ANALISIS NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR :Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung.

(1)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ANALISIS NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM

PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

LUTMA RANTA ALLOLINGGI 1103120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan

Dalam Pembelajaran IPS

Di Sekolah Dasar

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Oleh

Lutma Ranta Allolinggi S.E. UKI Toraja, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Lutma Ranta 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)


(4)

iv

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALYSIS OF ENTREPRENEURSHIP VALUES IN THE SOCIAL STUDIES LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL

(Case Study in Class IV, SDPN Pajagalan 58 Bandung)

ABSTRACT

Entrepreneurship education program is government program which is implemented in each education level. Implementation of entrepreneurship values on learning in elementary school is part of effort to socialize entrepreneurship, in order that our community can develop themselves later to become the individual who capable in fulfilling the independence and become the generation who are hoped can create occupation field. This study aim to examine how far Social Studies learning can provide space in growing entrepreneurship values in elementary school students through qualitative approach by case study method. This study was conducted in SDPN Pajagalan 58 Bandung as a school for piloting character education and entrepreneurship education in elementary school level. The focus of this study addressed to person who responsible to the program, teachers and students in class IV of elementary school. Subject in this study are one person who responsible to entrepreneurship education program, one Social Studies lesson teacher, and seventeen students.

Based on result of study, it is known that entrepreneurship education program in SDPN Pajagalan 58 Bandung has been designed as well as possible to become school program which is implemented continually. Entrepreneurship values have been contained in school activities in the form of extra curricular activity, programmed activity and inuring activity. For planning of Social Science learning which contain entrepreneurship values, it is started from syllabus making and RPP which contain entrepreneurship values. The implementation of learning in class is done in accord with learning plan by more providing space for students to develop their personality. The assessment which is done in learning which contain this entrepreneurship values is done through observation and next students absence cheque is done. The result of researcher observation during in field found that during the learning take place, students have shown entrepreneurship attitude/character namely honest, discipline, self confident, leadership, creative, self supporting, hard working, responsible, curious, communicative and collaborative. The main problem which is faced by teacher in this learning is planning which is done by teacher has not been maximal and has not been fully implemented in learning.

It is hoped that the result of this study can give advantage for development of entrepreneurship education program in elementary school level particularly in


(5)

v

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

development of Social Studies in SDPN Pajagalan 58 Bandung, and to become evaluation material for Education Official, Bandung City.

Keywords: Social Studies, Entrepreneurship Education, Elementary School

ANALISIS NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

ABSTRAK

Program pendidikan kewirausahaan adalah program pemerintah yang dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan. Implementasi nilai-nilai kewirausahaan pada pembelajaran di sekolah dasar merupakan bagian dari upaya memasyarakatkan kewirausahaan, sehingga masyarakat kita nantinya dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang handal dalam mengisi kemerdekaan dan menjadi generasi yang diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana pembelajaran IPS dapat memberikan ruang dalam menumbuhkan nilai kewirausahaan pada siswa sekolah dasar melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

Penelitian ini dilakukan di SDPN Pajagalan 58 Bandung selaku sekolah piloting pendidikan karakter dan pendidikan kewirausahaan tingkat sekolah dasar. Fokus penelitian ini ditujukan kepada penanggungjawab program, guru dan siswa di kelas IV sekolah dasar. Subjek dalam penelitian ini yaitu satu orang penanggungjawab program pendidikan kewirausahaan, satu orang guru mata pelajaran IPS dan tujuh belas siswa.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa program pendidikan kewirausahaan di SDPN Pajagalan 58 Bandung telah dirancang dengan baik menjadi program sekolah yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Nilai-nilai kewirausahaan telah dimuat di dalam kegiatan-kegiatan sekolah berupa kegiatan ektrakurikuler, kegiatan terprogram dan kegiatan pembiasaan. Untuk perencanaan pembelajaran IPS yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan di mulai dari pembuatan silabus dan RPP yang memuat nilai kewirausahaan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas dilakukan sesuai rencana pembelajaran dengan lebih banyak memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan kepribadiannya. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran yang bermuatan nilai kewirausahaan ini dilakukan melalui pengamatan dan selanjutnya dilakukan cek terhadap absensi siswa. Hasil pengamatan peneliti selama dilapangan menemukan bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, siswa telah memperlihatkan


(6)

vi

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sikap/karakter wirausaha yaitu sikap jujur, disiplin, percaya diri, kepemimpinan, kreatif, mandiri, kerja keras, tanggung jawab, rasa ingin tahu, komunikatif ,dan kerja sama. Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran ini adalah perencanaan yang di buat oleh guru belum maksimal dan belum sepenuhnya dapat diterapkan di dalam pembelajaran.

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan program pendidikan kewirausahaan di tingkat sekolah dasar secara khusus didalam pengembangan pembelajaran IPS di SDPN Pajagalan 58 Bandung, juga menjadi bahan evaluasi bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung.


(7)

x

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 12

1. Pengertian Pendidikan IPS ... 12

2. Tujuan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 14

3. Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS ... 17

B. Proses Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 30

1. Perencanaan Pembelajaran ... 30

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 32

3. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ... 35

C. Program Pendidikan Kewirausahaan ... 38

1. Kebijakan Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan Di Sekolah Dasar ... 38

2. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Dasar ... 40

D. Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan di Sekolah Dasar ... 54


(8)

xi

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 60

A. Metode Penelitian ... 60

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 65

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Sumber Data ... 66

2. Teknik Pengumpulan Data ... 68

D. Teknik Analisis Data ... 72

1. Reduksi Data ... 73

2. Penyajian Data ... 73

3. Kesimpulan dan Verifikasi ... 73

BAB IV PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil Penelitian ... 74

1. Perencanaan Program Pendidikan Kewirausahaan ... ... 75

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 90

3. Penilaian Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 98

4. Masalah yang Dihadapi dan Solusi yang Telah Dilakukan Di SDPN Pajagalan 58 ... 102

B. Pembahasan ... 102

1. Perencanaan Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 106

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 112

3. Penilaian Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 114

4. Masalah dan Solusi dalam Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 124

A. Simpulan ... 124

B. Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128


(9)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dinyatakan bahwa:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Program pendidikan kewirausahaan adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk membudayakan kewirausahaan di dalam dunia pendidikan formal. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA bahkan sampai ke Perguruan Tiggi, sejalan dengan butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pada perioritas 2 dikatakan bahwa: Pendidikan, yaitu: peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat.

Pembangunan di dunia pendidikan diarahan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga kerja terdidik dengan kemampuan; 1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan, 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja. Untuk itu, substansi inti program


(10)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aksi di bidang pendidikan yang terkait dengan pendidikan kewirausahaan adalah penataan ulang kurikulum sekolah yang dapat mendorong menciptakan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan di dalam pendidikan formal.

Arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dimaksudkan untuk penerapan metode pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Realita di lapangan, sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk kewirausahaan. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha yang masih relatif sedikit, dan terjadinya degradasi moral.

Angka pengangguran yang masih cukup tinggi merupakan salah satu persoalan yang belum terselesaiakan sampai saat ini. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan pada bulan februari tahun 2012 berada pada kisaran 7,6 juta orang. Dari data tersebut terbagi atas 1,61 persen orang yang belum pernah sekolah, 7,75 persen orang yang tidak tamat SD, 18,58 persen orang tamatan SD, 22,54 persen orang tamatan SLTP, 26,05 persen orang tamatan SLTA umum, 13,00 persen orang tamatan SLTA kejuruan, 3,32 persen orang tamatan Diploma, dan 7,11 persen tamatan universitas. Setahun kemudian jumlah tersebut hanya mengalami sedikit penurunan yaitu pada bulan februari 2013 sekitar 7,1 juta orang, dimana untuk pengangguran yang belum perah sekolah berada di kisaran 1,53 persen, yang tidak tamat SD berada pada angka 7,16 persen, sedangkan untuk tamatan SD mengalami kenaikan yaitu sekitar 19,82 persen, untuk tamatan SLTP juga naik di kisaran 25,41 persen, untuk tamatan SLTA umum mengalami sedikit penurunan yaitu di kisaran 25,68 persen, SLTA


(11)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kejuruan dikisaran 11,81 persen, Diploma sekitar 2,68 persen, dan terakhir untuk tamatan Universitas berada pada angka 5,88 persen.

Melihat data tersebut diatas, maka semua pihak mempunyai peran untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi tingkat pengangguran tersebut, sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Tingkat pengangguran tersebut masih sulit untuk mengalami penurunan karena angkatan kerja yang ada saat ini semakin bertambah jumlahnya dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Selain dari pada itu, keterampilan yang dimiliki oleh setiap usia produktif yang siap untuk bekerja masih relatif terbatas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut yaitu melalui penerapan pendidikan kewirausahaan sedini mungkin di dalam lingkup pendidikan, termasuk di sekolah dasar sehingga karakter kewirausahaan siswa dapat terbentuk dari awal. Suryana (2011: 4) mengatakan bahwa:

Peran dan fungsi kewirausahaan dapat dilihat melalui dua pendekatan yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Selain dari pada itu, program pendidikan kewirausahaan di sekolah bertujuan untuk:

1. Memperkuat pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini (the existing curriculum ) di setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan usia dini sampai dengan sekolah menengah atas dan Pendidikan Non Formal (PNF) dengan cara memperkuat metode pembelajaran dan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan.


(12)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengkaji Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan dan kurikulum mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non formal dalam rangka pemetaan ruang lingkup kompetensi lulusan yang terkait dengan pendidikan kewirausahaan.

3. Merumuskan rancangan pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non formal.

Berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), pembinaan karakter wirausaha juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter wirusaha di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain lulusan pendidikan diharapkan memiliki karakter, sikap, minat, dan perilaku wirausaha yang tinggi.


(13)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya untuk penerapan pendidikan kewirausahaan di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara: (a) menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, maupun pengembangan diri, (b) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan jiwa dan karakter wirausaha serta menumbuhkan kemampuan berwirausaha, (c) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.

Sekolah Dasar (SD) sebagi jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang dilaksanakan dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 diharapkan mampu memberi ruang dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk memasyarakatkan kewirausahaan di dunia pendidikan. Melalui sitem pembelajaran yang di gunakan di SD saat ini yaitu KTSP yang berisi kerangka acuan yang memuat standat isi dan standar kompetensi yang dapat dijadikan wadah bagi pengembangan pendidikan kewirausahaan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang sekolah dasar. Sedangkan standar kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran.

Dalam muatan KTSP tersebut terdapat sejumlah mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, diantaranya adalaha mata pelajaran IPS. Tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar ini berorientasi kepada siswa melalui tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar selama ini aspek kognitif dan psikomotor dapat di capai dengan baik tetapi aspek afektif masih kurang maksimal karena sistem pembelajaran yang hanya menyelesaikan materi saja. Menurut Nana Supriatna, dkk (2009) aspek afektif ini


(14)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkenaan dengan sikap, nilai dan moral dari siswa, dimana dengan memberi ketiga cakupan aspek ini diharapkan siswa menjadi pribadi yang utuh., sehingga melalui pembelajaran IPS akan diharapkan mampu dalam menjawab persoalan-persoalan yang bersifat nasional dan global termasuk dalam hal pembangunan di Indonesia.

Pembelajaran yang berbasis nilai sudah dikembangkan sejak dulu, dimana nilai-nilai itu sendiri di muat dalam setiap mata pelajaran. Nilai yang saat ini menjadi fokus pencapaian pendidikan di semua jenjang adalah karakter. Di sampimg itu nilai-nilai kewirausahaan telah di upayakan untuk diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan. Secara khusus di sekolah dasar, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2010) nilai-nilai karakter dan kewirausahaan sudah dimuat didalamnya dan diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran yang dikembangkan lebih jauh oleh masing-masing tenaga pengajar.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hany Handayani (2012) dan Marta Sumarsih (2012) di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), di simpulakan bahwa pendidikan kewirausahaan pada dasarnya memberikan manfaat yang signifikan terhadap perkembangan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian Hany Handayani di TK Negeri Pembina Centeh kota Bandung yang menfokuskan penelitiannya pada anak-anak PAUD dan guru menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan nilai-nilai kewirausahaan dapat di implementasikan di semua jenjang pendidikan, termasuk di PAUD dengan menggunakan perencanaan dan pola pembelajaran yang berbeda dari perencanaan pembelajaran biasa. Pola pembelajaran dan perencanaan yang dibuat berebeda tersebut mampuh mengembangkan dan membudayakan nilai-nilai kewirausahaan pada diri masing-masing anak didik. Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajarannya mengembangkan 11 nilai kewirausahaan yaitu,


(15)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mandiri, kreatif, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu yang tinggi, komunikatif, jujur, inovatif, kepemimpinan, kerjasama, dan kerja keras.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Marta Sumarsih di TK Santa Ursula Bandung di fokuskan pada tenaga pendidik, dimana program pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurship) yang di terapkan merupakan aplikasi dari program entrepreneurship yang di rancang oleh Ciputra Entrepreneurship School (CES) dan selanjutnya di kembangkan di TK Santa Ursula. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya kemampuan yang baik yang dimiliki oleh tenaga pengajar dalam menerapkan pendidikan entrepreneurship maka akan memaksimalkan penanaman nilai-nilai entrepreneurship kepada setiap anak.

Bertolak dari kedua penelitian tersebut diatas maka peneliti mencoba untuk mengkaji sejauh mana pencapaian pendidikan kewirausahaan ini di tingkat sekolah dasar dengan menfokuskan penelitian pada mata pelajaran IPS, sebab pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai kewirausahaan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Setiap materi pelajaran di sekolah dasar telah diupayakan untuk di isi dengan muatan nilai, baik itu karakter maupun nilai-nilai kewirausahaan. Termasuk dalam mata pelajaran IPS nilai-nilai kewirausahaan di implementasikan pada setiap tingkatan, mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi, untuk membentuk dan mengembangkan jiwa kewirausahaan yang ada pada diri anak. Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya ajakan untuk memasyarakatkan kewirausahaan di semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD sampai pada jenjang Perguruan Tinggi. Pembelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan untuk membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah


(16)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial.

Permasalahan yang terjadi bahwa proses pembelajaran IPS di sekolah dasar yang berlangsung selama ini masih mengalami kendala dalam mencapai tujuan dari setiap pembelajaran tersebut. Penanaman nilai kewirausahaan dalam pembelajaran IPS belum menunjukkan hasil yang maksimal. Disamping itu guru yang terkadang masih dominan dalam pembelajaran menjadikan siswa hanya menjadi pendengar dan kurang aktif dalam mempraktekkan materi pembelajaran secara langsung. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kenyataan lain yang terjadi di lapangan bahwa pembelajaran yang bermuatan nilai di sekolah dasar masih sulit untuk diterapkan, sebab masih banyak kendala yang dihadapi terutama oleh tenaga pengajar. Muatan nilai kewirausahaan di sekolah dasar sebagai salah satu nilai yang dapat membentuk kepribadian anak juga kurang memperoleh perhatian, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat umum. Dalam dunia pendidikan, sangat sedikit sekali pendidik yang peduli dalam memperhatikan penumbuhan karakter dan perilaku wirausaha peserta didik, pada umumnya para pendidik hanya berorientasi pada menyiapkan tenaga kerja bukan menyiapkan para wirausaha.

Mengingat pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan di sekolah dasar belum mampu membentuk nilai-nilai luhur karakter bangsa dan perilaku wirausaha maka pembelajaran bermuatan nilai-nilai kewirausahaan harus benar-benar dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga ke tujuh belas nilai sikap yang melekat di dalam kewirausahaan yang dapat ditanamkan di dalam setiap materi pembelajaran. Nialai-nilai tersebut yaitu: mandiri, kreatif, berani menanggung resiko, beroreintasi pada tindakan, kepemimpinan, jujur, disiplin, kerja keras, inovatif, percaya diri, ulet, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, dan


(17)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanggung jawab. Implementasi nilai-nilai kewirausahaan pada pembelajaran di sekolah dasar merupakan bagian dari upaya memasyarakatkan kewirausahaan, sehingga masyarakat kita nantinya dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang handal dalam mengisi kemerdekaan dan menjadi generasi yang diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang antara lain meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, 2) lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3) lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa kewirausahaan.

Penelitian ini mengakaji salah satu lembaga yang menjadi sekolah rintisan (Pilot Project) pemerintah dalam mengembangkan program pendidikan nilai-nilai kewirausahaan pada tingkat sekolah dasar yaitu SDPN Pajagalan 58 Bandung. Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini akan coba menganalisis sejauh mana penerapan nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran IPS di SDPN Pajagalan tersebut dilaksanakan.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini berawal dari latar belakang di atas dan dari hasil observasi ke Dinas Pendidikan Kota Bandung, di temukan informasi bahwa proses pembelajaran di SDPN Pajagalan 58 telah menerapkan pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan, sebab sekolah ini adalah sekolah pilot project pendidikan kewirausahaan. Dari temuan awal tersebut, selanjutnya peneliti melakukan observasi ke SDPN Pajagan 58 dan di dapatkan lagi informasi dari penanggungjawab program Pendidikan Kewirausahaan bahwa SDPN Pajagalan 58 sudah kurang lebih tiga tahun menerapkan program


(18)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan kewirausahaan, maka hal ini di anggap mampu memberikan konstribusi bagi pengembangan pendidikan secara khusus dalam penerapan pembelajaran bermuatan nilai pada jenjang sekolah dasar yang ada di Bandung.

Demikian juga aspek skill dan kewirausahaan akan bisa diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, manakala pembelajaran itu sendiri dapat direspon secara positif oleh siswa. Berdasarkan pemahaman bahwa nilai-nilai kewirausahaan mampu membentuk kepribadian siswa sekolah dasar untuk memiliki jiwa usaha, maka penelitian ini di fokuskan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan, hasil pembelajaran, serta masalah dan solusi apa yang dilakukan oleh sekolah dalam penerapan pembelaran bermuatan nilai-nilai kewirausahaan.

Untuk itu maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan dierapkan di sekolah dasar?”. Bertolak dari fokus masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan yang dilaksanakan di SDPN Pajagalan 58 Bandung? 4. Masalah-masalah apa yang di hadapi dan solusi yang telah dilakukan di

SDPN Pajagalan 58 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai-nilai kewirausahaan termuat di dalam pembelajaran di SDPN Pajagalan 58 Bandung, secara khusus pada pembelajaran IPS di kelas IV dan memperoleh gambaran tentang perilaku nilai-nilai kewirausahaan pada diri anak. Berdasarkan


(19)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hal tersebut dan mengacu kepada pertanyaan penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi empiris tentang:

1. perencanaan pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung.

2. pelaksanaan pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa SDPN Pajagalan 58 Bandung.

3. penilaian pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan yang dilaksanakan di SDPN Pajagalan 58 Bandung.

4. masalah-masalah apa yang dihadapi dan solusi yang telah dilakukan di SDPN Pajagalan 58 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa sekolah dasar. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan sehingga dapat membantu proses pembentukan sikap dan perilaku siswa yang tidak lepas dari nilai-nilai kewirausahaan. Temuan-temuan penelitian juga dapat digunakan dalam pengembangan teoritis, atau untuk mengkaji konsep-konsep baru dalam pengembangan pembelajaran di sekolah dasar, secara khusus pembelajaran IPS.

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar. Sebagai bahan umpan balik bagi pengembangan kurikulum SD agar sesuai dengan tujuannya yaitu menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada anak di usia sekolah dasar. Juga sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam upaya untuk membina dan mengembangkan pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki sikap, moral dan perilaku yang tinggi dan memiliki kecakapan hidup (life skils) dalam perkembangan jaman yang sangat kompetitif.


(20)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Tesis

Dalam penulisan tesis ini, peneliti membagi kedalam unsur-unsur sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian , manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II yaitu kajian teori terdiri atas kajian teori yang digunakan sebagai dasar penelitian untuk membahas fokus masalah yang diteliti. Bab III yaitu metode penelitian yang terdiri atas metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV mengenai pembahasan yang terdiri atas hasil penelitian, dokumen-dokumen yang di dapatkan dilapangan, dan dilanjutkan dengan analisis pembahasan hasil temuan. Bab V yaitu penutup berisi simpulan dan rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah di bahas.


(21)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Analisa Pembelajaran IPS Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan pada siswa sekolah dasar merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan kepada pengamatan, wawancara dan penelaahan data. Pendekatan kualitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada pengunaan ukuran dan standar kualitatif yang secara konsisten dan dilakukan melalui studi kasus. Studi kasus pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang kondisi objektif siswa pada sekolah dasar dalam membiasakan dan membuadayaan nilai-nilai kewirausahaan di dalam kehidupan siswa sehari-hari. Adapun yang mendasari dipergunakannya pendekatan kualitatif ini adalah masalah yang dikaji mengenai muatan nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar.

Menurut Kirk dan Miller (Moleong, 2012; 2) “istilah penelitian kualitatif pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif”. Lebih lanjut Kirk dan Miller mendefenisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengethuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Bogman dan Taylor (Zainal Arifin 2012: 140) mengemukakan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Moleong (2012: 6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.


(22)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu karena masalah yang dicermati adalah suatu bentuk realita yang abstrak, dimana indikatornya hanya dapat diketahui melalui ucapan, sikap moralitas dan perilaku atau tindakan.

Menurut Moleong (2012: 26), Penelitian lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan' untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau “in situ”. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatanberperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.

Lebih lanjut Moleong (2012: 7) mengemukakan fungsi dan manfaat dari penelitian kualitatif untuk keperluan:

1. Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefenisikan secara baik dan kurang dipahami.

2. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional 3. Untuk penelitian konsultatif

4. Memahami isu-isu rumit sesuatu proses

5. Memeahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang

6. Untuk memahami isu-isu yang sensitif 7. Untuk keperluan evaluasi

8. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif

9. Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian

10. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum bnyak diketahui

11. Digunakan untuk menemukan presfektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui

12. Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam 13. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar

belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi 14. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal


(23)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya

Kemudian dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan oleh Moleong (2012: 8) ditemukan hasil kajian yang sintetis antara pendapat Bogdan dan Biklen serta Lincoln dan Guba mengenai ciri penelitian kualitaitf sebagai berikut;

1. Latar Alamiah

Penelitian kualitatif pada latar alamiah karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.

2. Manusia Sebagai Alat (Instrumen)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan-manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian untuk kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan.

Peran peneliti merupakan instrumen utama pada pendekatan penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data penelitian di lapangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Moleong (2012:168 mengatakan bahwa "kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian".

Lebih lanjut dikatakan Moleong (2012:169) bahwa manusia sebagai instrumen mencakup segi reponsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, menasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengiktisiarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim. Sejumlah instrumen pendukung juga telah disiapkan untuk membantu peneliti selaku instrumen utama dalam mengumpulkan data dan informasi


(24)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Instrumen ini terdiri dari pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.

3. Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan kerena beberapa pertimbangan; Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudahapabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengauh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 4. Analisis Data Secara Induktif

Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan: pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

5. Teori dan Dasar (Grounded theory)

Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak ada teori a priori yang dapat mencakupi kenyatan-kenyataan jamak yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral. Ketiga, teori dari-dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.


(25)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Deskriptif

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabiladiamati dalam proses. Dengan kata lain peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali.

8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan kenyataan jamak yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi anatara peneliti dan fokus. 9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data

Penelitian kualitatif meredifinisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim diguanakan dalam penelitian klasik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, validitas internal cara lama telah gagal karena hal itu menggunakan isomorfisme anatara hasil penelitian dan kenyataan tunggal di mana penelitian dapat dikonvergensikan. Kedua, validitas eksternal gagal karena tidak taat-asas dengan aksioma dasar dari generalisasinya. Ketiga, kriteria reliabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan atas desain yang dapat berubah-ubah. Keempat, kriteria objktivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru memberi kesempatan interaksi antara peneliti-responden dan peranan nilai.


(26)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kualitatif tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak dilapangan. Kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan. Ketiga, bermacam-macam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan.

11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama

Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, susunan keyataan dari merekalah yang akan diangkat oleh peneliti. Kedua, hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara pencari dengan yang dicari. Ketiga, konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.

Selain itu penelitian kualitatif juga merupakan pendekatan penelitian yang memadang suatu kenyataan sosial sebagai sesuatu yang utuh, dinamis dan penuh makna. Penelitian ini dilakukan pada setting yang alamiah (natural setting) bukan dalam setting yang didesain sedemikian rupa seperti yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. Oleh karenanya, pendekatan penelitian ini juga merupakan penelitian naturalistik yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Pada prakteknya, peneliti berbaur dengan siswa, guru dan unsur-unsur sekolah yang lain untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Berhubungan dengan penelitian ini, peneliti berusaha berbaur langsung dalam situasi sosial di lingkungan SDPN Pajagalan.


(27)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDPN Pajagalan 58, jalan Pajagalan No. 58 Bandung. Sekolah ini terbagi atas 21 ruang kelas yang terbagi atas:

a) kelas I, tiga ruang (A,B,C) b) kelas II, tiga ruang (A,B,C) c) kelas III, tiga ruang (A,B,C) d) kelas IV, empat ruang (A,B,C,D) e) Kelas V, empat ruang (A,B,C,D) f) Kelas VI, empat ruang (A,B,C,D)

Dengan total jumlah siswanya 730 siswa, kepala sekolah, dua puluh sembilan guru, tenaga tata usaha, keamanan dan petugas kebersihan. Lokasi ini di pilih sebagai tempat penelitian karena SDPN Pajagalan merupakan pilot project (sekolah percontohan) pendidikan kewirausahaan di kota Bandung yang di tunjuk oleh Pusat Kurikulum (PUSKUR) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2010. Selain itu di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang mana pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di sekolah ini sudah berjalan kurang lebih tiga tahun.

Subyek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak terkait yang memiliki berbagai karakteristik, unsur, dan nilai yang berkaitan dengan pemahaman nilai-nilai kewirausahaan yang termuat didalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. Oleh karen itu, subyek dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah satu orang dan siswa kelas IVA yang berjumlah tiga puluh empat orang. Dari tiga puluh empat siswa ini kemudian di ambil sampel (responden) sebagai upaya untuk memudahkan dan menfokuskan pngamatan penilitian. Pada tahap studi pendahuluan, penentuan subyek penelitian dilakukan dengan cara Purposive Sumpling (Zainal Arifin, 2012:221) yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau


(28)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Subyek yang dipilih dinilai mampu memberikan informasi yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. Mereka terdiri atas kepala sekolah, penanggung jawab program kewirausahaan, guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas IVA sebanyak tujuh belas siswa yang diberi kode SISWA yang di singkat SW (SW 1 sampai SW 17).

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2012:157) ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan dokumen dan lain-lain. Dengan demikian maka kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai di lingkungan SDPN Pajagalan yaitu kepala sekolah, penenggungjawab program pendidikan kewirausahaan, guru dan siswa merupakan sumber utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis, atau melalui perekaman video atau Hand Phone (HP) dan pengambilan foto dengan kamera.

Dalam penelitian ini, sumber data selain kata-kata dan tindakan, juga kalimat, paragraf dan wacana yang terdapat dalam literatur-literatur atau dokumentasi yang berhubungan dengan nilai-nilai kewirausahaan. Untuk lebih jelasnya sumber dan jenis data menurut Moleong (2012: 157) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Sumber dari kata-kata dan tindakan dalam


(29)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini yaitu dari kepala sekolah, penanggung jawab program KWU, guru dan siswa.

b) Sumber Tertulis

Walaupun dikatan bahwa sumber diluar kata-kata dan tindakan merupakan sumber kedua, tetapi sumber tertulis tetap tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber tertulis di dalam penelitian ini berasal dari Sejarah Sekolah, Pedoman Pendidikan Kewirausahaan, Kurikulum, Silabus dan RPP IPS Kelas IV, Kalender Pendidikan, Data Keadaan Peserta Didik, Data Sarana Prasarana Sekolah, dan Data Guru dan Pegawai.

c) Foto

Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan di dalam penelitian ini, seperti yang disebutkan oleh Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012: 160) yaitu; foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan peneliti sendiri. Foto yang dipakai di dalam penelitian ini adalah foto hasil dokumentasi peneliti selama kegiatan penelitian terhadap siswa, guru dan lingkungan sekitar sekolah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012:309), mengemukakan bahwa “…bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan/triangulasi. Teknik pengumpulan data tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:


(30)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data (Sugiyono 2012:309)

a) Observasi

Menurut Zainal Arifin (2012: 170), bahwa:

“observasi adalah suatu kegiatan dimana observer terlibat atau berperan serta dalam lingkungan kehidupan orang-orang yang diamati. Hasil observasi adalah informasi tentang ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan”.

Selanjutnya Nana Syaodih (2012; 220), menemukakan bahwa: “observasi atau pengamatan merupakan suatuu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Observasi dilakukan dengan pengamatan terhadap perilaku seseorang dalam memainkan peranannya secara aktif pada situasi dan tempat di mana seseorang itu diamati. Dalam penelitian ini peneliti sebagai “observer participatory” yang berinteraksi langsung dengan orang-orang dalam situasi,

Macam teknik Pengumpulan

data

Dokumentasi Wawancara Observasi

Triangulasi/ Gabungan


(31)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondisi dan tempat, di SDPN Pajagalan secara alami. Peneliti mengamati tentang aktivitas, aturan-aturan yang berlaku, isu-isu yang sensitive, situasi dan kondisi, sarana dan prasarana sehingga peneliti mendapat kesan-kesan pribadi. Dalam observasi ini peneliti menggunakan alat/instrumen kamera. Peneliti berpartisipasi dalam interaksi dengan unsur kepala sekolah, penanggung jawab program pendidikan kewirausahaan, guru IPS, dan siswa sebagai peserta didik.

Alwasilah C. (2008: 214) juga menjelaskan tentang perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

(1) Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode dan aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

(2) Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi emik para responden.

(3) Budaya dalam pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikkan utinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi.

b) Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Menurut Moleong (2012: 186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu


(32)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Menurut Djam’an Satori (2011: 133) wawancara terbagi atas tiga jenis, yaitu:

(1) Wawancara Terstandar (standardized interview) atau dalam istilah Esterberg (Sugiono, 2012) disebut dengan wawancara terstruktur (structured interview) adalah wawancara dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar dengan baku. Wawancara terstandar digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

(2) Wawancara Semi Standar (semistandardized interview) atau dalam istilah Esterberg disebut sebagai wawancara semistuktur (semistructured interview) wawancara ini menggunakan garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya.

(3) Wawancara Tidak Terstandar (untandardized interview) atau dalam istilah Esterberg disebut dengan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Wawancara ini menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman wawancara. Pewawancara (interviewer) dengan informannya (interviewee) melakukan wawancra secara informal dengan bentuk pertanyaan yang diajukan sangat tergantung


(33)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada spontanitas interviewer itu sendiri, terjadi dalam suasana wajar bahkan interviewee tidak merasa atau menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini lebih merujuk kepada wawancara tidak terstandar yaitu peneliti ingin mengetahui persepsi responden dalam hal ini kepala sekolah, penanggung jawab program kewirausahaan, dan guru SDPN Pajagalan, tentang program pendidikan kewirausahaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS di kelas secara terbuka. Dalam wawancara ini, peneliti ingin memperoleh data yang diperlukan dalam rangka memperjelas maksud dan masalah-masalah yang diteliti, sehingga penelitian ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan ruang lingkup masalah.

c) Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari bahan-bahan tertulis, cetakan, seperti silabus, RPP khusus pelajaran IPS kelas IV, buku panduan, kumpulan SK, makalah, teks book, literatur-literatur dan dokumen foto yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Sugiyono (2012:329) mengemukakan bahwa "dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumen tersebut berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen ini berbentuk catatan harian, sejarah kehidupan, foto, gambar hidup, dan sebagainya. mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda ,dan sebagainya".

Teknik ini dilakukan dengan jalan menelaah atau mengkaji dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dikaji agar data yang dikumpulkan lebih sempurna. Penggunaan teknik studi dokumentasi ini dimaksud untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, dengan cara menelusuri, mempelajari dan menganalisa berbagai dokumen agar data


(34)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan. Studi dokumentasi ini merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini. d) Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, maka langkah ahkir yaitu melakukan cek data yang disebut dengan triangulasi. Sugiyono (2012 : 330), menjelaskan “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Dengan demikian maka apabila penelitian ini dilakukan triangulasi, maka peneliti telah menguji kredibilitas data. Pengujian ini dilakukan dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Data dan sumber data yang begitu banyak dikumpulkan oleh peneliti baik yang berasal dari sumber yang sama maupun yang berbeda-beda ini, akan dilakukan ricek dengan cara wawancara yang mendalam terhadap sumber data tersebut. Sehingga keabsahan dari sumber data dapat dipertanggung jawabkan dan untuk menghindari unsur subyektif yang dilakukan peneliti.

D. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kulitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut, mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

Belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori. Nasution (Sugiyono, 2012: 334) menyatakan bahwa:

“melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok


(35)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”

Selanjutnya Bogman (Sugiyono, 2012: 334) menyatakan bahwa dalam hal analisis data kualitatif:

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what

you have discovered to others”.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Langkah-langkah analisis data kualitatif, menurut analisis lapangan oleh Miles and Huberman (Sugiyono 2012: 338) sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

2. Penyajian data (data disply)

Dalam penelitian kualitatif , penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungn antar kategori dan sejenisnya. Dalan hal ini Miles dan Huberman (1984), menyatakan " the most frequent from of disply data for qualitative research data in the has been narrative text". Maksudnya yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.


(36)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing and verification)

Langkah yang ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubermas adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika kesimpulan yang dikemukana pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengupulkan data, maka kesimpulan yang kemudian merupakan kesimpulan yang kredibel. Selama di lapangan, pengambilan kesimpulan terhadap data telah dilakukan hanya sifatnya masih tentatif, belum jelas dan meragukan, maka untuk mendapatkan kesimpulan yang dapat dijamin kredibilitas dan objektitifitasnya peneliti terus-menerus melakukan verifikasi selama penelitian berlangsung untuk memperoleh kesimpulan yang tepat.


(37)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai pembelajaran IPS yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa kelas IV sekolah dasar, yang meliputi perencanaan pembelajaran yang telah di buat oleh guru, pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan guru serta siswa , penilaian yang dilakukan oleh guru, serta permasalahan dan solusi yang di hadapi didalam pembelajaran, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Program pendidikan kewirausahaan di SDPN Pajagalan 58 Bandung telah dilaksanakan dengan baik dalam lingkungan sekolah secara keseluruhan melalui program pembiasaan dan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus-menerus setiap minggu sesuai jadwal yang telah ditentukan.

2. Pengembangan program pendidikan kewirausahaan di sekolah dasar jika terus menerus di tingkatkan akan mampu membekali peserta didik dari awal dan membentuk mereka untuk mempunyai jiwa wirausaha demi tercapainya kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang baik.

3. Pembelajaran IPS telah memberi ruang bagi pengembangan nilai kewirausahaan di sekolah dasar sehingga siswa lebih banyak aktif pada saat pembelajaran berlangsung dan guru lebih banyak menjadi fasilitator bagi siswa.

4. Perencanaan pembelajaran IPS kelas IV sekolah dasar bermuatan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.


(38)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD ke dalam silabus.

3) Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.

4) Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP yaitu disiplin, kreatif, kerja keras, jujur, percaya diri, komunikatif, kepemimpinan dan kerja sama.

5. Guru memulai pelaksanaan pembelajaran dengan cara menyampaikan materi kepada siswa dan selanjutnya membahas bersama melalui ceramah, tanya jawab, kerja kelompok, tugas mandiri dan diskusi. Hal yang berbeda dengan pembelajaran pada umumnya ialah siswa lebih di dorong dan diberi ruang untuk berani tampil di depan kelas, dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa lain dan kepada guru, mampu memimpin kelompok diskusi dan mampu mengerjakan tugas mandiri dengan baik tanpa bantuan orang lain.

6. Penilaian terhadap pembelajaran IPS yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan di SDPN berjalan melalui pengamatan terhadap perkembangan sikap/nilai yang dimilki oleh siswa yang dapat terlihat dalam proses pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan melakukan cek terhadap nama siswa di absensi harian. Nilai kewirausahaan yang dimiliki oleh siswa yaitu disiplin, jujur, mandiri, kerja keras, bertanggung jawab, kreatif, komunikatif, percaya diri, mandiri, dan rasa ingin tahu. Penilaian ini belum secara maksimal dilakukan karena pelaksanaan pembelajaran yang terkadang belum terlaksana sesuai RPP yang telah dibuat.

7. Permasalahan yang muncul didalam pembelajaran IPS bermuatan nilai-nilai kewirausahaan ini lebih kepada perencanaan dan pelaksanaan


(39)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran di dalam kelas. Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru belum maksimal dalam memuatkan nilai-nilai kewirausahaan. Masalah yang lain juga muncul dari siswa yang belum siap untuk menerima metode-metode pembelajaran yang bersifat baru. Setiap masalah yang muncul selalu diupayakan solusi oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut namun masih bersifat jangka pendek, misalnya ketika perencanaan pembelajaran yang masih sulit untuk memuatkan nilai-nilai kewirausahaan maka guru melaksanakan pembelajaran seperti biasanya atau pada umumnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan peneliti dan kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa rekomendasi penelitian sebagai berikut:

1. Program pendidikan nilai-nilai kewirausahaan pada tingkat sekolah dasar, secara khusus di dalam pembelajaran IPS dapat dilaksanakan secara maksimal dengan membuat perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan petunjuk yang ada dari pedoman pendidikan kewirausahaan dan lebih dikembangkan lagi oleh guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Dari hasil temuan dilapanghan peneliti menemukan bahwa nilai-nilai kewirausahaan sudah terdapat di dalam diri masing-masing siswa sekolah dasar, sehingga diperlukan perencanaan yang lebih baik lagi dalam proses belajar mengajar untuk mengeksplor nilai-nilai yang sudah ada tersebut. 3. Dari tataran program pendidikan kewirausahaan di SDPN Pajagalan 58

Bandung dalam lingkup sekolah secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan bahwa sekolah tersebut sudah bisa menjadi contoh untuk program pendidikan kewirausahaan pada tingkat sekolah dasar yang ada di Bandung bahkan ditingkat nasional. Sedangkan pada tataran pembelajaran


(40)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di SDPN Pajagalan 58 Bandung masih perlu ditingkatkatkan lagi baik itu dalam pemuatan nilai-nilai kewirausahaan di dalam silabus dan RPP, juga dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang variatif sehingga siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran dan nilai-nilai kewirausahaan dapat membudaya dalam diri peserta didik.

4. Pencapaian program pendidikan kewirausahaan secara umum di sekolah dasar dapat terwujud dengan adanya dukungan dari berbagai pihak PUSKUR, Pengawas SD, Kepala Sekolah, Penanggung Jawab Program KWU dan guru di setiap mata pelajaran.

5. Penelitian lanjutan dapat dilakukan berdasarkan hasil temuan didalam penelitian ini. Cakupan dalam penelitian ini masih sangat terbatas sehingga masih diperlukan kajian yang lebih luas lagi untuk mengungkapkan sejauh mana pemuatan nilai-nilainkewirausahaan didalam pembelajaran, secara khusus didalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(41)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)


(42)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Al Muchtar, Suwarma (2005). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung: SPS UPI.

Alwasilah, A. C. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Asyafah, Abas. H. (2009). Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya, Bandung: Alfabeta.

Beck, C. (1976). The case for value education in the school. Dalam P.H. Martorella (ed), Social Studies Strategies Theory and Practice. New York: Harper & Row.

Creswell, W, John. (2002). Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: University of Neraska-Lincoln. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, (2006). Pengembangan Silabus Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, (2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS, Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.

Hamid Ichas, Istianti, (2005). Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Jakarta.

Handayani, Hany. 2012. Implementasi Program Pendidikan Nilai-Nilai Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini. Tesis Magister Pada Pendidikan Dasar SPS UPI. Diterbitkan.

Hasan, Said Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta. Dirjen Dikti. Depdikbud RI.


(1)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di SDPN Pajagalan 58 Bandung masih perlu ditingkatkatkan lagi baik itu dalam pemuatan nilai-nilai kewirausahaan di dalam silabus dan RPP, juga dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang variatif sehingga siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran dan nilai-nilai kewirausahaan dapat membudaya dalam diri peserta didik.

4. Pencapaian program pendidikan kewirausahaan secara umum di sekolah dasar dapat terwujud dengan adanya dukungan dari berbagai pihak PUSKUR, Pengawas SD, Kepala Sekolah, Penanggung Jawab Program KWU dan guru di setiap mata pelajaran.

5. Penelitian lanjutan dapat dilakukan berdasarkan hasil temuan didalam penelitian ini. Cakupan dalam penelitian ini masih sangat terbatas sehingga masih diperlukan kajian yang lebih luas lagi untuk mengungkapkan sejauh mana pemuatan nilai-nilainkewirausahaan didalam pembelajaran, secara khusus didalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(2)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)


(3)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Al Muchtar, Suwarma (2005). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung: SPS UPI.

Alwasilah, A. C. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Asyafah, Abas. H. (2009). Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya, Bandung: Alfabeta.

Beck, C. (1976). The case for value education in the school. Dalam P.H. Martorella (ed), Social Studies Strategies Theory and Practice. New York: Harper & Row.

Creswell, W, John. (2002). Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: University of Neraska-Lincoln. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, (2006). Pengembangan Silabus Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, (2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS, Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.

Hamid Ichas, Istianti, (2005). Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Jakarta.

Handayani, Hany. 2012. Implementasi Program Pendidikan Nilai-Nilai Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini. Tesis Magister Pada Pendidikan Dasar SPS UPI. Diterbitkan.

Hasan, Said Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta. Dirjen Dikti. Depdikbud RI.


(4)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hermawan, Ruswandi, dkk. (2010) Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI PRESS.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor: 4, Tanggal 30 Juni 1995. Gerakan Nasional Memasyarakatkan Dan Membudayakan Kewirausahaan.

Joyce, Bruce & Weil. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat, Edisi Revisi (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Lickona, T. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Maftuh, Bunyamin. (2009). Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: Yasindo Multi Aspek.

Masyhuri, M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung: PT. Refika Aditama.

Meredith G. Geoffrey. (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Munandar, Utami. (1992) Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, J. Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Novia, Windy. (2010). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press.


(5)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ruhimat, Mamat., Nana Supriatna,. Kosim, (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Ssiologi, Ekonomi) untuk kelas VII SMP. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sagala, Saiful, (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung. Alfabeta .

Sanjaya, Wina, (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.

Sapriya, Tuti Istianti, Effendi Zulkifli, (2009). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung. UPI Press.

Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Saripudin, Didin., Ahmad, Abdul Razaq. (2008). Masyarakat dan Pendidikan Perspektif Sosiologi, Pahang Malaysia: Yayasan Istana Abdulazis.

Soemanto, Wasty. (2006). Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M. Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soeparman, Soemahamidjaja, (1980). Membina Sikap Mental Wirausaha, Jakarta: Gunung Jati.

Stah, Robert. (1994). National Council for the Social Studies (NCSS). Washington, DC: Printed in the USA.

Suharsini Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian suatu Pendekalan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Sumarsih, Marta. (2012). Internalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif, dan Relegius Pendidikan Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship. Tesis Magister Pada Pendidikan Dasar SPS UPI. Diterbitkan.

Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktral, Jakarta: BumiAksara.


(6)

Lutma Ranta Allolinggi, 2013

Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SDPN Pajagalan 58 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supriatna, Nana. dkk. (2009). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.

Suryana, (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat Dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Suryanegara, Ahmad M. (2009). API Sejarah; Buku yang akan mengubah drastis Pandangan Anda tentang Sejarah Indonesia. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta.

Sunyoto, Danang dan Ambar W. (2009). Kewirausahaan Teori, Evaluasi dan Usaha Mandiri. Bogor: Esia Media.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Wiriaatmadja, Rochiyati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmerer, W. Thomas, Norman. Scarborough. (1996). Enterpreneurship and the new Venture formation. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.