INTERNALISASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI PROSES PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... Lembar pengesahan ...

Abstrak... ... i

Pernyataan... ii

Kata pengantar ... iii

Ucapan Terima Kasih... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang Penelitian... 1

B Fokus Masalah…... 6

C Tujuan Penelitian... 8

D Manfaat Penelitian... 8

E Klasifikasi Konsep... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 13 A Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan di Sekolah...

1. Model Internalisasi………. 2. Nilai-Nilai Kewirausahaan……….

13 13 35 B Peranan Pendidikan Kewirausahaan………...

1. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah……….. 2. Kewirausahaan di Lingkungan Budaya Masyarakat………..

46 46 54 C Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial………..……….…..

1. Hakekad Pendidikan IPS ……….…. 2. Tujuan Pendidikan IPS ………... 3. Pengembangan Pendidikan IPS ………

58 58 62 67


(2)

BAB III METODE PENELITIAN ………. 75

A Metode Penelitian ... 75

B Sumber dan Penelitian... 77

C Instrumen Penelitian……..………. 81

D Teknik Analisa Data... 81

E Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian………... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 84

A Gambaran MTs Mathla’ul Anwar... 84

1. Profil MTs Mathla’ul Anwar……... 84 2. Sumber Daya Manusia... 3. Fasilitas Madrasah………. 4. Proses Kegiatan Belajar Mengajar………

87 93 99

B Deskripsi Hasil Penelitian... 1. Nilai-Nilai Kewirausahaan pada siswa yang mengikuti

Pembelajaran IPS………... 2. Nilai-nilai Kewirausahaan pada Pembelajaran IPS……...…….. 3. Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Pembelajaran IPS.. 4. Hasil Nilai-Nilai Kewirausahan siswa setelah mengikuti

Pembelajaran IPS ... 100

101 104 106

111

C Pembahasan Hasil Penelitian... 1. Nilai-Nilai Kewirausahaan pada siswa yang mengikuti

Pembelajaran IPS

2. Nilai-nilai Kewirausahaan pada Pembelajaran IPS………... 3. Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Pembelajaran IPS.. 4. Hasil Nilai-Nilai Kewirausahaan pada siswa setelah mengikut

Pembelajaran IPS... 114 114 120 126 132


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 141 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN………..…..

144 148


(4)

DAFTAR TABEL

4 2.1 Data SDM MTs MTs Mathla’ul Anwar ………... 89

4 3.1 Fasilitas Ruangan Perguruan Mathla’ul Anwar …….……. 94

4 3.2 Fasilitas Elektronik&Pendukungnya …………..…………. 95

4 4.1. Daftar Mata Pelajaran MTs …………..………... 96


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Pedoman Penelitian ……….. 148

Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran B : C : D : E : F : G : H : I : J : K : L : M : N : O : P : Q : R

Pedoman Observasi ………. Pedoman Wawancara Siswa..………... Pedoman Wawancara Guru IPS ……….. Jawaban Wawancara Siswa... Struktur Organisasi MTs ………. SDM MTs Mathla’ul Anwar ……….……….. Data Siswa MTs Mathla’Ul Anwar ………. Program Tahunan IPS ……….. Program Semester IPS ………. Program Semester Ketrampilan/Mulok …………... RPP Pertemuan 1 ………. RPP Pertemuan 2 ………. Foto-foto KBM dan lain-lain………. Surat Keterangan dari SPs UPI ……… Surat Keterangan Penelitian dari MTs ………. Surat Keputusan Tentang Dosen Pembimbing ……. Riwayat Hidup ……….

149 150 151 152 177 178 179 181 182 186 188 190 195 196 197 198 201


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla’ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla’ul Anwar Kota Pontianak. Dalam pelaksanaan kegiatan dan penyelenggaraan pendidikannya, Madrasah Tsanawiyah (MTs) ini merupakan lokasi yang menjadi satu dengan Pondok Pesantren serta terdapat juga di dalamnya Madrasah Aliyah (MA) . Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di MTs dan MA secara formal mengunakan kurikulum terpadu dari Kementrian Agama RI dan kurikulum yang di susun tersendiri oleh para ustadz dengan pimpinan Pondok untuk pelajaran Pondok Pesantren dengan ciri khas Mathla’ul Anwar .

Penyelengaraan pendidikan formal yang dilakukan oleh MTs Mathla’ul Anwar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara khusus telah menjadi sorotan dan perhatian oleh para guru dan Madrasah. Hal ini disebabkan karena dalam mata pelajaran IPS terdapat empat mata pelajaran yang digabungkan yaitu Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. Dengan adanya gabungan dari empat mata pelajaran tersebut maka timbul permasalahan, hambatan sekaligus tantangan bagi guru yang bersangkutan. Untuk itu mata pelajaran IPS perlu mendapat perhatian yang serius dalam penanganannya baik dari sisi gurunya maupun dari sisi kurikulum dan sistim pengajarannya.


(8)

Dewasa ini Indonesia telah mengalami krisis diberbagai bidang yang meliputi pendidikan, ekonomi, hukum, politik dan sosial. Di bidang pendidikan masih banyak yang harus dibenahi dan disempurnakan mulai dari kebijakan yang diterapkan sampai pada kondisi pelaksanaan di ruang kelas. Di bidang ekonomi masih ada pro dan kontra dalam menetapkan kebijakan yang betul-betul memihak pada rakyat. Dalam penegakan hukum juga terjadi ketidakadilan ketika menangani berbagai kasus yang terjadi di masyarakat, demikian juga dengan sistem politik yang belum bersih dari budaya santun apalagi tatanan sosial masyarakatnya. Masyarakat belakangan mudah untuk diadu dan tersingung serta hampir kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang di kenal ramah dan santun.

Banyaknya angka penganguran menjadikan bangsa ini semakin menambah permasalahan dari waktu ke waktu. Angka penganguran ini bukan saja disebabkan karena adanya anak yang putus sekolah (drop aut) akan tetapi, juga bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pun harus bertarung untuk memperebutkan formasi pekerjaan yang ada. Hal ini menunjukan bahwa kreatifitas dan produktivitas warga negara ini masih sangat rendah. Badan Pusat statistik Indonesia tahun 2009 mencatat sejumlah 7,4 juta orang pemuda yang termasuk dalam kategori usia produktif yang mengganggur. Dan jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, maka 27,09 persen berpendidikan SD kebawah, 22,62 persen berpendidikan SLTP, 25,29 Persen berpendidikan SMA, 15,37 Persen berpendidikan SMK. Sedangkan jika dilihat lokasi desa/kota, maka penyebaran dari Pemuda ini terlihat sebanyak 5,24 juta orang (53%)berada di perkotaan dan 4,2 juta orang berada di pedesaan.


(9)

Data statistik menunjukan tingkat pertumbuhan ekonomi di negara kita ini juga belum mengembirakan. Hal ini disebabkan bukan saja kreativitas dan produktivitas yang rendah tetapi juga dikarenakan kualitas barang dan jasa yang di hasilkan kurang dapat bersaing, walaupun ada barang dan jasa yang memiliki nilai yang berkualitas. Pendapatan rata-rata perkapita masyarakat masih di bawah standar bila di bandingkan dengan negara-negara se-Asia Tenggara.

Sistem penyelenggaraan pendidikan dari tahun-ketahun selalu mengalami perubahan, diantaranya dengan perubahan kurikulum. Kebijakan yang baru disosialisasikan dan belum sampai diterapkan terkadang harus sudah berganti akibat bergantinya SDM yang menanganinya. Dengan demikian dapat mengakibatkan pelaksanaan dalam pembelajaran menjadi kurang terarah terhadap pencapaian tujuan yang di harapkan. Sehingga dalam pelaksanaannya pendidikan ini dirasa kurang konsisten untuk mewujudkan dan menghasilkan peserta didik sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang SISDIKNAS. Secara khusus penyelenggaraan pendidikan baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dan dari berbagai jenjang pendidikan, belum menempatkan pendidikan kewirausahaan dengan serius dan maksimal, padahal landasan kebijakannya sudah ada. Mengapa kondisi ini terjadi dan belum terealisasi dengan maksimal?. Salah satu faktor yang

menghambat adalah sumber daya manusia dan komitmen untuk

merealisasikannya masih terjadi tumpang tindih. Kenyataan ini terlihat misalnya pada mata pelajaran yang ada pada SMP/MTs untuk Mulok dan Ketrampilan isi materi yang disampaikan sama, tetapi diajarkan oleh guru yang berbeda serta waktu yang berbeda pula. Dengan demikian maka konten dari kedua mata


(10)

pelajaran tersebut adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan/skill yang merupakan bagian dari pendidikan kewirausahaan menjadi kurang fokus dan terarah dengan baik. Seharusnya kedua mata pelajaran tersebut ditangani oleh satu guru dan semua guru mata pelajaran harus mampu mengkaitkan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam semua materi pembelajaran yang sesuai.

Belum terealisasinya pendidikan kewirausahaan ini dengan maksimal di sekolah juga disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, sehingga peserta didik tidak dapat mengali dan mengebangkan ketrampilan/skill sebagai pengetahuan yang harus dikuasai untuk bekal kehidupannya nanti. Dengan demikian maka pendidikan kewirausahaan perlu di selenggarakan secara tepat di setiap jenjang pendidikan. Arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dimaksudkan untuk penerapan metodologi pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Realita di lapangan, dalam sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Dengan demikian menanggulangi masalah ini terutama masalah yang terkait dengan kewirausahaan antara lain dapat dilakukan dengan cara: (a) menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, maupun pengembangan diri, (b) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan ketrampilan/skill berwirausaha,(c) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.


(11)

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sudah saatnya didasarkan pada beberapa paradigma universal, maka dari itu perlu diperhatikan peserta didik sebagai subjek merupakan penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan kreatif dan kritis yang mengidamkan dan mendambakan peserta didik menjadi subyek pembelajar sepanjang hayat yang jujur, mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan.

Pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan (Supriatna, 2007:2). Hal itu senada dengan pendapat Sumaatmaja, (1980:20) yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

Disisi yang lain pada kenyataannya sekarang ini, sebagian besar masyarakat masih banyak yang berorientasi pada pencari kerja, bukan pada pemikiran bagaimana menciptakan lapangan kerja baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kondisi ini menunjukan bahwa nilai-nilai kejujuran, kerja keras,


(12)

kemandirian, keuletan, berani menghadapi tantangan belum sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat kita. Untuk itu betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai itu kepada peserta didik sejak dini agar mereka dapat memahami dan memiliki kepribadian tangguh yang dapat menumbuhkan mental wirausahaan. Hal ini diharapan agar peserta didik ini nantinya mampu mengubah pola pikirnya mengenai lapangan pekerjaan yang akan diciptakan. Dengan demikian internalisasikan nilai-nilai kewirausahaan melalui pembelajaran dan pendidikan di madrasah sangat penting dan urgen untuk membekali, membimbing dan mengarahkan pada generasi yang akan datang menjadi generasi yang tangguh dan mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya internalisasi nilai-nilai kewirausahaan pada mata pelajaran IPS yang sudah dikembangkan melalui tugas-tugas yang dikaitkan dengan kegiatan ekstra kurikuler dan bekerja sama dengan mata pelajaran Mulok perlu ditingkatkan serta diberikan porsi yang memadai. Kasmir, (2006:3) mengungkapkan bahwa pendidikan kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa agar mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha, dengan demikian pola pikir yang sebenarnya berorientasi menjadi karyawan diubah menjadi berorientasi untuk mencari karyawan.

B. Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini berawal dari latar belakang di atas dan dari hasil pengamatan sebelumnya bahwa proses pembelajaran IPS di madrasah yang selama ini masih monoton dan sangat membosankan siswa, dan inilah tantangan yang harus dihadapi oleh guru IPS. Kondisi demikian tidak akan terjadi


(13)

apabila guru dapat menerapkan dan mengembangkan metode yang sesuai dan tepat dalam proses pembelajaran. Seorang guru IPS harus mampu mengubah mainset anak, pembelajaran IPS yang dalam benak anak adalah pembelajaran yang monoton, membosankan dan diharapkan nanti menjadi pembelajaran yang menyenangkan, menarik untuk diikuti, dan dapat memberikan motifasi belajar serta bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian juga dengan aspek skill dan kewirausahaan akan bisa

diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, manakala pembelajaran itu sendiri dapat direspon secara positif oleh anak didik. Untuk itu maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Internalisasi Nilai-Nilai

Kewirausahaan dalam Pengembangan Pembelajaran IPS pada materi Proses

Perkembangan Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia?”

Bertolak dari fokus masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimanakah nilai-nilai kewirausahaan pada siswa yang mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?

2. Apakah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat nilai-nilai kewirausahaan?

3. Bagaimanakah Internalisasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial?

4. Bagaimanakah nilai-nilai kewirausahaan siswa setelah proses


(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini secara khusus adalah untuk :

1. Mengetahui nilai-nilai kewirausahaan yang ada pada siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Mendeskripsikan nilai-nilai kewirausahaan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Mendeskripsikan Internalisasi nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Mendeskripsikan nilai-nilai kewirausahaan siswa setelah proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial?

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua hal yang dapat diambil adalah: 1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pengembangan penerapan pembelajaran IPS di tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah terhadap nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kepada peserta didik dan masyarakat secara luas. Selain itu juga untuk mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan yang kurang mendapat porsi cukup untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Muatan lokal merupakan kearifan lokal, unsur-unsur


(15)

kebudayaan nasional dan kekayaan khazanah budaya bangsa yang harus ditingkatkan dan dikembangkan. Salah satu cara menanamkan suatu nilai-nilai kewirausahaan kepada generasi berikutnya melalui pembelajaran pendidikan IPS, sebab pendidikan juga merupakan suatu proses pembentukan kepribadian sosial siswa dan kemandirian.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tambahan/umpan balik pada pembelajaran IPS dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah.

E. Klasifikasi Konsep

Dalam penelitian ini agar lebih jelas dan terarah, maka penulis membuat klasifikasi konsep agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bagaimana internalisasi nilai-nilai kewirausahaan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan IPS. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya diarahkan pada materi Sejarah, dengan pokok bahasan proses perkembangan pengaruh Islam di Indonesia. Dengan demikian maka penghayatan terhadap nilai-nilai kewirausahaan melalui pendidikan IPS adalah agar siswa dapat memahami lingkungan sosialnya. Secara rinci klasfikasi konsep yang akan diuraikan pada pembahasan ini meliputi:

1. Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan di Sekolah a. Model Internalisasi Nilai Kewirausahaan


(16)

Disini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan model dan pendekatan pembelajaran nilai. Adapun nilai-nilai kewirausahaan sebagai konsep dasar untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik sehingga peserta didik akan lebih menghayati dan menjiwai terhadap nilai-nilai kewiausahaan. Dengan demikian semua konsep dan landasan teori tentang internalisasi nilai terutama nilai-nilai kewirausahaan ini akan dikemukakan sesuai dengan konsepnya.

b. Nilai-Nilai Kewirausahaan

Materi tentang nilai-nilai kewirausahaan merupakan hal yang menjadi bahasan utama dalam memberikan pemahaman pada peserta didik sehingga, akan memberikan suatu wawasan yang luas dan mendalam. Teori ini di susun dari berbagai literatur yang menunjang yang berkaitan dengan bahasan yang sedang dikaji, yang dikaitkan dengan standar kompentensi dan kompentensi dasar yang dituangkan dalam silabus. Materi ini adalah materi yang akan menjadi inti dalam pembahasannya, karena sebagaimana di harapkan untuk dapat dihayati oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini tidak saja hanya dihayati tetapi menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang harus direnungkan dan akan menjadi inspirasi dalam menyongsong kehidupan kelak.

c. Peranan Pendidikan Kewirausahaan

Materi yang akan di sajikan disini adalah materi yang berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan secara umum. Teori-teori yang dikembangkan adalah teori yang mengacu pada isi kurikulum IPS, maupun teori-teori dari para ahli. Dengan adanya teori tentang peranan pendidikan kewirausahaan diharapkan dapat


(17)

memberikan wawasan bagi peserta didik bahwa materi ini merupakan materi yang saling berkaitan antara bidang ilmu pengetahuan sosial yang meliputi beberapa mata pelajaran.

1) Peranan Pendidikan Kewirausahaan

a. Pendidikan Kewirausahaan di lingkungan Sekolah

Materi yang berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan di

Sekolah/madrasah disajikan berkaitan dengan pentingnya pendidikan

kewirausahaan, sebagaimana tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pendidikan kewirausahaan yang ada dalam kurikulum sekolah ini bertujuan untuk menunjang ilmu pengetahuan dan membekali peserta didik pada aspek skill. Dengan demikian maka peserta didik nantinya dapat mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya.

b. Kewirausahaan di Lingkungan Budaya Masyarakat

Materi ini akan mengungkapkan berbagai budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan aktivitas kewirausahaan. Selain itu juga menyajikan contoh-contoh aktvitas masyarakat dari berbagai budaya dan suku yang ada di Indonesia. Contoh aktivitas ini dalam rangka, menunjukan dan memberikan motivasi pada siswa suatu bentuk kegiatan/aktivitas masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi

c. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Materi yang disajikan dalam Pendidikan IPS ini, diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat seperti rendahnya etos kerja dan sosial kemasyarakatan serta menurunnya jiwa


(18)

kewirausahaan pada peserta didik . Hal tersebut sesuai dengan hakikat IPS yaitu bidang studi tentang tingkah laku seluruh kelompok umat manusia, dimana materi ini yang sumber-sumbernya digali dari kehidupan nyata di masyarakat. Untuk itu pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan.

Materi pendidikan IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Relevansi dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Pendekatan kualitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada pengunaan ukuran dan standar kualitatif yang secara konsisten. Adapun yang mendasari dipergunakannya pendekatan kualitatif ini adalah masalh yang dikaji mengenai internalisasi (penanaman) nilai-nilai kewirausahaan dalm pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS). Selain itu karena masalah yang dicermati adalah suatu bentuk realita yang abstrak, dimana indikatornya hanya dapat diketahui melalui ucapan, sikap moraritas dan perilaku atau tindakan. Dengan demikian maka metode kualiatif ini akan dapat memberikan pemaparan yang jelas dan luas serta mendalam.

Untuk mengkaji internalisasi nilai-nilai kewirausahaan dalam

pengembangan pembelajaran IPS, sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian lapangan. Menurut Moleong, Lexy J (2006 : 26),

Penelitian lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai

pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan' untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau “in situ”. Dalam hal dem i ki an m a ka pen d ekat an i ni t e rk ai t e r at d en gan pengamatan-berperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam


(20)

berbagai cara.

Menurut Syaodih (2005:60), penelitian kualitatif (Qualitatif Research) adalah penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara idividu maupun secara kelompok. Sementara, Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi. (2008: 1), mendefenisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dengan demikian penelitian ini bertujuan "...menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati', Sudjana dan Ibrahim, (1989: 92). Pendapat lainnya tentang penelitian deskriptif, “ tujuannya untuk mendiskripsikan apa-apa yang ada saat ini. Di dalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada”.

Faisal, S. (1982: 42), metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang gejala-gejala dan untuk menetapkan sifat-sifat dalam suatu situasi pada saat penelitian dilakukan, tujuannya adalah untuk melukiskan suatu kondisi apa adanya dalam situasi saat itu. Sudjana dan Ibrahim, (1989: 95).

Lebih lanjut secara spesifik, Surakhmad (1998: 131) mengingatkan bahwa "Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada kegiatan pengumpulan data saja, tetapi juga sampai pada upaya analisis dan interpretasi data,


(21)

pengambilan secara induktif atau membandingkan berdasarkan atas aspek tertentu".

Dengan demikian penelitian yang dilakukan ini berusaha mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan pada pembelajaran IPS. Perolehan informasi dalam penelitian ini secara umum dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu; tahap orientasi, eksplorasi dan member check. Berkaitan dengan ini, Nasution (1996: 33) menjelaskan bahwa : Tahap orientasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang memadai yang dipandang penting untuk ditindaklanjuti, tahap eksplorasi dilakukan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai elemen-elemen yang telah ditentukan untuk

dicari keabsahannya. Sedangkan tahap member check adalah untuk

menginformasikan bahwa laporan yang diperoleh dari responden dengan cara mengoreksi, merubah dan memperluas data tersebut sehingga menampilkan data yang terpercaya, akurat dan mendalam.

B. Sumber dan Teknik Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas ,maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut lopland dan Lopland Moleong. (2006 : 157) ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan dokumen dan lain-lain. Dengan demikian maka kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis, atau melalui perekaman


(22)

audio tape/Hand Phone (HP) dan pengambilan foto. Dalam penelitian ini, sumber data selain kata-kata dan tindakan, juga kalimat, paragraf dan wacana yang terdapat dalam literatur-literatur atau dokumentasi yang berhubungan dengan masalah ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Ada empat teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi. Dari keempat teknik tersebut diharapkan dapat saling, melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono (2009 : 225), “…bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan/triangulasi. Selanjutnya berdasaran pendapat Fraenkel dan Wallen (1993:384) yang

menyatakan bahwa : "There are three techniques commonly used by

qualitative researches ; observation, interviewing and document analysis". Jadi tiga teknik yang digunakan dalam penelitian kulaitatif yaitu : observasi, wawancara dan analisis data.

Namun demikian dalam penelitian ini cenderung akan dilakukan dengan keempat cara sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono guna mendapatkan data yang paling tepat dan akurat. Penjelasan dari beberapa cara tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a. Observasi


(23)

dalam memainkan peranannya secara aktif pada situasi dan tempat di mana seseorang itu diam ati . Dal am peneliti an ini peneliti s ebagai “observer participatio” yang berinteraksi langsung dengan orang-orang dalam situasi, kondisi dan tempat di mana observasi berlangsung secara alami.

Peneliti mengamati tentang aktivitas, aturan-aturan yang berlaku, isu-isu yang sensitive, situasi dan kondisi, sarana dan prasarana sehingga peneliti mendapat kesankesan pribadi. Dalam observasi ini peneliti menggunakan alat/instrumen kamera. Peneliti berpartisipasi dalam interaksi dengan unsur kepala sekolah, guru IPS, dan siswa sebagai peserta didik.

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui persepsi responden dalam hal ini siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Kota Pontianak, yaitu tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS di kelas. Dalam wawancara ini, peneliti ingin memperoleh data yang diperlukan dalam rangka memperjelas maksud dan masalah-masalah yang diteliti, sehingga penelitian ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan ruang lingkup masalah. Adapun wawancara ini dilakukan secara. langsung, dialogis dengan responden, dan direkam serta diabadikan dengan kamera.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari bahan-bahan tertulis, cetakan, seperti silabus RPP, tentang naskah


(24)

keterkaitan 11 mata pelajaran di MTs khusus pelajaran IPS, buku panduan. kumpulan SK, makalah, teks book, literatur-literatur dan dokumen foto yang berkaitan dengan masalah penelitian, Fraenkel dan Wallen (1993 : 389) yang menyatakan bahwa "Document analysis is just what ifs name implies the analysys of the written visual content, of a document".

Arikunto (1991:188) mengemukakan bahwa "Dukomentasi adalah usaha mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda ,dan sebagainya". Teknik ini dilakukan dengan jalan menelaah atau mengkaji dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dikaji agar data yang dikumpulkan lebih sempurna.

Penggunaan teknik studi dokumentasi ini dimaksud untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, dengan cara menelusuri , mempelajari dan menganalisa berbagai dokumen agar data yang diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan. Studi dokumentasi ini merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini.

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, maka langkah ahkir yaitu melekukan cek data yang disebut dengan triangulasi. Sugiyono (2009 : 241), “ menjelaskan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Dengan demikian maka apabila penelitian ini dilakukan triangulasi, maka peneliti telah menguji


(25)

kredibilitas data. Pengujian ini dilakukan dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Data dan sumber data yang begitu banyak dikumpulkan oleh peneliti baik yang berasal dari sumber yang sama maupun yang berbeda-beda ini, akan dilakukan ricek dengan cara wawancara yang mendalam terhadap sumber data tersebut. Sehingga keabsahan dari sumber data dapat dipertanggung jawabkan dan untuk menghindari unsur subyektif yang dilakukan peneliti.

C. Instrumen Penelitian

Pendekatan penelitian kualitatif dalam mengumpulkan data penelitian di lapangan, peran peneliti merupakan instrumen utama. oleh karena itu dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Moleong (2000:5; Creswell, 1994: 145; Fraenkel dan Wallen, 1993:380 ) mengatakan bahwa "hanya manusia sajalah yang menjadi alat yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya di lapangan".

Oleh karena itu, manusia merupakan instrumen penelitian kualitatif naturalistik... " Peneliti sebagai instrumen berperan serta dalam kegiatan di mana penelitian itu diadakan dan sekaligus mencatat, menilai hal-hal yang terjadi yang berkaitan dengan situasi dan kondisi penelitian.

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model interaktif dari Melis dan Huberman (1992 : 15-21), terdiri dari: 1. Reduksi data (data reduction)


(26)

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum , memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. 2. Penyajian data (data disply)

Dalam penelitian kualitatif , penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungn antar kategori dan sejenisnya. Dalan hal ini Miles dan Huberman, menyatakan " the most frequent from of disply data for qualitative research data in the has been narrative text". Maksudnya yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam pemelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing and verification)

Langkah yang ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubermas adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika kesimpulan yang dikemukana pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengupulkan data , maka kesimpulan yang kemudian merupakan kesimpulan yang kredibel.

Selama di lapangan, pengambilan kesimpulan terhadap data telah dilakukan hanya sifatnya masih tentatif, belum jelas dan meragukan, maka untuk mendapatkan kesimpulan yang dapat dijamin kredibilitas dan objektitifitasnya peneliti terus-menerus melakukan verifikasi selama


(27)

penelitian berlangsung untuk memperoleh kesimpulan yang tepat. E. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Kota Pontianak. Alasan pemilihan tempat ini didasarkan pada lokasi Sekolah tersebut merupakan Sekolah tempat mengajar peneliti, sehingga memudahkan berkomunikasi. Selain itu juga atas saran dari berbagai pihak agar dilakukan penelitian dimana peneliti berasal dari daerah setempat dan juga agar guru guru yang lain dapat termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan maupun penelitian sejenis pada pembelajaran mata pelajaran yang lainnya.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek telaah adalah "Menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan" secara implisit terkandung di dalam pembelajaran IPS sebagaimana yang akan diungkapkan oleh informan atau sumber informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar IPS, dan siswa kelas VII MTs Mathla’ul Anwar Kota Pontianak.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada ahkir pembahasan tesis ini, penulis akan mengemukakan dua hal utama yaitu pada bagian pertama akan disajikan pemaparan tentang kesimpulan dari keseluruhan temuan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Dan pada bagian kedua, akan disajikan rekomendasi yang berkenaan dengan temuan-temuan dari hasil penelitian.

Kesimpulan dan rekomendasi secara rinci dengan jelas akan diuraikan dibawah ini :

A. Kesimpulan

Pertama, sebelum mengikuti pembelajaran IPS bahwa nilai-nilai kewirausahaan yang ada pada siswa MTs Mathla’ul Anwar, terutama kelas VII pada dasarnya sudah ada. Namun para peserta didik kurang menyadari, hal ini terbukti ketika guru yang bersangkutan membuka dan mengawali pembelajaran yang dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dan ternyata nilai-nilai kewirausahaan siswa masih rendah.

Kedua, ada nilai-nilai kewirausahaan pada materi pembelajaran IPS sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum dan materi/bahan pelajaran. Nilai-nilai kewirausahaan yang ada pada diri peserta didik umumnya sangat mendasar lebih banyak porsinya diperoleh secara non formal, baik yang diperoleh dari lingkungan keluarga maupun dari masyarakat, sedangkan di sekolah hanya sebatas pada penjelasan guru dan praktek sederhana di koperasi sekolah yang


(29)

sangat sederhana di luar jam pelajaran dan belum diterapkan secara maksimal. Ketiga, nilai-nilai kewirausahaan di MTs Mathlaul Anwar pada dasarnya sudah diterapkan melalui pembelajaran IPS dengan segala kemampuan dan keterbatasannya oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab, dan di selingi dengan praktek, di luar jam pelajaran. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan alokasi waktu yang tersedia. Sebab MTs Mathlaul Anwar belum memiliki sarana dan fasilitas yang memadai, dan saat ini telah ada toko/koperasi sekolah yang sederhana dan peralatan mesin jahit tidak lebih dari 10 unit. Namun demikian untuk menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan, dirasa masih belum dapat direalisasikan secara maksimal.

Keempat, setelah pembelajaran IPS pemahaman peserta didik tentang nilai-nilai kewirausahaan ada beberapa peserta didik yang memahaminya dengan positip mengenai nilai-nilai kewirausahaan mulai yang berkaitan dengan arti dan pentingnya suatu kejujuran, keberanian dan kerja keras, sampai resiko-resiko yang buruk dari tidak memahaminya nilai-nilai kewirausahaan. Beberapa siswa juga ada yang memahaminya biasa saja tentang arti dari nilai-nilai kewirausahaan ini, agar betul-betul dipahamioleh peserta didik. Dan yang lain lagi justru ada beberapa peserta didik yang tidak memahami sama sekali tentang arti pentingnya nilai-nilai kewirausahaan ini. Hal ini dikarenakan peserta didik ada yang senang dengan pelajaran ini, ada yang biasa saja dan ada yang tidak senang sama sekali. Dan begitu juga jika di lihat dari sisi gurunya ada peserta didik yang senang, dan ada yang biasa saja, karena guru yang bersangkutan cara mengajarnya sama dengan guru-guru lainnya.


(30)

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan tersebut diajukan rekomendasi sebagai berikut : Pertama, nilai-nilai kewirausahaan perlu ditanamkan dan diberikan kepada peserta didik oleh guru IPS ataupun guru mapel Ketrampilan dan Mulok, agar peserta didik semakin memahami dan menjiwai.

Kedua, Guru-guru MTs Mathla’ul Anwar diharapkan dapat memberikan pemahman tentang nilai-nilai kewirausahaan secara jelas kepada peserta didik, dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, dan bervareasi serta tidak monoton.

Ketiga, kepada para pengambil kebijakan hendaknya merancang model pembelajaran yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik, pada proses pembelajaran di lingkungan sekolah, dengan mengusahakan sarana dan prasarana yang mendukung.

Keempat, sekolah hendaknya memiliki pedoman yang jelas agar hasil pembelajaran IPS hususnya dan pelajaran yang terkait lebih dipahami oleh peserta didik, dan berdampak positip serta dapat memberikan makna bagi peserta didik.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, Suwarma (2005). Strategi Pembelajaran IPS,Bandung: SPS UPI. Alwasilah, A. C. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Amri, Sofan, Ahmadi. Iif Khoiru. (2010). Kontruksi Pengembangan

Pembelajaran, Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktek Kurikulum. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Anwar, (2006), Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung : Alfabeta.

Asyafah,Abas. H. (2009). Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya, Bandung : Alfabeta.

Creswell, W, John. (2002). Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: University of Neraska-Lincoln. Dimyati dan Mujiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Saiful.B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas, (2006). Pengembangan Silabus Pembelajaran Sejarah. Jakarta :

Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, (2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model

Silabus SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Dun Steinhoff, John F. Burgess. (1993). Small Business Management

Fundamentals 6th ed. New York: Mcgraw Hill, Inc.

Evans, James R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences, Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fatah Syukur. (2008). Teknologi Pendidikan. Semarang : RaSail Media Group. Hidayat, Moch. (2009) dengan tema “ Pembelajaran Berorientasi Masalah Sosial

Untuk Mengembangkan Ketrampilan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”. ( PTK pada kelas IV SDN Sukamulya 2 Kertajadi Majalengka).Bandung: Tesis PIPS UPI. (tidak diterbitkan).


(32)

Hirisch, Robert. D. and Michael D. Peter (1992). Enterpreneurship. Tokyo: Toppan Co, Ltd.

Ichwan, Mohammad Nor. (2009). Classroom Action Research. RaSail Media Group.Tesis pada SPS UPI: tidak diterbitkan.

Isjoni. (2007). Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Kao, J.J. Raimond W. (1991). The Enterpreneurial Organization, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Koentjaraningrat, Edisi Revisi (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Mamuasi, Rahmat, (2009). Kontribusi Penguasaan Materi dan Suasana Belajar Dalam Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa.(Studi pada siswa kelas III SMK 1 Kota Ternate). Bandung: Tesis Pendidikan IPS UPI. (tidak diterbitkan).

Masyhuri, M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung: PT. Refika Aditama.

Meredith G. Geoffrey. (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Munandar, Utami. (1992) Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: Gramedia.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, J Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Nugroho Notosusanto. (1981). Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(33)

Ruhimat, Mamat., Nana Supriatna,. Kosim, (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Ssiologi, Ekonomi) untuk kelas VII SMP. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.

Saripudin, Didin., Ahmad, Abdul Razaq. (2008). Masyarakat dan Pendidikan Perspektif Sosiologi, Pahang Malaysia: Yayasan Istana Abdulazis.

Sartono Kartodirdjo, (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sevilla Consuelo. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Penterjemah Alimudin Tuwu. Jakarta: UI Press.

Sidharta, Poespadibrata. (1993). Sistem Nilai, Kepercayaan, dan Gaya

Kepemimipinan Manajer Madya Dalam Konteks Budaya Organisasi, Bandung: Disertasi UNPAD.

Somantri, M. Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soeharto, Prawirakusumo. (1997). Peranan Perguruan Tinggi dalam

Menciptakan Wiausaha-wirausaha Tanguh, Makalah Seminar, Jatinangor: FIBI-IKOPIN.

Soeparman, Soemahamidjaja, (1980). Membina Sikap Mental Wirausaha, Jakarta: Gunung Jati.

Suharsini Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian suatu Pendekalan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumahamijaya, S.,dkk, (2003). Pendidikan Karkter Mandiri dan Kewiraswastaan, Suatu Upaya Bagi Keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas/Broad Based Edukation dan Life Skills, Bandug: Angkasa.

Supardan, Dadang. (2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktral, Jakarta; BumiAksara.

Suryana, (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat Dan Proses Menuju Sukses. Jakarta; Salemba Empat.

Suryanegara, Ahmad M. (2009). API Sejarah; Buku yang akan mengubah drastis sPandangan Anda tentang Sejarah Indonesia. Bndung: Salamadani Pustaka Semesta.


(34)

Sunyoto, Danang dan Ambar W. (2009). Kewirausahaan Teori, Evaluasi dan Usaha Mandiri, Bogor : Esia Media

Sugiyono, (2006). Metode Pendidikan Kualitatif, Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Widja, I Gde. (1983). Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikti.

Wiriaatmadja, Rochiyati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmerer, W. Thomas, Norman. Scarborough. (1996). Enterpreneurship and the

new Venture formation. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

http://www.budpar.go.id/filedata/4552_1360-PengelolaanKoleksi.pdf http://www.budpar.go.id/filedata/4410_1346-

http://one .indoskripsi.com/click/6231/0.

http://kasturi82.blogspot.com/2009/apakah yang dimaksud

dengan-kreativitas.html

http://bangbek.blogspot.com/2009/10/berfikir-kreatif.html http://emmul multiply.com/journal/item/1/berfikir-kreatif

http://ridhoariono.blogspot.com.2010/02/pengertian-kreativitas.html http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/pengertian-kreativitas/


(1)

sangat sederhana di luar jam pelajaran dan belum diterapkan secara maksimal. Ketiga, nilai-nilai kewirausahaan di MTs Mathlaul Anwar pada dasarnya sudah diterapkan melalui pembelajaran IPS dengan segala kemampuan dan keterbatasannya oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab, dan di selingi dengan praktek, di luar jam pelajaran. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan alokasi waktu yang tersedia. Sebab MTs Mathlaul Anwar belum memiliki sarana dan fasilitas yang memadai, dan saat ini telah ada toko/koperasi sekolah yang sederhana dan peralatan mesin jahit tidak lebih dari 10 unit. Namun demikian untuk menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan, dirasa masih belum dapat direalisasikan secara maksimal.

Keempat, setelah pembelajaran IPS pemahaman peserta didik tentang nilai-nilai kewirausahaan ada beberapa peserta didik yang memahaminya dengan positip mengenai nilai-nilai kewirausahaan mulai yang berkaitan dengan arti dan pentingnya suatu kejujuran, keberanian dan kerja keras, sampai resiko-resiko yang buruk dari tidak memahaminya nilai-nilai kewirausahaan. Beberapa siswa juga ada yang memahaminya biasa saja tentang arti dari nilai-nilai kewirausahaan ini, agar betul-betul dipahamioleh peserta didik. Dan yang lain lagi justru ada beberapa peserta didik yang tidak memahami sama sekali tentang arti pentingnya nilai-nilai kewirausahaan ini. Hal ini dikarenakan peserta didik ada yang senang dengan pelajaran ini, ada yang biasa saja dan ada yang tidak senang sama sekali. Dan begitu juga jika di lihat dari sisi gurunya ada peserta didik yang senang, dan ada yang biasa saja, karena guru yang bersangkutan cara mengajarnya sama dengan guru-guru lainnya.


(2)

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan tersebut diajukan rekomendasi sebagai berikut : Pertama, nilai-nilai kewirausahaan perlu ditanamkan dan diberikan kepada peserta didik oleh guru IPS ataupun guru mapel Ketrampilan dan Mulok, agar peserta didik semakin memahami dan menjiwai.

Kedua, Guru-guru MTs Mathla’ul Anwar diharapkan dapat memberikan pemahman tentang nilai-nilai kewirausahaan secara jelas kepada peserta didik, dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, dan bervareasi serta tidak monoton.

Ketiga, kepada para pengambil kebijakan hendaknya merancang model pembelajaran yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik, pada proses pembelajaran di lingkungan sekolah, dengan mengusahakan sarana dan prasarana yang mendukung.

Keempat, sekolah hendaknya memiliki pedoman yang jelas agar hasil pembelajaran IPS hususnya dan pelajaran yang terkait lebih dipahami oleh peserta didik, dan berdampak positip serta dapat memberikan makna bagi peserta didik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, Suwarma (2005). Strategi Pembelajaran IPS,Bandung: SPS UPI.

Alwasilah, A. C. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Amri, Sofan, Ahmadi. Iif Khoiru. (2010). Kontruksi Pengembangan

Pembelajaran, Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktek Kurikulum. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Anwar, (2006), Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung :

Alfabeta.

Asyafah,Abas. H. (2009). Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya,

Bandung : Alfabeta.

Creswell, W, John. (2002). Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative

and Qualitative Research. New Jersey: University of Neraska-Lincoln.

Dimyati dan Mujiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Saiful.B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas, (2006). Pengembangan Silabus Pembelajaran Sejarah. Jakarta :

Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, (2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model

Silabus SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Dun Steinhoff, John F. Burgess. (1993). Small Business Management

Fundamentals 6th ed. New York: Mcgraw Hill, Inc.

Evans, James R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management

Sciences, Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fatah Syukur. (2008). Teknologi Pendidikan. Semarang : RaSail Media Group.

Hidayat, Moch. (2009) dengan tema “ Pembelajaran Berorientasi Masalah Sosial

Untuk Mengembangkan Ketrampilan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”. ( PTK pada kelas IV SDN Sukamulya 2 Kertajadi Majalengka).Bandung: Tesis PIPS UPI. (tidak diterbitkan).


(4)

Hirisch, Robert. D. and Michael D. Peter (1992). Enterpreneurship. Tokyo: Toppan Co, Ltd.

Ichwan, Mohammad Nor. (2009). Classroom Action Research. RaSail Media

Group.Tesis pada SPS UPI: tidak diterbitkan.

Isjoni. (2007). Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Kao, J.J. Raimond W. (1991). The Enterpreneurial Organization, New Jersey:

Prentice Hall International, Inc.

Koentjaraningrat, Edisi Revisi (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta:

Rineka Cipta.

Mamuasi, Rahmat, (2009). Kontribusi Penguasaan Materi dan Suasana Belajar

Dalam Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa.(Studi pada siswa kelas III SMK 1 Kota Ternate). Bandung: Tesis Pendidikan IPS UPI. (tidak diterbitkan).

Masyhuri, M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dan

Aplikatif, Bandung: PT. Refika Aditama.

Meredith G. Geoffrey. (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta:

Pustaka Binaman Presindo.

Munandar, Utami. (1992) Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: Gramedia.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, J Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, H. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University

Press.

Nugroho Notosusanto. (1981). Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta :


(5)

Ruhimat, Mamat., Nana Supriatna,. Kosim, (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Ssiologi, Ekonomi) untuk kelas VII SMP. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.

Saripudin, Didin., Ahmad, Abdul Razaq. (2008). Masyarakat dan Pendidikan

Perspektif Sosiologi, Pahang Malaysia: Yayasan Istana Abdulazis.

Sartono Kartodirdjo, (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sevilla Consuelo. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Penterjemah Alimudin

Tuwu. Jakarta: UI Press.

Sidharta, Poespadibrata. (1993). Sistem Nilai, Kepercayaan, dan Gaya

Kepemimipinan Manajer Madya Dalam Konteks Budaya Organisasi,

Bandung: Disertasi UNPAD.

Somantri, M. Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soeharto, Prawirakusumo. (1997). Peranan Perguruan Tinggi dalam

Menciptakan Wiausaha-wirausaha Tanguh, Makalah Seminar,

Jatinangor: FIBI-IKOPIN.

Soeparman, Soemahamidjaja, (1980). Membina Sikap Mental Wirausaha, Jakarta:

Gunung Jati.

Suharsini Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian suatu Pendekalan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sumahamijaya, S.,dkk, (2003). Pendidikan Karkter Mandiri dan Kewiraswastaan,

Suatu Upaya Bagi Keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas/Broad Based Edukation dan Life Skills, Bandug: Angkasa.

Supardan, Dadang. (2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktral, Jakarta; BumiAksara.

Suryana, (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat Dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta; Salemba Empat.

Suryanegara, Ahmad M. (2009). API Sejarah; Buku yang akan mengubah drastis

sPandangan Anda tentang Sejarah Indonesia. Bndung: Salamadani


(6)

Sunyoto, Danang dan Ambar W. (2009). Kewirausahaan Teori, Evaluasi dan Usaha Mandiri, Bogor : Esia Media

Sugiyono, (2006). Metode Pendidikan Kualitatif, Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Widja, I Gde. (1983). Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikti.

Wiriaatmadja, Rochiyati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmerer, W. Thomas, Norman. Scarborough. (1996). Enterpreneurship and the

new Venture formation. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

http://www.budpar.go.id/filedata/4552_1360-PengelolaanKoleksi.pdf http://www.budpar.go.id/filedata/4410_1346-

http://one .indoskripsi.com/click/6231/0.

http://kasturi82.blogspot.com/2009/apakah yang dimaksud

dengan-kreativitas.html

http://bangbek.blogspot.com/2009/10/berfikir-kreatif.html http://emmul multiply.com/journal/item/1/berfikir-kreatif

http://ridhoariono.blogspot.com.2010/02/pengertian-kreativitas.html http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/pengertian-kreativitas/


Dokumen yang terkait

ISLAM DAN INTERNALISASI NILAI-NILAI ANTIKORUPSI

0 2 15

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM Internalisasi Nilai-Nilai Islam Untuk Pembentukan Akhlak Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Muhammadiyah 16 Karangasem La

0 3 17

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Internalisasi Nilai-Nilai Islam Untuk Pembentukan Akhlak Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Laweyan Surakarta.

0 2 23

PROSES PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN ISLAM AL IRSYAD SALATIGA DALAM INTERNALISASI NILAI MATA PELAJARAN AQIDAH PADA SANTRI

2 73 286

NILAI-NILAI PATRIOTISME DAN NASIONALISME YANG TERKANDUNG DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI Nilai-Nilai Patriotisme dan Nasioanlisme yang Terkandung dalam Pembelajaran IPS Materi Sejarah Perkembangan ISlam di Indonesia (Studi Kasus di kelas V SD Muhammadiya

0 2 17

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Patriotisme dan Nasioanlisme yang Terkandung dalam Pembelajaran IPS Materi Sejarah Perkembangan ISlam di Indonesia (Studi Kasus di kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo).

0 2 9

PENGARUH MODEL KLARIFIKASI NILAI BERBASIS JURNAL TERHADAP PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS.

1 8 74

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP IPIEMS SURABAYA.

1 9 152

PENGARUH MODEL KLARIFIKASI NILAI BERBASIS JURNAL TERHADAP PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS - repository UPI T IPS 1204772 Title

0 0 3

Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Tafsîr Al-Rāzi pada Pengembangan Pendekatan Pembelajaran Tafsi

0 0 17