Aspek Sosial Mempengaruhi kesehatan 6450
Aspek Sosial Mempengaruhi kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan
diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku
masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh
dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa
diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin
menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta
tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor
penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun
kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Aspek sosial apa saja yang mempengaruhi kesehatan ?
2. Aspek social budaya yang mempengaruhi Perilaku/ status kesehatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah juga agar
kita mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan
Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah :
A. Pengaruh self Concept terhadap perilaku
Self Concept
ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri
terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya kepada orang lain.
Apabila orang lain merasakan kepuasan yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif
maka orang lain akan merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan
yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka dalam jangka waktu lama masyarakat
akan merasa tidak puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana tingkat
kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang lain . Misal : apabila kita merasa
puas dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka
Rumah Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan lebih memudahkan.
Self Contact adalah hal yang penting dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi
perilaku masyarakat
B. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok
Sebagai Contoh:
“ seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan bapak petani apabila sakit pergi
ke dukun, maka akan berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun, walaupun
sekolah menganjurkan ke Puskesmas,
Image masyarakat bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung maka
apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal putung bukan ke dokter orthopedi
”
C. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku kesehatan
Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan diantaranya :
(1) Umur,
(2) Jenis kelamin,
(3) Pekerjaan,
(4) Sosial ekonomià dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam
status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara
aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya/ perilaku kelompok.
Contoh : Perilaku anak muda yang merokok dimulai dari individu dalam kelompok,
Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku kelompok
suatu desa lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi
transaksi pekerjaan, perjodohan dll, sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik
mereka tetap akan kembali disungai
jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan
golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi,
sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit
kronis.demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih
banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat.
begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit
cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih
banyak menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian,
misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah
dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lenih ditemukan pada
kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
2.2 Aspek social yang mempengaruhi Perilaku/ status kesehatan
G.M. Foster (1973 ) mengatakan ada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi kesehatan
seseorang diantaranya :
A.
Tradisi terhadap Perilaku kesehatan
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi
merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru
dibanding wanita.
Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis,
sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
B. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal ini adalah sikap
fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan
kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,dan sakit atau mati itu
adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi
anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian. Dan juga sangat sulit
menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan disaat sakit.
C.
Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang
paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan
bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat
yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap
bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas
kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang
paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih
tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat
tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai
tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan
di masyarakatnya sendiri.
Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang
kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
D.
Perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan
konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh
dengan lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan
Burger dibanding makan ikan kutuk/ lele.
E.
Pengaruh Norma terhadap perilaku kesehatan
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan,
karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Misal ;
adanya norma bahwa laki2 tidak boleh bersalaman dengan Perempuan yang bukan mukrimnya,
sehingga seorang wanita apabila periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita,
sampai pada pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk
periksa wanita hamil harus oleh dokter wanita.
Norma
dimasyarakat
sangat
mempengaruhi
perilaku
kesehatan
dari
anggota
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.
F.
Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku
dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku individu
masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka diangga tidak berperilaku “ pamali” atau “
Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut
ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.
Nilai yang merugikan kesehatan à arti anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga
tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
Nilai yang mendukung kesehatan à tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh
kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key
person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih satu didenda
G. pengaruh unsur budaya yang diajarkan pada tingkat awal dari proses sosialisasi dalam
menciptakan perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,sebaiknya seorang anak mulai diajarkan karena
nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya: anak harus mulai diajari sikat gigi ,
buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit
untuk diubah.
H. pengaruh konsekuensi dari inovasi kesahatan terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila
seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka
yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia
tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan
harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas
kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini
perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
bahwa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk
memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi
lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.
Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya
dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan
juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4
aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu
peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan
kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan
kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalam
merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah
setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan
masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki
self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola
penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas,
Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem
kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan
masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif
yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana
Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat
DAFTAR PUSTAKA
1. Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins University,
Maryland, Mayfield Publishing Company
2. Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
3. Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
4. Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care
5. Foster,G,M, traditional societes in technological change,1973.Loentjaraningrat,pengantar
anthropologi,1996
6. Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka cipta,Jakarta,2010
7. http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-status-kesehatan2/
8. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/aspek-sosialbudaya-yang-berhubungan.html
9. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/budaya-yangmempengaruhi-kesehatan.html
10. http://andaners.wordpress.com/2009/04/20/konsep-diri-self-concept/
11. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/pengaruh%20sosial
%20budaya%20dlm%20kesehtan.htm
12. http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/06/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan
diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku
masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh
dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa
diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin
menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta
tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor
penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun
kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Aspek sosial apa saja yang mempengaruhi kesehatan ?
2. Aspek social budaya yang mempengaruhi Perilaku/ status kesehatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah juga agar
kita mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan
Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah :
A. Pengaruh self Concept terhadap perilaku
Self Concept
ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri
terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya kepada orang lain.
Apabila orang lain merasakan kepuasan yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif
maka orang lain akan merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan
yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka dalam jangka waktu lama masyarakat
akan merasa tidak puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana tingkat
kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang lain . Misal : apabila kita merasa
puas dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka
Rumah Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan lebih memudahkan.
Self Contact adalah hal yang penting dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi
perilaku masyarakat
B. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok
Sebagai Contoh:
“ seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan bapak petani apabila sakit pergi
ke dukun, maka akan berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun, walaupun
sekolah menganjurkan ke Puskesmas,
Image masyarakat bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung maka
apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal putung bukan ke dokter orthopedi
”
C. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku kesehatan
Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan diantaranya :
(1) Umur,
(2) Jenis kelamin,
(3) Pekerjaan,
(4) Sosial ekonomià dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam
status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara
aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya/ perilaku kelompok.
Contoh : Perilaku anak muda yang merokok dimulai dari individu dalam kelompok,
Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku kelompok
suatu desa lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi
transaksi pekerjaan, perjodohan dll, sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik
mereka tetap akan kembali disungai
jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan
golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi,
sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit
kronis.demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih
banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat.
begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit
cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih
banyak menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian,
misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah
dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lenih ditemukan pada
kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
2.2 Aspek social yang mempengaruhi Perilaku/ status kesehatan
G.M. Foster (1973 ) mengatakan ada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi kesehatan
seseorang diantaranya :
A.
Tradisi terhadap Perilaku kesehatan
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi
merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru
dibanding wanita.
Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis,
sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
B. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal ini adalah sikap
fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan
kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,dan sakit atau mati itu
adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi
anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian. Dan juga sangat sulit
menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan disaat sakit.
C.
Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang
paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan
bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat
yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap
bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas
kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang
paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih
tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat
tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai
tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan
di masyarakatnya sendiri.
Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang
kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
D.
Perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan
konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh
dengan lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan
Burger dibanding makan ikan kutuk/ lele.
E.
Pengaruh Norma terhadap perilaku kesehatan
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan,
karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Misal ;
adanya norma bahwa laki2 tidak boleh bersalaman dengan Perempuan yang bukan mukrimnya,
sehingga seorang wanita apabila periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita,
sampai pada pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk
periksa wanita hamil harus oleh dokter wanita.
Norma
dimasyarakat
sangat
mempengaruhi
perilaku
kesehatan
dari
anggota
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.
F.
Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku
dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku individu
masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka diangga tidak berperilaku “ pamali” atau “
Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut
ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.
Nilai yang merugikan kesehatan à arti anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga
tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
Nilai yang mendukung kesehatan à tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh
kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key
person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih satu didenda
G. pengaruh unsur budaya yang diajarkan pada tingkat awal dari proses sosialisasi dalam
menciptakan perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,sebaiknya seorang anak mulai diajarkan karena
nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya: anak harus mulai diajari sikat gigi ,
buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit
untuk diubah.
H. pengaruh konsekuensi dari inovasi kesahatan terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila
seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka
yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia
tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan
harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas
kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini
perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
bahwa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk
memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi
lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.
Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya
dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan
juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4
aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu
peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan
kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan
kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalam
merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah
setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan
masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki
self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola
penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas,
Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem
kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan
masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif
yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana
Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat
DAFTAR PUSTAKA
1. Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins University,
Maryland, Mayfield Publishing Company
2. Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
3. Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
4. Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care
5. Foster,G,M, traditional societes in technological change,1973.Loentjaraningrat,pengantar
anthropologi,1996
6. Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka cipta,Jakarta,2010
7. http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-status-kesehatan2/
8. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/aspek-sosialbudaya-yang-berhubungan.html
9. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/budaya-yangmempengaruhi-kesehatan.html
10. http://andaners.wordpress.com/2009/04/20/konsep-diri-self-concept/
11. file:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/pengaruh%20sosial
%20budaya%20dlm%20kesehtan.htm
12. http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/06/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html