RINGKASAN PENGAWETAN IKAN BAWAL DENGAN P (1)
Nama : Sakirin Manik
NIM : 1305105010029
Ringkasan jurnal
PENGAWETAN IKAN BAWAL DENGAN PENGASAPAN DAN
PEMANGGANGAN
Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui ikan merupakan sumber protein hewani yang
banyak terdapat di Indonesia. Ikan banyak dikonsumsi masyarakat karena
mudah didapat dan harganya terjangkau. Ikan mengandung protein sangat
tinggi. Oleh sebab itu ikan cepat sekali mengalami pembusukan jika tidak
ditangani secara tepat. Ikan
dalam
ditangani
dengan
baik
agar
tetap
kondisi yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan yang tidak
diawetkan hanya layak untuk
ditangkap.
tetapi
perlu
Berbagai
sebagian
dikonsumsi
cara pengawetan
diantaranya
dalam
ikan
tidak mampu
waktu
telah
sehari
banyak
mempertahankan
setelah
dilakukan,
sifat-sifat
ikan yang alami. Salah satu cara mengawetkan ikan yang tidak merubah
sifat alami ikan adalah pendinginan dan pembekuan.
secara
ikan,
tradisional
sehingga
bertujuan
tidak
untuk
memberikan
Pengawetan
ikan
mengurangi kadar air dalam tubuh
kesempatan
bagi
bakteri
untuk
berkembang biak. Pengasapan dan pemanggangan merupakan salah satu
proses pengolahan ikan secara tradisional. Pengolahan tradisional masih
mempunyai
prospek
untuk
memeratakan
distribusi
antar
konsumen.
Hasil
uji
kesukaan
dikembangkan
daerah
sebagai
penghasil
menunjukkan
alternatif
dengan
daerah
hasil
olahan
jika
pengasapan lebih disukai daripada hasil olahan pemanggangan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian yang dilakukan adalah ikan
bawal, garam, asap cair, serbuk kayu, silica gel, air, veselin. Sedangkan alat
yang digunakan adalah smoke cabinet, vacuum sealer, hand sealer,
eksikator, timbangan analit, gelas beker, gelas ukur, baskom, peniris, pisau,
sendok, serbet plastic, dan tissue.
Cara Kerja
Ikan bawal dicuci bersih darah dan isi perut ikan di buang. Kemudian
dilakukan penimbangan berat awal. Setelah itu direndam dalam larutan
garam
10%
selama
30
menit.
Selanjutnya
dilakukan
penirisan
dan
penganginan. Setelah itu dilakukan rosting pertama selama 90 menit pada
suhu 90 °C dan larutan garam dibuang. Setelah itu dilakukan rosting ke dua
selama 150 menit pada suhu 210 °C dan dilakukan penimbangan akhir.
Kemudian
dilakukan
penganginan/pendingingan.
Setelah
itu
pengemasan vakum dan selanjutnya disimpan dalam eksikator.
Pembahasan
dilkaukan
Ikan yang dihasilkan matang dan kering pada bagian luar, pada bagian
dalam masih basah. Bau asap pada ikan yang direndam dengan asap cair
3% masih cukup menyengat, dan setelah selama empat hari disimpan dalam
plastik biasa dan pada suhu ruang, ikan mulai mengeluarkan bau busuk.
Hasil yang didapat untuk smoked fish yaitu ikan matang namun kadar
airnya masih terlalu tinggi. Roasted fish yang dihasilkan lebih kering
daripada sebelumnya namun kadar airnya masih cukup tinggi. Ikan
dimasukkan dalam plastik dan disimpan pada suhu ruang. Hasilnya ikan
busuk, berjamur, dan muncul belatung kurang dari satu minggu. Hasilnya,
kadar air ikan sudah cukup rendah, hal ini dapat dilihat dari ketampakan luar
yaitu kulit sudah kering. Namun, pada bagian daging ikan yang tebal masih
lembek. Rasa yang dominan adalah rasa asin sedangkan bau asap sudah
tidak muncul. Pada smoked fish, hasilnya, tampakan luar ikan mengkilap dan
kulit sudah kering namun daging bagian dalam masih lembek. Bau asap
sangat menyengat dan lebih dominan daripada rasa asin. Pengemasan
dilakukan dengan metode vakum. Kemasan vakum pada roasted fish dan
smoked fish sudah bocor tetapi roasted fish masih keras dan kering. Smoked
fish sudah mulai lembek. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan
penyimpanan yang kurang terkendali yaitu hanya di suhu ruang. Oleh karena
itu, produk dipindahkan ke dalam eksikator yang telah diberi silica gel dan
ditempatkan pada
ruangan yang sejuk (ber-AC). Hasilnya, aroma asap tidak terlalu menyengat
yang mungkin disebabkan oleh bahan bakar kurang sehingga asap yang
dihasilkan terlalu sedikit. Ketampakan ikan di beberapa bagian gosong dan di
daging ikan masih ada yang lembek dan kurang kering. Hal ini dapat
disebabkan oleh waktu smoking I kurang lama sehingga air dari bagian
dalam ikan belum semuanya keluar dan waktu smoking II terlalu lama
sehingga menyebabkan ikan gosong. Hasil yang didapat adalah roasted fish
dengan tekstur keras pada bagian luar. Setelah dikemas secara vakum,
roasted
fish
disimpan
pada
eksikator
sama
seperti
pada
orientasi
sebelumnya dan dilakukan pengamatan seminggu sekali. Hasil yang didapat
adalah roasted fish dengan tekstur keras pada bagian luar. Setelah dikemas
secara vakum, roasted fish disimpan pada eksikator sama seperti pada
orientasi sebelumnya dan dilakukan pengamatan seminggu sekali.
Kesimpulan
Pengolahan
ini
mempunyai
prospek
untuk dikembangkan,
selain
dikarenakan distribusi ikan antar daerah yang belum merata, ikan yang
diproses
menjadi
awet
daerah
pusat
olahan
pengasapan
pemanggangan.
dan
konsumen.
sedangkan atribut
yang
adalah atribut warna.
Pada
lebih
Atribut
memungkinkan
uji
disukai
sensoris
kurang
kesukaan
oleh
yang
disukai
untuk didistribusikan
diperoleh
panelis
ke
hasil produk
daripada
produk
paling
disukai
adalah
aroma,
dari
produk
pemanggangan
NIM : 1305105010029
Ringkasan jurnal
PENGAWETAN IKAN BAWAL DENGAN PENGASAPAN DAN
PEMANGGANGAN
Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui ikan merupakan sumber protein hewani yang
banyak terdapat di Indonesia. Ikan banyak dikonsumsi masyarakat karena
mudah didapat dan harganya terjangkau. Ikan mengandung protein sangat
tinggi. Oleh sebab itu ikan cepat sekali mengalami pembusukan jika tidak
ditangani secara tepat. Ikan
dalam
ditangani
dengan
baik
agar
tetap
kondisi yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan yang tidak
diawetkan hanya layak untuk
ditangkap.
tetapi
perlu
Berbagai
sebagian
dikonsumsi
cara pengawetan
diantaranya
dalam
ikan
tidak mampu
waktu
telah
sehari
banyak
mempertahankan
setelah
dilakukan,
sifat-sifat
ikan yang alami. Salah satu cara mengawetkan ikan yang tidak merubah
sifat alami ikan adalah pendinginan dan pembekuan.
secara
ikan,
tradisional
sehingga
bertujuan
tidak
untuk
memberikan
Pengawetan
ikan
mengurangi kadar air dalam tubuh
kesempatan
bagi
bakteri
untuk
berkembang biak. Pengasapan dan pemanggangan merupakan salah satu
proses pengolahan ikan secara tradisional. Pengolahan tradisional masih
mempunyai
prospek
untuk
memeratakan
distribusi
antar
konsumen.
Hasil
uji
kesukaan
dikembangkan
daerah
sebagai
penghasil
menunjukkan
alternatif
dengan
daerah
hasil
olahan
jika
pengasapan lebih disukai daripada hasil olahan pemanggangan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian yang dilakukan adalah ikan
bawal, garam, asap cair, serbuk kayu, silica gel, air, veselin. Sedangkan alat
yang digunakan adalah smoke cabinet, vacuum sealer, hand sealer,
eksikator, timbangan analit, gelas beker, gelas ukur, baskom, peniris, pisau,
sendok, serbet plastic, dan tissue.
Cara Kerja
Ikan bawal dicuci bersih darah dan isi perut ikan di buang. Kemudian
dilakukan penimbangan berat awal. Setelah itu direndam dalam larutan
garam
10%
selama
30
menit.
Selanjutnya
dilakukan
penirisan
dan
penganginan. Setelah itu dilakukan rosting pertama selama 90 menit pada
suhu 90 °C dan larutan garam dibuang. Setelah itu dilakukan rosting ke dua
selama 150 menit pada suhu 210 °C dan dilakukan penimbangan akhir.
Kemudian
dilakukan
penganginan/pendingingan.
Setelah
itu
pengemasan vakum dan selanjutnya disimpan dalam eksikator.
Pembahasan
dilkaukan
Ikan yang dihasilkan matang dan kering pada bagian luar, pada bagian
dalam masih basah. Bau asap pada ikan yang direndam dengan asap cair
3% masih cukup menyengat, dan setelah selama empat hari disimpan dalam
plastik biasa dan pada suhu ruang, ikan mulai mengeluarkan bau busuk.
Hasil yang didapat untuk smoked fish yaitu ikan matang namun kadar
airnya masih terlalu tinggi. Roasted fish yang dihasilkan lebih kering
daripada sebelumnya namun kadar airnya masih cukup tinggi. Ikan
dimasukkan dalam plastik dan disimpan pada suhu ruang. Hasilnya ikan
busuk, berjamur, dan muncul belatung kurang dari satu minggu. Hasilnya,
kadar air ikan sudah cukup rendah, hal ini dapat dilihat dari ketampakan luar
yaitu kulit sudah kering. Namun, pada bagian daging ikan yang tebal masih
lembek. Rasa yang dominan adalah rasa asin sedangkan bau asap sudah
tidak muncul. Pada smoked fish, hasilnya, tampakan luar ikan mengkilap dan
kulit sudah kering namun daging bagian dalam masih lembek. Bau asap
sangat menyengat dan lebih dominan daripada rasa asin. Pengemasan
dilakukan dengan metode vakum. Kemasan vakum pada roasted fish dan
smoked fish sudah bocor tetapi roasted fish masih keras dan kering. Smoked
fish sudah mulai lembek. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan
penyimpanan yang kurang terkendali yaitu hanya di suhu ruang. Oleh karena
itu, produk dipindahkan ke dalam eksikator yang telah diberi silica gel dan
ditempatkan pada
ruangan yang sejuk (ber-AC). Hasilnya, aroma asap tidak terlalu menyengat
yang mungkin disebabkan oleh bahan bakar kurang sehingga asap yang
dihasilkan terlalu sedikit. Ketampakan ikan di beberapa bagian gosong dan di
daging ikan masih ada yang lembek dan kurang kering. Hal ini dapat
disebabkan oleh waktu smoking I kurang lama sehingga air dari bagian
dalam ikan belum semuanya keluar dan waktu smoking II terlalu lama
sehingga menyebabkan ikan gosong. Hasil yang didapat adalah roasted fish
dengan tekstur keras pada bagian luar. Setelah dikemas secara vakum,
roasted
fish
disimpan
pada
eksikator
sama
seperti
pada
orientasi
sebelumnya dan dilakukan pengamatan seminggu sekali. Hasil yang didapat
adalah roasted fish dengan tekstur keras pada bagian luar. Setelah dikemas
secara vakum, roasted fish disimpan pada eksikator sama seperti pada
orientasi sebelumnya dan dilakukan pengamatan seminggu sekali.
Kesimpulan
Pengolahan
ini
mempunyai
prospek
untuk dikembangkan,
selain
dikarenakan distribusi ikan antar daerah yang belum merata, ikan yang
diproses
menjadi
awet
daerah
pusat
olahan
pengasapan
pemanggangan.
dan
konsumen.
sedangkan atribut
yang
adalah atribut warna.
Pada
lebih
Atribut
memungkinkan
uji
disukai
sensoris
kurang
kesukaan
oleh
yang
disukai
untuk didistribusikan
diperoleh
panelis
ke
hasil produk
daripada
produk
paling
disukai
adalah
aroma,
dari
produk
pemanggangan