contoh kasus kepemimpinan pelayanan publik

Permasalahan Kepemimpinan Nasional
Saat ini. http://www.pusakaindonesia.org/permasalahan-kepemimpinannasional-saat-ini/
Era Reformasi tahun 1998 telah melahirkan pergantian beberapa kali kepemimpinan nasional
di Indonesia. Mulai dari presiden Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati hingga kini
dibawah tampuk Susilo Bambang Yudhoyono. Namun kemunculan pemimpin nasional di era
reformasi ini masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dikarenakan permasalahan
kepemimpinan nasional yang terjadi di negeri ini belum menemukan jawaban. Beberapa
permasalahan tersebut antara lain;
1) Kurangnya integitas sebagai pemimpin nasional. Pemimpin yang mempunyai integritas
memiliki kepribadian yang mantab, tidak tercela, jujur dn dihormati orang lain. Pemimpin
nasional ke depan dibutuhkan orang yang mempunyai integritas tinggi, artinya tingkat
hubungannya dengan yang dipimpin menyatu berdasarkan pertimbangan “rasional
transformatif” bukan “emosional transaksional”. Keadaan ini akan melahirkan pemimpin
yang mempunyai sifat perpaduan karakter manajer, pemimpin dan negarawan (Manager,
Leader, Statesman).Reformasi yang belum mantap dan kondisi dalam negeri baik politik,
ekonomi, sosbud dan hankam yang masih lemah apabila tidak cepat membangun
kepemimpinan yang kokoh maka negara kita akan semakin larut dan terpuruk dalam
persaingan global yang semakin ketat.
2) Kurang dapat melepaskan diri dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini
dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan sesaat bagi dirinya dan orang dekatnya,
terutama yang dianggap berjasa seperti tim suksesnya. Reformasi yang bergulir sampai saat

ini melahirkan UU No 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih yang bebas
Korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi pada tataran empirik menunjukkan kasus korupsi juga
terus semakin meningkat. Kasus korupsi yang diduga melibatkan pejabat negara seperti para
menteri, mantan menteri, gubernur, mantan gubernur, bupati dan sebagainya menunjukkan
bahwa pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam tertib hukum
dan tertib sosial justru malah menjadi terdakwa dengan tuntutan tindak pidana korupsi.
3) Kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Implementasi etka dan moral
pemimpin akan memberikan panduan bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Krisis yang melanda bangsa Indonesia tidak lepas dari
kemerosotan moral dan etika pemimpin. Kasus Bupati Garut, misalnya, yang menikah
kilat dengan cara kawin siri selama 4 hari dan melakukan perceraian dengan istrinya
melalui sms telah menuai kontroversi di masyarakat yang berujung pelengseran sang
Bupati.
4) Kurang dapat memahami secara tepat esensi plural. Sebagai bangsa yang ultra plural
dengan postur negara kepulauan merupakan kewajiban dari pemimpin agar yang dipimpin
mendapat perlakuan yang sama. Tidak ada dominasi mayoritas terhadap minoritas dan juga
tidak mengenal adanya tirani minoritas. Pluralisme adalah sikap keterbukaan sebagai suat
kerangka interaksi dimana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama
lain , berinteraksi tanpa konflik.


5) Lebih mengedepankan kepentingan partainya daripada aspirasi rakyat. Kenyataan di
lapangan menunjukkan partai politik tidak bisa bebas bergerak , karena banyak keentingan
yang membatasi. Partai politik pendukung pemerintah sulit untuk obyektif mengkritik
kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Demikian juga parpol di luar pemerintah terhambat
dan terkooptasi oleh kepentingan politiknya. Kasus bank Century dapat dijadikan contoh
sulitnya mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan partai.
Prinsip demokrasi dalam ketatanegaraan kita adalah bagaimana partai politik menghasilkan
kepemimpinan yang berkualitas, karena demokrasi akan berkualitas bila menghasilkan
pemimpin yang berbobot. Masa depan demokrasi di tanah air sangat ditentukan oleh
kesanggupan demokrasi sebagai incubator untuk menciptakan pemimpin nasional yang
negarawan dan visioner. (DP)
Diskusikanlah:
1. Dari artikel diatas, dirumuskan beberapa permasalahan kepemimpinan nasional, dan
salah satunya adalah: Kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Menurut
kelompok Anda moral dan etika kepemimpinan yang seperti apa yang harus dimiliki
oleh pemimpin bangsa?

2. Pilihlah 1 dari beberapa kasus profil pemimpin di Indonesia beserta kasusnya, lakukan
analisa mengapa hal itu dapat terjadi?, dan apa dampak dari perilaku tersebut pada
dirinya sendiri sebagai figur pemimpin, institusi yang dipimpin dan masyarakat, jelaskan

jawaban Anda?

3. Hasil dari diskusi di tuangkan dalam makalah dan dikumpulkan saat matakuliah etika,
setiap kelompok mengejakan dengan bebas memilih profil pemimpin yang berbeda.

Kasus 1: Aceng Fikri, PPP: Istri 4 Itu Oke,
Istri 4 Hari Itu Aneh
PROFIL PEMIMPIN:
H. Aceng H.M. Fikri, S.Ag. (lahir di Garut, Jawa Barat, 6 September 1972; umur 41 tahun)
atau yang lebih dikenal dengan Aceng Fikri adalah bupati Garut yang menjabat dari 2009
sampai 2013.
Aceng Fikri menjadi populer di media pada akhir 2012 karena kasus kawin siri singkat
selama empat hari yang membuatnya harus menghadapi banyak hujatan massa. Akibat kasus
ini, Aceng Fikri menjadi pejabat terpilih langsung pertama yang dimakzulkan secara paksa
pada tanggal 1 Februari 2013.
Dia terpilih menjadi Bupati Garut setelah memenangi Pilkada Garut 2008 dalam dua putaran
sebagai calon independen bersama Diky Candra, mengungguli kandidat dari PDIP-Partai
Golkar dengan mengumpulkan 57 persen suara.[3]
Pada September 2011, Wakilnya Diky Candra menyatakan telah menyampaikan pengunduran
diri karena ketidakharmonisan hubungan dengannya. Sebelum Pilkada, Diky dan Aceng

berjanji untuk tidak membawa politik dalam jabatan pemerintahan mereka, dan Diky menilai
Aceng Fikri telah mengkhianatinya dengan masuk ke Partai Golkar dan menjabat sebagai
wakil ketua DPD Jabar dari partai tersebut.[4]
Terkait kontroversi sang bupati pada Desember 2012, partai Golkar menyatakan bahwa
Aceng sudah dipecat dari kepengurusan Golkar, walaupun informasi ini masih simpang siur.
Menurut Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Jawa Barat, Irianto MS. Syarifudin,
Aceng dipecat sejak kasus pemukulan terhadap ketua Pengurus Anak Cabang (PAC)
Banjarwangi, Garut pada saat Musdalub di Garut, 24 Februari 2012, lalu.[5] Lantaran itu,
Aceng yang dipercaya mengawal Musdalub Golkar Garut akhirnya dipecat DPD Golkar
Jabar.[6]
Pada tanggal 25 Februari 2013 Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan surat
pemakzulan dari Kementerian Dalam Negeri kepada Aceng Fikri dan senjak saat itu dia resmi
tidak menjadi Bupati Garut dan tugasnya di ambil alih oleh Wakilnya yaitu H. Agus Hamdani
G.S., S.Pd.I.[7]
BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:
Skandal mobil dinas

Pada 11 Juni 2011, seorang perempuan bernama Puti Harissa Pratidhina, terlibat kecelakaan
tabrakan beruntun melibatkan tiga kendaraan roda empat. Kecelakaan tersebut diduga karena
Puti sedang mabuk. Yang menarik adalah kendaraan yang dikemudikan oleh Puti adalah

mobil dinas milik Bupati Garut, yang adalah milik negara/rakyat. Hingga kini belum
diketahui hubungan antara Bupati Aceng dengan perempuan tersebut.[8]

Skandal nikah kilat

Pada 14 Juli 2012, dia menikah lagi secara siri dengan seorang gadis berusia 18 tahun dengan
mengaku sebagai duda.[2] Gadis bernama Fani Oktora itu kemudian diceraikan empat hari
kemudian, alasannya karena sang gadis disinyalir tidak perawan lagi setelah malam pertama
mereka. Sang istri siri itu diceraikan Aceng hanya melalui pesan singkat.[9] Setelah perceraian
itu, Aceng sempat mengirim pesan singkat kepada Fani: "Hai perempuan jahat, aq minta sgla
pemberian aq dikembalikan".[10]
Sang bupati sendiri menampik bahwa hubungannya dengan Fani adalah pernikahan.
Menurutnya, yang terjadi adalah sebuah hubungan emosional atau perikatan dengan
komitmen yang disepakati kedua belah pihak. Dia menganggap bahwa masalah ini hanyalah
politisasi dari lawan politiknya menjelang pilkada untuk menjegal dirinya.[11]
Belum selesai soal persoalan nikah siri kilat 4 hari dengan Fani Oktora, sang bupati kembali
tersandung kasus pernikahan singkat. Kali ini, seorang wanita di Karawang, Jawa Barat,
bernama Shinta Larasati mengaku dinikahi Aceng dengan usia pernikahan 2 bulan saja.[18]
Tapi cinta Aceng tak lama. Dia akhirnya memberikan surat talak atau cerai pada Shinta bulan
Juni 2011 lalu. Lewat pesan blackberry messenger, talak itu dilayangkan. Tak jauh berbeda

dengan Aceng yang menceraikan FO di Garut lewat SMS dengan alasan tidak perawan lagi.
[19]
Namun, menurut sang bupati, isu menikah dengan Shinta, gadis Karawang hanyalah
sebatas black campaign karena tidak lama lagi Garut akan menggelar Pilkada.
Pada tanggal 3 Desember 2012, Bupati Garut Aceng HM Fikri sepakat berdamai dengan Fani
Oktora.[20]
Jakarta - Kasus pernikahan Bupati Garut Aceng HM Fikri dengan Fanny Otora (18)
menjadi isu nasional karena hanya bertahan selama empat hari. Tidak kurang warga
masyarakat hingga Presiden SBY memperhatikan kasus itu. Desakan agar mengundurkan
diri
pun
berdatangan
dari
berbagai
pihak.
"Beristri empat itu oke, tapi nikah empat hari itu aneh. Ini memang manusia langka juga
ya," komentar Ketua Fraksi PPP DPR, Hasrul Azwar, di sela-sela diskusi RUU Antimiras
di ruang fraksi PPP di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/12/2012).
Dia memandang, tidak sepatutnya seorang bupati berbuat demikian. Meski tidak terkait
langsung dengan kinerja pemerintahan daerah Garut, namun secara moral menceraikan

istri yang baru dinikahi empat hari sebelumnya, bukan seseuatu yang dapat dibenarkan.
"Harus lengser, dia tak menjadi panutan lagi. Harus dipecat! Harus ada sanksi sosial!"
ujarnya.
"DPRD Garut juga harus tegas, masa mau punya Bupati yang melecehkan perempuan?"
sambung Hasrul. http://news.detik.com/read/2012/12/12/124045/2116416/10/kasusaceng-fikri-ppp-istri-4-itu-oke-istri-4-hari-itu-aneh

Kasus 2: Suap Akil Mochtar, Hakim MK
Diperiksa KPK
PROFIL PEMIMPIN:
Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, 18 Oktober
1960; umur 53 tahun)[2] adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia periode 2013
dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai anggota
DPR RI periode 1999-2004, dan kemudian terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga
sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan
keamanan) periode 2004-2006.[3] Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008,
dan terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan
Mahfud MD.[4], Namun karena terbukti terlibat dan menjadi tersangka dalam kasus
penyuapan sengketa Pilkada Kabupaten Lebak Banten, dia diberhentikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Oktober 2013.
Muhammad Akil Mochtar lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, pada tanggal 18 Oktober

1960. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, Akil menjalani profesi sebagai seorang
pengacara. Pada tahun 1998, Akil bergabung dengan Partai Golongan Karya dan terpilih
sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004 mewakili daerah pemilihan Kabupaten Kapuas
Hulu, dengan perolehan 85 persen suara. Ia menjadi anggota DPR RI di Komisi II,
membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria. Akil
kemudian terpilih lagi sebagai anggota DPR untuk periode 2004-2009, sekaligus menjabat
sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM, dan
keamanan).[5]
Pada tahun 2008, bersamaan dengan dibukanya pendaftaran calon Hakim Konstitusi, Akil
juga ikut mendaftar dan terpilih sebagai Hakim Konstitusi. Pada bulan April 2013, Akil
terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi menggantikan Mahfud MD. Karena telah
menjabat sebagai Ketua MK, sebagai Hakim Konstitusi, masa jabatan Akil berakhir pada
tanggal 16 Agustus 2013. DPR kemudian memperpanjang masa jabatannya untuk periode
kedua (2013-2018) sebagai Hakim Konstitusi.Ia diberhentikan sebagai ketua MK pada
tanggal 5 Oktober 2013 terkait dengan kasus penyuapan sengketa Pilkada.[4]
BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:

Kasus penyuapan sengketa Pilkada

Aksi Akil menampar wartawan


Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di Jakarta terkait dugaan
menerima suap dalam penanganan gugatan pemilukada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan
Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten[6]. Esok harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi
ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK[7]. Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa,
anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, bupati Gunung Mas Hambit Bintih, seorang pengusaha
Tubagus Chaeri Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
sekaligus suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung Mahkamah Konstitusi,
penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat.[8] Barang bukti itu langsung diserahkan ke
pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN.
Pada 5 Oktober, setelah menggelar pertemuan dengan beberapa pimpinan lembaga tinggi
negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi memberhentikan sementara Akil
Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah Konstitusi.
http://news.liputan6.com/read/762165/kasus-suap-akil-mochtar-hakim-mk-diperiksakpk
Liputan6.com, Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami perkara
dugaan suap pengurusan gugatan sengketa Pilkada Lebak, Banten, di Mahkamah Konstitusi
(MK). Kasus itu telah menjerat 3 orang sebagai tersangka, termasuk mantan Ketua MK Akil
Mochtar yang diduga menerima suap.
Untuk menelusuri kasus tersebut, salah satu saksi yang akan diperiksa oleh penyidik KPK

pada Senin (2/12/2013) ini adalah Hakim MK Maria Farida Indrati.
Mengenakan busana hijau, Maria yang telah tiba di gedung KPK tepat pukul 09.50 WIB
enggan berkomentar banyak perihal perkara itu. Bahkan, ia mengaku tak tahu soal kasus yang
juga sudah menjerat adik kandung Gubernur Atut, Tubagus Chaery Wardana tersebut.
"Saya belum tahu soal perkara Lebak," kata Maria Farida sambil masuk ke lobi gedung KPK.
Perkara ini terungkap setelah penyidik KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT)
terhadap Akil Mochtar di kediamannya yang terletak di Kompleks Widya Chandra, Jakarta
pada 2 Oktober 2013 lalu.
Dalam operasi yang juga berhasil menangkap seorang anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar,
Chairun Nisa, penyidik mengamankan uang tunai dalam bentuk dollar dan rupiah senilai Rp 3
miliar

KPK Sangkakan Ketua Nonaktif MK Lakukan TPPU.
http://www.solopos.com/2013/10/26/kasus-akil-mochtar-kpk-sangkakan-ketua-nonaktifmk-lakukan-tppu-459829
Solopos.com, JAKARTA – Ketua nonaktif Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar
disangkakan melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU), selain tindak pidana korupsi
yakni penerimaan suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Forum ekspose (gelar perkara) di KPK pada beberapa hari lalu setuju untuk meningkatkan
surat perintah penyidikan (sprindik) TPPU atas tersangka AM (Akil Mochtar),” kata Wakil

Ketua KPK Bambang Widjojanto melalui pesan singkat di Jakarta seperti dilansir Antara,
Sabtu (26/10/2013).
Akil disangkakan pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Jo Pasal 65 ayat (1)
KUHP.
Ancaman pelanggar pasal tersebut adalah maksimal 20 tahun dan denda Rp10 miliar.
“KPK juga ingin mengucapkan terima kasi atas informasi yang diberikan publik atas aset dan
kekayaan tersangka MA, juga tersangka lainnya seperti TCW (Tubagus Chaeri Wardana),”
tambah Bambang.
Bambang memastikan bahwa KPK memblokir dan menyita aset dan rekening Akil. “Seluruh
rekening yang diketahui KPK sudah diblokir dan sebagian aset yang sudah diketahui juga
telah dilakukan upaya paksa sita,” ungkap Bambang.
Namun, pengacara Aki, Otto mengatakan penyitaan barang yang dilakukan KPK tidak ada
kaitannya dengan pokok perkara karena melakukan penyitaan barang yang tidak ada
kaitannya dengan pokok perkara.
“Persoalan sekarang barang diangkat (disita), dikembalikan, dan disita lagi, akan tetapi
kepada Akil tidak pernah disebutkan (Pasal 12 B). Ini ke mana pasal ini? Dasar hukumnya di
mana? Berarti sewenang-wenang,” kata Otto pada Jumat (25/10).
Otto bahkan menyatakan bahwa Akil dan tim pengacara belum diberi tahu tentang penerapan
Pasal 12 B yang dijadikan pasal penyitaan dan penetapan Akil dengan sangkaan menerima
gratifikasi.
Sebelumnya KPK sudah menerapkan pasal 12 huruf c atau pasal 6 ayat 2 Undang-undang No
31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo
pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP tentang hakim yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili pada 3 Oktober 2013.
Selanjutnya, Akil juga disangkakan pasal 12 huruf B UU No 31 tahun 1999 sebagaimana
diubah UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP
yang mengatur bahwa setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya pada 16 Oktober 2013.

Kasus 3: Australia Sadap Petinggi RI,
Kerjasama Strategis Bisa Terganggu
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/459849-australia-sadap-petinggi-ri--kerjasamastrategis-bisa-terganggu
PROFIL PEMIMPIN:
Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC (lahir di Tremas, Arjosari,
Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 64 tahun) adalah Presiden
Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004[1][2]. Ia berhasil melanjutkan
pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009,
kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo
Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa
kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.
Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orangtuanya dan populer dengan panggilan "SBY"[3],
melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan
militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya
terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan
Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat
terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25
September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati
Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan
langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD
1945.
Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan anak
perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini
Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun
1965.

Latar belakang dan keluarga
Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden
Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta
memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II[4].
Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman
keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo
Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan
ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal
Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun
1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir
1978) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980).

Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia
tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang
prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion
infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang
juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus
menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and
Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda
dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of
Technology di Perth, Australia Barat.

Masa kepresidenan
MPR pada periode 1999–2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945
sehingga memungkinkan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan
terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan
rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004
bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati
Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya
selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan
manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan
rakyat.
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang
tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang
masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan
rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP4R, sebuah lembaga kepresidenan yang
saat ini diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto (Marsilam Simandjuntak pada saat
pembentukan) pada 26 Oktober 2006.[12] Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat
tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf
Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP4R untuk memangkas kewenangan
Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah
keterangan pers.
BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:
VIVAnews - Nila setitik, rusak susu sebelanga. Hubungan diplomatik Indonesia dan
Australia, yang beberapa tahun terakhir begitu bersahabat, kini menjadi panas. Hubungan itu
terganggu setelah media massa internasional menulis rahasia yang dibocorkan Edward
Snowden soal ulah Canberra memata-matai Indonesia. Indonesia, yang sering disebut para
pemimpin Australia sebagai sahabat dekat dan mitra strategis, tentu saja marah dengan aksi
intelijen itu.
Bukan hanya menjadikan Kedubesnya di Jakarta sebagai salah satu pos spionase elektronik,
Australia juga dikabarkan sampai menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

beserta istri dan para pejabatnya pada 2009.
Kemarahan dari Jakarta terus berlanjut. Setelah memanggil pulang Duta Besar RI untuk
Australia, Nadjib Riphat Kesoema, dari Canberra, Presiden Yudhoyono mengungkapkan
kemarahannya atas skandal penyadapan Australia ini melalui akun pribadinya di Twitter.
Bersama AS, tindakan Australia itu "Sangat mencederai kemitraan strategis dengan
Indonesia, sebagai sesama negara demokrasi," demikian tweet langsung dari SBY, yang dia
tulis juga dalam bahasa Inggris.
Bahkan, akibat skandal itu, pemerintah RI tidak sekadar memanggil pulang Dubes Nadjib,
melainkan juga akan, "Meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral, akibat
perlakuan Australia yang menyakitkan itu," demikian lanjut SBY. Menteri Luar Negeri Marty
Natalegawa pun mengungkapkan bahwa skandal penyadapan ini bakal menurunkan derajat
hubungan Indonesia dan Australia.
Kemarahan di Indonesia, yang selama ini belum puas atas penjelasan dari Canberra soal
skandal penyadapan yang diungkap Snowden, tampaknya terus berlanjut. Perdana Menteri
Tony Abbott hanya merasa menyesal atas apa yang dialami SBY soal penyadapan yang
dikabarkan media massa, namun dia tidak bersedia minta maaf seperti yang dituntut beberapa
pihak, termasuk dari kubu oposisi di Australia.
Alih-alih meminta maaf, Abbott malah mendukung apa pun yang sudah dilakukan
pemerintahan sebelumnya dan saat ini untuk terus mengumpulkan informasi demi
kepentingan nasional Australia. Selama Abbott dan para pejabatnya belum minta maaf secara
resmi atau memberi penjelasan yang memuaskan kepada Indonesia soal skandal penyadapan
itu, hubungan kedua negara akan terus tegang.
Kerjasama Keamanan
Ketegangan bilateral ini pada akhirnya bisa mempengaruhi kerjasama strategis Indonesia dan
Australia yang selama ini berlangsung erat. Dua faktor yang menjadi perhatian serius adalah
kerjasama di bidang keamanan dan ekonomi. Apakah dua faktor yang selama ini mempererat
hubungan kedua negara itu bisa langsung terganggu?
Pernyataan dari pejabat keamanan dan politisi di Indonesia mengisyaratkan bahwa kerjasama
keamanan Indonesia dan Australia dalam waktu dekat bisa terganggu. Padahal, Australia
selama ini menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis dalam kerjasaman antiterorisme dan
penyelundupan manusia.
Australia sejak teror Bom Bali I sangat terbantu oleh operasi aparat keamanan Indonesia
dalam membasmi jaringan teroris yang mengancam warga mereka di Indonesia. Untuk
masalah penyelundupan manusia pun Canberra sangat mengandalkan Indonesia dalam
menghentikan para imigran gelap dari Timur Tengah yang berlayar menuju Australia.

Namun, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Sutarman, sudah menyatakan siap
menghentikan semua program kerjasama dengan Australia bila diperintahkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu disampaikan Sutarman menanggapi terkuaknya
penyadapan yang dilakukan intelijen Australia, Defense Signals Directorate (DSD).
"Polri punya kerjasama dengan Australia, tapi kalau Presiden memerintahkan dihentikan,
akan laksanakan," kata Sutarman usai pertemuan Kapolri dengan Insan Pers di Mabes Polri,
Jakarta, Selasa 19 November 2013.
Dalam sepuluh tahun terakhir, sejak Bom Bali I, kerjasama aparat keamanan Indonesia dan
Australia menanggulangi teroris berjalan sangat erat. Australia mendukung pembentukan dan
pelatihan Densus 88 yang berhasil menangkap banyak teroris di Indonesia, termasuk trio
pengebom di Bali Oktober 2002.
Menurut Sutarman, kerjasama Polri dengan Australia saat ini adalah berupa peralatan dan
perlengkapan milik Polri. Barang-barang tersebut adalah Jakarta Center for Law Enforcement
(JCLEC) yang terletak di Semarang. Program penanggulangan trans national crime, people
smuggling, trafficking in person, dan terorisme, semua itu dibantu oleh Australia.
Polri dan Australian Federal Police (AFP) juga memiliki program pelatihan dan dukungan
laboratorium cyber crime Bareskrim dan laboratorium DNA di Cipinang guna pengungkapan
kasus. "Kerjasama ini police to police cooperation. Kalau diminta berhenti, kami siap
berhenti," katanya.
Wakil Ketua Komisi I Bidang Pertahanan dan Luar Negeri DPR, Tubagus Hasanuddin,
mengatakan, Indonesia tidak akan lumpuh tanpa kerjasama dengan Australia. Bahkan,
menurut Tubagus, Indonesia juga memiliki 'kartu truf' untuk menggoyang Australia. Selain
bisa menghentikan pasokan informasi jaringan teroris kepada Australia, lanjut Tubagus,
Indonesia pun bisa tidak lagi membantu Australia soal penanggulangan imigran gelap.
"Kalau Indonesia seperti itu, kelabakan dia (Australia)," kata politisi PDIP itu.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I lainnya, Ramadhan Pohan.
Menurut dia, tanpa Australia, Indonesia akan terus berkembang.
"Jangan sekali-sekali berpikir kita karam tanpa Australia. Kita tidak bisa didikte sembari
dilecehkan. Mereka hadapi pengungsi 15 ribu per tahun saja kelabakan, apalagi tanpa ada
kerjasama," ujar dia.
Beberapa hari sebelumnya, Menlu Marty Natalegawa pun mengutarakan hal serupa setelah
memanggil Duta Besar Australia, Greg Moriarty, soal skandal spionase di kedutaannya.
Ditanya apa balasan Indonesia atas Australia, Natalegawa menjawab, "Salah satunya tentu
mengkaji kembali kerjasama pertukaran informasi, bahkan pertukaran informasi intelijen,

terutama dalam menanggapi masalah penyelundupan manusia."
Pebisnis Optimistis
Sementara itu, kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Australia untuk
sementara ini tampak tidak terganggu oleh ketegangan akibat skandal penyadapan ini. Para
pejabat ekonomi dan pebisnis Indonesia berharap masalah ini bisa segera diatasi tanpa harus
mengganggu iklim bisnis kedua negara.
“Hubungan ekonomi kedua negara tetap jalan,” kata Menteri Koordinator Perekonomian
Hatta Rajasa di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa 19 November 2013. Menurutnya, kemitraan
ekonomi harus berlangsung proporsional, jangan sampai terkendala renggangnya hubungan
diplomatik Indonesia-Australia.
Meski demikian, Hatta menekankan pentingnya Australia memberikan penjelasan soal
penyadapan yang mereka lakukan terhadap para pejabat negara RI. “Kepercayaan kami
kepada sahabat, kepada tetangga, dicederai dengan ketidakpercayaan seperti itu. Kalau
Menseneg disadap, presiden disadap, pembantu dekat presiden disadap, itu sudah masuk ke
jantung pemerintahan. This is very serious,” kata dia.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengeluarkan pernyataan senada. Ia meminta
penyadapan Australia terhadap Indonesia disikapi serius agar jangan sampai mengganggu
kerjasama kedua negara di sektor ekonomi. “Indonesia bersama Australia menjalin hubungan
di berbagai sektor, antara lain pertanian dan peternakan. Semua harus diukur,” kata dia.
Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat itu berpendapat penyadapan merupakan
bentuk pengkhianatan dahsyat yang mengganggu hubungan antarnegara. “Perlu ditindak
tegas agar ke depannya tidak terjadi lagi,” ujar Gita.
Tapi Indonesia juga harus memikirkan juga kepentingan ekonomi nasional. “Misalnya bila
ada pemikiran menghentikan impor sapi dari Australia, harus dikalkulasi bagaimana efeknya
terhadap harga daging sapi domestik di RI, dan apakah daging kita cukup untuk memenuhi
kebutuhan nasional yang meningkat 15 persen setiap tahunnya,” kata Gita.
Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung, berpendapat aksi penyadapan
yang dilakukan Australia tidak mengganggu iklim investasi kedua negara. Dia menganggap
permasalahan ini lebih berkaitan dengan kepentingan politik.
Ditariknya Duta Besar Indonesia dari Australia tersebut, menurutnya, merupakan langkah
yang tepat. Hal itu menunjukan pemerintah tegas menanggapi permasalahan ini. "Itu kan
sebenarnya sebagai bentuk protes, terhadap sikap Australia, yang tidak bersahabat secara baik
dengan Indonesia," ungkapnya.
Dia kembali menegaskan, terlepas dari permasalahan politik, aksi tersebut tidak akan

mempengaruhi iklim bisnis dan investasi di Indonesia.
"Terkait investasi dan bisnis tidak ada itu kaitannya, saya tidak melihat itu. Tapi kita harus
menunjukan sikap politik yang keras terhadap hal ini," katanya.
Bagi Australia, Indonesia adalah mitra dagang ke-12 dan pasar expor ke-11 terbesar.
Sebaliknya, bagi Indonesia, Australia adalah mitra dagang terbesar ke 9 dan pasar expor
terbesar ke 9. Sejalan dengan itu, investasi timbal balik antara kedua negara relatif kecil.
Meski sering panas dingin dalam berhubungan, diketahui, Indonesia adalah negara penerima
bantuan terbesar dari Australia. Pada tahun 1976-1979, Australia menggelontorkan bantuan
sebesar AU$86 juta untuk Indonesia. Bantuan itu berupa proyek, bantuan pangan, dan
program pelatihan.
Untuk tahun ini saja, alokasi bantuan Australia untuk Indonesia tercatat sebesar Rp5,5 triliun
atau AU$540 juta. Sektor pendidikan menjadi prioritas utama Australia bagi Indonesia, selain
juga sektor kesehatan, infrastruktur, perlindungan sosial.
Selain itu, Australia menjadi negara tujuan belajar nomor dua bagi Indonesia, setelah
Amerika Serikat. Jumlah warga Indonesia yang belajar di Australia pada tahun 1999
sebanyak 18.748, dan tahun 2000 17.626 orang. Namun, Australia adalah satu-satunya negara
yang mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Seperti di New South Wales, dan
juga di Universitas Monash di Melbourne.
Di bidang pariwisata, sejak tahun 70-an, Indonesia telah menjadi tujuan utama bagi orang
Australia. Tujuan utama adalah Bali. Sehingga, Australia menjadi sumber wisatawan yang
penting bagi Indonesia.