Mengenal Sistem Pendidikan Kurikulum 201

MENGENAL SISTEM PENDIDIKAN KURIKULUM 2013
Oleh : Rahmawati Eka Lestari

Menurut Moh. Nuh selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Pendidikan
merupakan proses berkelanjutan yang panjang untuk mentransformasikan peserta didik menjadi
manusia yang sesuai dengan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi
alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Pendidikan yang terlaksana tanpa sebuah
sistem, tidak akan berjalan sesuai dengan harapan serta keinginan. UU Sisdiknas memberikan
arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai dan salah satu caranya adalah
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Beberapa contoh kurikulum yang pernah berlaku di
Indonesia yaitu : kurikulum rentjana peladjaran 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964,
kurikulum 1968, dsb. Kurikulum terbaru yang coba diterapkan pemerintah adalah kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 merupakan sistem pendidikan baru yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
berlaku kurang lebih 6 tahun sejak 2006. Di tahun 2013, kurikulum 2013 masuk dalam masa
percobaan dibeberapa sekolah.
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan dan aspek sikap dan perilaku. Masing-masing aspek memiliki tujuan tersendiri.
Seperti pada aspek pengetahuan, yang bertujuan untuk menambah pengetahuan/wawasan dalam
segala mata pelajaran. Kemudian pada aspek keterampilan, yang bertujuan untuk mengasah

kemampuan peserta didik dalam membuat, melaksanakan dan mengerjakan soal-soal hingga
peserta didik terlatih secara ilmiah. Pada aspek sikap dan perilaku juga memiliki tujuan yang
tidak kalah penting yaitu mengajarkan sikap yang baik dan berakhlaqul karimah.
Bambang Indriyanto selaku Peneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang,
Kemendikbud mengatakan bahwa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara
terbatas dan berjenjang. Untuk SD hanya akan dilaksanakan pada kelas I dan IV, sedangkan pada
SMP dilaksanakan pada kelas VII dan SMA pada kelas IX, jika pada tahun ajaran 2013/2014
kurikulum 2013 dilaksanakan pada kelas-kelas tersebut, maka pada tahun 2014/2015 secara
berjenjang akan dilaksanakan pada kelas-kelas berikutnya.
Pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 36.434 sekolah dengan jumlah
sebanyak 3.250.717 siswa kelas VII dan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) sebanyak
11.535 sekolah dengan jumlah sebanyak 1.420.933 siswa kelas X, sedangkan untuk sekolah
menengah kejuruan (SMK) sebanyak 9.875 sekolah dengan jumlah sebanyak 1.131.549 siswa
kelas X

Disamping itu, fenomena pro dan kontra tidak bisa dihindari. Seharusnya ada kesadaran
bahwa tidak ada hal yang sempurna didunia ini, juga termasuk kurikulum 2013. Namun,
pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk melancarkan kurikulum 2013 sehingga
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Pelaksanaan kurikulum 2013 di Makassar terbilang terlalu dipaksakan. Hal ini

dikarenakan banyak guru di Makassar belum menerima pelatihan terkait dengan penetapan
kurikulum tersebut. Selain itu, buku-buku yang sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 juga
belum ada. Menurut Profesor Doktor Halide, penerapan kurikulum 2013 secara nasional
dianggap sebagai proyek sehingga terkesan dipaksakan.
Seharusnya pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 ini diterapkan 2015, untuk
melengkapi kesiapan pada segala aspek yang diperlukan. Seperti pemahaman guru terhadap
kurikulum ini, juga buku-buku yang sesuai harus disiapkan sebaik mungkin. Adanya uji coba
pada penerapan kurikulum sangat diperlukan, agar ada kesesuaian antara kurikulum yang
diterapkan dengan materi ajar yang disampaikan.
Selain itu, kurikulum 2013 juga bertujuan untuk mengembangkan nalar siswa. Oleh
karena itu, kesesuaian materi ajar di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama patut
diperhatikan. Pada penerapan kurikulum sebelumnya, materi ajar yang ada di Sekolah Dasar
diajarkan kembali di Sekolah Menengah Pertama. Ini menyebabkan ketidakefektifan penerapan
kurikulum yang tidak ada persiapan. Peran Dinas Pendidikan untuk mengawasi pelaksanaan
kurikulum juga sangat dibutuhkan karena munculnya pihak-pihak yang berusaha mengambil
kesempatan untuk menjual buku disekolah-sekolah selama penerbitan buku yang sesuai dengan
kurikulum 2013 belum terealisasi.
Adapun menurut Indonesia Corruption Watch (ICW) berpendapat bahwa efektifitas
kurikulum 2013 patut dipertanyakan, karena tidak berdasarkan konsep yang jelas., serta
munculnya sejumlah persoalan dalam implementasinya seperti keterlambatan buku dan pelatihan

guru yang terkesan terburu-buru. Peneliti dari Divisi Monitoring Kebijakan Publik ICW, Siti
Juliantari mengatakann bahwa kurikulum 2013 diterapkan serentak diseluruh sekolah mulai
tahun ajaran 2014/2015. Namun kenyataannya terlihat dipaksakan. ICW menyinyalir sejumlah
persoalan muncul sejak tiga minggu kurikulum 2013 diterapkan. Tari mencontohkan buku
pelajaran belum tersedia seluruhnya di jenjang SD dan SMP.
Disisi lain, dengan penuh rasa tanggung jawab Bapak Menteri Pendidikan dan
kebudayaan RI menetapkan kebijakan bahwa kurikulum baru untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah diberi nama kurikulum 2013. Wujud tanggung jawab Pemerintah dapat dilihat
pada kesungguhan perintah dalam menyiapkan dan mematangkan konsep kurikulum,
mengembangan silabus, menyiapkan (menulis dan mencetak) dan mendistribusikan buku teks
atau bahan ajar baik berkenaan dengan buku peserta didik maupun buku pegangan guru,
sehingga dapat memperlancar proses implementasi kurikulum.

Menyadari akan pentingnya peran guru dan kepala sekolah, maka kerapihan diseminasi
kurikulum terhadap guru dan kepala sekolah perlu diperhatikan secara optimal. Untuk menjamin
guru tetap terjaga komitmennya dalam berperan sebagai pengembang kurikulum di kelas, guru
perlu dilindungi keamanannya untuk dapat memberikan keteladanan yang mulia dan budi
pekerti. Demikian pula untuk menjamin kepala sekolah agar dapat menegakkan kepemimpinan
akademiknya, perlu dilindungi posisinya agar mereka memiliki keberanian untuk membuat
keputusan yang visioner.

Memang belum terjawab kekurangan-kekurangan kurikulum 2013. Namun setidaknya
pemerintah tidak lepas tangan atas penerapan kurikulum 2013 yang telah diterapkan pada tahun
ajaran 2012/2013. Kini pendidikan sedang berada pada tahap revolusi. Semoga segala pihak
yang terlibat turut berkontribusi dan mendukung penuh penerapan kurikulum 2013.
Tidak hanya sebatas itu, pemerintah pun harus selalu memperhatikan tahap-tahap
pengembangan serta proses setiap kurikulum yang diterapkan. Karena sudah pasti dari semua
kurikulum yang pernah atau sedang dalam proses penerapan, memiliki korelasi yang sangat erat
serta memiliki dasar yang sama untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar hingga
memberikan hasil yang memuaskan bagi seluruh elemen yang terkait.