Contoh Penulisan Jurnal Ilmiah Guru,Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah - WAWASAN PENDIDIKAN NUSANTARA DYAH BUDIARSIH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PTS MELALUI
PEMBIMBINGAN KEPALA SD
Oleh:
Dyah Budiarsih
Pengawas TK/SD UPK Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas
Jl. Let. Jend. Soemarto No. 144 Purwokerto
E-mail: dyahbudiarsih@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah kemampuan Kepala SD dalam menyusun PTS dapat
ditingkatkan melalui pembimbingan, berapa prosentase Kepala SD yang dapat menghasilkan laporan
PTS, bagaimana tingkat kelayakan laporan PTS yang disusun, dan bagaimana tindakan pembimbingan
yang dilakukan peneliti. Prosedur tindakan pembimbingan yang dilakukan meliputi dua siklus.
Langkah-langkah setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/evaluasi, serta refleksi.
Tindakan pembimbingan dilakukan kepada 6 Kepala SD sebagai subjek penelitian, sedangkan sebagai
pengamat atau kolaborator adalah teman sejawat, Pengawas TK/SD dabin 3. Data yang dikumpulkan
meliputi data kemampuan menyusun PTS berupa jumlah PTS dan tingkat kelayakan, serta data
keberhasilan pembimbingan. Data tersebut dikumpulkan menggunakan instrumen yang sebelumnya
dibuat kisi-kisi berdasarkan teori. Temuan hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat bukti naiknya
kemampuan menyusun PTS setelah dibimbing, dari 53% menjadi 80%, 2) Terdapat hasil laporan PTS 6
eksemplar atau 100%, 3) Kelayakan laporan PTS cukup layak yaitu 80%, 4) Tindakan pembimbingan
nampak maksimal yaitu 93,5%.

Keywords: kemampuan menyusun PTS, kelayakan PTS, dan pembimbingan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) bagi kepala sekolah antara lain untuk: 1) meningkatkan
kemampuan dan sikap profesional; 2) menumbuh-kembangkan budaya akademik sehingga tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu sekolah secara ilmiah; 3) meningkatkan mutu
proses dan hasil pengelolaan sekolah; 4) membuat kepala sekolah menjadi peka dan tanggap
terhadap masalah-masalah yang muncul; 5) meningkatkan kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan
hasil belajar siswa; dan 6) guna mendapatkan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan dan atau
serifikasi guru (Dirjen PMPTK, 2009: 10-11).
Membaca manfaat di atas, PTS menjadi sangat penting bagi kepala sekolah. Selain itu, imbas
dari diklat penguatan kepala sekolah/pengawas yang diselenggarakan oleh LPMP, kepala sekolah
kesulitan menyusun PTS. Mereka minta dibimbing oleh pengawas, sedangkan pengawas juga
mendapat tugas membimbing menyusun PTS. Berdasarkan hal tersebut, sebelum melakukan
pembimbingan, peneliti sebagai pengawas TK/SD melakukan survei. Survei tentang penelitian
tindakan yang pernah dilakukan oleh Kepala SD di wilayah daerah binaan (dabin) 1 Unit Pendidikan
Kecamatan (UPK) Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas.

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar Kepala SD belum mampu menyusun
penelitian tindakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya data hasil survei, bahwa dari 6 Kepala SD
hanya ada 1 orang yang pernah melakukan penelitian tindakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), sedangkan 5 Kepala SD yang lain belum pernah melakukan. Dengan demikian kepala SD
perlu dibimbing. Pembimbingan kepada Kepala SD merupakan salah satu tugas pokok pengawas
sekolah. Pengawas wajib memberikan bimbingan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala
sekolah.
Berdasarkan hasil survei tersebut, penelitian ini akan membahas tentang upaya peningkatan
kemampuan dalam menyusun PTS bagi Kepala SD dengan melaksanakan tindakan pembimbingan
oleh peneliti selaku pengawas TK/SD. Hal ini sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Permendiknas Nomor
39 tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, yang
berbunyi “Beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan adalah
melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan”.
Rumusan masalah pada penelitian tindakan ini sebagai berikut: 1) Apakah kemampuan
Kepala SD dalam menyusun PTS dapat ditingkatkan melalui pembimbingan Pengawas TK/SD? 2)
Berapa persen Kepala SD yang dapat menghasilkan laporan PTS? 3) Bagaimanakah tingkat
kelayakan laporan PTS yang disusun Kepala SD? 4) Bagaimanakah tindakan pembimbingan yang
dilakukan Pengawas TK/SD? Keempat masalah di atas akan dipecahkan dengan melakukan
penelitian tindakan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) apakah kemampuan Kepala SD dalam menyusun
PTS dapat ditingkatkan melalui pembimbingan Pengawas TK/SD; 2) berapa persen Kepala SD yang
dapat menghasilkan laporan PTS; 3) bagaimanakah tingkat kelayakan laporan PTS yang disusun
Kepala SD; dan 4) bagimanakah tindakan pembimbingan yang dilakukan Pengawas TK/SD.

Kemampuan Menyusun PTS
PTS adalah penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti (umumnya praktisi) di sekolah untuk
membuat peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki praktik-praktik kerja, dan
melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu pengetahuan terapan (professional
knowledge). Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan tindakan nyata
untuk memperbaiki situasi atau melakukan inovasi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap
dalam menyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan (Dirjen PMPTK, 2010: 5).

Beberapa keunggulan ketika seseorang melakukan penelitian dengan metode tindakan antara
lain: 1) mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya, 2) mereka dapat merasakan hasil dari
tindakan yang telah direncanakan, 3) bila treatment (perlakuan) dilakukan pada pada responden
maka responden dapat merasakan hasil perlakukan. Keunggulan tersebut tidak dimiliki oleh
penelitian dengan metode lain. Dengan kata lain penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau
seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman
mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses orang lain (Sukardi, 2003: 210).
Dengan demikian, yang dimaksud kemampuan menyusun PTS adalah kemampuan dalam
menyusun proposal, melaksanakan penelitian, dan menyusun laporan penelitian beserta instrumeninstrumennya.
Pembimbingan
Pembimbingan adalah proses interaksi antara pembimbing dan yang dibimbing dengan cara

diskusi, tanya jawab, pemberian contoh, pembetulan dan lain-lain. Dalam melakukan pembimbingan
membutuhkan pembimbing yang peduli pada orang yang akan dibimbing dan adanya kemauan
mengembangkan wilayah yang ditangani (Cullen, 2004: 13). Menurutnya, ada enam tugas penting
yang harus dilakukan sebagai pembimbing, yaitu:
a.

Memunculkan kredibilitas, yaitu kejujuran, kompeten, inspirasi, dan visi.

b.

Mengatur dan mengemukakan tujuan dan harapan

c.

Memiliki rencana agar berhasil.

d.

Memunculkan kinerja diri dan mempermudah pekerjaan.


e.

Memberi contoh.

f.

Memotivasi, membangun moral dan melakukan hubungan interpersonal.
Kerangka pikir pada penelitian ini adalah:
Akar masalah
Kepala SD belum mampu
menyusun PTS (baru 17%)

Hasil Pembimbingan

Penyebab

Pemecahan Masalah

Kurangnya pembimbingan
menyusun PTS dari Pengawas

TK/SD

Akan dilakukan tindakan
pembimbingan dari Pengawas
TK/SD sesuai dengan tugasnya

Tugas Pengawas dlm Membimbing

Kepala SD senang karena ada tempat bertanya,
mendapat pengetahuan, termotivasi, merasa dihargai,
lebih semangat, sehingga:
1. Kemampuan melakukan PTS meningkat;
2. Berhasil menyusun laporan PTS;
3. Laporan PTS yang disusun cukup layak; dan
4. Tindakan pembimbingan dari peneliti nampak
maksimal.

1.
2.
3.

4.
5.
6.

Memunculkan kredibilitas, yaitu kejujuran,
kompeten, inspirasi, dan visi.
Mengatur dan mengemukakan tujuan dan
harapan
Memiliki rencana agar berhasil.
Memunculkan kinerja diri dan mempermudah
pekerjaan.
Memberi contoh.
Memotivasi, membangun moral dan
melakukan hubungan interpersonal.

Diagram 1
Kerangka Pikir tentang Alur Permasalahan dan Pemecahannya
METODE
Lokasi penelitian di wilayah daerah binaan 1 UPK Purwokerto Utara, merupakan daerah
binaan dari peneliti selaku pengawas TK/SD. Waktu penelitian dilakukan pada semester 1 tahun

2010/2011. Penentuan waktu ini karena penelitian harus dilakukan peneliti, setelah kepala sekolah di
wilayah dabin peneliti mengikuti diklat penguatan kepala sekolah yang diselenggarakan LPMP di
Baturraden pada tanggal 18-21 Agustus 2010. Setelah penguatan, kepala sekolah diharuskan
menyusun PTS dan harus mempresentasikan di LPMP.
Tabel 1
Rincian Waktu Penelitian
Kegiatan
Penyusunan proposal
Pembuatan instrumen
Pencarian data awal
Pelaksanaan siklus 1
Pelaksanaan siklus II
Pembahasan
Penyusunan laporan

Tanggal
25-26 Agus 2010
27 Agustus 2010
27 Agustus 2010
28-8 s.d 31-9-2010

1 s.d 13-10-2010
14 Oktober 2010
15.30 Okt2010

Subjek penelitian 5 kepala SD perempuan dan 1 laki-laki. Pendidikan terakhir mereka 5 S-1
dan seorang lulusan D-2. Semua subjek penelitian sudah menduduki pangkat pembina dengan
golongan/ruang gaji IVA, sehingga sebenarnya wajib menyusun pengembangan profesi. Sedangkan
usia mereka tertua 59 tahun, termuda 45 tahun. Sebagai kolaborator adalah teman sejawat sekantor
yaitu pengawas TK/SD dabin 3.
Teknik pengumpulan data kuantitas variabel kemampuan menyusun PTS dilakukan dengan
menghitung jumlah PTS yang disusun. Sedangkan data kualitas (kelayakan) PTS dikumpulkan
dengan teknik mengevaluasi laporan PTS, menggunakan alat berupa lembar evaluasi. Agar lembar

evaluasi dapat memenuhi validitas isi, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Aspek pada kisi-kisi
diambil berdasarkan teori yang disajikan sejumlah 26 butir.
Pengumpulan data variabel keberhasilan tindakan pembimbingan dilakukan menggunakan
teknik pengamatan oleh kolaborator dan salah satu subjek penelitian sebagai triangulasi data. Alat
untuk melakukan pengamatan menggunakan lembar pengamatan. Agar memenuhi validitas isi,
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen berdasarkan teori pembimbingan. Aspek yang diamati
adalah rencana bimbingan, materi bimbingan, metode bimbingan, pelaksanaan bimbingan, dan

subjek bimbingan. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi indikator. Indikator-indikator
tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengamat untuk mengatakan apakah tindakan
pembimbingan berhasil maksimal atau kurang maksimal. Jumlah indikator semuanya ada 25 butir,
sehingga lembar pengamatan terdiri dari 25 item. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar data yang
diambil dengan instrumen tersebut memenuhi validitas isi (content). Sedangkan proses triangulasi
data pembimbingan, dilakukan dengan mengambil data lebih dari satu sumber, yaitu dari
pengamatan kolaborator dan dari salah satu subjek penelitian. Data keduanya kemudian dirata-rata.
Skor data yang telah terkumpul akan ditabulasikan dalam tabel, dihitung prosentasenya dan
dianalisis menggunakan analisis kualitatif atau deskriptif. Setiap butir lembar evaluasi kelayakan
PTS dapat diskor melalui 4 katagori yaitu skor 4 jika layak, skor 3 jika cukup layak, skor 2 jika
kurang layak, dan skor 1 jika tidak layak. Skor tertinggi 26 x 4 = 104 dan terendah 26 x 1 = 26.
Dengan demikian skor kualitas kelayakan variabel kemampuan penyusunan PTS bergerak antara 26
sampai 104. Sehingga perolehan skor 26–45 atau 25%-43% katagori tidak layak, skor 46-65 atau
44%-63% katagori kurang layak, skor 66-85 atau 64%-82% katagori cukup layak, dan skor 86-104
atau 83%-100% katagori layak. Perhatikan diagram di bawah.
26____________46_____________66_____________86__________104
25% tidak layak 44% kurang layak 64% cukup layak 83% layak 100%
Jumlah butir lembar pengamatan tindakan pembimbingan 25 butir. Setiap butir, mendapat
katagori skor 3 jika indikator keberhasilan tampak maksimal, skor 2 jika indikator tampak kurang
maksimal, dan skor 1 jika indikator tidak nampak. Skor bimbingan bergerak antara 25 sampai 75.

Perolehan skor 25-41 atau 33%-55% berarti indikator bimbingan tidak nampak, perolehan skor 4258 atau 56%-78% berarti indikator bimbingan nampak kurang maksimal, dan perolehan skor 59-75
atau 79%-100% berarti indikator bimbingan nampak maksimal. Perhatikan diagram di bawah.

25_____________ 42 _____________59 _______________75
33% tidak nampak 56% kurang maksimal 79% nampak maksimal 100%
Penelitian tindakan ini dilakukan melalui tindakan bimbingan sebanyak 2 siklus. Tiap-tiap
siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/evaluasi, dan refleksi.
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika memenuhi indikator, yaitu: 1) Terdapat bukti naiknya
kemampuan menyusun PTS setelah dibimbing; 2) Terdapat bukti nyata hasil laporan PTS (kuantitas)
minimal 5 dari 6 subjek penelitian atau 83%; 3) Tingkat kelayakan (kualitas) laporan PTS rata-rata
minimal skor 80 atau 77% atau masuk katagori cukup layak; 4) Tindakan pembimbingan dari peneliti
minimal mendapat skor 60 atau 80% atau indikator pembimbingan nampak maksimal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelum melaksanakan bimbingan, dapat diketahui
bahwa kondisi awal kuantitas kemampuan menyusun PTS dari subjek penelitian adalah 17%.
Sedangkan kualitas laporan penelitian tersebut setelah dievaluasi menggunakan lembar evaluasi,
hasilnya mendapat skor 55 atau 53% (perhatikan tabel 2).
Tabel 2
Kondisi Awal Kemampuan Menyusun PTS Sebelum Tindakan Pembimbingan
No.
1
2
3
4
5
6
Jml

Subjek
Kepala SDN 1 Pabuwaran
Kepala SDN 2 Pabuwaran
Kepala SDN 1 Grendeng
Kepala SDN 2 Grendeng
Kepala SDN 4 Grendeng
Kepala SDN 5 Grendeng
6
Sumber: Hasil survei

Penelitian yg dihasilkan
Jumlah
%
0
0
0
0
0
1
1
17%

Skor
0
0
0
0
0
55
55

Kelayakan
%
Katagori
0
0
0
0
0
53%
Kurang layak
53%
Kurang layak

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa baru ada sebuah laporan penelitian tindakan yang
disusun oleh Kepala SDN 5 Grendeng dengan skor kelayakan 55 atau 53%, sehingga masuk katagori
kurang layak.
Pembimbingan PTS oleh peneliti sudah pernah dilakukan, tetapi hanya menggunakan metode
ceramah saja, sehingga tidak maksimal. Pengawas melakukan ceramah tentang PTS selama 2 jam
pada tanggal 7 Februari 2009 terhadap kepala SD yang sudah golongan IVA. Karena pembimbingan
hanya sekedar ceramah, sehingga tidak ada tindak lanjut dari peserta. Tidak ada hasilnya sama sekali.

Data awal tentang tindakan pembimbingan ini diambil dengan format pengamatan tindakan
pembimbingan, dengan mengingat kembali ceramah yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal
7 Februari 2009. Skor data awal yang diperoleh adalah 37 atau 49%. Hal ini berarti indikator
keberhasilan pembimbingan tidak nampak.
Perencanaan tindakan pada kegiatan siklus 1 peneliti mempersiapkan materi untuk
pembimbingan yaitu Modul Penelitian Tindakan Sekolah untuk Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah
dari Dirjen PMPTK tahun 2010. Materi ini dijadikan acuan atau pedoman bagi subjek penelitian
dalam menyusun PTS karena akan dipaparkan pada in service learning 2 di LPMP. Disamping itu,
peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan oleh kolaborator serta lembar
evaluasi untuk menilai tingkat kelayakan PTS.
Pada tanggal 28 Agustus 2010, peneliti bersama kolaborator dan keenam subjek penelitian
melakukan koordinasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan tindakan pembimbingan. Disepakati
bersama, bahwa pembimbingan bersifat individual dilakukan sampai dengan tanggal 29 September
2010. Tempat bimbingan di kantor UPK Purwokerto Utara yaitu tempat bekerja peneliti dan
kolaborator. Hal ini dimaksudkan agar kolaborator dapat selalu mengamati tindakan pembimbingan.
Walaupun mereka datang bersama, pembimbingan tetap dilakukan secara individu, karena judul,
masalah, dan tingkat pemahamannya berbeda.
Tindakan pembimbingan dilaksanakan, mulai dari memilih masalah, menentukan judul, cara
melakukan tindakan pada siklus I dan II, pembuatan instrumen, sampai dengan cara penyusunan
proposal dan laporan penelitian. Pada awal bimbingan subjek hanya membawa hasil Evaluasi Diri
Sekolah (EDS) dan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) yang dibuat oleh
pengawas. Di dalam MSPD telah ditulis kelemahan-kelemahan dan rekomendasi untuk Tim
Pengembang Sekolah. Berdasarkan rekomendasi tersebut, masing-masing Kelapa SD memilih usulan
kegiatan yang akan dijadikan tindakan. Sambil menimbang-nimbang, subjek dibimbing dalam
menyusun pendahuluan.
Dengan disaksikan oleh kolaborator, peneliti menjelaskan tindakan yang sebaiknya dilakukan
oleh kepala sekolah dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kepala SDN 1 Pabuwaran memilih
meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga melalui pembimbingan dengan
partisipasi aktif kepala sekolah. Kepala SDN 2 Pabuwaran memilih meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran melalui supervisi akademik. Kepala SDN 1 Grendeng memilih
meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga melalui supervisi akademik.

Demikian pula Kepala SDN 2 Grendeng memilih peningkatan kemampuan guru dalam
menggunakan alat peraga melalui supervisi akademik.
Peneliti menjelaskan pula isi bab II, dan bab III dari judul yang telah dipilih. Untuk mengejar
waktu yang sangat singkat, maka peneliti membimbing pembuatan instrumen yang dibutuhkan yaitu
instrumen untuk mengamati kemampuan guru dan instrumen untuk mengamati tindakan yang
dilakukan kepala sekolah. Dengan demikian, malam hari mereka ketik, keesokan harinya dapat
digunakan untuk mencari data awal sebelum kepala sekolah melakukan tindakan terhadap guru.
Peneliti menerangkan langkah tindakan siklus I. Peneliti juga memberikan contoh PTS milik peneliti
yang telah lolos oleh Tim Penilai Angka Kredit.
Kepala SD tersebut dibimbing dalam melaksanakan siklus I dan II dengan simulasi,
sehinggaa cukup jelas. Pelaksanaannya sampai dengan tanggal 14 September 2010. Pada tanggal 15
September mereka datang lagi melaporkan hasil tindakan siklus I dan II. Peneliti selanjutnya
membimbing membuat laporan pada Bab IV dan V berdasarkan hasil penelitian mereka. Tanggal 29
September 2010 harus sudah selesai dan akan dievaluasi tingkat kelayakannya oleh peneliti.
Tanggal 4 September Kepala SDN 5 Grendeng datang dan dibimbing sesuai dengan
kekurangannya. Ia sudah membuat proposal tetapi masih bingung pelaksanaan tindakan siklus 1 dan
II, sehingga peneliti membimbing pelaksanaan tindakan siklus I dan II. Ia sudah pernah menyusun
PTK, maka tinggal membimbing kekurangannya saja. Kepala SDN 5 Grendeng menjadi tahu
kekurangan dari PTK yang pernah disusunnya. Selanjutnya peneliti membimbing penulisan bagian
awal, bagian akhir, bab IV. Pada tanggal 18 September 2010 bimbingan menuliskan kesimpulan pada
Bab V serta penulisan bagian awal, serta lampiran. Kepala SDN 4 Grendeng dibimbing secara
umum, karena masih belum jelas dalam melakukan tindakan siklus I dan II. Sampai dengan akhir
siklus I, ia tidak menyetorkan hasil PTS.
Pada hari Kamis tanggal 30 September 2010, peneliti mengevaluasi hasil PTS yang disusun
subjek penelitian yaitu ada 5 PTS. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Kemampuan Menyusun PTS Setelah Tindakan Pembimbingan Siklus I
No.
1
2
3
4
5
6

Subjek
Kepala SDN 1 Pabuwaran
Kepala SDN 2 Pabuwaran
Kepala SDN 1 Grendeng
Kepala SDN 2 Grendeng
Kepala SDN 4 Grendeng
Kepala SDN 5 Grendeng

PTS yang dihasilkan
Jml
%
1
1
1
1
0
1

Skor
58
64
77
71
80

Kualitas/Kelayakan
%
Katagori
56%
Kurang layak
61%
Kurang layak
74%
Cukup layak
68%
Cukup layak
77%
Cukup layak

Jml/
Rerata

6

5

83%

70

67%

Cukup layak

Sumber: Hasil evaluasi PTS

Berdasarkan hasil evaluasi di atas dapat diketahui bahwa dari 6 subjek penelitian dapat
menghasilkan 5 PTS atau 83%. Dari kelima PTS tersebut setelah dievaluasi tingkat kelayakannya
rata-rata mendapat skor 70 atau 67%, sehingga rata-rata masuk katagori cukup layak. Masih ada 2
PTS yang kurang layak. Hasil pengamatan dari kolaborator yang setia menunggui peneliti setiap ada
pembimbingan serta pengamatan dari salah satu subjek penelitian sebagai triangulasi data, dapat
dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4
Hasil Pengamatan Tindakan Pembimbingan PTS pada Siklus 1
No
1
2

Pengamat
Kolaborator
Kepala SDN 5 Grendeng
Rata-Rata

Tindakan pembimbingan
Keterangan
Skor Maks Skor Perolehan Prosentase
75
57
76%
75
58
77%
Triangulasi
75
57,5
76,5%
Nampak kurang maksimal

Sumber: Hasil pengamatan

Terlihat bahwa skor tindakan pembimbingan dari kolaborator 57 atau 76%, sedangkan dari
Kepala SDN 5 Grendeng mendapat skor 58 atau 77%. Rata-rata dari kedua pengamat tersebut
sebagai skor tindakan pembimbingan adalah 57,5 atau baru 76,5% sehingga masih masuk katagori
indikator pembimbingan nampak kurang maksimal.
Kegiatan refleksi hasil tindakan pada siklus I dilakukan peneliti dengan mengundang subjek
penelitian dan kolaborator di SDN 2 Sumampir pada tanggal 31 September 2010. Peneliti
mengungkapkan hasil evaluasi kelayakan PTS yang telah disusun oleh subjek dan hasil rekap
bimbingan. Kolaborator juga mengungkapkan kekurangan dan kelebihan dari tindakan
pembimbingan yang dilakukan peneliti. Masih ada beberapa indikator yang belum nampak. Untuk
mengetahui apakah kemampuan menyusun PTS meningkat, maka hasil pengamatan pada akhir siklus
1 dibandingkan dengan data awal. Perhatikan tabel 5.
Tabel 5
Rata-Rata Data Awal dan Data Akhir Siklus 1
No
1

2

Data
Kemampuan menyusun PTS
a. Kuantitas PTS
b. Kualitas kelayakan PTS
Tindakan pembimbingan

Data Awal

Siklus 1

Kenaikan

Katagori

17%
53%
49%

83%
67%
76,5%

66%
14%
27,5%

Cukup layak
Nampak kurang maksimal

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kuantitas PTS mengalami kenaikan 66%,
yaitu dari 17% menjadi 83%. Kualitas PTS naik 14% dari semula 53% menjadi 67%. Pelaksanaan
tindakan pembimbingan naik 27,5% dari semula 49% menjadi 76,5% namun indikator
pembimbingan masih nampak kurang maksimal. Agar lebih jelas perhatikan diagram berikut.

Diagram 3
Data awal dan data siklus I

Hasil siklus I tersebut masih belum memuaskan sehingga peneliti akan meneruskan dengan
kegiatan pembimbingan siklus II. Fokus pembimbingan pada tata tulis, pembahasan, dan pembuatan
paparan power point.
Setelah melakukan refleksi, maka peneliti merencanakan tindakan siklus II. Disepakati akan
dilakukan pembimbingan mulai tanggal 2 Oktober sampai dengan 11 Oktober 2010. Peneliti
menyiapkan materi dan instrumen evaluasi PTS serta instrumen pengamatan untuk kolaborator.
Materi yang disipkan peneliti adalah tentang tata tulis, pembahasan, dan pembuatan power point
untuk paparan. Pembimbingan akan dilakukan secara individu dan kelompok. Tempat pembimbingan
kelompok di SDN 2 Sumampir karena membutuhkan LCD. Peneliti membaca dan membetulkan
beberapa PTS masing-masing subjek, dengan membimbing bagian pembahasan yang rata-rata masih
kering kalimat. Secara kelompok peneliti melakukan pembimbingan tentang cara membuat paparan
menggunakan power point.
Pada tanggal 4 Oktober 2010 subjek penelitian datang pembimbingan terakhir di Kantor
UPK. Hal ini dikarenakan tanggal 7-8 Oktober 2010 mereka harus berangkat ke LPMP untuk
memaparkan hasil PTS masing-masing pada acara in service learning 2. Hasil PTS dikumpulkan
untuk dievaluasi lagi pada tanggal 11 Oktober 2010 menggunakan lembar evaluasi yang telah
disiapkan.
Hasil PTS yang dikumpulkan menjadi 6 eksemplar, berarti seluruh subjek penelitian telah
melaksanakan penelitian tindakan dan menyusun laporan PTS. Hasil selengkapnya lihat tabel 6.

Nampak pada tabel tersebut bahwa sudah ada 6 eksemplar PTS dari subjek menyusun PTS, sehingga
data kuantitatif 100%. Data kualitas kelayakan PTS rata-rata skor 83 atau 80% sehingga rata-rata
kelayakan PTS cukup layak.
Tabel 6
Kemampuan Menyusun PTS Setelah Tindakan Pembimbingan Siklus II
No.
1
2
3
4
5
6

PTS yang dihasilkan
Subjek
Jumlah
%
Skor
Kepala SDN 1 Pabuwaran
1
81
Kepala SDN 2 Pabuwaran
1
87
Kepala SDN 1 Grendeng
1
90
Kepala SDN 2 Grendeng
1
82
Kepala SDN 4 Grendeng
1
65
Kepala SDN 5 Grendeng
1
91
Jumlah/Rerata
6
100%
83
Sumber: Hasil evaluasi dan pengamatan

%
78%
83%
86%
79%
63%
88%
80%

Kelayakan
Katagori
Cukup layak
Cukup layak
Cukup layak
Cukup layak
Kurang layak
Cukup layak
Cukup layak

Data pengamatan tindakan peneliti dalam membimbing subjek penelitian pada siklus II ini
telah diperoleh dengan menghitung skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dan salah
satu Kepala SD. Data dari keduanya kemudian di rata-rata. Selain data skor, peneliti juga mendapat
laporan lisan bahwa secara umum peneliti telah melakukan pembimbingan dengan baik, dan
menyenangkan dan memuaskan subjek. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 7
Hasil Pengamatan Tindakan Pembimbingan PTS pada Siklus II
No
1
2

Pengamat
Kolaborator
Kepala SDN 5 Grendeng
Rata-Rata
Sumber: Hasil pengamatan

Tindakan pembimbingan
Skor Maksimal Skor Perolehan Prosentase
75
66
88%
75
74
99%
75
70
93,5%

Ket
Triangulasi
Nampak maksimal

Nampak bahwa skor pengamatan dari kolaborator 66 dan dari Kepala SDN 5 Grendeng 74,
sehingga rata-rata skor pembimbingan adalah 70 atau 93,5% sehingga masuk dalam katagori
indikator pembimbingan sudah nampak maksimal.
Pada kegiatan refleksi akhir siklus II ini beberapa subjek penelitian merasa terharu karena
ternyata dapat menyusun PTS. Tanpa ada bimbingan, mereka tidak yakin bisa menyusun PTS.
Keberhasilan penysusunan PTS pada siklus II ini dapat dibandingkan dengan hasil siklus I. Ada
peningkatan skor dan ada peningkatan kuantitas atau jumlah PTS yang dikumpulkan (perhatikan
tabel 8).
Tabel 8
Rata-rata Data Akhir Siklus I dan Akhir Siklus 1I

No
1
2

Data Penelitian
Kemampuan menyusun PTS
a. Kuantitas PTS
b. Kualitas PTS
Pembimbingan

Siklus I

Siklus II

Kenaikan

83%
67%
76,5%

100%
80%
93,5%

17%
13%
17%

Katagori
Cukup layak
Nampak maksimal

Melihat hasil siklus II dapat diketahui bahwa sudah 100% subjek menyusun PTS. Dalam segi
kualitas kelayakan mencapai 80%, walaupun masih dalam katagori cukup layak, namun sudah
memperoleh kenaikan 13% dibanding siklus I. Pada pelaksanaan tindakan, indikator pembimbingan
sudah nampak maksimal yaitu 93,5% atau mengalami kenaikan 17%. Agar lebih jelas, perhatikan
diagram di bawah ini.

Diagram 4
Data siklus I dan siklus II

Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dirangkum ke dalam tabel 9 yaitu membandingkan
masing-masing variabel dari data awal, siklus 1, dan siklus 2. Pada data kuantitas PTS terjadi
peningkatan dari data awal sampai akhir siklus 2 yaitu dari data awal 17% menjadi 100%, ada
kenaikan sebesar 83%. Data kualitas kelayakan PTS meningkat dari data awal 53% menjadi 80%
atau cukup layak pada akhir siklus II, ada kenaikan sebesar 27%. Data keberhasilan pembimbingan
yang dilakukan peneliti, dari awal 49% atau nampak kurang maksimal, sampai siklus 2 menjadi
93,5% atau nampak maksimal, ada kenaikan sebesar 44,5 %.
Tabel 9
Rata-Rata Data Awal, Akhir Siklus I dan Akhir Siklus II
No
1
2

Data Penelitian
Kemampuan menyusun PTS
a. Kuantitas PTS
b. Kualitas PTS
Pembimbingan

Data Awal
17%
53%
49%

Siklus I Siklus II Total Kenaikan
83%
67%
76,5%

100%
80%
93,5%

83%
27%
44,5%

Ket
Cukup layak
Nampak maksimal

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan sekolah untuk
meningkatkan kemampuan Kepala SD dalam menyusun PTS telah berhasil. Hal ini dibuktikan
dengan semangatnya semua subjek penelitian dalam mengikuti bimbingan dan dapat menghasilkan
karya tulis ilmiah yaitu laporan PTS yang cukup layak. Walaupun masih belum sempurna namun
hasil menunjukkan kenaikan skor. Diharapkan pada saatnya nanti subjek akan membuat 2 PTS lagi
sehingga dapat diusulkan untuk kenaikan pangkat ke IVB.
Begitu juga dengan tindakan peneliti dalam membimbing, semula dilakukan dengan
indikator pembimbingan tidak nampak karena hanya ceramah, tetapi pada akhir siklus II menjadi
nampak maksimal. Walaupun nampak tergesa-gesa karena kesibukan lain, namun mengimbangi
semangat Kepala SD yang tinggi, membuat peneliti juga harus bersemangat dalam melakukan
pembimbingan. Perhatikan diagram di bawah.

Diagram 5
Perbandingan data awal, data siklus I dan data siklus II
Dengan demikian, indikator keberhasilan dapat tercapai dengan kenyataan atau bukti-bukti
sebagai berikut:
1.

Terdapat bukti kemampuan menyusun PTS setelah dibimbing, naik dari 53% menjadi 80%.

2.

Terdapat hasil laporan PTS sebanyak 6 eksemplar atau 100%.

3.

Skor kualitas kelayakan laporan PTS 83 atau 80% katagori cukup layak.

4.

Skor tindakan pembimbingan 70 atau 93,5% katagori nampak maksimal.

Untuk lebih jelas perhatikan diagram berikut.

Indikator Keberhasilan
1. Terdapat bukti naiknya kemampuan menyusun
PTS setelah dibimbing.
2. Terdapat bukti nyata hasil laporan PTS (kuantitas)
minimal 5 dari 6 subjek penelitian atau 83%.
3. Tingkat kelayakan laporan PTS rata-rata minimal
skor 80 atau 77% atau masuk katagori cukup layak
4. Tindakan pembimbingan dari peneliti minimal
mendapat skor 60 atau 80% atau indikator
pembimbingan nampak maksimal.

1.
2.
3.
4.

Hasil Tindakan Pembimbingan
Kemampuan menyusun PTS naik setelah
dibimbing dari 53% menjadi 67% pada siklus I
dan siklus II 80%
Terdapat 6 eksemplar laporan PTS dari 6
subjek penelitian atau 100%
Tingkat kelayakan laporan PTS rata-rata 83
atau 80% masuk katagori cukup layak
Tindakan pembimbingan mendapat skor ratarata 70 atau 95,3% atau indikator
pembimbingan nampak maksimal

MASALAH
TERPECAHKAN

Diagram 6
Indikator dan hasil tindakan pembimbingan
KESIMPULAN
Simpulan dari penelitian tindakan sekolah adalah telah berhasil bahkan melampaui indikator
yang ditetapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan terjawabnya masalah dan tercapainya tujuan yaitu:
1. Terdapat bukti naiknya kemampuan menyusun PTS setelah dibimbing, dari ata awal 53% menjadi
80% pada akhir siklus II.
2. Terdapat hasil 6 eksemplar laporan PTS, semula hanya 1 eksemplar atau 17% menjadi 100% pada
akhir siklus II.
3. Kualitas kelayakan laporan PTS katagori cukup layak yaitu dari data awal 53% menjadi 80% pada
akhir siklus II.
4. Tindakan pembimbingan nampak maksimal yaitu dari data awal 49% menjadi 93,5% pada akhir
siklus II.
Implikasi dari keberhasilan penelitian ini, yaitu bahwa cara membimbing Kepala SD dalam
menyusun PTS cukup berhasil. Kepala SD dapat menyusun lagi PTS yang lain sehingga dapat
meningkatkan kinerjanya sebagai pembina guru. Guru akan lebih sering dibimbing kepala sekolah,
sehingga mutu pembelajaran menjadi lebih baik. Guru juga dapat dibimbing menyusun PTK oleh
Kepala Sekolah. Di samping itu, jika mereka telah menyusun minimal 3 KTI dapat diusulkan
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi sehingga tidak berhenti pada golongan IVA saja. Dengan

demikian guru, kepala sekolah, dan pengawas masing-masing dapat meningkatkan kompetensinya
sehingga tambah profesional.
SARAN
Pengawas sekolah yang menjumpai masalah sama, dapat mengadopsi langkah-langkah yang
telah ditempuh oleh peneliti, karena terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan Kepala SD.
Namun begitu, harus mempersiapkan diri dahulu untuk mendalami materi bimbingan. Sedangkan
kepada Kepala SD, lakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki kelemahan pada penerapan 8
standar pendidikan. Tindakan yang tepat dari kepala sekolah akan membuat guru merasa senang,
tidak malu, dan dapat melakukan perbaikan pembelajaran sebaik-baiknya. Pada akhirnya mutu
pembelajaran akan dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Cullen, Jack., Len D’Innocenzo, (terjemahan), (2004). Memaksimalkan Kinerja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Dirjen PMPTK, (2009). Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Penelitian Tindakan
Sekolah, Dirjen PMPTK, Depdiknas.
Dirjen PMPTK, (2010). Penelitian Tindakan Sekolah, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala
Sekolah, Ditendik, Dirjen PMPTK, Kementerian Pendidikan Nasional.
Permendiknas Nomor 39 tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan
Pendidikan.
Sukardi, (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara.

BIODATA PENULIS
Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd, lahir di Purbalingga tanggal 6 Desember 1958. Lulus SPGN
Purwokerto tahun 1977, lulus sarjana IKIP Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1986 dan lulus S-2
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2006. Tahun 2001 menjadi Pengawas TK/SD, tahun 2004
menjadi Kepala UPK Purwojati, namun karena memiliki PAK ke IV B (nilai pengembangan profesi
13,6) maka tahun 2006 kembali menjadi Pengawas TK/SD. Berkat perjuangan revisi PTS sejak
2008, pada Juli 2010 memiliki PAK ke IV C dengan nilai pengembangan profesi 14,5 terdiri dari 2
artikel pada jurnal, 1 makalah, dan 3 PTS. No. HP 08122767592, e-mail: dyahbudiarsih@gmail.com