orientasi pra rekonstruksi Bab3

(1)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I I I

K ON DI SI U M U M

3.1. Geografis

Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di mancanegara. Wilayah ini mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan. Julukan kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk mengambarkan betapa banyaknya pulau yang terdapat di wilayah ini.


(2)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga terletak antara 2° 00’ LintangUtara, 1° 20’ Lintang Selatan dan 104°00’ Bujur Timur- 108° 30’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Natuna dan Malaysia Timur

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Provinsi Bangka Belitung

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Karimun, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Indragiri Hilir dan Singapura

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat

Menurut letak geografis, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga memiliki nilai strategis dan berada dekat dengan jalur pelayaran dunia yang merupakan salah satu simpul dari pusat koleksi dan distribusi barang dunia. Kedekatan ini merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga dalam menghadapi Pasar Bebas.

3.2. Sosial Ekonomi dan Budaya

3.2.1. Kependudukan

3.2.1.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Bintan dan Lingga meliputi areal daratan seluas 4.063,85 km2. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000, penduduknya mencapai 168.947 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 84.492 jiwa dan jenis kelamin perempuan 84.455 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bintan Utara (37.460 jiwa) sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Tambelan (4.162 jiwa). Dengan demikian kepadatan penduduk (perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya) rata-rata sebesar 43 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:


(3)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bintan dan Lingga, Tahun 2000 Jumlah Penduduk (Jiwa)

No Kecamatan

Luas Daratan

(Km2) LK PR Jumlah

Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Singkep 359,93 12.003 11.822 23.825 66 2. Singkep Barat 469,07 6.452 6.050 12.502 27 3. Lingga 892,72 11.634 10.917 22.551 25 4. Senayang 396,00 8.259 8.131 16.390 41 5. Teluk Bintan 185,00 4.094 4.011 8.105 44 6. Bintan Utara 627,59 16.820 20.640 37.460 60 7. Bintan Timur 416,00 16.312 14.595 30.907 74 8. Gunung Kijang 548,12 6.788 6.257 13.045 24 9. Tambelan 169,42 2.130 2.032 4.162 25 JUMLAH 4.063,85 84.492 84.455 168.947 43 Sumber : Kabupaten Dalam Angka, Tahun 2000

Tabel di atas memperlihatkan bahwa beberapa kecamatan yang terletak di Pulau Bintan dan berdekatan dengan Kota Tanjung Pinang memiliki kepadatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

3.2.1.2 Perkembangan Penduduk

Jumlah penduduk yang terdapat di Kabupaten Bintan dan Lingga pada tahun 2000 mencapai 168.947 jiwa. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 1990 yang berjumlah 142.275 jiwa, maka penduduk pada tahun 2000 mengalami pertambahan sebanyak 26.672 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun dari tahun 1990 – 1996 sebesar 1,72 % per tahun. Tahun 1996 sampai 2000 laju perkembangan penduduknya sebesar 1,86 % per tahun. Kondisi ini masih berada di bawah laju pertumbuhan Penduduk Provinsi Riau (4,02 % per tahun).

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi tahun 1990-1996 ada di Kecamatan Teluk Bintan yaitu sebesar 13,86 % per tahun. Namun pada tahun 1996-2000 perkembangan penduduknya per tahun kecamatan tersebut hanya sebesar 1,81 %. Sebaliknya di Kecamatan Singkep pada tahun 1990-1996 mengalami penurunan sebesar 1,54 % per tahun namun kemudian pada tahun 1996-2000 mengalami pertumbuhan sebesar 1,08 % per tahun.


(4)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Pada tahun 1996-2000, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi terdapat di Kecamatan Bintan Utara (7,19 %), dan di kecamatan lainnya laju pertumbuhan penduduk kurang dari 2,5 % per tahun. Penurunan jumlah penduduk per tahun (tahun 1996-2000) terjadi di Kecamatan Singkep Barat (0,06 %), Kecamatan Tambelan (0,31 %), Kecamatan Lingga (1,01 %) dan Kecamatan Senayang (1,43 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 . Jumlah dan Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 1990 – 2000

Jumlah Penduduk (Jiwa) No

Keca-matan

Luas Daratan

(Km2) 1990 1996 1997 1998 1999 2000

LPP

(1990-1996)

LPP (1996-2000)

1 Singkep 359,926 25.17 22.841 22.847 22.771 22.858 23.825 -1,54 1,08 2 Singkep

Barat 469,074 13.815 12.536 12.82 12.845 12.586 12.502 -1,54 -0,06 3 Lingga 892,720 22.98 23.513 23.6 23.681 22.528 22.551 0,39 -1,01 4

Sena-yang 396,000 15.617 17.39 17.435 17.705 16.727 16.39 1,89 -1,43 5 Teluk

Bintan 185,000 4.125 7.555 7.569 7.588 7.622 8.105 13,86 1,81 6 Bintan

Utara 627,590 17.982 28.531 32.043 32.663 37.007 37.46 9,78 7,19 7 Bintan

Timur 416,000 27.095 28.435 29.033 29.663 30.364 30.907 0,82 2,11 8 Gunung

Kijang 548,120 11.366 11.928 12.196 12.42 12.732 13.045 0,82 2,26 9

Tambe-lan 169,420 4.125 4.214 4.236 4.239 4.219 4.162 0,36 -0,31 Jumlah 4.063,85 142.28 156.94 161.78 163.58 166.64 168.95 1,72 1,86

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 1990 – 2000, Monografi Desa, 1990 – 2000

3.2.1.3. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Bintan dan Lingga terlihat bahwa jumlah penduduk usia 5 - 9 tahun (22.022 jiwa) serta usia 10 - 14 tahun (21.129 jiwa) menunjukan jumlah yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(5)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3 .3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000

STRUKTUR UMUR PENDUDUK PERKECAMATAN (JIWA) N

o

Struktur Umur

Sing-kep

Sing-kep Brt Lingga

Sena-yang

Teluk Bintan

Bintan Utara

Bintan Timur

Gn. Kijang

Tam-belan

JUMLAH (JIWA)

1 0 - 4 2.592 1.254 2.05 1.858 744 4.014 3.925 1.557 406 18.686 2 5 - 9 3.24 1.57 2.566 2.271 787 4.882 3.69 1.656 483 22.022 3 10 - 14 3.112 1.556 2.436 1.43 860 4.88 3.977 1.678 458 21.129 4 15 - 19 2.89 1.407 2.136 2.656 952 4.34 2.974 1.255 398 18.961 5 20 - 24 1.902 1.039 1.797 1.01 831 3.74 2.635 1.112 396 13.581 6 25 - 29 1.747 1.01 1.74 1.514 697 2.62 2.346 990 374 13.275 7 30 - 34 1.691 932 1.674 910 551 2.519 2.233 942 256 11.802 8 35 - 39 1.553 863 1.71 607 570 2.438 1.69 713 272 11.122 9 40 - 44 1.235 704 1.611 820 481 2.152 1.548 653 281 9.454 10 45 - 49 1.115 594 1.288 1.003 435 1.42 1.519 641 242 7.927 11 50 - 54 1.017 545 1.52 771 317 1.536 1.518 639 227 7.204 12 55 - 59 947 535 1.057 748 274 1.465 1.455 614 193 6.794 13 > 60 784 493 966 792 606 1.454 1.397 595 176 6.99

Jumlah 23.825 12.502 22.551 16.39 8.105 37.46 30.907 13.045 4.162 168.947 Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2000

3.2.1.4 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Kabupaten Bintan dan Lingga sebagian besar berpendidikan dasar sampai menengah. Jumlah tamatan tingkat sekolah dasar 41.451 jiwa dan tamatan tingkat menengah pertama sebesar 22.847 jiwa. Sedangkan jumlah pendidikan tingkatan tinggi seperti akademi dan perguruan tinggi menduduki jumlah yang paling kecil, yaitu 2.146 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

3.2.1.5 Struktur Penduduk Menurut Agama

Jumlah penduduk menurut agama di Kabupaten Bintan dan Lingga sebagian besar memeluk agama Islam (145.726 jiwa). Agama lain yang dianut seperti Kristen Protestan, Katholik, Hindu dan Budha serta Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Khusus untuk penganut Kepercayaan jumlahnya paling sedikit yaitu 41 jiwa, dan hanya tersebar di Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Gunung Kijang. Untuk lebih jelasnya mengenai penduduk menurut agama dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(6)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000

TAMAT

KECA-MATAN

BELUM

SEKO-LAH

TIDAK

SEKO-LAH

TIDAK TAMAT

SEKO-LAH

BELUM TAMAT

SD SD SLTP SLTA AKA-DEMI/ PT

JUMLAH

Singkep

2.914 2.107 3.908 4.026 4.192 3.128 3.127 423 23.825 Singkep

Barat 1.382 2.47 1.93 2.166 2.202 1.459 841 52 12.502 Lingga 2.031 2.437 5.669 3.127 7.828 1.066 312 81 22.551

Sena-yang 1.698 2.065 3.831 2.471 4.802 1.202 276 45 16.39 Teluk

Bintan 1.451 1.81 543 927 2.65 444 256 24 8.105 Bintan

Utara 5.509 2.719 4.183 3.542 9.634 6.842 4.204 827 37.46 Bintan

Timur 4.107 1.128 2.353 6.346 6.73 6.091 3.534 618 30.907 Gunung

Kijang 1.62 2.639 1.125 2.121 2.805 1.803 903 29 13.045 Tambel

an 687 162 425 684 608 812 737 47 4.162

Jumlah 21.399 17.537 23.967 25.41 41.451 22.847 14.19 2.146 168.947

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2000

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000 NO KECAMATAN ISLAM PROTESTAN KATHOLIK BUDHA HINDU LAIN JUMLAH

1 Singkep 19.55 211 199 3.86 5 - 23.825

2 Singkep Barat 10.466 49 10 1.977 - - 12.502

3 Lingga 21.524 249 104 674 - - 22.551

4 Senayang 14.57 65 1.597 158 - - 16.39

5 Teluk Bintan 7.634 12 14 437 8 - 8.105

6 Bintan Utara 31.361 1.789 1.303 3.007 - - 37.46 7 Bintan Timur 26.591 331 2.148 1.828 4 5 30.907

8 Gunung Kijang 9.938 273 453 2.345 - 36 13.045

9 Tambelan 4.092 8 5 57 - - 4.162

J u m l a h 145.726 2.987 5.833 14.343 17 41 168.947


(7)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

3.2.1.6 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian di Kabupaten Bintan dan Lingga didominasi oleh kegiatan nelayan dengan tenaga kerja sebanyak 28.325 jiwa (42,68 %) dan kegiatan pertanian (petani, peternak, perkebunan) dengan tenaga kerja sebanyak 18.689 jiwa (28,16 %). Mata pencaharian lainnya (seperti pedagang, buruh industri, pegawai negeri dan lain-lain) hanya 29,17 % dari jumlah tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 3.6.

Tabel 3.6.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Matapencarian di kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000

MATA PENCAHARIAN DI KECAMATAN TAHUN 2000

NO MATA

PENCAHARIAN

Sing-kep Sngkp Barat Ling-ga Sena-yang Teluk Bintan Bintan Utara Bintan Timur Gn. Kijang Tam-belan JUMLAH (JIWA)

1 Petani 83 1.76 - 237 706 396 1.378 1.464 1.442 7.466

- Pemilik Tanah - - 1.487 - - 349 459 854 - 3.149

- Penggarap

Tanah - - 200 - - 12 - - - 212 - Buruh Tani 128 263 - - - 228 868 584 - 2.071

2 Nelayan 3.66 3.112 4.688 9.015 1595 2.241 2.358 931 725 28.325

3 Pengusaha Sedang/Besar - - - 198 - - -

- 66 264

4

Pengrajin/industri

kecil 222 162 502

- 86 222 401 194

- 1.789 5 Buruh Industri 497 154 140 - 26 - 672 154 - 1.643 6 Buruh Bangunan 66 32 30 - - - - - 62 190

7

Buruh

Pertambangan 109 43 -

- 15 452

-

-

- 619

8

Buruh

Perkebunan 2.244 1.776

-

-

- 124 522 689

- 5.355 9 Pedagang 395 45 285 - 175 760 - - 51 1.711 10 Pengangkutan 203 98 68 - - 45 - - - 414

11

Pegawai Negeri

Sipil 509 124 415 162 93 576 1.101 202 219 3.401

12 ABRI 40 35 23 - 6 160 56 9 - 329

13

Pensiunan

(PNS/ABRI) 124 38 35

-

- 206 443 38

- 884

14 Peternak 81 44 243 - 18 50 - - - 436 15 Jasa 69 14 - - 52 614 - - 144 893 16 Karyawan 841 116 - - - 100 1.982 720 - 3.759

17 Lain-lain 24 8 594 164 - 30 1.91 647 86 3.463

J U M L A H 9.295 7.824 8.71 9.776 2.772 6.565 12.15 6.486 2.795 66.373


(8)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

3.2.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Struktur sosial budaya masyarakat Kabupaten Bintan dan Lingga merupakan hasil perjalanan sejarah yang cukup panjang, dari sejak jaman Kerajaan Melayu hingga masa setengah abad lebih setelah kemerdekaan. Pada saat ini penduduk yang mendiami wilayah Kabupaten Bintan dan Lingga berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan dan golongan sosial.

Umumnya masyarakat Kepulauan Riau berasal dari Suku Melayu yang masih kental budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti: bahasa melayu, Agama Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Masyarakat Melayu terkenal dengan masyarakat yang taat dalam menjalankan Sholat 5 waktu, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak agresif atau rakus. Secara tradisional masyarakat melayu umumnya bermatapencaharian sebagai petani, berkebun, menangkap ikan dan berdagang. Sedangkan dalam struktur pemerintahan, orang melayu umumnya lebih baik mengabdi sebagai Guru Pendidikan dibandingkan dengan pekerjaan pemerintahan lainnya.

Suku lainnya yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Bintan dan Lingga adalah masyarakat yang berasal dari Suku Jawa, China, Batak, Bugis, Minangkabau, dan suku lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Kepulauan Riau memiliki heterogenitas suku bangsa yang secara langsung akan merupakan suatu penggerak dan atau sebaliknya dapat menghambat jalannya proses pembangunan. 3.2.3. Kondisi Perekonomian Wilayah

Perekonomian suatu wilayah baik secara agregat maupun menurut lapangan usaha dapat dilihat dari angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku ataupun harga konstan. Masing-masing harga berlaku dan harga konstan tahun 1993 sebagai tahun dasar. Berdasarkan harga berlaku 1993 nilai PDRB 2000 adalah sebesar Rp.1.781.914,59 juta, mengalami kenaikan sebesar ± 13 % dari nilai PDRB tahun 1999. Sementara berdasarkan harga konstan 1993 nilai PDRB tahun 1999 adalah senilai Rp. 759.918,30 juta, juga mengalami kenaikan sebesar 5,63 %.


(9)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, sektor yang mempunyai nilai tertinggi pada tahun 2000 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar Rp. 459.492,35 juta, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran senilai Rp. 439.954,15 juta. Sedangkan sektor yang nilai terkecil adalah sektor Listrik dan Air senilai Rp. 19.296,74 juta. Bila dibandingkan dengan tahun 1999 semua sektor berdasarkan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan.

Sedangkan nilai PDRB tahun 2000 atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, sektor yang mempunyai nilai terbesar adalah juga sektor Industri Pengolahan dengan nilai Rp. 202.359,62 juta, selanjutnya sektor juga sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp. 194.277,60 juta. Sedangkan sektor lainnya dengan nilai sebesar di atas Rp. 50.000 juta, kecuali sektor Listrik dan Air hanya senilai Rp. 10.988.91 juta. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai PDRB setiap sektor di Kabupaten Kepulauan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 3.7. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kepulauan Riau, 1998 – 2000

PDRB (Dalam Jutaan Rupiah)

No. Lapangan Usaha

1998 1999 2000

1. Pertanian 113.359,78 129.399,42 141.630,26 2. Pertambangan Dan Penggalian 166.981,09 172.467,25 191.902,81 3. Industri Pengolahan 364.729,68 402.037,76 459.942,35 4. Listrik dan Air 14.638,21 16.431,36 19.296,74 5. Bangunan 121.234,37 135.540,68 157.332,37 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 324.132,39 382.536,26 439.954,15 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 114.258,61 126.515,80 140.234,41 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa 93.662,60 87.225,74 94.935,81 9. Jasa-Jasa 117.093,69 124.751,20 136.685,69

P D R B 1.430.090,42 1.576.905,47 1.781.914,59


(10)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3. 8. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (1993) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kepulauan Riau, 1998 – 2000

PDRB (Dalam Jutaan Rupiah) No. Lapangan Usaha

1998 1999 2000

1. Pertanian 46.722,16 48.790,23 50.485,42 2. Pertambangan Dan Penggalian 45.079,46 45.316,00 46.948,91 3. Industri Pengolahan 171.749,59 187.383,06 202.359,62 4. Listrik dan Air 6.650,06 10.362,91 10.988,91 5. Bangunan 63.057,92 65.784,02 69.087,03 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 176.139,84 182.952,48 194.277,60 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 60.437,15 62.402,32 66.686,18 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa 55.489,00 51.611,57 52.383,88 9. Jasa-Jasa 62.120,93 64.839,25 66.700,75

P D R B 687.446,11 719.441,84 759.918,30

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Riau

Di samping itu, dapat juga dikemukakan tentang PDRB per kapita untuk Kabupaten Kepulauan Riau. Menurut harga berlaku, PDRB per kapita tahun 2000 adalah Rp. 4.760.000,00. Sementara bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 1993 maka PDRB per kapita tahun 2000 adalah Rp. 2.170.000.

3.3. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga terdiri dari tata guna lahan untuk kampung, industri, sawah, tanah kering, kebun campuran, perkebunan, hutan, hutan kosong/rusak, perairan dan tataguna lainnya. Lebih dari separuh kawasan merupakan tanah kering, sehingga kawasan ini kebanyakan dipergunakan untuk lahan perkebunan oleh masyarakat (sayuran, buah-buahan, dan karet). Hampir sebelas persen kawasan Kabupaten dan Kabupaten Lingga msih berhutan, dan hutan yang telah rusak mencapai hamper sepuluh persen dari luasan kedua kabupaten ini. Luasan setiap tata gunan lahan di Kabupaten Bintan dan Lingga dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


(11)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Table 3.9. Tataguna lahan di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga

No. Tata Guna Lahan Luas

1. Kampung/Permukiman 77.706,50

2. Industri 4.040,70

3. Sawah 1.406,00

4. Tanah Kering 428.949,00

5. Kebun Campuran 0,00

6. Perkebunan 44.937,00

7. Hutan 92.010,10

8. Semak, Padang Rumput 0,00

9. Hutan Kosong, Rusak 79.696,20

10. Perairan dan Lainnya 110.030,50 Sumber : BPS Kepulauan Riau tahun 2003


(1)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000

TAMAT

KECA-MATAN

BELUM

SEKO-LAH

TIDAK

SEKO-LAH

TIDAK TAMAT

SEKO-LAH

BELUM TAMAT

SD SD SLTP SLTA AKA-DEMI/ PT

JUMLAH Singkep

2.914 2.107 3.908 4.026 4.192 3.128 3.127 423 23.825

Singkep

Barat 1.382 2.47 1.93 2.166 2.202 1.459 841 52 12.502

Lingga 2.031 2.437 5.669 3.127 7.828 1.066 312 81 22.551

Sena-yang 1.698 2.065 3.831 2.471 4.802 1.202 276 45 16.39

Teluk

Bintan 1.451 1.81 543 927 2.65 444 256 24 8.105

Bintan

Utara 5.509 2.719 4.183 3.542 9.634 6.842 4.204 827 37.46

Bintan

Timur 4.107 1.128 2.353 6.346 6.73 6.091 3.534 618 30.907

Gunung

Kijang 1.62 2.639 1.125 2.121 2.805 1.803 903 29 13.045

Tambel

an 687 162 425 684 608 812 737 47 4.162

Jumlah 21.399 17.537 23.967 25.41 41.451 22.847 14.19 2.146 168.947 Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2000

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000 NO KECAMATAN ISLAM PROTESTAN KATHOLIK BUDHA HINDU LAIN JUMLAH

1 Singkep 19.55 211 199 3.86 5 - 23.825

2 Singkep Barat 10.466 49 10 1.977 - - 12.502

3 Lingga 21.524 249 104 674 - - 22.551

4 Senayang 14.57 65 1.597 158 - - 16.39

5 Teluk Bintan 7.634 12 14 437 8 - 8.105

6 Bintan Utara 31.361 1.789 1.303 3.007 - - 37.46

7 Bintan Timur 26.591 331 2.148 1.828 4 5 30.907

8 Gunung Kijang 9.938 273 453 2.345 - 36 13.045

9 Tambelan 4.092 8 5 57 - - 4.162

J u m l a h 145.726 2.987 5.833 14.343 17 41 168.947 Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2000


(2)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

3.2.1.6 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian di Kabupaten Bintan dan Lingga didominasi oleh kegiatan nelayan dengan tenaga kerja sebanyak 28.325 jiwa (42,68 %) dan kegiatan pertanian (petani, peternak, perkebunan) dengan tenaga kerja sebanyak 18.689 jiwa (28,16 %). Mata pencaharian lainnya (seperti pedagang, buruh industri, pegawai negeri dan lain-lain) hanya 29,17 % dari jumlah tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 3.6.

Tabel 3.6.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Matapencarian di kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000

MATA PENCAHARIAN DI KECAMATAN TAHUN 2000

NO MATA

PENCAHARIAN

Sing-kep Sngkp Barat Ling-ga Sena-yang Teluk Bintan Bintan Utara Bintan Timur Gn. Kijang Tam-belan JUMLAH (JIWA) 1 Petani 83 1.76 - 237 706 396 1.378 1.464 1.442 7.466

- Pemilik Tanah - - 1.487 - - 349 459 854 - 3.149

- Penggarap

Tanah - - 200 - - 12 - - - 212 - Buruh Tani 128 263 - - - 228 868 584 - 2.071 2 Nelayan 3.66 3.112 4.688 9.015 1595 2.241 2.358 931 725 28.325

3 Pengusaha Sedang/Besar - - - 198 - - -

- 66 264

4

Pengrajin/industri

kecil 222 162 502

- 86 222 401 194

- 1.789 5 Buruh Industri 497 154 140 - 26 - 672 154 - 1.643 6 Buruh Bangunan 66 32 30 - - - - - 62 190

7

Buruh

Pertambangan 109 43 -

- 15 452

-

-

- 619

8

Buruh

Perkebunan 2.244 1.776 -

-

- 124 522 689

- 5.355 9 Pedagang 395 45 285 - 175 760 - - 51 1.711 10 Pengangkutan 203 98 68 - - 45 - - - 414

11

Pegawai Negeri

Sipil 509 124 415 162 93 576 1.101 202 219 3.401

12 ABRI 40 35 23 - 6 160 56 9 - 329

13

Pensiunan

(PNS/ABRI) 124 38 35

-

- 206 443 38

- 884 14 Peternak 81 44 243 - 18 50 - - - 436 15 Jasa 69 14 - - 52 614 - - 144 893 16 Karyawan 841 116 - - - 100 1.982 720 - 3.759 17 Lain-lain 24 8 594 164 - 30 1.91 647 86 3.463

J U M L A H 9.295 7.824 8.71 9.776 2.772 6.565 12.15 6.486 2.795 66.373


(3)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

3.2.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Struktur sosial budaya masyarakat Kabupaten Bintan dan Lingga merupakan hasil perjalanan sejarah yang cukup panjang, dari sejak jaman Kerajaan Melayu hingga masa setengah abad lebih setelah kemerdekaan. Pada saat ini penduduk yang mendiami wilayah Kabupaten Bintan dan Lingga berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan dan golongan sosial.

Umumnya masyarakat Kepulauan Riau berasal dari Suku Melayu yang masih kental budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti: bahasa melayu, Agama Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Masyarakat Melayu terkenal dengan masyarakat yang taat dalam menjalankan Sholat 5 waktu, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak agresif atau rakus. Secara tradisional masyarakat melayu umumnya bermatapencaharian sebagai petani, berkebun, menangkap ikan dan berdagang. Sedangkan dalam struktur pemerintahan, orang melayu umumnya lebih baik mengabdi sebagai Guru Pendidikan dibandingkan dengan pekerjaan pemerintahan lainnya.

Suku lainnya yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Bintan dan Lingga adalah masyarakat yang berasal dari Suku Jawa, China, Batak, Bugis, Minangkabau, dan suku lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Kepulauan Riau memiliki heterogenitas suku bangsa yang secara langsung akan merupakan suatu penggerak dan atau sebaliknya dapat menghambat jalannya proses pembangunan. 3.2.3. Kondisi Perekonomian Wilayah

Perekonomian suatu wilayah baik secara agregat maupun menurut lapangan usaha dapat dilihat dari angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku ataupun harga konstan. Masing-masing harga berlaku dan harga konstan tahun 1993 sebagai tahun dasar. Berdasarkan harga berlaku 1993 nilai PDRB 2000 adalah sebesar Rp.1.781.914,59 juta, mengalami kenaikan sebesar ± 13 % dari nilai PDRB tahun 1999. Sementara berdasarkan harga konstan 1993 nilai PDRB tahun 1999 adalah senilai Rp. 759.918,30 juta, juga mengalami kenaikan sebesar 5,63 %.


(4)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, sektor yang mempunyai nilai tertinggi pada tahun 2000 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar Rp. 459.492,35 juta, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran senilai Rp. 439.954,15 juta. Sedangkan sektor yang nilai terkecil adalah sektor Listrik dan Air senilai Rp. 19.296,74 juta. Bila dibandingkan dengan tahun 1999 semua sektor berdasarkan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan.

Sedangkan nilai PDRB tahun 2000 atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, sektor yang mempunyai nilai terbesar adalah juga sektor Industri Pengolahan dengan nilai Rp. 202.359,62 juta, selanjutnya sektor juga sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp. 194.277,60 juta. Sedangkan sektor lainnya dengan nilai sebesar di atas Rp. 50.000 juta, kecuali sektor Listrik dan Air hanya senilai Rp. 10.988.91 juta. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai PDRB setiap sektor di Kabupaten Kepulauan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 3.7. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kepulauan Riau, 1998 – 2000

PDRB (Dalam Jutaan Rupiah) No. Lapangan Usaha

1998 1999 2000

1. Pertanian 113.359,78 129.399,42 141.630,26 2. Pertambangan Dan Penggalian 166.981,09 172.467,25 191.902,81 3. Industri Pengolahan 364.729,68 402.037,76 459.942,35 4. Listrik dan Air 14.638,21 16.431,36 19.296,74

5. Bangunan 121.234,37 135.540,68 157.332,37

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 324.132,39 382.536,26 439.954,15 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 114.258,61 126.515,80 140.234,41 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa 93.662,60 87.225,74 94.935,81 9. Jasa-Jasa 117.093,69 124.751,20 136.685,69 P D R B 1.430.090,42 1.576.905,47 1.781.914,59 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Riau


(5)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Tabel 3. 8. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (1993) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kepulauan Riau, 1998 – 2000

PDRB (Dalam Jutaan Rupiah) No. Lapangan Usaha

1998 1999 2000

1. Pertanian 46.722,16 48.790,23 50.485,42 2. Pertambangan Dan Penggalian 45.079,46 45.316,00 46.948,91 3. Industri Pengolahan 171.749,59 187.383,06 202.359,62 4. Listrik dan Air 6.650,06 10.362,91 10.988,91 5. Bangunan 63.057,92 65.784,02 69.087,03 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 176.139,84 182.952,48 194.277,60 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 60.437,15 62.402,32 66.686,18 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa 55.489,00 51.611,57 52.383,88 9. Jasa-Jasa 62.120,93 64.839,25 66.700,75 P D R B 687.446,11 719.441,84 759.918,30 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Riau

Di samping itu, dapat juga dikemukakan tentang PDRB per kapita untuk Kabupaten Kepulauan Riau. Menurut harga berlaku, PDRB per kapita tahun 2000 adalah Rp. 4.760.000,00. Sementara bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 1993 maka PDRB per kapita tahun 2000 adalah Rp. 2.170.000.

3.3. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga terdiri dari tata guna lahan untuk kampung, industri, sawah, tanah kering, kebun campuran, perkebunan, hutan, hutan kosong/rusak, perairan dan tataguna lainnya. Lebih dari separuh kawasan merupakan tanah kering, sehingga kawasan ini kebanyakan dipergunakan untuk lahan perkebunan oleh masyarakat (sayuran, buah-buahan, dan karet). Hampir sebelas persen kawasan Kabupaten dan Kabupaten Lingga msih berhutan, dan hutan yang telah rusak mencapai hamper sepuluh persen dari luasan kedua kabupaten ini. Luasan setiap tata gunan lahan di Kabupaten Bintan dan Lingga dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


(6)

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Table 3.9. Tataguna lahan di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga

No. Tata Guna Lahan Luas

1. Kampung/Permukiman 77.706,50

2. Industri 4.040,70

3. Sawah 1.406,00

4. Tanah Kering 428.949,00

5. Kebun Campuran 0,00

6. Perkebunan 44.937,00

7. Hutan 92.010,10

8. Semak, Padang Rumput 0,00

9. Hutan Kosong, Rusak 79.696,20

10. Perairan dan Lainnya 110.030,50