
penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidak selalu berarti perusahaan
bangkrut.

c. Indikator Terjadinya Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat
diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :
1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

Universitas Sumatera Utara

2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.
3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.
4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
Menurut Suwarsono dalam Fakhrurozie (2007:18), ada beberapa tanda atau
indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan
mengalami kebangkrutan antara lain :
a. Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting
pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak
perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi
sebab mengecilnya perusahaan yang lain.
b. Indikator internal
Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa
apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap
proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya
terlambat mengantisipasi perubahan.
c. Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang
datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan
perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa
akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

Universitas Sumatera Utara

Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam melakukan
aktivitas operasinya dan investasinya juga akan berada dalam keadaan kritis
karena jika perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil produksinya maka
perusahaan

tersebut

akan

mengalami

kesulitan

dalam

menyelesaikan

kewajibannya.
2.1.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang berada di negara
yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan
memicu semakin cepatnya kebangkrutan yang mungkin tadinya sudah tidak sehat,
yang kemudian semakin tidak sehat dan akhirnya bangkrut.
Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat adanya
krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tidak
hanya disebabkan faktor ekonomi saja, tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.
Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah perusahaan
dibagi tiga yaitu :
1)

Sistem Perekonomian
Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi dua
golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang memanfaatkan
teknologi. Kemampuan bersaing ini yang menjadi faktor penyebab
kebangkrutan, sehingga efisiensi manajemen sangat berperan dalam
menangkal terhadap persaingan ini.

Universitas Sumatera Utara

2)

Faktor Eksternal Perusahaan
Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja perusahaan, juga dapat
menjadi penyebab kehancuran perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada
di luar jangkauan manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain :
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi
penurunan dalam pendapatan.
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk diproduksi.
c. Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan.
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor.

3)

Faktor Internal Perusahaan
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, yaitu :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
b. Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan pemborosan
dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
c. Moral Haza rd oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
Tampubolon (2005:80-81) menyatakan perusahaan yang mengalami

kegagalan disebabkan beberapa kejadian, antara lain:
1. Tingkat pengembalian yang sangat rendah (poor rate of return ).
2. Jaminan aktiva terhadap hutang ( technical insolvensy).
3. Bangkrut (bankrupt)

Universitas Sumatera Utara

4. Manajemen yang tidak baik (poor management)
5. Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi
perusahaan atau industry (an economic downturn effecting the company
and or industry).

6. Ekspansi yang berlebihan (over expention )

2.1.5 Metode Altman
Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali
yaitu Z-Score model pertama (Z-Score ), Z-Score revisi (Z’-Score ), dan Z-Score
modifikasi (Z’’-Score ). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan
keuangan dari sebuah perusahaan.
2.1.5.1 Model Z-Score Pertama (Z- Score )
Model Z-Score diciptakan pertama kali lewat penelitian yang dilakukan
oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Metode ini diciptakan menggunkan
metode analisis diskriminan berganda ( Mulitiple Diskriminant Analyisis).
Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu perusahaan pada tahun-tahun yang
sama (Bangkrut dan tidak bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan
ukuran perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki. Sedangkan
variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima katagori standar yaitu
profitabilitas, likuiditas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.
Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih,
Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang pertama sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Z = 0,012� + 0,014 � + 0,033� + 0,006� + 0,999�

Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1

: modal kerja / total asset

X2

: laba ditahan / total asset

X3

: laba usaha (EBIT) / total asset

X4

: nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang

X5

: penjualan / total asset

Z

: nilai Z-Score
Untuk dapat menyatakan dan mengelompokkan perusahaan tersebut

bangkrut atau tidak bangkrut pada masa yang akan datang, maka Almant
membuat suatu daerah pembatas (discriminat area) sebagai berikut :
 Z > 2,99

 Z < 1,81

 1,81 < Z < 2,99

: kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
: kemungkinan bangkrut perusahaan besar
: kemungkinan bangkrut meragukan (grey area )

Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan publik
berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.
2.1.5.2 Model Z-Score Revisi (Z’- Score )
Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama,

Altman

melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model prediksi kebangkrutan
tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau
perusahaan non publik. Revisi yang dilakukan terhadap � ,dimana Altman

Universitas Sumatera Utara

mengganti rasio nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas
terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:
Z’ = 0,717� + 0,847 � + 3,107� + 0,420� + 0,998�

Sumber: wikipedia.org

Selain � yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada variabel juga

mengalami perubahan terutama pada � dan � . Model Z’-Score ini mempunyai
rata-rata skor kelompok perusahaan tidak bangkrut yang lebih rendah

dibandingkan dengan model kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu
menjadi lebih lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang
sebelumnya 1,81.
Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan
likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana rasio yang digunakan :
a.

Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Modal kerja yang
dimaksud adalah selisih antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja
yang negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup
untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja
bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi
kewajibannya.

Universitas Sumatera Utara

b.

Retained Earning to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu.
Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning

terhadap total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan
perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.
c.

Earning Before Interest and Tax to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and
Tax di sini adalah operating income . Rasio ini merupakan kontributor terbesar

dari model tersebut.
d.

Book Value of Equity to Total Liability

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri.
e.

Sales to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode
tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva
untuk menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan adalah
revenue .

Berikut discriminant area dari metode Z’ – Score sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

 Z’ > 2,90

: kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

 Z’ < 1,23

: kemungkinan bangkrut perusahaan besar

 1,23 < Z’ < 2,90

: kemungkinan bangkrut meragukan (grey area )

2.1.4.2 Model Z - Score Modifikasi (Z”- Score )
Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi
pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Maka Altman
memodifikasi kembali model ini. Dalam Z’’- Score ini, Altman mengeliminasi
variabel � , yaitu rasio penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel

yang sensitif terhadap industry sebagaimana jika perputaran aset dimasukkan dan
nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas. Persamaan

Z”- Score adalah

sebagai berikut “
Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1

: modal kerja / total aset

X2

: laba ditahan / total aset

X3

: laba usaha (EBIT) / total aset

X4

: nilai pasar ekuitas / total aset

Z

: nilai Z-Score

Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah sebagai berikut :
 Z’ > 2,60

: kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

Universitas Sumatera Utara

 Z’ < 1,21

: kemungkinan bangkrut perusahaan besar

 1,21 < Z’ < 2,60

: kemungkinan bangkrut meragukan (grey area )

Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada perusahaan publik dan
non publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan
dalam industri yang berbeda.
Jadi, karena penelitian mengguanakan sampel perusahaan manufaktur
yang khususnya pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, maka penelitian ini menggunan formula Altman yaitu :
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Sumber: wikipedia.org

2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat

skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :

Nama
Nugroho,
Mokhamad
Iqbal
(2012)

Endri

Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Analisis Prediksi
Financial Distress
Dengan
Menggunakan
Model Almant ZScore Modifikasi
1995 (Studi Kasus
Perusahaan
Manufaktur yang
Go
Public
di
Tahun
2008
sampai
dengan
Tahun 201
Prediksi

Dependen
= Peneliti menggunakan 88
Prediksi
perusahaan manufaktur yang
kebagkrutan
terdaftar di Bursa Efek
perusahaan.
Indonesia tahun 2008 sampai
Independen = tahun 2010, terdapat 10
model
perusahaan
mengalami
disktriminan
distress dan 78 perusahaan
Altman.
mengalami non distress ,
dengan tingkat kebenaran
klasifikasi distress sebesar
73,3% dan non distress
86,2%.
Dependen

= Perhitungan Z-Score untuk

Universitas Sumatera Utara

Kebangkrutan
Bank
Untuk
Menghadapi dan
Mengelola
Perubahan
Lingkungan Bisnis
: Analisis Model
Altman’s Z-Score

Ardani,
Sarifah
Vesselina

Fakhrurozi

Analisa
Rasio
Keuangan dengan
Menggunakan
Metode
Altman
untuk Mengukur
Kesehatan
Perusahaan
Manufaktur
Industri Makanan
dan
Minuman
yang Terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia
Analisis Pengaruh
Kebangkrutan
Bank
Dengan
Metode Altman ZScore
Terhadap
Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan
di
Bursa
Efek
Indonesia

Prediksi
memprediksi kebangkrutan
kebagkrutan
pada Bank Umum Syariah
perusahaan.
atas laporan keuangan dari
Independen = tahun 2005 – 2007 yaitu :
model
 semuanya
menghasilkan
disktriminan
nilai Z-Score < 1,81
Altman.
sehingga dapat dikatakan
akan
mengalami
kemungkinan
kebangkrutan
 Model
Z-Score
dari
Almant kurang sesuai jika
digunakan
untuk
memprediksi kemungkinan
kebangkrutan pada industri
perbankan syariah.
Dependen
= Almant Z – Score
Prediksi
menunjukkan hubungan yang
kebagkrutan
parsial dan simultan terhadap
perusahaan.
kesehatan perusahaan.
Independen =
model
disktriminan
Altman

Dependen
= Hasil Penelitian :
Kebangkrutan  Analisis rasio Altman ZBank.
Score, tahun 2003-2005
Independen =
diperoleh nilai Z-Score
harga saham
yang masih rendah di
perusahaan
bawah nilai 1,20 sehingga
seluruh
bank
masuk
dalam kategori bangkrut,
hanya satu bank yang
pada tahun 2004 yang
masuk pada katagori grey
area.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai

tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman Z-Score.
Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net Working
Capital to Total Assets �

, Retained Earning to Total Assets ( � , Earnings

Equity to Total Liability



Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets � ), rasio Book Value of

, dan rasio Sales to Total Assets terhadap

kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
digamabrkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Working Capital / Total Asset

(X1)

Retained Earnings / Total Assets

(X2)

EBIT / Total Asset

Kesehatan Perusahaan

(X3)

Y

Book Value of Equity / Total
Liability

(X4)
Sales / Total Asset

(X5)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis
Berdasarkan

teori

dan

penelitian

terdahulu

mengenai

prediksi

kebangkrutan dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut :
H

: Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap tingkat

H

: Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif tingkat

H

: Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif

H

: Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif tingkat

H

: Sales to Total Asset berpengaruh positif tingkat kebangkrutan.

kebangkrutan

kebangkrutan

terhadap tingkat kebangkrutan

kebangkrutan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

5 36 79

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6 94 74

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 3 97

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014.

0 4 27

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 1

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 1 13