Jurnal Pengaruh Model Pembelajaran Koope

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGANALISA
RANGKAIAN LISTRIK DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL
SISWA
(Eksperimen Di SMK Kr. 1 Tomohon)
Oleh:
Alfando R. Rorong (08 311 110)
alfando.rorong@yahoo.co.id
http://alfandoriskirorong.wordpress.com
Di Bimbing Oleh:
Drs. Ir. R. V. Palilingan, ST. M.Eng
Drs. H. E. Polii, ST. M.Si
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Manado
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat menanalisa
rangkaian listrik dengan mengontrol kemampuan awal siswa di SMK Kr. 1 Tomohon.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan
disain true experiment design menggunakan rancangan Pretest-Posttest Control Group
Design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian

berupa tes hasil belajar menganalisa rangkaian listrik dan instrument tes kemampuan
awal siswa.
Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis kovarian
(ANAKOVA) satu arah. Dari Hasil perhitungan, menunjukan FHitung > FTabel, yaitu 27.524
> 6.99 dengan α 0.01. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari
pada kelompok siswa yang diberi model pembelajaran konvensional, atau dengan kata
lain, model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa pada mata diklat menganalisa rangkaian listrik setelah mengontrol
kemampuan awal siswa.
Melalui penelitian ini, dianjurkan pada guru untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi yang sesuai dengan juga
mempertimbangkan kemampuan awal siswa tentang materi yang relevan.
Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Kemampuan Awal
Siswa, Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listik.
A. PENDAHULUAN

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

Masalah pendidikan pada masa sekarang ini sudah menjadi permasalah global

karena manusia sadar, tanpa pendidikan maka tidak ada kemajuan yang berarti dalam
menapaki hidup dan kehidupan. Pendidikan yang baik pastilah memberikan konstribusi
yang besar untuk kemajuan suatu bangsa dan Negara. Khususnya untuk Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia sekarang ini. Sudah banyak upaya-upaya
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Seperti kita tahu,
pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan kompetensi guru, pemerataan
pendidikan dan penunjang untuk sarana dan prasarana, namun masih bersifat umum dan
belum banyak menyentuh hal-hal yang berhubungan langsung didalam kelas.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional dikatakan SMK memiliki kedudukan yang sangat strategis untuk
menunjang pembangunan. Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah suatu lembaga
pendidikan formal yang bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.1
Maka untuk mencapai itu, diperlukan sinergritas antara pemerintah, masyarakat,
tenaga kependidikan dan peserta didik itu sendiri untuk mencapai tujuan yang dimaksud
diatas. Namun, dalam mencapainya, masih terdapat kesenjangan-kesenjangan yang
nyata, sehingga tujuan yang dimaksud tertunda. Salah satu kesejangan itu adalah dalam
pembelajaran pendidikan formal dewasa ini masih banyak siswa yang mendapat nilai
hasil belajar yang rendah dan tidak tuntas pada mata diklat tertentu karena tidak

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan. Khususnya dalam mata
diklat menganalisa rangkaian listrik yang merupakan mata diklat yang penting karena
merupakan dasar bagi kelanjutan mata-mata diklat lainnya yang merupakan spesifikasi
program keahlian teknik instalasi tenaga listrik (TITL) sehingga diharapkan hasil belajar
siswa pada mata diklat ini dapat mencapai KKM untuk dasar keilmuan ke tahapan yang
lebih tinggi nantinya.
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:2
1. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor intern terdiri dari; (1) faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), dan (2)
faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan)
2. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu, yang terdiri dari; (1) faktor
keluarga, (2) faktor sekolah, dan (3) faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Selain faktor-faktor diatas, dari hasil observasi dilapangan sewaktu penulis
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), penulis memperhatikan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Penulis melihat sebab dari rendahnya
1
2


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), p. 10.

1

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

hasil belajar siswa, diantaranya adalah; (1) proses pembelajaran masih didominasi oleh
guru (teacher centered) dengan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan potensi siswa itu sendiri secara mandiri ataupun kelompok, (2) relasi
siswa dengan siswa yang bersifat kompetitif, (3) model pembelajaran konvensional
selalu mendominasi, dan (4) motivasi siswa yang rendah.
Walaupun pada saat ini pelaksanaan pembelajaran telah menggunakan KTSP,
tetapi dalam prakteknya guru masih saja menggunakan strategi pembelajaran yang
bersifat konvensional. Pembelajaran masih didominasi metode ceramah dan pemberian
tugas. Siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, tidak dilatih untuk menggali dan
mengolah informasi, mengambil keputusan secara tepat dan memecahkan masalah.
Siswa juga kurang dilatih untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga

siswa hanya sebagai penerima informasi dan membuat kecakapan berpikir siswa rendah
atau dengan kata lain pembelajaran kurang bermakna.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, bahwa proses pembelajaran
yang diharapkan pemerintah dan pemerhati di bidang pendidikan adalah; (a) belajar
untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk
memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secaa
efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta dapat menciptakan suasana hubungan peserta
didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai akrab, terbuka, dan hangat,
dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mengun karsa, ing ngarsa sung tulada
(di belakang memberikan saya dan kekuatan, di tengah membangun semangat sdan
prakasra, di depan memberikan contoh dan teladan).3
Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, maka diperlukan alternatif yang
dapat memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa, misalnya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dimana siswa
dibentuk kedalam beberapa kelompok kecil dan bekerja bersama-sama dalam mencapai
tujuan pembelajaran dengan semua potensi yang ada pada masing-masing individu
dalam kelompok.
Menurut Ibrahim, memberdayakan kemampuan akademik berbeda dapat

dilakukan melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas dapat
menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi dalam hal ini mendapat bantuan khusus
dari teman sebaya, sehingga hasil belajar akan meningkat bagi semua siswa dalam
kelas.4 Trianto, pembelajaran kooperatif (cooperative learning), muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar
Kompetensi Kelulusan.
4 Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: UNESA Universitas Press, 2000), p. 14.
3

2

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

3

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.5
Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama
dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dengan mengerjakan secara
bersama-sama, siswa dapat berbagi pengetahuan dan siswa yang dulunya belum tahu
akan menjadi tahu ketika pembelajaran kooperatif ini diterapkan.
Beberapa buku yang berisi tentang model-model pembelajaran dan pengajaran
yang berorientasi pada pendekatan kontruktivis yang dianggap efektif dan inovatif
diantaranya adalah; (1) model pembelajaran langsung (Direct Instruction), (2) Model
pembelajaran kooperatif (Cooperative learning), dan (3) model pembelajaran
berdasarkan masalah (Problem Solving). Adapun model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) terdiri dari beberapa tipe antara lain; (a) tipe Student Team
Achievement Division (STAD), (b) tipe Team Games Tornament (TGT), (c) tipe Team
Assisted Individualization (TAI), (d) tipe Number Heads Together (NHT), (e) tipe Skrip,
(f) tipe Group Investigation (GI).
Menurut Trianto, Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) adalah model pembelajaran dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang siswa secara
heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.6
Meningkatnya hasil belajar, diperlukan berbagai strategi yang dapat dipadukan
antara lain dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melalui pengetahuan

akan kemampuan awal siswa, sehinga dapat menambah wawasan pendidik untuk
menyesuaikan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai.
Kemampuan tiap orang adalah berbeda-beda, demikian juga dalam proses
pembelajaran yang melibatkan siswa, karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda pula, baik secara intelegensi, kreatifitas, penalaran dan lain-lain. Sebagai
seorang pendidik, guru seharusnya tahu akan keadaan awal para peserta didik atau siswa
sebelum melakukan proses belajar mengajar, untuk memperlancar dan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Karena dengan mengetahui kemampuan awal
siswa, guru bisa menelaah kembali apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran yang telah ditetapkan untuk menjadi patokan
dilangsungkannya pembelajaran yang baik yang dikolaborasikan dengan model
pembelajaran yang dapat memberdayakan kemampuan akademik berbeda dari siswa,
sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal.
Suprijono, (2009:43) salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa adalah apa yang telah diketahui oleh peserta didik, karena
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktifistik.
Prestasi Pustaka, 2007), p. 41.
6 Ibid. 52.
5


(Jakarta:

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

konstruksi pengetahuan tidak berangkat dari “pikiran kosong” (blank mind)
pengetahuan ini disebut dengan pengetahuan awal/dasar (prior knowledge).7
Maka dari itu, diperlukan alternatif yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar,
diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan juga
melalui pengetahuan akan kemampuan awal siswa itu sendiri, untuk memperlancar dan
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen, dengan design true experiment design menggunakan rancangan PretestPosttest Control Group Design8, dimana dalam rancangan ini, terdapat dua kelompok
yang dipilih secara random yaitu kelompok eksperimen (kelas XTITL 1 dengan jumlah
siswa 38 orang) yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan kelompok kontrol (kelas XTITL 2 dengan jumlah siswa 38 orang) yang
mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional. Dengan rancangan seperti yang
digambarkan dibawah ini.

Rancangan Pretest-Posttest

Control Group Design

Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar). p. 43
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2011). p. 112
7

4

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memaparkan hasil belajar
menganalisa rangkaian listrik siswa yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, serta skor kemampuan awal siswa
yang diperoleh. Pada Tabel dibawah ini, akan menyajikan rekapitulasi skor kemampuan
awal siswa dan hasil belajar menganalisa rangkaian listrik siswa.


Selanjutnya, data yang diperoleh dideskripsikan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dan histogram sebagai berikut:
a. Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listrik Kelompok Eksperimen
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listrik Kelompok Siswa
Yang Diberi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Histogram Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listrik Kelompok Siswa Yang Diberi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

5

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

b. Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen.
Distribusi Frekuensi kemampuan awal Kelompok Siswa Yang Diberi Model
Pembelajaran Kooperatif STAD

Histogram Kemampuan Awal Kelompok Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD

c. Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listrik Kelompok Kontrol
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Menganalisa Rangkaian Listrik Kelompok Siswa
Yang Diberi Model Pembelajaran Konvensional

6

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

Histogram Skor Hasil Belajar Kelompok Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran
Konvensional

d. Kemampuan Awal Siswa Kelompok Kontrol
Distribusi Frekuensi skor kemampuan awal kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran konvensional

Histogram Skor Kemampuan Awal Kelompok Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran
Konvensional

7

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

2. UJI PERSYARATAN ANALISIS
Uji persyaratan analisis dalam penelitian ini adalah; (1) Uji Normalitas, (2) Uji
Homogenitas, (3) Uji Linearitas Regresi, dan (4) uji kesejajaran dua model regresi.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk semua kelompok diperoleh
nilai L0 < Ltabel pada taraf signifikan α = 0,05, sehingga menerima H0. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji Liliefors dapat dilihat pada tabel
berikut.
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Penelitian

2. Uji Homogenitas
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

3. Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas regresi dilakukan untuk menguji kelinearan kemampuan awal
siswa (X) dan Hasil belajar menganalisa rangkaian listrik (Y) yang merupakan salah
satu syarat dalam pengujian signifikansi dalam uji regresi. Uji linearitas dalam
penelitian ini adalah menguji linearitas regresi antara kemampuan awal (X 1) dan hasil
belajar menganalisa rangkaian listrik (Y1) kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa
yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan uji linearitas regresi antara
kemampuan awal (X2) dan hasil belajar menganalisa rangkaian listrik (Y2) kelompok

8

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

kontrol yaitu kelompok siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Hasil
perhitungan yang didapat bisa dilihat pada tabel sebagai berikut.
Ringkasan Uji Linearitas Regresi

* Signifikan dengan α 0.01
** Signifikan dengan α 0.05
4. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi
Uji Kesejajaran dua model regresi pada penelitian ini bertujuan untuk menguji
kesejajaran model regresi untuk kelompok eksperimen dan model regresi kelompok
kontrol. Hasil perhitungan yang diperoleh FHitung = 0.857 sedangkan FTabel = 3.97. maka
kesimpulannya kedua model regresi adalah sejajar.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis kovarian
(Anakova). Teknik analisis kovarian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada
mata diklat menganalisa rangkaian listrik, setelah mengontrol kemampuan awal siswa.
Dengan Hipotesis:

Hipotesis Statistik:
H0
:
μ =μ
1

H1

:

2

μ1 > μ2

Ringkasan Anakova

Keterangan
JK : Jumlah Kuadrat
db : Derajat Bebas
KT : Kuadrat Tengah

9

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

Fo : F Observasi / F Hitung
FT : F Tabel
Output SPSS Untuk Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis nol (Null Hypothesis)
yaitu H0 ditolak dan menerima H1 (Alternative Hypothesis) dengan perhitungan secara
manual diperoleh FHitung sebesar 27.524 dengan db (1,73) α 0.01 diperoleh F Tabel α 0.01 =
6.99 dan α 0.05 = 3.97. hasil yang sama juga diperoleh dengan menggunakan program
komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) seperti pata tabel 4.10,
Kolom F Baris GROUP, diperoleh data 27.542 dengan Sig = 0.00 yang berarti sangat
signifikan. Ternyata FHitung lebih besar dari FTabel maka kesimpulannya adalah hasil
belajar kelompok siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
tinggi dari pada hasil belajar kelompok siswa yang diberi model pembelajaran
konvensional setelah mengontrol kemampuan awal siswa atau dengan kata lain, terdapat
pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar pada
mata diklat menganalisa rangkaian listrik setelah mengontrol kemampuan awal siswa.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dengan diterimanya H1, berarti penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam mata diklat menganalisa rangkaian listrik berpengaruh positif terhadap
hasil belajar menganalisa rangkaian listrik itu sendiri setelah mengontrol kemampuan
awal siswa. Dibuktikan dengan perhitungan F Hitung 27.524 dan signifikan pada α 0.01
yaitu 6.99.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah perbedaan
pengalaman belajar antara kelompok eksperimen yang diberikan model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional kepada kelompok
kontrol. Dalam kelompok kooperatif tipe STAD, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok kecil secara heterogen baik suku, agama, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi bahwa siswa bisa bekerja bersama-sama,
mengerjakan tugas yang diberikan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami
materi tersebut dan menyelesaikan tugasnya.9 Trianto, mengemukakan pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. 10 Melihat apa
David W. Jhonson, Roger T. Jhonson, Edythe J. Holubec, Cooperative Learning Strategi
Pembelajaran Untuk Sukses Bersama, Terjemahan Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media,
2010), p. 4.
10 Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), p. 41.
9

10

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

yang dikemukakan Jhonson Dkk., dan Trianto, dan melihat keadaan pada saat penulis
mengajar, ada siswa yang cenderung malu dan takut bertanya tentang materi yang
belum dimengertinya kepada penulis atau pun guru yang mengajar. Tapi setelah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan, dan kelima unsur dalam pembelajaran
kooperatif bisa berjalan dengan baik, yaitu; (1) Saling ketergantungan positif (Positive
interdependence), (2) Tanggungjawab perorangan (personal responsibility), (3) interaksi
promotif (face to face promotive interaction), (4) komunikasi antar anggota
(interpersonal skill), (5) pemrosesan kelompok (group processing). Siswa bisa
meningkatkan hubungan sosialnya, siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat karena
mereka tidak malu untuk bertanya kepada teman sejawatnya dalam kelompok.
Dalam pembagian kelompok kecil pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD secara heterogen, perlu diperhatikan akan kemampuan awal siswa karena
kemampuan awal siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. kemampuan
awal siswa yang diketahui sebelum memulai pembelajaran, bisa membantu penulis
untuk membagi kelompok. Tujuannya untuk menghindari kejenuhan dari siswa yang
sebelumnya tahu tentang materi yang akan diajarkan dan membantu siswa yang belum
tahu atau sedikit tahu tentang materi yang diajarkan melalui pengelompokkan yang
dibentuk. Dengan kata lain, kelompok dibentuk agar seimbang campuran antara siswa
yang “tahu banyak” dan “tahu sedikit”.
Dari kedua analisis yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
hasil belajar kelompok siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih tinggi dari pada hasil belajar kelompok siswa yang diberi model pembelajaran
konvensional setelah mengontrol kemampuan awal siswa atau dengan kata lain, terdapat
pengaruh yang positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
pada mata diklat menganalisa rangkaian listrik setelah mengontrol kemampuan awal
siswa.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,, maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
siswa pada mata diklat menganalisa rangkaian listrik setelah mengontrol kemampuan
awal siswa. Dari analisis data deskriptif diperoleh rata-rata hasil belajar menganalisa
rangkaian listrik untuk kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 72.79 dengan presentase 28.95% siswa
memperoleh nilai rata-rata, 36.84% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata dan 34.21%
siswa dibawah rata-rata.. Sedangkan untuk kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa
yang diberi model pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata hasil belajar
menganalisa rangkaian listrik 65.92 dengan presentase 18,42% siswa memperoleh nilai
rata-rata, 42.11% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata, dan 39.47% siswa
memperoleh nilai di bawah rata-rata.
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD memberi pengaruh yang positif terhadap hasil belajar mata diklat menganalisa
rangkaian listrik setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Dimana kelompok
eksperimen memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada model pembelajaran
konvensional.

11

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

Dengan memperhatikan kesimpulan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Pertama, diharapkan agar sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, guru
hendaknya memberikan tes akan kemampuan awal siswa, untuk mengetahui sampai
dimana materi yang akan dipelajari telah diketahui oleh siswa.
2. Kedua, diharapkan guru mata diklat menganalisa rangkaian listrik dapat merasakan
dan memiliki kepekaan terhadap peningkatan pembelajaran dengan menggunakan
inovasi-inovasi model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan hasil
belajar dalam mata diklat menganalisa rangkaian listrik, serta dapat memahami
betul kemampuan awal siswa yang juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Ketiga, kepada siswa diharapkan agar lebih meningkatkan kemampuan dalam
menyerap materi pembelajaran mata diklat menganalisa rangkaian listrik.
4. Keempat, kepada pihak sekolah dapat menyiapkan dan menyediakan sarana dan
prasarana dalam menunjang proses pembelajaran.
5. Kelima, kepada pihak Dinas Pendidikan agar dapat memfasilitasi para guru untuk
mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi lewat memberikan kesempatan guru
untuk melanjutkan studi, mengikuti seminar-seminar, atau workshop dalam upaya
untuk menyelaraskan dengan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta keinginan stakeholders.
6. Keenam, penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan
peneliti lain mengadakan penelitian lanjutan dengan jangkauan yang lebih luas
untuk mengkaitan dengan model pembelajaran yang lain yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar menganalisa rangkaian listrik atau mata diklat yang lain,
walaupun disadari bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang cocok untuk
semua mata pelajaran, dan cocok untuk semua materi pelajaran, serta masih banyak
faktor kovariat yang lain, yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

12

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah A. M. I., “Hasil dan Prestasi Belajar” http://www.spesialistorch,com/conten/view/12 (Diakses 11 Juni 2012).
Al-kadiri, Nizar.
“Kemampuan Awal Siswa”.
http://edukasi.kompasiana.
com/2009/12/22%20/kemampuan-awal-siswa/ (Diakses 21 Juni 2012).
Bloom. Benyamin, “Human Characteristik and School Learning”. New York:
McGraw-Hill Book Company, 1976.
Carapedia,
“Pengertian
&
Definisi Analisis”.
http://carapedia.com/peng
ertian/definisianalisis_info2056.html. (Diakses 5 September 2012).
Davis. Robert H, Lawrens T. Alexander, dan Stephen L. Yelon, “Learning System
Design an Aproach to the Improvement of Instruction”. New York: McGraw
Hill-Book Co, 1974.
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003
Djaali dan Muljono, “Pengukuran dalam Bidang Pendidikan”. Jakarta: Grasindo,
2008.
Gradler. Margaret E. B, “Learning and Introduction Theory into Practice”. New York:
Maxwell Macmillan International, 1992.
Hendy R. “Kemampuan Awal (Prior Knowlwdge)” http://resolusirijal.
blogspot.com/2011/04/kemampuan-awal-prior-knowledge.html (Diakses 21 Juni
2012).
Ibrahim, “Pembelajaran Kooperatif”. Surabaya: UNESA Universitas Press, 2000.
Isjoni, “Cooperative Learning, Mengembangakan Kemampuan Belajar
Berkelompok”. Bandung: Alfabeta, 2010.
Jhonson, David W., Roger T. Jhonson., Edythe J. Holubec, “Cooperative Learning
Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama”. Terjemahan Nurulita Yusron.
Bandung: Nusa Media, 2010.
Kholik.
Muhammad,
“Metode
Pembelajaran
Konvensional”
http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajarankonvensional/ (Diakses 21 Juni 2012)
Komalasari, “Pembelajaran Kontekstual: Konsep & Aplikasi”. Bandung: Refika
Aditama, 2010.
Matondang. Z, “Pengujian Kenormalan Data”. http://fahost1992.google
code.com/files/8.%20Normalitas%20Data_liliefors.pdf (Diakses 25 Juni 2011).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan
Standar Kompetensi Kelulusan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Ramdhani, “Modul Rangkaian Listrik: Edisi Revisi”. Bandung. Jurusan Teknik Elektro
STT Telkom. 2005.
Riduwan, “Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”. Bandung: Alfabeta, 2010.
_______, “Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika”. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sanjaya. Ade. “Pengertian, Definisi Hasil Belajar Siswa”. http://www.sarjanaku.com/
2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html (Diakses 11 Juni 2012).
Santoso, “Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik”. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012.
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.

13

Jurnal Penelitian. Alfando Riki Rorong (08 311 110)

Slavin, “Cooperatif Learning Teori, Riset Dan Praktik”. Terjemahan Narulita Yusron.
Bandung: Nusa Media, 2005..
Sudjana, “Metoda Statistika”. Bandung: Tarsito, 1996.
_______, “Proses Hasil Belajar Mengajar”. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
_______, “Desain Dan Analisis Data Eksperimen”.Bandung Tarsito, 2002.
Sudrajat. Ahmad, “Penilaian Hasil Belajar Siswa” Ahmad Sudrajat,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/
(Diakses 11 Juni 2012).
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sumadi, Suryabrata, “Pengembangan Alat ukur Psikologi”. Yogyakarta: Andi Oficcer,
2005.
Suprijono, “Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM“. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Suwanda, “Desain Eksperimen Untuk Penelitian Ilmiah”. Bandung: Alfabeta, 2011.
Trianto. “Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik”. Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007.
Waworuntu. Freetje, Drs. M.Pd. Wawancara, 25 September 2012.
Wikipedia, “Sirkuit Listrik”. http://id. wikipedia.org/theory/sirkut. listrik.htm (Diakses
05 September 2012).
Yatim, “Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam
Implementasi Yang Efektif Dan Berkualitas”. Jakarta: Prenada Media, 2009.

14