Metode Harga Pokok Proses Pengantar (1)

Metode Harga Pokok Proses-Pengantar
KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Salah satu contohnya seperti perusahaan yang berproduksi masa adalah produksi
Semen. Produksi semen menghasilkan satu macam produk berupa semen portland
yang diukur dengan satuan sak yang berat standarnya 50 Kg. Produk yang dihasilkan
dari bulan kebulan adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan
diterbitkannya perintah produksi setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan
tertentu.
Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
1. Pengumpulan biaya produksi.
 Metode harga pokok pesanan mengumpulkan harga pokok produksi menurut
Pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per
Departemen produksi per perioe akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Satuan
 Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi persatuan dengan
cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam pesanna yang bersangkutan.

3. Penggolongan Biaya Produksi
 Metode Harga Pokok Pesanan Biaya Produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung
dibebankan kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka.
4. Unsur Yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik
 Metode Harga pokok pesanan biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain, selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
MANFAAT INFORMASI HARGA PRODUKSI
1. Menentukan harga jual produk.
 Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi
persediaan digudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu
tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi satuan produk.dalam
penetapan harga jual produk,biaya produksi perunit,merupakan salah satu

informasi,yang dipertimbangkan disamping,informasi biaya lainnya serta informasi
non biaya.
2. Memantau biaya realisasi biaya produksi.

 Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produsi yang
dikeluarkan,dalam jangka waktu tertentuuntuk memantau apakah proses
mengkomsumsitotal biaya produksi,sesui dengan yang diperhitungkan sebelumNya.
3. Menghitung laba atau Rugi bruto periode tertentu.
 Informasi laba atau rugi bruto peridik,diperlukan untuk mengetahui,kontribusi produk
dalam menutup biaya nonproduksi,dan menghasilkan laba atau rugi.
Oleh karena itu,metode harga pokok proses digunakanoleh manejemen untuk
mengumpulkan informasi biaya produksiyang sesungguhnya dikeluarkan untuk
periode,tertentu guna menghasilkan informasi laba aytau rugi bruto tiap periode.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca.
 Pada saat manejemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik,manejemenharus laporan keuangan berupa neraca dan laporan la rugi,.di
dalam neraca,manejemn menyajikan harga harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produk yang pada tanggal neraca dalam proses.untuk tujuan
tersebut,manejemen perlu menyelenggarakan, catatan biaya produksi tiap
periode.berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut manejemen dapat
menetukan, biaya produksi yang melekat pada produk jadi,yang belom laku dijual
pada tanggal neraca.di sampin itu,berdasar catatan tersebut,manejemen dapat pula
menentukan biaya produksi yang melekat pada periodik yang pada tanggal neraca

masi dalam proses pengerjaan.biaya produksi yang melekat,pada produk jadi yang
belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga poko
persediaan produk jadi.biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal
neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok
persediaan produk dalam proses.
METODE HARGA POKOK PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN
PRODUK DALAM PROSES AWAL
Contoh penggunaan metode harga pokok di bagi dalam 3 tahap yaitu :
1. Metode harga pokok proses-produk diolah melalui satu departemen produksi.
Misalkan PT Risa rimendi mengolah produknya secara melalui satu departemen
produksi.jumlah biaya yg dikeluarkan selam bulan januari 2011 disajikan seperti Dibawah
ini.
Biaya bahan baku
Rp.5.000.000
Biaya bahan penolong
7.500.000
Biaya tenaga kerja
11.250.000
Biaya overhead pabrik
16.125.000

Total biaya produksi
Rp.39.875.000

Jumlah produk yang di hasilkan selama bulan tersebut adalah
Produk jadi
2.000 kg
Produk dalam proses dalam akhir bulan,dengan tingkat penyelesaian sbb:
Biaya bahan baku:100%; biaya bahan prnolong 100%
Biaya tenaga kerja:50%;biaya overhead pabrik 30%
500 kg
Perhitungan harga pokok produksi persatuan
Bulan Januari 20X1
Masuk kedalam proses:2500 kg
....................................................................................................................................................
Produk jadi:
2.000 kg
Produk dalam proses akhir
500 kg
Untuk menghitung biaya persatuan yang dikeluarkan oleh perusaahan tersebut,perlu
dihitung unit ekuvalensi bulan januari 2011 sbb:

 Ekuivalensi untuk biaya Bahan baku
2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg
 Ekuivalensi untuk biaya bahan penolong
2.000 + (100% x500) = 2.500 kg
 Ekuivalensi Untuk biaya Tenaga kerja
2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg
 Ekuivalensi untuk biaya overhead pabrik
2.000 + (30% x 500) = 2.150 kg
Perhitungan harga pokok produksi persatuan.
Unsur Biaya
Produksi

Total Biaya

(1)

(2)

Bahan baku
Bahan penolong

Tenaga kerja
Overhead pabrik
Total

Rp 5.000.000
7.500.000
11.250.000
16.125.000
Rp.39.875.000

Unit Ekuivalensi
(3)

Rp 2.500
2.500
2.250
2.150

Biaya produksi
persatuan

(2) : (3)

Rp 2.000.
3.000
5.000
7.500
Rp. 17.500

Setelah biaya produksi per satuan hilang,harga produkn jadi,yang di transfer ke gudang
dan harga pokok persediaan produk dalam proses sebagai berikut
Perhitungan Harga PokokProduk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses
Harga pokok produk jadi :2.000 x Rp.17.500
Harga pokok persediaan dalam proses
BBB : 100% x 500 x 2.000 =
BBP : 100% x 500 x 3.000 =
BTK : 50% x 500 x 5.000 =
BOP : 30% x 500 x 7.500 =
Jumlah biaya produksi bulan Januari 20X1
Catatan :


Rp 35.000.000
Rp.1000.000
1.500.000
1.250.000
1.125.000
4.875.000
Rp 39.875.000

BBB
BBP
BTK
BOP

: Biaya Bahan Baku
: Biaya Bahan Penolong
: Biaya Tenaga Kerja
: Biaya Overhead Pabrik

Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 20X1
PT Risa Rimemendi

Loparan Biaya Produksi Bulan Januari20X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses
2.500
2.000
500

Produk jadi yg ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan

2.500
Biaya yang Dibebankan dalam Bulan Januari
20X1
Biaya
Biaya
Biaya
Biaya

bahan baku

bahan penolong
tenaga kerja
biaya overhead pabrik

Jumlah
Perhitungan Biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
2.000 kg @ Rp17.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses
akhir:
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya biaya overhead pabrik
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam
bulan Januari

Total
Rp

5.000.000
7.500.000
11.250.000
16.125.000
Rp
39.875.000

Per Kg
Rp 2.000
3.000
5.000
7.000
Rp 17.500

Rp
35.000.000
Rp
1.000.000
1.500.000
1.250.000
1.125.000
4.875.000
Rp
39.875.000

k
g
k
g
k
g

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang
terjadi dalam bula Januari 20X1, dicatat dengan jurna berikut ini.
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp5.000.000
Pesediaan Bahan Baku
Rp5.000.000
2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong
Pesediaan Bahan Penolong
3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja
Gaji dan Upah
4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik
Berbagai Rekening yang Dikredit

Rp7.500.000
Rp7.500.000
Rp11.250.000
Rp11.250.000
Rp16.125.000
Rp16.125.000

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produkjadi yang ditransfer ke gudang:
Persediaan Produk Jadi
Rp35.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku
Rp4.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong
6.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja
10.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik
15.000.000
6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah pada akhir bulan Januari 20X1
Persediaan Produk Dalam Proses
Rp4.875.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku
Rp1.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong
1.500.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja
1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik
1.125.000

2. Metode Harga Pokok Proses-Produk Diaolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen poduksi, perhitungan biaya
produksi biaya per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama
produksi pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh 1 diatas.

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
departemen yang dihasilkan oleh departemen departemen pertama telah merupakan produk
jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksidari departemen
sebelumnya tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama terdiri dari:
1) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh 2
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi: departemen A dan depatemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produk dan biaya kedua departemen tersebut dalam
bulan Januari 20X1
Data Produksi dan Biaya Departemen A dan Biaya Departemen B
Departemen A
k
Dimasukkan dalam proses
35.000
g
Produksi selesai yang ditransfer ke Dep. B 30.000
Produksi selesai yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir bulan
5.000
k
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari
g
20X1:
Rp 70.000
Biaya bahan baku
Rp 155.000
Biaya tenaga kerja
Rp 248.000
Biaya overhead pabrik
Tingkat penyelesaian produk dalam proses
akhir:
Biaya bahan baku
100%
Biaya konversi
20%

Departemen B
24.000
6.000
Rp
0
Rp 270.000
Rp 405.000

k
g
k
g

50%

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK DI DEPARTEMEN A
Untuk menghitung biaya produksi persatuan yang dikeluarkan oleh departemen A
tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi departemen A dalam
bulan Januari 20X1 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
1) Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1
tersebut dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk

dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan baku sebesar Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan
produk jadi sebanyak 30.000 kg dan 5.000 kg (5.000 kg x 100%) persediaan dalam
proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah 35.000 kg, yang
dihitung sebagai berikut: 30.000 + (100% x 5.000)= 35.000 kg.
2) Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1 sebesar Rp155.000 tersebut
dapat menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan dalam proses
dengan tingkat penyelesain biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini berarti biaya
konversinya tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak
30.000 kg dan 1.000 kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 31.000 kg, yang dihitung sebagai
berikut: 30.000 + (20% x 5.000)= 31.000 kg.
Perhitungan biaya produki per kilogram produk yang diproduksi oleh departemen A
dalam bulan Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) yang
dikeluarkan oleg departemen A

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Departemen A
Unsur
Biaya Produksi
(1)
Bahan Baku

Total Biaya
(2)
Rp 70.000

Tenaga Kerja
Overhead Pabrik
Total

155.000
248.000
Rp473.000

Unit
Ekuivalensi
(3)
35.000
31.000
31.000

Biaya Produksi
per kg
(2) : (3)
Rp 2
5
8
Rp15

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang
ditransfer oleh departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam
proses di departemen A pada akhir bulan Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut:
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B:
30.000 x Rp15
Harga pokok persediaan prodk dalam proses akhir:
BBB:100% x 5.000 x Rp2 =
BTK: 20% x 5.000 x Rp5 =

Rp10.000
5.000

Rp450.000

BOP: 20% x 5.000 x Rp8 =

8.000

Jumlah biaya produk depatemen A bulan Januari 20X1

23.000
Rp473.000

Catatan:
BBB = Biaya Bahan Baku
BOP = Biaya Overhead Pabrik
BTK = Biaya Tenaga Kerja

Laporan Biaya Produk A Bulan Januari 20X1
PT Eliona Sari
Loparan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Poduksi
Dimasukkan dalam proses
Produuk jadi yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasulkan
Biaya yang Dibebankan Departemen A Dalam Bulan Januari 20X1
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
30.000 kg @ Rp15
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Departemen A bulan Januari
Jurnal Pencatatan Biaya Prduksi Departemen A

35.000 kg
30.000 kg
5.000
35.000 kg
Total
Rp 70.000
155.000
248.000
Rp473.000

Per Kg
Rp 2
5
8
Rp15

Rp450.000
Rp10.000
5.000
8.000
23.000
Rp473.000

Berdasarkan informasi dalam laporan biaya produksi departemen A tersebut, biaya
produksi yang terjadi dalam departemen A dalam bulan Januari 20X1 dicatat dengan jurnal
berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A
Persediaan Bahan Baku

Rp70.000

2) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A
Gaji dan Upah

Rp155.000

3) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A
Berbagai Rekening yang Dikredit

Rp248.000

Rp70.000

Rp 155.000

Rp248.000

4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen oleh A
ke departemen B:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B
Rp450.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A
Rp 60.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A
150.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A
240.000
Ket :
30.000 kg x Rp2
30.000 kg x Rp5
30.000 kg x Rp8
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam Dep. A pada akhir bulan Januari 20X1
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. A
Rp23.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A
Rp10.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A
5.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A
8.000
Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B
Untuk mengolah produk yang diterima dari departemen A tersebut, departemen B
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dalam bulan Januari 20X1
berturut-turut sebesar Rp 270.000 dan Rp405.000. Dari 30.000 kg produk yang diolah
departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfekan ke gudang sebanyak
24.000 kg dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan
tingakat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi departemen B yang ditransfer gudang
dan harga pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir bulan Januari
20X1, perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh departemen B
dalam bulan yang bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas
produk selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi
biya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A. Untuk
menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B pada akhir periode,
harga pokok produk yang berasal dari departemen A harus ditambahkan dengan biaya
produksi persatuan yang ditambahkan departemen B dkalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses tersebut, dengan menghitung tingkat penyelesaiannya.
Untuk menhitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh departemen B,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh departemen
B dalam januari 20X1, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga krjja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh departemen B dlam bulan Januari 20X1 untuk memproses 30.000 kg
produk yang terima dari departemen sebesar Rp155.000 tersebut dapat menghasilkan
24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat
penyelesaian biaya konversinya sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya konversi tersebut
telah digunakan untuk menyelesaiakan produk selesai sebanyak 24.000 kg dan 3.000
kg(6.000 x 50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya
konversi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 24.000 + (50% x 6.000)= 27.000
kg.
Perhitungan biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh deparemen B dalam bulan
Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Unsur
Biaya Produksi
(1)
Tenaga Kerja
Overhead Pabrik
Total

Total Biaya
(2)
Rp270.000
405.000
Rp675.000

Unit
Ekuivalensi
(3)
27.000
27.000

Biaya Produksi
per kg
(2) : (3)
Rp10
15
Rp25

Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B pada akhir bulan Januari 20X1
dapat dihitung dalam gambar 3.10

Gambar 3.10
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dalam Proses Departemen B
Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:
Harga pokok dari Dep. A: 24.000 x Rp15
Rp360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep. B: 24.000 x Rp25
600.000
Total harga pokok produk jadi yang transfer
Departemen B ke gudang: 24.000 x Rp40
Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A: 6.000 x Rp15
Rp90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep B:
Biaya Tenaga Kerja: 50% x 6.000 x Rp10 =
Rp30.000
Biaya Overhead Pabrik 50% x 6.000 x Rp15 = Rp45.000
75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep. B
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Dep. B bulan Januari 20X1
Rp1.125.000

PT Eliona Sari
Loparan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 20X1
Data Poduksi
Diterima dari Departemen A
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan

30.000 kg
24.000 kg
6.000
30.000 kg

Biaya kumulatif yang dibebankan Departemen B dalam Bulan Januari 20X1

Harga pokok dari Dep. A (30.000 kg)
Biaya yang ditambahkan Dep. B
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan Dep. B
Total biaya kumulatif di Dep B
Perhitungan Biaya

Total
Per Kg
Rp450.000
Rp15

Rp270.000
405.000
Rp675.000
Rp1.125.000

Rp10
15
Rp25
Rp40

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 kg @ Rp40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A Rp15 x 6.000
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

Rp960.000
Rp90.000
30.000
45.000

165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan Dep.B bulan Januari 20X1 Rp1.125.000

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi departemen B
tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam departemen B dalam bulan Januari 20X1 dicatat
dengan jurnal berikut:
1) Jurnal untuk mencatat peneriamaan dari departemen A:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan. Baku Dep. B
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A
Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A

Rp450.000
Rp 60.000
150.000 Barang
240.000

2) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B
Gaji dan Upah

Rp270.000

3) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A
Berbagai Rekening yang Dikredit

Rp405.000

Rp 270.000

Rp405.000

4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke gudang:
Persediaan Produk Jadi
Rp960.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B
Rp360.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B
240.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. B
360.000
KET:
24.000 kg x Rp15
24.000 kg x Rp10
24.000 kg x Rp15
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam Dep. B pada akhir bulan Januari 20X1:
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. B
Rp23.000

Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A

Rp90.000
30.000
45.000

3) Pengaruh Terjadi Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan
Ditinjau dari saat terjadinya dapat hilang awal dari proses, sepanjang proses, atau
pada akhir proses. Untuk kepentigan perhitungan harga pokok per satuan, produk yang
hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berpa produk yang
hilang tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi per
satuan, produk yang hilang sepanjang proses diperlukan sebagai yang hilang pada aawal
atau akhir proses.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk per Satuan
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat :
(1) menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan
dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya:
departemen A dan departemen B.
Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1
Departemen A
Departemen B
1000 kg
Produk yang dimasukkan dalam proses
700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke
400 kg
Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke
gudang
200 kg
Produk dalam proses akhir bulan,
dengan tingkat penyelesaian sebagai
100 kg
berikut :
100 kg
200 kg
Biaya bahan baku & penolong 100%
biaya konversi 40%
Biaya bahan penolong 60%, biaya
konversi 50%

Produk yang hilang pada awal proses
Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1

Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

Departemen A
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Departemen B
Rp
16.100
22.500
24.750

Jumlah biaya produksi

Rp 130.500

Rp 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A
Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang
Dihasilkan oleh Departemen
A ( unit ekuivalensi)
Jenis Biaya

Biaya bahan baku
Biaya bahan
penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
pabrik

(1)
700
900
700
900
700
780
700
780

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

+ 100% x 200 kg =
+ 100% x 200 kg =

Biaya
Produksi
Departemen
A
(2)
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Biaya per kg
Produk yang
Dihasilkan oleh
Departemen A
(2) : (1)
Rp 25
29
45
60

Rp 130.500

Rp 159

+ 40% x 200 kg =
+ 40% x 200 kg =

Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1.
Oleh karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan unit
ekivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen A. akibatnya biaya produksi per kg
produk yang dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut
tidak hilang dalam proses dan menjadi prosuk yang baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan
baku menjadi 1.000 kg ( 700 + 100% x 200 kg + 100 kg) dan biaya bahan bakunya per kg
adalah sebesar Rp 22,50 ( Rp 22.500 : 1.000 kg).
Perhitungan Pokok Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:
700 x Rp 159

Rp
111.300

Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulam (200 kg) :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25
=
Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x
=
5.800
Rp 29
=
3.600
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45
=
4.800
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp
60

19.20
0
Rp
130.500

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Awal
Proses
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong
100%; biaya konversi 40%
Produk yang hilang pada proses awal

700

1.000

Kg

1.000

Kg

kg

200
100

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A :
Total
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Rp 130.500
Jumlah Biaya produksi Departemen A
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (200 kg) :
Rp 5.000
Biaya bahan baku
5.800
Biaya bahan penolong
3.600
Biaya tenaga kerja
4.800
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya produksi Departemen A

Per kg
Rp 25
29
45
60
Rp 159

Rp 111.300

19.200
Rp 130.500

Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama

Karena harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung
secara kumulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok per satuan produk yang berasal ari
departemen A. harga pokok produk selesai yang berasal dari departeman A sebesar Rp
111.300 yang semula dipikul oleh 700 kg produk, dengana danya produk yang hilang pad
awal proses di departemen B sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut hanya dipikul
oleh jumlah produk yang lebih sedikit.
Perhitungan Penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A Rp
111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A stelah
adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg
adalah Rp 111.300 : (700 – 200)
Penyesuaian harga produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A

Rp 159,00

222,60
Rp 63,60

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit dari Departemen B Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang
Dihasilkan oleh Departemen B
( unit ekuivalensi)

Jenis Biaya

Biaya bahan
penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
pabrik

(1)
400 kg + 60% x 100 kg =
460kg
400 kg + 50% x 100 kg =
450kg
400 kg + 50% x 100 kg =
450kg

Jumlah Biaya
Produksi
yang
DItambahkan
di
Departemen
B
(2)
Rp 16.100
22.500
24.750

Biaya per kg
Produk yang
Ditambahkan
Departemen A

Rp 63.350

Rp 140

(2) : (1)
Rp 35
50
55

Perhitungan Biaya Produksi Departen B Bulan Januari 20X1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @
Rp 362,60

Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulam (100 kg) :
Harga pokok Departemen A : 100 kg x Rp
Rp 22.260
222,60
2.100
Biaya bahan baku 100 kg x 60% x Rp 35
2.500
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp 50
2.750

Rp
145.040

29.6

10
Rp
174.650

Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp
55
Jumlah biaya komulatif dalam Departemen B

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1 Produk Hilang pada Awal
Proses

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan
tingkat penyelesaian; biaya bahan baku dan
penolong 60%; biaya konversi 50%
Jumlah produk yang hilang pada proses awal

400

700

kg

700

kg

kg

100
200

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A
Penyesuaian harga pokok produk per satuan karena adanya
produk yang hilang dalam proses

Total
Rp 111.300

Rp 111.300
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Rp 16.100
Biaya bahan penolong
22.500
Biaya tenaga kerja
24.750
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Rp 63.350
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B
Rp 174.650
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang : 400 kg x Rp 362,60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok produk dari departemen A : 100 kg x
Rp 22.260
Rp 222,60
Harga pokok yang ditambahkan dalam
departemen B:
2.100
Biaya bahan penolong
2.500
Biaya tenaga kerja
2.750
Biaya overhead pabrik

Per kg
Rp 159,00
63,60
Rp 222,60
Rp 35,00
50,00
55,00

Rp 140,00
Rp 362,60
Rp 145.040

29.610
Rp 174.650

Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B

PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG PADA PROSES TERHADAP
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PER SATUAN PRODUK
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya:
departemen A dan departemen B.
Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1
Departemen
A
1000 kg
Produk yang dimasukkan dalam proses
700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen
400 kg
B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir bulan, dengan
200 kg
tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya
konversi 40%
100 kg
Biaya bahan penolong 60%, biaya konversi
50%
Produk yang hilang pada awal proses

Departemen
B
-

100 kg
200 kg

Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1

Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

Departemen A
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Departemen B
Rp
16.100
22.500
24.750

Jumlah biaya produksi

Rp 130.500

Rp 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1

Jenis Biaya

Biaya bahan baku
Biaya bahan
penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
pabrik

Jumlah Produksi yang Dihasilkan
oleh Departemen A ( unit
ekuivalensi)

Biaya
Produksi
Departeme
nA

(1)
700 kg + 100%
kg =1000 kg
700 kg + 100%
kg =1000 kg
700 kg + 40%
kg =880 kg
700 kg + 40%
kg =880 kg

(2)
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Biaya per kg
Produk yang
Dihasilkan
oleh
Departemen
A
(2) : (1)
Rp 22,50
26,10
39,89
53,18

Rp 130.500

Rp 142,67

x 200 kg + 100
x 200 kg + 100
x 200 kg + 100
x 200 kg + 100

Perhitungan Biaya Produksi Departen A Bulan Januari 20X1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B :
700 x Rp141,67

Rp 99.169,00

Penyesuaian harga pokok produsi selesai karena adanya produk yang hilang
pada akhir proses : 100 x Rp 141,67
14.167,00
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan :
700 X Rp 161,91
Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku
200 kg x 100% x Rp 22,50 = Rp 4.500,00
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 26,10 = 5.220,00
Biaya tenaga kerja
200 kg x 40% x Rp 39,89 = 3.191,20
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 53,18 = 4.254,40
Jumlah biaya produksi Departemen A

17.1165,60
Rp 130.500,00

Produkyang Hilang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah Departemen
Produk Pertama
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Akhir
Proses dalam Departemen Produksi Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A

Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong
100%; biaya konversi 40%
Produk yang hilang pada proses awal

700

1.000

Kg

1.000

Kg

kg

200
100

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A :
Total
Rp 22.500
26.100
35.100
46.800

Per kg
Rp 22,50
26,10
39,89
53,18

Rp 130.500

Rp 142,67

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B : 700 x
Rp141,67

Rp 99.169,00

Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah Biaya produksi Departemen A
Perhitungan Biaya

Penyesuaian harga pokok produsi selesai karena adanya produk yang hilang pada
akhir proses : 100 x Rp 141,67
14.167,00
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700
X Rp 161,91
Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku
Rp 4.500,00
Biaya bahan penolong
5.220,00
Biaya tenaga kerja
3.191,20
Biaya overhead pabrik
4.254,40
17.1165,60
Rp 130.500,00

Jumlah biaya produksi Departemen A

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan
oleh Departemen B ( unit
ekuivalensi)

Biaya
Produksi
yang
ditambahka
n
Departeme
nB

Biaya per kg
Produk yang
ditambahkan
Departemen
B

Jenis Biaya
Biaya bahan
penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
pabrik

(1)

(2)

(2) : (1)

400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg
=660 kg
400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg
=650 kg
400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg
=650 kg

Rp 16.100
22.500
24.750

Rp 24,39
34,62
38,08

Rp 63.350

Rp 97,09

Perhitungan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1
Harga pokok poduk selesai ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161,91
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B : 400 kg
x Rp 97,09
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg
( Rp 161,91 + Rp 97,09)
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke gudang : 400 kg x (Rp
1554.00 : 400kg)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan (100 kg) :
Rp 16.191,00
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp
1.219,50
161,91
1.731,00
Biaya bahan baku : 100 kg x 50% x Rp 24,39
1.904,00
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 34,62
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 % x Rp
38,08
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B

Rp 64.764,00
38.836,00
51.800,00

Rp
155.400,00

21.045,50
Rp
176.445,50

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk yang Hilang Pada
Akhir Proses dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A
700
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang
400
kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan
tingkat penyelesaian; biaya bahan baku dan
penolong 60%; biaya konversi 50%
100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal
200
700

kg

kg

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B

Total
Rp 111.334,40

Per kg
Rp161,91

Rp 16.100
22.500
24.750

Rp 24,39
34,62
38,08

Rp 63.350
Rp
176.445,50

Rp 97,09
Rp 259,00

Perhitungan Biaya

Harga pokok poduk selesai ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161,91
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B : 400
kg x Rp 97,09
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg
( Rp 161,91 + Rp 97,09)
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke gudang : 400 kg x
(Rp 1554.00 : 400kg)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan (100 kg) :
Rp
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp
16.191,00
161,91
Harga pokok yang ditambahkan dari
1.219,50
Departemen B :
1.731,00
Biaya bahan baku
1.904,00
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B

Rp 64.764,00
38.836,00
51.800,00
Rp 155.638,00

21.045,50
Rp 176..684,40