Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Akurasi Peramalan Harga Saham: Pilihan VS Indifferent T2 912013007 BAB IV

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data ARIMA
4.1.1 Uji Stasioneritas
Dalam
korelogram

penelitian

ini

(Autocorrelation

Autocorrelation

Function)

menggunakan
Function


dan

untuk

uji

Partial
menguji

kestasioneran data apakah bersifat non-stasioner
atau stasioner. Berdasarkan hasil uji korelogram 22
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45
dengan

data

harga

penutupan


saham

harian

(Februari 2009 – Januari 2014) dapat dilihat bahwa
semua saham perusahaan menunjukkan data yang
tidak stasioner (Lampiran 1-22). Hal ini ditunjukkan
oleh koefisien ACF yang berbeda secara signifikan
dari nol dan mengecil secara perlahan atau tidak
menurun secara eksponensial, sedangkan koefisien
PACF sudah mendekati nol setelah lag pertama.
Selain itu nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag
ke-36 sangat mendekati nol, yang berarti lebih kecil
dari �.

Ketidakstasioneran data harga saham ini dapat

disebabkan karena pergerakan harga saham pada
43


44

umumnya

memiliki

tren

dan

bergerak

secara

fluktuatif untuk jangka waktu tertentu, sehingga
mean dan variannya juga tidak bersifat konstan.
Untuk

mengatasi


ketidakstasioneran

ini

maka

dilakukan penstasioneran data dari non-stasioner
menjadi stasioner dengan metode transformasi log
dan pembedaan (difference) yang grafiknya dapat
dilihat pada Lampiran 23-66. Berdasarkan grafik
tersebut dapat dilihat bahwa data belum stasioner
baik dalam mean maupun varian, yang ditunjukkan
oleh keacakan data yang tidak menyebar di sekitar
nilai

nol.

Setelah

melakukan


difference

dan

transformasi log dapat dilihat bahwa data harga
saham sudah stasioner baik dalam mean dan varian.

4.1.2 Identifikasi Model (p,d,q)
Setelah

semua

data

sudah

melalui

proses


differencing (semua data sudah stasioner pada saat
difference = 1) maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi model yang diperoleh dari lag yang
signifikan pada plot ACF dan PACF yang telah didifference

(Lampiran

67-88).

Identifikasi

ini

dilakukan dengan uji Bartlett dimana setiap lag pada
plot ACF dan PACF akan berada dalam garis batas
interval (5%), tetapi lag yang melebihi garis batas

45


diidentifikasi sebagai tingkat AR (berdasarkan plot
PACF) dan MA (berdasarkan plot ACF). Lag-lag yang
signifikan dipilih berdasarkan nilai p-value yang
lebih kecil dari 5% yang hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Lag yang Signifikan di 5%

Saham
AALI
ADRO
ASII
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
INTP


Lag
1, 3
1, 3, 4
7
8, 13
4, 8
3, 9, 10
1, 2, 3, 4, 10

Saham
ITMG
JSMR
KLBF
LPKR
LSIP
PGAS
PTBA
SMGR
TLKM
UNTR

UNVR

Lag
1
3, 4
1, 2, 4, 6
3, 4, 15
1, 3, 4, 5, 13
3, 15
3, 5
1, 2

Sumber: Lampiran 67 - Lampiran 88

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tidak semua perusahaan yang tergabung dalam LQ45
memiliki

lag


yang

signifikan.

Terdapat

tujuh

perusahaan yang tidak memiliki lag yang signifikan
yaitu ADRO, ASII, BBRI, INCO, KLBF, LSIP dan
TLKM. Saham ADRO memiliki lag yang signifikan
yaitu pada lag 24, akan tetapi karena nilai pvaluenya lebih dari 5% maka saham ini tidak dapat

46

dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Saham INCO
memiliki volatilitas saham yang cukup tinggi dan
saham ASII, BBRI, KLBF, LSIP, dan TLKM selama
periode pengamatan melakukan stock split yang
menyebabkan volatilitas sahamnya sangat tinggi

antara sebelum dan setelah melakukan stock split,
sehingga

saham-saham

ini

secara

kuantitatif

pergerakan sahamnya tidak terdapat model ARIMA
yang

cocok

untuk

datanya.

Perusahaan

yang

memiliki lag yang signifikan belum dapat dipastikan
memiliki model Arima karena masih harus melalui
beberapa tahapan lainnya. Seperti saham AALI yang
memiliki 2 lag yang signifikan yaitu lag 1(AR=1;
MA(1) dan lag 3(AR=3;MA=3) karena kedua lag ini
yang garisnya berada di luar batas interval (5%) uji
Bartlett,

yang

masih

akan

diuji

lagi

untuk

mengetahui model terbaik dari AALI yang akan
dijadikan model dalam peramalan.

4.1.3 Estimasi Model
Semua lag yang signifikan akan diestimasi mana
yang merupakan model terbaik Arima, yang dipilih
berdasarkan nilai AIC (Akaike Information Criterion),
dan SIC (Schwarz Information Criterion) terkecil, dan
probabilitas di bawah α = 5% (Lampiran 89-103).

47

Model terbaik hasil estimasi untuk setiap saham
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Estimasi Model Arima

Saham
AALI
BBCA
BBNI
BDMN
BMRI
INDF
INTP
ITMG
JSMR
LPKR
PGAS
PTBA
SMGR
UNTR
UNVR

Model
Terbaik
3,1,3
1,1,1
0,1,7
8,1,0
0,1,8
10,1,10
1,1,1
0,1,1
0,1,3
1,1,0
0,1,3
13,1,13
0,1,3
0,1,3
0,1,1

AIC

SIC

-4.679
-4.945
-4.670
-4.359
-4.635
-4.729
-4.235
-4.467
-5.105
-4.622
-4.766
-4.595
-4.786
-4.381
-4.384

-4.667
-4.933
-4.662
-4.351
-4.627
-4.717
-4.223
-4.459
-5.097
-4.614
-4.758
-4.583
-4.778
-4.373
-4.375

Sumber: Lampiran 89 – Lampiran 103

4.1.4 Diagnostic Checking
Langkah selanjutnya adalah menguji model
estimasi apakah model sudah baik untuk digunakan,
jika residualnya bersifat white noise (tidak ada
korelasi serial dalam residual), maka model tersebut
dapat

dikatakan

baik

untuk

digunakan

dalam

peramalan. Untuk mengetahui apakah model bersifat
white noise atau tidak akan diuji melalui korelogram

48

residual ACF dan PACF. Signifikan tidaknya koefisien
ACF dan PACF dilihat melalui uji Ljung-Box (LB).

Tabel 4.3 Diagnostic Checking

0.000530
0.001036
0.001420
0.000579
0.001246
0.001566
0.001234
0.000801

White
Noise
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya

Heterokedastisitas
Ya
Ya
Ya

0,1,3

0.001342

Ya

Ya

1,1,0
0,1,3
13,1,13
0,1,3
0,1,3
0,1,1

0.000158
0.000618
-0.000354
0.001096
0.001104
0.001020

Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya

Ya
Ya
Ya

Saham

Model

AALI
BBCA
BBNI
BDMN
BMRI
INDF
INTP
ITMG

3,1,3
1,1,1
0,1,7
8,1,0
0,1,8
10,1,10
1,1,1
0,1,1

JSMR
LPKR
PGAS
PTBA
SMGR
UNTR
UNVR

Konstanta

Sumber: data diolah

Tabel

4.3

menunjukkan

hasil

diagnostic

checking model setiap saham yang tergabung dalam
LQ45 yang datanya dapat dimodelkan dengan Arima.
Akan tetapi terdapat beberapa model yang tidak
bersifat white noise yaitu AALI, BBCA, BDMN, INDF,
INTP, LPKR, PGAS, dan PTBA, sehingga model ini
tidak dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya.

49

4.1.5 Peramalan
Langkah terakhir yaitu melakukan peramalan
harga saham menggunakan model terbaik untuk
setiap model yang residualnya bersifat white noise.
Tabel 4.4 menunjukkan hasil peramalan dua minggu
ke depan (10 hari) untuk setiap saham yang
tergabung dalam LQ45.

Tabel 4.4 Peramalan dengan ARIMA
Saham

Model

BBNI
BMRI
ITMG
JSMR
SMGR
UNTR
UNVR

0,1,7
0,1,8
0,1,1
0,1,3
0,1,3
0,1,3
0,1,1

Rata-rata Nilai
Aktual
1
2
Minggu Minggu
4,230
4,313

Rata-rata Nilai
Peramalan
1
2
Minggu Minggu
4,383
4,418

Kesalahan
Peramalan (%)
1
2
Minggu Minggu
3.61
3.02

8,645

8,940

8,717

8,774

0.83

1.36

26,920

27,450

26,859

26,967

0.22

1.00

5,063

5,370

5,197

5,232

2.64

2.63

14,360

15,045

14,235

14,299

0.87

3.04

18,270

18,370

19,337

19,446

5.84

5.84

28,160 28,040 28,621
Rata-rata kesalahan peramalan
Sumber: data diolah

28,767

1.63
2.23

2.11
2.71

Berdasarkan tabel di atas, hanya 7 dari total 22
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45
selama 10 periode beturut-turut (2009-2014) yang
sahamnya

dapat

dimodelkan

dengan

Arima.

Peramalan dibagi menjadi dua bagian yaitu 1 Minggu
(5 hari) dan 2 Minggu (10 hari). Saham ITMG

50

memiliki
sedikit

rata-rata

kesalahan

dibandingkan

yang

peramalan

lain

sebesar

paling
1.00%,

sedangkan saham UNTR memiliki kesalahan paling
besar sebesar 5.84% untuk peramalan selama 10
hari. Kesalahan peramalan 1 Minggu lebih kecil
dibandingkan 2 Minggu sehingga dapat dikatakan
semakin lama peramalan maka kesalahannya juga
semakin besar.

4.2 Analisis Data ARCH/GARCH
4.2.1 Uji ARCH-Effect
Syarat suatu data dapat dimodelkan dengan
Arch/Garch

yaitu

yang

mengandung

unsur

heterokedastisitas (Arch-effect), sehingga data setiap
saham yang dipengaruhi oleh variabel inflasi, kurs,
dan BI rate akan diuji masing-masing untuk melihat
apakah datanya bersifat heterokedastis atau tidak.
Pengujian Arch-effect menggunakan uji Arch-LM
yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

51

Tabel 4.5 Pengujian Arch-Effect

Saham
AALI
ADRO
ASII
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
INTP

Uji Arch-LM
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya

Saham
ITMG
JSMR
KLBF
LPKR
LSIP
PGAS
PTBA
SMGR
TLKM
UNTR
UNVR

Uji Arch-LM
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya

Sumber: data diolah

Tabel 4.5 menunjukkan 15 saham yang datanya
bersifat heterokedastis dan 7 saham yang bersifat
homokedastis, seperti ASII, BBRI, BDMN, KLBF,
LPKR, LSIP, dan TLKM. Saham-saham yang tidak
bersifat

heterokedastis

ini

residualnya

tidak

memenuhi syarat dalam pemodelan Arch/Garch
sehingga

tidak

dapat

dilanjutkan

ke

tahapan

parameter

model

berikutnya.

4.2.2 Estimasi Model
Untuk

mengestimasi

Arch/Garch digunakan metode estimasi maksimum
likehood.

Pemilihan

model

terbaik

berdasarkan

signifikansi (5%) model dan nilai AIC dan SIC

52

terkecil. Hasil estimasi model Arch/Garch dapat
dlihat pada Tabel 4.6 (Lampiran 104-115).

Tabel 4.6 Estimasi Model Garch

Saham
AALI
ADRO
BBCA
BBNI
BMRI
INCO
INDF
INTP
ITMG
JSMR
PGAS
PTBA
SMGR
UNTR
UNVR

Model Terbaik
(p,q)
Garch (1,0)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (2,1)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch(1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,2)
Garch (1,1)
Garch (2,0)

AIC

SIC

-4.713
-4.481
-5.031
-4.896
-4.783
-4,397
-4.902
-4.551
-4.590
-5.198
-4.945
-4.773
-4.902
-4.546
-4.828

-4.689
-4.452
-4.998
-4.863
-4.751
-4.369
-4.870
-4.519
-4.561
-5.170
-4.917
-4.745
-4.869
-4.518
-4.799

Sumber: Lampiran 104 – Lampiran 117

4.2.3 Uji Diagnostik Residual
Setelah ditemukan model hasil estimasi, maka
akan

dilakukan

diagnostik

residual

untuk

mengetahui apakah model yang ditemukan sudah
tidak mengandung Arch-effect (homokedastis), yang
dapat dilihat pada Tabel 4.7.

53

Tabel 4.7 Uji Diagnostik Residual

Saham
AALI
ADRO
BBCA
BBNI
BMRI
INCO
INDF
INTP
ITMG
JSMR
PGAS
PTBA
SMGR
UNTR
UNVR

Model
Terbaik
(p,q)
Garch (1,0)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch (2,1)
Garch (1,2)
Garch (1,2)
Garch(1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,1)
Garch (1,2)
Garch (1,1)
Garch (2,0)

Uji
ArchLM
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas

Uji
Autokorelasi
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui semua
model sudah tidak mengandung heterokedastisitas,
namun masih terdapat beberapa model saham yang
residualnya

terdapat

korelasi.

Kemudian

model-

model tersebut akan dilanjutkan untuk tahapan
selanjutnya yaitu peramalan.

4.2.4 Peramalan
Peramalan dilakukan untuk setiap saham yang
modelnya sudah tidak bersifat heterokedastis. Tabel

54

4.8 menunjukkan hasil peramalan dua minggu ke
depan (10 hari) untuk setiap saham yang tergabung
dalam LQ45.
Tabel 4.8 Peramalan dengan Arch/Garch
Saham

Model

AALI
ADRO
BBCA
BBNI
BMRI
INCO
INDF
INTP
ITMG
JSMR
PGAS
PTBA
SMGR
UNTR
UNVR

(1,0)
(1,2)
(1,2)
(1,2)
(1,2)
(2,1)
(1,2)
(1,2)
(1,1)
(1,1)
(1,1)
(1,1)
(1,2)
(1,1)
(2,0)

Rata-rata Nilai
Aktual
1
2
Minggu Minggu
21,710 23,070

Rata-rata Nilai
Peramalan
1
2
Minggu Minggu
21,628
21806

Kesalahan
Peramalan (%)
1
2
Minggu Minggu
0.38
3.08

905

935

953

960

5.30

3.98

10,005

10,225

10,002

10,111

0.03

0.57

4,230

4,313

4,359

4,410

3.05

2.65

8,645

8,940

8,779

8,917

1.55

0.90

2,336

2,507

2,321

2,335

0.64

4.00

6,940

6,985

7,017

7,105

1.10

1.40

21,265

22,145

22,624

23,016

6.39

5.16

26,920

27,450

26,984

27,378

0.23

0.24

5,063

5,370

5,188

5,235

2.47

2.52

4,803

4,830

4,775

4,823

0.58

0.36

9,385

9,341

9,338

9,399

0.50

0.56

14,360

15,045

14,295

14,475

0.45

2.19

18,270

18,370

19,525

19,815

6.87

7.36

28,160 28,040 28,723
Rata-rata kesalahan peramalan
Sumber: data diolah

28,999

1.99
2.10

2.70
2.51

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa
saham ITMG memiliki rata-rata kesalahan paling
sedikit yaitu sebesar 0.24% dibandingkan yang lain,
sedangkan

saham

UNTR

memiliki

rata-rata

kesalahan paling besar yaitu sebesar 7.36% untuk

55

periode peramalan selama 10 hari. Semakin lama
peramalan maka tingkat kesalahannya akan semakin
besar yang ditunjukkan oleh tingkat kesalahan
peramalan selama 2 Minggu (10 hari) yang lebih
besar dibandingkan peramalan 1 Minggu (5 hari).
4.3 Perbandingan Akurasi
Untuk mengetahui tingkat keakuratan masingmasing teknik analisis, mana yang lebih baik dalam
memprediksi

harga

saham

apakah

Arima

atau

Arch/Garch dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Perbandingan Akurasi Arima dan Arch/Garch

Saham
BBNI
BMRI
ITMG
JSMR
SMGR
UNTR
UNVR
Rata-rata

1 Minggu (%)
Arima Arch/Garch
3.61
3.05
0.83
1.55
0.22
0.23
2.64
2.47
0.87
0.45
5.84
6.87
1.63
1.99
2.23
2.37

2 Minggu (%)
Arima Arch/Garch
3.02
2.65
1.36
0.90
1.00
0.24
2.63
2.52
3.04
2.19
5.84
7.36
2.11
2.70
2.71
2.65

Sumber: Tabel 4.4 dan Tabel 4.8

Berdasarkan

hasil

analisa

di

atas,

hanya

terdapat tujuh dari total 22 saham yang menjadi
objek penelitian selama periode 2009 – 2013 yang

56

dapat dimodelkan dengan Arima, dan terdapat 15
saham yang dapat dimodelkan dengan Arch/Garch,
sehingga

hanya

tujuh

perusahaan

yang

dapat

dibandingkan tingkat keakuratannya menggunakan
Arima dan Arch/Garch, yaitu BBNI, BMRI, ITMG,
JSMR, SMGR, UNTR, UNVR.
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa untuk
peramalan 1 Minggu (5 hari)

kesalahan prediksi

Arima lebih sedikit dibandingkan Arch/Garch dengan
selisih 0.14%, kemudian untuk peramalan 2 Minggu
(10 hari) Arch/Garch lebih unggul dengan selisih
0.06%

dibandingkan

Arima,

sehingga

untuk

peramalan harga saham dengan periode selama 10
hari Arch/Garch memiliki tingkat kesalahan yang
lebih kecil dibandingkan Arima.
Pemodelan

menggunakan

Arima

dan

Arch/Garch, tidak ditemukan model umum yang
cocok untuk meramal karakteristik pergerakan harga
saham yang mencakup seluruh saham LQ45.

4.4 Pengukuran Variabel untuk Analisis Arch/
Garch
Pengaruh

setiap

variabel

independen

yang

digunakan yaitu inflasi, kurs, dan BI rate, terhadap

57

harga setiap saham yang tergabung dalam Indeks
LQ45 dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Variabel yang Mempengaruhi Saham LQ45
Variabel
Uji-t
Inflasi
Kurs
- 0.010*
- 0.000*
- 0.000*
- 0.012*
- 0.000*
- 0.000*
- 0.016*
- 0.000*
- 0.008**
- 0.000*
- 0.000*
- 0.000*
- 0.000*

Sektor

Saham

Model
Garch

Pertanian

AALI
ADRO
INCO
ITMG
PTBA
BBCA
BBNI
BMRI
INDF

(1,0)
(1,2)
(2,1)
(1,1)
(1,1)
(1,2)
(1,2)
(1,2)
(1,2)

UNVR

(2,0)

-

- 0.000**

0.001*

INTP
SMGR

(1,2)
(1,2)

-

- 0.000*
- 0.000*

0.001*
0.001**

JSMR

(1,1)

-

- 0.000*

0.001**

(1,1)

-

- 0.000*

-

(1,1)

-

- 0.000*

0.002*

Pertambangan

Keuangan
Industri
Barang dan
Konsumsi
Industri Dasar
dan Kimia
Infrastruktur,
Utilitas, dan
Transportasi

PGAS
Perdagangan
Jasa dan
UNTR
Investasi
Sumber
: data diolah

Uji F
0.001*
0.001*

Keterangan : * sig. pada nilai kritis 1%, ** sig. pada nilai kritis 5%

Secara umum hasil uji F menunjukkan bahwa
variabel inflasi, kurs USD, dan suku bunga BI
berpengaruh

secara

simultan

dan

signifikan

terhadap beberapa saham LQ45 seperti BMRI, INDF,
INTP, JSMR, SMGR, UNTR dan UNVR. Kemudian

58

hasil uji t menunjukkan variabel inflasi signifikan
terhadap saham AALI, BBNI, INCO, dan PTBA, serta
variabel kurs berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap seluruh saham yang tergabung dalam
LQ45, yang berarti peningkatan kurs USD (dalam hal
ini Rupiah mengalami depresiasi) akan menyebabkan
saham-saham

LQ45

melemah.

Hal

ini

memungkinkan adanya pengalihan investasi karena
investor akan lebih memilih menanamkan modalnya
di luar negeri. Variabel BI rate tidak berpengaruh
terhadap semua saham yang tergabung dalam LQ45.

4.5 Pembahasan
Kemampuan Arima dalam meramal pergerakan
harga saham dapat dilihat dari setiap tahapan yang
harus dipenuhi mulai dari penstasioneran data,
identifikasi

model,

estimasi

model,

diagnostic

checking, sampai pada akhirnya didapatkan model
terbaik untuk setiap saham yang akan digunakan
dalam peramalan. Berdasarkan uji ACF dan PACF
semua

data

harga

ketidakstasioneran,

hal

saham
ini

menunjukkan

disebabkan

karena

pergerakan harga saham pada umumnya memiliki
tren dan bergerak secara fluktuatif untuk jangka
waktu tertentu, sehingga penggunaan Arima tepat

59

untuk meramal pergerakan data yang bersifat tren
sebagaimana

pergerakan

harga

saham.

Hasil

identifikasi model menunjukkan bahwa dari 22
sampel saham terdapat 7 saham yang tidak memiliki
lag

yang

disebabkan
pengamatan

signifikan.
karena

Ketidaksignifikan
ternyata

beberapa

selama

saham-saham

lag

ini

periode
tersebut

melakukan stock split yang menyebabkan volatilitas
sahamnya cukup tinggi sehingga tidak terdapat
model Arima yang cocok untuk datanya.
Identifikasi lag yang signifikan ini berdasarkan
model AR(p) yang menggunakan data harga saham
dan MA(q) yang memanfaatkan residual harga saham
dengan lag tertentu, sehingga kombinasi dari lag p
dan q akan semakin memungkinkan terdapat model
yang cocok dengan data yang diolah. Model terbaik
dipilih berdasarkan nilai AIC dan SIC terkecil karena
AIC dan SIC merupakan kriteria yang menyediakan
ukuran

informasi

yang

dapat

menyeimbangkan

ukuran kebaikan model dan efisiensi. Berdasarkan
tahap diagnostic checking ditemukan 8 saham yang
modelnya tidak bersifat white noise, karena di dalam
residual modelnya masih terdapat korelasi, sehingga
model tersebut tidak layak digunakan. Tahapan
terakhir yaitu peramalan, dimana hasil peramalan

60

menunjukkan terdapat 7 saham dari total 22 sampel
saham yang dapat melalui semua tahapan peramalan
menggunakan Arima, dengan rata-rata kesalahan
Arima dibandingkan nilai aktulanya selama 2 Minggu
(10 hari) sebesar 2.71%.
Pemanfaatkan data historis pada Arima didasari
pada asumsi bahwa pelaku pasar bertindak logis
dalam

melakukan

investasi

dengan

tujuan

memperoleh keuntungan dan bersikap menghindari
resiko, sehingga pergerakan harga saham memiliki
keteraturan sehingga tidak terjadi fluktuasi yang
tinggi yang disebabkan oleh abnormal return. Apabila
tidak ada faktor eksternal yang mempengaruhi harga
saham maka harga saham akan berada pada pola
keseimbangan

tertentu

untuk

setiap

saham.

Sebaliknya jika faktor-faktor eksternal dimasukkan
maka akan merubah pola keseimbangan lama dan
akan berada pada pola keseimbangan baru (Mulyono,
2000).
Volatilitas pasar modal di negara berkembang
umumnya lebih tinggi dibandingkan pasar modal di
negara maju (Bekaert dan Harvey, 1997; Wang,
2007), sehingga Arch/Garch tepat digunakan untuk
meramalkan pergerakan saham di Indonesia, karena
ini memanfaatkan heterokedastisitas dari data yang

61

akan digunakan untuk membentuk sebuah model
yang dapat digunakan untuk meramal harga saham
di masa mendatang. Harga saham bukan hanya
dipengaruhi oleh harga saham sebelumnya tetapi
juga oleh faktor eksternal, seperti kurs, inflasi dan BI
rate yang merupakan beberapa indikator yang dapat
mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara,
dimana indikator tersebut berkaitan dengan pasar
modal.

Krisis

ekonomi

yang

ditandai

meningkatnya kurs, inflasi, dan BI

dengan

rate

dapat

mengakibatkan harga saham menurun.
Kemampuan

Arch/Garch

dalam

meramal

pergerakan harga saham dapat dilihat dari setiap
tahapan yang harus dipenuhi mulai dari pengujian
Arch-Effect

(heterokedastisitas),

estimasi

model,

diagnostik residual, hingga ke tahapan peramalan.
Berdasarkan hasil pengujian Arch-Effect ditemukan
bahwa terdapat 7 saham yang tidak mengandung
heterokedastisitas. Heterokedastisitas terjadi karena
adanya volatilitas yang tinggi dalam data, sebaliknya
data

yang

tidak

mengandung

heterokedastisitas

berarti datanya memiliki volatilitas yang cukup
stabil,

sehingga

data

yang

tidak

mengandung

heterokedastisitas tidak dapat dimodelkan dengan
Arch/Garch. Saham yang tidak lulus uji Arch-effect

62

yaitu ASII, BBRI, BDMN, KLBF, LPKR, LSIP, dan
TLKM. Saham-saham ini belum tentu memiliki data
yang homokedastik dikarenakan saham ASII, BBRI,
KLBF, LSIP, dan TLKM melakukan stock split, saham
BDMN mengalami kenaikan dan penurunan harga
yang drastis karena adanya isu akuisisi, dan saham
LPKR

yang

mengumumkan

rencana

right issue

menyebabkan volatilitas yang signifikan pada saat
tertentu selama periode pengamatan, sehingga ada
kemungkinan karena perbedaan harga saham yang
berbeda cukup signifikan dengan hari-hari lainnya
menyebabkan

saham

tersebut

tidak

dapat

dimodelkan dengan Arch/Garch.
Estimasi model terbaik dipilih berdasarkan nilai
AIC dan SIC terkecil, kemudian model terbaik
tersebut di uji lagi apakah sudah tidak mengandung
heterokedastisitas
diagnostik

atau

residual.

peramalan,
menunjukkan
dibandingkan

dimana
tingkat
nilai

tidak

Tahapan
hasil

pada
terakhir

yaitu

peramalannya

keakuratannya
aktual

tahapan

sebesar

yang
2.51%.

Kemampuan Arima dan Arch/Garch dalam meramal
pergerakan harga saham juga dibuktikan oleh hasil
penelian yang dilakukan oleh Mulyono (2000), Yani
(2004), Sadeq (2008), dan Marvilia (2013).

63

Perbandingan peramalan dengan Arima dan
Arch/Garch menunjukkan bahwa Arch/Garch lebih
akurat

dibandingkan

disebabkan

karena

Arima.
volatilitas

Hasil

ini

dapat

pasar

modal

di

Indonesia cukup tinggi yang menyebabkan data
harga

saham

mengandung

heterokedastisitas,

sehingga yang tepat digunakan untuk mengatasi
adanya heterokedastisitas yaitu Arch/Garch. Hasil
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nachrowi (2007), Murwaningsari (2008), Grestandhi
(2012), dan Nugroho (2012) yang hasil penelitiannya
menyatakan bahwa Arima lebih akurat dibandingkan
Arch/Garch.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan periode
data, variabel yang digunakan, dan jangka waktu
peramalan karena peneliti terdahulu hanya meramal
pergerakan

saham

selama

1

hari

ke

depan

sedangkan dalam penelitian ini selama 2 minggu (10
hari). Keakuratan Arch/Garch juga disebabkan oleh
karena semua saham yang dimodelkan dengan Arima
volatilitasnya masih cukup tinggi atau dengan kata
lain masih mengandung heterokedastisitas yang
menyebabkan keakuratan peramalannya lebih kecil
dibandingkan Arch/Garch, sehingga seperti kata
Engle (2001) yang menyebutkan bahwa ketika suatu

64

data

mengandung

keakuratan

hasil

heterokedastisitas

peramalan

akan

maka

sulit

untuk

dipercaya, dan Arch/Garch merupakan yang tepat
digunakan

untuk

mengatasi

masalah

heterokedastisitas. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian Sparks dan Yurova (2006), Yaziz et
al. (2009), Fahimifard et al. (2009) dimana dalam
peramalannya

menunjukkan

bahwa

lebih akurat dibandingkan Arima.

Arch/Garch