Baliho dan Perilaku Politik Masyarakat

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis

Dalam memecahkan suatu masalah penelitian , perlu adanya teori-teori yang akan dijadikan fokus untuk menyoroti permasalahan. Teori-teori yang digunakan menjadi pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti ( Nawawi, 2001:41).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 2005: 72).

Teori yang dianggap relevan untuk membantu peneliti adalah :

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang dilakukan sehari-hari. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communicatio’ yang secara etimologi bersumber dari kata ‘communis’ yang berarti sama, bersama, atau sama makna (Drs. K Prent CM, dkk, seperti yang dikutip peneliti dalam Budiharsono, 2003: 6).

Komunikasi sebagai upaya mencari kesamaan makna, memelihara dan menggerakkan kehidupan manusia, sebagai penggerak dan alat yang menggambarkan aktifitas masyarakat dan peradaban (Budiharsono, 2003: 6). Komunikasi dapat merubah naluri menjadi inspirasi melalui pelbagai proses untuk menjelaskan, bertanya, memerintah, dan mengawasi. Disamping itu, komunikasi merupakan gambaran antara ilmu pengetahuan, perasaan dan pemikiran yang lahir berupa ingatan manusia.

Untuk memahami komunikasi, beberapa ahli memberikan definisi tersendiri diantaranya :


(2)

• Belch dan Belch (2000:139) mendefinisikan komunikasi sebagai arus informasi untuk pertukaran ide atau sebagai proses pembentukan kesatuan pemikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. Berdasarkan definisi ini, bahwa untuk terjadi suatu komunikasi, pertama-tama diperlukan kesamaan pikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. • Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan) (Effendy, 2003:2).

Definisi komunikasi yang sejalan dengan pendapat Hovland yaitu batasan pengertian yang dikemukakan oleh Harold D. Laswell, yang kemudian dikenal dengan formula Lasswell yaitu siapa (who), berkata apa (says what), melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), bagaimana efeknya (with what effect). Secara umum, komunikasi memiliki 4 fungsi utama, yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to persuade).

2.1.1.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikator dengan komunikannya.

Effendy, seperti yang peneliti kutip dari Ruslan (2005: 20), menyatakan bahwa teknik dan proses dalam komunikasi adalah suatu cara atau seni untuk menyampaikan pesan (message) dua arah atau timbal balik (reciprocal two way traffic communication) yang dilakukan komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah suatu pernyataan sebagai paduan antara buah pikiran dan perasaan (cognitive and affective)yang dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, anjuran, persuasi, publikasi, berita dan sebagainya.

Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya. Proses komunikasi dapat


(3)

terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi (id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi).

Lambang-lambang yang dipergunakan dalam komunikasi dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang-lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang-lambang yang bukan bahasa seperti gesture, isyarat dengan menggunakan alat, gambar dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi verbal, yakni komunikasi yang menggunakan bahasa lisan maupun tertulis guna mencapai tujuan komunikasi.

2.1.1.2 Elemen Komunikasi

Unsur atau elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi (Cangara, 2006 : 23-26) ialah :

• Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melihat sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pingirim, komunikator ( source, sender ).

• Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

• Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya.


(4)

• Penerima

penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang paling penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

• Pengaruh/efek Pengaruh atau efek

perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

• Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

• Lingkungan atau situasi

faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

2.1.1.3 Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secaraefektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi, diantaranya yaitu (Effendy, 2003:45)

 Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan


(5)

gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.

 Kepentingan

Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalammenanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktip terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan ( Effendy, 2003:47 ).

 Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorangberbuat sesuatu yang benar sesuai keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda beda dengan orang lain, dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.

 Prasangka

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat bagi suatu kegiatan komunikasioleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah mempunya sifat curiga dan menentang komunikator yang hendak melakukan komunikasi.

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi

 Menginformasikan (to inform)  Mendidik (to educate)

 Menghibur (to entertain)  Mempengaruhi (to influence)


(6)

Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices, One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegaiatan individu dan kelompokmengenai tukar menukar data, fakta dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap sistem, yaitu sebagai berikut ( Effendy, 1995: 27-28 ):

• Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan,dan orang lain, dan agardapat mengambil keputusan yang tepat.

• Sosialisasi

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif didalam masyarakat.

• Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikerjakan.

• Perdebatan dan Diskusi

Menyediakan dan saling bertukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal.


(7)

• Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

• Memajukan kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.

• Hiburan

Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga permainan dan sebagainya unuk rekreasi dan kesenangan kelompok atau individu.

• Integrasi

Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling kenal, mengerti dan menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain (Widjaya, 1993:9).

2.1.2 Teori Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi dimana komunikasi tersebut dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas ( Bungin, 2008 : 71 ). Pengertian lain dari komunikasi massa ialah sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepadasejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak serta elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat ( Ardianto, 2004 : 7).

Berdasarkan definisi komunikasi massa tersebut terdapat karakteristik komunikasi massa yang membedakannya dengan komunikasi lainnya. Perbedaan yang dimaksud meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut (Ardianto, 2004:7).


(8)

Adapun yang menjadi karakteristik komunikasi massa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Komunikator terlembagakan ( Ardianto, 2004 :8 )

Komunikator dalam komunikasi massa adalah media massa itu sendiri. Artinya adalah semua pihak yang yang bekerja dalam sebuah media massa. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan kumpulan individu-individuyang memiliki perannya masing-masing dalam sebuah sistem media massa.

2. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum ( Nurudin, 2004 : 21).

Informasi atau pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa ditujukan kepada semua orang tidak hanya untuk sekelompok orang tertentu saja. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan tidak boleh bersifat khusus karena pesan tersebut akan disampaikan kepada masyarakat luas.

3. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen ( Ardianto, 2004 : 9).

Komunikasi massa bersifat anonim artinya pada komunikassi massa komunikator tidak mengenal komunikan karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain bersifat anonim komunikan juga bersifat heterogen yang artinya terdiri dari beberapa lapisan masyarakat yang berbeda karakteristik.

4. Media Massa menimbulkan keserempakan ( Ardianto, 2004: 10 ).

Keserempakan media massa yang dimaksud adalah keserempakan kontak dengan khalayak dalam jarak yang jauh dengan komunikator dimana khalayak tersebut berada dalam keadaan yang terpisah satu sama lainnya.

5. Komunikasi berlangsung satu arah ( Nurudin, 2004 :23 ).

Komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon dari komunikannya atas informasi yang diberikan karena bersifat tertunda. Dalam komunikasi massa tidak dapat terjadi pengendalian arus informasi


(9)

6. komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper ( Nurudin,2004:28).

Gatekeeper adalah orang atau pihak yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Informasi yang berasal dari media massa telah terlebih dahulu di seleksi oleh gatekeeper apakah informasi tersebut layak atau tidak untuk disebarkan.

2.1.3 Teori Komunikasi Politik

Komunikasi politik sebagai disiplin ilmu telah lama tercantum dalam kurikulum ilmu sosial, baik dalam kajian ilmu komunikasi maupun dalam kajian ilmu politik. Masyarakat dari berbagai tingkatan baik mahasiswa, anggota DPR, siapapun telah terlibat dalam fenomena komunikasi politik. Di Indonesia pada saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan melibatkan masyarakat secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung anggota parlemen, pemilihan langsung Presiden, dan pemilihan langsung kepala daerah. Momen-momen politik tersebut memungkinkan lahirnya berbagai bentuk komunikasi politik. Oleh sebab itu, kajian mengenai komunikasi politik ini akan terus berkembang seiring dengan berjalannya proses politik di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa pengertian komunikasi politik menurut para ahli:

• Komunikasi politik adalah ( kegiatan ) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya ( aktual maupun potensial ) yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik ( Dan Nimmo, 1989:9 )

• Komunikasi politik adalah proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari suatu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik (Rush,1990:24) • Maswadi Rauf (1993:28) mengartikan komunikasi politik sebagai

penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan yang berlangsung di setiap lapisan masyarakat melalui saluran apa saja yang dapat digunakan dan tersedia.


(10)

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Politik

Menurut Sumarno, fungsi komunikasi dapat dibedakan kepada dua bagian yakni:

• Fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental political sphere, yaitu berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas.

• Fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai agresasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung diantara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut (Sumarno, 1993 : 28).

Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komunikasi politik pada hakekatnya sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komunikasi ini bersifat timbal balik atau saling merspon sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.

2.1.4 Teori AIDDA

Konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari attention (perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan), dan action (kegiatan). AIDDA itu sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya agar terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan attention (Effendi, 2007:51-52).


(11)

1. Attention (Perhatian)

Perhatian yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya

2. Interest (Minat)

Pada fase ini, komunikator berusaha untuk membangkitkan minat masyarakat utuk mengenal tentang calon legislatif yang dilihatnya yaitu dengan melakukan pendekatan dengan membuat gambar baliho yang menarik.

3. Desire (Hasrat)

Hasrat atau desire adalah fase dimana keinginan dan minat sudah timbul maka akan ada kemungkinan yang timbul dari masyarakat untuk bertanya atau mencari tahu tentang calon legislatif.

4. Decision (Keputusan)

Keputusan atau decision adalah fase dimana masyarakat sudah merasa yakin akan keputusannya, apakah Ia akan memilih si calon legislatif atau tidak.

5. Action (Tindakan)

Tindakan atau action adalah fase dimana calon pemilih secara nyata menerima dalam artian jadi memilih si calon legislatif, atau menolak dalam artian tidak jadi memilih si calon legislatif.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan baliho sebagai media periklanan dan pendekatan calon anggota legislatif terhadap masyarakat haruslah menarik perhatian, baik dari penggunaan kata-kata dan pemilihan gambar agar dapat membantu masyarakat untuk memutuskan secara selektif.

Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan dan menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau tidaknyaperhatian dipengaruhi oleh daya tarik komunikator (source attractiveness).


(12)

Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya ada hasrat saja dalam diri komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action).

Berikut akan ditampilakan tabel AIDDA

Attention (Perhatian) Khalayak memperhatikan iklan public

figure yang berupa baliho. Perhatian ini muncul karena public figure yang menjadi caleg dari partai politik PAN sehingga kelihatan menarik.

Interest (Minat) Setelah perhatian khalayak terfokus

kepada iklan tersebut, maka perhatian tersebut dapat menjadi minat jika digunakan kata-kata atau kalimat yang merangsang yang menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh. Dengan memperhatikan objek calon anggota legislatif karena adanya kepentingan atau ketertarikan melihat iklan yang menimbulkan public figure yang kelihatan bagus dan terkenal, khalayak tergoda untuk mengetahuinya lebih jauh.

Desire (Hasrat) Kebutuhan atau keinginan khalayak

untuk memiliki, memakai, atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan, yakni dari proses ada rasa kepentingan


(13)

atau ketertarikan terhadap public figure yang menjadi calon legislatif.

Decision (Keputusan) Pada tahap ini kebutuhan khalayak

telah berhasil diciptakan. Khalayak harus diyakinkan agar mengambil keputusan untuk melakukan tindakan memilih. Khalayak harus benar-benar yakin dengan keputusan yang dilakukan untuk memiliki (memilih atau tidak memilih) public figure sebagai calon anggota legislatif.

Action (Tindakan) Tahap ini adalah tahap terakhir yang

akan dilakukan oleh khalayak setelah melalui tahap penelitian, kepentingan, keinginan, keputusan. Public figure dalam iklannya selalu membuat slogan dan diharapkan dapat melakukan tindakan memilih terhadap dirinya.

2.1.4.1 Iklan Politik Luar Ruang Pengetian Iklan Luar Ruang

Iklan luar ruang merupakan salah satu media yang diletakkan di ruangan terbuka yang pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama untuk menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut pakar ahli F. Tjiptono mengemukakan bahwa iklan luar ruang atau media periklanan luar ruang adalah media yang berukuran besar yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti didalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya (Tjiptono, 2008 : 243).


(14)

 Baliho

Baliho merupakan bagian dari iklan luar ruang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia baliho merupakan publikasi yang berlebih lebihan ukurannya agar menarik perhatian masyarakat biasanya dengan gambar yang besar di tempat yang ramai (kbbi.web.id/baliho).

Ciri utama media luar ruang adalah bersifat situasional, artinya dapat ditujukan kepada orang spesifik pada waktu yang paling nyaman dan menarik bagi mereka. Bentuk-bentuk iklan politik luar ruang antara lain : papan reklame, poster, spanduk, umbul-unbul, iklan mobil/bus (iklan transit), dan iklan pohon (Moriarty, 2011 : 298). Iklan yang merupakan salah satu media untuk berkomunikasi dikatakan efektif bila mengandung unsur-unsur tertentu. Hal ini sesuai dengan teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan the 7 C’s of communication yaitu :

1. Credibility, memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. 2. Context, suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan

lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dsn memperhatikan sikap partisipatif.

3. Content, pesan itu mempuyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat.

4. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa sehingga khalayak mudah mengerti atau mempunyai kesamaan arti antara komunikator dan komunikan.

5. Continuity and consistency, komunikasi tersebut mrupakan suatu proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan.

6. Channel, penggunaan media atau pemiihan media yang tepat untuk menyampaikan pesan.

7. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan yaitu melibatkan berbagai faktor adanya suatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya memerlukan perhatian


(15)

dari pihak komunikator dalam menghasilkan suatu pesan (Ruslan, 2005 : 72-74).

Dalam proses pemasangan baliho, komunikasi yang terjadi mempunyai tujuan yang utama yaitu menimbulkan efek terhadap khalayak. Adapun efek-efek tersebut berupa :

1. Efek Kognitif

terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

2. Efek Afektif

timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.

3. Efek Behavioral

merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif dan afektif terhadap khalayak.

2.1.5 Perilaku Politik

2.1.5.1 Pengertian Perilaku Politik

Sebelum kita bicara mengenai perilaku politik, ada baiknya kita tahu dulu apa itu arti perilaku. Menurut Sastroadmodjo, perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja dan lain-lain. Perilaku politik merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik


(16)

keagamaan, dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut masalah politik. Perilaku poitik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses dan pelaksanaan keputusan politik (Sastroatmodjo,1995 : 12).

2.1.5.2 Hubungan Baliho dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Khalayak

Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat (menghasilkan, mengalami, dan sebagainya). Pengetahuan itu sendiri berarti segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan merupakan salah satu hasil dari tahu dan ini terjadi melalui proses penginderaan terhadap suatu objek maupun stimulus tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan peraba. Pengetahuan yang dimiliki seseorang secara umum sebagian besar diperoleh lewat indera penglihatan dan pendengaran. Terbentuknya suatu tindakan seseorang (Overt Behaviour) sangat dipengaruhi oleh pengetahuan atau domain kognitif.

Menurut Notoatmodjo, penetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

• Tahu (know)

Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

• Memahami (comprehension)

Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi terssebut secara benar.


(17)

• Aplikasi (aplication)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi pada situasi atau kondisi sebenarnya, yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya. • Analisis (analysis)

Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen,tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

• Sintesis (synthesis)

Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

• Evaluasi (evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2007 : 47).

Sikap

Sikap dapat dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sesuai yang dinyatakan oleh Sherif & Sherif bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap akan berlangsung dengan manusia dan berhubungan dengan objek tertentu (Hudaniah,2003:98).

Tidak semua sikap adalah sama dalam kemampuannya memprediksi perilaku. Cara bagaimana sikap itu pada awalnya terbentuk mempengaruhi hubungan sikap dengan perilaku. Sikap yang pada dasarnya terbentuk dari pengalaman interaksi secara langsung dengan objek sikap akan cenderung lebih konsisten dengan perilaku daripada sikap yang terbentuk melalui cara yang lain.


(18)

langsung kemungkinan berkaitan erat dengan self-image, sikap ini lebih mudah diakses secara kognitif. Penjelasan yang kedua ini berhubungan dengan kecenderungan orang untuk menggunakan availability heuristic dalam pemrosesan informasi sosial. Sebab sikap yang terbentuk berdasar pada pengalaman secara langsung ini akan tersedia dan dapat diakses secara kognitif dan lebih mungkin menjadi pedoman perilaku seseorang.

Selain itu, sikap biasanya cenderung secara kuat dilandasi ketika orang tersebut memiliki kepentingan pribadi terhadap isu (objek sikap) itu. Sikap ini juga secara kognitif dapat diakses dan lebih jelas berkaitan dengan perilaku. (Hudaniah,2003:126)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan atau diasumsi terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007 : 49).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya relevansi atau kesesuaian antara reaksi dengan stimulus tertentu, yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan, melainkan predisposisi terhadap terjadinya suatu tindakan. Sikap itu masih merupakan suatu respon tertutup, bukan merupakan reaksi yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk melakukan aktivitas terhadap objek yang ada di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

• Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan stimulus yang diberikan objek.

• Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

• Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mediskusikan suatu masalah.


(19)

• Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoadmodjo, 2007 : 50).

Tindakan

Menurut Notoadmodjo, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

• Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

• Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

• Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

• Adopsi (Adoption)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoadmodjo, 2007 : 52).

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka berfikir yang bersifat teoritis serta tersusun secara sistematis menegenai masalah yang diteliti (Adi, 2004:29). Sementara, Suwardi Lubis mengemukakan bahwa kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Dalam kerangka konsep harus dapat menunjukkan sistematis variabel-variabel penelitian yang menujukkan kerangka operasional (Lubis, 1998:110-111).


(20)

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai hubungan antara pelaksanaan pelaksanaan pemilihan Pemilu Legislatif di Kota Pangkalan Berandan dan penggunaan baliho sebagai media kampanye untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap calon anggota legislatif.

Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Konsep

2.3 Variabel Penelitian

a. Variabel X (Independence Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya. Variabelbebas dalam penelitian ini adalah baliho calon anggota legislatif dari partai PAN dengan nomor urut satu.

b. Variabel Y (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipangaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut dengan variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku masyarakat terhadap calon anggota legislatif tersebut.

c. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan frekuensi melihat baliho.

Variabel (X)

Baliho calon anggota legislatif dari partai PAN nomor urut

satu

Variabel (Y) Tingkat keingintahuan


(21)

Tabel 2

Operasional Variabel

Variabel teoritis Variabel Operasional 1. Baliho ( Variabel X )

2. Tingkat Keingintahuan Masyarakat dan sikap beserta perilaku masyarakat dalam memilih (Variabel Y)

1. Suasana saling percaya (credibility)

2. Dibutuhkan masyarakat ( contex) 3. Menyangkut kepentingan orang

banyak (content)

4. Kata-kata isi pesan jelas (clarity) 5. Isi pesan yang terus-menerus

(continuity and consistency) 6. Saluran media tepat (channels) 7. Kebermanfaatan bagi individu

(capability of the audiences)

1. Pengetahuan  Tahu (know)

 Memahami (comprehension)  Apikasi (aplication)

 Analisis (analysis)  Sintesis (synthesis)  Evaluasi (evaluation) 2. Sikap

 Menerima (receiving)  Merespon (responding)  Menghargai (valuing)

 Bertanggung Jawab (responsible) 3. Tindakan

 Persepsi (perseption)

 Respon terpimpin (guided responses)


(22)

3. Karakteristik Responden

 Mekanisme (mechanism)  Adopsi (adoption)

3.1 Usia

3.2 Jenis Kelamin 3.3 Frekuensi Melihat 3.4 Pekerjaan

3.5 Pendidikan

2.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

A. Variabel Bebas terdiri dari:

1. Suasana saling percaya (credibility), sikap percaya yang ditunjukan khalayak sebagai individu atau kelompok di dalam masyarakat tehadap kemasan iklan politik yang ditampilkan dan isi pesan politik yang disampaikan secara terbuka.

2. Dibutuhkan masyarakat (contex), informasi didalam iklan mengemas pemberitahuan untuk mendukung keputusan pemilih menentukan pilihan dalam pemilu legislatif dan gambaran kepercayaan pemilih dengan isi pesan iklan.

3. Menyangkut kepentingan orang banyak (content), kemasan dan isi pesan iklan mampu mendukung pembentukan pemahaman mengenai pentingnya isi informasi di dalam iklan.

4. Kata-kata isi pesan iklan jelas (clarity), informasi yang sampai kepada masyarakat dapat dipahami tujuannya.

5. Isi pesan yang terus-menerus (continuity and consistency), bahwa isi pesan iklan sebagai informasi disampaikan secara teratur dan dalam jangka waktu lama bertujuan membangun pemahaman dalam diri khalayak.


(23)

6. Saluran media tepat (channels), penggunaan media luar ruang untuk iklan baliho sebagai media informasi sudah sesuai dengan keinginan masyarakat.

7. kebermanfaatan bagi individu (capability of the audience), menunjukkan manfaat positif yang secara langsung dapat diperoleh khalayak dengan kebenaran informasi yang dapat diperoleh khalayak dari media lain, hingga membentuk kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas mendukung pemilihan legislatif.

B. variabel Terikat (Perilaku Politik) terdiri dari :

1. Pengetahuan

• Tahu (know) yaitu masyarakat di jalan Stasiun Pangkalan Brandan tahu atau mengingat tentang isi pesan iklan politik ( baliho ) yang digunakan para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Memahami (comprehension) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menjelaskan secara benar tentang isi iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dan dapat menginterpretasikannya secara benar.

• Aplikasi (aplication) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menggunakan iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dalam situasi atau kondisi yang sebenarnya. • Analisis (analysis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan

mampu untuk menganalisis isi iklan politik luar ruang (baliho) para calon anggota legislatif didaerah tersebut.

• Sintesis (synthesis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untukmembuat suatu gagasan baru tentang iklan politik luar ruang (baliho) para calon anggota legislatif tersebut.

• Evaluasi (evaluation) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.


(24)

2. Sikap

• Menerima (receiving) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memerhatikan dan mau menerima keberadaan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Merespon (responding) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memberikan respon terhadap baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Menghargai (valuing) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengajak orang lain untuk mendiskusikan tentang baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Bertanggung Jawab (responsible) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan bertanggung jawab dan mau turut andil dalam penyebaran informasi Pemilu legislatif mengenai baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

3. Tindakan

• Persepsi (perseption) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengenal dan akan memilih salah satu dari calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Respon terpimpin (guided response) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat mengingat dan menyebutkan nomor urut calon anggota legislatif didaerah tersebut.

• Mekanisme (mecanism) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat menyesuaikan dirinya dengan iklan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Adopsi (adoption) yaitu masyarkat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan sudah bisa menerima keberadaan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dan akhirnya dapat menjatuhkan pilihannya pada salah satu calon.


(25)

C. Karakteristik Responden

• Usia yaitu umur masyarakat atau responden ketika mengisi kuesioner. • Jenis kelamin yaitu jenis kelamin rsponden yang mengisi kuesioner • Frekuensi melihat yaitu perkiraan berapa kali kira-kira responden melihat

baliho tersebut dalam sehari selama masa pemilu

• Pekerjaan yaitu mata pencaharian responden sebagai sumber ekonomi. • Pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir responden.

2.5 Hipotesis

Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2004 : 14-15).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha:

1. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap keingintahuan masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.

2. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.

Ho:

1. Tidak terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap keingintahuan masyarkat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.


(26)

2. Tidak teerdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.


(1)

Tabel 2

Operasional Variabel

Variabel teoritis Variabel Operasional 1. Baliho ( Variabel X )

2. Tingkat Keingintahuan Masyarakat dan sikap beserta perilaku masyarakat dalam memilih (Variabel Y)

1. Suasana saling percaya (credibility)

2. Dibutuhkan masyarakat ( contex) 3. Menyangkut kepentingan orang

banyak (content)

4. Kata-kata isi pesan jelas (clarity) 5. Isi pesan yang terus-menerus

(continuity and consistency) 6. Saluran media tepat (channels) 7. Kebermanfaatan bagi individu

(capability of the audiences)

1. Pengetahuan  Tahu (know)

 Memahami (comprehension)  Apikasi (aplication)

 Analisis (analysis)  Sintesis (synthesis)  Evaluasi (evaluation) 2. Sikap

 Menerima (receiving)  Merespon (responding)  Menghargai (valuing)

 Bertanggung Jawab (responsible) 3. Tindakan

 Persepsi (perseption)

 Respon terpimpin (guided responses)


(2)

3. Karakteristik Responden

 Mekanisme (mechanism)  Adopsi (adoption)

3.1 Usia

3.2 Jenis Kelamin 3.3 Frekuensi Melihat 3.4 Pekerjaan

3.5 Pendidikan

2.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : A. Variabel Bebas terdiri dari:

1. Suasana saling percaya (credibility), sikap percaya yang ditunjukan khalayak sebagai individu atau kelompok di dalam masyarakat tehadap kemasan iklan politik yang ditampilkan dan isi pesan politik yang disampaikan secara terbuka. 2. Dibutuhkan masyarakat (contex), informasi didalam iklan mengemas pemberitahuan untuk mendukung keputusan pemilih menentukan pilihan dalam pemilu legislatif dan gambaran kepercayaan pemilih dengan isi pesan iklan.

3. Menyangkut kepentingan orang banyak (content), kemasan dan isi pesan iklan mampu mendukung pembentukan pemahaman mengenai pentingnya isi informasi di dalam iklan.

4. Kata-kata isi pesan iklan jelas (clarity), informasi yang sampai kepada masyarakat dapat dipahami tujuannya.

5. Isi pesan yang terus-menerus (continuity and consistency), bahwa isi pesan iklan sebagai informasi disampaikan secara teratur dan dalam jangka waktu lama bertujuan membangun pemahaman dalam diri khalayak.


(3)

6. Saluran media tepat (channels), penggunaan media luar ruang untuk iklan baliho sebagai media informasi sudah sesuai dengan keinginan masyarakat.

7. kebermanfaatan bagi individu (capability of the audience), menunjukkan manfaat positif yang secara langsung dapat diperoleh khalayak dengan kebenaran informasi yang dapat diperoleh khalayak dari media lain, hingga membentuk kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas mendukung pemilihan legislatif. B. variabel Terikat (Perilaku Politik) terdiri dari :

1. Pengetahuan

• Tahu (know) yaitu masyarakat di jalan Stasiun Pangkalan Brandan tahu atau mengingat tentang isi pesan iklan politik ( baliho ) yang digunakan para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Memahami (comprehension) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menjelaskan secara benar tentang isi iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dan dapat menginterpretasikannya secara benar.

• Aplikasi (aplication) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menggunakan iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dalam situasi atau kondisi yang sebenarnya. • Analisis (analysis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan

mampu untuk menganalisis isi iklan politik luar ruang (baliho) para calon anggota legislatif didaerah tersebut.

• Sintesis (synthesis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untukmembuat suatu gagasan baru tentang iklan politik luar ruang (baliho) para calon anggota legislatif tersebut.

• Evaluasi (evaluation) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap iklan politik baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.


(4)

2. Sikap

• Menerima (receiving) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memerhatikan dan mau menerima keberadaan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Merespon (responding) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memberikan respon terhadap baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Menghargai (valuing) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengajak orang lain untuk mendiskusikan tentang baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Bertanggung Jawab (responsible) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan bertanggung jawab dan mau turut andil dalam penyebaran informasi Pemilu legislatif mengenai baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

3. Tindakan

• Persepsi (perseption) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengenal dan akan memilih salah satu dari calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Respon terpimpin (guided response) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat mengingat dan menyebutkan nomor urut calon anggota legislatif didaerah tersebut.

• Mekanisme (mecanism) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat menyesuaikan dirinya dengan iklan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut.

• Adopsi (adoption) yaitu masyarkat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan sudah bisa menerima keberadaan baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dan akhirnya dapat menjatuhkan pilihannya pada salah satu calon.


(5)

C. Karakteristik Responden

• Usia yaitu umur masyarakat atau responden ketika mengisi kuesioner. • Jenis kelamin yaitu jenis kelamin rsponden yang mengisi kuesioner • Frekuensi melihat yaitu perkiraan berapa kali kira-kira responden melihat

baliho tersebut dalam sehari selama masa pemilu

• Pekerjaan yaitu mata pencaharian responden sebagai sumber ekonomi. • Pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir responden.

2.5 Hipotesis

Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2004 : 14-15).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha:

1. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap keingintahuan masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.

2. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.

Ho:

1. Tidak terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap keingintahuan masyarkat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.


(6)

2. Tidak teerdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan.