Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN BERDASARKAN ANALISA MODEL Z-SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN

MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

NAMA : HARRY J.K.P. SIBARANI

NIM : 060503062

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaEkonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Prediksi

Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada

Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI)”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum

pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks

skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera

Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan

jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar,

saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 1 Juni 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Harry J.K.P. Sibarani


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Baik atas

segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model

Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan

Penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama

penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan,

bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus Penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen

Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.

Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris Departemen Departemen Akuntansi

S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahelmi, Msi, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan


(4)

4. Bapak Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I

dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku dosen Pembanding/ Penguji II yang

telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus Penulis persembahkan kepada kedua orangtua Penulis yang

sangat Penulis sayangi, Ayahanda Ir. H. Sibarani MS.Met dan Ibunda B. br

Sidauruk, Sm.E, serta kedua adik Penulis, terima kasih atas kasih sayang,

didikan, dukungan, dan doa kalian.

6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2006 serta semua pihak-pihak

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat

dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,

Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi

pembaca.

Medan, 1 Juni 2010

Penulis,

Harry J.K.P. Sibarani NIM: 060503062


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dan diperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan yang akan menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2008. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan textile dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan textile dan garment pada tiga kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at food and beverage company written at Indonesia Stock Exchange.

Sampling method that used is purposive sampling and the result are 16 firms as sample in this research. This research is done for 2006-2008 period. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit that is in Altman’s Z-Score model.

The result of this research shows that Altman’ Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at textile and garment company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-Score can to classificate the textile and garment company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankcrupt.


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan ... 6


(8)

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 7

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 7

4. Analisis Laporan Keuangan ... 8

5. Analisis Rasio Keuangan ... 10

6. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ... 13

7. Analisis Potensi Kebangkrutan ... 13

8. Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman ... 14

B. Penelitian Terdahulu ... 17

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 17

1. Kerangka Konseptual ... 17

2. Hipotesis Penelitian... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………. 20

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

C. Jenis dan Sumber Data ... 22

D. Teknik Pengumpulan Data………... 22

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

F. Metode Analisa Data ... 24


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 30

B. Analisis dan Hasil Penelitian ... 35

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51

B. Keterbatasan ... 52

C. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA... 54


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 28

Tabel 4.1 Nilai Z-Score Sampel... 31

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 35

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 37

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas (I) ... 38

Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL Awal) ... … 39

Tabel 4.6 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir) ... 61

Tabel 4.7 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 63

Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test ... 38

Tabel 4.9 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test ... … 39

Tabel 4.10 Case Processing Summary ... 61

Tabel 4.11 Model Summary... 63

Tabel 4.12 Classification Tablea ... 38


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel ... 55

Lampiran ii Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1).. 56

Lampiran iii Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) 57 Lampiran iv Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (X3) ... 58

Lampiran v Perhitungan Market Value Equity to Book Valueof Total Debt Ratio(X4) ... 59

Lampiran vi Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) ... 60

Lampiran vii Rata-rata Rasio Keuangan Altman ... 61


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dan diperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan yang akan menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2008. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan textile dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan textile dan garment pada tiga kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at food and beverage company written at Indonesia Stock Exchange.

Sampling method that used is purposive sampling and the result are 16 firms as sample in this research. This research is done for 2006-2008 period. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit that is in Altman’s Z-Score model.

The result of this research shows that Altman’ Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at textile and garment company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-Score can to classificate the textile and garment company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankcrupt.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau

lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Disamping itu

ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)

dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi

sosial lainnya di masyarakat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan

global akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya

mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan

sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara

melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan

yang bersangkutan.

Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai

kinerja keuangan perusahaan, salah satu sumber utamanya adalah dengan melihat

kepada laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian

analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan

indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.

Beberapa teknik statistik yang paling sering digunakan untuk menganalisis

kebangkrutan adalah analisis parametrik, yaitu model logit dan MDA

(multivariate discrimant analysis), sedangkan model non parametrik baru sering


(16)

network (ANN). Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan

antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model

tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan

memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Hal

lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problematik

keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Faktor modal dan risiko

keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan/

tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi

perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor melakukan

langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera

tertangani.

Dalma penelitian Almilia dan Kristijadi (2003:5), dikatakan bahwa

Altman telah menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk

mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut

bangkrut pada tahun 1968. Kelima rasio tersebut terdiri dari cash flow to total

debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to toaal assets dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu,

terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka

mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Penyebab umum terjadinya kebangkrutan pada perusahaan manufaktur

adalah turunnya tingkat penjualan. Penurunan penjualan itu sendiri bisa

menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan perusahaan dan berdampak pada


(17)

lama – kelamaan perusahaan akan merugi dan akhirnya bisa bangkrut. Di tahun –

tahun belakangan ini, sekitar tahun 2006 – 2008, ada banyak isu- isu negatif yang

berkembang seputar makanan dan minuman yang beredar di Indonesia. Secara

umum isu negatif itu adalah adanya bahan – bahan berbahaya yang terkandung

dalam makanan atau minuman yang beredar di pasaran. Menurut penulis, isu-isu

seperti itu bisa membuat masyarakat berkurang minatnya untuk mengkonsumsi

produk tersebut. Bila permintaan masyarakat akan produk itu berkurang, maka

pendapatan perusahaan berkurang dan lama – kelamaan akan bangkrut apabila

tidak mampu mendeteksi dan mengatasi hal tersebut.

Adapun alasan penulis menggunakan rasio Z-score Altman untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman adalah karena

cukup menarik dan belum pernah digunakan untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan makanan dan minuman. Dari penelitian terdahulu, semua

menggunakan variabel yang berbeda untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan. Lucianna dan Kristiadji pada tahun 2003 juga mencoba memprediksi

kebangkrutan perusahaan manufaktur dengan menggunakan profit margin,

likuiditas, efisiensi operasi, profitabilitas, financial leverage, posisi kas, dan

pertumbuhan perusahaan dan hasilnya hanya profit margin, likuiditas, dan

financial leverage yang merupakan rasio keuangan yang paling dominan dalam

memprediksi kebangkrutan perusahaan. Raden Roro Deviasri pada tahun 2008

juga telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan untuk

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di


(18)

memprediksikan financial distress suatu perusahaan.

Berdasarkan gambaran dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman dalam

sebuah skripsi dengan judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan

Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah

dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut: “ Apakah rasio keuangan model Z-Score

Altman dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio

keuangan metode Z-Score Altman dapat memprediksi kebangkrutan pada


(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi

mengenai metode Altman, ukuran perusahaan, kebangkrutan perusahaan, dan

prediksi metode Altman Z Score terhadap kebangkrutan perusahaan.

2. Bagi praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat

digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

perusahaan dan disusun secara periodik. Menurut Munawir (2003:2), laporan

keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat

untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

pihak–pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.

Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan keuangan antara lain :

pemilik perusahaan, kreditur, investor, manajer atau pemimpin perusahaan,

karyawan perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan

terhadap laporan keuangan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam

menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan.

Kreditur menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam hal

pemberian kredit suatu perusahaan. Manajer atau pimpinan perusahaan

menggunakan laporan keuangan untuk menyusun rencana dan strategi,

memperbaiki operasional perusahaan dan menentukan kebijaksanaan. Investor

berkepentingan dengan laporan keuangan untuk mengetahui apakah modal yang

telah diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang.


(21)

dibebankan ke perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan

keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan yang tertuang di dalam PSAK No.1 adalah

Untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Warren, Reeve, Fees (2005; 24-25) jenis-jenis laporan keuangan

perusahaan yaitu:

a. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentuberdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (matching concept). Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut dengan laba bersih.

b. Laporan Ekuitas Pemilik

Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama langka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih atau rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.

c. Neraca

Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun


(22)

berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalam kasatau digunakan dalam operasi.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan suatau ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI,2004):

a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,

b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,

c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan alam rangka penyajian secara wajar.

4. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan

keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami

dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan

keputusan. Analisis laporan keuangan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu

dalam laporan keuangan.

2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu

diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka


(23)

3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan

analisis yang lebih tajam lagi.

Tujuan analisis laporan keuangan antara lain :

1. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger

2. Sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa dating

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau

masalah lainnya

Beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan menurut Supardi dan Mastuti

(2003; 78) yaitu:

1. Analisa Internal

Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan.

2. Analisa Eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan dan menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)

Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun unuk melihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan. 4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)

Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.


(24)

5. Analisis Rasio Keuangan

Analisis keuangan memiliki ukuran dalam analisis yaitu “rasio”.

Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam

“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

dua macam data keuangan.

Menurut Riyanto (2001;329), analisa rasio keuangan dapat dilakukan

dengan dua macam cara pembandingan yaitu:

1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.

2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama.

Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat

menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto (2001:331) penggolongan rasio

keuangan adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:

1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar( kewajiban Lancar).

2. Rasio cepat (qiuck ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.


(25)

3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to

total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada

akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (kewajiban lancar).

b. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:

1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.

2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.

3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan.

4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

c. Rasio Laverage atau Solvabilitas

Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:

1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.

3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.

4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.


(26)

d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:

1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.

2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.

4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

e. Rasio Pasar

Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan.

6. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa

keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan, dipengaruhi oleh cara

penafsiran yang berbeda dan tidak menggambarkan keadaan perusahaan

sesungguhnya serta merupakan hasil manipulasi.

2. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio


(27)

7. Analisis Potensi Kebangkrutan

Bangkrut adalah keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami

kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjukan

usahanya. Kebangkrutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Sistem perekonomian

Di dalam sistem perekonomian dimana roda perekonomian lebih banyak

dikendalikan oleh persaingan bebas, sehingga untuk perusahaan yang tidak

mempunyai kemampuan menghadapi persaingan akan lebih cepat menghadapi

kebangkrutan.

2. Faktor-faktor ekstern perusahaan

Kecelakaan dan bencana alam yang sewaktu-waktu menimpa perusahaan

misalnya, merupakan contoh yang barangkali pernah atau bahkan sering

memaksa perusahaan untuk menutup atau menghentikan usahanya secara

permanen.

3. Faktor-faktor intern perusahaan.

Faktor intern biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijaksanaan yang

tidak tepat di masa yang lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu

pada saat yang diperlukan.

Tahap permulaan perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan ditandai

oleh adanya satu atau lebih keadaan operasi dan finansial perusahaan yang tidak

menggembirakan, misalnya:

1. Penurunan volume penjualan.


(28)

3. Ketidakefisienan produksi

4. Tingkat persaingan yang semakin ketat

5. Kegagalan dalam melaksanakan ekspansi

Keadaan-keadaan di atas diikuti dengan kesulitan likuiditas, dan kesulitan

likuiditas tidak segera diatasi, maka hal tersebut akan mengancam solvabilitas

yang berdampak pada kebangkrutan perusahaan.

8. Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman

Edward.L.Altman merumuskan formula Z-score yang secara umum dapat

untuk mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan pada tahun 1968.

Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan

menggunakan perhitungan Z-score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi

keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :

1. Untuk nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,88 (Z-score ≤1,88), berarti

perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi.

2. Apabila diperoleh nilai Z-score antara 1,88 sampai 2,99 (1,88 < Z-score≤ 2,99), perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini

perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan

penanganan manajemen yang tepat.

3. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,99 (Z-score > 2,99) memberikan

penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat.

Prediksi kebangkrutan yang diformulasikan Altman dalam bentuk persamaan


(29)

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu akuntansi dan dunia

usaha, rumus Z-score Altman pun terus mengalami revisi dan rumus yang terbaru

dari Z-score Altman adalah :

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Rasio-rasio yang ada dalam formula tersebut, terdiri dari :

1. Working Capital / Total Assets (X1)

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal

kerja. Indikator untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas

perusahaan. adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas,

besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang

yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya.

2. Retairned Earnings / Total Assets (X2)

Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang

bersangkutan dalam memperoleh laba.

3. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua

investor. Indikator masalah kemampuan profitabilitas perusahaan adalah

tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan,


(30)

4. Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)

Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri.

5. Sales / Total Assets (X5)

Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti, tahun

dan judul penelitian

Variabel Penelitian dan Tahun penelitian

Hasil Penelitian

1. Raden Roro Deviasri

(2008) “Analisis Rasio

Keuangan untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”

Current Ratio, Leverage Ratio, Gross

Profit Margin, Inventory Turnover, Return On Equity, dan Financial Distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan.

2. Luciana dan Kristiadji

(2003) “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress

Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Variabel independen: profit margin, likuiditas, efisiensi operasi, profitabilitas, financial leverage,

posisi kas dan pertumbuhan (1998-1999) Variabel dependen: Financial Distress profit margin, likuiditas, financial leverage merupakan rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan


(31)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara

teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel

terikat. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan

menggunakan perhitungan Z-score. Metode Altman Z Score memiliki rasio yang

terdiri dari: working capital / total assets, retairned earnings / total assets,

earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah

diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada


(32)

2. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas

suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.

Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu

yang telah dikemukakan di awal maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1: Rasio keuangan (working capital / total assets, retairned earnings / total

assets, earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets) mampu untuk


(33)

memprediksi kebangkrutan ( financial distress) pada perusahaan makanan

dan minuman dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007:30)

desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab

akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel

dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji rasio keuangan

mampu memprediksi kebangkrutan perusahaan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI yaitu 20 perusahaan

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus

benar-benar representatif atau mewakili. Jika sample kurang representative maka

mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga

nilai populasi sesungguhnya (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:74).

Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive


(35)

mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang

digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah

(quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria

sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur di bidang industri makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008,

2. Perusahaan tersebut tidak keluar (didelisting) dari BEI pada tahun 2006-2008,

3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama

tahun 2006-2008.

Berdasarkan karateristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel

penelitian sebanyak 16 perusahaan. Adapun sampel penelitian adalah sebagai

berikut :

1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

2. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk.

3. PT. Cahaya Kalbar Tbk.

4. PT. Delta Djakarta Tbk.

5. Fast Food Indonesia Tbk.

6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

8. PT. Mayora Indah Tbk.

9. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.


(36)

11.PT. Sierad Produce Tbk.

12.PT. Sekar Bumi Tbk.

13.PT. SMART Tbk.

14.PT. Siantar Top Tbk.

15.PT. Tunas Baru Lampung Tbk.

16.PT. Ultrajaya Milk Tbk.

C. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan

merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari

perusahaan. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan

keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten

yang terdapat di dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan

dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu melalui

jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Tahap kedua, pengumpulan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) 2009 dan www.idx.co.id untuk memperoleh data


(37)

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau

memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang

diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya

variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan

variabel dependen.

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2007:3). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Modal Kerja Terhadap Total Harta (Working Capital / Total Assets (X1))

X1=

b. Laba yang Ditahan Terhadap Total Harta (Retairned Earnings / Total

Assets (X2))

X2=

c. Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga Terhadap Total Harta

(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3))

X3=

d. Nilai Pasar Ekuitas Terhadap Nilai Buku dari Hutang (Market Value of

Equity / Book Value of Total Liabilities (X4))


(38)

e. Penjualan Terhadap Total Harta (Sales / Total Assets (X5))

X5=

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:3). Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah financial distress ( kebangkrutan).

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis

statistik dan menggunakan software SPSS 16.0. Dalam penggunaan metode

analisis diskriminan dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah

model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.

1. Analisis Z-Score Altman

Analisis Z-Score Altman dilakukan dgn cara :

Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan:

X1= Working Capital /Total Assets

X2= Retairned Earnings / Total Assets

X3= Earning Before Interest and Taxes / Total Asset

X4= Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilitie

X5= Sales / Total Assets

2. Pengujian Hipotesis a. Statistik Deskriptif


(39)

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum,

nilai maksimun, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam

penelitian.

b. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008:102), ”tujuan uji normalitas adalah ingin

mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal.Pengujian ini diperlukan karena untuk melakuka n

uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal”. Menurut Ghozali (2005:110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis statistik dan

analisis grafik.

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan di mana terdapat hubungan

yang sempurna antara beberapa/semua variabel independen dalam model

regresi. Uji ini berguna untuk menguji persamaan linear klasik di mana

antarsesama variabel independen yang ada dalam model seharusnya tidak

terjadi korelasi yang kuat sehingga dapat dianggap sebagai variabel

independen yang setara. Pendeteksiannya dilakukan dengan menggunakan

tolerance value dan VIF (Variant Inflation Factor). Jika nilai tolerance value

> 0,01 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

d. Regresi Logistik


(40)

Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + e Keterangan :

Y = Probabilitas perusahaan mengalami financial distress

α = Konstanta

βi = Koefisien regresi X1 = Current Ratio

X2 = Leverage Ratio

X3 = Gross Profit Margin

X4 = Inventory Turnover

X5 = Return On Equity

e = Variable pengganggu

e. Uji Validasi

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit

atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai

antara -2 log likelihood pada awal (block number =0) dengan nilai -2 log

likelihood pada akhir (block number =1).


(41)

Classification matrix merupakan ukuran yang dipergunakan untuk

mengetahui keeratan masing-masing prediktor dengan persamaan diskriminan.

Classification matrix sering pula disebut sebagai diskriminan loading.

f. Pengujian Z-Score

Pengujian Z score untuk menentukan perusahaan yang diprediksi

mengalami kebangkrutan untuk tahun 2006-2008, dengan mempergunakan

persamaan diskriminan yang telah diperoleh sebelumnya, terlebih dahulu

menentukan batas standar yang berfungsi sebagai titik pembeda sehingga

dapat diklasifikasikan bahwa nilai sebuah variabel dari setiap perusahaan

masuk dalam kategori tertentu.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dari bulan Februari 2010 sampai

dengan bulan Juli 2010. Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai


(42)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

Feb’ 2010

Mar’ 2010

Apr’ 2010

Mei’ 2010

Jun’ 2010

Jul’ 2010

Pengajuan Judul

Penye lesaian Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data

Pengo lahan Data

Penya mpaian Hasil


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

B. Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai tahun 2008.

Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 16 perusahaan. Sampel sebanyak 16

perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing

dengan rumus:

Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan:

X1= Working Capital /Total Assets

X2= Retairned Earnings / Total Assets

X3= Earning Before Interest and Taxes / Total Asset

X4= Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities

X5= Sales / Total Assets

Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke

kategori financial distress, gray area atau non financial distress, dengan interval:

a. Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan mengalami financial distress

b. Z-Score antara 1,88 sampai 2,99, perusahaan dikategorikan berada di


(44)

c. Z-Score >2,99, perusahaan dikategorikan tidak mengalami financial

distress

Tabel 4.1 di bawah memuat nilai Z-Score yang dimiliki masing-masing

perusahaan.

Tabel 4.1 Nilai Z-Score Sampel

No. Nama Perusahaan Tahun Nilai

Z-Score

Kategori

1 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 2006 0,933659 Bangkrut 2007 1,055681 Bangkrut 2008 0,695714 Bangkrut 2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. 2006 3,302991 Sehat

2007 3,385173 Sehat 2008 3,581625 Sehat 3 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 2006 2,443980 Grey Area

2007 1,755976 Bangkrut 2008 4,040138 Sehat 4 PT. Delta Djakarta Tbk. 2006 2,040941 Grey Area

2007 2,145077 Grey Area

2008 2,524702 Grey Area

5 PT. Fast Food Indonesia Tbk. 2006 3,785067 Sehat 2007 3,810210 Sehat 2008 3,846360 Sehat 6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2006 1,818946 Bangkrut

2007 1,288840 Bangkrut 2008 1,296777 Bangkrut 7 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 2006 2,078854 Grey Area

2007 2,302584 Grey Area

2008 2,717879 Grey Area

8 PT. Mayora Indah Tbk. 2006 2,394489 Grey Area

2007 2,509083 Grey Area

2008 2,178886 Grey Area

9 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 2006 1,972678 Grey Area

2007 2,039819 Grey Area

2008 3,327202 Sehat 10 PT. Pioneerindo Gourment International Tbk. 2006 1,349384 Bangkrut

2007 1,713239 Bangkrut 2008 2,291401 Grey Area

11 PT. Sierad Produce Tbk. 2006 9,912426 Sehat 2007 4,632743 Sehat 2008 4,342951 Sehat 12 PT. Sekar Bumi Tbk. 2006 -0,36318 Bangkrut


(45)

2008 0,496279 Bangkrut 13 PT. SMART Tbk. 2006 1,474709 Bangkrut 2007 1,911896 Grey Area

2008 2,447186 Grey Area

14 PT. Siantar Top Tbk. 2006 2,364301 Grey Area

2007 1,827412 Grey Area

2008 1,592521 Bangkrut 15 PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 2006 1,032145 Bangkrut 2007 1,27984 Bangkrut 2008 1,688236 Bangkrut 16 PT. Ultrajaya Milk Tbk. 2006 1,455468 Bangkrut 2007 1,665363 Bangkrut 2008 2,066023 Grey Area

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Tabel 4.1 menunjukkan daftar yang diprediksi dalam tiga kategori yaitu bangkrut,

grey area, dan sehat.

1. Kategori Perusahaan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada 7 perusahaan yang menurut

model Z-Score Altman terklasifikasi “tidak aman” pada tahun 2006. Artinya

model prediksi memberi sinyal bahwa kesebelas perusahaan tersebut termasuk

dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada

tahun 2006 adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk., PT. Pioneerindo Gourment International Tbk., PT. Sekar Bumi

Tbk., PT. SMART Tbk., PT. Tunas Baru Lampung Tbk., dan PT. Ultrajaya Milk

Tbk.

Pada tahun 2007 ada 7 perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan

“bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut adalah PT. Tiga


(46)

Makmur Tbk., PT. Pioneerindo Gourment International Tbk., PT. Sekar Bumi

Tbk., PT. Tunas Baru Lampung Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk.

Pada tahun 2008 ada penurunan jumlah yang masuk dalam kategori perusahaan

“bangkrut”, yaitu berjumlah 5 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi

bangkrut adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk., PT. Sekar Bumi Tbk., PT. Siantar Top Tbk., dan PT. Tunas Baru

Lampung Tbk.

2. Kategori Perusahaan Grey area

Bedasarkan Tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada 6 perusahaan yang menurut

model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi “grey area” pada tahun 2006. Ini

berarti bila perusahaan dapat memperbaiki diri maka perusahaan bisa menjadi

perusahaan sehat, namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka

perusahaan akan masuk pada perusahaan bangkrut. Perusahaan-perusahaan yang

diprediksi masuk kategori “grey area” pada tahun 2006 adalah PT. Cahaya Kalbar

Tbk., PT. Delta Djakarta Tbk., PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., PT. Mayora

Indah Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk., dan PT. Siantar Top Tbk. Pada tahun

2007 ada 6 perusahaan yang masuk kategori “grey area”. Adapun

perusahaan-perusahaan yang masuk kategori grey area di tahun 2007 adalah PT. Delta

Djakarta Tbk., PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., PT. Mayora Indah Tbk., PT.

Prasidha Aneka Niaga Tbk., PT. SMART Tbk., dan PT. Siantar Top Tbk. Pada

tahun 2008 ada 6 perusahaan yang diprediksi masuk kategori “grey area”.


(47)

Bintang Indonesia Tbk., PT. Mayora Indah Tbk., PT. Pioneerindo Gourment

International Tbk., PT. SMART Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk.

3. Kategori Perusahaan Sehat

Bedasarkan Tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada 3 perusahaan yang masuk

kategori “sehat” menurut model prediksi Z-Score Altman pada tahun 2006. Ini

berarti perusahaan benar-benar dalam kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan

jangan sampai lengah dan mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar

perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan grey area maupun perusahaan

bangkrut. Adapun perusahaan yang masuk kategori “sehat” di tahun 2006, yaitu

PT. Aqua Golden Mississippi Tbk., PT. Fast Food Indonesia Tbk., dan PT. Sierad

Produce Tbk. Pada tahun 2007 ada 3 perusahaan yang masuk kategori “sehat”,

yaitu PT. Aqua Golden Mississippi Tbk., PT. Fast Food Indonesia Tbk., dan PT.

Sierad Produce Tbk. Pada tahun 2008 ada 5 perusahaan yang masuk dalam

kategori “sehat”, yaitu PT. Aqua Golden Mississippi Tbk., PT. Cahaya Kalbar

Tbk., PT. Fast Food Indonesia Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk., dan PT.

Sierad Produce Tbk.

C. Analisis dan Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif


(48)

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai

maksimun, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam

penelitian.

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 48 -.582 .582 .15540 .280008

X2 48 -3.675 .715 -.38683 1.224408

X3 48 -.043 .334 .08700 .075194

X4 48 .032 24.686 1.78705 4.036007

X5 48 .481 3.248 1.49366 .692202

Valid N (listwise) 48

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Berdasarkan data dari Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa :

a) Variabel X1 memiliki sampel (N) sebanyak 48, dengan nilai minimum

(terkecil) -0,582, nilai maksimum (terbesar) 0,582 dan mean (nilai

rata-rata) 0,15540. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah

0,280008,

b) Variabel X2 memiliki sampel (N) sebanyak 48, dengan nilai minimum

(terkecil) -3,675, nilai maksimum (terbesar) 0,715 dan mean (nilai

rata-rata) -0,38683. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah

1,224408,

c) Variabel X3 memiliki sampel (N) sebanyak 48, dengan nilai minimum

(terkecil) -0,43, nilai maksimum (terbesar) 0,334 dan mean (nilai

rata-rata) 0,08700. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah


(49)

d) Variabel X4 memiliki sampel (N) sebanyak 48, dengan nilai minimum

(terkecil) 0,032, nilai maksimum (terbesar) 24,686 dan mean (nilai

rata-rata) 51,78705. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini

adalah 4,036007,

e) Variabel X5 memiliki sampel (N) sebanyak 48, dengan nilai minimum

(terkecil) 0,481, nilai maksimum (terbesar) 3,248 dan mean (nilai

rata-rata) 1,49366. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah

0,692202,

f) jumlah sampel yang ada sebanyak 48.

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk

mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali

(2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data

mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov

yang dapat dilihat dari:

a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data

adalah tidak normal,

b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi

data adalah normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah


(50)

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang

terdapat dalam tabel 4.2 dapat dilihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed)

Kolmogorov-Smirnov dari variabel X2 (Retairned Earnings / Total Assets)dan X4 (Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities) lebih kecil dari 0,05 atau

terdistribusi tidak normal, hanya variabel X1 (Working Capital /Total Assets), X3

(Earning Before Interest and Taxes / Total Asset), dan X5 (Sales / Total Asset)

yang terdistribusi normal karena memiliki nilai lebih besar dari 0,05. Karena ada

variabel yang tidak terdistribusi normal, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Regresi yang baik adalah regresi yang tidak memiliki gejala korelasi yang kuat

antarvariabel bebasnya. Multikolinearitas adalah keadaan adanya korelasi antara

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 X4 X5

N 48 48 48 48 48

Normal Parametersa Mean .15540 -.38683 .08700 1.78705 1.49366

Std. Deviation .280008 1.224408E0 .075194 4.036007E0 .692202

Most Extreme Differences Absolute .136 .294 .112 .332 .125

Positive .078 .184 .112 .319 .125

Negative -.136 -.294 -.077 -.332 -.073

Kolmogorov-Smirnov Z .944 2.036 .776 2.299 .865


(51)

variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain, dalam hal ini disebut

variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang

nilai korelasi antarvariabel bebas tersebut sama dengan nol. Jejak

multikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai korelasi antarvariabel

yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan

pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas (I) Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 X5

Step 1 Constant 1.000 .109 -.177 .057 -.249 -.629

X1 .109 1.000 -.724 .502 -.645 -.674

X2 -.177 -.724 1.000 -.807 .857 .778

X3 .057 .502 -.807 1.000 -.569 -.734

X4 -.249 -.645 .857 -.569 1.000 .632

X5 -.629 -.674 .778 -.734 .632 1.000

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikolonieritas antar variabel independen. Gejala multikolonieritas terjadi

apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.95 atau 95%.

Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel lolos uji gejala

multikolonieritas.

2. Pengujian Hipotesis


(52)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau

tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2

log likelihood pada awal (block number =0) dengan nilai -2 log likelihood pada

akhir (block number =1). Nilai -2 log likelihood awal pada block number = 0,

dapat ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.5

Nilai -2 Log Likelihood (-2LL Awal)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Nilai -2 log likelihood akhir

pada block number = 1, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.6

Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4 X5

S t e p

1

1 10.873 -3.619 2.698 -.137 12.016 .147 1.024

2 4.678 -5.975 4.220 -.079 19.164 .306 1.688

3 1.904 -8.452 5.023 .451 24.284 .592 2.524

4 .732 -11.028 6.217 1.125 28.984 .897 3.383

5 .274 -13.651 7.912 1.739 34.318 1.186 4.175

6 .102 -16.330 9.768 2.305 40.009 1.467 4.960

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 39.431 -.533

2 39.429 -.547

3 39.429 -.547

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 39,429 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.


(53)

7 .038 -19.063 11.679 2.851 45.894 1.744 5.756

8 .014 -21.842 13.620 3.387 51.918 2.021 6.566

9 .005 -24.658 15.581 3.918 58.043 2.299 7.388

10 .002 -27.503 17.554 4.448 64.243 2.577 8.219

11 .001 -30.371 19.534 4.977 70.497 2.856 9.060

12 .000 -33.260 21.517 5.508 76.787 3.136 9.908

13 .000 -36.166 23.501 6.040 83.100 3.417 10.764

14 .000 -39.087 25.485 6.574 89.422 3.699 11.628

15 .000 -42.022 27.467 7.110 95.743 3.982 12.498

16 .000 -44.968 29.448 7.649 102.054 4.266 13.375

17 .000 -47.927 31.427 8.191 108.345 4.550 14.260

18 .000 -50.896 33.403 8.736 114.610 4.836 15.150

19 .000 -53.875 35.377 9.284 120.842 5.122 16.048

20 .000 -56.863 37.349 9.836 127.033 5.409 16.953

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 39,429

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai -2 log likelihood awal

pada block number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang

dapat dilihat pada step 2, memperoleh nilai sebesar 39,429. Kemudian pada tabel

selanjutnya dapat dilihat nilai -2 log likelihood akhir dengan block number = 1,

nilai -2 log likelihood pada tabel 4.2 mengalami perubahan setelah masuknya

beberapa variable independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 log

likelihood akhir pada step 20 menunjukkan nilai 0,000.

Adanya pengurangan nilai antara -2 log likelihood awal dengan nilai -2 log


(54)

(Ghozali, 2005:219). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa

model penelitian ini dinyatakan fit.

Menilai model fit dapat juga dilihat melaui tabel omnibus test of model

coefficients berikut ini :

Tabel 4.7

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 39.429 5 .000

Block 39.429 5 .000

Model 39.429 5 .000

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Tabel tersebut menunjukkan nilai signifikansi chi square dimana tingkat

signifikansinya adalah 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Maka dapat disimpulkan

bahwa model yang terdiri dari beberapa variabel independen tersebut berpengaruh

dan dapat digunakan untuk menilai variabel dependen. Nilai chi square di atas

adalah hasil dari selisih -2LL awal dengan -2LL akhir.

b. Menguji Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistic dilakukan dengan menggunakan

goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah

uji hosmer and lameshow

Tabel 4.8

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 .000 8 1.000


(55)

Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi sebesar 1,000.

Nilai signifikansi yang diperoleh ini lebih besar dari 0,05, maka H0 tidak dapat

ditolak (diterima). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak untuk

digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan nyata antara

klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Tabel 4.9

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Kondisi = Bangkrut

Kondisi = Tidak Bangkrut

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 3.000 0 .000 3

2 3 3.000 0 .000 3

3 3 3.000 0 .000 3

4 3 3.000 0 .000 3

5 3 3.000 0 .000 3

6 3 3.000 0 .000 3

7 1 1.000 2 2.000 3

8 0 .000 3 3.000 3

9 0 .000 3 3.000 3


(56)

Dari tabel kontinjensi untuk uji hosmer and lameshow, dapat dilihat bahwa dari

10 langkah pengamatan untuk kategori perusahaan dengan kondisi financial

distress (1) maupun kondisi non financial distress (2), nilai yang diamati maupun

nilai yang diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini

menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini

mampu memprediksi nilai observasinya.

1. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dari

variabel-variabel bebas terhadap peringkat obligasi. Pengujian dengan regresi

logistik ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.10

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in

Analysis 30 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 30 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 30 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010


(57)

a. Jumlah observasi sebanyak 30, dan seluruh observasi telah

diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai

dummy variabel. Variabel dependen bernilai 0 untuk

kategori bangkrut dan bernilai 1 untuk kategori tidak

bangkrut.

c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah

metode enter dimana dengan menggunakan metode ini

seluruh variabel bebas (independen) disertakan dalam

analisis data untuk mengetahui variabel mana yang

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Selanjutnya, variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen

ditampilkan pada tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11

Berdasarkan table 4.11 di

atas, dapat dilihat hasil analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan

nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,731. Cox & Snell R Square merupakan

ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang

didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 .000a .731 1.000

a. Estimation terminated at iteration number

20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.


(58)

satu, sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Nagelkerke’s R2 merupakan

modifikasi dari koefisien Cox dan Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya

bervariasi dari satu (1) sampai dua (2), dilakukan dengan cara membagi nilai Cox

dan Snell R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat

diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Dilihat dari hasil

output pengolahan data nilai Nagelkerke’s R2 menunjukkan angka sebesar 1,000

yang berarti variabilitas variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variable

independen adalah sebesar 100%.

a. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kondisi perusahaan.

Tabel 4.12

Tabel 4.12 di atas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan kondisi perusahaan sebesar 100%. Ini menunjukkan

bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan ada 19 perusahaan

yang diprediksi berada pada kondis bangkrut dari total 19 perusahaan yang berada

Classification Tablea

Observed

Predicted Kondisi

Percentage Correct Bangkrut

Tidak Bangkrut

Step 1 Kondisi Bangkrut 19 0 100.0

Tidak Bangkrut 0 11 100.0

Overall Percentage 100.0

a. The cut value is ,500


(59)

pada kondisi bangkrut. Kekuatan prediksi model untuk kategori tidak bangkrut

adalah sebesar 100%, yang berarti bahwa model regresi yang diajukan ada 11

perusahaan yang diprediksi berada pada kondisi tidak bangkrut dari total 11

perusahaan yang berada pada kondisi tidak bangkrut.

b.Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.13

Tabel 4.13 di atas memperlihatkan hasil pengujian hipotesis regresi logistik pada

tingkat signifikansi 5%. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut pada kolom B

maka diperoleh model persamaan regresi logistik sebagai berikut :

Y= -56.863+ 37,349X1 + 9,836X2 + 127,033X3 + 5,409X4 + 16,953X5

Konstanta sebesar 35,451 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai

X1, X2, X3, X4, dan X5, maka kemungkinan financial distress sebesar -56.863

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a X1 37.349 4.065E4 .000 1 .999 1.661E16 .000 .

X2 9.836 1.710E4 .000 1 1.000 1.869E4 .000 .

X3 127.033 2.212E5 .000 1 1.000 1.479E55 .000 .

X4 5.409 3.447E3 .000 1 .999 223.487 .000 .

X5 16.953 1.799E4 .000 1 .999 2.304E7 .000 .

Constant -56.863 1.938E4 .000 1 .998 .000 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.


(60)

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari analisis regresi logistik yang dilakukan, dari tingkat signifikansi yang

dimiliki masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa rasio keuangan

tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan,

karena tingkat signifikansi masing-masing variabel independen berada di atas 5%.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Almilia (2003) dan Raden

(2008) yang menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk

memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Ditinjau dari penelitian

Almilia, hal ini mungkin dapat terjadi karena periode pengamatan penelitian yang

berbeda dimana Almilia melakukan penelitian pada tahun pengamatan 1998 -

2001 sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun pengamatan 2008,

kemudian variabel yang digunakan ada yang berbeda dan pada penelitian Almilia

rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress yaitu

gross profit margin (net income/sales), financial leverage (current liabilities/total asset), dan rasio pertumbuhan (growth net income/total asset).

Sedangkan ditinjau dari penelitian Raden (2008) dimana variabel yang digunakan

sama, hasil penelitian ini memiliki kemiripan dimana pada penelitian Raden rasio

yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan

hanya leverage ratio (debt to total asset ratio) sedangkan rasio yang lain yaitu

current ratio, gross profit margin, inventory turnover dan return on equity tidak

dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Raden mungkin disebabkan oleh


(61)

pengamatan 2006 sedangkan peneliti meneliti pada tahun pengamatan 2008,

kemudian sampel yang digunakan juga berbeda. Raden mengambil sampel dari

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan peneliti menggunakan

sampel dari perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Raden

menggunakan rumus Altman yang berbeda dengan yang digunakan peneliti dalam

menentukan nilai Z-Score masing-masing perusahaan, dimana Raden

menggunakan rumus Z=1,2(T1) + 1,4(T2) + 3,3(T3) + 0,6(T4)+ 0,999(T5), dengan

interval :

a. Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan mengalami financial distress

b. Z-Score 1,88 – 2,99, perusahaan dikategorikan berada di posisi gray area

c. Z-Score >2,99, perusahaan dikategorikan tidak mengalami financial

distress

sedangkan peneliti menggunakan rumus yang telah diperbaharui yaitu

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 dengan interval :

a. Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan mengalami financial distress

b. Z-Score 1,88 – 2,99, perusahaan dikategorikan berada di posisi gray area

c. Z-Score >2,99, perusahaan dikategorikan tidak mengalami financial

distress

Dengan berbedanya rumus Altman yang digunakan maka akan berbeda


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran atau keakuratan model

Altman untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2008.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Analisis terhadap perusahaan makanan dan minuman dengan model

Altman menunjukkan 7 perusahaan yang berpotensi mengalami kebangkrutan

pada tahun 2006, 7 perusahaan pada tahun 2007, dan 5 perusahaan pada tahun

2008. Sedangkan perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 6

perusahaan pada tahun 2006, 6 perusahaan pada tahun 2007, serta 6 perusahaan

pada tahun 2008. Dan perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut sebanyak 3

perusahaan pada tahun 2006, 3 perusahaan pada tahun 2007, dan 5 perusahaan

pada tahun 2008

2. Bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kebangkrutan menggunakan model Altman pada

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2006-2008.

3. Secara teoritis penelitian ini telah memperkuat sekaligus merupakan ruang


(63)

metode Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan

terjadinya kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman.

B. Keterbatasan

Penelitian ini memilki keterbatasan antar lain:

1. Faktor-faktor di luar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi, politik, dan

lain-lain tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan

pengukurannya.

2. Periodisasi data yang terbatas hanya 3 tahun untuk memprediksi.

Kemampuan prediksi akan lebih baik apabila digunakan data series yang cukup

panjang.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, adapun saran yang dapat

peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dapat dilakukan dengan

menggunakan rasio keuangan model Altman, tetapi juga harus memperhatikan

faktor-faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan internal maupun yang

berasal dari luar perusahaan seperti kondisi ekonomi, politik, dan lain-lain.

Faktor-faktor lain diluar rasio keuangan model Altman tidak dapat digunakan

pada penelitian ini karena kesulitan pengukurannya. Bila faktor-faktor tersebut

dapat diperoleh serta dapat diukur dengan tepat, maka akan diperoleh tingkat


(1)

Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)

Tahun 2006-2008

(Dalam Jutaan Rupiah)

Pendapatan Sebelum Pajak & Bunga Total Aktiva X3

Perusahaan 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 1.195 38.022 52.975 363.933 792.690 1.016.958 0,003283571 0,047965787 0,05209163 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. 79.794 95.821 118 .000 795.244 891.530 1.003.488 0,100339015 0,107479277 0,117589847 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 19.427 36.140 42.124 280.807 613.680 604.642 0,069182748 0,058890627 0,069667671 PT. Delta Djakarta Tbk. 60.756 66.622 117.738 571.243 592.359 698.297 0,10635754 0,112468959 0,16860734 PT. Fast Food Indonesia Tbk. 95.967 144.161 167.904 483.575 629.491 784.759 0,198453187 0,229012011 0,213956132 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 1.221.206 2.041.409 2.599.823 16.267.483 29.706.895 39.594.264 0,075070372 0,068718356 0,065661607 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 111.061 131.151 313.976 610.437 621.835 941.389 0,181936875 0,210909646 0,333524186 PT. Mayora Indah Tbk. 141.744 209.828 274.070 1.553.377 1.893.175 2.922.998 0,091248937 0,110833917 0,093763321 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 23.550 9.298 42.051 288.085 291.723 286.965 0,081746707 0,031872701 0,146537034 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. -1.768 1.364 6.888 75.759 74.009 81.755 -0,023337161 0,018430191 0,084251728 PT. Sierad Produce Tbk. 69.931 46.831 44.059 1.113.796 1.294.773 1.384.707 0,062786183 0,036169274 0,031818284 PT. Sekar Bumi Tbk. 4.631 -6.586 -8.088 188.921 185.055 189.505 0,024512892 -0,035589419 -0,042679613 PT. SMART Tbk. 630.758 1.512.324 1.478.928 5.311.931 8.063.169 10.025.916 0,118743636 0,187559507 0,147510512 PT. Siantar Top Tbk. 21.009 23.257 3.678 467.491 517.448 626.750 0,044939903 0,044945579 0,005868369 PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 79.152 138.648 67.046 2.049.163 2.457.120 2.802.497 0,038626503 0,056427037 0,023923665 PT. Ultrajaya Milk Tbk. 25.814 39.103 268.782 1.249.080 1.362.830 1.740.646 0,02066641 0,0286925 0,154415085


(2)

Lampiran v

Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)

Tahun 2006-2008

(Dalam Jutaan Rupiah)

Nilai Pasar Ekuitas Total Liabilities X4

Perusahaan 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 249.500 249.500 374.900 268.636 442.098 625.913 0,928766063 0,56435451 0,598965032 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. 13.162 13.162 13.162 342.897 377.577 412.466 0,038384704 0,034859115 0,031910509 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 148.750 148.750 148.750 86.446 394.642 357.737 1,720727391 0,376923896 0,415808261 PT. Delta Djakarta Tbk. 16.013 16.013 16.013 137.928 131.545 174.316 0,116096804 0,121730206 0,091861906 PT. Fast Food Indonesia Tbk. 44.625 44.625 44.625 195.366 252.133 302.214 0,228417432 0,176989922 0,147660267 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 944.419 944.419 878.043 10.575.307 18.794.518 26.435.324 0,089304169 0,050249706 0,033214762 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 21.070 21.070 21.070 411.907 424.028 597.123 0,051152323 0,049690115 0,035285862 PT. Mayora Indah Tbk. 383.292 383.292 383.292 562.445 785.034 1.646.322 0,681474633 0,488248917 0,232817152 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 720 .000 720 .000 720 .000 172.747 178.414 151.922 4,167945029 4,035557748 4,739274101 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. 110.404 110.404 110.404 71.202 69.144 73.508 1,550574422 1,596725674 1,501931763 PT. Sierad Produce Tbk. 3.184.292 3.184.292 3.184.292 128.990 288.737 351.417 24,68634778 11,0283476 9,061291856 PT. Sekar Bumi Tbk. 608.137 608.137 608.137 173.060 185.089 217.184 3,514024038 3,285646365 2,800100376 PT. SMART Tbk. 574.439 574.439 574.439 2.734.706 4.534.913 5.406.234 0,210055121 0,126670346 0,106254927 PT. Siantar Top Tbk. 131 .000 131 .000 131 .000 124.466 1.588.280 263.313 1,052496264 0,08247916 0,49750677 PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 515.526 520.397 521.258 1.183.409 1.518.219 1.908.928 0,435627919 0,342768072 0,273063206 PT. Ultrajaya Milk Tbk. 577.676 577.676 577.676 433.177 530.492 603.996 1,333579576 1,088943848 0,956423552


(3)

Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5)

Tahun 2006-2008

(Dalam Jutaan Rupiah)

Penjualan Total Aktiva X5

Perusahaan 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 333.455 483.734 489.172 363.933 792.690 1.016.958 0,916253816 0,610243601 0,481014949 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. 1.683.721 1.952.156 2.331.532 795.244 891.530 1.003.488 2,117238231 2,189669445 2,323427884 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 391.062 812.635 1.963.638 280.807 613.680 604.642 1,392636223 1,324199909 3,247604368 PT. Delta Djakarta Tbk. 396.733 439.823 673.770 571.243 592.359 698.297 0,694508292 0,742493994 0,964875977 PT. Fast Food Indonesia Tbk. 1.276.416 1.589.643 2.022.633 483.575 629.491 784.759 2,639540919 2,525283126 2,577393824 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 21.941.558 27.858.304 38.799.279 16.267.483 29.706.895 39.594.264 1,348798582 0,937772325 0,979921713 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 891.001 978.600 1.325.661 610.437 621.835 941.389 1,459611721 1,573729366 1,408196824 PT. Mayora Indah Tbk. 1.971.513 2.828.440 3.907.674 1.553.377 1.893.175 2.922.998 1,269178699 1,494019306 1,336871938 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 519.849 600.060 713.114 288.085 291.723 286.965 1,804498672 2,056951286 2,485020821 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. 145.440 163.777 207.324 75.759 74.009 81.755 1,919771908 2,212933562 2,535918292 PT. Sierad Produce Tbk. 1.111.242 1.632.454 2.331.686 1.113.796 1.294.773 1.384.707 0,997706941 1,260803245 1,683884027 PT. Sekar Bumi Tbk. 271.721 353.194 563.956 188.921 185.055 189.505 1,438278434 1,908589338 2,975942587 PT. SMART Tbk. 4.708.250 8.079.714 16.094.425 5.311.931 8.063.169 10.025.916 0,886353757 1,002051923 1,605282251 PT. Siantar Top Tbk. 555.208 600.330 624.401 467.491 517.448 626.750 1,187633559 1,160174549 0,996252094 PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 1.193.999 1.844.207 3.955.846 2.049.163 2.457.120 2.802.497 0,582676439 0,750556342 1,411543349 PT. Ultrajaya Milk Tbk. 835.230 1.126.800 1.362.607 1.249.080 1.362.830 1.740.646 0,668676146 0,82680892 0,782816839


(4)

Lampiran vii

Rata-rata Rasio Keuangan Altman

Tahun 2006-2008

X1 X2 X3 X4 X5

Perusahaan 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk.

0,0351 -0,0353 -0,0411 -0,4796 0,1015 -0,1986 0,0032 0,0479 0,0521 0,9287 0,5643 0,5989 0,9162 0,6102 0,4810 PT. Aqua Golden Mississippi

Tbk.

0,5705 0,5441 0,5740 0,5348 0,5444 0,5578 0,1003 0,1074 0,1175 0,0383 0,0348 0,0319 2,1172 2,1896 2,3234 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 0,4116 0,1964 0,5820 -0,2109 -0,0563 -0,0111 0,0691 0,0588 0,0696 1,7207 0,3769 0,4158 1,3926 1,3241 3,2476 PT. Delta Djakarta Tbk. 0,5301 0,5552 0,5737 0,6947 0,7147 0,6941 0,1063 0,1124 0,1686 0,1161 0,1217 0,0918 0,6945 0,7424 0,9648 PT. Fast Food Indonesia Tbk. 0,0217 0,0841 0,1101 0,4991 0,5238 0,5529 0,1984 0,2290 0,2139 0,2284 0,1769 0,1476 2,6395 2,5252 2,5773 PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk.

0,0706 -0,0363 -0,0420 0,1787 0,1704 0,1546 0,0751 0,0687 0,0656 0,0893 0,0502 0,0332 1,3487 0,9377 0,9799 PT. Multi Bintang Indonesia

Tbk.

-0,2904 -0,2542 -0,0385 0,2876 0,2811 0,3413 0,1819 0,2109 0,3335 0,0511 0,0496 0,0352 1,4596 1,5737 1,4081 PT. Mayora Indah Tbk. 0,3814 0,2578 0,3130 0,3360 0,3350 0,2728 0,0912 0,1108 0,0937 0,6814 0,4882 0,2328 1,2691 1,4940 1,3368 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 0,2715 0,3072 0,3497 -2,3936 -2,3934 -2,1835 0,0817 0,0318 0,1465 4,1679 4,0355 4,7392 1,8044 2,0569 2,4850 PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk.

0,2148 0,1333 0,0321 -1,5340 -1,5569 -1,3637 -0,0233 0,0184 0,0842 1,5505 1,5967 1,5019 1,9197 2,2129 2,5359 PT. Sierad Produce Tbk. 0,2883 0,2937 0,3053 -2,1881 -1,8659 -1,7251 0,0627 0,0361 0,0318 24,686 11,028 9,0612 0,9977 1,2608 1,6838 PT. Sekar Bumi Tbk. -0,5816 -0,5450 -0,5637 -3,4635 -3,6151 -3,6752 0,0245 -0,0355 -0,0426 3,5140 3,2856 2,8001 1,4382 1,9085 2,9759 PT. SMART Tbk. 0,1097 0,1956 0,1970 0,0640 0,1601 0,2372 0,1187 0,1875 0,1475 0,2101 0,1266 0,1062 0,8863 1,0021 1,6052 PT. Siantar Top Tbk. 0,2981 0,1717 0,0800 0,4528 0,4393 0,3703 0,0449 0,0449 0,0058 1,0524 0,0824 0,4975 1,1876 1,1602 0,9963 PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 0,1047 0,1791 0,0374 0,0856 0,0981 0,0751 0,0386 0,0564 0,0239 0,4356 0,3427 0,2731 0,5826 0,7505 1,4115 PT. Ultrajaya Milk Tbk. 0,0525 0,2342 0,2187 0,1489 0,1484 0,2909 0,0206 0,0286 0,1544 1,3335 1,0889 0,9564 0,6686 0,8268 0,7828


(5)

(6)

Lampiran viii

Hasil Perhitungan Rasio Z-Score Altman

Tahun 2006 – 2008

Rasio Z-score Altman

Perusahaan

2006

2007

2008

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

0,933658681

1,055680769 0,695714189

PT. Aqua Golden Mississippi Tbk.

3,302991492

3,385173305

3,58162476

PT. Cahaya Kalbar Tbk.

2,443980283

1,755975533 4,040137801

PT. Delta Djakarta Tbk.

2,040941115

2,14507682 2,524701847

PT. Fast Food Indonesia Tbk.

3,785066932

3,810210204 3,846360389

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

1,81894606

1,288840476 1,296777121

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

2,078853744

2,302584415 2,717879015

PT. Mayora Indah Tbk.

2,394488759

2,509082602

2,17888575

PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.

1,972678093

2,039818871 3,327201553

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.

1,34938437

1,713238655 2,291400992

PT. Sierad Produce Tbk.

9,912425681

4,63274291 4,342950899

PT. Sekar Bumi Tbk.

-0,363181473

-0,278716624 0,496279095

PT. SMART Tbk.

1,474709442

1,91189647 2,447186241

PT. Siantar Top Tbk.

2,364300683

1,827412457 1,592521408

PT. Tunas Baru Lampung Tbk.

1,032145135

1,279840044 1,688236083

PT. Ultrajaya Milk Tbk.

1,45546809

1,665363095

2,06602298


Dokumen yang terkait

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

ANALISIS AKURASI PREDIKSI KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 10 71

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 3 97

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014.

0 4 27

ANALISMO Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 2 17

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20

0 2 10

PENDAHULUAN Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 5 9

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 6