PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP UP BOOK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD NU AT-THOHIRIYAH GRESIK.

(1)

i

KELAS III SD NU AT-THOHIRIYAH GRESIK

SKRIPSI

Oleh

Utsna Khoiro Ummatin NIM. D97212111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Kata kunci Keterampilan bercerita, MediaPop Up Book

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya keterampilan bercerita siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik pada pelajaran Bahasa Indonesia. Bercerita dalam pengajaran Bahasa Indonesia merupakan satu keterampilan yang sangat penting karena sangat erat kaitannya dengan empat keterampilan dalam berbahasa. Bercerita menurut siswa adalah kegiatan yang sulit. Keterampilan bercerita siswa yang rendah memberikan dampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan suasana pembelajaran yang monoton dan membosankan. Untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa, penulis mengambil tindakan pembelajaran dengan menggunakan mediaPop Up Book.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan mediaPop Up Book pada keterampilan bercerita siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan mediaPop Up Book kelas III SD NU At-Thohoriyah Gresik?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik dengan mengunakan mediaPop Up Book.

Jenis Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus dan berkolaborasi antara guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan peneliti. Model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin, dimana dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan, meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah yang berjumlah 24 siswa. Data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, kuesioner siswa, dokumentasi dan non tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran keterampilan bercerita materi pengalaman pribadi dengan menggunakan mediaPop Up Bookdapat meningkatkan keterampilan bercerita yang terlihat pada meningkatnya aktivitas siswa yakni dari 69,04 pada siklus I dan 78,08 pada siklus II. Serta meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat pada peningkatan nilai rata-rata kelas selama performan keterampilan bercerita yakni 65,83 dengan ketuntasan belajar siswa 41,66% (kurang) dengan jumlah 10 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas pada siklus I dan 84,58 dengan ketuntasan belajar siswa 79,16% (baik) dengan jumlah 19 siswa tuntas dan 5 siswa tidak tuntas pada siklus II.


(7)

i

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL... ii

MOTTO ...iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI...xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1


(8)

ii

E. Lingkup Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II : KAJIAN TEORI A. Keterampilan Bercerita... 9

1. Pengertian Keterampilan Bercerita ... 9

2. Tujuan Keterampilan Bercerita... 14

3. Manfaat Keterampilan Bercerita... 17

B. MediaPop Up Book... 19

1. Pengertian MediaPop Up Book...19

2. jenis-jenis TeknikPop Up Book ...23

3. Alat-alat dan langkah-langkah Pembuatan mediaPop Up Book ... 24

4. Manfaat MediaPop Up Book ...26

5. Kelebihan dan Kekurangan MediaPop Up Book ...26

C. Media Pembelajaran... 27

1. Hakikat Pelajaran Bahasa Indonesia... 27


(9)

iii

B. Setting Penelitian ... 35

C. Variabel Yang Diteliti... 36

D. Rencana Tindakan ... 36

E. Data Dan Teknik Pengumplan Data... 50

F. Analisis Data ... 59

G. Indikator Kinerja... 66

H. Tim Peneliti Dan Tugas ... 67

I. Rencana Jadwal Kegiatan PTK ... 68

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Persiklus ... 70

1. Siklus I ... 70

2. Siklus II... 94

B. Hasil Kuesioner... 107

1. Hasil Kuesioner Sebelum Pelaksanaan Tindakan... 107

2. Hasil Kesioner Sesudah Pelaksanaan Tindakan ... 110


(10)

iv

D. Pembahasan Temuan Hasil Tindakan... 116

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 124

RIWAYAT HIDUP... 125


(11)

v

Tabel 3.2 Pokok-pokok Rencana Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 65

Tabel 3.4 Jadwal Rencana Kegiatan PTK... 67

Tabel 4.1 Perolehan Aktivitas Siswa Siklus I... 73

Tabel 4.2 Lembar Observasi Guru Siklus I... 77

Tabel 4.3 Hasil Nilai Performan Keterampilan Bercerita Siswa Siklus I ... 81

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil Siklus I... 83

Tabel 4.5 Perolehan Aktivitas Siswa Siklus II... 97

Tabel 4.6 Hasil Nilai Performan Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II... 101

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil siklus II ... 103

Tabel 4.8 Perolehan Hasil Kuesioner Siswa Sebelum Tindakan ... 107


(12)

vi


(13)

vii

Lampiran 2 Naskah Wawancara Responden Guru Sebelum Menggunakan MediaPop Up Book

Lampiran 3 Naskah Wawancara Responden Guru Sesudah Menggunakan MediaPop Up Book

Lampiran 4 Naskah Wawancara Responden Siswa Sebelum Menggunakan MediaPop Up Book

Lampiran 5 Naskah Wawancara Responden Siswa Sesudah Menggunakan MediaPop Up Book

Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data Peningkatan Keterampilan Bercerita Pengalaman Siswa Sebelum Pelaksanaan Tindakan

Lampiran 7 Instrumen Pengumpulan Data Peningkatan Keterampilan Bercerita Pengalaman Siswa Sesudah Pelaksanaan Tindakan


(14)

viii

Lampiran 10 Hasil Penilain Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II

Lampiran 11 Perolehan Hasil Pedoman Bercerita Siswa

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 13 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I

Lampiran 15 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan Negara Indonesia yang memiliki fungsi yang sangat penting dan dominan dalam segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan bahasa, manusia dapat berekspresi, menyampaikan pesan, ide, gagasan maupun pendapat. Mengingat pentingnya bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang digunakan oleh rakyat Indonesia untuk berhubungan antar sesama. Sedangkan bahasa Indonesia sendiri adalah bahasa persatuan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus tetap dipelajari, dikembangkan dan dioptimalkan.

Bercerita dalam pengajaran Bahasa Indonesia merupakan satu keterampilan yang sangat penting karena sangat erat kaitannya dengan empat keterampilan dalam berbahasa. Sejak masa kanak-kanak, manusia mulai belajar bercerita sebelum mempelajari keterampilan berbahasa yang lain. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya manusia melewati suatu hubungan yang teratur, dimulai dari belajar menyimak terlebih dahulu, kemudian berbicara, sesudah itu dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis.


(16)

Pada pembelajaran di SD/MI saat inipun, keterampilan bercerita cenderung diabaikan. Pelajaran bercerita terkesan menjadi pelajaran yang kurang penting karena tidak diujikan dalam ujian nasional secara langsung mungkin faktor inilah yang membuat kurang signifikannya hasil belajar siswa dalam materi bercerita ini, dengan nilai yang diperoleh dari ke 24 siswa hanya 8 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 16 siswa lainnya mendapat nilai dibawah KKM. Jika diprosentasikan, siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik yang tidak tuntas KKM sebesar 70%.1

Harusnya sebagai seorang guru kita tahu bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SD/MI ini haruslah dapat mengantarkan lulusannya untuk mampu :

1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk berbagai keperluan, seperti pengembangn intelektual, sosial. 2. Diharapkan memiliki kemampuan yang memadai tentang

kebahasaan sehingga dapat menunjang keterampilan berbahasa yang dapat diterapkan dalam berbagai keperluan dan kesempatan. 3. Memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia, menghargai,

membanggakan dan bahkan memeliharanya, dan

1

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Hidayat, S.Pd.I Mata Pelajaran BahasaIndonesia pada tanggal 30 Desember 2015


(17)

4. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian dan khasanah budaya/intelektual bangsa Indonesia.2

Dalam pembelajaran yang telah berjalan sebelumnya dalam keterampilan bercerita kurang mendapatkan perhatian pembelajaran hanya berlangsung dengan siswa mendengarkan cerita dari guru, bahkan siswa diminta oleh guru membaca dalam hati. Setelah selesai, siswa diharuskan menjawab soal-soal pertanyaan berdasarkan cerita dalam bacaan. Bahan-bahan cerita yang digunakan guru diambil dari buku paket sehingga apa yang dilakukan guru terkesan kurang berpengaruh terhadap siswa. Para siswa sebagian besar sudah membaca buku paket di rumah sehingga mereka cenderung kurang me mperhatikan apa yang dibacakan guru dan cenderung kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Tentu saja kegiatan pembelajaran yang seperti ini dapat membuat siswa bosan. Dalam pembelajaran ini guru, lebih mendominasi kegiatan di kelas, sedangkan para siswa bersifat pasif. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang begitu berkesan bagi siswa.

Melihat begitu besarnya peran bercerita dalam proses belajar bahasa, diperlukan suatu media yang efektif dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Dengan adanya media diharapkan pembelajaran bahasa akan

2


(18)

mencapai tujuan yang diharapkan. Hal inilah yang tentunya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, khususnya bagi guru, sebagai pengelola kelas dalam KBM.

Salah satu media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan bercerita adalah media Pop Up Book . Dengan media ini kegiatan belajar-mengajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan mediator dalam KBM. Metode ini lebih cocok digunakan dalam bahan pelajaran yang bersifat deskriptif atau naratif, seperti cerita.

Dengan demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan bercerita pun akan menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.

Atas dasar latar belakang permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul sebagai berikut :

“PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP UP BOOK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD NU AT-THOHIRIYAH GRESIK”


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media Pop Up Book pada keterampilan bercerita mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan media Pop Up Book mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD NU At-Thohoriyah Gresik?

Dengan diterapkannya mediaPop Up Book tersebut siswa diharapkan dapat terampil dalam bercerita secara lisan. Siswa dapat dikatakan terampil bercerita salah satu kategorinya adalah dapat bercerita sesuai dengan gambar yang ada serta intonasi nada dalam bercerita.

C. Tindakan Yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalahyang dihadapi dalam peningkatan keterampilan bercerita siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik di atas yaitu dengan menggunakan Media Pop Up Book. Dengan menggunakan Media Pop Up Book ini diharapkan keterampilan siswa dalam bercerita dapat meningkat.


(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan media Pop Up Book pada keterampilan bercerita mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunkan Media Pop Up Book mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik

E. Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah semerter genap tahun ajaran 2015-2016

2. Penelitian difokuskan pada keterampilan bercerita siswa kelas III di SD NU At-Tohiriyah mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan mediaPop Up Book.


(21)

• Standart Kompetensi : Berbicara

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan bercerita

• Kompetensi Dasar :

6.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru dapat menambah pengalaman dengan menggunakan berbagai media diantaranya mediaPop Up Book

b. Guru dapat mengetahui suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dapat meningkatkan nilai siswa

c. Guru mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem pengajarannya sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan d. Guru menjadi lebih bersemangat dalam memberikan materi


(22)

2. Bagi Siswa

a. Dalam proses belajar mengajar, keaktifan siswa meningkat b. Siswa lebih mudah memahami

c. Meningkatkan nilai siswa untuk dapat mencapai KKM 3. Bagi Sekolah

a. Memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan

b. Meningkatkan kreadibilitas dan kualitas sekolah 4. Bagi Peneliti

a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapat selama dibangku perkuliahan

b. Mendapatkan pegalaman dalam proses pencarian masalah yang kemudian dicari pemecahannya.


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Bercerita

1. Pengertian Keterampilan Bercerita

Keterampilan adalah kegiatan belajar yang berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan peserta didik. Kegiatan keterampilan terjadi jika peserta didik menerima stimulus kemudian merespons dengan menggunakan gerak.3

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.

33

Agus Suprijono,Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. VII, hlm. 8.


(24)

Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam konteks pembelajaran anak SD/MI, bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik. Seperti yang diterangkan didalam hadits yang berbunyi :

)

(

Hadits diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga mereka (anak didik) dapat termotivasi untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang


(25)

dilakukan Rasulullah. Dengan menngunakan teknik ini (bercerita) menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.4

Teknik bercerita adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan. Sebagai contoh aspek pembangunan insan lebih diminati dan dihayati apabila disampaikan dalam bentuk cerita atau drama, dibandingkan jika hanya disampaikan dalam bentuk fakta akademik. Bukti terbaik penggunaan teknik ini adalah bagaimana Al Qur’an banyak menggunakan teknik ini dalam penyampaian ajaranya, sebagaimana firman Allah Q.S. Yusuf ayat 111

ﻰ ﻠﻗ

:

)

١ ١ ١

(

Artinya:

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

4


(26)

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS. Yusuf:111)

Dalam kegiatan keterampilan bercerita secara lisan perlu diperhatikan beberapa hal seperti kelancaran, pelafalan, intonasi dan ekspresi ketika bercerita. Untuk mengetahui sejauh mana anak dapat terampil bercerita, dapat dilakukan latihan bercerita secara lisan, misalnya dengan cara performance di depan kelas dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam sebuah cerita terdapat unsur-unsur yang membangun cerita tersebut. Unsur yang membangun dari cerita itu sendiri disebut unsur intrinsik. Unsur intrinsik berguna untuk membuat cerita lebih menarik. Berikut merupakan uraian dari unsur intrinsik sebuah cerita, yaitu:

1. Tema

Adalah gagasan, ide/ pikiran yang ada dalam cerita. Atau pokok cerita yang ingin disampaikan dalam cerita. Tema cerita mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Persoalan yang paling menonjol

b. Persoalan yang banyak menimbulkan konflik

c. Persoalan yang paling banyak membutuhkan waktu pemberitaan. 2. Amanat

Adalah pesan atau ajakan moral yang disampaikan pengarang dalam cerita. Amanat biasanya berisi hal-hal yang baik.


(27)

3. Tokoh

Adalah individu yang mengalami peristiwa dalam cerita. Individu ini dapat berwujud manusia, binatang, atau yang lainnya.

4. Alur

Adalah jalan cerita atau urutan kejadian peristiwa yang membentuk sebuah cerita.

5. Perwatakan

Adalah penggambaran watak atau sifat tokoh dalam cerita. Berdasarkan watak dan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Protagonis, yaitu tokoh yang berwatak baik

b. Antagonis, yaitu tokoh yang berwatak kurang baik/ jahat (penentang protagonist)

c. Tritagonis, yaitu tokoh yang menjadi penengah antara protagonist dan antagonis.

6. Latar

Adalah segala petunjuk, keterangan mengenai waktu, tempat, dan situasi dalam cerita.

a. Latar tempat b. Latar suasana c. Latar waktu


(28)

7. Sudut pandang

Adalah cara pengarang menggambarkan tokoh dalam cerita. Pengarang dapat berperan sebagai tokoh yang berperan langsung dalam cerita atau menggunakan orang/ benda lain sebagai pemeran dalam cerita.5

2. Tujuan Keterampilan Bercerita

Pada dasarnya, tujuan utama dalam keterampilan bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seseorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.6

Macam-macam tujuan bercerita diantaranya adalah: a. Mendorong atau Menstimulus

Apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau membangkitkn emosi kepada pendengar. Misalnya, pidato ketua umum koni dihadapan para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela Negara.

b. Menyakinkan

Apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan

5

Tim new focus. Buku ajar bahasa Indonesia kelas III. Surakarta.Fajar Timur

6

Burhan Nurgiyantoro. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Yogyakarta: BPFE. 2001) 277


(29)

adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar.

c. Menggerakkan

Apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidak setujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.

d. Menginformasikan

Apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas. Seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, soerang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas.

e. Menghibur

Apabila pembicra bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicara seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulag tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya.7

Berdasarkan ciri-cirinya, cerita dibagi menjadi:

7


(30)

a. Cerita lama

Cerita lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis- jenis cerita lama adalah sebagai berikut:

1) Dongeng

Cerita tentang suatu yang tidak masuk akal, tidak benar terjadi dan bersifat fantastis atau khayal

Macam-macam dongeng adalah sebagai berikut: a) Mite

Cerita atau dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus.

b) Legenda

Dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib c) Fabel

Dongeng tentang kehidupan binatang yang diceritakan seperti kehidupan manusia

d) Sage

Dongeng yang berisi kegagahan dan keberanian seorang pahlawan yang terdapat dalam sejarah, tetapi cerita bersifat khayal.


(31)

2) Hikayat

Cerita yang menceritakan tentang raja atau dewa yang bersifat khayal

3) Cerita Berbingkai

Cerita yang didalamnya terdapat beberapa cerita sebagai sisispan 4) Cerita Panji

Bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti kesusastraan jawa.

5) Tambo

Cerita mengenai asal usul keturunan, terutama raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal.

b. Cerita Baru

Adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya. Contoh dari cerita baru adalah novel, cerita pendek, cerita bersambung dan sebagainya.

3. Manfaat Keterampilan Bercerita

Ada tiga manfaat yang dapat dipetik dari keterampilan bercerita, yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3) memberikan keteladanan atau model. Cerita adalah sejenis hiburan yang murah, yang


(32)

kehadirannya amat diperlukan sebagai bumbu dalam pergaulan. Pertemuan akan terasa kering dan gersang tanpa kehadiran cerita. Kisah-kisah lama pada umumnya memiliki tema hitam putih, artinya kebenaran dan keluhuran budi yang dipertentangkan dengan kebatilan akan selalu dimenangkan. Disitulah pencerita mengajarkan nilai luhur yang bersifat universal, sekaligus menghadirkan tokoh protogonis sebagai model keteladanan.

Untuk menjadi pencerita yang baik dibutuhkan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan, antara lain (1) penguasaan dan penghayatan cerita, (2) penjelasan dengan situasi dan kondisi, (3) pemilihan dan penyusunan kalimat, (4) pengekspresian yang alami, (5) keberanian.

Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih berucap sekaligus mendengarkan sehingga melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam- macam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bercerita berperan sebagai media bersosialisasi dimana cerita dapat menyajikan cita-cita, tanggung jawab, teladan, aturan hidup sehingga cerita lebih menjanjikan dan lebih ampuh untuk mengubah dan membentuk karakter anak. Bercerita juga dapat melatih kecerdasan emosional, yaitu


(33)

melatih kemampuan anak untuk berempati, rasa percaya diri, berkomunikasi serta memotivasi diri.8

B. MediaPop Up Book

1. Pengertian MediaPop Up Book

Kata “media” berasal dari bahasa Latin medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (

ﻞ ﺋ ﺎﺳ و) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gearlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. 9

Dalam hal ini dapat disimpulkan media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan.

Media / alat pembelajran itu sendiri, sebenarnya sudah ada dan diaplikasikan sejak zaman Rasulullah saw. Rasulullah adalah sosok pendidik yang agung bagi umat manusia. Beliau dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya media sebagai sarana penyampaian materi ajarnya. Hal ini membuktikan bahwa 8

http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2354813-manfaat-bercerita-untuk-anak/ diambil pada kamis, 26 Nopember 2015

9


(34)

kebenaran tentang adanya media pembelajaran sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu sejak zaman Rasulullah saw.

Rasulullah saw. ketika pertama kali menerima wahyu, beliau telah diajarkan oleh Allah melalui malaikat Jibril mengenai strategi dan metode pembelajaran, yang salah satunya dengan menggunakan alat atau media belajar. Hal ini bisa kita perhatikan dalam pernyataan al-Alaq ayat 1-5:

) َﻖ َﻠَﺧ ي ِﺬﱠﻟا َﻚ ﱢﺑ َر ِﻢْﺳ ﺎِﺑ ْأَﺮ ْﻗا

١

) ٍﻖ َﻠَﻋ ْﻦ ِﻣ َن ﺎَﺴ ْﻧِْ

ﻹ ا َﻖ َﻠَﺧ (

٢

) ُم َﺮ ْﻛَ ْ

ﻷ ا َﻚ ﱡﺑ َر َو ْأَﺮ ْﻗا (

٣

ي ِﺬﱠﻟا (

) ِﻢَﻠَﻘْﻟﺎِﺑ َﻢﱠﻠَﻋ

٤

)

(

٥

(

Artinya;

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa ﻢﻠﻘﻟا(pena) adalah salah satu alat atau media pembelajaraan, yang mana alat tersebut dapat membantu manusia untuk memperoleh pengalaman belajar/ilmu. Lafadz ﻢﻠﻘﻟا di sini tidak hanya dimaknai sebagai pena/pensil yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, akan tetapi juga termasuk dalam pengertian berbagai alat tulis yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.

Peranan media dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Dengan adanya media juga dapat mendukung dalam proses pembelajaran,


(35)

mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta meningkatkan kualitas mengajar guru yang akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Media dibedakan menjadi media dua dimensi dan media tiga dimensi. Salah satu media tiga dimensi adalah Pop Up Book. Pop Up Book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka.10

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa media Pop-Up Book adalah media berbentuk buku yang mempunyai unsur tiga dimensi dan gerak. Pada Pop Up Book, materi disampaikan dalam bentuk gambar yang menarik karena terdapat bagian yang jika dibuka dapat bergerak, berubah atau memberi kesan timbul.

Berdasarkan pengertian diatas, media Pop Up Book mempunyai kelebihan diantaranya dapat menvisualisasikan cerita menjadi lebih baik, tampilan gambar yang memiliki dimensi dan dapat bergerak saat dibuka juga dapat menarik siswa untuk menggunakan mediaPop-Up Book.

Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi dimana media dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:

a. Media berbasis manusia, yakni guru, instruktur 10

DzuandaPerancangan Buku Cerita Anak Pop Up Tokoh-Tokoh Wayang Berseri. Seri “Gatot Kaca” (Jurnal Library ITS: 2011). http:// Library.it.undergraduate.ac.id, di akses pada 26 November 2015


(36)

b. Media berbasis cetak, yakni buku, lembaran lepas, modul. c. Media berbasis visual, yakni buku, bagan, grafik.

d. Media berbasis audio-visual, yakni video, film, televisi. e. Media berbasis komputer, yakni interaktif video11

Namun secara umum media pembelajaran dapat dibedakan menjadi 3 yaitu media visual, media audio dan media audio visual yang akan dijabarkan sebagai berikut

a. Media visual

1) Media yang tidak diproyeksikan

Yang termasuk dalam media yang tidak diproyeksikan adalah media grafis seperti sketsa, Pop-Up Book, gambar atau foto; model seperti torso; dan media realita

2) Media proyeksi

Yang termasuk dalam media proyeksi adalah OHP, film bingkai

b. Media audio

Media yang termasuk audio yakni radio, rekaman.

11


(37)

c. Media audio visual

Media yang termasuk audio visual yakni video, komputer, film.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis media seperti media audio, media visual, media audio visual, multimedia, dan lain-lain. Pengklasifikasian media tersebut dapat membantu guru dalam memilih media pembelajaran

Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan salah satu jenis media yakni media grafis atau cetak. Media grafis atau cetak adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat dan gambar.

2. Jenis-jenis TeknikPop Up Book.

Terdapat beberapa macam teknikpop-updiantaranya sebagai berikut: a. Transformations.Yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari

potongan-potonganpop-upyang disusun secara vertikal

b. Volvelles.Yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam pembuatannya

c. Peepshow.Yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif


(38)

d. Pull-tabs.Yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru

e. Carousel.Teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang komplek f. Box and cylinder.Box and cylinder atau kotak dan silinder adalah

gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika halaman dibuka.12

Dalam pembuatan Pop-Up Bookini peneliti menggunakan teknik box and cylinder.

3. Alat-alat dan Langkah-langkah Pembuatan MediaPop Up Book

a. Alat-alat untuk membuat mediaPop Up Book

Alat-alat yang digunakan untuk membuat mediaPop Up Book, yaitu: 1) Double type / lem kayu

2) Gambar yang sudah di print 3) Kertas karton sebagai alas 4) Kertas manila

5) Crayon / Pensil warna

6) Plastik cover sebagai penyangga gambar 7) Alat pemotong (Gunting, cutter)

8) Lem tembak 12


(39)

9) Glitter (digunakan untuk hiasan tulisan pada cover / judul)

b. Langkah-langkah pembuatan 1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan.

2) Potong / gunting gambar yang sudah di print

3) Potong kertas manila dengan ukuran yang diinginkan

4) Buatlah pola diatas kertas manila dengan menggunakan cayon / pensil warna sesuai dengan tema

5) Tempelkan / posisikan gambar pada pola sesuai dengan tema (gunakan lem kayu / double type sebagai alat perekat)

Untuk alternatif lain agar gambar bisa berdiri pada saat dibuka anda dapat menggunakan plastik cover sebagai penyangga gambar

6) Buatlah tulisan sebagai judul cover pada media Pop Up Book dengan menggunakan lem tembak yang ditabur / dihiasi dengan gliter agar terlihat lebih menarik

7) Tempelkan mediaPop Upyang sudah jadi dengan kertas karton untuk di jilid atau dijadikan buku.

8) Tempelkan tulisan judul cover yang telah dibuat pada langkah no.6 pada cover buku dan hiasi sesuai selera


(40)

4. Manfaat MediaPop Up Book

Manfaat dari mediaPop Up Bookyaitu:

a. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik. b. Mendekatkan anak dengan orang tua karena Pop-Up Book memberi

kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya. c. Mengembangkan kreatifitas anak

d. Merangsang imajinasi anak

e. Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda f. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada

anak

Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan media Pop-Up Book bermanfaat dalam proses pembelajaran yakni membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Selain itu, penggunaan media Pop-Up Bookdapat memudahkan siswa dalam belajar.

5. Kelebihan dan Kekurangan MediaPop Up Book

a. Kelebihan MediaPop Up Book

Kelebihan dalam penggunaaan media Pop Up Book dalam proses belajar mengajar siswa antara lain:

1) Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik sehingga siswa tidak mudah bosan dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.


(41)

2)

Dapat digunakan di dalam ruangan kelas (in door) atau luar ruangan kelas (out door).

3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga aktivitas lain.

b. Kekurangan MediaPop Up Book

Kelebihan dalam penggunaaan media Pop Up Book dalam proses belajar mengajar siswa antara lain:

1) Waktu pengerjaannya cenderung lama 2) Menuntut ketelitian

3) Biaya yang dikeluarkan lebih mahal dibandingkan dengan buku pada umumnya.

4)

Terbatasnya keahlian dalam membuat media pembelajaran tersebut.

C. Hakikat Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Hakikat Pelajaran Bahasa Indonesia

Belajar bahasa hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Kompetensi pembelajaran bahasa


(42)

diarahkan kedalam empat sub aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.13

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan untuk peserta didik. Ilmu bahasa merupakan ilmu yang spesifik. Kespesifikannya adalah ilmu bahasa berurusan dengan bahasa sebagai bahasa (Verhaar, 1996:5). Bahasa itulah yang menjadi ontologi atau hakikat yang dikaji oleh bahasa. Dengan demikian ilmu bahasa adalah ilmu yang mencari hakikat bahasa.14

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta didik dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan, karakteristik studi, siswa analisis, sumber belajar, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi atau model pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peran seorang pengajar sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peserta didik, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran. Jadi,

13

Acep Hermawan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab(Bandung: PT REMAJA Rosdakarya, 2008) hlm 8

14


(43)

ketepatan pengajar dalam memilih strategi atau model dalam proses belajar mengajar akan berdampak pada keberhasilan tujuan pengajaran.

Bahasa Indonesia standar mempunyai ciri-ciri ialah: a. Memakai ucapan baku

b. Memakai ejaan resmi c. Terbatasnya unsur Daerah d. Pemakaian fungsi Gramatikal

e. Pemakaian konjungsi bahwa atau karena

Peranan bahasa yang utama adalah sebagai penyampai maksud dan perasaan seseorang kepada orang lain. Ditinjau dari sudut ini, maka benarlah sudah bahasa seseorang bila mampu mengemban amanat tersebut. Namun mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya bahasa yang benar itu baik, atau sebaliknya bahasa yang baik itu benar.

Berpegang pada batasan diatas, maka ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap pemakai bahasa Indonesia agar bahasa yang dicapai itu baik dan benar.

Kedua syarat yang dimaksud itu adalah:

a. Memahami baik-baik kaidah Bahasa Indonesia, dan b. Memahami benar situasi kebahasaan yang dihadapinya.15

15


(44)

Dari uraian tersebut menjelaskan tentang batasan dan syarat dalam menggunakan bahasa Indonesia, yang mengandung penjelasan bahwa bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang sangat penting bagi para siswa, khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Karena pada umumnya masyarakat Indonesia menguasai bahasa pertama (Bahasa Daerah) dan bahasa kedua (Bahasa Indonesia) meskipun demikian proses penguasaan bahasa kedua Bahasa tersebut bervariasi sesuai dengan perkembangan pembangunan masyarakat Indonesia.16 Oleh karena itu pengajaran yang harus dilakukan untuk mengajarkan bahasa Indonesia yakni dengan menggunakan dan membiasakan berkomunikasi secara aktif dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Bahasa a. Pentingnya Bahasa

Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakan-akan tidak memerlukan usaha sama sekali pada pihak si anak. Pendapat ini tentulah kurang tepat. Hal yang sebenarnya ialah, bahwa hanya setelah bertahun-tahun dengan latihan yang tidak jemu-jemunya dan kesalahan-kesalahan yang dibetulkan berulang-ulang secara eksplisit maupun implisit si anak akhirnya dapat menguasai bahasa orang dewasa. Dan bagi manusia pada umumnya penguasaan bahasa merupakan suatu

16


(45)

prestasi yang luar biasa selama hidupnya. Namun, penguasaan tiap bahasa tidaklah diluar kemampuan manusia pada umumnya, tiap manusia mempunyai potensi untuk menguasai tiap bahasa yang mana pun juga di dunia ini.

Memang suatu kenyataan bahasa wajar dimiliki oleh setiap manusia. Dan kewajaran ini mungkin menyebabkan bahasa dianggap sebagai barang sehari-hari yang biasa saja, sehingga tidak perlu mendapatkan perhatian yang selayaknya sesuai dengan fungsinya didalam masyarakat.17

Mengingat bahwa pada hakikatnya bahasa itu lisan, dengan sendirinya ucapan memegang peranan yang sangat penting. Betapapun susunan kalimatnya baik, tetapi apabila dalam pengcapannya kurang baik, maka bahasa orang yang bersangkutan belum dapat dikatakan baik. Oleh sebab itu masalah ucapan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap pemakaian bahasa Indonesia.18

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bahasa ialah dengan melihat fakta pada masyarakat, sesungguhnya bahasa Indonesia merupakan:

1) Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara 2) Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan 3) Bahasa resmi perhubungan pada tingkat nasional 17

Syamsuri,Analisis Bahasa(Jakarta: Erlangga, 1987) hlm 3

18


(46)

4) Bahasa media massa.

Berbagai hal diatas telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang penting dalam jajaran bahasa-bahasa di dunia. Kenyataan ini telah mendorong bangsa-bangsa lain mempelajari bahasa Indonesia.19

19


(47)

BAB III

METODE DAN RENCANA PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul: “PENENINGKATAN KETERAMPILAN

BERCERITA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP UP BOOK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD NU AT-THOHIRIYAH GRESIK” ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelasnya. Informasi ini bermanfaat untuk mengambil keputusan yang bijak tentang metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas dan sekolah secara keseluruhan.

Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Termasuk penelitian kualitatif karena peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana pembelajaran. Penelitian kualitatif


(48)

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.20Data ini berupa lembar pengamatan aktifitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa dan guru kolaborasi. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yangmenggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin ita ketahui.

Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas, dideskripsikan suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Penelitian dilakukan secara sistematis denga menguraikan hasil temuan dan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan. Hasil dari tindakan akan dianalisis untuk mengetahui efek dari tindakan yang telah dilaksanakan.

Tindakan yang diambil dalam penelitian ini berupa pelaksanaan media pembelajaran Pop Up Book untuk mengatasi rendahnya kegiatan keterampilan bercerita siswa.

20


(49)

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK

a) Tempat Penelitian

Tempat penelitian atau lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD NU At-Thohiriyah Gresik.

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu tanggal 20 dan 27 April 2016. Penentuan waktu penelitianmengacu pada kalender akademik madrasah, karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

c) Siklus PTK

Penelitian ini direncanakan menggunakan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan keterampilan bercerita siswa mata pelajaran bahasa Indonesia dengan mediaPop Up Book.


(50)

d) Subjek Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang, terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

C. Variabel yang Diteliti

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Veiabel Input : Siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik 2. Variabel Proses : Penerapan mediaPop Up Book

3. Variabel Out put : Peningkatan keterampilan bercerita siswa

D. Rencana Tindakan

Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection).


(51)

Tabel 3.1

Model Penelitian Tindakan KelasKurt Lewin

Sebelum melakukan PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk (1) menemukan masalah; (2) melakukan identifikasi masalah; (3) menentukan "batas masalah", (4) menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah; (5) merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan "hipotesis-hipotesis tindakan" sebagai pemecahan, (6) menentukan hipotesis tindakan pemecahan masalah; (7) merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasisis PTK.21

Penelitian ini dilakukan dengan mmberikan tindakan berupa:

21

TIM Lapis,Penelitian Tindakan Kelas,(Surabaya: IAIN Press, 2007), hlm 5.12

SIKLUS I

SIKLUS II

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Perencanaan Tindakan Ulang Observasi

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan


(52)

1. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan dengan menggunakan mediaPop Up Bookpada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan harapan adanya peningkatan dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam perencanaan penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain yaitu:

a. Persiapan pelaksanaan PTK

Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi untuk melaksanakan penelitian tindakan.

b. Persiapan partisipan

Memberikan simulasi kepada gru tentang penyelenggaraan dan melakukan konsolidasi dengan guru tentang cara melakukan penelitian danjob discribtion.Persiapan meliputi:

b.1 Penyusunan instrumen dan skenario penelitian b.2 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b.3 Menyusun instrumen observasi

b.4 Menyiapkan alat peraga/media dan sumber belajar b.5 Menyusun rencana tindakan

tindakan yang akan diberikan adalah penerapan media Pop Up Book, dan bidang pengembangan yang diharapkan dapat meningkat adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.


(53)

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan penelitian yang dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin dan direncanakan menggunakan 2 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan Tindakan c. Pengamatan Observasi d. Refleksi

Secara umum, berikut tabel pokok-pokok rencana tindakan pada tiap siklus yang akan dilaksanakan oleh peneliti:

Tabel 3.2

Pokok-pokok Rencana Kegiatan Penelitian Siklus I Perencanaan:

Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah

a. Menyusun RPP

b. Membuat jadwal kunjungan kelas

c. Mengembangkan skenario pembelajaran

d. Menyiapkan sumber belajar e. Menyiapkan instrumen


(54)

f. Menyiapkan media pembelajaran

g. Menyiapkan lembar kerja siswa h. Mengembangkan format

oservasi

Pelaksanaan: Mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran, diantaranya:

Kegiatan Awal

• Guru mengucap salam dan membuka pelajaran dengan doa • Guru menanyakan kabar siswa

dan mengabsen kehadiran siswa • Apersepsi, Guru mengajukan

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang

“Drama” dan materi yang akan

dipelajari yaitu tentang

“Pengalaman Pribadi ”

• Motivasi, membangkitkan minat dan semangat belajar siswa dengan“Tepuk Semangat” • Guru menyampaikan tujuan


(55)

dilaksanakan

• Guru menjelaskan secara singkat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

• Siswa menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia

Kegiatan Inti Eksplorasi

• Siswa mendengarkan

penjelasan guru tentang materi

pengalaman dengan

menceritakan berbagai pengalaman seseorang

• Siswa mendengarkan

penjelasan tentang

penggunaan media Pop Up Book

• Siswa mendapat tugas kelompok yaitu menceritakan pengalaman sesuai dengan gambar pada media Pop Up Book secara lisan di depan kelas


(56)

• Siswa mengamati setiap gambar yang terdapat pada mediaPop Up Book

Elaborasi

• Siswa membentuk kelompok berpasangan

• Siswa menyusun ide pokok cerita berdasarkan gambar pada media

• Siswa bertukar peran dalam satu kelompok

• Setiap kelompok maju ke

depan kelas untuk

mempresentasikan dan menyampaikan isi cerita hasil diskusi kelompok mereka secara lisan dengan menggunakan mediaPop Up Book

• Sambil menunggu giliran,

siswa yang lain

mendengarkan

penjelasan/cerita dari anggota kelompok yang


(57)

sedang maju dan menanggapi isi cerita yang disampaikan.

Konfirmasi

• Guru mengamati siswa ketika berdiskusi dan presentasi

• Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami

• Guru mengecek pemahaman siswa dengan melakukan umpan balik (tanya jawab) • Guru memberikan penguatan

dan membuat kesimpulan secara bersama-sama dengan siswa

Kegiatan Akhir

• Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar

• Siswa diberi tugas untuk menuliskan pengalaman mereka dan menceritakannya secara


(58)

lisan pada pertemuan berikutnya • Siswa merapikan bangku dan membersihkan sampah disekitar bangku.

• Guru menutup pelajaran dengan

do’a dan mengakhiri dengan

salam penutup.

Pengamatan: Pengumpulan data proses yang berupa embar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran, untuk selanjutnya diolah, dianalisis dan diinterprestasikan.

Pada tahap pengamatan ini hal-hal yang perlu diamati adalah sebagai berikut:

a. Situasi kegiatan belajar

mengajar dengan

menggunakan media Pop Up Book

b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

c. Kekompakan siswa dalam bekerja berpasangan


(59)

bercerita

e. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan unsur cerita

Refleksi : a. Memeriksakan instrumen

penelitian dan catatan hesil observasi

b. Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam tindakan c. Memperbaiki pelaksanaan

tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya

d. Evaluasi tindakan I

Siklus II Perencanaan : a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

b. Pengembangan program tindaan sebagai perbaikan pada siklus kedua


(60)

Pelaksanaan : Melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Awal

• Guru mengucap salam dan membuka pelajaran dengan doa

• Guru menanyakan kabar siswa dan mengabsen kehadiran siswa

Apersepsi, Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya

• Motivasi, membangkitkan minat dan semangat belajar siswa dengan ”Tepuk Semangat” dan “Tepuk

Warna”

• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan

• Guru menjelaskan secara singkat langkah-langkah


(61)

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

• Siswa menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia

Kegiatan Inti Eksplorasi

• Guru memberikan satu contoh kegiatan bercerita dengan menyampaikan satu cerita fabel tentang "Buaya yang Serakah"

• Guru menunjukkan tugas kelompok yaitu menceritakan pengalaman siswa secara lisan di depan kelas terkait tugas yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya

Elaborasi

• Siswa membentuk menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 anggota siswa setiap kelompoknya.


(62)

• Setiap kelompok diberi bagian gambar berbeda yang terdapat pada mediaPop Up Book • Siswa menyusun ide pokok

cerita berdasarkan gambar yang telah ditentukan oleh guru

• Setiap anggota kelompok mengeluarkan 2 anggota

kelompoknya untuk

menyampaikan hasil diskusi di depan kelas

• Setiap anggota kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan dan menyampaikan isi cerita hasil diskusi kelompok mereka secara lisan dengan menggunakan media Pop Up Book

• Sambil menunggu giliran maju di depan kelas, siswa yang lain mendengarkan

penjelasan/cerita dari anggota kelompok yang maju dan menanggapi isi cerita yang


(63)

disampaikan.

Konfirmasi

• Guru mengamati siswa ketika berdiskusi dan presentasi • Guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami

• Guru mengecek pemahaman siswa dengan melakukan umpan balik (tanya jawab) • Guru memberikan penguatan

dan membuat kesimpulan secara bersama-sama dengan siswa

Kegiatan Akhir

• Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar

• Siswa merapikan bangku dan membersihkan sampah disekitar bangku.

• Guru menutup pelajaran


(64)

dengan salam penutup. Pengamatan : Pengumpulan data tindakan II Refleksi : Melakukan diskusi dengan guru

kolaborator untuk mengevaluasi serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan siklus kedua

Membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran bercerita dengan menggunakan media Pop Up Book dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Data adalah informasi yang mempunyai makna untuk keperluan tertentu.22

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari hasil deskripsi wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berasal dari pemgambilan data nilai performan keterampilan bercerita, lembar aktivitas siswa, lembar aktivitas guru, dan lembar kuisioner hasil wawancara.

22


(65)

2. Sumber Data

Sumber data dalam PTK adalah sebagai berikut:

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang keterampilan bercerita siswa selama proses belajar mengajar

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi media Pop Up Book dan peningkatan keterampilan bercerita siswa dalam proses belajar mengajar

c. Teman sejawat / Kolaborator

Teman sejawat / Kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari siswa maupun guru.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.23

Teknik pengumpulan dtaa pada penelitian ini dipayakan semaksimal mungkin agar bisa mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

23


(66)

a. Catatan Lapangan (Observasi)

Catatan lapangan adalah uraian tertulis tentang apa yang didengar,dilihat, dialami, dan dipikirkan peneliti selama pengumpulan dan refleksi data dalam sebuah studi kualitatif. Setiap kembali dari observasi, wawancara, atau pekerjaan penelitian lainnya, penelitian biasanya menuliskan apa yang terjadi. Peneliti menggambarkan sebuah deskripsi tentang orang, objek, tempat, peristiwa, aktivitas, dan percakapan. Disamping itu, sebagian dari catatan tersebut, peneliti akan merekam ide-ide, strategi refleksi, dan dugaan, serta pola-pola yang muncul.24

Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (Pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalamproses pelaksanaan tindakan.25

Observasi dilaksanakan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, seberapa proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Dengan observasi, diharapkan gejala ketidakberhasilan

24

Sharsimi dan Trianto,Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm. 34

25

Kunandar,Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 143


(67)

atau kekeliruan dalam rencana tindakan dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.26

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

a.1 Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan mediaPop Up Book

a.2 Aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan mediaPop Up Book

Aspek yang diamati untuk memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam kelompok kecil meliputi:

1) Keaktifan baik dalam kelas maupun kelompok

Keaktifan siswa baik dalam kelas maupu kelompok sangat berperan pada keberhasilan pembelajaran. Siswa yang pasif akan sulit menerima pesan dan informasi yang disajikan guru. 2) Kekompakan dengan anggota kelompok

Kerjasama yang baik atau kekompakan dalam setiap anggota kelompok sangat membantu terciptanya rasa antusias pada pembelajaran yang dilakukan.

26


(68)

3) Motivasi

Motivasi dalam diri manusia sangat berpengaruh dalam berbagai kegiatan termasuk pembelajaran. Motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran akan mendikung siswa dala mencapai keberhasilan pembelajaran.

4) Displin

Kedisiplinan sangat penting dalam pembelajaran. Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah wujud sikap yang menunjukkan kaseriusan belajar siswa terhadap suatu materi pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu metode tau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mangajukan.27

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang ada kaitannya dengan sikap atau pendapat siswa dalam melaksanakan pembelajaran bercerita dengan menggunakan media Pop Up Book, untuk menemukan kesulitan apa saja dialami baik guru maupun

27


(69)

siswa saat proses pembelajaran pada saat sebelum dan sesudah tindakan.

Dalam rangka memperoleh data atau informasi yang lebih terperinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti menggunkan kuesioner. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang kedaan, data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dll.28

Kuesioner juga dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan atau bisa juga digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan belajar siswa terhadap metode yang telah diterapkan.

Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kiesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

1. Kuesioner terbuka (kuesioner tidak berstruktur) ialah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.

2. Kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur) ialah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga

28


(70)

responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda ceklist ( ) .29

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-halatau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya. Untuk mendapatkan kebenaran data yang valid maka peneliti perlu melihat arsip-arsip dari administrasi guru mata pelajaran yang meliputi data mulai dari sebelum siswa belajar sampai sesudahnya.

Dokumen dalam penelitin ini diantaranya hasil nili performan siswa, instrumen penelitian peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan media Pop Up Book, instrumen pengamatan aktifitas siswa. Dokumen yang didapatkan pada pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran.

d. Evaluasi berupa tes/penilaian

Tes sebagai instrumen sangat lazim digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Hal ini disebabkan dalam PTK pada umumnya salah satu yang diukur adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan instrumen tes.

29

Riduwan,Bealajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 71-72


(71)

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan.30 Alat ukur tersebut dengan sendirinya harus sedemikian keadaanya sehingga memberikan gambaran hasil seperti yang diharapkan.31

Tes juga merupakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologi di dalam dirinya. Aspek psikologi itu dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik dan berbagai aspek kepribadian lainnya.tes digunakan untuk melengkapi data mengenai hasil nilai atau tingkat hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan guru selain untuk mementau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.32 Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan tes. Tes yang digunakan adalah berupa penilaian performan / unjuk

30

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar,53

31

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Ed. 2,(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 216

32

Mimin Haryati,Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 13


(72)

kerja dari hasil keterampilan bercerita siswa secara lisan berdasarkan mediaPop Up Book.

Data hasil belajara siswa selama proses pembelajaran berlangsung dijaring, dikumpulkan dan kemudian dianalisis melalui prosedur dan alat penilaian sesuai dengan kompetensi/pencapaian indikator yang akan dicapai. Hasil beljar siswa dalam periode waktu tertentu dibandigkan dengan hasil periode sebelumnya untuk melihat perkembangan pencapaian indikator/kompetensi dari masing-masing siswa.

Proses penilaian kelas dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui

kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian indikator.

2. Memantau kemajuan dan mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami siswa sehingga dapat dilakukan remidial dan pengayaan.

3. Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan. 4. Sebagai input atau masukan bagi guru untuk melakukan


(73)

5. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan.

6. Memberi umpan balik bagi para pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang baik untuk digunakan.33

F. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis data kualitatif,

Yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana pembelajaran. Data ini berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa dan guru kolaborasi. Adapun rinci data kualitatif tersebut dapat dilihat pada lembar tabel

2. Analisis data kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kitaketahui. Kemudian angka-angka yang

33


(74)

terkumpul sebagai hasil dari penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik.

Analisis data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa dan hasil kuesioner berupa data perhitungan sederhana yang diuraikan secara deskriptif. Misalnya rat-rata nilai hasil kuesioner peningkatan keterampilan bercerita siswa.

Kuesioner yang telah diisi dan terkumpul dari tiap siswa dihitung perolehan skornya. Skor tersebut didapat dengan menggunkan rimus sederhana:

Penilaian kuesioner ini dilakukan dua kali yakni kuesioner sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sedangkan untuk mengetahui rata-rata nilai peningkatan keterampilan bercerita siswa, penilaian kuesioner digunakan rumus:

Keterangan

X : Nilai rata-rata

Nilai= Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

X =∑X


(75)

∑X : Jumlah semua nilai kuesioner siswa ∑N : Jumlah siswa

a. Analisis Hasil Tes

Dalam menganalisis tingkat keberhasilan belajar siswa tiap siklus, dilakukan dengan cara memberikan tes performan keterampilan bercerita secara lisan dengan menggunkan media Pop Up Book. Penilaian hasil performan siswa didasarkan pada 5 indikator yang sebelumnya telah menjadi acuan guru kolaborasi dalam menilai keterampilan bercerita siswa yakni: (a) Ekspresi, (b) lafal, (c) intonasi, (d) penggunaan kalimat efektif, (e) kesesuaian isi cerita dengan gambar.

Tiap indikator memiliki skor maksimal 4 dan minimal 1 dengan rincian 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = perlu bimbingan. Dengan rincian indikator skor sebagai berikut:

a) Ekspresi

a. Skor 4 = Mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog secara konsisten.

b. Skor 3 = Mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog namun kurang konsisten.


(76)

c. Skor 2 = Mimik wajah dan gerak tubuh tidak sesuai dengan dialog.

d. Skor 1 = Monoton tanpa ekpresi

b) Lafal

a. Skor 4 = Dialog dilafalkan dengan tepat dan jelas b. Skor 3 = Ada 1-2 kata yang kurang tepat

pelafa-lannya

c. Skor 2 = Lebih dari 2 kata belum tepat pelafalannya d. Skor 1 = Hampir semua kata belum tepat

pelafalannya

c) Intonasi

a. Skor 4 = Intonasi sesuai dengan dialog secara konsisten.

b. Skor 3 = Intonasi sesuai dengan dialog namun kurang konsisten.


(77)

c. Skor 2 = Intonasi tidak sesuai dengan dialog. d. Skor 1 = Tanpa intonasi.

d) Penggunaan Kalimat Efektif

a. Skor 4 = Semua kalimat menggunakan kalimat yang efektif.

b. Skor 3 = Terdapat 1-2 kalimat menggunakan kalimat yang kurang efekti

c. Skor 2 = Terdapat lebih dari 2 kalimat

menggunakan kalimat yang kurang efektif d. Skor 1 = Semua kalimat menggunakan kalimat yang

belum efektif.

e) Kesesuaian Isi Cerita dengan Gambar

a. Skor 4 = Semua isi cerita sesuai gambar b. Skor 3 = Setengah atau lebih isi cerita sesuai

gambar

c. Skor 2 = Kurang dari setengah isi cerita sesuai gambar


(78)

d. Skor 1 = Semua isi cerita tidak sesuai gambar

Skor yang diperoleh tiap siswa pada performan keterampilan berceritanya kemudian diubah menjadi nilai. Guru mewajibkan untuk mengubah skor mentah menjadi skor berstandar 100%34 dengan rumus sebagai berikut:

Untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam satu kelas pada suatu pembelajaran, maka perlu dicari rata-rata ntuk membuat kesimpulan atas hasil penelitian. Suharsimi menyatakan bahwa untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan

X : Nilai rata-rata

∑X : Jumlah semua nilai kuesioner siswa ∑N : Jumlah siswa

34

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar,236.

Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

X =∑X


(79)

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa dalam kelompokkelas dapat digunakan rumus35:

Analisis ini dilakukan pada tiap siklus di tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil penilaian yang telah diperoleh tersebut dikelompokkan kedalam bentuk penskoran nilai siswa. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, bahwa tingkat pencapaian untuk hasil belajar adalah 75%36, dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut37

Tabel 3.3

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Tingkat Keberhasilan (%) Arti

81–100 % Tinggi Sekali

35

Haris Supatno,Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru / PLPG 2008,(Surabaya: Departemen Unesa, 2008), hlm. 185

36

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar,48

37

Suharsimi Arikunto dkk, Evaluasi Program Pendidikan,(Bandung: Bumi Aksara, 2010), hlm. 18

P = ∑siswa yang tuntas belajar x 100%


(80)

61–80 % Tinggi

41–60 % Cukup

21–40 % Rendah

<21 % Rendah Sekali

G. Indikator Kinerja

Untuk menunjukkan tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran, maka diperlukan indikator sebagai acuan penelitian. Maka ditetapkan indikator sebagai berikut:

a. Kondisi sesudah penelitian ini dilakukan, diharapkan keterampilan bercerita siswa dapat meningkat. Diukur dari nilai rata-rata kuesioner sebelum dan sesudah tindakan.

b. Meningkatnya rata-rata aktivitas siswa

c. Meningakatnya jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM 70. Sebelumnya hanya 30% siswa yang dapat mencapaik nilai KKM.38 Sesudah tindakan penelitian, diharapkan lebih dari 70% siswa dapat mencapai nilai KKM.

d. Meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa.

38


(81)

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan bentuk kolaborasi dengan keterangan sebagai berikut:

1. Guru Kolaborasi

a. Nama : Ahmad Hidayat, S.Pd.I

b. Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

c. Tugas :

1) Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran 2) Mengamati pelaksanaan penelitian

3) Terlibat dalam perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.

2. Peneliti

a. Nama : Utsna Khoiro Ummatin

b. NIM : D97212111

c. Status : Mahasiswa

d. Tugas :

1) Menyusun perencanaan pembelajaran, instrumen penelitian, lembar observasi

2) Menyebarkan dan menilai instrumen kuesioner siswa 3) Menilai hasil tugas dan evaluasi akhir materi


(82)

5) Melakukan diskusi dengan guru kolaborator 6) Menyusun laporan hasil penelitian

I. Rencana Jadwal Kegiatan PTK

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penentun waktu penelitian mangacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian tindakan kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas. Adapun rincian jadwal kegiatan PTK dapat dilihat pada lampiran tabel:

Tabel 3.4

Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

No. Kegiatan

Waktu

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Menyusun Instrumen

Mengajukan Izin Penelitian

2. Pelaksanaan


(83)

Melakukan

tindakan siklus I √

Melakukan

tindakan siklus II √

3. Peyusunan Laporan Tabulasi dan

analisis data √

Menyusun

laporan PTK √

Perbaikan laporan

PTK √


(84)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Persiklus

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan diuraikan melalui tahapan tiap siklusnya yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Beberapa data juga diambil dari luar kegiatan dari setiap siklus misalnya pengisisan kuesioner oleh siswa, wawancara, dan evaluasi tes. Adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Siklus I

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siklus pertama ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaa, observasi, dan refleksi. Adapun susunanya sebagai berikut:

a. Rencana Tindakan

Pada tahap perencanaan siklus I ini, kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Menyusun rencana pembelajaran

2) Menyiapkan instrumen (Kuesioner siswa, naskah pedoman wawancara, lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru) 3) Menyiapkan perangkat pembelajaran


(85)

4) Menyiapkan media pembelajaran b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada langkah-langkah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebagaimana berikut:

Guru mengawali pelajaran dengan salam, menanyakan kabar siswa dan memberikan apersepsi sekaligus motivasi diawal pembelajaran dengan memberikan variasi tepuk semangat. Selanjutnya yaitu guru menjelaskan sedikit materi yang akan dipelajari yakni tentang "Pengalaman Pribadi" dengan menceritakan berbagai pengalaman seseorang

Setelah siswa mendengarkan cerita pengalaman dan sedikit materi dari guru, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara berpasangan (satu kelompok 2 anak). Guru menjelaskan penggunaan media Pop Up Book dan memberikan tugas yaitu menyusun ide pokok cerita sebelum memprentasikan atau menceritakan pengalaman mereka dengan menggunakan gambar yang sudah ada pada media Pop Up Book secara lisan di depan kelas.


(86)

Gambar 4.1

Siswa sedang menyusun ide pokok cerita sebelum bercerita didepan kelas

Setelah itu, guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk menceritakan pengalaman mereka secara lisan dengan menggunakan mediaPop Up Bookdi depan kelas secara bergantian.

Pada saat KBM berlangsung, siswa tampak antusias tetapi mereka juga cemas, takut, dan sabagian dari mereka juga merasa malu. Beberapa dari siswa ada yang mengulang-ulang cerita mereka karena tidak tahu harus bagaimana cara menceritakannya. Meskipun begitu cerita mereka sangatlah menarik. Ketika siswa bercerita, siswa yang lain menanggapi isi cerita yang disampaikan dan guru memberikan evaluasi terhadap penampilan mereka. Setelah kegiatan bercerita selesai, guru memberikan kesimpulan bahwa siswa sudah cukup baik dalam bercerita hanya perlu ditingkatkan lagi kepercayaan dirinya dalam kegiatan bercerita.


(87)

Gambar 4.2

Siswa bercerita didepan kelas dengan menggunakan media Pop Up Book

Pada akhir kegiatan guru memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan pengalaman pribadi mereka yang mengacu pada salah satu gambar yang terdapat pada media Pop Up Book dan menceritakannya secara lisan pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi

1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) selama siklus I:

Tabel 4.1

Perolehan Aktivitas Siswa Pada Saat Pembelajaran Siklus I

No. Nama

Siswa

Skor Perolehan

Skor

Ideal Nilai


(1)

menceritakan kegiatan sehari-hari mereka dengan bagus dan menarik. Pada siklus kedua, dengan menggunakan media Pop Up Book siswa kembali mengungkapkan perasaan atau ide dari pengalaman pribadi mereka dan menceritakannya pada teman didepan kelas secara lisan. Dari kegiatan bercerita tersebut, siswa nampak senang dan sangat antusias dalam menceritakan pengalamannya.

2. Data yang didapatkan tidak hanya terbatas pada dilaksanakannya siklus, namun juga didapatkan dari luar siklus yakni penyebaran kuesioner sebelum dan sesudah tindakan serta wawancara beberapa murid saat sebelum dan sesudah tindakan. Pada penyebaran kuesioner sebelum tindakan, banyak siswa yang terlihat ragu dalam mengisi. Guru menjelaskan bahwa kuesioner ini tidak mempengaruhi nilai siswa dan harus mengisinya dengan kejujuran. Usai kegiatan siklus II, dilakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data informasi motivasi keterampilan bercerita siswa setelah diterapkannya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media Pop Up Book. Wawancara dilakukan pada saat jam istirahat tanpa memilih siswa.

3. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa:

a. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunkan media Pop Up Book telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam keterampilan bercerita pengalaman yang dapat dilihat dari peningkatan hasil nilai rata-rata kuesinoer dan peningkatan nilai aktivitas siswa. Hasil nilai


(2)

118

rata-rata kuesioner awal adalah 67,50 dan meningkat menjadi 81,25 pada kuesioner akhir setelah dilakukan tindakan.

b. Pada segi proses, nilai rata-rata aktivitas siswa dan guru juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 69,04 pada siklus I, dan 78,08 pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas guru adalah 69,44 pada siklus I, dan 79,86 pada siklus II. Selain meningkatkan motivasi belajar dalam bercerita pengalaman, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media Pop Up Book ini juga turut meningkatkan hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar dalam materi bercerita pengalaman pribadi.

c. Dalam hasil belajar peningkatan terlihat dari hasil unjuk kerja/performan keterampilan bercerita siswa yang nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajarnya meningkat ditiap siklusnya. Nilai rata-rata performan keterampilan bercerita siswa pada siklus I adalah 65,83 dan 84,58 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I adalah 41,66%, dan 79,16% pada siklus II.

Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media Pop Up Book dapat meningkatkan keterampilan bercerita pengalaman serta turut meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bercerita pengalaman pribadi.


(3)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut➜

1. Bahwa penggunaan media Pop Up Book telah berhasil meningkatkan keterampilan bercerita siswa kelas III di SDN At-Thohiriyah Gresik. Hal ini terbukti pada hasil peningkatan nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 69,04 pada siklus I dan 78,08 pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas guru adalah 69,44 pada siklus I dan 79,86 pada siklus II.

2. Terdapat peningkatan keterampilan bercerita siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD NU At-Thohiriyah Gresik dengan menggunakan mediaPop Up Bookdengan nilai rata-rata siswa pada siklus I yang hanya mencapai 65,83 dengan prosentase 41,66% (kurang) dengan jumlah 10 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas. Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat hingga mencapai 84,58 dengan prosentase 79,16% (baik) dengan jumlah 19 siswa tuntas dan 5 siswa tidak tuntas.


(4)

120

B. Saran

1. Siswa diharapkan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Guru hendaknya tidak hanya terpaku pada model atau metode pembelajaran yang umum dilakukan tetapi juga mempelajari dan mencoba mempraktekkan berbagai model, metode maupun teknik pembelajaran yang beragam agar dapat memberikan kesan khusus bagi siswa terutama untuk memacu menumbuhkan semangat pada diri siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Serta siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, variasi metode terutama dalam penggunaan media pembelajaran perlu dicoba dan dipraktikkan didalam kelas.

3. Sekolah hendaknya mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan menfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.


(5)

Achmad Sunarto. 1993.Tarjamah Shahih Bukhari. Semarang: CV ASY SYIFA’. AgusSuprijono. 2012.Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Cet. VII.

Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. cet. 16

Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Burhan NurgiyantorO. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Djoko Widagdho. 1994. Bahasa Indonesia pengantar kemahiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Emzir. 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta: rajawali Press. Haris Supatno. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru / PLPG 2008.

Surabaya: Departemen Unesa.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Lexy J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mimin Haryati. 2010.Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Mudini . 2009Pembelajaran Berbicara. Jakarta: DEPDIKNAS. Mulyono. 2012.Strategi Pembelajaran.Malang: UIN Malik Press.


(6)

Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta:Gadja Mada University Press.

Puji Santoso, dkk. 2011. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT. Ed 1

Riduwan. 2005. Bealajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta.

Sharsimi dan Trianto.2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Syamsuri. 1987.Analisis Bahasa.Jakarta: Erlangga.

Suharsimi. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto dkk. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

TIM Lapis. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Surabaya: IAIN Press.

Tim new focus. Buku ajar bahasa Indonesia kelas III. Surakarta: Fajar Timur. Tim Penyusun. 2008.Kamus Bahasa Indonesia.

Trimastoyo Jati Kesuma.2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibook.

http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2354813-manfaat-bercerita-untuk-anak/ diambil pada kamis, 26 Nopember 2015

http:// Library.it.undergraduate.ac.id, di akses pada 26 November 2015 www.robetsabuda.com diakses di tanggal 15 Februari 2015


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 5 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CINCIN TOKOH DI SD MUHAMMADIYAH 08 DAU-MALANG

1 12 21

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Benda Replika Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Gedongan Tahun 2013/

0 1 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BERGAMBAR SERI PADA MATA Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Dengan Menggunakan Media Bergambar Seri Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Celep 5 Kedawung Sr

0 2 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VCD PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VCD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BAWAK KECAMATAN C

0 0 15

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA GAMBAR SERI Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Jatipurwo Wonogi

0 0 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DONGENG MELALUI MEDIA POP UP DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI JAGERAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

1 1 156

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KASONGAN BANTUL.

0 3 261

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP SISWA KELAS III SD NEGERI GEMBONGAN KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 212

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MENGGUNAKAN MEDIA POP UP UNTUK SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH SIDOKARTO GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA.

5 38 194