Studi Kontribusi Sumber-sumber Self-Efficacy Terhadap Self-Efficacy Untuk Mencapai Keberhasilan Terapi pada Pasien Pasca Stroke (Studi Dilakukan di Pusat Terapi Akupuntur "X" di Kota Bandung).

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung. Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 40 responden. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori self-efficacy dari Bandura (2002).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura. Validitas kedua alat ukur dilakukan dengan menggunakan content validity yang dilakukan oleh 3 orang expert. Reliabilitas kedua alat ukur dilakukan menggunakan bantuan SPSS versi 19. Nilai kontribusi dari setiap sumber self-efficacy terhadap self-efficacy dihitung dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keempat sumber self-efficacy secara bersamaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy (26,7%). Namun setelah diolah satu persatu terdapat perbedaan, yaitu sumber physiological and affective state berkontribusi signifikan (22,88%) terhadap self-efficacy. Sedangkan sumber mastery experiences (-1,96%), vicarious experiences (0,23%), dan social/verbal persuasion (5,59%) tidak berkontribusi signifikan terhadap self-efficacy.

Peneliti menganjurkan saran bagi pasien pasca stroke agar mengikuti terapi akupuntur dan mengkonsumsi obat-obatan secara rutin dan berusaha menjalani terapi akupuntur dengan pikiran positif. Selain itu juga bagi keluarga, dokter, dan teman-teman pasien agar mendorong pasien untuk rutin mengikuti akupuntur dan mengkonsumsi obat-obatan serta membantu pasien mengenali keadaan fisiknya agar dapat menyadari perubahan fisiknya yang membaik dengan terapi akupuntur


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the contribution of the sources of self-efficacy for self-efficacy to achieve therapy success in patients with post-stroke in Acupuncture Therapy Center "X" in Bandung city. This research is an explanatory research type. Sampling in this research using purposive sampling method and total sample of 40 respondents. The research uses self-efficacy theory of Bandura (2002).

Measuring instruments used in this study was prepared by the researcher based on Bandura's theory. The validity of the measuring instrument is done by using the content validity were performed by 3 experts. The reliability of the measuring instrument was performed using SPSS version 19. The value of the contribution of each source of self-efficacy for self-efficacy is calculated by using the technique of multiple regression analysis.

Based on the analysis performed in this study, it can be concluded that the four sources of self-efficacy simultaneously providing a significant contribution to self-efficacy (26,7%). But after being processed one by one there is a different, physiological and affective states contribute significantly (22,88%) on the self-efficacy. While mastery experiences (-1,96%), vicarious experiences (0,23%), and social / verbal persuasion (5,59%) did not contribute significantly to self-efficacy.

Researchers recommend suggestions for post-stroke patients to follow acupuncture therapy and taking medication regularly and tried acupuncture therapy with positive thoughts. In addition, for families, doctors, and friends of the patient in order to encourage the patient to follow the routine acupuncture and taking medication and help patients recognize physical condition in order to be aware of the physical changes that improved with acupuncture.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 12


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

2.1 Self-Efficacy ... 22

2.1.1 Pengertian Self-Efficacy ... 22

2.1.2 Aspek Self-Efficacy ... 24

2.1.2.1 Pilihan yang dibuat ... 24

2.1.2.2 Usaha yang dikeluarkan ... 24

2.1.2.3 Daya tahan saat menghadapi hambatan dan rintangan ... 25

2.1.2.4 Penghayatan perasaan individu ... 25

2.1.3 Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 25

2.1.3.1 Mastery Experiences ... 26

2.1.3.2 Vicarious Experiences ... 27

2.1.3.3 Verbal Persuasion ... 28

2.1.3.4 Physiological and Affective State... 29

2.2 Stroke... 30

2.2.1 Jenis Stroke ... 30

2.2.2 Ragam Gejala Stroke ... 30

2.2.3 Faktor Resiko Stroke ... 31

2.2.4 Dampak Psikologis Penderita Stroke ... 32

2.3 Terapi Akupuntur ... 33


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 35

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 35

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

3.3.2.1 Definisi Operasional Self-Efficacy... 37

3.3.2.2 Definisi Operasional Sumber – Sumber Self-Efficacy ... 38

3.4 Alat Ukur ... 39

3.4.1 Alat Ukur Sumber – Sumber Self-Efficacy... 39

3.4.2 Alat Ukur Self-Efficacy ... 41

3.4.2 Data Penunjang... 42

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 43

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.6.1 Populasi Sasaran ... 44

3.6.2 Karakteristik Sampel ... 44

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 45

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 46

3.8 Hipotesis Statistik... 47

3.8.1 Hipotesis Mayor ... 48


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 50

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 50

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Mengikuti Terapi Akupuntur ... 51

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Kontribusi Mastery Experiences (X1), Vicarious Experiences (X2), Verbal Persuasion (X3), Physiological and Affective State (X4), dan keempat sumber tersebut secara bersamaan terhadap Self-Efficacy ... 52

4.2.2 Uji Hipotesis ... 53

4.3 Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

5.2.1 Saran Teoritis ... 65

5.2.2 Saran Praktis ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

DAFTAR RUJUKAN ... 68


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pikir ... 19 Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian... 36


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian Item Dalam Kuesioner Sumber – Sumber Self-Efficacy ... 39

Tabel 3.2 Pembagian Item Dalam Kuesioner Self-Efficacy ... 41

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Mengikuti Akupuntur ... 51

Tabel 4.4 Tabel Kontribusi Sumber-sumber Self-efficacy Terhadap Self-efficacy . 52 Tabel 4.5 Signifikansi Sumber-sumber Self-efficacy terhadap Self-efficacy ... 53

Tabel 4.6 Signifikansi Sumber Mastery Experiences terhadap Self-efficacy ... 54

Tabel 4.7 Signifikansi Sumber Vicarious Experiences terhadap Self-efficacy ... 55

Tabel 4.8 Signifikansi Sumber Verbal Persuasions terhadap Self-efficacy ... 55

Tabel 4.9 Signifikansi Sumber Physiological and Affective State terhadap Self-efficacy ... 56


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Self-Efficacy dan Sumber-sumber Self-Efficacy Lampiran 2 Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik Lampiran 4 Regresi Ganda

Lampiran 5 Data Tabulasi Silang (Crosstab) Sumber-sumber Self-efficacy terhadap Self-efficacy

Lampiran 6 Data Tabulasi Silang (Crosstab) Data Penunjang dengan Self-efficacy Lampiran 7 Data Tabulasi Silang (Crosstab) Data Penunjang dengan Sumber -

sumber Self-efficacy

Lampiran 8 Korelasi Data Penunjang dengan Self-efficacy dan Sumber-sumber Self-efficacy


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Hal ini membawa perubahan terhadap gaya hidup dan meningkatnya tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah kebiasaan makan makanan cepat saji, merokok, mengkonsumsi alkohol dan kurangnya waktu berolahraga. Dalam bidang pekerjaan, tuntutan juga semakin tinggi untuk mengimbangi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dapat membuat individu berada dalam kondisi tertekan atau stress. Gaya hidup yang tidak sehat dan keadaan yang stress akibat dunia pekerjaan dapat menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya adalah stroke.

Stroke adalah penyakit pada otak yang terjadi karena adanya gangguan dalam pendistribusian darah ke otak yang akhirnya dapat menyebabkan kelumpuhan dalam fungsi-fungsi tubuh (The Stroke Association, 2006). Penyakit stroke ini menyerang sistem saraf pada manusia, khususnya bagian otak. Stroke menjadi salah satu penyakit mematikan yang sedang menjadi sorotan masyarakat dunia karena jumlah angka penderita dan kematiannya semakin tinggi. Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization), stroke menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan saat ini selain jantung dan kanker, dan


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha jumlahnya semakin meningkat di negara-negara maju khususnya, dan Indonesia temasuk salah satunya. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2007, menyatakan bahwa stroke menjadi salah satu dari penyakit seperti jantung koroner dan kanker yang merupakan pemicu nomor satu kematian di Indonesia. Berdasarkan data Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke di Indonesia semakin penting dan mendesak, karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak di Asia (Ricci, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung (Dinkes), selama tahun 2011, jumlah kasus stroke yang terjadi di seluruh Rumah Sakit di Kota Bandung per bulan Januari-September 2011, mencapai 7.293 kasus sedangkan dari data rekap PusKesMas di seluruh Kota Bandung jumlah kasus stroke sebanyak 435 kasus. Jumlah terbanyak kasus stroke terjadi rata-rata di usia 45-65 tahun ke atas. Seperti contoh dari tiga Rumah Sakit Kota Bandung yaitu, Rumah Sakit Immanuel, RSUD Ujung Berung dan RS Al Islam, berdasarkan data rekap selama bulan Januari sampai September 2011, jumlah penderita stroke yang berusia 45-65 tahun ke atas mencapai 1.680 kasus (Ricci, 2012).

Banyaknya kasus stroke yang terjadi di Indonesia, khususnya Kota Bandung membuat kasus stroke menjadi perhatian para tenaga medis dan juga para psikolog. Stroke memberi dampak yang besar bagi penderitanya. Stroke dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontrol pada fungsi-fungsi tubuhnya dan fungsi-fungsi kognitifnya, termasuk proses-proses mental seperti berpikir, merasakan, atau belajar (The Stroke Association, 2006). Secara medis, seseorang yang telah mengalami stroke tidak dapat kembali normal 100% seperti keadaan


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha tubuhnya yang semula. Hal tersebut membuat para pasien yang telah mengalami stroke (pasca stroke) mencoba berbagai cara pengobatan untuk mengembalikan dan memperbaiki tubuhnya agar setidaknya mereka dapat beraktivitas dengan normal tanpa bantuan orang lain (http://ciricara.com/2012/06/19/ciricara-ciri-ciri-terkena-penyakit-stroke/, diakses tanggal 17 November 2013).

Pasien pasca stroke biasanya melakukan pengobatan secara medis, yaitu farmakoterapi dan fisioterapi. Penanganan awal yang diberikan oleh dokter biasanya dilakukan dengan farmakoterapi. Farmakoterapi adalah tindakan untuk mengkonsumsi obat-obatan dari dokter untuk mengurangi faktor risiko dan mencegah terjadinya serangan stroke berulang. Sedangkan fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), dan pelatihan fungsi. Hal tersebut untuk mempercepat terjadinya pemulihan dan membantu mengurangi kecacatan yang permanen (Putri, 2013).

Selain pengobatan secara medis, ada pilihan pengobatan alternatif untuk membantu proses pemulihan pasca stroke, yaitu akupuntur. Akupuntur merupakan salah satu terapi pengobatan alternatif dalam mengobati beberapa gangguan kesehatan yang disebabkan oleh ketidaknormalan kondisi syaraf ataupun sistem peredaran darah, seperti stroke. Acupuncture Today (April 2005) menuliskan bahwa akupuntur dapat meningkatkan pemulihan fungsi fisik pada pasien pasca stroke. Penelitian menyatakan akupuntur membantu perubahan dalam aliran darah


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha ke otak atau mungkin menstimulasi produksi dari faktor pertumbuhan yang dapat membantu sel syaraf bertahan. Pengobatan dengan akupuntur memberikan hasil bagi para pasien pasca stroke. Mereka yang melakukan pengobatan akupuntur merasakan perubahan pada anggota tubuhnya yang menderita kelumpuhan yang semula kaku dan berat untuk digerakkan kini mengendur dan ringan untuk digerakkan (Fauzi, 2012). Dengan terapi akupuntur, pasien akan merasakan perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan obat-obatan. Hal ini dikarenakan teknik akupuntur langsung menusukkan jarum ke titik meridian/titik akupuntur yang memengaruhi sistem syaraf yang mengalami gangguan, sehingga chi/energi vital yang berfungsi mengarahkan peredaran darah dapat lebih lancar dan pasien dapat merasakan perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan.

Salah satu pusat terapi yang menyediakan pengobatan akupuntur bagi pasien pasca stroke adalah pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung. Pasien yang berobat di pusat terapi akupuntur ini kurang lebih sekitar 45-60 pasien/bulannya. Awalnya pasien yang banyak berobat di tempat ini adalah pasien pasca stroke, tetapi semenjak akupuntur mulai dikenal di kalangan masyarakat maka banyak pasien selain pasien pasca stroke, seperti pasien yang mengalami darah rendah, insomnia, migrain, flu, ingin menurunkan berat badannya, dan lain-lain.

Di pusat terapi akupuntur ini, dokter yang mendalami akupuntur (akupuntur medik) tidak memberikan rancangan pengobatan, seperti berapa lama waktu terapi akupuntur yang dibutuhkan oleh seorang pasien. Pasien dapat datang


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha menurut keinginan dan kebutuhan mereka terhadap terapi akupuntur. Pasien dapat terus berobat bila merasa belum mengalami kesembuhan yang signifikan bagi dirinya.

Di pusat terapi akupuntur ini, disediakan ruang tunggu bagi para pasien sebelum masuk ke ruangan untuk menjalani akupuntur. Di ruang tunggu ini biasanya para pasien maupun sanak saudara yang menggantar saling bertukar cerita. Tidak jarang mereka saling bertanya kondisi pasien dan hal yang dilakukan untuk mencapai kondisi fisik yang lebih baik. Mereka juga saling menyemangati dan memberikan saran-saran untuk mencapai kondisi fisik yang lebih baik. Selain itu dokter di pusat terapi akupuntur ini dalam menangani pasien tidak hanya melakukan teknik akupuntur sesuai dengan penyakit yang dideritanya tetapi juga memberikan dorongan dan semangat agar para pasien tidak putus asa dan dapat melewati kondisi fisiknya yang lemah.

Pasien pasca stroke yang yakin akan mampu melewati kondisi yang buruk ini akan menunjukkan perubahan yang lebih signifikan dibandingkan yang tidak. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pasien yang mengikuti terapi akupuntur, Bapak A mengikuti terapi akupuntur karena dukungan keluarganya. Bapak A tidak yakin bahwa dirinya akan mampu beraktivitas lagi seperti semula karena terserang stroke, sehingga dalam menjalani terapi akupuntur Bapak A malas-malasan dan tidak rutin. Bapak A telah menjalani terapi akupuntur selama tiga tahun, dan menurut akupuntur medik sebenarnya secara fisik Bapak A telah menunjukkan perubahan yang lebih baik dibandingkan pasien lainnya. Tetapi Bapak A merasa tidak mendapat perubahan yang lebih baik dan putus asa akan


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha kondisinya, sehingga menghambat proses penyembuhannya. Sedangkan pasien lain yang yakin akan kesembuhannya walaupun kondisinya lebih parah dibandingkan bapak tadi menunjukkan kemajuan yang lebih cepat.

Keadaan emosi seseorang memiliki keterkaitan dengan kesehatan dan penyakit dalam banyak hal. Seseorang yang memiliki emosi yang positif lebih memungkinkan untuk menjaga kesehatan mereka dan pulih dengan cepat dari penyakit daripada orang yang memiliki emosi negatif. Pada pasien pasca stroke, mereka yang memiliki emosi negatif seperti merasa putus asa dan tidak berdaya, dapat menghambat kemajuan mereka dalam proses penyembuhan (Johnston et al., 1999). Pasien yang menyadari proses pemulihan pasca stroke berlangsung lambat membuat mereka merasa tidak yakin akan kemampuan mereka untuk dapat sembuh dan beraktivitas kembali dengan normal. Pasien pasca stroke membutuhkan keyakinan akan kemampuan mereka untuk dapat mencapai keberhasilan dalam terapi akupuntur. Menurut Bandura (2002), keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk dapat mengatur dan melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang diharapkan disebut sebagai self-efficacy.

Menurut Bandura (2002), self-efficacy seseorang dapat dikembangkan melalui satu atau dari kombinasi empat sumber, yaitu mastery experiences, vicarious experiences, social / verbal persuasion, dan physiological and affective state. Pasien pasca stroke yang mengalami keberhasilan dengan mendapatkan perubahan yang signifikan setelah menjalani terapi akupuntur akan meningkatkan self-efficacynya dibandingkan dengan mereka yang merasa tidak mendapat


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha perubahan apapun dari terapi akupuntur. Keberhasilan yang dialami oleh pasien pasca stroke oleh Bandura termasuk dalam sumber mastery experiences, dimana pengalaman-pengalaman keberhasilan yang dilakukan di masa lalu dapat membentuk keyakinan diri individu.

Pasien pasca stroke yang melihat temannya yang berhasil sembuh melalui terapi akupuntur dan dapat menjalani kehidupan pasca stroke-nya dengan baik, dapat meningkatkan kepercayaan mereka bahwa mereka juga dapat memiliki kemampuan tersebut. Sedangkan mereka yang melihat temannya yang tidak berhasil sembuh dengan terapi akupuntur dan mengalami kesulitan pasca mengalami stroke akan menurunkan penilaian terhadap efficacy mereka dan menurunkan usaha mereka. Pengalaman yang dapat diamati dari model sosial seperti sesama pasien pasca stroke oleh Bandura termasuk dalam sumber vicarious experiences.

Pasien pasca stroke yang mendapat dukungan dari keluarga atau teman-temannya untuk dapat menjalani kehidupan pasca strokenya dengan mandiri dan baik, maka akan meningkatkan self-efficacynya untuk dapat menghadapi penyakitnya. Sedangkan mereka yang tidak mendapat dukungan atau mengalami persuasi bahwa mereka kurang mampu, akan menimbulkan ketidakpercayaan seseorang terhadap kemampuannya sendiri. Dukungan atau persuasi dari lingkungan sekitar oleh Bandura termasuk dalam sumber social/verbal persuasion.

Pada pasien pasca stroke, individu merasa kondisi tubuhnya menjadi lemah dan tidak seperti dulu lagi sehingga berpengaruh terhadap self-efficacynya.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Semakin parah kondisi mereka, semakin kuat depresi yang mereka kembangkan (Diller, 1999). Emosi turut berpengaruh dalam meningkatkan atau menurunkan self-efficacy. Pasien yang memiliki emosi yang stabil, mampu berpikir positif, dan menjauhi stress maka akan meningkatkan self-efficacynya untuk menjalani kehidupan pasca stroke dibandingkan mereka yang memiliki emosi yang tidak stabil, subyektif, dan depresi. Keadaan fisik dan emosional pasien pasca stroke oleh Bandura termasuk dalam sumber physiological and affective state.

Sumber-sumber ini berkontribusi dalam menentukan bagaimana keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk mencapai keberhasilan dalam terapi akupuntur. Individu yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya untuk mencapai keberhasilan terapi dapat dipengaruhi oleh tingginya salah satu atau beberapa sumber tersebut. Begitu pula dengan individu yang kurang yakin akan kemampuan dirinya untuk mencapai keberhasilan terapi dapat dipengaruhi oleh rendahnya salah satu atau beberapa sumber tersebut.

Berdasarkan hasil survey awal peneliti melalui wawancara terhadap 7 orang pasien pasca stroke, didapatkan data bahwa 1 dari 7 pasien (14,29%) di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk mencapai keberhasilan terapi ini dipengaruhi oleh pengalaman keberhasilan pasien, dimana pasien dapat kembali beraktivitas dengan baik melalui terapi akupuntur di pusat terapi akupuntur “X”. Sedangkan 2 dari 7 pasien (28,57%) di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk mencapai keberhasilan terapi ini dipengaruhi oleh pengalaman dari teman-teman pasien yang dapat


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha kembali beraktivitas dengan baik setelah melalui proses terapi akupuntur dan dapat menjalani kehidupan pasca stroke mereka dengan baik dan mandiri.

Sebanyak 2 dari 7 pasien (28,57%) di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk mencapai keberhasilan terapi ini dipengaruhi oleh dorongan dan persuasi dari keluarga dan teman-teman mereka bahwa mereka dapat melalui keadaan pasca stroke ini dengan baik dan dapat berfungsi secara mandiri kembali. Keluarga mereka mendorong pasien untuk melakukan terapi akupuntur dengan cara mengantarnya, menyediakan waktu, dan menemani pasien dalam melewati kondisi pasca stroke. Tak jarang keluarga pasien berasal dari luar kota Bandung, yang sengaja mengantarkan sanak saudaranya untuk berobat di pusat terapi akupuntur ini.

Sebanyak 1 dari 7 pasien (14,29%) di pusat terapi akupuntur “X” di kota Bandung yang merasa kurang yakin dapat mencapai keberhasilan terapi ini dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dan persuasi dari orang-orang terdekatnya. Subyek mengatakan bahwa keluarganya tampak kurang peduli dan tidak membantu subyek dalam melewati masa-masa terapi akupuntur ini. Sedangkan 1 dari 7 pasien (14,29%) di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung yang merasa kurang yakin dapat mencapai keberhasilan terapi ini dipengaruhi oleh kondisi fisiologisnya. Subyek merasa dirinya tidak kunjung membaik selama 3 tahun dan dirinya memiliki penyakit lain, yaitu tekanan darah tinggi yang dapat memperburuk keadaannya.

Berdasarkan uraian diatas, dari 7 orang pasien terdapat 5 orang pasien yang memiliki ciri-ciri self-efficacy yang tinggi dengan sumber yang paling


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha berkontribusi bervariasi, antara lain mastery experiences (1 orang), vicarious experiences (2 orang), dan social / verbal persuasions (2 orang); dan 2 orang pasien yang memiliki ciri-ciri self-efficacy yang rendah dengan sumber yang paling berkontribusi social / verbal persuasions (1 orang) dan physiological and affective state (1 orang). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat variasi sumber-sumber yang berkontribusi terhadap tinggi-rendahnya self efficacy pasien pasca stroke. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui kontribusi sumber-sumber efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kontribusi sumber-sumber self-efficacy yang terdiri dari mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha and affective state terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Kesehatan dan Psikopuntur, mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur.

2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada Pusat Terapi Akupuntur “X” (dokter dan para terapis akupuntur) mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke. Informasi ini dapat digunakan untuk mendorong dan memotivasi pasien sesuai dengan sumber-sumber yang paling berkontribusi bagi pasien pasca stroke.

2. Memberikan informasi kepada keluarga dari pasien pasca stroke yang menjalani terapi akupuntur. Informasi ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam memahami kondisi psikis pasien, khususnya kontribusi


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke.

1.5. Kerangka Pikir

Stroke adalah penyakit pada otak yang terjadi karena adanya gangguan dalam pendistribusian darah ke otak yang akhirnya dapat menyebabkan kelumpuhan dalam fungsi-fungsi tubuh. Seseorang yang mengalami stroke dapat membuatnya kehilangan kontrol pada fungsi-fungsi tubuhnya dan fungsi-fungsi kognitifnya, termasuk proses-proses mental seperti berpikir, merasakan, atau belajar (The Stroke Association, 2006). Setelah mengalami stroke, pasien berada dalam kondisi pasca stroke dimana kondisi tubuh pasien mengalami perubahan seperti bagian tubuh terasa kaku dan sulit untuk digerakkan.

Individu yang berada dalam fase pasca stroke biasanya akan melakukan berbagai pengobatan. Pengobatan yang paling umum dilakukan adalah dengan farmakoterapi dan fisioterapi, tetapi tak jarang para pasien pasca stroke mencoba pengobatan alternatif untuk mempercepat proses pemulihan yaitu dengan terapi akupuntur. Terapi akupuntur dapat mempercepat proses pemulihan pasien karena langsung menusukkan jarum ke sistem syaraf yang terganggu. Salah satu pusat terapi akupuntur yang menyediakan pengobatan akupuntur bagi pasien pasca stroke adalah pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung. Di pusat terapi akupuntur ini, dokter tidak hanya memberikan terapi berdasarkan penyakit yang diderita pasien tetapi juga memberikan semangat dan dukungan bagi pasien agar


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha dapat menjalani proses pemulihan pasca stroke ini. Pasien pasca stroke harus melalui setiap proses terapi akupuntur agar kondisi tubuhnya dapat membaik.

Untuk dapat melalui setiap proses pemulihan pasca stroke, pasien membutuhkan keyakinan akan kemampuannya untuk menjalani terapi akupuntur dan mencapai keberhasilan lewat terapi akupuntur. Keyakinan tersebut dikenal sebagai self-efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif (Bandura, 2002).

Bandura (2002) mengemukakan bahwa self-efficacy memiliki empat aspek yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkannya, daya tahan dalam menghadapi hambatan, dan penghayatan perasaan individu tersebut. Aspek yang pertama yaitu pilihan yang dibuat. Pilihan yang dibuat ini akan menunjukkan apakah individu memiliki goal atau tujuan yang tinggi atau rendah. Pasien pasca stroke yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki tujuan yang tinggi, misalnya untuk rutin terapi akupuntur dan menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sesuai, meminum obat, dan melakukan olahraga. Sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy yang rendah cenderung tidak memiliki tujuan atau goal, mereka hanya pasrah pada keadaan dirinya dan tidak memilih untuk rutin akupuntur. Mereka juga tidak memilih untuk menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sesuai, meminum obat, dan melakukan olahraga.

Aspek yang kedua yaitu usaha yang dikeluarkannya. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha ditetapkan bagi dirinya. Pada pasien pasca stroke yang memiliki self-efficacy tinggi, mereka akan berusaha untuk dapat menjalani terapi akupuntur dengan rutin. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga kesehatan tubuhnya seperti mengkonsumsi makanan yang sesuai, meminum obat, dan melakukan olahraga. Mereka yakin bahwa usahanya dengan rutin menjalani terapi akupuntur dapat membantu memperbaiki kondisi tubuhnya. Sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah, akan memiliki usaha yang rendah juga untuk mencapai goal atau tujuannya. Pada pasien pasca stroke, mereka akan tetap menjalani terapi akupuntur tetapi tidak secara rutin. Mereka juga tidak berusaha untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Mereka menjalani terapi akupuntur karena merasa tidak memiliki harapan lainnya dan dorongan dari orang-orang sekitar.

Aspek yang ketiga adalah daya tahan dalam menghadapi hambatan. Keyakinan seseorang akan dipengaruhi dari bagaimana daya tahan seseorang ketika dihadapkan pada hambatan. Mereka yang memiliki self-efficacy tinggi akan mampu menghadapi hambatan yang ada dengan usaha mereka, sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah akan cenderung mudah menyerah dalam menghadapi hambatan. Pada pasien pasca stroke, mereka yang memiliki self-efficacy tinggi akan mampu bertahan mengikuti terapi akupuntur walaupun hasil pengobatannya tidak langsung terlihat dan terkadang terasa sakit. Mereka juga bertahan untuk menjaga kesehatan walaupun terkadang mengalami kesulitan untuk berolahraga, harus meninggalkan makanan yang mereka sukai, dan meminum obat dengan rutin di tengah kesibukan. Sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah akan mudah menyerah dengan kondisi pasca


(24)

stroke-15

Universitas Kristen Maranatha nya. Mereka menjalani terapi akupuntur dengan pasrah dan mudah menyerah ketika merasa sakit saat terapi akupuntur ataupun saat hasil pengobatan tidak begitu terlihat langsung.

Aspek yang terakhir adalah penghayatan terhadap perasaan. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi mampu mengendalikan perasaan mereka dan terhindar dari stress atau depresi. Sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah akan mudah terserang stress dan depresi. Pada pasien pasca stroke, individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan berusaha mengendalikan rasa sedih dan kecewa dengan kondisi tubuhnya pasca stroke. Mereka berusaha untuk tetap berpikir positif dan menikmati setiap proses dalam terapi akupuntur dan menjaga kesehatan mereka. Pasien pasca stroke yang memiliki self-efficacy rendah cenderung merasa stress dengan kondisi tubuhnya dan pesimis dalam menjalani terapi akupuntur dan menjaga kesehatannya.

Pasien yang memiliki self-efficacy tinggi akan memilih untuk menjalani terapi akupuntur dengan rutin dan menjaga kesehatan tubuhnya. Mereka dapat menjalani kehidupan pasca stroke ini dengan mandiri dan berusaha menjaga kesehatan tubuhnya. Mereka dapat mengendalikan perasaan sedih dan kekecewaan akibat stroke yang dialami dan berpikir positif. Sedangkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah akan menganggap bahwa pilihannya untuk mengikuti terapi akupuntur sia-sia saja dan tidak berusaha untuk mengikutinya dengan rutin. Mereka tidak berusaha untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Mereka tidak dapat mengendalikan perasaannya dan terlarut dalam kesedihan dan depresi saat menjalani kehidupan pasca stroke-nya ini.


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Menurut Bandura (2002), self-efficacy pasien pasca stroke dibangun dari empat sumber utama dari informasi-informasi berupa pengalaman-pengalaman dari lingkungan disekitarnya yang dikelompokkan menjadi mastery experiences, vicarious experiences, social / verbal persuasions, dan physiological and affective states. Keempat sumber self-efficacy tersebut akan diproses secara kognitif oleh pasien pasca stroke. Setelah sumber-sumber self-efficacy diolah melalui proses kognitif, pasien pasca stroke akan memiliki self-efficacy belief yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana pasien menghayati sumber-sumber informasi yang diperoleh.

Mastery experiences merujuk pada pengalaman bahwa seseorang mampu menghadapi situasi tertentu. Keberhasilan membangun keyakinan terhadap efficacy seseorang, sebaliknya kegagalan menghambat efficacy. Pada pasien pasca stroke, mereka yang merasakan keberhasilan melalui pengobatan dan terapi akupuntur akan meningkatkan self-efficacynya dibandingkan dengan mereka yang tidak merasakan keberhasilan dari pengobatan dan terapi akupuntur yang dilakukannya. Keberhasilan yang dialami pasien pasca stroke berupa bagian tubuh yang semula kaku dapat digerakkan dan dapat mulai melakukan aktivitas secara mandiri (makan, mandi, berganti pakaian).

Vicarious Experiences merupakan pengalaman yang dapat diamati dari seorang model sosial. Melihat orang lain yang serupa dengan dirinya mengalami keberhasilan melalui usaha yang terus-menerus dapat meningkatkan kepercayaan seseorang bahwa mereka juga dapat memiliki kemampuan untuk menguasai hal yang kurang lebih sama. Kegagalan orang lain yang serupa dengan dirinya akan


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha menurunkan penilaian terhadap efficacy dan usaha mereka. Pada pasien pasca stroke, mereka yang melihat teman-teman pasien pasca stroke lainnya yang dapat kembali beraktivitas dengan baik setelah melalui proses terapi akupuntur dan dapat menjalani kehidupan pasca stroke mereka dengan mandiri, maka akan meningkatkan keyakinan pada kemampuan dirinya untuk melewati kondisi pasca stroke. Mereka yang melihat temannya (pasien pasca stoke) yang tidak mengalami perubahan dengan terapi akupuntur dan mengalami kesulitan pasca mengalami stroke akan membuat pasien menjadi malas menjalani terapi akupuntur serta menurunkan keyakinannya dalam menghadapi situasi pasca stroke.

Social / verbal persuasions merupakan cara lebih lanjut untuk menguatkan keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Orang-orang yang dipersuasi secara verbal bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menghadapi situasi tertentu cenderung menggerakkan usaha yang lebih besar dan mempertahankannya daripada mereka yang terpaku pada ketidakmampuan diri disaat menghadapi masalah. Begitu pula dengan pasien pasca stroke. Mereka yang dipersuasi oleh keluarga, teman-teman, dan dokter untuk menjalani terapi akupuntur, dan didorong untuk dapat menjalani kehidupan pasca strokenya dengan mandiri, maka akan memiliki keyakinan untuk dapat menghadapi penyakitnya dibandingkan mereka yang tidak mendapat persuasi.

Sumber yang terakhir adalah kondisi fisiologis dan emosi (physiological and affective state). Sebagian orang bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional mereka dalam menilai kemampuan diri sendiri. Stroke menyebabkan melemahnya fisik atau kognitif seseorang, sehingga penyesuaian emosional


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha menjadi sangat sulit. Pasien pasca stroke sangat rentan terhadap depresi (Bleiberg, 1986, Krantz & Deckel, 1983; Newman, 1984b). Semakin parah kondisi mereka, semakin kuat depresi yang mereka kembangkan (Diller, 1999). Hal ini akan menghambat self-efficacy pasien pasca stroke. Individu yang memiliki emosi positif lebih mungkin untuk pulih dengan cepat dari penyakitnya daripada orang yang emosi negatif. Pasien yang memiliki emosi yang stabil, mampu berpikir positif, dan menjauhi stress maka akan meningkatkan self-efficacynya untuk menjalani kehidupan pasca stoke dibandingkan mereka yang memiliki emosi yang tidak stabil, subyektif, dan depresi.

Keempat sumber tersebut berkontribusi dalam membentuk keyakinan diri individu. Pasien pasca stroke dapat meningkatkan atau menurunkan keyakinan dirinya berdasarkan salah satu sumber saja atau kombinasi dari berbagai sumber dalam pembentukan keyakinan diri pasien pasca stroke akan kemampuannya untuk melewati kondisi pasca stroke ini (Bandura, 2002).


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pikir

Pasien Pasca Stroke di Pusat Terapi

Akupuntur “X” di Kota

Bandung

Sumber-sumber

self-efficacy

Mastery Experiences

Vicarious Experiences

Verbal Persuasions

Physiological and affective

state

Self-efficacy - Pilihan yang dibuat - Usaha yang dikeluarkan - Daya tahan dalam menghadapi hambatan - Penghayatan perasaan

Proses Kognitif


(29)

20

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Asumsi

Ada beberapa asumsi dari penelitian ini, yaitu:

1. Pasien pasca stroke yang sedang menjalani akupuntur di pusat terapi

akupuntur “X” di Kota Bandung memiliki self-efficacy yang berbeda-beda,

yaitu tinggi maupun rendah.

2. Self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke yang sedang menjalani akupuntur di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung terdiri dari empat aspek yaitu pilihan yang dibuat individu, usaha yang dikeluarkannya, daya tahan dalam menghadapi hambatan, dan pengendalian terhadap perasaan, yang dapat menentukkan tinggi rendahnya self-efficacy individu.

3. Self-efficacy yang dimiliki oleh pasien pasca stroke berasal dari empat sumber, yaitu mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective state.

4. Pasien pasca stroke dapat meningkatkan atau menurunkan keyakinan dirinya berdasarkan salah satu sumber saja atau kombinasi dari berbagai sumber dalam pembentukan keyakinan diri untuk mencapai keberhasilan terapi pasien pasca stroke akan kemampuannya untuk melewati kondisi pasca stroke ini


(30)

21

Universitas Kristen Maranatha 1.7. Hipotesis Penelitian

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber mastery experiences terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber vicarious experiences terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber social / verbal persuasions terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.  Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber physiological and

affective state terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.


(31)

64 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy yaitu sebagai berikut

1. Keempat sumber self-efficacy secara bersamaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy.

2. Sumber physiological and affective state memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke. Hal ini dikarenakan kesulitan yang dialami pasien pasca stroke terkait dengan kondisi fisik mereka dan dapat memengaruhi keadaan emosional pasien pasca stroke.

3. Sumber mastery experiences, vicarious experiences, dan verbal persuasions memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap self-efficacy pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke.

4. Jenis kelamin, usia, dan lama mengikuti terapi akupuntur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan self-efficacy pasien pasca stroke.

5. Usia dan lama mengikuti terapi akupuntur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sumber-sumber self-efficacy, sedangkan jenis kelamin


(32)

65

Universitas Kristen Maranatha memiliki hubungan yang signifikan dengan sumber verbal persuasions dan physiological and affective state.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung, peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan yaitu :

5.2.1. Saran teoritis

1. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai perbandingan antara pasien yang mengikuti terapi akupuntur dan yang tidak mengikuti terapi akupuntur.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai perbandingan pasien pasca stroke yang memiliki sumber physiological and affective state saja dan yang memiliki keempat sumber tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan variabel yang sama tetapi pada pasien yang menderita penyakit kronis yang berbeda.

4. Bagi penelitian selanjutnya, alat ukur dalam penelitian ini dapat dikembangkan lagi.


(33)

66

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran praktis

1. Bagi pasien pasca stroke dapat dipertimbangkan untuk mengikuti akupuntur dengan rutin dan mengkonsumsi obat-obatan secara rutin dan berusaha untuk berpikir positif dalam menjalani kondisi pasca stroke. 2. Bagi pihak yang menangani pasien di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota

Bandung, keluarga, dan teman-teman dapat mempertimbangkan untuk mendorong pasien agar rutin mengikuti terapi akupuntur dan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter serta membantu pasien dalam mengenali keadaan fisiknya agar pasien dapat menyadari perubahan fisiknya yang membaik dengan terapi akupuntur.

3. Bagi Kepala di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung dan para asistennya dapat mempertimbangkan untuk memberikan pelayanan kepada pasien secara medis dan emosional seperti bersedia mendengarkan pasien dan memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat meningkatkan kondisi emosional pasien pasca stroke dan dapat juga dilakukan penyuluhan bagi keluarga atau kerabat dari pasien pasca stroke agar dapat mendukung pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke.


(34)

67 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self Efficacy – The Exercise Of Control. New York: W.H Freeman and Company

Fakultas Psikologi UKM. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung: UKM Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi

Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

Kaplan, Robert & Dennis P. Saccuzzo. 2009. Psychologycal Testing: principles, Applications, and Issues, 7th Edition. USA: Wadsworth.

Korpershoek, Corrie, Jaap van der Bijl & Thora B. Hafsteinsdottir. 2011. Self-efficacy and its influence on recovery of patients with stroke:a systematic review. Netherlands: Blackwell Publishing Ltd

Lumbantobing. 2001. Stroke: Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Maujean, Francoise Annick. 2011. An Investigation of the Relationship between Self-Efficacy and Well-Being in Stroke Survivors. Australia: Griffith

University

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sarafino, Edward P. 2008. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. America: John Wiley & Sons, Inc

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta


(35)

68 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ricci, Ignacio. 2012. You Heal This Your Future.

http://youehealthisyourfuture.wordpress.com/2012/05/. diakses tanggal 10 April 2013

Putri, Eva. 2013. Tentang Penyakit Stroke dan Pengobatannya. http://terapipenyakitstroke.com/. diakses tanggal 16 April 2013 Salman, Onna. 2013. Akupuntur Untuk Mengobati Stroke.

http://artikelkesehatanwanita.com/akupuntur-untuk-mengobati-stroke.html. diakses tanggal 16 April 2013

Fauzi. 2012. Akupunktur pada Trigger Points , Harapan Baru bagi Penderita Stroke untuk Meraih Kembali Mobiltasnya.

http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/12/18/akupunktur-pada- trigger-points-harapan-baru-bagi-penderita-stroke-untuk-meraih-kembali-mobiltasnya-517750.html. diakses tanggal 10 April 2013

Kartono, Natalia. 2011. Peran Pemberian Materi Soft-Skill Dalam Program Orientasi Karyawan Baru Terhadap Self-Efficacy Pada Institusi Pendidikan X. Skripsi. Jakarta: Binus University.

Wijaya, Reginavasi. 2009. Studi Deskriptif Self-Efficacy Pada Wanita Karir Yang Menderita Kanker Payudara Setelah Masektomi Di Rumah Sakit “X” Kota Jakarta. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha

Aprodita, Nindya Putri. 2015. Kontribusi Jenis-jenis Dukungan Sosial Terhadap Dimensi-dimensi Psychological Well Being pada Lansia di Panti “X” Kota Sukabumi. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha


(1)

21

Universitas Kristen Maranatha

1.7. Hipotesis Penelitian

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber mastery experiences terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber vicarious experiences terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.

Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber social / verbal persuasions terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.  Terdapat kontribusi yang signifikan antara sumber physiological and

affective state terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung.


(2)

64 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy yaitu sebagai berikut

1. Keempat sumber self-efficacy secara bersamaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy.

2. Sumber physiological and affective state memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke. Hal ini dikarenakan kesulitan yang dialami pasien pasca stroke terkait dengan kondisi fisik mereka dan dapat memengaruhi keadaan emosional pasien pasca stroke.

3. Sumber mastery experiences, vicarious experiences, dan verbal persuasions memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap self-efficacy pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke.

4. Jenis kelamin, usia, dan lama mengikuti terapi akupuntur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan self-efficacy pasien pasca stroke.

5. Usia dan lama mengikuti terapi akupuntur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sumber-sumber self-efficacy, sedangkan jenis kelamin


(3)

65

Universitas Kristen Maranatha

memiliki hubungan yang signifikan dengan sumber verbal persuasions dan physiological and affective state.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy untuk mencapai keberhasilan terapi pada pasien pasca stroke di pusat terapi akupuntur “X” di Kota Bandung, peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan yaitu :

5.2.1. Saran teoritis

1. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai perbandingan antara pasien yang mengikuti terapi akupuntur dan yang tidak mengikuti terapi akupuntur.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai perbandingan pasien pasca stroke yang memiliki sumber physiological and affective state saja dan yang memiliki keempat sumber tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan variabel yang sama tetapi pada pasien yang menderita penyakit kronis yang berbeda.

4. Bagi penelitian selanjutnya, alat ukur dalam penelitian ini dapat dikembangkan lagi.


(4)

66

Universitas Kristen Maranatha

5.2.2. Saran praktis

1. Bagi pasien pasca stroke dapat dipertimbangkan untuk mengikuti akupuntur dengan rutin dan mengkonsumsi obat-obatan secara rutin dan berusaha untuk berpikir positif dalam menjalani kondisi pasca stroke. 2. Bagi pihak yang menangani pasien di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota

Bandung, keluarga, dan teman-teman dapat mempertimbangkan untuk mendorong pasien agar rutin mengikuti terapi akupuntur dan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter serta membantu pasien dalam mengenali keadaan fisiknya agar pasien dapat menyadari perubahan fisiknya yang membaik dengan terapi akupuntur.

3. Bagi Kepala di Pusat Terapi Akupuntur “X” di Kota Bandung dan para asistennya dapat mempertimbangkan untuk memberikan pelayanan kepada pasien secara medis dan emosional seperti bersedia mendengarkan pasien dan memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat meningkatkan kondisi emosional pasien pasca stroke dan dapat juga dilakukan penyuluhan bagi keluarga atau kerabat dari pasien pasca stroke agar dapat mendukung pasien pasca stroke dalam menjalani kondisi pasca stroke.


(5)

67 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self Efficacy – The Exercise Of Control. New York: W.H Freeman and Company

Fakultas Psikologi UKM. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung: UKM Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi

Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

Kaplan, Robert & Dennis P. Saccuzzo. 2009. Psychologycal Testing: principles, Applications, and Issues, 7th Edition. USA: Wadsworth.

Korpershoek, Corrie, Jaap van der Bijl & Thora B. Hafsteinsdottir. 2011. Self-efficacy and its influence on recovery of patients with stroke:a systematic review. Netherlands: Blackwell Publishing Ltd

Lumbantobing. 2001. Stroke: Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Maujean, Francoise Annick. 2011. An Investigation of the Relationship between Self-Efficacy and Well-Being in Stroke Survivors. Australia: Griffith

University

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sarafino, Edward P. 2008. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. America: John Wiley & Sons, Inc

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

68 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Ricci, Ignacio. 2012. You Heal This Your Future.

http://youehealthisyourfuture.wordpress.com/2012/05/. diakses tanggal 10 April 2013

Putri, Eva. 2013. Tentang Penyakit Stroke dan Pengobatannya. http://terapipenyakitstroke.com/. diakses tanggal 16 April 2013 Salman, Onna. 2013. Akupuntur Untuk Mengobati Stroke.

http://artikelkesehatanwanita.com/akupuntur-untuk-mengobati-stroke.html. diakses tanggal 16 April 2013

Fauzi. 2012. Akupunktur pada Trigger Points , Harapan Baru bagi Penderita

Stroke untuk Meraih Kembali Mobiltasnya.

http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/12/18/akupunktur-pada- trigger-points-harapan-baru-bagi-penderita-stroke-untuk-meraih-kembali-mobiltasnya-517750.html. diakses tanggal 10 April 2013

Kartono, Natalia. 2011. Peran Pemberian Materi Soft-Skill Dalam Program Orientasi Karyawan Baru Terhadap Self-Efficacy Pada Institusi Pendidikan X. Skripsi. Jakarta: Binus University.

Wijaya, Reginavasi. 2009. Studi Deskriptif Self-Efficacy Pada Wanita Karir Yang Menderita Kanker Payudara Setelah Masektomi Di Rumah Sakit “X” Kota Jakarta. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha

Aprodita, Nindya Putri. 2015. Kontribusi Jenis-jenis Dukungan Sosial Terhadap Dimensi-dimensi Psychological Well Being pada Lansia di Panti “X” Kota Sukabumi. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha