PENINGKATAN KREATIVITAS MELUKIS MENGGUNAKAN GLITTER PADA KELOMPOK B TK ABA NGADINEGARAN YOGYAKARTA.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan tersebut sebagai pondasi dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan bagi anak usia dini agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal sebagai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini disebut juga masa emas (the golden age), yang merupakan masa peka, dimana pada masa ini akan mudah menerima stimulus dari luar dirinya dan berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, pada masa ini anak mudah merespon stimulus yang diberikan dari lingkungan sekitar anak dalam pengembangan potensinya. Oleh karenanya, pertumbuhan dan perkembangan seluruh potensi anak dapat berkembang secara optimal. Peran lingkungan sangat besar dalam mendukung tumbuh serta kembang anak. Lingkungan menjadi salah satu sarana anak untuk belajar mengenai sesuatu dan merefleksikan pengalamannya. Masyarakat sekitar menyadari bahwa keberhasilan pendidikan secara optimalisasi dimulai sejak dini, dimana kecerdasan otak anak mencapai 80% dan 20% sisanya didapatkan pada pendidikan sekolah.

Telah dinyatakan dalam Undang - Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menguraikan tentang pendidikan yaitu:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(2)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Beberapa aspek perkembangan yang salah satunya perlu dikembangkan adalah pendidikan seni bagi anak usia dini. Menurut Widia Pekerti (2005: 1.88) Pendidikan Seni pada anak TK adalah membantu anak mengungkapkan sesuatu yang mereka ketahui dan yang mereka rasakan sehingga dapat diungkapkan diri melalui seni. Karya seni yang dimiliki oleh anak sebuah ungkapan keindahan dari sebuah peristiwa yang dirasakan. Pendidikan seni di Indonesia ada berbagai macam yaitu seni rupa, seni tari, dan seni musik, semua dikembangkan dalam dunia pendidikan sesuai tahap perkembangan dan sesuai aspek-aspek perkembangannya. Mendidik anak melalui seni, bukan hanya untuk anak yang berbakat saja, melainkan seni untuk mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan kreatif bagi seseorang.

Pendidikan seni pada anak diarahkan untuk pembentukan sikap sehingga adanya keseimbangan intelektual, dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi, menjadikan manusia terampil lahir dan batin, kemampuan motorik, kognitif, psikomotor berkembang dengan baik dan optimal. Kepribadian anak lambat laun akan berkembang dan berpengaruh terhadap fungsi jiwa. Fungsi-fungsi jiwa tersebut meliputi fantasi, sensitivitas, kreativitas, dan ekspresi. Anak melakukan kegiatan membayangkan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi maupun yang belum dituangkan dalam bentuk karya seni disebut fantasi. Membangkitkan sebuah perasaan sedih, senang, gembira maupun marah dalam karya seni yang sudah dibuat disebut sensitif terhadap kejadian.


(3)

Anak mulai menuangkan ide-ide gagasan, membuat produk, bereksperimen terhadap lingkungan sekitar menjadikan anak menjadi kreatif dan mulai mengekspresikan hasil karyanya (Suwarna, 2010: 14). Hurlock (1999: 4) menyatakan tentang definisi kreativitas sebagai berikut:

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sint esis pemikiran yang hasil-hasilnya bukan hanya perangkuman. Ia mungkin membentuk pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan, yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kasusasteraan, produk ilmiah atau mungkin bersifat procedural atau metodologis.

Utami Munandar (1995: 25) Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan suatu bentuk yang baru, untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang akan digunakan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan menghubungkan unsur-unsur yang baru dan unsur-unsur yang sudah ada pada sebelumnya. Kreativitas anak akan berkembang melalui proses interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan bawaan dan saat prosesnya. Pengembangan potensi pada anak sangat efektif jika dimulai sejak usia dini sesuai tingkat perkembangan anak. Pengembangan kreativitas pada anak dimulai Pendidikan Anak Usia Dini yaitu keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan pendidikan prasekolah (GBHN 1993). Tahap selanjutnya sesuai jenjang pendidikan dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan perguruan tinggi, kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, selain mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.


(4)

Berbagai kegiatan yang diberikan pada anak dapat mengembangkan kreativitas atau daya cipta untuk menjadikan anak lebih kreatif dalam menciptakan hal yang baru dan belum pernah dibuat oleh seseorang atau dapat memodifikasikan dari lama nenuju penciptaan baru. Kreativitas dalam pendidikan seni berkaitan dengan keindahan atau estetika. Kreativitas untuk anak berhubungan dengan bagaimana anak mampu menciptakan hasil karya atau bentuk baru.

Lowenfeld and Britain (Hajar Pamadhi, 2005: 186-188) lukisan anak TK pada usia 3-6 tahun merupakan masa pra bagan, pada masa ini anak sudah mulai mengenal dirinya, anak sudah mulai dapat mengendalikan bagian tangan, garis yang dihasilkan tidak lagi berupa coretan lagi namun sudah berupa bentuk-bentuk yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bentuk-bentuk geometri berupa persegi, persegi panjang, segitiga dan lingkaran. Bentuk-bentuk geometri sebagai simbol rumah, pohon yang diwakili oleh beberapa daun. Pada usia 3-6 tahun anak masih sering muncul sifat egosentris. Pada lukisan atau gambar anak, warna belum memberikan arti kuat. Namun begitu, terdapat perbedaan lukisan atau gambar antara anak wanita dan anak laki-laki. Anak wanita telah memberikan arti warna pada penyesuaian bentuk lukisan. Anak laki-laki lebih memunculkan bentuk lukisan di bandingkan warna.

Pernah diungkapkan Viktor Lowenfeld dan W. L. Brittain (Suratno, 2005: 112) Tahap preschematic (4-7 tahun) pada masa ini anak menggambar obyek yang pernah dilihat atau benda tetapi anak suka menggambar orang. Menggambar orang dengan simbol-simbol bentuk geometri. Anak pada tahapan ini mulai menggambar bentuk lain. Usia anak 5-6 tahun sudah dapat menggambar bebas


(5)

dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon. Arang, spidol, dan bahan-bahan alam) dengan rapi, menggambar bebas dari bentuk dasar titik garis, lingkaran, segitiga dan segiempat, menggambar orang dengan lengkap dan proposional, dan dapat mencetak dengan berbagai media dengan lebih rapi. (Kurikulum, 2010).

Dorothy Einon (2006: 80-81) Usia 5–6 tahun tahapan kreativitas pada usia ini yaitu

1. Gambar anak menjadi lebih ramai namun masih berupa simbol dari yang pernah anak lihat, bukan gambaran kenyataan.

2. Anak menggambar bayi dalam perut ibu dan jika anak menggambar orang sedang duduk di bangku, akan tampak orang mengambang di atas bangku.

3. Anak mulai menggunakan bahan model lain dan semakin ingin menyimpan model buatannya.

4. Bisa mengikuti instruksi membuat perhiasan, menggunakan cetakan rumit, dan mencampur warna-warna.

Istilah melukis dan menggambar di Taman Kanak-Kanak tidak dibedakan. Pada kurikulum TK 2004 menggunakan kata menggambar. Dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 687)Melukis adalah membuat gambar dari pensil, polpen, kuas, dsb, baik menggunakan warna maupun tidak. bahwa arti lukis an adalah sebuah hasil melukis, gambar (an) artinya yang indah-indah, sedangkan melukis yaitu menggambar indah. Kedua kata menggambar dan melukis nantinya akan ada pada penelitian ini, maka hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan.

Suwarna (2010 : 2-3) Melukis bagi anak usia TK merupakan sarana komunikasi dan sublimasi. Saat anak melukis, maka komunikasi ini terjadi, begitu juga pada hasil lukisan. Misal anak melukis mobil sambil menyuarakan bunyi mobil. Lukisan yang dibuat anak merupakan hasil ekspresi yang dituangkan, yang


(6)

berasal dari perasaan dan pengalaman yang pernah terjadi. Orang dewasa dapat mengetahui perasaan ataupun peristiwa yang telah terjadi melalui lukisan anak. Lukisan yang anak hasilkan merupakan pengulangan obyek yang pernah digambar atau dilihat.

Melukis dengan tema bebas pada umumnya menjadikan anak menggambar yang sama. Seharusnya dengan tema yang ditentukan membuat anak lebih kreatif dan mengenal objek yang telah dibahas oleh guru. Guru hanya memberikan motivasi yang sesuai tema dan anak akan mengembangkan hasil lukisannya. Media yang digunakan idealnya bervariasi dalam melukis, tidak hanya menggunakan pensil saja. Contohnya media lilin dapat menumbuhkan kreasi anak dalam melukis. Melukis dengan menggunakan pensil, objek yang dilukis muncul penghapusan yang mengakibatkan hasilnya rusak bahkan sobek, sebab menjadikan anak kurang percaya diri (Suwarna, 2010: 20-21).

Kenyataan di Kelompok B TK ABA Ngadinegaran tentang kreativitas khususnya pada seni melukis masih rendah. Terlihat pada hasil gambar masih monoton atau belum bervariasi. Sering anak melukis pegunungan, rumah, dan diulang-ulang. Gambar atau lukisan anak yang dihasilkan belum ramai atau belum bervariasi. Lukisan yang dihasilkan terlihat satu atau dua bentuk gambar yang berupa simbol-simbol. Warna yang dihasilkan pada lukisan belum terlihat adanya kombinasi. Media untuk melukis yang digunakan belum bervariasi. Media untuk melukis masih menggunakan beberapa alat yaitu pensil, cat air, pewarna dan spidol.


(7)

Anak laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam melukis yaitu anak laki-laki cenderung pada bentuk dan perempuan cenderung pada warna. Dilihat dari hasil lukisan anak laki-laki bentuk gambar yang dihasilkan belum terlihat dan ada juga anak laki-laki yang dominan dengan warna. Hasil karya lukisan anak baik perempuan dan laki-laki masih banyak coretan pada gambar. Bentuk-bentuk yang dihasilkan sering kali sama bahkan tiap kali melukis hasilnya sama. Beberapa anak perempuan dalam menggambar atau melukis bebas bentuk dan pemberian warna yang belum rapi. Pewarnaan pada anak permpuan masih banyak yang keluar dari garis bentuk lukisan. Pada saat kegiatan anak perempuan memberikan warna pada lukisannya terlihat belum dapat mengkombinasikan warna yang sudah ada. Terlihat pada kegiatan melukis anak perempuan belum menggunakan macam-macam warna dalam lukisannya. Pada kegiatan melukis anak belum berani mengambil resiko, kurangnya percaya diri, tekun, ulet dalam mengerjakan kegiatan yang diminati dan diyakini.

Permasalahan yang dihadapi pada Kelompok B TK ABA Ngadinegaran sudah diketahui oleh guru kelas, tetapi guru kelas belum melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kreativitas melukis di kelompok B. Solusi atau tindakan yang diberikan untuk meningkatkan kreativitas melukis adalah melukis menggunakan glitter. Manfaat media glitter dalam melukis yaitu bentuknya yang halus, butiran-butiran kecil yang berwarna-warni dan berkemerlip menjadikan anak berantusias dalam kegiatan melukis. Kreativitas anak akan meningkat yaitu ide-ide gagasan baru akan muncul pada kegitan melukis, anak akan mengeksplorasi lukisan menggunakan pewarnaan media glitter.


(8)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Kreativitas Melukis Menggunakan Glitter pada Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut :

1. Media yang digunakan dalam kegiatan melukis belum bervariasi

2. Produk yang dihasilkan anak masih berupa gambar gunung dan rumah, dan cenderung berkembang terkait dengan keberagaman bentuk.

3. Hasil karya anak masih banyak coretannya pada gambar. 4. Pemberian warna masih banyak yang keluar dari pola lukisan. 5. Anak kurang percaya diri kegiatan melukis.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu “Peningkatan Kreativitas Melukis Menggunakan glitter pada kelompok B TK ABA Ngadinegaran.”


(9)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kreativitas melukis menggunakan glitter pada kelompok B TK ABA Ngadinegaran Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas di kelompok B TK ABA Ngadinegaran adalah meningkatkan kreativitas melukis menggunakan glitter pada kelompok B TK ABA Ngadinegaran Yogyakarta.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Anak

a. Dapat melatih mengembangkan daya imajinasi, seni dan keterampilan anak b. Sebagai tempat untuk mencurahkan ekspresi, perasaan melalui karya seni c. Dapat mengembangkan kreativitas anak

d. Dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan bervariasi 2. Bagi Guru

Dapat memberi motivasi dalam pembelajaran menggambar atau bidang lainnya bahwa media yang baru, pengalaman baru menjadikan anak akan lebih kreatif.


(10)

3. Bagi Sekolah

Terciptanya proses belajar mengajar yang efektif yang dapat meningkatkan kreativitas anak.

G. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang harus terlebih dahulu diketahui yaitu :

1. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan produk yang berbeda. Kreativitas dalam penelitian ini yang dimaksud pada orisinalitas berequvalent dengan indikator yaitu keberagaman dan bentuk pemberian warna yang merupakan wujud gambar.

2. Melukis menggunakan glitter adalah kegiatan menuangkan ide gagasan baru, imajinasi dalam bentuk lukisan. Kegiatan ini menggunakan media yang berbeda yaitu glitter dengan perpaduan lem.

3. Kelompok B adalah usia anak rentang 5 tahun sampai 6 tahun. Anak Kelompok B berjumlah 22 anak yaitu 10 anak laki-laki dan 12 anak perempuan.


(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Seni

1. Konsep Seni Pada Anak Tk a. Pengertian Konsep Seni Umum

Pendidikan seni sebagai bentuk untuk membentuk sikap dan kepribadian anak yang mempunyai fungsi-fungsi jiwa yang meliputi fantasi, sensitivitas, kreativitas dan ekspresi. Seseorang anak dapat berfantasi terhadap hasil karyanya, melalui perasaan anak menuangkan ide gagasannya kedalam hasil karya menjadikan anak sensitivitas, menjadikan anak memiliki kreativitas yang baik, dan mengekspresikan hasil karya seni.

Emanuel Kant (Hajar Pamadi, 2012: 247) menyatakan bahwa pendidikan seni adalah rasionalisasi, seni melalui keindahan. Keindahan adalah sesuatu yang dapat diukur menggunakan alat tertentu dan sesuai kebutuhan. Rasionalisasi keindahan dapat dilihat dari susunan, keseimbangan, maupun maknanya. Ketiganya merupakan prinsip dalam menciptakan karya seni. Sumanto (2005: 7) menyatakan tentang pengertian seni sebagai berikut:

Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia melibatkan kemampuan trampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan piker untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan, keselarasan, bernilai seni dan lainnya.

Belajar seni merupakan pemahaman estetika (keindahan) dan pengungkapan kembali estetika dalam sebuah karya seni. Memahami estetika merupakan peristiwa memasukkan estetika melalui pengindraan rasa dan pikir untuk mengobyektifikasikan. Belajar seni atau estetika melalui metode


(12)

kontruktivisme adalah peserta didik akan mendapatkan objek keindahan melalui pengalaman langsung, anak akan mengamati sebuah karya seni, dan akhirnya dapat mencontoh atau menirukan sehingga merasakan dan mengalami indahnya proses, bentuk dan hasilnya. Keindahan ini bisa dirasakan tapi sulit dikatakan, dengan bahasa kata melainkan bahasa simbol, jadi keindahan adalah sebuah simbol-simbol objektifikasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa pendidikan seni adalah berkaitan dengan keindahan hasil karya yang dibuat seseorang. Melalui pengalaman anak dapat menuangkan ide gagasannya ke dalam karya seni. Pendidikan seni dapat menjadikan otak kanan dan otak kiri berkembang secara baik. Pendidikan seni dalam penelitian ini adalah pendidikan seni rupa yang berupa seni lukis. Pada kegiatan seni melukis adalah ungkapan melalui simbol-simbol yang mempunyai makna terhadap objek yang dihasilkan. Fantasi, sensitivitas, kreativitas dan ekspresi semua itu terbentuk pada pendidikan seni. Pendidikan seni haruslah dipupuk sejak dini agar berkembang secara optimal. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Seni

Widia Pekerti, dkk (2012: 1.26) Tujuan pembelajaran seni adalah

1) Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi pada anak melalui pengalaman yang kreatif sesuai karakter dan jenjang perkembangan pada pendidikan.

2) Memberikan stimulus pada anak pada pertumbuhan ide-ide yang imajinatif dan dapat menemukan berbagai penemuan atau gagasan yang kreatif dalam memecahkan masalah artistik atau estetik melalui proses eksplorasi, kreasi,


(13)

presentasi dan apresepsi sesuai minat dan potensi diri yang dimiliki anak di tiap jenjang pendidikan.

3) Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan kesenian dengan disiplin ilmu lain yang serumpun atau tidak serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan yang sesuai karakter keilmuannya.

4) Dapat mengembangkan kemampuan untuk berapresiasi seni dalam konteks sejarah dan dapat menghargai berbagai macam budaya lokal juga global, sebagai sarana pembentukan saling toleransi dan demokratis dalam masyarakat yang majemuk.

Adapun pendapat Slamet Suyanto (2005: 25) Tujuan pembelajaran seni adalah 1) Membantu anak mengekspresikan diri, melalui seni dapat meningkatkan

kreatifitas anak dengan mewujudkan imajinasinya dalam seni. 2) Melatih anak untuk mencintai keindahan, kerapian dan keteraturan.

3) Memberi kesempatan anak untuk mengenal berbagai benda, warna, bentuk, dan tekstur secara kreatif dalam karya seni.

4) Dapat melatih otot –otot halus seperti otot-otot jari tangan dan melatih koordinasi antara tangan dan mata.

Pendidikan Seni pada anak Taman Kanak-Kanak berfokus pada : 1) Belajar melalui bermain

Pada anak usia dini belajar melalui bermain merupakan pengalaman yang bermakna dan sangat menyenangkan bagi anak.


(14)

2) Belajar melalui observasi

Anak akan belajar melalui mengamati hal yang baru dan menarik, anak akan mengingat karena rasa peka anak sangat tinggi, melalui buku, televisi, video, gambar, bentuk-bentuk konkret.

3) Belajar melalui eksplorasi

Anak usia dini tidak bisa diam diri untuk melihat hal yang baru, mencoba, bereksperimen dan mengotak atik misalnya mobil-mobilan, boneka, sepeda, hal-hal yang bisa berbunyi.

4) Belajar melalui imitasi

Anak akan meniru hal-hal yang ada disekitar anak, dari model yang mereka lihat dan menjadikan anak asyik, senang, maka anak bertahap menirunya akan sempurna jika terlatih.

5) Belajar melalui seni

Ketika anak sedang melakukan kegiatan seni banyak pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh, pengalaman, perkembangan yang meningkat dan kemampuan anak, karena dalam seni memerlukan perhatian melalui pengamatan yang terjadi dalam seni, melalui melukis anak akan mengingat peristiwa yang pernah terjadi.

Tujuan pembelajaran seni dalam penelitian ini adalah dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki anak dan mencakup kepekaan estetik yang berkaitan tentang pengetahuan artistik, sensetivitas terhadap lingkungan, motorik halus pada anak akan berkembang, terlatihnya pada koordinasi tangan dan mata. Konsep pendidikan seni pada anak Taman Kanak-Kanak bertujuan


(15)

untuk membantu anak dalam mengungkapkan sesuatu yang mereka ketahui, perasaan pada anak dan dapat mengungkapkan pada sebuah karya seni yang bermakna.

Haksel (1979) berpendapat bahwa Pendidikan Usia Dini amat tidak efektif atau kurang sempurna tanpa adanya musik, rupa, gerak dan drama. Secara umum pendidikan seni anak TK memiliki 4 fungsi utama yaitu

1) Fungsi Ekspresi

Anak usia dini atau TK mendapatkan kesempatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan secara bebas diungkapkan dalam bentuk bunyi, rupa, gerak, dan bahasa atau dapat dikombinasikan sesuai anak mengeksplorasi ungkapannya. 2) Fungsi Komunikasi

Anak dapat menyampaikan pesan melalui bunyi, rupa, gerak, dan bahasa. Melalui seni memperkenalkan bahasa simbol pada anak.

3) Fungsi Pengembangan Bakat

Anak dilahirkan sudah mempunyai kemampuan tersendiri, missal bernyanyi, menggambar, dan ketika sudah pada saatnya anak akan dibantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam jenjang pendidikan.

4) Fungsi Kreativitas

Sebagian besar anak suka bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya, imajinasi anak mulai terasah ketika mendapatkan benda-benda yang menarik. Kreatif tidak hanya menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi mengubah yang telah ada menjadi model baru yang lama dengan melakukan improvisasi.


(16)

Berdasarkan pendapat `yang dikemukan diatas bahwa fungsi pembelajaran seni adalah pembelajaran yang berpusat pada anak, melalui bermain pembelajaran seni dapat dieksplorasikan, anak secara ekspresi mengungkapkan hal yang baru, anak menjadi kreatif, fungsi yang lain seni bagi anak sebagai ungkapan bahasa visual sebagai alat komunikasi. Orang lain dapat mengetahui tentang perasaan, emosi, pengalaman anak yang baru dari hasil karya seni yang diciptakan.

3. Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Tk a. Pengertian Seni Rupa pada anak TK

Widia Pekerti, dkk (2012: 8.8) menyatakan Seni rupa adalah kegiatan menciptakan atau kegiatan berkreasi terhadap pengalaman yang pernah terjadi. Seni rupa atau visual art juga sebagai bentuk ungkapan seni yang mengekspresikan pengalaman hidup, peristiwa yang terjadi, pengalaman estetik atau artistik manusia dengan diungkapkan melalui unsur seni (seni rupa, gerak, bunyi dan bahasa). Karya seni rupa dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan dimensinya adalah dua dimensi (dwimarta) dan tiga dimensi (trimatra). Hajar Pamadi (2012 : 157-168) Hakekat seni rupa bagi anak TK ada 4 macam sebagai berikut :

1) Seni sebagai Bahasa

Perilaku anak tidak dapat lepas dari kegiatan kesenian, karena dari sini setiap anak dapat mengungkapkan ide gagasan, imajinasi, sebuah peristiwa yang pernah terjadi melalui karya seni misal melukis, menggambar, menyanyi, dan tari. Kegiatan ini sebagai sarana komunikasi anak secara visual. Dalam proses berkarya seni, pikiran dan perasaan anak akan bercampur secara aktif. Anak usia


(17)

dini atau TK belum dapat membedakan makan berfikir dan merasakan semuanya masih menyatu dalam kegiatan yang bersifat refleksi.

Viktor Lowenfeld dan Lambert Britain ( Hajar Pamadi, 2012: 157) adalah ……”pernah mengutarakan bahwa karya seni anak ini mempunyai jangkuan pikiran yang sangat komprehensif, sering cara menyimbolkan ide dan gagasan serta perasaan anak yang tidak dimengerti oleh orang dewasa tidak direspon secara positif, sehingga anak kendur dalam mengembangkannya”.

2) Seni Membantu Pertumbuhan Mental

Bentuk yang dirasakan, dibayangkan, dan dipikirkan oleh seorang anak dalam bentuk karya seni, bentuk semacam ini hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pandangan humanistik perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor internal. Keduanya berjalan saling mempengaruhi secara seimbang. Ketika berkarya seni, anak akan dikoordinasi oleh otak. Otak akan bekerja sendiri karena ada dorongan dari mata. Dilts (deporter et al.,1999: 68) adalah

“Gerakan mata selama belajar dan berfikir tenkat pada modalitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses informasi’.

Pembelajaran karya seni rupa adalah belajar memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Kerja otak dapat menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan. 3) Nilai Korelasi Pelajaran Seni Membantu Terhadap Bidang Yang Lain

Mendidik anak kita harus dapat mengembangkan kecerdasan majemuk. Kecerdasan akan disisipkan dalam mata pelajaran agar semua berkembang secara beriringan berdasarkan kemampuan anak. Anak harus mampu menangkap semua


(18)

obyek dengan menelaah secara komperhensif semua mata pelajaran dan dapat dituangkan dalam karya seni menggambar atau melukis. Kegiatan mentransfer bentuk, peristiwa atau sebuah nilai obyek diubah menjadi gambar, sedangkan kegiatan mengamati obyek benda disekitar kita tentang perilaku manusia, proses ini disebut transfer. Peristiwa belajar seni dapat melatih kreativitas, kecakapan dapat digunakan dalam memecahkan masalah dalam materi dengan keuletannya dapat mempermudah untuk memecahkan masalah.

4) Seni sebagai Media Bermain

Manusia tidak akan lepas dalam bermain, karena melalui bermain pengalaman yang didapat begitu luas, mulai berimajinasi, pikiran dan perasaan anak bergerak untuk bereksplorasi dengan alam sekitar. Bermain sebagai modal untuk melatih imajinasi, pikiran, dan perasaan.

Pendidikan seni rupa dalam penelitian ini adalah melalui seni anak dapat mengungkapkan sesuatu bentuk visual, melalui seni rupa anak dapat membantu perkembangan mental anak, pembelajaran seni dapat membantu pada bidang lain seperti dapat mengembangkan kreativitas anak. pembelajaran seni rupa dapat sebagai media bermain anak.

b. Unsur Seni Rupa

Widia Pekerti, Dkk (2012: 8.34-8.39) dalam karya seni rupa dua dimensi memiliki unsur visual yang dapat mempengaruhi karya seni rupa menjadi indah dan dapat dinikmati. Ada 8 unsur seni rupa adalah titik dan bintik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap terang, ruang, dan cahaya. Ada 8 unsur seni rupa


(19)

yang digunakan dalam melukis, tetapi hanya 4 unsur yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini yaitu

1) Garis

Garis merupakan coretan, torehan dengan cara menggores dengan benda tajam, baik menggunakan pewarna, atau pensil. Benda dan warna yang digoreskan menyatu dengan yang lain. Garis dibagi dua macam garis formal dengan penggaris dan garis bebas berupa goresan langsung dengan tangan atau benda tajam.

2) Bentuk

Bentuk ada 2 pengertian tiga dimensi dan dua dimensi. Pengertian dari tiga dimensi unsur seni rupa terbentuk dari ruang atau volume, sedangkan pengertian dari dua dimensi sebuah bentuk yang bergambar tidak bervolume. Jenis bentuk ada 2 macam yaitu (a) bentuk geometri adalah bentuk yang dibuat menggunakan penggaris seperti segitiga, persegi, persegi pajang, dan lingkaran (b) bentuk bebas atau informal adalah menggoreskan langsung dengan cara disusun, dipahat, dipijit, atau digoreskan langsung menggunakan tangan.

3) Warna

Suatu wujud keindahan seni rupa terlihat dari unsur seni rupa yang berupa warna. Ditinjau dari ilmu kimia warna merupakan unsure seni rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Secara ilmu fisika merupakan pembiasaan cahaya pada prisma yang menimbulkan spektrum pelangi. Brewster (Widia Pekerti. 2012: 1.86) warna dikategorikan menjadi 3 macam yaitu warna primer, sekunder, dan tersier. Warna bagi anak mempunyai arti simbolik maupun arti ekspresi. Simbolis


(20)

merupakan warna yang digunakan untuk menggambarkan isi perasaan anak, sedangkan warna ekspresi menggambarkan tentang kondisi anak. Warna bagi anak sebagai perwakilan atau simbol ungkapan perasaan tentang kesedihan, gembira, senang atau sekedar memenuhi ruang gambar.

4) Tekstur

Tekstur merupakan karakter permukaan suatu benda halus atau kasar.Secara visual dibedakan menjadi 2 macam yaitu tekstur nyata dan semu. Tekstur nyata jika dilihat dan diraba sama nilainya, sedangkan tekstur semu jika dilihat dan diraba nilainya beda.

Unsur seni rupa pada penelitian ini adalah menggunakan unsur seni rupa yaitu garis, bentuk, warna dan tekstur. Dimana garis, bentuk, warna dan tekstur berkesinambungan pada kegiatan melukis menggunakan glitter.

c. Tahapan Periodisasi Seni Rupa pada Anak

Perkembangan anak melalui pikiran dan perasaan menentukan sifat dan bentuk pada lukisan anak. Dimulai dalam mengenal bentuk dan mengungkapkan oyek dalam gambarnya sampai dapat memahami arti gambar itu sendiri. Hajar Pamadi (2012: 183-194) Perkembangan dapat dikategorikan melalui periodisasi gambar pada anak melalui 5 tahapan yaitu : masa coreng-mencoreng (1-4) tahun, masa pra-bagan (preschematic) usia 4-7 tahun, masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun, masa realisme awal ( drawing realism) usia 9-11 tahun, masa realisme semu (pseudo realisme) usia 11-14 tahun.

Usia anak dalam penelitian ini termasuk pada tahapan pra-bagan (preschematic) usia 4-7 tahun. Masa pra-bagan ini anak sudah mulai mengenal


(21)

diri sendiri baik jenis kelamin, eksistensi dirinya dalam hubungan keluarga maupun masyarakat. Saat pemahaman anak tinggi, sifat ke-akuan sering berlebihan, mengakibatkan anak menjadi raja dalam keluarga, pengalaman dan ketrampilan anak mulai berkembang dari meniru perilaku orang dewasa. Karena orang dewasa ikut mendukung ide gagasan anak, daya ingat anak akan semakin kuat dan akan terekam sampai dewasa. Pada masa prabagan ini anak mampu mengamati lain jenis kelamin dan gambar anak sudah lebih lengkap dengan variasi bentuk, sedangkan anak yang terhambat mentalnya posisinya akan berbeda pada kecakapan teknis. Kreativitas anak tidak nampak karena adanya campur tangan dari orangtua. Pada masa prabagan belum memberikan sangat kuat, warna yang anak pilih belum relevan untuk gambarnya, anak perempuan sudah dapat memberikan warna sesuai gambar obyeknya, sedangkan anak lelaki cenderung ke bentuk gambarnya.

Usia anak 5-6 tahun sudah dapat menggambar bebas dengan berbagai media ( kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, spidol, dan bahan-bahan alam) dengan rapi, menggambar bebas dari bentuk dasar titik garis, lingkaran, segitiga dan segiempat, menggambar orang dengan lengkap dan proposional, dan dapat mencetak dengan berbagai media dengan lebih rapi. (Kurikulum 2010). Dorothy Einon (2006: 44) Usia 5–6 tahun tahapan kreativitas pada usia ini yaitu :

1) Gambar anak menjadi lebih ramai namun masih berupa simbol dari yang pernah anak lihat, bukan gambaran kenyataan.

2) Anak menggambar bayi dalam perut ibu dan jika anak menggambar orang sedang duduk di bangku, akan tampak orang mengambang di atas bangku.

3) Anak mulai menggunakan bahan model lain dan semakin ingin menyimpan model buatannya


(22)

4) Bisa mengikuti instruksi membuat perhiasan, menggunakan cetakan rumit, dan mencampur warna-warna.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan periodisasi seni rupa pada anak TK khususnya dikelompok B yang berusia 4-7 tahun, dilihat dari tahapan periodisasi adalah masa pra-bagan atau preschamatic. Tahap masa pra-bagan adalah anak sudah dapat menggambar bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang. Bentuk geometri digunakan anak dalam menggambar simbol-simbol bentuk seperti rumah, orang dan gunung. Anak dapat menggambar bebas menggunakan berbagai media dengan rapi. Dapat dibedakan melalui jenis kelamin bahwa anak laki-laki cenderung kuat ke bentuk obyek gambar daripada warna yang digunakan, sedangkan anak perempuan sudah dapat memberikan warna yang kuaat sesuai gambar obyeknya.

d. Metode Pembinaan Seni Rupa

Hajar Pamadhi (2012: 204-205) Metode pembinaan pada pendidikan seni rupa, berdasarkan kemampuan belajar seni dan kerajinan. Metode ini meliputi: 1) Metode mengkopi dan mereduksi adalah pada tingkatan paling mudah karena

diperlukan teknis saja. Teknis ini jika tidak diperoleh ide dan gagasan anak untuk menciptakan hasi karya.

2) Metode mencontoh dan menirukan adalah anak dituntut melakukan kegiatan yang meliputi pengayaan, percobaan, dengan contoh yang ada. Anak dapat mencontoh bentuk dengan ukuran lebih kecil dan beda mediumnya.

3) Metode mengubah adalah mirip dengan metode mencontoh, namun anak diminta menambah atau mengurangi bentuk yang diberikan. Pengubahan dimulai dari


(23)

mendeformasi bentuk, yaitu mengubah bentuk ciri khas dan makna bentuk masih tampak. Destorsi adalah mengubah bentuk dengan ciri khas asli, stilisasi adalah pengayaan, menuntut keunikan sebuah bentuk lebih fungsional dan bermakna. 4) Metode mencipta terpimpin adalah strategi dilakukan guru agar anak kreatif. Sifat

masih dominasi instruktur guru. Dengan demikian keterkaitan guru, anak dan order sangat tinggi.

5) Metode mencipta bebas adalah anak diminta menciptakan bentuk sesuai order. Kegiatan pembelajaran melukis menggunakan glitter pada kelompok B TK ABA Ngadinegaran Yogyakarta menggunakan metode pembinaan mencipta terpimpin. Anak dapat melukis dengan menuangkan ide gagasan, imajinasi anak dengan bantuan guru yang menjadi instruktur kegiatan melukis menggunakan glitter. Anak menjadi kreatif karena adanya dukungan dari lingkungan yang membangkitkan daya cipta anak. Interaksi melalui lingkungan sosial dapat mengembangkan kreativitas anak melalui melukis menggunakan glitter. Vygostky (Sofia Hartati, 2005: 70) artinya peranan lingkungan sosial dimana anak itu berkembang, dan interaksi yang terjadi di dalamnya sangat mendukung perkembangan sosial anak. Selain itu, ia juga memperhatikan dua faktor penting dalam perkembangan anak yaitu pengasuhan dan pembawaan.

Dapat disimpulkan bahwa pembinaan dalam metode melukis atau menggambar dapat menggunakan pembinaan terpimpin dan pembinaan berkarya bebas. Dimana anak akan mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan kemampuan yang dimilikinya. Kedua metode pembinaan ini menjadikan anak lebih kreatif.


(24)

B. Kreativitas Anak

1. Pengembangan kreativitas anak

Kreativitas atau daya cipta yang dimiliki seseorang mempunyai tingkatan tersendiri, sesuai tingkat perkembangannya. Mengembangkan kreativitas tidaklah mudah karena ada beberapa yang mempengaruhinya dari diri seseorang yang mempunyai jiwa kreatif, dorongan baik dari internal maupun eksternal, mampu mengekspresikan hal yang baru, pengalaman baru bagi seseorang, dan menghasilkan sebuah karya yang bernilai tinggi. Kreativitas haruslah dikembangkan, ditingkatkan dan dipupuk sesuai tingkat kemampuannya. Pengembangan kreativitas anak dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan anak dalam kreativitas keberagaman bentuk dan pemilihan warna pada kegiatan melukis.

a. Pengertian dan ciri kreativitas anak

Kreativitas bagi anak usia dini adalah sebuah kemampuan seseorang dalam menuangkan ide gagasan, eskpresi terhadap hal yang baru, dapat memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi dan sebuah ide dituangkan dalam produk yang baru atau hal yang baru hasilnya mempunyai nilai tinggi bagi karyanya. Menurut Utami Munandar (1999: 24-25) Kreativitas adalah sebuah bentuk gaya hidup dan cara dalam mempersepsi dunia. Seseorang yang mempunyai hidup kreatif adalah mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara optimal, menjelajah tempat yang baru, aktivitas baru, dan kepekaan terhadap masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.


(25)

Baron (Utami Munandar, 1999: 28) menyatakan kreativitas adalah kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru. Haefele (U Munandar, 1999: 28) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menyatukan hal yang baru dan mempunyai makna sosial.

Rhodes (U Munandar, 1999: 25-26) lebih dari 40 definisi tentang kreativitas pada umumnya dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk. Kondisi ini dapat dilihat dari pribadi dan lingkungan yang mendorong pribadi seseorang menjadi kreatif, sehingga Rhodes menyebutkan empat jenis kreativitas yaitu “ four P’s of creativity: person , process, press,product”. Keempat definisi kreativitas ini saling berhubungan adalah pribadi yang kreatif melibatkan diri dalam proses kreatif, adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar menghasilkan produk/hasil yang kreatif.

Kreativitas adalah upaya mencipta (KBBI, 2005: 599). Kreativitas adalah daya cipta. Daya cipta sebagai kemampuan seseorang menghasilkan atau menciptakan hal yang baru. Hal-hal sebagai kombinasi yang sudah ada sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menciptakan hal baru, pengalaman yang didapat dilingkungan sekitar, anak akan mencoba berekperimen, memecahkan masalah yang dihadapi. Kreativitas tidak hanya menciptakan hal yang baru tetapi mengubah produk atau hasil karya setengah jadi dan akan dimodifikasikan menjadi hal yang baru. Kreativitas merupakan seseorang yang mempunyai pribadi yang kreatif, imajinatif melalui proses yang kreatif dan


(26)

mendapatkan dorongan, motivasi dan dukungan dari lingkungan sekitar dan anak akan mencoba menghasilkan suatu produk yang kreatif.

Melihat hal-hal diatas, jelas bahwa perwujudahan dari perkembangan kreativitas itu adalah dapat ditemukan dari suatu produk baru berupa hasil karya anak. Utami Munandar (1999: 33) menyatakan definisi kreativitas adalah sebuah kemampuan umum untuk menciptakan hal yang baru, gagasan yang baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah yang ada, dapat dihubungkan yang baru atau unsur yang sudah ada sebelumnya. Sesungguhnya menciptakan produk baru tidak perlu yang baru sama sekali, tetapi sebuah kombinasi yang sudah ada sebelumnya dan pengalaman yang diperoleh seseorang selama hidupnya. Kegiatan melukis sebuah kegiatan yang menjadikan anak kreatif pada hasil karyanya. Hasilnya orisinil bentuk lukisan baru maupun kombinasi bentuk dan warna.

Dapat disimpulkan pengertian kreativitas anak dari beberapa tokoh salah satunya Baron (Utami Munandar 1999:28) bahwa kreativitas adalah menghasilkan produk yang baru. Kreativitas dalam penelitian ini adalah menghasilkan produk baru tersebut dilihat dari hasil lukisan anak yaitu warna yang berbeda adanya modifikasi dari warna yang ada dicampurkan dengan warna yang baru, bentuk yang hasilnya penciptaan tersendiri, dan tekstur bentuk yang baru.

b. Ciri-Ciri Kreativitas

Supriadi (Rachmawati dan Kurniati 2005: 15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kognitif dan non kognitif. Kategori kognitif adalah orisinalitas (originality), fleksibilitas


(27)

(fleksibility), kelancaran (fluenzy) dan elaborasi (elaboration). Ciri non kognitif adalah motivasi, sikap dan kepribadian kreatif.

1) ciri kreativitas kognitif adalah a) Orisinalitas (originality)

Anak mempunyai kemampuan untuk dapat memberikan gagasan-gagasan asli sebagai hasil penelitian dari pemikiran sendiri. Gagasan tersebut atau hasil pemikirannya belum pernah disampaikan oleh orang lain.

b) Fleksibility (fleksibility)

Kemampuan dalam mengajukan berbagai solusi atau jalan untuk pemecahan masalah. Anak dapat memberikan berbagai jawaban yang beragam.Dari suatu masalah yang muncul melalui sudut pandang yang meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam isi atau gagasan.

c) Kelancaran (fluency)

Kemampuan anak dalam mengolah banyak gagasan.Anak mempunyai kemampuan untuk memberikan berbagai jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

d) Elaborasi (Elaboration).

Kemampuan anak untuk menguraikan sesuatu masalah secara terinci atau kemampuan anak untuk menyatukan gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan. Anak mampu mengembangkan, memperbanyak jawabannya dengan rinci sampai hal-hal yang kecil.


(28)

2) Ciri kreativitas yang kedua yaitu non kognitif diantaranya :

a) Motivasi adalah hal-hal yang berhubungan untuk mendorong untuk bertindak yang lebih positif, dukungan seseorang dalam bertindak melakukan sesuatu dalam kegiatan.

b) Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang untuk bereaksi, tanggapan, respon dengan cara-cara tertentu atau model yang diungkapkan seseorang terhadap situasi tertentu.

c) Kepribadian kreatif adalah suatu keahlian, potensi daya kreatif daya cipta yang ada pada setiap pribadi seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa ciri kreativitas ada beberapa macam akan tetapi, dalam penelitian ini menggunakan salah satu ciri kreativitas yaitu orisinalitas pada kategori kognitif. Orisinalitas adalah sebuah pemikiran sendiri dapat berequivalent dengan indikator pada penelitian ini yaitu keberagaman bentuk pada anak laki-laki dan pemilihan warna pada anak perempuan.

c. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif

Supriadi (Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati, 2005: 17-18) adapun ciri kepribadian yang kreatif yang ditemukan dari berbagai studinya adalah

1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan yang kreatif

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar

8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti 9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan

10)Percaya diri dan mandiri

11)Memiliki tanggung jawab komitmen kepada tugas 12)Tekun dan tidak bosan


(29)

13)Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14)Kaya akan inisiatif

15)Peka terhadap situasi lingkungan

16)Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu 17)Memiliki citra diri dan emosi yang baik

18)Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistik dan mengandung teka-teki

19)Memiliki gagasan yang orisinal 20)Mempunyai minat yang luas

21)Menggunakan waktu yang luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan kontruktif bagi pengembangan diri

22)Kritis terhadap pendapat orang lain 23)Senang mengajukan pertanyaan yang baik

24)Memiliki kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi

Ciri-ciri pribadi yang kreatif diperoleh dari kelompok pakar psikolog (Utami Munandar, 1999 : 55-56) adalah

1) Imajinatif

2) Mempunyai prakarsa(inisiatif) 3) Mempunyai minat luas

4) Mandiri dalam berfikir 5) Pelit

6) Senang berpetualang 7) Penuh energi

8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil resiko

10)Berani dalam pendirian dan keyakinan

Sependapat dari beberapa tokoh mengemukakan tentang ciri-ciri pribadi yang kreatif adalah seseorang yang memiliki sifat positif terhadap hal baru, mencoba atau bereksplorasi, fantasi, imajinasi, sensitivitas, selalu percaya diri, terbuka, mempunyai energi dalam berkarya seni, berani untuk mengambil resiko, bangga dan mandiri.


(30)

C. Pembelajaran Melukis Pada Anak Tk

1. Hakekat Pembelajaran Melukis Bagi Anak TK

Hakekat pembelajaran pada anak TK haruslah berpusat pada anak, menyenangkan, suka rela, bermain sambil belajar dan bermakna. Menurut Bruner (Martuti, 2008: 11) bermain berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas pada anak dan fleksibilitas. Pada saat bermain yang lebih penting adalah makna bermain dan bukan hasil akhir. Anak tidak memikirkan tujuan yang akan dicapai, tetapi lebih banyak mencoba untuk memadukan berbagai perilaku baru, pengalaman yang baru, suasana anak harus nyaman dan menyenangkan, tidak tertekan sehingga anak akan memadukan pengalaman untuk memecahkan masalah yang baru dihadapi.

Pembelajaran pada usia TK dituntut menyenangkan dan sukarela. Pembelajaran yang menghadirkan suasana yang menyenangkan bagi anak, membuat guru mudah menyampaikan materi pembelajaran sesuai tahap perkembangan yang dicapai. Sukarela bagi anak tidak memaksa, ketika anak mengajak bermain ikutilah karena belajar sambil bermain itu sangat mempunyai makna besar bagi anak, pengalaman yang didapat begitu banyak.

Kegiatan pembelajaran pada anak TK begitu beragam cara menyampaikan materi pada anak. Salah satunya kegiatan seni, ada beberapa macam seni bagi anak yaitu seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Untuk meningkatkan perkembangan kreativitas anak dapat ditingkatkan melalui karya seni rupa yaitu seni lukis. Sumanto (2005: 11) menyatakan bahwa :

Seni lukis adalah jenis karya seni rupa dwimatra yang keberadaannya dikatakan berumur paling tua. Seniman lukis dalam berkarya ditentukan


(31)

oleh dorongan kreatif sehingga bisa menciptakan karya yang murni secara bebas sesuai gaya pribadinya. Lukisan dapat dibuat dengan berbagai macam media /bahan antara lain cat lukis, tinta, krayon/cat pastel, pensil gambar dan sebagainya. Seni lukis dapat dibuat dari bulu binatang (seni lukis bulu), lukisan mozaik, bahan alam, lukisan batik, lukisan kaligrafi dan lainnya.

Anak TK pada umumnya bermain sambil belajar. Melukis pada anak TK tidak kalah pentingnya dengan bermain. Sebagaimana telah diungkapkan Affandi dan Dewobroto (Suwarna, 2010: 50)

Dunia anak adalah dunia bermain. Dalam bermain anak menemukan kebebasan dan kegembiraan. Dengan mencurahkan perasaan isi hatinya, dan dapat melatih ketrampilannya.

Di dalam melukis anak dapat mencurahkan seluruh perasaannnya. Sehingga anak dapat mengalami sublimasi, jika perasaan itu tidak dapat disalurkan maka anak akan mengalami tekanan jiwa. Perasaan akan meledak dan tidak terkontrol. Maka penyaluran perasaan tersebut melalui kegiatan melukis. Melukis sebagai sarana media untuk mencurahkan perasaan dan menjadikan lukisan tersebut menjadi bermakna.

Pada hakekatnya melukis pada anak TK adalah hasil coretan berupa bentuk, warna dan garis yang dituangkan dalam kertas gambar, karya tersebut mempunyai makna penting dan asli murni bagi anak karena sebuah ungkapan perasaan tentang peristiwa, kejadian yang dialami atau pernah diihat dan menjadikan sebuah pengalaman baru. Hajar Pamadhi (2012: 151) Adanya perbedaan menggambar dan melukis adalah menggambar dari kata to draw yang berarti menggoreskan atau membuat garis pada medium kertas, yang berupa karya seni rupa, sedangkan melukis dari kata to paint yang artinya mengecat atau


(32)

memblok dengan warna. Melukis bagi anak adalah kegiatan membayangkan atau berimajinasi dapat imajinasi masa lalu maupun masa yang akan datang.

2. Manfaat Melukis bagi perkembangan anak

Perkembangan melukis pada anak usia TK mempunyai banyak manfaat yang didapatnya. Hajar Pamadhi (2008: 97-114) menyebutkan ada 9 manfaat melukis bagi perkembangan anak TK adalah

1) Melukis sebagai media mencurahkan perasaan

Melukis bagi seseorang memiliki curahan perasaan yang dituangkan dalam bentuk dan warna dilukisan mereka. Bagi anak warna yang digunakan kontraks, kombinasi dan susunan warna sebagai simbol menyatakan sesuatu. Masrun (Hajar Pamadhi, 2008: 99) menyatakan bahwa pemilihan warna yang digunakan saat melukis terletak dimana seseorang tinggal daerah kota, pengunungan dan di pantai. Kebanyakan mereka senang dengan kegiatan kesenian yang dapat menuangkan perasaan, renungan dalam simbol-simbol abstrak.

2) Melukis sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)

Melukis sebagai media anak untuk bercerita. Media bercerita ini sebagai alat berkomunikasi pada orang lain tentang pengalaman anak dan diwujudkan dalam karya yang dibuatnya. Sebuah karya lukisannya yang kadang tak berbentuk, susah dipahami orang lain tetapi buat anak sebagai ungkapan isi cerita yang ingin disampaikan.

3) Melukis berfungsi sebagai alat bermain

Melukis bagi anak sebagai alat untuk bermain, warna yang digunakan anak sering kali untuk media bermain. Permainan warna dengan berbagai teknik


(33)

seperti meniup, menumpahkan warna, menempel, mengecap atau mencetak yang dapat mengubah suatu bentuk yang bermakna.

4) Melukis melatih ingatan

Melukis berfungsi sebagai gambaran bayangan hal yang ada dalam pikiran pelukis. Pengalaman yang menyedihkan kadang menjengkelkan dan pengalaman yang bahagia menjadikan ingatan bagi anak dan semua ingatan itu akan dimunculkan saat anak melukis.

5) Melukis melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)

Melukis berfungsi sebagai media mengemas sebuah peristiwa, bentuk rasa dalam catatan visual. Para ahli mengemukakan bahwa melukis sebagai bahasa visual, catatan kejadian dituangkan dalam catatan bergambar, mempunyai nilai nalar tinggi yang berupa pengembangan daya tangkap komprehensif dan mengungkapkan secara sistematis namun ekspresif.

6) Melukis sebagai media sublimasi perasaan

Melukis berfungsi sebagai media mencurahkan ungkapan perasaan terhadap peristiwa melalui warna yang digabungkan pada gambar terhadap peristiwa dengan tambahan warna untuk menggambarkan sebuah kejadian. Peristiwa ini sebagai bentuk kejujuran atas kejadian dan sekaligus merupakan catatan terhadap kejadian yang ada.

7) Melukis melatih keseimbangan

Melukis adalah menyusun bentuk dan warna. Warna dan bentuk dapat kita artikan yaitu warna melambangkan ungkapan perasaan, bentuk melambangkan pikiran, tetapi ini semua dapat terbalik sesuai peristiwa yang terjadi. Secara


(34)

keseluruhan cara membayangkan sesuatu oleh anak dianggap sebagai menyeimbangkan antara otak dan emosi, sebab pikiran dan perasaan anak masih menyatu.

8) Melukis melatih kreativitas anak

Melukis berfungsi kegiatan berfikir anak untuk menyimbolkan gerakan pengalaman baru yang pernah terjadi, dan dapat menuangkan ide yang tinggi, imajinasi yang bagus. Cara berfikir anak dan cita-cita anak.

9) Melukis mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi

Melukis merupakan kegiatan anak untuk menceritakan atau diskusi kepada teman sampingnya, dengan kegiatan yang bervariasi guru dapat melakukan tindakan preventif. Tindakan preventif adalah upaya guru agar anak tidak menganggu kegiatan teman lain saat melukis atau menggambar dapat dilakukan pencegahan dan penyadarkan bahwa kegiatan teman yang lain akan macet saat berkarya. Anak dapat mempelajari hak teman lain saat melukis atau sesuai kebutuhan.

Manfaat melukis untuk perkembangan anak dalam penelitian ini adalah dari 9 manfaat tersebut saling berkesenimbungan adanya kaitannya dan bermanfaat untuk perkembangan anak. Melukis sebagai mencurahkan perasaan, melukis sebagai bahasa visual, alat bermain, melatih daya ingatan, berfikir menyeluruh, sublimasi perasaan, keseimbangan, kreativitas anak, dan rasa kesetiakawanan. Tetapi dalam penelitian ini melukis melatih kreativitas anak. Untuk melatih anak berfikir dalam melukis.


(35)

3. Melukis Menggunakan Glitter a. Pengertian Melukis Bagi Anak Tk

Sumanto (2005: 11) Melukis pada anak TK adalah salah satu bentuk karya seni rupa yang dwimatra, seniman lukisan ini mempunyai dorongan kreatif sehingga dapat menciptakan karya yang murni secara bebas sesuai pribadi seseorang yang menciptakan. Pada lukisan ini biasanya menggunakan cat air, pewarna, kanvas, dan pensil.

Hajar Pamadi (2008: 144) Lukisan anak dan lukisan dewasa ada perbedaan dalam pemahaman lukisan. Lukisan anak adalah sebuah media untuk mengutarakan pendapat, pengalaman, peristiwa yang pernah dialami dan lukisan itu mempunyai banyak makna yang disampaikan dalam lukisan tersebut. Sebagai contoh saat anak bermain bongkar pasang sebuah boneka yang dapat digubah sendiri sesuai keinginan anak, ketika anak membongkar boneka itu dia melihat susunan boneka tersebut dan mencoba mengembalikan atau menyusun boneka tersebut. Akan tetapi, anak tidak bosan meskipun hasilnya belum sesuai aslinya atau belum tampak. Contoh tersebut menunjukkan bahwa melukis adalah sebuah bentuk memahami lingkungan anak disekitarnya, baik itu berbentuk fisik ataupun non fisik seperti saat jatuh dari sepeda. Melukis dapat diungkapkan dalam bentuk verbal kata-kata oleh anak, bagi anak menuangkan warna dan bentuk garis pada media konvensional seperti kuas, pensil, kertas, kanvas kain maupun dinding pada rumah. Anak akan merasakan kesenangan tersendiri karena dapat menuangkan pada coretan yang mempunyai makna tersendiri. Bagi anak yang pernah dialami, peristiwa yang susah, senang dan marah.


(36)

Melukis merupakan kegiatan membayangkan, mengubah bentuk warna, pada obyek yang sedang kita hadapi di lingkungan sekitar. Melukis beda dengan menggambar karena obyek yang ditampilkan beda. Sifat melukis sangat bebas, anak dapat mencurahkan perasaannya sehingga obyek yang dilihat seakan-akan sebagai dorongan untuk menciptakan karya seni rupa. Ungkapan yang ditampilkan anak pada karyanya berupa realistik (nyata) ataupun abstrak. Gambaran ini dapat diubah warna, bentuk, tampilannya sesuai keinginan melukisnya.

Senada yang telah dikemukakan diatas tentang melukis adalah kegiatan mencurahkan perasaan kedalam media kertas atau bidang dua dimensional. Melukis merupakan menggabungkan unsur seni rupa yaitu : bentuk, garis, warna, tekstur, volume dan ruang, menjadi lukisan yang indah. Melukis bagi anak adalah sebagai ungkapan simbolis terhadap objektivitas dan melukis sebagai alat komunikasi. Melukis dalam penelitian ini adalah kegiatan anak menggambar bentuk sebagai media mencurahkan kejadian yang pernah dialami ataupun yang akan datang. Melukis menggunakan kertas hvs, lem dan glitter, dan bagaimana anak dapat mengekspresikan melalui warna.

b. Media Glitter

Glitter adalah sebuah butiran-butiran yang berbentuk kristal dengan warna yang beraneka macam. Pola lukisan yang sudah dibuat menggunakan lem , pewarnaannya menggunakan glitter, cara ditabur diatasnya. karya akan menjadi indah dan bermakna. Lem berfungsi sebuah perekat berwarna putih, melekatkan


(37)

benda yang satu dengan benda yang lain, lem berguna untuk membuat pola pada kertas.

D. Kerangka Berfikir

Pendidikan seni bagi anak TK menjadikan anak kreatif melalui pelajaran seni. Pada dasarnya kreativitas anak berbeda-beda. Faktor lingkungan disekitar dan reentang usia akan mempengaruhi kreativitas anak. Kegiatan pembelajaran seni di TK ABA Ngadinegaran masih mencontoh hasil dari guru, belum menunjukkan pembelajaran melukis yang kreatif. Melukis kreatif adalah melukis hasil yang baru, dengan langkah anak dapat memodifikasikan gambar yang telah ada dengan yang baru, atau mengubah menjadi sesuatu yang berbeda.

Observasi berguna untuk mengeksplorasikan langkah-langkah guru melukis secara kreatif. Berdasarkan hasil observasi anak-anak jenuh menggunakan pastel dan cat air. Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan bahan kertas, lem dan glitter. Bahan yang digunakan berbeda membuat anak akan mencoba hal yang baru dan lebih kreatif karena imajinasi anak akan berkembang dengan baik.

Pembinaan melukis menggunakan glitter dengan memakai peralatan lem, kertas dan glitter tujuannya agar mudah bermain melalui media cair ( lem dan glitter), anak cepat menuangkan bahan kedalam gambar, mampu merancang secara langsung dengan glitter tersebut, adanya pembaharuan dalam hal bentuk dan warna.


(38)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah melukis menggunakan glitter dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK ABA Ngadinegaran Yogyakarta.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah jenis penelitian yang meneliti suatu masalah yang dihadapi oleh suatu lembaga di dalam kelas, dan fokus hanya satu kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan / memperbaiki suatu hal yang ada didalamnya, sifatnya nyata. Suharsimi Arikunto (2010: 10) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Maka tindakan adalah unjuk kerja siswa yang berupa fisik ataupun mental. Penelitian ini berlangsung berkesinambungan, yaitu dengan proses berulang-ulang menggunakan siklus, atau tindakan yang diberikan untuk meningkatkan prestasi dan kemampuan terhadap siswa, adanya alat evaluasi, penilaian pada karya anak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dimana penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 17). Penelitian ini menggunakan model spiral menurut Kemmis dan Mc. Taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (Suharsimi Arikunto, 2002:84-85) adalah

1. Perencanaan ( Plan )


(40)

3. Pengamatan ( Observe)

4. Refleksi ( reflect )

.

Gambar 1: Prosedur Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto; 2002: 84)

Langkah-langkah dalam penelitian yang akan dilakukan pada siklus I ada 4 tahap yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Plan)

Pada tahap ini peneliti ingin melakukan kegiatan melukis untuk

meningkatkan kreativitas melukis menggunakan glitter. Rencana tindakan

yang perlu dipersiapkan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Menentukan tema /sub tema pembelajaran.

b. Menyusun rencana kegiatan harian (RKH) disesuaikan dengan tema dan sub

tema (dengan kegiatan materi melukis menggunakan glitter).

c. Menyiapkan alat dan bahan dalam pembelajaran tentang melukis

menggunakan glitter.


(41)

e. Menyiapkan dokumentasi, agar dapat mempermudah peneliti dalam penyusunan data yang diinginkan.

2. Tindakan (Act)

Tindakan atau pelaksanaan pada siklus pertama dilakukan 3 kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan RKH yang sudah dibuat sesuai tema yang sudah direncanakan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas dikelompok B melakukan

pengamatan terhadap peningkatan kreativitas melukis menggunakan glitter.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam pelaksanaan tindakan meliputi:

a. Menyiapkan anak berbaris di halaman sekolah.

b. Sebelum masuk ada apel pagi bersama kelompok A1, A2, dan B yang

dipimpin oleh salah satu guru.

c. Anak berbaris sesuai kelompok sebelum masuk kelas, dikondisikan oleh guru

kelas, dan masuk ruang kelas dengan berjabat tangan.

d. Kegiatan awal, salam, berdoa sebelum kegiatan.

e. Guru menanyakan kabar anak, presensi anak dan menyanyi lagu anak

f. Guru menjelaskan kegiatan tentang tema dan beberapa kegiatan yang akan

dilakukan pada hari ini (sesuai dengan RKH yang dibuat di dalamnya ada

kegiatan melukis menggunakan glitter).

g. Guru menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan pada waktu kegiatan

berlangsung, serta memberikan contoh terlebih dahulu pada setiap kegiatan.


(42)

i. Pada kegiatan inti, anak melukis menggunakan glitter di kertas secara bersama dalam kelompok dan guru membimbing dan mengawasi anak.

j. Anak melukis sesuai tema yang sudah ditentukan, guru hanya membantu anak

untuk memunculkan ide lukisan sesuai tema.

k. Setelah sketsa lukisan selesai dikerjakan maka anak melanjutkan dengan

kegiatan blok menggunakan lem yang sudah disediakan, kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan menaburi menggunakan glitter sesuai warna, kreasi dan

imajinasi anak.

l. Guru dan peneliti melakukan observasi pada anak, mencatat hal-hal yang

diperlukan, dan membimbing anak ketika kesulitan.

m. Hasil karya anak dijemur, dan didokumentasikan.

n. Pada kegiatan akhir, guru dan anak melakukan recalling dengan sesi tanya

jawab tentang kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut, bertanya perasaan

anak saat melukis menggunakan glitter dan bernyanyi.

o. Kegiatan penutup diakhiri dengan berdoa bersama.

3. Pengamatan (Observe)

Pengamatan atau observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan untuk mencatat kejadian-kejadian yang tak terduga. Penelitian ini juga menggunakan dokumentasi agar setiap kejadian anak dapat didokumentasikan dan akhirnya dapat melengkapi data peneliti. Hal-hal yang diamati dalam proses pembelajaran adalah proses kegiatan pembelajaran, perilaku anak, perilaku


(43)

guru, suasana kelas pada saat tindakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflect)

Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum sesuai atau belum mencapai indikator maka akan dilakukan perbaikan atau peningkatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya sampai berhasil.

B. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini yang beralamatkan di jalan D.I. Panjaitan No.21 Mantrijeron Yogyakarta. Dilaksanakan pada Bulan Mei- Juli 2013.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua anak kelompok B TK ABA Ngadinegaran yang berjumlah yaitu 22 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi sebagai berikut:


(44)

1. Observasi

Observasi ini salah satu cara untuk mengumpulkan data agar mengetahui hasil siswa dalam proses pembelajaran tentang kreativitas anak berkembang melalui kegiatan melukis. Guba dan Lincoln (1981:191-193) disadur dalam Moleong (2005:174) mengemukakan Observasi atau pengamatan adalah pengalaman secara langsung, pengamatan secara langsung dan mencatat hal-hal yang diperlukan sesuai kejadian sebenarnya, pengetahuan proposional dan kejadian langsung diperoleh dari data, dan dapat memahami situasi yang rumit. Peneliti mengamati dan mencatat semua aktivitas anak pada proses kegiatan melukis di kelas. Observasi difokuskan pada kelompok B untuk memperoleh data anak laki-laki tentang aspek keberagaman bentuk dan anak perempuan pada aspek pemilihan warna serta kerapian pada saat kegiatan melukis berlangsung.

2. Dokumentasi

Metode yang selanjutnya yang digunakan peneliti adalah dokumentasi suatu bentuk hasil yang dapat dilihat kembali ketika ada hal-hal yang terlupakan. Guba dan Lincoln (1981: 228) dalam Moleong (2005:216) menyatakan bahwa dokumen adalah setiap bahan yang tertulis maupun tidak tertulis, seperti film, dokumen digunakan sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Bentuk dokumentasi pada melukis adalah hasil karya yang dapat dikaji dan RKH, foto-foto adalah alat pendukung memperkuat data yang diambil.


(45)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan saat pengumpulan data penelitian adalah

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan agar peneliti mudah terarah saat melakukan observasi dikelas sehingga hasil data yang diperoleh mudah diolah.Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak pada kegiatan melukis.


(46)

Expert judgement instrumen (Martono, M. Pd.) Lembar instrumen observasi sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen observasi kreativitas anak

Variabel Sub variabel Sub-sub variabel Indikator

Kreativitas Orisinalitas Keberagaman

Bentuk Lukisan

1. Anak dapat

membuat 4-5 macam bentuk lukisan

menggunakan glitter dengan rapi

2. Anak dapat

membuat 3-4 macam bentuk lukisan

menggunakan glitter dengan rapi

3. Anak dapat

membuat 1-3 macam bentuk lukisan

menggunakan glitter dengan rapi Pemilihan

Warna

1. Jika anak dapat

menggunakan 4-6 warna pada lukisan

menggunakan glitter.

2. Jika anak dapat

menggunakan 3-4 warna pada lukisan

menggunakan glitter.

3. Jika anak dapat

menggunakan 1-3 warna pada lukisan

menggunakan glitter.


(47)

2. Rubrik Penilaian

Rubrik penilaian ini adalah salah satu instrumen yang digunakan penelitian, rubrik ini disusun sebelum instrumen pengamatan digunakan dengan maksud agar deskripsi penilaian lebih jelas.

Tabel 2. Rubrik Penilaian Keberagaman Bentuk Lukisan

No Kriteria Deskripsi Skor

1. Anak mampu menggambar

berbagai bentuk lukisan

menggunakan glitter.

Jika anak dapat membuat 4-5 macam

bentuk gambar

menggunakan glitter

dengan rapi.

3

2. Anak kurang mampu

menggambar berbagai

bentuk lukisan

menggunakan glitter.

Jika anak dapat membuat 3-4 macam bentuk menggunakan glitter dengan rapi.

2

3. Anak tidak mampu melukis

berbagai lukisan

menggunakan glitter.

Jika anak dapat membuat 1-3 macam bentuk menggunakan glitter dengan rapi.

1

Tabel 3.Rubrik Penilaian Pemilihan Warna

No Kriteria Deskripsi Skor

1. Anak mampu menggunakan

warna sesuai gambar

dengan glitter.

Jika anak dapat menggunakan 4-6 warna pada gambar

dengan glitter.

3

2. Anak kurang mampu

menggunakan warna sesuai

lukisan dengan glitter.

Jika anak dapat menggunakan 3-4 warna pada lukisan

menggunakan glitter.

2

3. Anak belum mampu

menggunakan warna sesuai

lukisan dengan glitter.

Jika anak dapat menggunakan 1-3 warna pada lukisan

dengan glitter.


(48)

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan untuk melengkapi data dalam penelitian ini adalah hasil karya anak dan foto-foto saat pembelajaran.

F. Metode Analisis Data

Sesuai data yang didapat yang berupa deskripsi, analisis ini termasuk penelitian yang bersifat kualitatif. I. g. a. k Wardhani, dkk (2007: 5.9) mengemukakan bahwa analisis data adalah merangkum data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat memberikan makna. Data yang diperoleh melalui lembar observasi. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Metode analisis data deskriptif kualitatif yaitu metode yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai data yang diperoleh berbentuk narasi dengan tujuan untuk mengetahui

peningkatan kreativitas melukis menggunakan glitter.

Untuk dapat mengetahui ketuntasan belajar, maka data yang berhasil dikumpulkan dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

P=∑ siswa yang tuntas belajar x 100%

∑ siswa

Suharsimi arikunto (2010: 269) menginterpretasikan data ke dalam 5 tingkatan presentase yaitu :

1. Kriteria baik sekali, apabila anak mendapatkan nilai antara 81-100%

2. Kriteria baik, apabila anak mendapatkan nilai 61-80%


(49)

4. Kriteria kurang baik, apabila anak memperoleh nilai 21-40%

5. Kriteria tidak baik, apabila anak memperoleh nilai 0-20%

Berdasarkan pengelompokan data tersebut, peneliti mengelompokkan hasil kreativitas anak sesuai tinggi rendahnya aspek-aspek kreativitas yang akan dicapai oleh anak ke dalam 5 kategori sebagai berikut:

1. Kriteria sangat tinggi, apabila anak memperoleh nilai antara 81-100%

2. Kriteria tinggi, apabila anak memperoleh nilai antara 61-80%

3. Kriteria cukup, apabila anak memperoleh nilai antara 41-60%

4. Kriteria kurang tinggi, apabila anak memperoleh nilai antara 21-40%

5. Kriteria rendah, apabila anak memperoleh nilai antara 0-20%

G. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan melalui beberapa siklus dan sesuai rencana tindakan yang diterapkan, maka kriteria bersumber pada tujuan dari penelitian. Adapun tujuan dari pelaksanaan tindakan adalah untuk meningkatkan kreativitas anak melalui melukis pada kelompok B di TK ABA Ngadinegaran menggunakan kreasi

melukis menggunakan glitter.

Kriteria yang dijadikan tolak ukur keberhasilan tindakan (action) adalah

meningkatnya kreativitas anak melalui kegiatan melukis menggunakan glitter. Dilihat dari indikator bahwa kreativitas anak dibatasi pada originalitas dan berekuivalent dengan indikator tentang keberagaman bentuk


(50)

dan pemilihan warna lukisan. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 22 dari jumlah anak kelompok B TK ABA Ngadinegaran yaitu peningkatan mencapai 80% atau sejumlah 8 anak laki-laki dan peningkatan mencapai 83,33% atau sejumlah 10 anak perempuan dapat meningkat sesuai indikator.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Sebelum Pelaksanaan PTK 1. Kondisi Awal Anak

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok B TK Asyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta.Anak di kelompok B berjumlah 22 anak, yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. TK ini anak-anaknya belum menghasilkan atau menciptakan hal yang baru atau mengkombinasikan karya baru dari hal yang sudah ada. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran dirasa media kurang menarik dan kurang memicu perkembangan kreativitas anak.

2. Proses Pembelajaran Sebelum Pelaksanaan PTK

Model pembelajaran yang digunakan kelompok B adalah model kelompok. Kelompok di bagi menjadi 3 yaitu kelompok merah, kuning, dan hijau. Setiap kelompoknya diisi 7 sampai 8 anak, dimana setiap harinya berganti tempat duduk dengan tujuan anak dapat mengenal anak yang satu dengan yang lain. Setiap pembelajaran guru menjelaskan materi hari tersebut terlebih dahulu. Waktu yang digunakan guru untuk menjelaskan materi kurang lebih 5 menit. Dilanjutkan pemberian contoh jika diperlukan, anak maju kedepan untuk mencoba dan dilanjutkan mengerjakan tugas. Kegiatan inti tugas yang diberikan anak 3 kegiatan dan masing-masing harus selesai terlebih dahulu, agar dapat melanjutkan kegiatan selanjutnya. Media yang digunakan kelompok B adalah media yang berbasis alam, menggunakan bahan bekas, tetapi media yang dapat


(52)

mendukung perkembangan anak, khususnya kreativitas perlu adanya bervariasi. Rencana Kegiatan Harian ( RKH) yang digunakan sudah mengembangkan 5 aspek perkembangan dan sesuai tahap perkembangan anak. Pra-tindakan yang dilaksanakan khususnya pada kegiatan melukis model pembelajaran dan media yang digunakan menjadi penghambat kreativitas anak. model kegiatan melukis sering kali guru memberikan contoh terlebih dahulu, menjadikan anak kurang berkembang dan lukisan anak persis dengan contoh tidak ada variasi atau kombinasi yang baru. Media yang digunakan setiap harinya anak hanya menggunakan spidol dan pewarna.

Proses kegiatan pembelajaran di kelompok B TK Asyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta yang berlangsung selama ini khususnya pada kegiatan melukis merupakan kegiatan yang menarik untuk anak. Pada kenyataannya kegiatan seni khususnya pada seni melukis kreativitas anak belum berkembang secara optimal. Produk yang dihasilkan anak masih monoton sesuai contoh guru. Peralatan atau media yang digunakan kurang bervariasi yaitu pensil, krayon, dan cat air menjadikan kreativitas anak kurang berkembang. Pra tindakan yang dilaksanakan untuk anak-anak. kreativitas anak laki-laki yang meningkat 2 anak dan yang perempuan 2 anak dari jumlah 22 anak kelompok B. Dilihat dari pra-tindakan yang telah dilaksanakan di kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta kreativitas anak masih belum berkembang. Maka dari itu perlu dilakukan tindakan sehingga kreativitas anak melalui melukis kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta dapat berkembangan secara optimal. Contoh hasil karya anak saat pra-tindakan sebagai berikut:


(53)

Pemilihan warna yang disukai anak merah dan hijau.

Foto :Hasil karya pra-tindakan Ninda (dokumentasi pribadi) Diambil tanggal 2 Mei 2013.

Gambar 2: hasil contoh hasil karya pra-tindakan

Keterangan: Anak perempuan usia 5 tahun, cara menggambar anak pada pra tindakan membuat pola terlebih dahulu menggunakan pensil, kemudian pola tersebut diberi lem, barulah anak menaburkan glitter berwarna. Karena lem dioleskan tidak bertahap menghasilkan warna cokelat, yang semula harusnya warna merah dan hijau.

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan dengan menggunakan glitter kasar yang berwarna-warni. Kegiatan ini dirancang untuk 3 kali pertemuan dengan waktu 60 menit setiap satu kali pertemuan. Pelaksanaan Siklus I pertemuan pertama pada hari Jumat, 10 Mei 2013, pertemuan kedua pada hari Selasa, 14 Mei 2013 dan hari ketiga pada hari Kamis, 16 Mei 2013 kegiatan


(54)

pembelajaran dimulai 07.30-10.30 Wib. Jumlah anak yang ikut serta dalam kegiatan pembelajaran Siklus I 22 anak, yang terdiri 12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.

a. Rancangan Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan Siklus I rancangan penelitian yang dilaksanakan yaitu anak-anak diminta melukis sesuai Tema dan Sub Tema. Sebelum kegiatan dimulai guru memberikan penjelasan tentang Tema dan anak mengembangkan sendiri, dan penjelasan tentang melukis langsung menggunakan lem dan glitter.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I Tahap Pertama

Pada kegiatan pembelajaran siklus I tahap pertama, peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian dan menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan saat melakukan kegiatan. Media yang digunakan adalah lem, kertas, glitter dan serbet. Pada kegiatan pembelajaran ini guru memberikan penjelasan tentang kegiatan pada hari ini. Pembelajaran tersebut yaitu praktik langsung melukis menggunakan glitter dan lem. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu agar anak dapat menuangkan ide-ide imajinatif dan mengekspresikannya pada lukisan.

Kegiatan Awal: guru mengkondisikan anak-anak di halaman sekolah. Di halaman anak-anak bersama guru berbaris untuk melaksanakan apel pagi. Kegiatan di halaman sekolah ada berdoa, bermain, dan bernyanyi. Anak berbaris dalam kelompok untuk masuk dalam kelas dengan disambut guru kelas didepan pintu. Agar anak rapi dalam masuk kelas guru mengkondisikan dengan sesi Tanya jawab atau tebak-tebakan tentang bulan, bintang dan matahari siapa yang bisa


(55)

menjawab terlebih dahulu kelompok yang masuk kelas pertama. Di dalam kelas anak dikondisikan dalam kelompok merah, hijau dan kuning. Guru mengajak bernyanyi, bertepuk-tepuk kembali kemudian berdoa dan mengabsensi anak yang tidak berangkat.

Kegiatan inti: guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini. Salah satunya kegiatan melukis menggunakan glitter dengan Sub Tema adalah gejala alam. Guru tidak hanya menjelaskan saja, tetapi guru memberikan contoh bagaimana melukis dengan glitter. Anak diminta guru untuk mencoba kedepan agar lebih mengerti. Guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Guru membagikan peralatan diantaranya lem, kertas dan glitter. Glitter yang dibagikan masing-masing mendapatkan 9 macam warna. Anak mulai melukis, pada tahap ini banyak anak yang mengeluh, bingung ingin melukis apa?, tetapi ada juga anak yang sudah lancar dalam menuangkan ide gagasannya pada lukisan sesuai tema. Anak–anak merasakan lukisan yang dibuat jelek, maka guru dan peneliti memberikan dorongan, motivasi bahwa lukisannya bagus, jangan takut salah, dan jangan takut kotor. Beberapa anak sudah mulai terlihat dan berkembang kreativitasnya, anak mulai dapat melukis sesuai keinginannya tanpa campur tangan orang lain. Gambar yang telah dibuat anak tentang, terjadinya pelangi, gunung meletus, terjadinya hujan dan adanya petir.

Kegiatan akhir: setelah istirahat anak-anak berkumpul membentuk lingkaran di dalam serambi masjid. Guru mengajak anak untuk bernyanyi, tanya jawab agar terkondisi kembali. Untuk mengingat kembali kegiatan hari tersebut guru menggulang kembali kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan dengan sesi tanya


(56)

jawab. Anak- anak merasakan senang karena mendapatkan pengalaman baru yaitu melukis menggunakan glitter. Sebelum pulang guru juga berpesan kepada anak-anak sesampai di rumah istirahat, berangkat kembali tidak terlambat. Dilanjutkan berdoa penutup, salam dan pulang.

2) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I Tahap Kedua

Pada kegiatan pembelajaran siklus I tahap kedua, peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian dan menyiapkan peralatan dan bahab yang akan digunakan saat melakukan kegiatan. Media yang digunakan adalah lem, kertas, glitter dan serbet. Pada kegiatan pembelajaran ini guru memberikan penjelasan tentang kegiatan pada hari ini. Pembelajaran tersebut yaitu praktik langsung melukis menggunakan glitter dan lem. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu agar anak dapat menuangkan ide-ide imajinatif dan mengekspresikannya pada lukisan.

Kegiatan Awal: guru mengkondisikan anak-anak di halaman sekolah. Di halaman anak-anak bersama guru berbaris untuk melaksanakan apel pagi. Kegiatan di halaman sekolah ada berdoa, bermain, dan bernyanyi. Anak berbaris dalam kelompok untuk masuk dalam kelas dengan disambut guru kelas di depan pintu. Agar anak rapi dalam masuk kelas guru mengkondisikan dengan sesi Tanya jawab atau tebak-tebakan tentang bulan, bintang dan matahari siapa yang bisa menjawab terlebih dahulu kelompok yang masuk kelas pertama. Di kelas anak dikondisikan dalam kelompok merah, hijau dan kuning. Guru mengajak bernyanyi, bertepuk-tepuk kembali kemudian berdoa dan mengabsensi anak yang tidak berangkat.


(57)

Kegiatan inti: guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini. Salah satunya kegiatan melukis menggunakan glitter. Guru tidak hanya menjelaskan saja, tetapi guru memberikan contoh bagaimana melukis dengan glitter. Anak diminta guru untuk mencoba kedepan agar lebih mengerti. Guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Guru membagikan peralatan diantaranya lem, kertas dan glitter. Glitter yang dibagikan masing-masing mendapatkan 8 macam warna. Anak mulai melukis, sesuai ide imajinasi anak tentang suasana laut, anak mudah menuangkan ide-ide tersebut karena kebanyakan anak sudah pernah ke pantai. Sudah banyak anak yang tidak minta bantuan, tidak mengeluh karena guru selalu memberikan penghargaan yaitu pujian seperti bagus, pintar, hebat. Peneliti mengamati dan memberikan motivasi pada anak.

Kegiatan akhir: setelah istirahat anak-anak berkumpul membentuk lingkaran di dalam serambi masjid. Guru mengajak anak untuk bernyanyi, tanya jawab agar terkondisi kembali. Untuk mengingat kembali kegiatan hari tersebut guru menggulang kembali kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan dengan sesi tanya jawab. Sebelum pulang guru juga berpesan kepada anak-anak sesampai di rumah istirahat, berangkat kembali tidak terlambat. Dilanjutkan berdoa penutup, salam dan pulang.

3) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I Tahap Ketiga

Pada kegiatan pembelajaran siklus I tahap ketiga, peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian dan menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan saat melakukan kegiatan. Media yang digunakan adalah lem, kertas,


(58)

glitter dan serbet. Pada kegiatan pembelajaran ini guru memberikan penjelasan tentang kegiatan pada hari ini. Pembelajaran tersebut yaitu praktik langsung melukis menggunakan glitter dan lem. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu agar anak dapat menuangkan ide-ide imajinatif dan mengekspresikannya pada lukisan.

Kegiatan Awal: guru mengkondisikan anak-anak di halaman sekolah. Di halaman anak-anak bersama guru berbaris untuk melaksanakan apel pagi. Kegiatan di halaman sekolah ada berdoa, bermain, dan bernyanyi. Anak berbaris dalam kelompok untuk masuk dalam kelas dengan disambut guru kelas didepan pintu. Agar anak rapi dalam masuk kelas guru mengkondisikan dengan sesi tanya jawab atau tebak-tebakan tentang bulan, bintang dan matahari siapa yang bisa menjawab terlebih dahulu kelompok yang masuk kelas pertama. Di kelas anak dikondisikan dalam kelompok merah, hijau dan kuning. Guru mengajak bernyanyi, bertepuk-tepuk kembali kemudian berdoa dan mengabsensi anak yang tidak berangkat.

Kegiatan inti: guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini. Salah satunya kegiatan melukis menggunakan glitter. Guru tidak hanya menjelaskan saja, tetapi guru memberikan contoh bagaimana melukis dengan glitter. Anak diminta guru untuk mencoba kedepan agar lebih mengerti. Guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Guru membagikan peralatan diantaranya lem, kertas dan glitter. Glitter yang dibagikan masing-masing mendapatkan 8 macam warna Seperti biasanya sebelum kegiatan dimulai guru dan anak membuat aturan main, menjadikan anak displin dalam kegiatan pembelajaran. Anak mulai melukis tentang ciptaan Allah yang berada di


(59)

darat, seperti pemandangan alam. Saat anak mengerjakan kebanyakan dari mereka sudah tidak mengeluh kebingungan, anak mulai lancar dan tidak banyak tanya tentang melukis menggunakan glitter memudahkan peneliti untuk mengobservasinya dalam perkembangan dan peningkatan anak dalam kreativitas. Terlihat pada anak laki-laki bentuk gambar yang dihasilkan sudah mulai terlihat jelas dan kreatif. Pada anak perempuan gambar yang dihasilkan warna yang dominan dan mulai dapat mengkombinasikan warna dalam gambar. Sehingga perkembangan anak khususnya pada kreativitas anak meningkat secara optimal.

Kegiatan akhir: setelah istirahat anak-anak berkumpul membentuk lingkaran di dalam serambi masjid. Guru mengajak anak untuk bernyanyi, tanya jawab agar terkondisi kembali. Untuk mengingat kembali kegiatan hari tersebut guru menggulang kembali kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan dengan sesi tanya jawab. Sebelum pulang guru juga berpesan kepada anak-anak sesampai di rumah istirahat, berangkat kembali tidak terlambat. Dilanjutkan berdoa penutup, salam dan pulang.

c. Pengamatan Siklus I

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I pengamatan dilakukan oleh observer yaitu peneliti. Pengambilan data melalui observasi dan dokumentasi ini bertujuan untuk mengamati, mengetahui perkembangan anak dan memperkuat data yang diambil melalui pengamatan seberapa kreativitas anak meningkat melalui melukis menggunakan glitter. Kondisi anak pada tahap pertama, awalnya anak belum mengenal glitter, masih bingung bagaimana melukis menggunakan lem dan glitter. Guru memberikan


(1)

mengembangkan rasa kesetiakawanan. Dari beberapa manfaat melukis salah satunya melatih kreativitas anak. Sesuai jenis kelamin bahwa anak laki-laki terlihat kreativitasnya pada bentuk gambar sedangkan perempuan kreativitasnya terlihat pada penggunaan warna dalam lukisannya.

Penelitian ini telah membuktikan bahwa kegiatan melukis menggunakan

glitter pada kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013. Peningkatan kreativitas anak terbukti dari hasil tindakan yang dilaksanakan melalui observasi atau pengamatan yang dilakukan melalui melukis menggunakan glitter kreativitas anak meningkat sebelum diadakan tindakan dan sesudah adanya tindakan. Terlihat dari Siklus tiap tahap dalam satu siklus menunjukkan peningkatan yang begitu baik.

Berdasarkan PTK yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melukis menggunakan glitter dapat meningkatkan kreativitas anak. Terlihat dari hasil pra-tindakan anak-anak belum bisa cara melukis dengan glitter masih dengan bantuan pensil. Pada siklus I melalui tiga pertemuan sudah dapat melukis menggunakan glitter tanpa bantuan pensil langsung menggunakan lem, tetapi masih banyak anak yang kebinggungan. Warna yang disediakan pada siklus I belum digunakan secara maksimal. Pada siklus II kreativitas anak sudah meningkat terlihat ketika anak-anak melukis dengan antusias. Untuk anak laki-laki meningkat sesuai bentuk gambar yang dihasilkan bervariasi dan terlihat jelas bentuknya. Untuk kreativitas anak perempuan meningkat dan berkembang terlihat dari hasil lukisan pemberian warna yang bervariasi dan dikombinasikan warna. Kegiatan pembelajaran menggunakan glitter akan lebih bervariasi dalam


(2)

mengembangkan kreativitas dan kegiatan pembelajaran akan tersampaikan sesuai tujuannya. Kelompok B berjumlah 22 anak yang meningkat 18 anak yang terdiri 8 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.

Media glitter dan lem yang digunakan dalam kegiatan melukis dapat menjadikan anak berani mengambil resiko, anak tidak takut kotor, percaya diri dengan hasil karya yang telah dibuatnya. Selain itu, anak mulai dapat menciptakan lukisan sendiri menjadikan anak lebih berekplorasi, kreatif dan menyenangkan. Sehingga kegiatan melukis menggunakan gliiter dapat meningkatkan kreativitas anak.

Hasil penelitian dari uraian diatas, menunjukkan bahwa kegiatan melukis menggunakan glitter dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngadinegaran Yogyakarta. Dapat dilihat dari peningkatan yang dialami dari pra tindakan dan sesudah tindakan pada Siklus I dan Siklus II adalah sebelum dilakukan tindakan 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Siklus I tahap pertama adalah aspek yang diamati keberagaman bentuk gambar dari 10 anak laki-laki 4 anak sudah meningkat, dari 12 anak perempuan sudah meningkat 4 anak pada aspek pemilihan warna. Tahap kedua meningkat pada aspek keberagaman bentuk menjadi 5 anak laki-laki, aspek pemilihan warna meningkat menjadi 6 anak. Tahap ketiga meningkat pada aspek keberagaman bentuk menjadi 6 anak laki-laki, aspek pemilihan warna menurun menjadi 5 anak perempuan.

Pada siklus II meningkat dari berbagai aspek perkembangan yaitu tahap pertama adalah aspek yang diamati keberagaman bentuk gambar dari 10 anak


(3)

laki-laki 6 anak sudah meningkat, dari 12 anak perempuan sudah meningkat 8 anak pada aspek pemilihan warna. Tahap kedua meningkat pada aspek keberagaman bentuk menjadi 7 anak laki-laki, aspek pemilihan warna meningkat menjadi 7 anak. Tahap ketiga meningkat pada aspek keberagaman bentuk menjadi 8 anak laki-laki, aspek pemilihan warna menjadi 10 anak perempuan. Keberhasilan kegiatan melukis menggunakan glitter melalui beberapa siklus dan pertemuan atau tahap yaitu 2 siklus dan 3 kali pertemuan tiap siklusnya. Perencanaan kegiatan dilaksanakan sesuai siklus yang sudah dibuat dan memerlukan keuletan, kerja keras, sabar dan berani mengambil resiko.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan melukis menggunakan

glitter dapat meningkatkan kreativitas melukis. Hal ini dapat diamati dalam

hasil pra-tindakan anak-anak yaitu belum berkembang pada kreativitas melukis dengan glitter masih dengan bantuan pensil. Pada Siklus I yang dilakukan dalam tiga pertemuan. Melukis menggunakan glitter pada siklus I Anak sudah dapat melukis tanpa bantuan pensil yaitu langsung menggunakan lem, tetapi masih banyak anak yang kebinggungan. Proses kegiatan melukis menggunakan glitter adalah anak melukis menggunakan lem terlebih dahulu, pewarnaan lukisan menggunakan glitter dengan cara glitter ditaburkan pada gambar. Pewarnaan tidak langsung semua diblok dengan glitter tetapi satu persatu gambar diblok. Pada siklus I anak belum dapat menggunakan media

glitter secara maksimal pada lukisan yang sudah dibuat. Warna glitter yang

disediakan pada siklus I belum digunakan secara maksimal. Pada Siklus II peningkatan sudah terlihat jelas ketika anak-anak melukis secara antusias. Kreativitas melukis anak laki-laki meningkat sesuai bentuk gambar yang dihasilkan bervariasi dan terlihat jelas bentuknya. Kreativitas anak perempuan meningkat dan berkembang terlihat dari hasil lukisan pemberian warna yang bervariasi dan dikombinasikan warna. Penelitian pada kelompok B terkait kreativitas melukis yang ditingkatkan mengalami peningkatan sesuai indikator keberhasilan.


(5)

Dibuktikan pada pra-tindakan anak yang sudah meningkat pada aspek pemilihan warna mencapai 16,67% atau sejumlah 2 anak perempuan, pada aspek keberagaman bentuk yang sudah meningkat mencapai 20% atau sejumlah 2 anak laki-laki. Setelah diadakan tindakan siklus I mencapai 60% atau sejumlah 6 anak sudah meningkat pada aspek keberagaman bentuk, dan 41,67% atau sejumlah 5 anak meningkat pada aspek pemilihan warna. Pada Siklus II yaitu anak laki-laki dapat dilihat pada peningkatan keberagaman bentuk lukisan mencapai 80 % atau sejumlah 8 anak dan anak perempuan dapat dilihat pada peningkatan pemilihan warna mencapai 83,33% atau sejumlah 10 anak.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian adapun saran bagi guru dan peneliti yang lain. Saran-saran yang ingin disampaikan penulis sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Kegiatan melukis menggunakan glitter dapat menjadi alternatif kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas anak khususnya di TK ABA Ngadinegaran.

b. Apabila tidak memungkinkan menggunakan media glitter dapat menggunakan media lain untuk melukis seperti serbuk gergaji, pasir, abu, dan ampas kelapa.


(6)

2. Bagi sekolah

Untuk meningkatkan kreativitas anak pada seni melukis, atau seni rupa yang lain perlu adanya sesuatu yang baru baik media yang digunakan maupun pembelajaran yang kreatif.

3. Bagi Peneliti Lain

Dalam kegiatan melukis menggunakan glitter untuk meningkatkan kreativitas anak perlulah mencoba dengan berbagai macam media, berani mengambil resiko, bereksplorasi dengan hal yang pernah ditemui agar dapat memicu perkembangan kreativitas anak.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI MELUKIS PADA ANAK KELOMPOK B DI TK TUNAS CERIA KENDON BOLON Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Melukis Pada Anak Kelompok B Di Tk Tunas Ceria Kendon Bolon Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN MEDIA LILIN PADA ANA KELOMPOK B DI TK Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan Melukis Dengan Media Lilin Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Puro 1 Karangmalang Sragen Tah

1 3 15

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KEPINGAN GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Kepingan Geometri Pada Anak Kelompok B di TK ABA Jemawan IV Jatinom Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 15

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA GADING IV Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B Di Tk ABA Gading IV Belangwetan Klaten Utara Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan Melukis Dengan Finger Painting Pada Kelompok B Di Tk Aba Ceporan, Ngadiluwih, Matesih, Karanganyar Tahun Ajaran 2011 / 2012.

0 2 9

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN FINGER Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan Melukis Dengan Finger Painting Pada Kelompok B Di Tk Aba Ceporan, Ngadiluwih, Matesih, Karanganyar Tahun Ajaran 2011 / 2012.

0 0 13

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MELUKIS DENGAN BERBAGAI MEDIA KELOMPOK B DI TK PERTIWI KRAJAN II Upaya Meningkatkan Kreativitas Melalui Kegiatan Melukis Dengan Berbagai Media Kelompok B Di TK Pertiwi Krajan II Jatinom Tahun 2012/2013.

0 0 15

PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI MELUKIS DENGAN MIXED MEDIA PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI 02 NGIJO, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI TOKEN EKONOMI DI KELOMPOK B TK ABA DUKUH GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 3 167

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN SAINS MELALUI MEDIA GRAFIS PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA BALERANTE SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 263