Contoh Penulisan Jurnal Ilmiah Guru,Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah - WAWASAN PENDIDIKAN NUSANTARA SUGIYARTO

PENINGKATKAN KINERJA GURU KELAS ENAM SD DALAM
PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS
SECARA PERIODIK
Oleh
Sugiyarto, UPT.PUD.NFI DAN SD Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar
HP.085229265887
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
guru kelas enam sekolah Dasar se-Gugus Kenari Kecamatan Kerjo Kabupaten
Karanganyar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran melalui
supervisi klinis secara periodik yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara maksimal. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) selama dua siklus dengan langkah: perencanaan,
pelaksanaan, observasi ( pengamatan ) dan refleksi. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian tindakan sekolah menunjukkan bahwa, dengan kegiatan supervisi
klinis yang dilaksanakan di gugus kenari kecamatan Kerjo kabupaten
Karanganyar secara periodik dapat meningkatkan kemampuan guru kelas enam
dalam pembelajaran. Peningkatan kinerja guru cukup menggembirakan yaitu
yang semula rata-rata 2,46 dengan level cukup menjadi 3,64 pada level sangat
baik. Dengan kegiatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara periodik baik
oleh kepala sekolah maupun pengawas sekolah ternyata dapat menjadikan guru
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran.

Keywords : Kinerja, Supervisi Klinis, periodik
Berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru kelas enam
di gugus Kenari belum menunjukkan kinerjanya dengan baik, mereka belum mampu
menyusun perencanaan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Di sisi lain
kepala sekolah dan pengawas belum secara terencana melaksanakan supervisi dalam
rangka membantu dan membina guru dalam memecahkan kesulitan. Peran serta
kepala sekolah dan pengawas dalam kegiatan supervisi klinis sangat diharapkan guru
dalam rangka mengatasi kesulitan dan meningkatkan keprofesionalannya, sehingga
mampu memberikan pelayanan kepada siswanya dengan optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pantauan yang dilakukan pengawas dan
kepala sekolah

sebelumnya dapat teridentifikasi masalah sebagai berikut: (1)

kurangnya komunikasi dan koordinasi di antara para guru, kepala sekolah, dan
pengawas, (2) Supervisi jarang dilaksanakan dan apabila dilaksanakan lebih
cenderung ke aspek administrasi, (3) kurangnya kesempatan untuk mengikuti
kegiatan penataran/pelatihan maupun seminar, (4) kegiatan KKG belum maksimal
keberadaannya. Pada hal untuk menjadikan guru yang profesional itu perlu adanya
pembinaan yang berkelanjutan dari kepala sekolah maupun dari pengawas sekolah.

Agar permasalahan yang dikaji lebih fokus dan terarah, maka permasalahan
dibatasi pada upaya peningkatan kemampuan guru kelas enam Sekolah Dasar di
Gugus Kenari Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dalam Pembelajaran
melalui pendekatan supervisi klinis secara periodik. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:“Apakah melalui
supervisi klinis secara periodik dapat meningkatkan kinerja guru kelas enam dalam
pembelajaran di Gugus kenari Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar?.
Sedangkan upaya untuk pemecahan masalah tersebut perlu melaksanakan supervisi
klinis secara periodik oleh kepala sekolah maupun pengawas sekolah, sehingga
menjadikan guru lebih profesional..
Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru kelas enam
dalam pembelajaran melalui supervisi klinis secara periodik di Gugus Kenari
Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.
Manfaat Penelitian ini bagi siswa adalah: meningkatkan aktivitas dan
kemampuan dalam mengikuti pelajaran, bagi guru: dapat meningkatkan kinerjanya
dalam pembelajaran. Sedangkan bagi kepala sekolah dan poengawas dapat
memotivasi dalam melaksanakan supervsi.
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti
akan mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan judul penelitian yang
peneliti pilih yaitu tentang :1) Kinerja guru dan , 2) Supervisi Klinis.

KINERJA
Pengertian kinerja menurut Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala dalam
bukunya Martinis Yamin dan Maisah (2010:129 ) adalah merupakan suatu konstruksi

multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.

Menurut

Abdullah Munir (2008:30) Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi lembaga. Menurut Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala
(2010:129) Kinerja merupakan suatu konstruksi multi dimensi yang mencakup
banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain: a) r personal/individual, b)
kepemimpinan, c) tim, d) sistem, e) kontektual (situasional), Tujuan dilakukannya
penilaian kinerja di sektor pendidikan menurut

Martinis Yamin dan Maisah

(2010:vi) adalah: (1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi pendidikan;
(2) Menyediakan sarana pembelajaran tenaga kependidikan; (3) Memperbaiki kinerja

tenaga kependidikan untuk periode berikutnya, (4) Memberikan pertimbangan yang
sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan panishment kepada
tenaga kependidikan; (5) memotivasi tenaga kependidikan; (6) Menciptakan
akuntabilitas organisasi kependidikan.
SUPERVISI KLINIS
Pengertian Supervisi Klinis. Menurut Keith Acheson dan Meredith D. Gall,
dalam bukunya M. Ngalim Purwanto (2009: 90), mengemukakan bahwa, Supervisi
klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan)
antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Secara tehnik bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas
tiga fase, yaitu (1) pertemuan perencanaan, (2) observasi kelas, (3) pertemuan balik.
Sedangkan menurut John J. Boll, dalam buku M. Ngalim Purwanto (2009:
91), menyimpulkan : Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan
untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam
penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan
obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
Ada beberapa karakteristik Supervisi Klinis antara lain: a) bantuan yang
diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah, tetapi tercipta hubungan
manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman
diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan. b)


apa yang akan

disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia
memang membutuhkan bantuan itu, c) satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki
guru merupakan satuan yang terintegrasi. harus dianalisis sehingga terlihat
kemampuan apa, ketrampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki, d) Suasana
dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan dan
ketrerbukaan, e) supervisi yang diberikan tidak saja pada ketrampilan mengajar tapi
juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah
mengajar, f) instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar
kesepakatan antara supervisor dan guru, .g) balikan yang diberikan harus secepat
mungkin dan bersifat objektif, h) dalam percakapan balikan seharusnya datang dari
pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor, i) adanya penguatan dalam umpan balik
dari supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil
pembinaan, j) supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan dan memecahkan suatu masalah.
Prinsip-prinsip supervisi klinis, antara lain:a) supervisi klinis yang dilakukan
harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu. b) perilaku supervisi harus
sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan

dari supervisor, c) ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa
kesejawatan, d) ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan
apa yang dialaminya, e) objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil
yang mereka sungguh alami, f) perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik
yang harus diangkat untuk diperbaiki.
Langkah-langkah supervisi klinis terdiri dari tiga tahap yaitu : a) tahap
pertemuan awal, pada tahap ini supervisor mengadakan kesepakatan dengan guru
untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme. Tahap
pertemuan awal dapat disebut juga sebagai tahap pembicaraan awal atau tahap
pembicaraan dalam menentukan supervisi klinis yang akan diterapkan. b) tahap
observasi kelas.ini dilaksanakan pada saat guru melaksanakan kegiatan belajarmengajar di kelas atau di luar kelas. Observasi kelas ini diupayakan tidak
mengganggu suasana kelas, sehingga pembelajaran tetap berlangsung secara alamiah
tidak terpengaruh oleh kehadiran supervisor. c) tahap pertemuan balikan, dilakukan

segera sesudah kegiatan belajar-mengajar selesai. Pertemuan ini merupakan diskusi
klarifikasi, analisis, dan balikan antara supervisor dan guru kelas. Supervisor
menunjukkan catatan dan bukti-bukti sedemikian rupa, sehingga guru kelas dapat
mengetahui

kekurangan-kekurangan


dan

kelebihan-kelebihan

pada

saat

melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai
berikut, di gugus kenari Kecamatan Kerjo jarang dilaksanakan supervisi klinis baik
oleh Kepala sekolah maupun

Pengawas sekolah sehingga pada umumnya guru

belum menampakkan kinerjanya dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
kondisi yang demikian maka perlu dilaksanakan kegiatan supervisi klinis secara
periodik, dengan harapan dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran
menjadi lebih baik, dimana mereka mampu merubah pola mengajarnya dengan

menyiapkan daya dukung yang berupa: sumber belajar yang lengkap, pemilihan
metode yang tepat, mau dan mampu menggunakan media yang sesuai, serta
menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif sehingga akan memotivasi
siswa aktif dalam mengikuti pelajaran yang akhirnya hasil belajarnya akan
meningkat

Berepijak dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas dapat di rumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut, “Kegiatan Supervisi klinis secara periodik dapat
meningkatkan Kinerja guru kelas enam dalam pembelajaran di Gugus Kenari
Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

METODE
Dalam mengadakan penelitian, peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar
Gugus Kenari ( SDN 01 Karangrejo, SDN 02 Karangrejo, SDN 03 Karangrejo, SDN
04 Karangrejo, SDN 05 Karangrejo) Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengambil waktu selama 3 bulan, yaitu
mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan April tahun 2010. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS).
Peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah diawali dengan
supervisi ke sekolah-sekolah se Gugus Kenari untuk melihat kemampuan awal guru

kelas enam dalam merencanakan dan melaksanakan dan menentukan tindak lanjut
pembelajaran. Hal ini peneliti lakukan untuk mengetahui dari dekat kendala apa yang
dihadapi oleh guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui pula solusi/ upaya apa
yang sekiranya tepat yang dapat diberikan kepada para guru.

Penelitian ini

menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan 4 (empat)
langkah setiap siklusnya, yaitu: a) perencanaan tindakan, pada tahap ini supervisor
mengadakan kesepakatan dengan guru untuk memperbaiki pembelajaran guru. Pada
tahap in supervisor berusaha memulai pembicaraan dalam suasana penuh keakraban,
terbuka, bersahabat, sehingga terbangun hubungan kerjasama yang baik dan
harmonis. b) pelaksanaan kegiatan; (1) dalam pelaksanaan kegiatan ini diawali
dengan semacam workshop yang berisi sherring dan pembinaan guru serta kepala
sekolah untuk menyamakan persepsi dan langkah yang segera untuk ditindak lanjuti
dalam rangka peningkatan kinerja, (2).mengadakan supervisi klinis ke dalam kelas
untuk mengamati kenerja guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran yang
dibuat oleh guru, (3) mengamati kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas atau di luar kelas (4) memberikan catatan tentang kekurangan/kelemahan yang
ditemukan dalam kegiatan supervisi di kelas atau di luar kelas, (5) membimbing dan

memberikan contoh dan pengarahan kepada

guru dalam melaksanakan

pembelajaran. c) pengamatan ( Observasi ), tahap observasi kelas ini dilaksanakan
pada saat guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas atau di luar kelas.
Kegiatan observasi ini diupayakan tidak mengganggu suasana kelas, sehingga
pembelajaran tetap berlangsung secara alamiah tidak terpengaruh oleh kehadiran

supervisor,. (d) Refleksi,

tahap refleksi ini dilakukan segera sesudah kegiatan

belajar-mengajar selesai. Pertemuan ini merupakan diskusi klarifikasi, analisis, dan
balikan antara supervisor dan guru kelas berkaitan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya. Supervisor menunjukkan catatan dan bukti-bukti sedemikian rupa,
sehingga guru kelas dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihankelebihan pada saat melaksanakan proses pembelajaran.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif. Adapun analisis kuantitatif digunakan untuk

mengetahui keberhasilan guru berdasarkan standar yang telah ditetapkan( APKG)
Indikator yang ditetapkan adalah, terjadinya peningkatan kinerja guru dalam
pembelajaran yaitu dalam menyusun rencana, melaksanakan, mengevaluasi dan
menindaklanjuti pembelajaran.( rata-rata nilai guru mencapai lebih dari 3,50)

HASIL PENELITIAN
Kondisi Awal
Untuk mengetahui seberapa kemampuan awal para guru, maka dilakukan
langkah observasi ke sekolah-sekolah untuk mengumpulkan data, dari pantauan
awal diperoleh kesimpulan rata-rata sebagai berikut :
1. Guru dalam mengajar tidak berpedoman pada silabus atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), tapi berpedoman pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
melaksanakan pembelajaran cenderung teks book tanpa daya dukung metode,
media, sumber belajar yang memadahi serta dengan pengelolaan kelas yang
kurang baik.
2. Guru dalam

melakukan penilaian kurang terprogram, sehingga terkesan

sekenanya tanpa ada penilaian awal, proses maupun penilaian akhir serta kegiatan
tindak lanjut
Rata-rata guru kelas enam di gugus kenari kecamatan kerjo kinerjanya
dalam pengelolaan pembelajaran masih dalam kategori cukup, dengan kisaran nilai

pelaksanaan pembelajaran 2,46 seperti yang dapat dilihat pada gambar 1 . Hal ini
dikarenakan guru kurang termotivaasi dalam melaksanakan pembelajaran dan jarang
dilaksanakan supervisi secara pereodik oleh kepala sekolah maupun pengawas..
Gambar 1
Diagram Keberhasilan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran
(Pra Siklus)

4

2.67

2.40

2.50

2.35

2.40

3

2

1

0

SDN 01
Karangrejo

SDN 02
Karangrejo

SDN 03
Karangrejo

SDN 04
Karangrejo

SDN 05
Karangrejo

Pelaksanaan Siklus Pertama.
Kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan sekolah
adalah melakukan perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru pada
umumnya dan peneliti yang sekaligus sebagai pengawas TK/SD adalah sebagai
berikut: a) guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, b) supervisor melakukan koordinasi, yaitu dengan
mengumpulkan guru kelas enam beserta kepala sekolahnya se gugus kenari di
SD inti

untuk menyamakan persepsi dalam mengambil langkah-langkah yang

kongkrit dalam pembelajaran serta menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru.
Dalam pelaksanaan siklus pertama; a) guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan, b) supervisor hadir ke sekolah sekolah
untuk melaksanakan supervisi/ mengamati dari dekat kinerja guru dalam
pembelajaran, memberikan penilaian dan memberikan pendampingan/bimbingan,
arahan seta contoh secara pribadi kepada para guru kelas enam dalam pembelajaran,

c) setelah kegiatan supervisi klinis dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan kegiatan
analisa hasil supervisi kinerja/kompetensi guru kelas enam dalam pembelajaran.
Pada waktu peneliti melaksanakan supervisi klinis guru kelas enam ke
sekolah-sekolah segugus kenari, peneliti secara langsung sudah melaksanakan
observasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam
mengikuti pelajaran sekaligus melaksanakan

penilaian kinerja guru kelas enam

dalam pembelajaran ke seluruh sekolah secara bergiliran. Rata-rata guru kelas enam
di gugus kenari kecamatan kerjo kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran sudah
ada peningkatan dari semula rata-rata 2.46 dengan kategori sedang menjadi 3.04
dengan kategori baik, seperti dapat dilihat pada gambar 2..
Gambar 2
Diagram Keberhasilan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran
( Siklus 1 )

3.17

2.96

4

3.00

3.00

3.00

3

2

1

0

SDN 01
Karangrejo

SDN 02
Karangrejo

SDN 03
Karangrejo

SDN 04
Karangrejo

SDN 05
Karangrejo

Berdasarkan hasil observasi maka peneliti yang sekaligus sebagai pembina
gugus melanjutkan kegiatan refleksi guna membahas kendala dan mencarikan solusi
yang terbaik untuk memecahkannya.. Adapun langkah yang diambil adalah
melaksanakan tindakan atau kegiatan yang sama dengan memperbaiki kembali
komponen kinerja guru yang kurang dalam pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan Siklus Kedua.

Siklus kedua ini dilaksanakan berdasarkan temuan dari siklus pertama,
bagian yang sudah baik dipertahankan, sedangkan bagian yang keberhasilannya
masih minim atau kecil perlu diperbaiki dengan langkah kegiatan perencanaan, pada
kegiatan ini a) guru berdiskusi dengan sesama guru se gugus kenari yang dibantu
oleh supervisor untuk mengidentifikasi / menganalisa permasalahan yang dihadapi
oleh masing-masing guru dan anak didik, b) mereview materi pembelajaran mulai
dari penyusunan rencana pembelajaran hingga pelaksanaan dan tindak lanjutnya, c)
guru melaksanakan pembelajaran di kelas berdasarkan rencana pembelajaran yang
telah disempurnakan dari hasil refleksi pada siklus pertama. Pada tahap ini
supervisor mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang melaksanakan
proses pembelajaran, yang diamati adalah meliputi aktivitas guru dalam penyusunan
perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian dan tindak lanjut. Dari data yang ada
diperoleh gambaran informasi bahwa, ada kenaikan hasil rata-rata nilai kinerja guru
dalam pembelajaran pada siklus kedua ini dari 3.04 menjadi 3.64. Kalau dirunut dari
awal kegiatan berarti ada kenaikan yang sangat menggembirakan dan telah
melampaui indikator yang ditetapkan bersama yaitu 3.50, seperti dapat dilihat pada
gambar 3. Dengan demikian berarti kegiatan penelitian dapat diakhiri, dan dapat
disimpulkan bahwa, dengan melaksanakan supervisi klinis secara periodik mampu
meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran yaitu dari level cukup menjadi amat
baik.
Gambar 3
Diagram Keberhasilan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ( Siklus 2
)
3.82

3.53

3.64

3.60

3.67

4

3

2

1

0

SDN 01
Karangrejo

SDN 02
Karangrejo

SDN 03
Karangrejo

SDN 04
Karangrejo

SDN 05
Karangrejo

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Untuk meningkatkan kinerja guru kelas enam Sekolah Dasar dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di gugus kenari Kecamatan
Kerjo melalui supervisi klinis secara periodik dilaksanakan dalam dua tahap (siklus)
dan tiap siklusnya dilaksanakan dalam empat langkah yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Dalam pelaksanaannya dapat
digambarkan sebagai berikut: sebelum dilaksanakan tindakan kondisi rata-rata guru
kelas enam di gugus kenari apabila akan melaksanakan pembelajaran tidak diawali
dengan

perencanaan

yang

baik

dan

benar

serta

dalam

melaksanakan

pembelajarannyapun tanpa didukung dengan sumber bahan, metode dan media yang
cukup memadahi. Bertolak dari kondisi yang demikian maka dilaksanakan tindakan
yang disesuaikan dengan apa yang direncanakan selama dua siklus, maka terjadilah
perubahan yang sangat menggembirakan, hal ini berkat semua guru kelas enam se
gugus kenari dan supervisor telah membuat komitmen bersama untuk meningkatkan
kinerjanya dalam pembelajaran semaksimal mungkin, supervisor telah melaksanakan
supervisi klinis ke sekolah-sekolah segugus Kenari kecamatan Kerjo secara periodik
dan menindaklanjuti temuan di lapangan.
Rata-Rata Hasil Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

No
.
1.
2.

Kegiatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Rata-rata

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

2.45
2.47
2.46

3.03
3.05
3.04

3.63
3.65
3.64

Berdasarkan tabel hasil penilaian kinerja guru dalam pembelajaran serta
plus minusnya pelaksanaan kegiatan supervisi klinis yang telah dilakukan pada siklus
pertama dan kedua, ternyata dapat meningkatkan kinerja para guru kelas enam

Sekolah Dasar di gugus kenari Kecamatan Kerjo dari nilai kinerja 2.46 level cukup
menjadi 3.64 pada level sangat baik.
Kesimpulan.
Supervisi klinis yang dilaksanakan secara periodik baik oleh kepala sekolah
maupun pengawas dapat meningkatkan kinerja guru kelas enam Sekolah Dasar
dalam pembelajaran di gugus kenari Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.
Saran
Guru diharapkan lebih konsisten dan lebih banyak berlatih seta belajar agar menjadi
guru yang profesional sehingga dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik,
yang pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat pada peserta didiknya secara
optimal. Supervisor ( Kepala Sekolah dan Pengawas ) perlu banyak belajar agar
dapat melaksanakan kegiatan supervisi dalam rangka memberi bantuan dan
pembinaan guru, sehingga mereka mampu melakukan perubahan pembelajaran yang
lebih efektif, inovatif, dan efisien serta dapat menjadi agen pembaharuan/perubahan
agar mutu pendidikan dapat terus maju selaras dengan tuntutan perkembangan dunia
pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Munir (2008). Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: ArRuzz media.
Herabudin (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan Bandung: CV
Pustaka Setia.
Malayu S.P. Hasibuan (2001). Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Martinus & Maisah (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung
Persada.
Ngalim Purwanto (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
Sarwiji Suwandi (2009). Penelitian Tindakan Kelas(PTK) dan Penulisan
Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.