Faktor-faktor yang mempengaruhi financial leverage terhadap Industri Perkebunan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya
masyarakat bisnis.
Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk
menguntungkan investor. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat
memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan perluasan
perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu diarahkan
pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang dilakukan
setiap perusahaan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.
Semakin ketatnya persaingan menyebabkan perusahaan-perusahaan berusaha
untuk membenahi kinerjanya dengan berbagai strategi yang dilakukan.
Brigham dan Houston (2011:153) menyatakan bahwa perusahaan yang
sedang berkembang membutuhkan modal yang dapat berasal dari hutang maupun
ekuitas. Menurut Keown (2010:149) perusahaan harus memahami komponenkomponen utama struktur modal. Struktur modal yang optimal adalah struktur
modal perusahaan yang akan memaksimalkan harga sahamnya. Terlalu banyak
utang akan dapat menghambat perkembangan perusahaan yang juga akan
membuat pemegang saham berpikir untuk tetap menanamkan modalnya.Setiap
kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan selalu berhubungan dengan
modal yang dibutuhkan perusahaan. Modal yang digunakan dapatberasal dari
internal dan eksternal perusahaan.
11
Universitas Sumatera Utara
Modal internal perusahaan berasal dari hasil operasi berupa laba yang
ditahan sedangkan eksternal berupa hutang danmodal sendiri atau dalam bentuk
saham.
Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang
digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana saatnya harus di
kembalikan (Brigham, 2009:101). Perusahaan menilai bagaimana perusahaan
menggunakan hutang dalam mendanai modalnya dengan menggunakan rasio
hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio hutang tersebut terdiri dari rasio hutang
terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang terhadap total aktiva s(debt
total aset rasio).
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang
dimiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham( Sartono, 2001).
Financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang dan total
asset perusahaan dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut leverage
ratio. Perusahaan menilai bagaimana perusahaan menggunakan hutang dalam
mendanai modalnya dengan menggunakan rasio hutang yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat financial leverage yang lebih kecil dari nilai asetnya
adalah perusahaan yang solvable. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar
pendanaanya berasal dari utang, akan meningkatkan resiko kebangkrutan
(Husnan ,2000).
Perputaran total aktiva (modal) dapat mengukur seberapa efisien perusahaan
menggunakan
aktivanya
untuk
meningkatkan
penjualan
perusahaan
(Sartono, 2001:121) dengan kata lain dapat mengukur pendayagunaan aktiva
12
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran
aktiva perusahaan maka semakin tinggi tingkat penjualan yang dimiliki
perusahaan dengan menggunakan aktivanya dan akhirnya akan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menunjukkan fenomena
yang cukup menarik yaitu dengan adanya tingkat hutang yang tinggi pada
perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia. Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini
memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai
realitas
ekonomi
dan
sosial
masyarakat
di
banyak
wilayah
di
Indonesia.Perkembangan perkebunan pada satu sisi dianggap sebagai jembatan
yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan ekonomi dunia, memberi
keuntungan finansial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru. .
(http://www.ipard.com/art_perkebun)
Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia meliputi karet, cokelat,
teh, tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkeh, kopi, dan tebu.Berbagai jenis
di antara tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor (kegiatan mengirim barang
ke luar negeri ) yang menghasilkan devisa (tabungan bagi negara) karena ini salah
satu sumber pendapatan negara maka pemerintah ingin meningkatan kualitas
pertanian terutama perkebunan tersebut dan hal ini juga didukung oleh Indonesia
memiliki keanekaragaman hayatiyang sangat tinggi, baik keanekaragaman
ekosistem, keanekaragaman spesies, maupun keragaman genetik dari setiap jenis
yang bisa di manfaatkan. (http://www.ipard.com/art_perkebun)
13
Universitas Sumatera Utara
Industri perkebunan merupakan salah satu yang berperan penting dalam
perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan
lapangan
kerja,
penerimaan
ekspor,
dan
penerimaan
pajak.
Dalam
perkembangannya, Industri perkebunan ini tidak terlepas dari berbagai dinamika
lingkungan nasional dan global. Perubahan strategis nasional dan global tersebut
mengisyaratkan bahwa pembangunan perkebunan harus mengikuti dinamika
lingkungan perkebunan. Pembangunan perkebunan harus mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi perkebunan selain mampu menjawab tantangantantangan globalisasi(http://www.ipard.com/art_perkebun).
Fenomena-fenomena yang dihadapi perkebunan saat ini sebagai berikut:
Pertama adalah perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu
antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif
dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap
SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas
lahan terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan
keduanya hidup berdampingan. Kedua adalah Perkebunan Rakyat (PR) yang
luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas
dan perlindungan yang memadai dari pemerintah.Ketiga adalah Hak menguasai
oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai
Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidakpastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan
belum kunjung diselesaikan.
14
Universitas Sumatera Utara
Keempat adalah masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih
belum memberikan kontribusi pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini
masih belum ada re-distribusi aset dan manfaat yang adil (proporsional) kepada
masyarakat dari usaha perkebunan. Kelima adalah kebijakan pengembangan
perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang ditunjukkan oleh alokasi
pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan,serta pelatihan
sumberdaya
manusia.
(http://pphafh.ub.ac.id/hasil-seminar-dan-lokakarya-
nasional-konflik-agraria).
Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah Industri perkebunan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan Industri perkebunan di
Indonesia memiliki pengaruh yang cukup positifdimana sebagian besar
pendapatan nasional berasal dari industri perkebunan.Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini memperluas dengan menguji
kebijakan financial leverage pada industri perkebunan dengan menggunakan
variabel
penelitian
sstruktur
aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan (growth), dan likuiditas yang diuji pengaruhnya terhadap
financial leverage.
15
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Rata-rata HutangTerbesar pada Tiga Industri Perkebunandi Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2012
No
1
2
3
Total Hutang (Dalam Juta Rupiah)
Nama
Perusahaan
PT Smart
Tbk
PT Tunas
Baru
Lampung Tbk
PT Bakrie
Sumatera
Plantation Tbk
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
2012
5,406,234
5,410,943
6,642,319
7,386,347
7,847,257
1,908,928
1,787,639
2,409,512
2,637,303
3,279,019
2,229,141
2,401,056
9,955,000
9,644,733
10,471,733
3,181,434
3,199,879
6,335,610
6,556,128
7,199,336
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2008 sebesar 3,181,434 pada tahun 2008 sampai tahun
2012 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan
melalui hutang.
Peningkatan hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko
keuangan perusahaan semakin tinggi. Pendanaan hutang yang semakin tinggi
menggambarkan laba perusahaan akan semakin tinggi.
Tabel 1.2
Rata-rata Total Hutang Terkecil pada Tiga Industri Perkebunandi Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2012
No
1.
2.
3.
Nama
Perusahaan
PT Sampoerna
Agro Tbk
PT Gozco
Plantation Tbk
PT Agra Wattie
Tbk
Rata-rata
Total Aktiva (Dalam Juta Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
577,988
474,967
716,582
911,516
1,328,678
517,185
863,511
865,629
1,327,476 1,386,160
717,425
2,163,129 1,525,905 2,894,326 1,163,139
604,199
669,239
791,105
911,516
1,259,325
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2008 sebesar 604,199. Pada tahun 2008 sampai tahun
2012 mengalami fluktuasi yang stabil tiap tahun, hal ini menggambarkan bahwa
terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan melalui hutang. Peningkatan
hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko keuangan perusahaan semakin
tinggi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Financial
leverage terhadap perusahaan dengan judul: ”FAKTOR -FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI FINANCIAL LEVERAGE INDUSTRI
PERKEBUNAN DI INDONESIA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangmaka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah struktur aktiva, profitabilitas (ROA) , ukuran perusahaan (size), growth,
dan likuiditas (Current ratio) berpengaruh terhadapfinancial Leverage pada
industri perkebunan di Indonesia.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk
menganalisis
pengaruh
struktur
aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,likuiditas, dan pertumbuhan (Growth) berpengaruh terhadapfinancial
leveragepadaindustri perkebunan di Indonesi
17
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna
bagi seluruh pihak diantaranya adalah :
1.
Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi bagi investor serta untuk
mempertimbangkan serta mengkombinasikan sumber-sumber dana untuk
kebutuhan
investasi
dan
kegiatan
usaha
yang
nantinya
dapat
memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri
2.
Bagi kalangan akademik
Penelitian ini diharapkan menambah referensi bukti empiris sebagai
rekomendasi penelitian di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan informasi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
3.
Bagi peneliti yang akan datang di harapkan dapat menjadi bahan acuan atau
pertimbangan terutama untuk penelitian mengenai faktor –faktor yang
mempengaruhi struktur modal industri perkebunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4.
Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan keputusan investasi.
5.
Bagi peneliti,untuk menambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan
khususnya mengenai penelitian tentang financial leverage.
18
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya
masyarakat bisnis.
Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk
menguntungkan investor. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat
memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan perluasan
perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu diarahkan
pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang dilakukan
setiap perusahaan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.
Semakin ketatnya persaingan menyebabkan perusahaan-perusahaan berusaha
untuk membenahi kinerjanya dengan berbagai strategi yang dilakukan.
Brigham dan Houston (2011:153) menyatakan bahwa perusahaan yang
sedang berkembang membutuhkan modal yang dapat berasal dari hutang maupun
ekuitas. Menurut Keown (2010:149) perusahaan harus memahami komponenkomponen utama struktur modal. Struktur modal yang optimal adalah struktur
modal perusahaan yang akan memaksimalkan harga sahamnya. Terlalu banyak
utang akan dapat menghambat perkembangan perusahaan yang juga akan
membuat pemegang saham berpikir untuk tetap menanamkan modalnya.Setiap
kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan selalu berhubungan dengan
modal yang dibutuhkan perusahaan. Modal yang digunakan dapatberasal dari
internal dan eksternal perusahaan.
11
Universitas Sumatera Utara
Modal internal perusahaan berasal dari hasil operasi berupa laba yang
ditahan sedangkan eksternal berupa hutang danmodal sendiri atau dalam bentuk
saham.
Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang
digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana saatnya harus di
kembalikan (Brigham, 2009:101). Perusahaan menilai bagaimana perusahaan
menggunakan hutang dalam mendanai modalnya dengan menggunakan rasio
hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio hutang tersebut terdiri dari rasio hutang
terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang terhadap total aktiva s(debt
total aset rasio).
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang
dimiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham( Sartono, 2001).
Financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang dan total
asset perusahaan dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut leverage
ratio. Perusahaan menilai bagaimana perusahaan menggunakan hutang dalam
mendanai modalnya dengan menggunakan rasio hutang yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat financial leverage yang lebih kecil dari nilai asetnya
adalah perusahaan yang solvable. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar
pendanaanya berasal dari utang, akan meningkatkan resiko kebangkrutan
(Husnan ,2000).
Perputaran total aktiva (modal) dapat mengukur seberapa efisien perusahaan
menggunakan
aktivanya
untuk
meningkatkan
penjualan
perusahaan
(Sartono, 2001:121) dengan kata lain dapat mengukur pendayagunaan aktiva
12
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran
aktiva perusahaan maka semakin tinggi tingkat penjualan yang dimiliki
perusahaan dengan menggunakan aktivanya dan akhirnya akan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menunjukkan fenomena
yang cukup menarik yaitu dengan adanya tingkat hutang yang tinggi pada
perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia. Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini
memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai
realitas
ekonomi
dan
sosial
masyarakat
di
banyak
wilayah
di
Indonesia.Perkembangan perkebunan pada satu sisi dianggap sebagai jembatan
yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan ekonomi dunia, memberi
keuntungan finansial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru. .
(http://www.ipard.com/art_perkebun)
Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia meliputi karet, cokelat,
teh, tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkeh, kopi, dan tebu.Berbagai jenis
di antara tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor (kegiatan mengirim barang
ke luar negeri ) yang menghasilkan devisa (tabungan bagi negara) karena ini salah
satu sumber pendapatan negara maka pemerintah ingin meningkatan kualitas
pertanian terutama perkebunan tersebut dan hal ini juga didukung oleh Indonesia
memiliki keanekaragaman hayatiyang sangat tinggi, baik keanekaragaman
ekosistem, keanekaragaman spesies, maupun keragaman genetik dari setiap jenis
yang bisa di manfaatkan. (http://www.ipard.com/art_perkebun)
13
Universitas Sumatera Utara
Industri perkebunan merupakan salah satu yang berperan penting dalam
perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan
lapangan
kerja,
penerimaan
ekspor,
dan
penerimaan
pajak.
Dalam
perkembangannya, Industri perkebunan ini tidak terlepas dari berbagai dinamika
lingkungan nasional dan global. Perubahan strategis nasional dan global tersebut
mengisyaratkan bahwa pembangunan perkebunan harus mengikuti dinamika
lingkungan perkebunan. Pembangunan perkebunan harus mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi perkebunan selain mampu menjawab tantangantantangan globalisasi(http://www.ipard.com/art_perkebun).
Fenomena-fenomena yang dihadapi perkebunan saat ini sebagai berikut:
Pertama adalah perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu
antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif
dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap
SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas
lahan terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan
keduanya hidup berdampingan. Kedua adalah Perkebunan Rakyat (PR) yang
luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas
dan perlindungan yang memadai dari pemerintah.Ketiga adalah Hak menguasai
oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai
Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidakpastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan
belum kunjung diselesaikan.
14
Universitas Sumatera Utara
Keempat adalah masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih
belum memberikan kontribusi pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini
masih belum ada re-distribusi aset dan manfaat yang adil (proporsional) kepada
masyarakat dari usaha perkebunan. Kelima adalah kebijakan pengembangan
perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang ditunjukkan oleh alokasi
pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan,serta pelatihan
sumberdaya
manusia.
(http://pphafh.ub.ac.id/hasil-seminar-dan-lokakarya-
nasional-konflik-agraria).
Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah Industri perkebunan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan Industri perkebunan di
Indonesia memiliki pengaruh yang cukup positifdimana sebagian besar
pendapatan nasional berasal dari industri perkebunan.Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini memperluas dengan menguji
kebijakan financial leverage pada industri perkebunan dengan menggunakan
variabel
penelitian
sstruktur
aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan (growth), dan likuiditas yang diuji pengaruhnya terhadap
financial leverage.
15
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Rata-rata HutangTerbesar pada Tiga Industri Perkebunandi Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2012
No
1
2
3
Total Hutang (Dalam Juta Rupiah)
Nama
Perusahaan
PT Smart
Tbk
PT Tunas
Baru
Lampung Tbk
PT Bakrie
Sumatera
Plantation Tbk
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
2012
5,406,234
5,410,943
6,642,319
7,386,347
7,847,257
1,908,928
1,787,639
2,409,512
2,637,303
3,279,019
2,229,141
2,401,056
9,955,000
9,644,733
10,471,733
3,181,434
3,199,879
6,335,610
6,556,128
7,199,336
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2008 sebesar 3,181,434 pada tahun 2008 sampai tahun
2012 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan
melalui hutang.
Peningkatan hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko
keuangan perusahaan semakin tinggi. Pendanaan hutang yang semakin tinggi
menggambarkan laba perusahaan akan semakin tinggi.
Tabel 1.2
Rata-rata Total Hutang Terkecil pada Tiga Industri Perkebunandi Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2012
No
1.
2.
3.
Nama
Perusahaan
PT Sampoerna
Agro Tbk
PT Gozco
Plantation Tbk
PT Agra Wattie
Tbk
Rata-rata
Total Aktiva (Dalam Juta Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
577,988
474,967
716,582
911,516
1,328,678
517,185
863,511
865,629
1,327,476 1,386,160
717,425
2,163,129 1,525,905 2,894,326 1,163,139
604,199
669,239
791,105
911,516
1,259,325
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2008 sebesar 604,199. Pada tahun 2008 sampai tahun
2012 mengalami fluktuasi yang stabil tiap tahun, hal ini menggambarkan bahwa
terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan melalui hutang. Peningkatan
hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko keuangan perusahaan semakin
tinggi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Financial
leverage terhadap perusahaan dengan judul: ”FAKTOR -FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI FINANCIAL LEVERAGE INDUSTRI
PERKEBUNAN DI INDONESIA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangmaka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah struktur aktiva, profitabilitas (ROA) , ukuran perusahaan (size), growth,
dan likuiditas (Current ratio) berpengaruh terhadapfinancial Leverage pada
industri perkebunan di Indonesia.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk
menganalisis
pengaruh
struktur
aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,likuiditas, dan pertumbuhan (Growth) berpengaruh terhadapfinancial
leveragepadaindustri perkebunan di Indonesi
17
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna
bagi seluruh pihak diantaranya adalah :
1.
Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi bagi investor serta untuk
mempertimbangkan serta mengkombinasikan sumber-sumber dana untuk
kebutuhan
investasi
dan
kegiatan
usaha
yang
nantinya
dapat
memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri
2.
Bagi kalangan akademik
Penelitian ini diharapkan menambah referensi bukti empiris sebagai
rekomendasi penelitian di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan informasi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
3.
Bagi peneliti yang akan datang di harapkan dapat menjadi bahan acuan atau
pertimbangan terutama untuk penelitian mengenai faktor –faktor yang
mempengaruhi struktur modal industri perkebunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4.
Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan keputusan investasi.
5.
Bagi peneliti,untuk menambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan
khususnya mengenai penelitian tentang financial leverage.
18
Universitas Sumatera Utara