DAMPAK GLOBALISASI dalam kehidupan (3)

DAMPAK
GLOBALISAS
I
BY VOTTESY

KELOMPOK:
-Pajar
-Pajri
-Aziss
-Iqbal

STEAM.CORP
BLACKSPOT

-Kurniawan

Kapolri: Globalisasi Membawa Dampak
Jumlah Kejahatan
Khusus untuk kasus terorisme, pada tahun 2016 polisi telah
memproses sebanyak 170 kasus. Jika dibanding dengan tahun 2015
yang telah memproses 82 kasus, kasus terorisme mengalami

kenaikan sebanyak 88 kasus.
"Terorisme meningkat, sekarang ada 170 kasus. Tapi bukan
serangannya, termasuk yang ditangkap orangnya. Penegakan
hukum pada tersangka terorisme, 40 kasus sudah divonis
pengadilan," ungkapnya.
Lalu untuk kasus narkotika pada tahun 2016 mengalami kenaikan
sebanyak 6.729 kasus atau naik sekitar 19,62 persen dibanding
tahun 2015.
Sedangkan pada kasus human trafficking dan cyber crime
mengalami penurunan pada tahun 2016 ini. Kasus cyber crime
mengalami penurunan sebesar 365 kasus, dan kejahatan penjualan
manusia mengalami penurunan sebesar 20 kasus.
Kapolri: Tingkatkan Digital Security
Dalam kesempatan tersebut Kapolri juga mengapresiasi kinerja
Polda Metro yang cepat menangkap pelaku perampokan di
Pulomas dengan menggunakan rekaman CCTV. Kapolri pun
mengimbau agar terus meningkatkan pengamanan digital seperti
itu.
"Pengungkapan kasus Pulomas karena CCTV, tersangkanya,
mobilnya, pelakunya juga mukanya lebih jelas. Bisa ketahuan siapa

dia, apalagi pemain lama. Sudah terkenal di dunia hitam," ujarnya.

Untuk meningkatkan keamanan digital, Tito meminta agar seluruh
daerah memasang CCTV yang tersambung dengan sistem
pengamanan milik pemerintah.
"Tiap daerah membuat peraturan, diwajibkan semua gedunggedung yang akan dibangun wajib untuk memasang CCTV yang
bisa di-connect dengan CCTV pemerintah," jelas Tito.
"Kemudian di jalan-jalan, dipasang CCTV yang bisa di-connect
dengan pemerintah. Itu yang dinamakan digital security,"
sambungnya.
Menurut Tito ada empat macam security atau pengamanan. Yang
pertama adalah personal security, yaitu kecilnya angka gangguan
kamtibnas umum. Kedua adalah infrastructure security. Ketiga
adalah health security, ini terkait kasus makanan palsu atau obat
palsu. Lalu yang keempat adalah digital security, termasuk
pengamanan dengan CCTV.

.

Mendikbud: Globalisasi Jangan Gerus

Nasionalisme
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) MUhadjir Effendy
mengajak Badan Koordinasi Humas untuk bersama-sama
mensosialisasikan program Kemdikbud. Ajakan ini disampaikan
Muhadjir saat menjadi narasumber di Anugrah Humas Indonesia 2016,
di Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/11).
strategis untuk sosialisasi pendidikan karakter dan penyaluran Kartu
Indonesia Pintar (KIP),” ajak Mendikbud.
Muhadjir juga menyampaikan pentingnya pendidikan karakter ditengah
globalisasi. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
tersebut mengatakan pendidikan karakter dapat memperkuat
nasionalisme ditengah gerusan globalisasi.
“Jangan sampai globalisme menggerus nasionalisme,” tegas Mendikbud
“Pendidikan itu melibatkan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Bakohumas menjadi potensi masyarakat yang bisa mengambil peran
Lebih lanjut, dikatakan, penguatan Pendidikan karakter tidak semudah
mengajarkan pengetahuan. Karakter memiliki dua sisi, negatif dan
positif. Sikap positif berpotensi melahirkan perilaku positif, demikian
pula sebaliknya.
“Maka pendidikan harus membentuk budi pekerti yang baik, karakter

positif, yang didasari pada nilai-nilai baik dari agama, budaya,
kebangsaan dan senagainya,” tutur Muhadjir.
Ditanya oleh salah seorang peserta tentang sikap mental masyarakat
yang serba dimanjakan oleh bantuan sosial, kesehatan dan pendidikan,
Mendikbud mengajak semua pihak ikut mengedukasi. Pihaknya,
misalnya, telah mencoba membangun sikap hidup hemat dan produktif
melalui kartu pintar untuk KIP agar penerimanya tidak boros dan tidak

manja. Kecermatan dalam membelanjakan bantuan pemerintah harus
dikontrol agar masyarakat dapat terbiasa dengan sikap cermat.
“Saya percaya Bakohumas dapat menjadi mitra strategis kemdikbud
dalam sosialisasi sikap mental itu,” harap Mendikbud.

Kita Harus Waspada Sisi Negatif Globalisasi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak seluruh komponen bangsa
untuk menanggapi perkembangan globalisasi dengan bijak.
“Kita harus waspada akan sisi negatif globalisasi ini. Kita butuh ketelitian,
kearifan, kebijaksanaan untuk mencerna informasi yang kita dapatkan, agar tidak
terseret dalam permusuhan dan perpecahan,” kata Lukman dalam keterangan
tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu (22/1).

Menurut dia, kemajuan teknologi informasi harus disyukuri sebagai nikmat karena
memberi banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dia mengatakan jangan sampai kemajuan teknologi informasi justru memberi
keburukan seiring kemudahannya dalam menyampaikan pesan ke khalayak,
terutama berita bohong (hoax).
Di zaman kekhalifahan Islam, kata dia, pemimpin umat Muslim dibunuh oleh
orang Islam lainnya hanya karena berita hoax. Kabar palsu terkait khalifah mampu
menggerakkan para pembunuh pemimpin umat Islam. Informasi yang mereka
miliki terkadang palsu dan tidak dilakukan uji kebenaran informasi.
Lukman mencontohkan bagaimana Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali
bin Abi Thalib terbunuh karena berita bohong. Utsman dibunuh karena diisukan
melakukan praktik KKN sedangkan Ali dibunuh karena terjadi salah paham.
Salah satu dampak dari peristiwa tersebut, kata Lukman, terjadi perbedaan
pendapat terkait tafsir agama lalu berimplikasi pada perkembangan umat Islam
hingga kini, baik dibidang syariah, akidah, tasawuf dan lainnya .

Dampak Negatif dan Jejaring Sosial:
Penyebaran Berita Hoax dan Provokatif
Di era globalisasi yang serba canggih ini banyak teknologi yang
berkembang pesat di luar apa yang dibayangkan oleh orang – orang yang

hidup sebelum kita. yang dahulunya manusia hanya mengenal telegram
sebagai media pengirim pesan, koran sebagai media cetak dan radio
sebagai penyebar berita. Lalu muncul lah telepon dan televisi yang
dinilai lebih efektif dalam penyampaian dan penyebaran informasi di
kala itu. Dan dewasa ini kita semua telah mengenal teknologi terbarukan
yaitu komputer dan smartphone.
Komputer dan smartphone sendiri tidak dapat dipisahkan dari yang
namanya Internet. Secara sederhana, internet adalah jaringan
komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan
fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui jaringan
telepon atau satelit ( KBBI edisi elektronik, 2008 ). Setelah komputer
dan Smartphone terhubung dengan internet, kita dapat melakukan
beberapa hal, misalnya : mengirim dan menerima email, chating dengan
media text atau suara, berselancar (surfing) di World Wide Web, aktif di
media sosial dan jejaring sosial, atau hal-hal lain dengan suatu software
aplikasi tertentu.
Saat komputer dan smartphone terhubung dengan internet salah satu
kegiatan yang paling umum dilakukan adalah aktif di media dan jejaring
sosial. Media sosial adalah sebuah media dimana para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menuangkan ide pikiran

meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Dan
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web
page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi
informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar yang sering kita
gunakan sekarang antara lain Facebook, Twitter. Instagram dan LINE.
Media dan jejaring sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk
berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka,

memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat
dan tak terbatas.
Dengan adanya media dan jejaring sosial online tersebut tak dapat
dipungkiri bahwasan nya banyak dampak positif yang bisa dirasakan,
seperti semakin mudah nya kita untuk berkomunikasi , bahkan orang
yang berada di negara satu dengan negara yang sangat jauh pun bisa
berinteraksi dan juga semakin cepatnya penyebaran berita. Dengan
adanya media dan jejaring sosial kita dapat menikmati berita yang up to
date bahkan selang beberapa menit dari waktu kejadian berita tersebut
kita langsung dapat mengetahuinya. Selain itu banyak manfaat –
manfaat lain nya yang tidak bisa di sebut satu persatu.
Tentunya selain terdapat banyak hal – hal positif yang dapat kita ambil

dari berkembang nya teknologi internet terkhusus nya media dan jejaring
sosial terdapat juga dampak – dampak negatif nya. Contohnya adalah
orang orang akan terlalu bergantung dengan media dan jejaring sosial
dan akan menjadi malas untuk belajar berkomunikasi di dunia nyata.
Selain itu orang orang akan menjadi malas untuk berinteraksi dengan
dunia luar dan lebih memilih berinteraksi secara online, karena terdapat
perbedaan besar dikala kita berinteraksi secara langsung dengan
berinteraksi melalui jejaring sosial yaitu tingkat pemahaman bahasa dan
rentan terjadi kesalah pahaman. Juga media dan jejaring sosial juga
menjadi lahan subur untuk orang – orang tak bertanggung jawab
melakukan tindak kriminal nya seperti penipuan, judi, pornografi,
cybercrime dan penyebaran berita palsu (HOAX) dan provokatif yang
baru baru ini marak terjadi.
Hoax menjadi suatu isu dan perbincangan hangat di media massa
maupun media jejaring sosial belakangan ini yang dianggap meresahkan
publik dikarenakan informasi tersebut yang tidak tau kebenaran nya.
Hoax memiliki banyak arti yaitu tipuan,menipu,kabar burung,berita
bohong,pemberitaan palsu,informasi palsu. Secara general nya hoax
dapat diartikan sebagai sebuah pemberitaan palsu untuk menipu atau
mengakali pembaca / pendengar untuk mepercayai berita tersebut


( Wikipedia ) Kebanyakan korban hoax adalah warga yang
menggunakan internet. Hal ini bertujuan menggiring opini dan kemudian
membentuk persepsi terhadap suatu informasi.
Orang yang menyebarkan hoax mempunyai kesenangan tersendiri
seperti mencari sensasi di kalangan masyarakat,mencari
popularitas,ingin lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dan untuk
menikmati kesenangan dalam kebohongan yang diciptakan tentunya
dengan memanfaat kan teknologi yang serba canggih ini.
Banyak sumber yang menyebutkan bahwa kata Hoax pertama kali
digunakan oleh orang orang Amerika yang mengacu pada sebuah judul
film “The Hoax” pada tahun 2006 yang disutradarai oleh Lasse
Hallstrom.. Film ini dinilai mengandung banyak kebohongan, sejak saat
itu istilah ”hoax” muncul setiap kali ada sebuah pemberitaan palsu atau
sebuah informasi yang belum tentu ke valid an nya. Sedangkan menurut
Robert Nares, kata Hoax muncul sejak abad 18 yang merupakan kata
lain dari “hocus” yakni permainan sulap.
Terlepas dari asal usul kata tersebut saat ini banyak sekali media
pemberitaan yang menyebarkan hoax atau pemberitaan palsu. Sebagai
netizen yang baik diharapkan agar lebih selektif dan berhati-hati akan

segala informasi yang tersebar..
Sekarang ini di Indonesia Hoax cukup erat kaitanya pada isu politik.
Biasanya ini dilakukan untuk menyebarkan rumor agar menguntungkan
pihak atau golongan tertentu dan terkadang juga berakhir dengan
pemberitaan dan informasi yang bersifat provokatif. Berita hoax nan
provokatif sangat merugikan bagi public yang mengkonsumsi nya.
Publik akan digiring untuk saling membenci dan berpikiran tidak sehat
satu sama lain. Ketika pihak A menyebarkan berita hoax, masyarakat
yang membaca tentu pemikiran nya digiring untuk membenci pihak B
dan begitu juga sebalik nya sehingga menimpulkan perpecahan dan
keresahan. Memang itulah yang sekarang marak terjadi di Indonesia kita
saat ini.

Penulis tidak bermaksud untuk berpihak ke suatu pihak maupun
golongan. Membludaknya atau maraknya berita hoax yang terjadi di
Indonesia belakangan ini pun semua orang telah mengetahuinya bahwa
di mulai dari permasalahan salah satu gubernur yang di duga telah
menistakan sebuah agama dari sebuah pidato yang ia lakukan. Dan
permasalahan itupun semakin memanas ketika diadakan nya Aksi di
jalanan yang dilakukan oleh sebuah pihak yang meminta keadilan harus

ditegak kan atas kasus yang dilakukan oleh gubernur tersebut. Dari
situlah muncul lah opini – opini publik atas permasalahan tersebut.
Masyarakat pun terbagi menjadi dua kubu dan terjadi lah perpecahan
Penulis juga mendapatkan sumber sebuah situs yang membahas tentang
hoax yang terjadi belakangan ini , Satu kata bisa mengubah arti. Itu yang
tercermin dalam sebuah hoax yang tersebar di media sosial. Seseorang
mengambil berita salah satu media online yaitu Kompas.com dan
mengganti satu kata dalam judul sehingga membuat artinya menjadi
sama sekali lain. Bandingkan:
 ASLI – Ahk (Inisial): Kamu kira kami BOHONG bangun masjid
dan naikkan haji marbut?
 PALSU - Ahk: Kamu kira kami NIAT bangun masjid dan naikkan
haji marbut?
Telah jelas sebuah berita hoax dapat menggiring opini dan pemikiran
publik, bayangkan saja dengan mengganti satu kata dalam sebuah judul
berita yang benar dapat membuat pengertian menjadi sangat berlawanan
dan menimbulkan kesalahpahaman. Tetapi itu lah potret nyata yang
terjadi di indonesia saat ini.
Hoax sangat mudah disebarkan di zaman yang serba canggih ini melalui
media sosial, situs jejaring online dan aplikasi chat lainnya. Semua
media mempunyai sisi baik nya jika masyarakat tidak menelan mentahmentah berita tersebut. Dan apabila sebaliknya masyarakat hanya akan
merasakan dampak buruk nya. Hoax tidak akan terjadi jika masyarakat
dapat berfikir kritis dan mencari kebenaran atas berita tersebut. Tentunya

ini merupakan sebuah dampak negatif dari berkembang nya teknologi
dan kemajuan zaman.
Media sosial merupakan suatu hal yang tak bisa di lepas dari kita saat
ini, bahkan dalam perjalanannya, media sosial sekarang telah mengubah
cara hidup kita dalam beberapa tingkatan,sehingga bisa di katakan media
sosial menjadi sebuah media yang penting dalam masyarakat . Dan
media sosial itu tak hanya menjadi sebuah media yang penting namun
juga telah berubah menjadi sebuah identitas diri seseorang, kita bisa
melihat bagaimana sebuah media sosial berubah fungsi menjadi “mulut
kedua” seseorang, sehingga menjadikan media sosial sebagai wakil diri
di dunia maya, dan tentu dengan sebagai perwakilan diri di dunia maya,
maka tentunya kita akan selalu menunjukan sisi positif dari diri kita
sehingga terkadang realita yang ada dengan apa yang ada di dunia maya
berbeda, namun tentunya tak semua orang berperilaku seperti itu,
penggunaan dari setiap orang tentunya berbeda – beda di media sosial

Pengaruh Globalisasi terhadap Kebudayaan
Indonesia
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal
batas wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan
masyarakat di negara lain di seluruh dunia. Globalisasi berangkat dari suatu
gagasan untuk menyatukan tatanan antar bangsa yang diharapkan menjadi sebuah
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di
seluruh dunia. Sebagai proses yang berkesinambungan, globalisasi mampu
mengurangi kendala dimensi ruang dan waktu sehingga interaksi dan komunikasi
antar bangsa bisa dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran. Dengan dukungan
teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi merambah semua sektor
kehidupan dan memberi pengaruh yang signifikan pada tatanan masyarakat dunia.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami dampak
dari pesatnya pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain,
globalisasi memberi pengaruh yang positif dan negatif terhadap tatanan kehidupan
masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional meliputi
berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam bidang politik, ekonomi, ideologi,
sosial dan lain- lain secara cepat maupun lambat mempengaruhi prinsip dan
identitas kebudayaan nasional Indonesia.
Pengaruh positif globalisasi terhadap budaya berpolitik adalah tumbuhnya
kesadaran untuk menjalankan pemerintahan secara terbuka dan demokratis
sebagaimana yang telah dijalankan oleh negara-negara demokratis di seluruh
dunia. Pada sektor ekonomi, dengan terbukanya pasar internasional, budaya
bersaing secara positif sudah mulai mempengaruhi pola pikir masyarakat dunia
usaha di Indonesia. Budaya tersebut memotivasi para pelaku usaha untuk
menciptakan produk barang dan jasa yang kompetitif di tingkat dunia. Pada bidang
sosial, globalisasi menularkan budaya berpikir global, etos kerja dan disiplin yang
tinggi serta semangat untuk maju yang pada akhirnya mencipatkan identitas bangsa
yang lebih positif di tingkat dunia.
Selain pengaruh positif, globalisasi juga memberi pengaruh negatif pada budaya
nasional Indonesia. Pada bidang politik, globalisasi yang didukung faham
demokasi dan liberalisme lambat laun mengikis nilai-nilai budaya luhur dalam
ideologi Pancasila. Budaya voting yang mengabaikan semangat musyawarah untuk

mufakat adalah contoh nyata dari pengaruh negatif globalisasi dari faham
demokrasi.
Pada bidang ekonomi, budaya cinta produk dalam negeri yang digalakkan sejak
Orde Baru sudah terkikis dengan maraknya produk luar negeri (misalnya Coca
Cola, Pizza Hut,Apple,danDolceand Gabbana). Pada bidang sosial, sebagian besar
mayarakat Indonesia, terutama generasi muda, mulai lupa dengan identitas diri
bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan begitu mudahnya mereka meniru budaya dan
gaya hidup negara lain, misalnya K-Pop, Rap, Hip-Hop, Punk, Harajuku,
Capoeira,dan lain-lain.
Keterangan: "Ringkasan dari makalah yang dipresentasikan penulis pada
Indonesian Studies Guest Lecture Series, The University of Sydney."