Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z SCORE PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : JOSEP HASIHOLAN SIANTURI
NIM : 060503101
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaEkonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Analisis
Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada
Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil
karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan,
atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data
dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 4 Juni 2010
Yang Membuat Pernyataan,
Josep Hasiholan Sianturi
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Baik atas
segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan
Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
Penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama
penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan,
bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris Departemen Departemen Akuntansi
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si,Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
(4)
4. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan
Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak selaku dosen Pembanding/ Penguji II yang
telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Secara khusus Penulis persembahkan kepada kedua orangtua Penulis yang
sangat Penulis sayangi, Almarhum Ayahanda J.U Sianturi dan Ibunda K. Br
Limbong, terima kasih atas kasih sayang, didikan, dukungan, dan doa kalian.
6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2006 serta semua pihak-pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi
pembaca.
Medan, 4 Juni 2010
Penulis
Josep Hasiholan Sianturi
NIM: 060503101
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan otomotifyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling dan diperoleh sampel sebanyak 18 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2008. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score
Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan otomotif pada tiga
kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.
(6)
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at automotif company written at Indonesia Stock Exchange.
Sampling method that used is purposive sampling and the result are 18 firms as sample in this research. This research is done for 2006-2008 period. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit that is in Altman’s Z-Score model.
The result of this research shows that Altman’ Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at automotif company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-Score can to classificate the textile and garment company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankcrupt.
(7)
DAFTAR ISI SKRIPSI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan ... 6
(8)
3. Jenis-jenis Lapran Keuangan ... 8
4. Analisis Laporan Keuangan ... 10
5. Analisis Rasio Keuangan ... 12
a. Rasio Likuiditas ... 13
b. Rasio Aktivitas ... 13
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas ... 14
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas ... 14
e. Rasio Pasar ... 15
6. Analisis Potensi Bangkrut ... 16
7. Prediksi Kebangkrutan ... 18
B. Penelitian Terdahulu ... 20
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 21
1. Kerangka Konseptual... 21
2. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Pelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
1. Metode Dokumentasi ... 29
2. Metode Studi Pustaka ... 29
(9)
F. Metode Analisa Data ... 32
G. Jadwal Penelitian... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36
B. Anlisis dan Hasil Penelitian ... 41
1. Statistik Deskriptif ... 41
2. Uji Asumsi Klasik ... 43
3. Pengujian Hipotesis ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Keterbatasan ... 62
C. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Otomotif ... 27
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 35
Tabel 4.1 Nilai Z Score Altman ... 37
Tabel 4.2 Descriptive Statistic ... 41
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas (I)... 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas (II) ... 46
Tabel 4.6 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL Awal) ... 47
Tabel 4.7 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir) ... 48
Tabel 4.8 Omnibus Test Of Model Coefisien ... 49
Tabel 4.9 Hosmer and Lemeshow Test ... 50
Tabel 4.10 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test ... 51
Tabel 4.11 Case Processing Summary ... 52
Tabel 4.12 Model Summary ... 53
Tabel 4.13 Clasification Table... 54
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel ... 66
Lampiran ii Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) ... 67
Lampiran iii Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) ... 68
Lampiran iv Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (X3) ... 69
Lampiran v Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio(X4) ... 70
Lampiran vi Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) ... 71
Lampiran vii Rata-rata Rasio Keuangan Altman ... 72
Lampiran viii Perhitungan Z-Score Altman... 73
Lampiran ix Tingkat Kebangkrutan Model Altman ... 74
Lampiran x Nilai Cut-Off Z-Score Tahun 2006 ... 75
Lampiran xi Nilai Cut-Off Z-Score Tahun 2007 ... 76
(13)
ABSTRAK
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan otomotifyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling dan diperoleh sampel sebanyak 18 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2008. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score
Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan otomotif pada tiga
kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.
(14)
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at automotif company written at Indonesia Stock Exchange.
Sampling method that used is purposive sampling and the result are 18 firms as sample in this research. This research is done for 2006-2008 period. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit that is in Altman’s Z-Score model.
The result of this research shows that Altman’ Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at automotif company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-Score can to classificate the textile and garment company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankcrupt.
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahun, dengan
keadaan yang selalu berkembang perusahaan harus mempersiapkan perusahaan
yang kuat dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang
dan resiko selalu ada di setiap keputusan yang diambil untuk memajukan
perusahaan. Perusahaan menentukan strategi untuk menghadapi tantangan dan
persaingan yang cukup ketat.
Perusahaan harus mampu menciptakan produk yang mampu menguasai
pasar dan mampu bersaing dengan produk kompetitor agar perusahaan mampu
mempertahankan kelangsungan hidup (going concern). Startegi perusahaan ini
didukung oleh keadaan krisis yang menuntut perusahaan agar dapat bertahan
dalam persaingan. Hasil dari persaingan yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan penjualan di laporkan dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah
satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih
bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi
(16)
digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio
keuangan.
Perusahaan sering mengalami kegagalan dalam persaingan pasar yang
mengakibatkan perusahaan tidak mencapai target penjualan yang telah ditetapkan.
Kekalahan perusahaan dalam persaingan usaha disebabkan oleh krisis ekonomi
yang terjadi seperti saat ini. Krisis ekonomi menyebabkan konsumen
meminimalisasi pengeluaran karena semakin rendahnya daya beli, yang berakibat
menurunnya penjualan yang dicapai oleh perusahaan otomotif. Pasar Indonesia
juga sudah dimasuki produk otomotif dari luar Indonesia khususnya dari Cina.
Cina sudah memproduksi kendaraan bermotor secara massal yang siap bersaing
dalam pasar otomotif Indonesia. Pada masa resesi ekonomi perusahaan otomotif
mengalami guncangan dan tantangan yang memberikan akibat yang fatal, sebagai
contoh pada perusahaan General Motor. Perusahaan General Motor harus
menutup perusahaan yang berada di Amerika Serikat karena ketidakmampuan
perusahaan untuk going concern selama resesi ekonomi yang terjadi saat ini.
Keadaan yang terjadi di perusahaan General Motor maka perlu dianalisis
apakah perusahaan otomotif yang bersaing di pasar otomotif Indonesia mampu
untuk bersaing dan melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan. Karena apabila
tidak mampu bersaing dalam ketatnya persaingan maka dapat menyebabkan
financial distress. Financial distress yang ditandai dengan rendahnya penjualan
maka pendapatan perusahaan pun semakin rendah. Rendahnya pendapatan
(17)
kepada pihak lain. Sehingga financial distress menjadi awal yang menyebabkan
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Penelitian dapat menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan
memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress.
Financial distress merupakan kondisi keuangan yang terjadi sebelum
kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Atmini (2005), financial distress adalah
konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi di mana suatu perusahaan
menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan
situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi
hutang dan default. Ketidakmampuan melunasi hutang menunjukkan kinerja
negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti suatu
perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat menyebabkan
tindakan hukum. Adapun dampak dari financial distress itu sendiri antara lain
yaitu : resiko yang terkandung dalam biaya dari financial distress berdampak
negatif bagi perusahan sebagai pengganti kerugian pajak seiring dengan kenaikan
hutang perusahaan, hubungan terhadap konsumen, pemasok, karyawan dan
kreditor menjadi rusak karena mereka ragu akan eksistensi perusahaan,
manajemen akan lebih fokus pada aliran kas jangka pendek dibandingkan
kesehatan perusahaan jangka panjang, biaya tidak langsung yang terkandung pada
financial distress akan lebih signifikan dibandingkan biaya langsung yang nyata
seperti pembayaran untuk pengacara, dan program untuk pemulihan kembali.
(18)
sensivitas pendapatan perusahaan terhadap aktivitas ekonomi secara keseluruhan,
proporsi biaya tetap terhadap biaya variabel nya, likuiditas dan kondisi pasar dari
asset perusahaan, kemampuan kas terhadap bisnis perusahaan. Dengan
diadakannya penelitian tentang financial distress dapat digunakan sebagai sarana
untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada
kondisi krisis atau kebangkrutan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio
keuangan yang berasal dari informasi di dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi,
lebih ditekankan pada rasio yang mencerminkan kinerja asset dan ekuitas
perusahaan dalam mencapai laba dan proporsi hutang terhadap aktiva. Penelitian
ini berusaha untuk menguji variabel rasio keuangan untuk mengukur tingkat
kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Z Score Altman.
Berdasarkan gambaran dan urian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode altman z score dalam
sebuah skripsi dengan judul “ Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan
Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut: “ Apakah metode Altman Z Score dapat
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui
metode Altman Z Score dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi
mengenai metode Altman Z Score, kebangkrutan perusahaan, dan prediksi
metode Altman Z Score terhadap kebangkrutan perusahaan.
2. Bagi perusahaan, untuk memberikan informasi atas penelitian yang dilakukan
penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan
kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik. Laporan keuangan dalam suatu
perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh
manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik
perusahaan. Menurut Munawir (2003:2), laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak–pihak yang
berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.
Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan keuangan antara lain :
pemilik perusahaan, kreditor, investor, manajer atau pemimpin perusahaan,
karyawan perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan
terhadap laporan keuangan perusahaannya untuk menilai keberhasilan manajemen
dalam menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan
perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan untuk menilai
hasilhasil yang telah dicapai perusahaan serta memperkirakan hasil-hasil yang
(21)
keuntungan yang akan diperoleh. Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk
mengambil keputusan dalam hal pemberian kredit suatu perusahaan. Disamping
itu kreditor bisa mengukur apakah perusahaan dapat mengembalikan pokok
pinjaman kredit dan bunganya. Manajer atau pimpinan perusahaan menggunakan
laporan keuangan untuk menyusun rencan dan strategi perusahaan, memperbaiki
operasional perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan. Investor
berkepentingan dengan laporan keuangan untuk mengetahui apakah modal yang
telah diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang.
Pemerintah melihat laporan keuangan untuk menentukan jumlah pajak yang akan
dibebankan ke perusahaan dan digunakan sebagai dasar perencanaan pemerintah
dalam hal ini adalah Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan Tenaga Kerja.
Kemampuan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi aktiva,
efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta
nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan perusahaan
berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan
kompensasi. Laporan keuangan digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan
tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar karyawan dapat
bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan
(22)
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua
pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. Tujuan laporan
keuangan yang tertuang di dalam PSAK No.1 adalah
Untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
yang penting di samping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis
untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal
tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga elemen
pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan keputusan
penggunaan dana atau keputusan investasi di masa lalu, sedang hutang dan
modal (pasiva) menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan
pendanaan di masa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun mulai dari
yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang tunai sampai yang
(23)
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara
sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum diterapkan
dalam laporan laba rugi menurut Munawir (2000: 26) adalah:
• Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau pemberian jasa) diikuti harga pokok dari barang atau jasa yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
• Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expenses).
• Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar
organisasi pokok perusahaan diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating atau financial income dan expenses).
• Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra
ordinary), diperoleh laba bersih sebelum pajak pandapatan.
Laporan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan atau
operasional perusahaan selama satu periode tertentu. Ikhtisar perubahan
posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap
dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis penyaluran
mencerminkan profesionalisme dari manajemen yang ada.
3. Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari
kegiatan usaha perusahaan yang dilakukan dalam tahun buku yang
(24)
posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas
menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu
periode tertentu yang merupakan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan
yaitu operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan aliran kas mempunyai peranan penting dalam memberikan
informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta
dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan
ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan
mengalani kesulitan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI,2004):
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan alam rangka penyajian secara wajar.
4. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos
laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat
dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan
keputusan. Analisis laporan keuangan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
(25)
1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu
dalam laporan keuangan.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan.
3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan
analisis yang lebih tajam lagi.
Tujuan analisis laporan keuangan antara lain :
1. sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger
2. sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang
3. sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya
Beberapa jenis analisa laporan keuangan yaitu:
1. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan
(26)
2. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di
luar manajemen perusahaan dan menilai kinerja perusahaan yang
bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial
dengan perusahaan tersebut.
3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan
data operasi perusahaan dari tahun ke tahun unuk melihat perkembangan
maupun penurunan operasional perusahaan.
4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada
satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut
untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu
saja.
5. Analisis Rasio Keuangan
Analisis keuangan memiliki ukuran dalam analisis yaitu “rasio”.
Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
(27)
Menurut Riyanto (2001;329), analisa rasio keuangan dapat dilakukan
dengan dua macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama.
Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat
dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto (2001:331)
penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar( kewajiban Lancar).
2. Rasio cepat (qiuck ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.
3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (kewajiban lancar).
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif
(28)
lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan.
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas
Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:
1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.
3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk
(29)
meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. 3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.
4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan.
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa
keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
b. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan cash flow.
c. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan.
(30)
Bangkrut adalah keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan
usahanya. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di
negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi
akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya
sudah sakit kemudian tambah sakit dan bangkrut. Selain kesulitan ekonomi,
pemacu kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang timbul
mempengaruhi operasi utama dari perusahaan seperti kekurangan bahan baku.
Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, tanda-tanda
awal yang menunjuk ke arah kecenderungan yang kurang menguntungkan akan
muncul. Akan tetapi, seringkali manajemen menganggap bahwa tanda-tanda yang
menunjukkan ketidaksehatan perusahaan merupakan gejala sementara yang
diperkirakan akan hilang sendirinya tanpa perlu ada intervensi manajemen.
Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen terlambat melakukan tindakan
antisipasi proses perbaikan terhadap kinerja perusahaan.
Kebangkrutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sistem perekonomian
Di dalam sistem perekonomian dimana roda perekonomian lebih banyak
dikendalikan oleh persaingan bebas, sehingga untuk perusahaan yang tidak
mempunyai kemampuan menghadapi persaingan akan lebih cepat menghadapi
kebangkrutan.
(31)
Kecelakaan dan bencana alam yang sewaktu-waktu menimpa perusahaan
misalnya, merupakan contoh yang barangkali pernah atau bahkan sering
memaksa perusahaan untuk menutup atau menghentikan usahanya secara
permanen.
3. Faktor-faktor intern perusahaan.
Faktor intern biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijaksanaan yang
tidak tepat di masa yang lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu
pada saat yang diperlukan. Berbagai faktor internal tersebut adalah terlalu
besarnya pinjaman/kredit yang diberikan kepada debitur, manajemen yang
tidak efisien, kekurangan modal, penyalahgunaan wewenang dan
kecurangan-kecurangan.
Tahap permulaan perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan
ditandai oleh adanya satu atau lebih keadaan operasi dan finansial perusahaan
yang tidak menggembirakan, misalnya:
1. Penurunan volume penjualan.
2. Kenaikan biaya-biaya komersial dan financial
3. Ketidakefisienan produksi
4. Tingkat persaingan yang semakin ketat
5. Kegagalan dalam melaksanakan ekspansi
Keadaan-keadaan di atas diikuti dengan kesulitan likuiditas, dan kesulitan
likuiditas tidak segera diatasi, maka hal tersebut akan mengancam solvabilitas
yang berdampak pada kebangkrutan perusahaan.
(32)
Edward.L.Altman merumuskan formula Z-score yang secara umum dapat
untuk mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan pada tahun 1968.
Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan
menggunakan perhitungan Z-score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi
keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :
1. Untuk nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,88 (Z-score ≤1,88), berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi.
2. Apabila diperoleh nilai Z-score antara 1,88 sampai 2,99 (1,88 < Z-score≤ 2,99), perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini
perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan
penanganan manajemen yang tepat.
3. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,99 (Z-score > 2,99) memberikan
penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat.
Prediksi kebangkrutan yang diformulasikan Altman dalam bentuk persamaan
Zscore:
Z = 1,717X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5
Rasio-rasio yang ada dalam formula tersebut, terdiri dari :
1. Working Capital / Total Assets (X1)
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal
kerja. Indikator untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas
(33)
besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang
yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya.
2. Retairned Earnings / Total Assets (X2)
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memperoleh laba.
3. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor. Indikator masalah kemampuan profitabilitas perusahaan adalah
tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan,
rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan.
4. Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri.
5. Sales / Total Assets (X5)
Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu mengenai analisis kebangkrutan perusahaan
(34)
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti, tahun
dan judul penelitian
Variabel Penelitian dan Tahun penelitian
Hasil Penelitian
1. Raden Roro Deviasri (2008) ”Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”
Current ratio, Leverage Ratio, Gross
Profit Margin, Inventory Turn over,
Return On Equity, dan Financial Distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan.
2. Siti Rodliyah ( 2003) ” Penerapan Analisis Diskriminan Altman Untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan (Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil Dan Produk Tekstil Yang Tercatat Di BEJ)”
Variabel independen: X1(Working Capital /
Total Assets),
X2(Retairned Earnings
/ Total Assets), X3(Earning Before
Interest and Taxes / Total Assets), X4(Market Value of
Equity / Book Value of Total Liabilities) dan X5(Sales / Total
Assets), meskipun rasio X5(Sales / Total
Assets)
Variabel dependen: Kebangkrutan
rasio X1(Working
Capital / Total Assets),
X2(Retairned
Earnings / Total Assets), X3(Earning
Before Interest and Taxes / Total Assets) dan X5(Sales / Total
Assets)
berpengaruh untuk menunjukkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
(35)
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel
terikat. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan
menggunakan perhitungan Z-score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi
keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan. Metode
Altman Z Score memiliki rasio yang terdiri dari: working capital / total assets,
retairned earnings / total assets, earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets.
Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara
yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan
memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah
sakit kemudian tambah sakit dan bangkrut. Selain kesulitan ekonomi, pemacu
kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang timbul mempengaruhi
operasi utama dari perusahaan seperti kekurangan bahan baku. Kebangkrutan
tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan dapat diramalkan sebelumnya. Sebelum
perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi atau
keadaan khususnya berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasinya,
seperti volume penjualan yang relatif rendah atau adanya trend penjualan yang
menurun, cash flow yang negatif, kerugian yang terus- menerus,dan hutang yang
(36)
Penyusunan laporan keuangan merupakan hal penting bagi perusahaan, laporan keuangan sendiri merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang go-public. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Formula Altman Z-Score merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :
(37)
H1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu
yang telah dikemukakan di awal maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1: rasio keuangan (working capital / total assets, retairned earnings / total
assets, earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets) mampu untuk
Earning Before Interest and Taxes (X3)
Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)
Sales / Total Assets (X5)
Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan (Z) Retairned Earnings
/ Total Assets (X2)
Working Capital / Total Assets (X1)
(38)
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan otomotif dan komponennya yang
(39)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian pengujian
hipotesis yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
variabel, yakni hubungan yang bersifat korelasional. Menurut Rochaety (2009:74)
”Studi korelasional yaitu studi yang dilakukan apabila peneliti tertarik untuk
menggambarkan variabel-variabel yang penting yang berhubungan dengan suatu
masalah”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang
terdaftar di BEI yaitu 19 perusahaan pada tahun 2006, 19 perusahaan pada tahun
2007 dan 18 perusahaan pada tahun 2008. Sampel adalah bagian dari populasi
yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Oleh sebab itu,
sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili.
Jika sample kurang representative maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari
sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya (Erlina dan
(40)
Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive
Sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah
(quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur di bidang industri automotive and allied products
yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008,
2. Perusahaan tersebut tidak keluar (didelisting) dari BEI pada tahun 2006-2008,
3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama
tahun 2006-2008.
Berdasarkan karateristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel
(41)
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan Otomotif
No Nama Perusahaan Kode Tanggal
Berdiri
Tanggal Listing
1 PT Astra International Tbk. ASII 20 Feb 1957 04 Apr 1990 2 PT Astra Otoparts Tbk. AUTO 20 Sept 1996 15 Jun 1998 3 PT Gajah Tunggal Tbk. GJTL 31 Okt 1951 15 Nov 1990 4 PTGoodyear Indonesia Tbk. GDYR 20 Feb 1935 22 Des 1980 5 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. HEXA 28 Nov 1988 13 Feb 1995 6 PT Indo Kordsa Tbk. BRAM 08 Jul 1981 05 Sep 1990 7 PT Indomobil Sukses
Internasional Tbk.
IMAS 15 Sept 1985 15 Nov 1993
8 PT Indospring Tbk. INDS 5 Mei 1978 10 Agt 1990 9 PT Intraco Penta Tbk. INTA 30 Juni 1970 23 Agt 1993 10 PT Multi Prima Sejahtera Tbk. LPIN 28 Nov 1988 05 Feb 1990 11 PT Multistrada Arah Sarana
Tbk.
MASA 20 Juni 1988 09 Jun 2005
12 PT Nipress Tbk. NIPS 16 Jan 1975 24 Jul 1991 13 PT Polychem Indonesia Tbk. POLY 13 Jul 1951 20 Okt 1993 14 PT Prima Alloy Tbk. PRAS 14 Des 1984 12 Jul 1990 15 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM 19 Jan 1976 09 Sep 1996 16 PT Sugi Samapersada Tbk. SUGI 26 Maret 1990 19 Jun 2002 17 PT Tunas Ridean Tbk TURI 24 Jul 1974 16 Mei 1995 18 PT United Tractor Tbk UNTR 13 Okt 1972 19 Sep 1989
(42)
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data sekunder dan pooled data. Data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tesusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Pooled data
merupakan gabungan dari data times series dan cross section. Data time series
merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu, dan data cross section merupakan sekumpulan
data fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2003). Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia,
dengan cara mengunduh melalui situs Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) yang berupa laporan keuangan perusahaan yang diamati. D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan
dengan dua tahap. Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah
merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti.
Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus digunakan
teknik pengumpulan data yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan
(43)
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
bersumber pada benda-benda tertulis (Arikunto, 2002: 135). Metode ini
dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen serta
mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan
keuangan perusahaan otomotif go-public di Bursa Efek Indonesia dari internet dan
Indonesian Capital Market Directory.
2. Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan
memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan
penelitian dan juga pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan
sumber bacaan yang relevan, seperti buku-buku manajemen keuangan, analisa
laporan keuangan, dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, dan sebagainya. E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya
variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
(44)
1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
2006:3). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Modal Kerja Terhadap Total Harta (Working Capital / Total Assets (X1))
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh dari selisih antara aktva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968) .
X1=
b. Laba yang Ditahan Terhadap Total Harta (Retairned Earnings / Total Assets (X2))
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan
perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).
X2=
c. Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga Terhadap Total Harta
(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3))
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada
(45)
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968).
X3=
d. Nilai Pasar Ekuitas Terhadap Nilai Buku dari Hutang (Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4))
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya
melalui modal sendiri (Altman, 1968).
X4=
e. Penjualan Terhadap Total Harta (Sales / Total Assets (X5))
Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).
X5=
2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:3). Variabel dependen yang
(46)
F. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat
memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS 16.0. Metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina (2008:102), ”tujuan uji normalitas adalah ingin
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan
uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal”. Menurut Ghozali (2005:110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis statistik dan
analisis grafik.
i. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan
rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal
berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
a. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data
(47)
b. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal (Ghozali:2005:115).
Hasil uji normalitas dalam regresi logistik hanya sebagai pedoman atau dasar
untuk menentukan analisis hipotesis yang akan digunakan. Analisis yang
dapat digunakan ada 2 yaitu analisis regresi logistik dan analisis diskriminan.
Analisis regresi logistik dapat digunakan jika sampel yang digunakan
terdistribusi tidak normal sedangkan analisis diskriminan dapat digunakan
jika sampel yang digunakan terdistribusi normal.
ii. Analisis Grafik
Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
histogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi,
berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya
(48)
lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau VIF >
10 (Ghozali, 2005:91).
2. Pengujian Hipotesis
a. Regresi Logistik
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + e Keterangan :
Y = Probabilitas perusahaan mengalami financial bankcruption
α = Konstanta
βi = Koefisien regresi
X1 = Working Capital / Total Assets
X2 = Retairned Earnings / Total Assets
X3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities
X5 = Sales / Total Assets
(49)
G. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang direncanakan oleh peneliti untuk menyelesaikan
penelitian ini ditampilkan pada tabel 3.2:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tahapan
Penelitian
Jan’ 2010
Feb’ 2010
Mar’ 2010
Apr’ 2010
Mei’ 2010
Juni’ 2010
Pengajuan Judul
Penye lesaian Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data
Pengo lahan Data
Penya mpaian Hasil
(50)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai 2008. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 18 perusahaan. Sampel sebanyak 18 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing dengan rumus:
Z = 0,717(X1) + 0,847(X2) + 3,107(X3) + 0,420(X4) + 0,998(X5)
Dimana: X1 = Working Capital / Total Assets
X2 = Retairned Earnings / Total Assets
X3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities
X5 = Sales / Total Assets
Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke
kategori financial bankcruption, gray area atau non financial bankcruption,
dengan interval:
a. Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan mengalami financial bankcruption b. Z-Score 1,88 – 2,99, perusahaan dikategorikan berada di posisi gray area
(51)
Berdasarkan perhitungan analisa prediksi kebangkrutan Z-Score Altman
diperoleh hasil seperti dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Z-Score Altman
No Nama Perusahaan 2006 2007 2008
Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1
PT Gajah Tunggal Tbk. 1,1055 Bangkrut 1,1289 Bangkrut 0,7664 Bangkrut 2
PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 1,5659 Bangkrut 1,7573 Bangkrut 2,59
Rawan Bangkrut 3
PT Indo Kordsa Tbk. 1,8814
Rawan
Bangkrut 2,0295
Rawan
Bangkrut 2,0907
Rawan Bangkrut 4
PT Indospring Tbk.
0,9062 Bangkrut 1,1643 Bangkrut 1,3274 Bangkrut 5
PT Intraco Penta Tbk. 1,3909 Bangkrut 1,4329 Bangkrut 1,5981 Bangkrut 6
PT Multi Prima Sejahtera Tbk. 0,2179 Bangkrut 1,1504 Bangkrut 0,6724 Bangkrut 7 PT Multistrada Arah Sarana
Tbk. 0,7643 Bangkrut 1,4247 Bangkrut 0,9591 Bangkrut 8
PT Nipress Tbk. 1,6408 Bangkrut 1,6985 Bangkrut 1,798 Bangkrut 9
PT Polychem Indonesia Tbk. 0,9416 Bangkrut 1,2532 Bangkrut 0,8346 Bangkrut 10
PT Prima Alloy Tbk. 1,3693 Bangkrut 1,3664 Bangkrut 0,7099 Bangkrut 11
PT Selamat Sempurna Tbk 2,5042
Rawan
Bangkrut 2,4746
Rawan
Bangkrut 2,6687
Rawan Bangkrut 12
PT Sugi Samapersada Tbk. 2,4386
Rawan
Bangkrut 2,8264
Rawan
Bangkrut 5,5101
Tidak bangkrut 13
PT Astra International Tbk. 1,4722 Bangkrut 2,0267
Rawan
Bangkrut 2,1935
Rawan Bangkrut 14
PT Astra Otoparts Tbk. 2,1788
Rawan
Bangkrut 2,5007
Rawan
Bangkrut 2,725
Rawan Bangkrut 15
PTGoodyear Indonesia Tbk. 3,2137
Tidak
Bangkrut 2,7477
Rawan
Bangkrut 1,5731 Bangkrut 16
PT Tunas Ridean Tbk 1,6178 Bangkrut 1,8084 Bangkrut 2,1987
Rawan Bangkrut 17
PT United Tractor Tbk 1,9865
Rawan
Bangkrut 2,3234
Rawan
Bangkrut 2,1715
Rawan Bangkrut 18 PT Indomobil Sukses
Internasional Tbk. 0,5161 Bangkrut 0,942 Bangkrut 1,5085 Bangkrut
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti 2010
Tabel 4.1 menunjukkan daftar yang diprediksi dalam tiga kategori yaitu
(52)
1. Kategori Perusahaan Bangkrut
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada 66,67% atau 12
perusahaan yang menurut model Z-Score Altman terklasifikasi “tidak aman” pada
tahun 2006. Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa keduabelas perusahaan
tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang
diprediksi bangkrut pada tahun 2006 adalah PT. Gajah Tunggal Tbk., PT.
Hexindo Adiperkasa Tbk., PT. Indospring Tbk., PT. Intraco Penta Tbk., PT. Multi
Prima Sejahtera Tbk., PT. Multistrada Arah Sarana Tbk., PT. Nipress Tbk., PT.
Polychem Indonesia Tbk., PT. Prima Alloy Tbk., PT.Astra International Tbk.,
PT. Tunas Ridean Tbk., PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
Tahun 2007 menurut model Z-Score Altman diprediksi perusahaan yang
berada dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu berjumlah 61,11% atau 11
perusahaan. Hasil Z-Score Altman tersebut ditunjukkan penurunan jumlah
perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Perusahaan-perusahaan yang
diprediksi bangkrut adalah PT. Gajah Tunggal Tbk., PT. Hexindo Adiperkasa
Tbk., PT. Indospring Tbk., PT. Intraco Penta Tbk., PT. Multi Prima Sejahtera
Tbk., PT. Multistrada Arah Sarana Tbk., PT. Nipress Tbk., PT. Polychem
Indonesia Tbk., PT. Prima Alloy Tbk., PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk,
PT. Tunas Ridean Tbk.
Tahun 2008 model Z-Score Altman memprediksi perusahaan yang
masuk dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu berjumlah 55,56% atau 10
(53)
penurunan jumlah perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut
adalah PT. Gajah Tunggal Tbk., PT. Indospring Tbk., PT. Intraco Penta Tbk., PT.
Multi Prima Sejahtera Tbk., PT. Multistrada Arah Sarana Tbk., PT. Nipress Tbk.,
PT. Polychem Indonesia Tbk., PT. Prima Alloy Tbk., PT. Goodyear Indonesia
Tbk., PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut
tahun 2006 diperoleh skor terendah 0,2179 yaitu PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.,
dan tertinggi 1,6408 yaitu PT. Nipress Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah 0,942 yaitu PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk. dan skor tertinggi 1,7573 yaitu PT. Hexindo
Adiperkasa Tbk. Dan perhitumgan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang
bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah 0,6724 yaitu PT. Multi Prima
Sejahtera Tbk., dan skor tertinggi 1,798 yaitu PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.
2. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut
Bedasarkan Tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada 27,78% atau 5
perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi “rawan
bangkrut”. Ini berarti bila perusahaan dapat memperbaiki diri maka perusahaan
bisa menjadi perusahaan sehat, namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki
diri maka perusahaan akan masuk pada perusahaan bangkrut.
Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut” pada tahun 2006
adalah PT. Indo Kordsa Tbk., PT. Selamat Sempurna Tbk., PT. Sugi Semapersada
(54)
2007 terdapat 38,89% atau 7 perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan
bangkrut” adalah PT. Indo Kordsa Tbk., PT. Selamat Sempurna Tbk., PT. Sugi
Semapersada Tbk., PT. Astra Internation Tbk., PT. Astra Otoparts Tbk., PT.
Goodyear Indonesia Tbk., PT. United Tractor Tbk. Pada tahun 2008 ada
penurunan jumlah perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut”,
yaitu 33,33% atau 6 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT. Indo
Kordsa Tbk., PT. Selamat Sempurna Tbk., PT. Astra Internation Tbk., PT. Astra
Otoparts Tbk., PT. Tunas Ridean Tbk., PT. United Tractor Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang diprediksi
kategori rawan bangkrut tahun 2006 diperoleh skor terendah 1,8814 yaitu PT.
Indo Kordsa Tbk., dan skor tertinggi 2,5042 yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk..
Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang diprediksi kategori rawan
bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah 2,0267 yaitu PT. Astra Internation
Tbk. dan skor tertinggi 2,8264 yaitu PT. Sugi Semapersada Tbk. Perhitungan
Z-Score untuk kelompok perusahaan yang diprediksi kategori rawan bangkrut tahun
2008 diperoleh skor terendah 2,0907 yaitu PT. Indo Kordsa Tbk. dan skor
tertinggi 2,725 yaitu PT. Astra Otoparts Tbk.
3. Kategori Perusahaan tidak Bangkrut
Bedasarkan Tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat ada satu perusahaan yang
masuk kategori “tidak bangkrut” menurut model prediksi Z-Score Altman pada
tahun 2006 dan 2008. Pada tahun 2007 ada tidak ada perusahaan yang masuk
(55)
dalam kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan
mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar perusahaan tidak masuk
dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan bangkrut.
Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “tidak bangkrut” pada tahun 2006
adalah PT. Goodyear Indonesia Tbk. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori
“tidak bangkrut” pada tahun 2007 adalah tidak ada perusahaan yang diprediksi
masuk dalam kategori tidak bangkrut. Sedangkan pada tahun 2008 adalah PT.
Sugi Semapersada Tbk.
B. Analisis dan Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimun, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif ditampilkan pada tabel 4.2:
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
X1 54 -.069 .635 .12646 .137137
X2 54 -.219 .684 .15731 .187635
X3 54 -.276 .631 .18463 .223280
X4 54 .012 3.651 .22144 .541391
X5 54 .268 2.156 1.05698 .368346
Valid N
(listwise) 54
(56)
Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa:
a) Variabel X1(Working Capital / Total Assets) memiliki sampel (N)
sebanyak 54, dengan nilai minimum (terkecil) -0,69, nilai maksimum
(terbesar) 0,635 dan mean (nilai rata-rata) 0,12646. Standar Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 0,137137,
b) Variabel X2(Retairned Earnings / Total Assets) memiliki sampel (N)
sebanyak 54, dengan nilai minimum (terkecil) -0,219, nilai maksimum
(terbesar) 0,684 dan mean (nilai rata-rata) 0,15731. Standar Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 0,187635,
c) Variabel X3(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets) memiliki
sampel (N) sebanyak 54, dengan nilai minimum (terkecil) -0,276, nilai
maksimum (terbesar) 0,631 dan mean (nilai rata-rata) 0,18463. Standar
Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,223280,
d) Variabel X4(Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities)
memiliki sampel (N) sebanyak 54, dengan nilai minimum (terkecil)
0,012, nilai maksimum (terbesar) 3,651 dan mean (nilai rata-rata)
0,22144. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah
0,541391,
e) Variabel X5 = Sales / Total Assets memiliki sampel (N) sebanyak 54,
dengan nilai minimum (terkecil) 0,268, nilai maksimum (terbesar)
2,156 dan mean (nilai rata-rata) 1,05698. Standar Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 0,368346,
(57)
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:
a) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,
b) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Hasil uji normalitas dengan menggu nakan model Kolmogorov-Smirnov
adalah seperti yang ditampilkan pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 X3 X4 X5
N 54 54 54 54 54
Normal Parametersa
Mean .12646 .15731 .18463 .22144 1.05698
Std. Deviation .137137 .187635 .223280 .541391 .368346
Most Extreme Differences
Absolute .115 .079 .125 .351 .069
Positive .115 .079 .125 .351 .056
Negative -.077 -.056 -.092 -.349 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .846 .581 .918 2.577 .508
Asymp. Sig. (2-tailed) .471 .889 .368 .000 .958
a. Test distribution is Normal.
(58)
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
seperti yang terdapat dalam tabel 4.3 dapat dilihat nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov bahwa variabel X4 (Market Value of Equity /
Book Value of Total Liabilities) lebih kecil dari 0,05 atau terdistribusi tidak
normal, dan variabel X1(Working Capital / Total Assets), X2(Retairned
Earnings / Total Assets), X3(Earning Before Interest and Taxes / Total
Assets), X5(Sales / Total Assets) yang terdistribusi normal karena memiliki
nilai lebih besar dari 0,05 yaitu 0,471, 0,889, 0,368, 0.958. Karena hanya
satu saja variabel yang tidak terdistribusi normal, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi yang tidak memiliki gejala
korelasi yang kuat antarvariabel bebasnya. Multikolinearitas adalah
keadaan adanya korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain, dalam hal ini disebut variabel bebas ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antarvariabel
bebas tersebut sama dengan nol. Jejak multikolinearitas dalam penelitian
ini dapat dilihat dari nilai korelasi antarvariabel yang terdapat dalam
matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada tabel 4.4
(59)
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas (I)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2010
Hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala multikolinieritas antar variabel independen. Gejala multikolonieritas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.95 atau 95%, matriks korelasi di atas memperlihatkan bahwa korelasi antara variabel X2(Retairned Earnings / Total Assets) dengan X3(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets) sebesar 0,960 atau 96%, X2(Retairned Earnings / Total Assets) dengan X5(Sales / Total Assets) sebesar 0,954 atau 95,4% yang menunjukkan adanya multikolinearitas yang serius. Untuk mengobati multikoliniearitas dapat dilakukan dengan tidak mengikutsertakan salah satu variabel independen yang mengalami multikolinearitas serius (Nachrowi, 2002:125), dalam penelitian ini yang dikeluarkan adalah variabel X5(Sales / Total Assets) sehingga variabel yang digunakan adalah X1(Working Capital / Total Assets), X2(Retairned Earnings / Total Assets), X3(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets), X4(Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities). Matriks korelasi yang baru ditampilkan pada tabel 4.5 berikut ini :
Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4 X5 Step
1
Constant 1.000 .308 .786 .641 -.986 -.932
X1 .308 1.000 .814 .912 -.177 -.631
X2 .786 .814 1.000 .960 -.694 -.954
X3 .641 .912 .960 1.000 -.529 -.874
X4 -.986 -.177 -.694 -.529 1.000 .869
(1)
Lampiran vii
Rata-rata Rasio Keuangan Altman
Tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan
X1 X2 X3 X4 X5
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 1 PT Gajah Tunggal Tbk. 0,16163 0,21283 0,11172 0,012004 0,02123 -0,063 0,03206 0,0166 -0,08885 0,30812 0,2871 0,24665 0,75188 0,78771 0,91392 2 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 0,06458 0,14197 0,2496 0,203335 0,19893 0,27839 0,04812 0,06138 0,20302 0,09784 0,08374 0,0685 1,15915 1,26366 1,51877 3 PT Indo Kordsa Tbk. 0,40878 0,46856 0,31811 0,396035 0,42826 0,46026 0,0259 0,04295 0,09617 0,4436 0,48664 0,46857 0,98806 0,99501 0,97915 4 PT Indospring Tbk. -0,00776 0,03913 0,05189 0,060813 0,06629 0,07588 0,00888 0,03536 0,05136 0,08894 0,07206 0,04633 0,79693 0,94188 1,04897 5 PT Intraco Penta Tbk. 0,59425 0,52937 0,47445 0,123463 0,11323 0,10618 0,01468 0,01763 0,04139 0,20719 0,1935 0,13357 0,72911 0,82309 0,98527 6 PT Multi Prima Sejahtera Tbk. -0,08437 0,29653 0,16031 -0,08658 0,0501 0,06418 -0,0035 0,15142 0,04358 0,22463 0,17301 0,10595 0,26884 0,35298 0,32387 7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk. -0,09647 0,04787 -0,03077 0,151417 0,13349 0,09963 0,01122 0,02422 0,00273 0,65471 1,67565 0,78287 0,3962 0,4993 0,56057 8 PT Nipress Tbk. 0,03363 0,02951 0,01886 0,24036 0,19052 0,26866 0,05479 0,02529 0,01285 0,15233 0,10053 0,09916 1,18129 1,39795 1,4783 9 PT Polychem Indonesia Tbk. 0,23728 0,20741 -0,00552 -0,19021 -0,1659 -0,2589 -0,0585 0,01037 -0,08537 0,71113 0,68438 0,68373 0,81738 0,92722 1,03802 10 PT Prima Alloy Tbk. 0,05512 0,03335 0,00578 0,04908 0,05872 0,03074 -0,0065 0,00753 -0,03681 0,12608 0,14224 0,13346 1,25787 1,21205 0,73952 11 PT Selamat Sempurna Tbk 0,28634 0,23738 0,26868 0,428493 0,40749 0,43265 0,14698 0,15736 0,15448 0,60074 0,45479 0,4207 1,22943 1,28192 1,45586 12 PT Sugi Samapersada Tbk. 0,42396 0,42842 0,88528 -0,07054 0,0025 -0,0522 0,01294 0,1056 0,09649 3,37679 2,8906 8,69231 0,73736 0,97691 0,97099 13 PT Astra International Tbk. -0,0749 0,10732 0,10711 0,324996 0,36861 0,37094 0,08887 0,1674 0,19028 0,03512 0,0351 0,02754 0,96168 1,1049 1,20218 14 PT Astra Otoparts Tbk. 0,18207 0,26286 0,24857 0,458411 0,51491 0,55546 0,12775 0,16711 0,19386 0,36139 0,35221 0,32377 1,11351 1,21134 1,34069 15 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,36436 0,14776 0,14291 0,528158 0,44599 0,25014 0,08056 0,10551 0,00647 0,23615 0,14636 0,0565 2,15989 1,87845 1,21734 16 PT Tunas Ridean Tbk 0,06892 0,06634 0,16557 0,186593 0,21394 0,24671 0,00982 0,0772 0,09803 0,06387 0,05605 0,05452 1,3557 1,31889 1,5466 17 PT United Tractor Tbk 0,12027 0,13828 0,21925 0,309795 0,35558 0,28529 0,12077 0,15753 0,16859 0,10791 0,09879 0,07142 1,21975 1,39493 1,22127 18 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. -0,04818 -0,1072 -0,05568 -0,1002 -0,0955 -0,0624 -0,0237 0,00623 0,03019 0,12398 0,11058 0,09773 0,65836 1,03598 1,46941
(2)
Lampiran viii
Perhitungan Z-Score Altman
Tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan
X1 (0,717) X2 (0,847) X3 (3,107) X4 (0,420) X5 (0,998) Z Score 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 1 PT Gajah Tunggal Tbk. 0,11589 0,1526 0,0801 0,01017 0,018 -0,0534 0,09961 0,05157 -0,2761 0,12941 0,12058 0,10359 0,7504 0,78614 0,91209 1,10546 1,12887 0,76637 2 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 0,0463 0,10179 0,17896 0,17223 0,1685 0,2358 0,1495 0,19071 0,63078 0,04109 0,03517 0,02877 1,1568 1,26113 1,51573 1,56595 1,75731 2,59003 3 PT Indo Kordsa Tbk. 0,29309 0,33595 0,22809 0,33544 0,3627 0,38984 0,08048 0,13344 0,29879 0,18631 0,20439 0,1968 0,9861 0,99302 0,97719 1,8814 2,02954 2,09071 4 PT Indospring Tbk. -0,0056 0,02806 0,0372 0,05151 0,0561 0,06427 0,02758 0,10986 0,15959 0,03735 0,03026 0,01946 0,7953 0,93999 1,04688 0,90621 1,16432 1,32739 5 PT Intraco Penta Tbk. 0,42608 0,37956 0,34018 0,10457 0,0959 0,08993 0,04562 0,05478 0,12861 0,08702 0,08127 0,0561 0,7277 0,82144 0,9833 1,39094 1,43295 1,59813 6 PT Multi Prima Sejahtera Tbk. -0,0605 0,21261 0,11495 -0,0733 0,0424 0,05436 -0,0109 0,47045 0,13541 0,09435 0,07266 0,0445 0,2683 0,35228 0,32322 0,21791 1,15043 0,67244 7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk. -0,0692 0,03432 -0,0221 0,12825 0,1131 0,08439 0,03486 0,07525 0,00848 0,27498 0,70377 0,32881 0,3954 0,49831 0,55945 0,76433 1,42472 0,95906 8 PT Nipress Tbk. 0,02411 0,02116 0,01352 0,20358 0,1614 0,22756 0,17023 0,07857 0,03992 0,06398 0,04222 0,04165 1,1789 1,39515 1,47534 1,64083 1,69848 1,79799 9
PT Polychem Indonesia Tbk.
0,17013 0,14871 -0,004 -0,1611 -0,1405 -0,2193 -0,1818 0,03223 -0,2653 0,29867 0,28744 0,28717 0,8157 0,92537 1,03594 0,94161 1,25322 0,83459 10
PT Prima Alloy Tbk.
0,03952 0,02391 0,00414 0,04157 0,0497 0,02604 -0,0201 0,02338 -0,1144 0,05295 0,05974 0,05605 1,2554 1,20962 0,73804 1,36928 1,3664 0,70992 11
PT Selamat Sempurna Tbk
0,20531 0,1702 0,19264 0,36293 0,3451 0,36645 0,45666 0,48892 0,47996 0,25231 0,19101 0,17669 1,227 1,27935 1,45294 2,50419 2,47463 2,66869 12
PT Sugi Samapersada Tbk.
0,30398 0,30718 0,63474 -0,0597 0,0021 -0,0443 0,04019 0,32809 0,29978 1,41825 1,21405 3,65077 0,7359 0,97495 0,96905 2,43856 2,82639 5,51009 13 PT Astra International Tbk. -0,0537 0,07695 0,0768 0,27527 0,3122 0,31419 0,27613 0,5201 0,59119 0,01475 0,01474 0,01157 0,9598 1,10269 1,19978 1,4722 2,02669 2,19352 14 PT Astra Otoparts Tbk. 0,13055 0,18847 0,17822 0,38827 0,4361 0,47047 0,39693 0,51922 0,60232 0,15178 0,14793 0,13599 1,1113 1,20892 1,33801 2,17882 2,50067 2,72501 15 PT Goodyear Indonesia Tbk. 0,26125 0,10595 0,10247 0,44735 0,3778 0,21187 0,2503 0,32783 0,02009 0,09918 0,06147 0,02373 2,1556 1,87469 1,2149 3,21365 2,74769 1,57306 16 PT Tunas Ridean Tbk 0,04942 0,04757 0,11871 0,15804 0,1812 0,20896 0,0305 0,23985 0,30458 0,02683 0,02354 0,0229 1,353 1,31625 1,5435 1,61779 1,80842 2,19865 17 PT United Tractor Tbk 0,08623 0,09915 0,15721 0,2624 0,3012 0,24164 0,37523 0,48946 0,52382 0,04532 0,04149 0,03 1,2173 1,39214 1,21883 1,98649 2,32341 2,17149 18
PT Indomobil Sukses Internasional
(3)
Lampiran ix
Tingkat Kebangkrutan Model Altman
Tahun 2006-2008
No
Nama Perusahaan
2006
2007
2008
Nilai Z
Prediksi
Nilai Z
Prediksi
Nilai Z
Predksi
1 PT Gajah Tunggal Tbk.
1,1055
Bangkrut
1,1289
Bangkrut
0,7664
Bangkrut
2 PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
1,5659
Bangkrut
1,7573
Bangkrut
2,59
Rawan Bangkrut
3 PT Indo Kordsa Tbk.
1,8814
Rawan Bangkrut
2,0295
Rawan Bangkrut
2,0907
Rawan Bangkrut
4 PT Indospring Tbk.
0,9062
Bangkrut
1,1643
Bangkrut
1,3274
Bangkrut
5 PT Intraco Penta Tbk.
1,3909
Bangkrut
1,4329
Bangkrut
1,5981
Bangkrut
6 PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
0,2179
Bangkrut
1,1504
Bangkrut
0,6724
Bangkrut
7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
0,7643
Bangkrut
1,4247
Bangkrut
0,9591
Bangkrut
8 PT Nipress Tbk.
1,6408
Bangkrut
1,6985
Bangkrut
1,798
Bangkrut
9 PT Polychem Indonesia Tbk.
0,9416
Bangkrut
1,2532
Bangkrut
0,8346
Bangkrut
10 PT Prima Alloy Tbk.
1,3693
Bangkrut
1,3664
Bangkrut
0,7099
Bangkrut
11 PT Selamat Sempurna Tbk
2,5042
Rawan Bangkrut
2,4746
Rawan Bangkrut
2,6687
Rawan Bangkrut
12 PT Sugi Samapersada Tbk.
2,4386
Rawan Bangkrut
2,8264
Rawan Bangkrut
5,5101
Tidak bangkrut
13 PT Astra International Tbk.
1,4722
Bangkrut
2,0267
Rawan Bangkrut
2,1935
Rawan Bangkrut
14 PT Astra Otoparts Tbk.
2,1788
Rawan Bangkrut
2,5007
Rawan Bangkrut
2,725
Rawan Bangkrut
15 PT Goodyear Indonesia Tbk.
3,2137
Tidak Bangkrut
2,7477
Rawan Bangkrut
1,5731
Bangkrut
16 PT Tunas Ridean Tbk
1,6178
Bangkrut
1,8084
Bangkrut
2,1987
Rawan Bangkrut
17 PT United Tractor Tbk
1,9865
Rawan Bangkrut
2,3234
Rawan Bangkrut
2,1715
Rawan Bangkrut
18 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk.
0,5161
Bangkrut
0,942
Bangkrut
1,5085
Bangkrut
(4)
Lampiran x
Nilai
Cut-Off
Z-Score
Tahun 2006
No
Nama Perusahaan
Z Score
< 1,88
1,88-2,99 > 2,99
1 PT Gajah Tunggal Tbk.
1,1055
2 PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
1,5659
3 PT Indo Kordsa Tbk.
1,8814
4 PT Indospring Tbk.
0,9062
5 PT Intraco Penta Tbk.
1,3909
6 PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
0,2179
7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
0,7643
8 PT Nipress Tbk.
1,6408
9 PT Polychem Indonesia Tbk.
0,9416
10 PT Prima Alloy Tbk.
1,3693
11 PT Selamat Sempurna Tbk
2,5042
12 PT Sugi Samapersada Tbk.
2,4386
13 PT Astra International Tbk.
1,4722
14 PT Astra Otoparts Tbk.
2,1788
15 PT Goodyear Indonesia Tbk.
3,2137
16 PT Tunas Ridean Tbk
1,6178
17 PT United Tractor Tbk
1,9865
(5)
Lampiran xi
Nilai
Cut-Off
Z-Score
Tahun 2007
No
Nama Perusahaan
Z Score
< 1,88
1,88-2,99
> 2,99
1 PT Gajah Tunggal Tbk.
1,1289
2 PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
1,7573
3 PT Indo Kordsa Tbk.
2,0295
4 PT Indospring Tbk.
1,1643
5 PT Intraco Penta Tbk.
1,4329
6 PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
1,1504
7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
1,4247
8 PT Nipress Tbk.
1,6985
9 PT Polychem Indonesia Tbk.
1,2532
10 PT Prima Alloy Tbk.
1,3664
11 PT Selamat Sempurna Tbk
2,4746
12 PT Sugi Samapersada Tbk.
2,8264
13 PT Astra International Tbk.
2,0267
14 PT Astra Otoparts Tbk.
2,5007
15 PT Goodyear Indonesia Tbk.
2,7477
16 PT Tunas Ridean Tbk
1,8084
17 PT United Tractor Tbk
2,3234
(6)