INTERNALISASI NILAI AHLAK MULIA DALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA : Studi Kasus di Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan Bandung.

(1)

INTERNALISASI NILAI AHLAK MULIA

DALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA

(Studi Kasus di Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

dalam Bidang Pendidikan Umum dan Nilai

Oleh

USEP SAEPULLAH

0907709

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

INTERNALISASI NILAI AHLAK MULIA

DALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA

(Studi Kasus di Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan Bandung)

Oleh Usep Saepullah Dr.UPI Bandung, 2015

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pasca Sarjana Prodi Pendidikan Umum (PU)

© Usep Saepullah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Lembar Pengesahan

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor

PROF. DR. H. SYIHABUDDIN, M.Pd. NIP. 196001201987031001

Ko-promotor

PROF. DR. H. ISHAK ABDULHAK, M.Pd. NIP. 194902271977031002

Anggota

PROF. DR. H. SOFYAN SAURI, M.Pd NIP. 195604201983011001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Umum

DR. KAMA ABDUL HAKAM, M.Pd NIP. 195512151980021001


(4)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di MTs . Persis Pajagalan Bandung)

Usep Saepullah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketimpangan antara aspek ideal ajaran agama dan tujuan Pendidikan Nasional dengan realitas prilaku remaja. Ketimpangan yang dimaksud di antaranya: (1) Kerusuhan dan konflik antar daerah, (2) Perkelahian, tawuran, free sex di kalangan remaja dan dewasa (SLTP dan SLTA), (3) Penurunan nilai akhlak mulia dan kurangnya kesadaran kesalehan sosial (individu, kelompok dan masyarakat). Oleh karena itu perlu adanya solusi alternatif internalisasi nilai moral melalui pendidikan formal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program, nilai akhlak mulia dalam kurikulum, metode pendidik, keterlibatan warga sekolah dan evaluasi dalam internalisasi nilai akhlak mulia di MTs. Persis Pajagalan. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Sementara tahapan analisis data penelitian dilakukan dengan, reduksi data, display data, kemudian kesimpulan dan verifikasi.) Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal berikut: (1) Program internalisasi nilai antara lain: tafaqquh fiddin, bai`at santri, proses belajar mengajar pendidik, ihtifal (upacara) dan kegiatan ekstrakurikuler. (2) Nilai akhlak pada kurikulum di antaranya, akhlak terpuji: Taat, ikhlash, khauf, roja’ dan taubat, shabar, tawakkal, qona’ah, dan tawadlu. Adapun akhlak tercela: riya, kufur, syirik dan nifaq, tergesa-gesa, rakus, penakut, rendah diri. (3) Metode yang dipergunakan pendidik dalam pembinaan kesalehan sosial, antara lain; hiwar atau dialog, qishah atau cerita, keteladanan, pembiasaan, nasihat dan perhatian (targhib dan tarhib). (4) Keterlibatan warga sekolah dalam pembinaan nilai diantaranya: staf tata usaha menyimpan data tentang perkembangan siswa; server internet memantau penggunaan internet; satpam berfungsi memperhatikan, melaporkan pelanggaran siswa kepada guru, kemudian ke kesantrian dan ke Bimbingan Konseling (BK) sampai pemanggilan orangtua siswa. (5) Evaluasi terlihat dari kemajuan keilmuan siswa, pemahaman logika ketika debat (diskusi), kemampuan menjelaskan hasil pemahaman terhadap materi keagamaan melalui ihtifal dan karakter kepribadiannya; iklash, taat, yakin, empati terlihat ketika simpati antar teman dengan menolong dalam belajar, menghormati guru kakak kelas dan orangtua, anak rajin ke masjid secara ikhlas dengan kesadaran sendiri, jujur, kreatif dalam menambah khazanah ilmu dan mengembangkan minat.

Berdasarkan temuan, peneliti merekomendasikan model internalisasi nilai akhlak mulia untuk dijadikan contoh penerapan pada jenjang pendidikan formal SD, SMP,SMA dan Pesantren.

Model internalisasi nilai melalui tahapan transformasi, transaksi dan trans-internalisasi nilai juga proses pendidikan karakter; moral knowing, moral feeling dan action moral.


(5)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Internalization of Noble Morals Values in Developing Social Piety Students (Case Study in MTs. Persis Pajagalan Bandung)

Usep Saepullah

This research is motivated by the discrepancy between the ideal aspects of religious teachings and goals of the National Education with the reality of adolescent behavior. Inequality is among them: (1) Unrest and conflicts between regions, (2) Fight, brawl, free sex among adolescents and adults (junior and senior), (3) Impairment of noble character and lack of awareness of social piety (individuals, groups and communities) Hence the need for an alternative solution internalization of moral values through formal education. This study aims to determine the program, noble character values in the curriculum, method educators, the involvement of the school community and evaluation the internalization of noble character in MTs. Persis Pajagalan. This research method is descriptive qualitative analytic approach. The data collection techniques, namely: observation, interviews, documentation and literature studies. While the data analysis stage of research conducted by, data reduction, data display, conclusion and verification. Our research found the following: (1) Internalization program include: tafaqquh fiddin, bai`at santri, educators teaching and learning process, ihtifal (ceremony) and extracurricular activities) (2) Moral values in the curriculum of which, commendable morals: Obey, Ikhlash, Khauf, roja' and repentance, shabar, resignation, qona'ah, and tawadlu. As for the despicable character: riya, kufr, shirk and nifaq, hasty, greedy, cowardly, low self-esteem (3) The method used in the formation of social piety educators, among others; Hiwar or dialogue, qishah or story, exemplary, habituation, advice and attention (targhib and tarhib). (4) The involvement of schools in developing such values: administrative staff of storing data on student progress; Internet server monitor internet usage; work security guard noticed, reported violations of students to teachers, then to kesantrian and to Counseling (BK) to call parents (5) Evaluation can be seen from the progress of science students, understanding the logic when the debate (discussion), the ability to explain the results of the understanding of religious materials through ihtifal and character personality iklash, obedient, confident, empathetic look when sympathy between friends to help in learning, respecting teachers and parents seniors, children diligent to the mosque is sincere with his own consciousness, honest, creative in adding to the treasures of science and develop interest.

Based on the findings, researchers recommend the model of internalization of noble character to be used as an example of the application of formal education in elementary, junior high, high school and boarding school

Model internalization through the stages of transformation, transaction and trans-internalization of the character of the educational process as well; moral knowing, moral feeling and moral action.


(6)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)


(7)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Bandung)” ini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan

Usep Saepullah NIM 0907709


(8)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di MTs . Persis Pajagalan Bandung)

Usep Saepullah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketimpangan antara aspek ideal ajaran agama dan tujuan Pendidikan Nasional dengan realitas prilaku remaja. Ketimpangan yang dimaksud di antaranya: (1) Kerusuhan dan konflik antar daerah, (2) Perkelahian, tawuran, free sex di kalangan remaja dan dewasa (SLTP dan SLTA), (3) Penurunan nilai akhlak mulia dan kurangnya kesadaran kesalehan sosial (individu, kelompok dan masyarakat). Oleh karena itu perlu adanya solusi alternatif internalisasi nilai moral melalui pendidikan formal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program, nilai akhlak mulia dalam kurikulum, metode pendidik, keterlibatan warga sekolah dan evaluasi dalam internalisasi nilai akhlak mulia di MTs. Persis Pajagalan. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Sementara tahapan analisis data penelitian dilakukan dengan, reduksi data, display data, kemudian kesimpulan dan verifikasi.) Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal berikut: (1) Program internalisasi nilai antara lain: tafaqquh fiddin, bai`at santri, proses belajar mengajar pendidik, ihtifal (upacara) dan kegiatan ekstrakurikuler. (2) Nilai akhlak pada kurikulum di antaranya, akhlak terpuji: Taat, ikhlash, khauf, roja’ dan taubat, shabar, tawakkal, qona’ah, dan tawadlu. Adapun akhlak tercela: riya, kufur, syirik dan nifaq, tergesa-gesa, rakus, penakut, rendah diri. (3) Metode yang dipergunakan pendidik dalam pembinaan kesalehan sosial, antara lain; hiwar atau dialog, qishah atau cerita, keteladanan, pembiasaan, nasihat dan perhatian (targhib dan tarhib). (4) Keterlibatan warga sekolah dalam pembinaan nilai diantaranya: staf tata usaha menyimpan data tentang perkembangan siswa; server internet memantau penggunaan internet; satpam berfungsi memperhatikan, melaporkan pelanggaran siswa kepada guru, kemudian ke kesantrian dan ke Bimbingan Konseling (BK) sampai pemanggilan orangtua siswa. (5) Evaluasi terlihat dari kemajuan keilmuan siswa, pemahaman logika ketika debat (diskusi), kemampuan menjelaskan hasil pemahaman terhadap materi keagamaan melalui ihtifal dan karakter kepribadiannya; iklash, taat, yakin, empati terlihat ketika simpati antar teman dengan menolong dalam belajar, menghormati guru kakak kelas dan orangtua, anak rajin ke masjid secara ikhlas dengan kesadaran sendiri, jujur, kreatif dalam menambah khazanah ilmu dan mengembangkan minat.

Berdasarkan temuan, peneliti merekomendasikan model internalisasi nilai akhlak mulia untuk dijadikan contoh penerapan pada jenjang pendidikan formal SD, SMP,SMA dan Pesantren.

Model internalisasi nilai melalui tahapan transformasi, transaksi dan trans-internalisasi nilai juga proses pendidikan karakter; moral knowing, moral feeling dan action moral.


(9)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Internalization of Noble Morals Values in Developing Social Piety Students (Case Study in MTs. Persis Pajagalan Bandung)

Usep Saepullah

This research is motivated by the discrepancy between the ideal aspects of religious teachings and goals of the National Education with the reality of adolescent behavior. Inequality is among them: (1) Unrest and conflicts between regions, (2) Fight, brawl, free sex among adolescents and adults (junior and senior), (3) Impairment of noble character and lack of awareness of social piety (individuals, groups and communities) Hence the need for an alternative solution internalization of moral values through formal education. This study aims to determine the program, noble character values in the curriculum, method educators, the involvement of the school community and evaluation the internalization of noble character in MTs. Persis Pajagalan. This research method is descriptive qualitative analytic approach. The data collection techniques, namely: observation, interviews, documentation and literature studies. While the data analysis stage of research conducted by, data reduction, data display, conclusion and verification. Our research found the following: (1) Internalization program include: tafaqquh fiddin, bai`at santri, educators teaching and learning process, ihtifal (ceremony) and extracurricular activities) (2) Moral values in the curriculum of which, commendable morals: Obey, Ikhlash, Khauf, roja' and repentance, shabar, resignation, qona'ah, and tawadlu. As for the despicable character: riya, kufr, shirk and nifaq, hasty, greedy, cowardly, low self-esteem (3) The method used in the formation of social piety educators, among others; Hiwar or dialogue, qishah or story, exemplary, habituation, advice and attention (targhib and tarhib). (4) The involvement of schools in developing such values: administrative staff of storing data on student progress; Internet server monitor internet usage; work security guard noticed, reported violations of students to teachers, then to kesantrian and to Counseling (BK) to call parents (5) Evaluation can be seen from the progress of science students, understanding the logic when the debate (discussion), the ability to explain the results of the understanding of religious materials through ihtifal and character personality iklash, obedient, confident, empathetic look when sympathy between friends to help in learning, respecting teachers and parents seniors, children diligent to the mosque is sincere with his own consciousness, honest, creative in adding to the treasures of science and develop interest.

Based on the findings, researchers recommend the model of internalization of noble character to be used as an example of the application of formal education in elementary, junior high, high school and boarding school

Model internalization through the stages of transformation, transaction and trans-internalization of the character of the educational process as well; moral knowing, moral feeling and moral action.


(10)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrâhîm.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Ilahi Rabbi pencipta alam semesta beserta isinya. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada nabi akhir zaman, Muhammad Saw diutus sebagai penyempurna akhlak dan pribadinya yang menjadi “uswah hasanah” bagi umat sedunia.

Allah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dan menciptakan pula rasa kasih sayang di antara mereka. Perpaduan keduanya lahirlah anak-anaknya sebagai amanah dari Allah yang harus dipelihara, dididik yang dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Dalam kerangka pendidikan tersebut, di samping orang tua juga peran warga sekolah pada lembaga pendidikan formal khususnya guru Akhlak di sekolah begitu penting untuk menanamkan dan membiasakan nilai akhlak mulia sehingga menjadikan anaknya memiliki kesalehan individu dan kesalehan sosial.

Oleh karena itu, rahmat dan taufik Allah SWT. jualah yang telah menggerakkan hati penulis untuk meneliti bagaimana proses internalisasi nilai


(11)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akhlak mulia sehingga terwujud dan terbina kesalehan sosial siswa, adapun judul dalam penulisan disertasi ini yaitu : “Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: program, nilai akhlak mulia dalam kurikulum, metode pendidik, keterlibatan warga sekolah, bentuk evaluasi dalam internalisasi nilai akhlak mulia di MTs. Pesantren Persis Pajagalan. Berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya penulis diberi keyakinan dalam menyelesaikan tugas berat ini, yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam bidang Pendidikan Umum dan Nilai, pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan hidonesia Bandung.

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran atau kontribusi efektif bagi perencanaan pendidikan umum dan nilai dalam menerapkan berbagai bentuk kegiatan pembinaan kepribadian kesalehan sosial siswa di sekolah. Penulis sebagai manusia yang lemah, menyadari bahwa penelitian ini, masih jauh dari kesempurnaannya, “Tak ada gading yang tak retak”. Hanya kepada Allah jualah penulis memohon petunjuk dan pertolongan-Nya untuk bisa menyelesaikan disertasi ini, serta ada dalam ridha Allah SWT. Amîn.


(12)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung, Agustus 2015 Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT., yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan disertasi ini dapat diselesaikan sebagai syarat menyelesaikan studi S3 di sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung turut memberikan kontribusi terhadap penyelesaian penelitian dan penulisan disertasi. Sulit rasanya mengungkapkan perasaan hati sanubari yang paling dalam melalui kata-kata, namun demikian dengan ketulusan yang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa-jasa berbagai pihak untuk penulisan disertasi ini, terutama kepada yang terhormat:

Bapak Prof. Dr. H. Syihabuddin, M.pd, sebagai Promotor penulisan disertasi ini. Dengan kesabarannya yang tidak terkira serta ketulusan dan kepribadiannya yang membumi telah memberi keteladanan dan curahan ide cemerlang serta solusi konstruktifnya, sehingga peneliti terpacu untuk menyelesaikan disertasi ini.

Bapak Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd, sebagai ko-promotor penulisan disertasi ini. Beliau yang senantiasa memberi usulan imajinasi kreatifnya dan semangat kepada peneliti untuk memperluas cakrawala perespektif dengan


(13)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai rujukan dan menemukan ide-ide kontributif. Dengan kesabaran, ketekunan, perhatian, keikhlasan telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan disertasi.

Bapak Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd., sebagai anggota promotor disertasi ini, kearifan yang relevan dan sarat makna dan wawasan telah menguatkan motivasi peneliti serta mengarahkan penulis dalam penulisan disertasi ini.

Rektor UPI dan seluruh staf jajarannya yang telah memberikan fasilitas dalam banyak hal selama peneliti menyelesaikan studi. Direktur, asisten direktur, dan staf Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membantu dan memberikan fasilitas akademik dalam menyelesaikan studi.

Ketua dan guru besar pada program Doktor, Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah banyak memberikan ilmu terapan yang luhur dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta keteladanan.

Bapak pimpinan Mudir Âm dan kepala Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian serta memberikan sumber-sumber dan informasi yang lengkap, serta dengan sabarnya meluangkan waktu untuk diganggu oleh penulis, untuk memberikan penjelasan dan informasi tentang Pesantren dan penanaman nilai akhlak. Para ustadz dan ustadzah, karyawan, dan para santri Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan yang telah membantu penulis dengan memberikan informasi yang sangat berharga untuk dijadikan bahan-bahan penelitian.

Seluruh rekan seperjuangan pada Program Doktor dalam Bidang Pendidikan Umum SPS UPI angkatan 2009/2010, terutama Dr. Suhendi Apryanto dan Dr. Darma Kesuma, Anda semua adalah partner diskusi dan berbagi pengalaman, serta telah memberikan jalinan persahabatan yang tulus murni dan motivasi yang luar biasa untuk menyelesaikan studi.


(14)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kedua orang tuaku terkasih yang dengan kesabaran, ketabahan, perhatian, dan keikhlasannya memberikan dorongan dan doa agar anaknya diberikan kekuatan lahir batin dalam menyelesaikan studi ini, walaupun ayahanda sekarang keadaannya sedang dalam keadaan sakit, semoga Allah SWT. memberikan kesembuhan buat ayahandaku. Dorongan yang tak terhingga nilainya datang dari Istri tercinta Edeh Rosmiati, S.Ag dan anaku tersayang Rahadian Nur Irfan yang senantiasa mengingatkan, mendorong, memotivasi, memberikan semangat untuk secepatnya dapat menyelesaikan studi Program Doktor.

Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, mereka telah banyak membantu memperlancar dan memotivasi dalam penulisan disertasi ini sehingga selesai. Mudah-mudahan Allah SWT., membalas segala kebaikannya dengan balasan yang berlipat ganda. Besar harapan penulis, mudah-mudahan disertasi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang positif bagi model pendidikan nilai keberagaman, nilai akhlak mulia dan pembinaan kesalehan individu, kesalehan kelompok dan kesalehan sosial. Amîn.

Bandung, Agustus 2015 Penulis,


(15)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAPTAR ISI

hal

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... Vi UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... Xi DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... Xv PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... xvi


(16)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 11

BAB II INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA DAN KESALEHAN SOSIAL ... 12 A. Internalisasi Nilai ... 12

B. Nilai Akhlak Mulia ... 15

1. Pengertian Akhlak ... 15

2. Nilai Akhlak Mulia ... 18

3. Ruang Lingkup Akhlak ... 21

C. Pembinaan Kesalehan Sosial ... 22

1. Pembinaan ... 22

2. Metode Pembinaan Kesalehan Sosial ... 32

3. Kesalehan Sosial ... 41

D. Pendidikan Umum, Akhlak dan Pembinaan Kesalehan sosial ... 46 1. Pengertian Pendidikan Umum ... 46

2. Kedudukan Akhlak dalam Pendidikan Umum ... 49

3. Urgensi Pembinaan Kesalehan Sosial dalam Pendidikan Umum ... 52 E. Penilitian Terdahulu yang relevan... 54

1. Posisi Teoritis Penelitian ... 60

1. Asumsi-asumsi Penelitian ... 62

2. Kerangka Berfikir ...,.. 64

BAB III METODE PENELITIAN ... 80

A. Desain Penelitian ... 80


(17)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Metode Penelitian ... 86

B. Subyek Penelitian ... 86

C. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 87

1. Definisi Operasional ... 87

2. Instrumen Penelitian ... 89

D. Teknik Pengumpulan Data ... 89

1. Observasi ... 90

2. Wawancara ... 91

3. Dokumentasi ... 91

4. Studi Pustaka ... 92

E. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian ... 92

1. Penelitian Awal ... 92

2. Tahap-Tahap Pelaksanaan ... 92

3. Validitas ... 95

4. Analisis Data ... 97

5. Tahap Penyusunan Laporan... 99

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A.Pendahuluan ... 101

1. Gambaran Umum Pesantren Persis Pajagalan ... 101

2. Jenis Pendidikan Dasar dan Menengah ... 105

B. Analisis Data dan Pembahasan Temuan ... 108

1. Program Internalisasi Nilai ... 108

2. Nilai Akhlak Mulia dalam Kurikulum ... 126

3. Metode Internalisasi Nilai... 137 4. Keterlibatan warga sekolah dalam pembinaan nilai

kesalehan sosial di MTs. Persis Pajagalang ... 163


(18)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pajagalan ...

C. Model Internalisasi Nilai Akhlak Mulia... 179

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI... 228

1. Simpulan Umum ... 228

2. Simpulan Khusus ... 230

3. Implikasi dan Rekomendasi... 233

DAFTAR PUSTAKA ... 234

Lampiran 1: Pedoman Wawancara... 243

Lampiran 2: Transkrip Wawancara ... 247

Lampiran 3: Silabi Kurikulum Mata Pelajaran Aqidah-Akhlaq Jenjang Tsanawiyah- Diniyah Wustha ... 280 Lampiran 4: Foto Kegiatan Para Santri di Lingkungan Pesantren Persis 298 Lampiran 5: Foto Kegiatan Focus Group Discusion (FGD) ... 302

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Konsep Kunci Social Learning Theory 26

Tabel 3.1 Tabel Pedoman Wawancara 116

Tabel 4.1 Peta Indikator Akhlak dan Prilaku Siswa 198 Tabel 4.2 Indikator Kesalehan Sosial di MTs. Persis Pajagalan 200 Tabel 4.3 Internalisasi Tafaqquh fiddin MTs. Persis Pajagalan 203 Tabel 4.4 Internalisasi Ihtifal MTs. Persis Pajagalan 205 Tabel 4.5 Internalisasi Bai`at Santri di MTs. Persis Pajagalan 209


(19)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 Internalisasi PBM MTs. Persis Pajagalan 212 Tabel 4.7 Keterlibatan warga sekolah (guru) MTs. Persis Pajagalan

dalam Internalisasi

218 Tabel 4.8 Keterlibatan warga sekolah (BK) dalam Internalisasi 220 Tabel 4.9 Keterlibatan warga sekolah (TU&Tenaga kependidikan

lainya ) dalam Internalisasi

223 Tabel 4.10 Penerapan Social Learning Theory 226

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Social Learning Theory 25

Gambar 2.2 Component of Good Character 30

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir 64

Gambar 3.1 Analisis Data Penelitian 104


(20)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.1 Proses Internalisasi Nilai 161

Gambar 4.2 Model Internalisasi 179

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1 ا a tidak dilambangkan


(21)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 ت t Te

4 ث ts Tsa

5 ج j Je

6 ح h ha dengan garis bawah

7 خ kh kha

8 د d De

9 ذ dz de dengan zet

11 ر r Er

11 ز z Zet

12 س s Es

13 ش sy es dengan ye

14 ص sh es dengan ha

15 ض dl d dengan el

16 ط th te dengan ha

17 ظ zh zet dengan ha

18 ع „ koma terbalik di atas

19 غ g ge

21 ف f Ef

21 ق q Ki

22 ك k Ka

23 ل l El

24 م m Em

25 ن n En

26 و w We

27 h Ha

28 ء , Apostrof

29 ي y Ye


(22)

1

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu, Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3).

Watak serta peradaban bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang memiliki kesalehan secara individu, kelompok dan masyarakat. Hal ini terkemuka, mengingat indikator kesalehan meliputi; bangsa yang cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Nilai akhlak mulia senantiasa melekat dalam cita-cita pendidikan nasional dan pendidikan nilai merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Sejumlah mata pelajaran yang secara khusus mengemban misi pendidikan nilai moral, yakni Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Budi Pekerti, Aqidah Akhlak. Secara teoretis, hadirnya perundang-undangan dan mata pelajaran nilai-moral tersebut seharusnya berpengaruh terhadap kesalehan sosial sebagai cerminan dari internalisasi akhlak mulia masyarakat terutama peserta didik.

Namun di kalangan remaja dan pelajar ditemukan fenomena yang bersifat paradoks antara aspek ideal ajaran agama dan undang-undang pendidikan dengan realitas aktual perilaku mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat sejumlah ketimpangan sosial, krisis nilai moral (akhlak) dan cenderung kurang memiliki


(23)

2

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesalehan sosial. Harian Republika (7 Maret 2000) membeberkan hasil survey Kanwil Depdiknas DKI Jakarta yang menyatakan 29 siswa (SLTP dan SLTA) di Jakarta selama kurun waktu 1 tahun tewas akibat tawuran, dan 25% dari total siswa di Jakarta pernah terlibat tawuran. Harian Kompas (9 Maret 2000) mengutip hasil survey Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu pada 117 remaja berusia 13-20 tahun; hasilnya, diketahui bahwa 42% menyatakan pernah berhubungan seks dan 52% diantaranya masih aktif menjalaninya sampai sekarang.

Di bidang sosial kemasyarakatan, bangsa ini mengalami kerusuhan, konflik antardaerah, perkelahian, tawuran, free sex pada kalangan remaja dan dewasa serta berbagai kondisi sosial kemasyarakatan lainnya yang semakin meningkat dari tahun ketahun (Talabudin, 2011, hlm. 165)

Mursidin (2008, hlm. 168-187) menyatakan telah terjadi gejala tidak adanya kesalehan sosial mencerminkan akhlak yang buruk seperti digambarkan sebagai berikut:

1. Pergaulan antar lawan jenis di luar batas; Kasus asusila yang paling umum dilakukan oleh para siswa di lingkungan SMP (salah satu contohnya) adalah pergaulan antar lawan jenis (pria dengan wanita) secara berlebihan. Keberlebihan itu ditandai dengan penuturan Ibu IM (45 tahun), seorang pedagang warung dekat lokasi sekolah yang anaknya tercatat sebagai salah seorang peserta didik di sekolah tersebut, rumahnya kerapkali dijadikan lokasi mojok (istilah pacaran yang lazim digunakan di daerah itu) antara pelajar putra dengan putri, sampai terlihat sangat intim. Temuan peneliti didapatkan dari keterangan Ibu IM (45 tahun), seorang pedagang warung

dekat lokasi sekolah. “Taun-taun kapengker mah kantos aya murid sakola anu dugi ka kakandungan, da bebas teuing pergaulannana” (Beberapa tahu lalu pernah terjadi ada siswa sekolah yang hamil, akibat pergaulan bebas).


(24)

3

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mabuk-mabukan; Penuturan Ibu EM (52 tahun), seorang penduduk yang tinggal di lingkungan sekolah yang anaknya tercatat sebagai pelajar di sekolah itu, menceritakan bahwa dia kerap memergoki ada beberapa anak yang dia kenal sebagai siswa sekolah tersebut sedang mabuk-mabukan bersama para pemuda kampung. “Komo nuju aya keneh pemuda anu linggih di gigireun bumi ibu mah, ampir unggal wengi atuh Cep marurangkalih sakola teh mabokna; untung pun anak mah tara da ku ibu sok dicaram” (Terlebih ketika masih ada pemuda yang tinggal di samping rumah ibu, hampir tiap malam anak-anak sekolah mabuk; masih untung anak ibu sendiri tidak terlibat, karena ibu larang).

Koyan dalam Sudjana (2010, hlm. 94) menyatakan akibat dari hanyutnya Spriritual Quetiont (SQ) Akhlak Karimah – pada diri masyarakat dan siswa umumnya, menimbulkan efek sosial yang buruk yang mengindikasian lemahnya tingkat kesalehan sosial. Dalam kondisi kekinian telah terjadi bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalah moral yang timbul di Indonesia, di antaranya: 1) meningkatnya pemberontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar; 2) meningkatnya ketidak-jujuran seperti suka bolos, nyontek, tawuran sekolah, dan suka mencuri; 3) kurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang; 4) meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis; 5) munculnya kejahatan yang memiliki sifat fanatik dan penuh kebencian; 6) berbahasa tidak sopan ;7) merosotnya etika kerja; 8) meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan kurang tanggung jawab sebagai warga negara; 9) timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual prematur, menyalahgunakan mirasantika / narkoba dan perilaku bunuh diri; serta 10) timbulnya ketidaktahuan sopan santun mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain tanpa berpikir bahwa hal itu salah.


(25)

4

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampai sekarang, tidak sedikit orang yang meyakini bahwa nilai ber-kembang dan dibina di sekitar keluarga (Raths, 1978, hlm. 16), karena hubungan insani antara orangtua dengan anak di keluarga sangat dekat sehingga memungkinkan terjadinya pewarisan nilai yang intensif dalam setiap aktivitasnya, baik melalui sikap, perbuatan maupun pemikiran (Hakam, 2010, hlm. 2). Namun, menurut hasil penelitian Lickona (1992, hlm. 33), bahwa orangtua hanya memiliki waktu rata-rata dua menit seharinya untuk berdialog secara bermakna dengan anaknya. Akibatnya, menurut Raths (1978, hlm. 17) kesempatan untuk mendiskusikan kegiatan-kegiatan harian yang bermakna itu hilang. Akhirnya anak akan menerima dan menginternalisasi nilai dari luar, salah satu di antaranya dari teman sebaya.

Kebingungan anak terhadap nilai, diperluas dengan meluasnya informasi dari media komunikasi. Pada akhir abad 20, alat-alat komunikasi yang potensial telah diperkenalkan ke dalam ritualitas kehidupan keluarga. Media memberikan variasi pandangan hidup yang tidak pernah ditemuinya di keluarga, sehingga membiaskan pandangan hidup yang seharusnya mereka warisi. Dewasa ini, media sering menggunakan prinsip "bad isues is good news", sementara semua orang menonton, menyimak dan mencernanya(Hakam, 2010, hlm. 4).

Kualitas akhlak para pelajar penting mendapatkan perhatian mengingat para pelajar merupakan tulang punggung suatu bangsa dan aset masa depan bangsa. Jika para pelajar atau remaja memiliki moral atau kualitas akhlak yang rendah, maka akan berpengaruh terhadap maju-mundurnya peradaban sebuah bangsa di masa yang akan datang (Mahfuzh, 2001: 229). Lickona dalam Megawangi (2004: 8) menegaskan adanya hubungan erat antara aspek moral dengan kemajuan bangsa. Sekurang-kurangnya terdapat sepuluh tanda kehancuran suatu bangsa, yakni: 1) peningkatan kekerasan di kalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) peningkatan perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin tidak jelas pedoman moral baik dan buruk, 6)


(26)

5

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penurunan etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang-tua dan guru, 8) rasa tanggung jawab individu dan warga negara yang makin rendah, 9) membudayanya ketidakjujuran, dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama manusia.

Kontroversi antara idealitas moral dengan realitas sosial, baik di sekolah maupun di masyarakat, menandakan perlu adanya proses internalisasi nilai moral akhlak mulia secara integral melalui proses pendidikan, serta melalui proses kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara(Hakam, 2010, hlm. 6). Oleh karena itu, pada tataran instrumental makro school-based values education dan society-based values education, perlu dirancang secara sistemik dan utuh dalam sistem pendidikan nasional, dan secara praksis diciptakan jaringan serta iklim sosial kultural yang memungkinkan terjadinya interaksi fungsional pedagogis antara kegiatan-kegiatan di sekolah dan di luar sekolah (Winataputra, 2000, hlm. 4).

Proses internalisasi tersebut dilaksanakan secara komprehensip dengan menggunakan strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur-unsur yang terkait dengan proses pembelajaran atau pendidikan, seperti guru-guru, kepala sekolah, orang tua murid, dan tokoh-tokoh masyarakat (Sudjana, 2010, hlm. 94).

Menurut Syihabuddin (2011, hlm. 18), kajian nilai dalam konteks manusia mencakup dua hal, Pertama; membina dan mengasah daya kognitif dan emosional manusia agar mampu memperoleh nilai, mengklarifikasi nilai, dan menginternalisasikannya ke dalam dirinya atau orang lain. Kedua; membinakan atau menginternalisasikan nilai ke dalam diri manusia melalui konteks pendidikan. Sedangkan proses internalisasi nilai melalui tiga tahap (Muhaimin, 1996, hlm. 153), antara lain;1) tahap transformasi nilai, 2) tahap transaksi nilai, dan 3) tahap trans-internalisasi nilai.

Djahiri dan Wahab (1996, hlm. 41) mengemukakan bahwa pola pembinaan General Education mencakup beberapa pendekatan:


(27)

6

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama, pendekatan Kohlberg, yakni Cognitive Moral Development yang meyakini bahwa nilai moral hanya akan mempribadi apabila melalui struktur kognitif (cognitive construct). Kedua, pendekatan Metcalf dan al-Ghazali (keagamaan umumnya) yang mengawali pembinaan dan personalisasi nilai-moral dari suara dan mata hati (al-qalb). Penggetaran dunia afektif untuk menyerap dan mempribadikan nilai-moral akan melahirkan prinsip dan atau keyakinan yang akan dijadikan acuan berpikir serta perilaku. Ketiga, pendekatan Bandura dan Skinner (juga kaum Behaviouris dan Sosiolog) yang menyatakan pembinaan dan personalisasi nilai-moral dilaksanakan melalui pelakonan dan peniruan apa yang ada dan dilakukan. Sehingga nilai-moral seolah-olah merupakan sosial and behaviour conduct yang harus dijalani.

Berkaitan dengan mempelajari sikap moral, menurut Hurlock (1978, hlm. 75) terdapat empat hal yang paling pokok untuk mempelajari apa yang menjadi harapan atau cita-cita ideal kelompok sosial dari anggotanya, yaitu :

1) Hukum-kebiasaan-norma; baik norma adat maupun norma keagamaan. Peran norma sangat strategis untuk menuntut anak belajar apa yang menjadi harapan kelompok sosialnya. Dalam setiap kelompok sosial, tindakan tertentu dianggap benar atau salah bergantung pada apakah tindakan tersebut dianggap menunjang atau menghalangi kesejahteraan, kedamaian (stabilitas) dan kemajuan kelompok.

2) Hati nurani (kesadaran moral) merupakan kendali internal perilaku individu. Dalam proses perkembangan dan pembelajaran akhlak, hati nurani adalah aspek afektif yang jika dikembangkan akan mencetak seorang manusia yang manusiawi, bermoral, beradab, berakhlak luhur; tegasnya dapat melahirkan pribadi pelajar yang berkesalehan sosial dalam hidupnya.

3) Mengembangkan atau mendidik rasa bersalah dan rasa malu jika melakukan tindak keburukan (negatif) yang tidak sejalan dengan norma adat maupun norma keagamaan. Keduanya merupakan sejenis evaluasi diri bagi berbagai tindakan negatif yang bertentangan dengan etika atau akhlak. Untuk


(28)

7

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menciptakan rasa malu dan bersalah pada peserta didik saat mereka melakukan tindakan menyimpang, harus memenuhi empat kondisi: a) peserta didik harus menerima standar tertentu mengenai hal yang benar atau salah; hal yang baik atau yang buruk; b) mereka harus menerima kewajiban mengatur perilaku

mereka agar sesuai dengan standar moral (akhlak) yang mereka terima; c) mereka harus merasa bertanggungjawab atas setiap penyelewengan dari

standar tersebut dan mengakui bahwa mereka, bukan orang lain, yang harus disalahkan; dan d) mereka harus memiliki kemampuan mengkritik diri (oto-kritik) yang cukup besar untuk menyadari bahwa ketidaksesuaian antara mereka telah terjadi.

4) Untuk belajar menjadi orang berakhlak harus memiliki kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial.

Kegiatan sosialisasi, pembiasaan nilai, pendekatan karakter dan internalisasi nilai akhlak mulia pada lembaga pendidikan formal maupun non formal penting mendapatkan perhatian mengingat para remaja dan pelajar merupakan aset masa depan bangsa. Lembaga pendidikan Pesantren adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri, berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik (Abdullah, 2005, hlm. 328).

Secara definitif, menurut Mastuhu (1994, hlm. 6) pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (Tafaqquh fiddin) dengan menekankan pada pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari- hari. Ahmad Qodri Abdillah Azizy dalam Ismail SM (2002, hlm. viii) membagi pesantren atas dasar kelembagaannya yang dikaitkan dengan sistem pengajarannya menjadi lima kategori: 1) pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang sudah memiliki sekolah umum. 2) pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum


(29)

8

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nasional. 3) pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dalam bentuk madrasah diniyah. 4) pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian. 5) pesantren untuk asrama anak-anak belajar sekolah umum dan mahasiswa.

Jalur pendidikan Pesantren dan Sekolah Pesantren Persis merupakan jalur pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan pra-sekolah bertujuan membantu meletakkan dasar tauhid, akhlakul karimah, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta Islami dalam perkembangan pribadi, jasmani, dan rohani peserta didik di luar lingkungan sekolah. Ia meliputi bentuk satuan pendidikan taman kanak-kanak, kelompok bermain, penitipan anak, dan bentuk satuan lain yang ditetapkan oleh bidang tarbiyah. Pendidikan dasar mempersiapkan mengikuti pendidikan menengah. Tujuannya adalah memberi bekal kemampuan dasar kepada anak didik untuk mewujudkan kepribadian muslim takwa yang tafaqquh fiddin selaku pribadi, anggota jamiyyah, dan anggota masyarakat memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Penyelenggaraannya selama sembilan tahun meliputi satuan pendidikan ibtidaiyah, diniyah ula, tajhiziyah, tsanawiyah, Diniyah Wustha, dan bentuk satuan lain yang ditetapkan oleh bidang tarbiyah (Hamid, 1993, hlm. 51-86).

Visi dan misi pendidikan menengah (Mts Pajagalan) sebagai salah satu Pesantren adalah: a) pendidikan menengah Persatuan Islam bervisikan pemantapan kompetensi dasar menjadi khalifah di muka bumi. b) pendidikan menengah Persatuan Islam bermisikan pengembangan insan ulil albab selaku muslim kaffah dengan tafaqquh fiddin; c) misi pendidikan menengah (Mts) pajagalan merupakan penjabaran dan pelaksanaan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini dan diatur oleh bidang garapan pendidikan dasar dan menengah Persatuan Islam (Daerobi, 2010, hlm. 8).

Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan sementara bahwa:


(30)

9

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu potensi peserta didik agar menjadi manusia berakhlak mulia.

2. Terdapat penomena penurunan nilai akhlak mulia dan kurangnya kesalehan dikalangan remaja dan pelajar.

3. Masyarakat menuntut institusi persekolahan untuk berperan aktif membina dan menginternalisasikan nilai akhlak mulia peserta didik secara sistematis dan terprogram;

4. Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiah dan Pesantren merupakan institusi persekolahan yang memiliki peran untuk membina fondasi keilmuan dan moralitas peserta didik.

Atas dasar itulah, perlu penelitian serius tentang internalisasi nilai moral pada persekolahan, khususnya pada jenjang SMP/MTs, dengan harapan dapat menemukan alternatif ideal tentang penerapan nilai akhlak mulia di Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Pertama.

Internalisasi nilai akhlak mulia yang dikembangkan MTs. Pesantren Persis no. 1 dan 2 Pajagalan menggunakan tiga pendekatan, pertama; pengintegrasian nilai akhlak mulia pada mata pelajaran, kedua; melalui penataan suasana sekolah sehingga nilai moral kondusif untuk diimplementasikan di sekolah, dan ketiga; melalui program ekstrakurikuler seperti, bina santri (rijalul god dan ummahatul god-OSIS), pelatihan pidato, ta`lim dari guru dan asâtidz. Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti ingin membahas tentang. “ Internalisasi Nilai Akhlak Mulia Dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tesebut di atas, ditemukan fenomena yang bersifat paradoks antara aspek ideal ajaran agama dan undang-undang pendidikan yang bertujuan diantaranya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Namun realitas kesalehan sosial siswa masih lemah, terjadi dekadensi moral, tawuran pelajar,


(31)

10

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

asusila, mabuk-mabukan. Maka rumusan masalah secara umum penelitian ini yaitu; “Bagaimana Internalisasi nilai akhlak mulia di sekolah Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan dalam membina kesalehan siswa ?” Agar penelitian ini lebih terinci, penguraiannya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah program internalisasi nilai akhlak mulia di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung ?

2. Apa saja nilai akhlak mulia yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung ?

3. Bagaimana metode internalisasi nilai yang digunakan oleh pendidik dalam pembinaan nilai kesalehan sosial di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung ?

4. Bagaimanakah keterlibatan warga sekolah (guru, tata usaha, komite sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya) dalam mendukung pembinaan nilai kesalehan sosial di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Kota Bandung ? 5. Bagaimanakah evaluasi dalam internalisasi nilai akhlak mulia di Madrasah

Tsanawiyah Persis Pajagalan Kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian adalah menemukan konsep tentang internalisasi nilai moral akhlak mulia di sekolah Madrasah Tsanawiah Persis Pajagalan dalam membina kesalehan sosial siswa. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan adanya data-data pendukung yang merupakan tujuan khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui program internalisasi nilai akhlak mulia di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui nilai akhlak mulia yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung.


(32)

11

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk mengetahui metode internalisasi nilai yang digunakan oleh pendidik dalam pembinaan nilai kesalehan sosial di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis Pajagalan Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui keterlibatan warga sekolah (guru, tata usaha, komite sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya) dalam mendukung pembinaan nilai kesalehan sosial di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Kota Bandung.

5. Untuk mengetahui evaluasi dalam internalisasi nilai akhlak mulia di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi dunia pendidikan dalam menginternalisasikan, membina dan mengembangkan moralitas siswa, khususnya pada jenjang SMP/MTs. Secara rinci penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Manfaat teoritis, memberikan kontribusi dalam mengkonstruk pembelajaran nilai moral integratif di institusi persekolahan, baik dalam pembinaan kematangan pertimbangan moral, internalisasi moral sosial, maupun pembinaan perilaku moral siswa;

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para stakeholder pendidikan, khususnya pemegang kebijakan dalam merumuskan program yang lebih tepat demi optimalnya membangun karakter bangsa yang beradab dan berkesalehan sosial.

2. Manfaat Praktis Sebagai gambaran tentang kondisi objektif internalisasi nilai akhlak mulia di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Kota Bandung serta menjadi rujukan para praktisi pendidikan di lingkungan sekolah dalam melakukan proses Internalisasi dan Pembinaan nilai moral kepada siswa; Dapat dijadikan sebagai penelitian awal dan rujukan ilmiah untuk mengembangkan internalisasi nilai moral di sekolah yang lebih komprehensif


(33)

12

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan aplikabel.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi Penulisan disertasi tentang Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan) diawali dengan Bab I Pendahuluan dibahas di dalamnya a) latar belakang masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, dan e) Struktur Organisasi Disertasi. Pada Bab II dibahas Landasan Teoritis diantaranya; a) Internalisasi Nilai Akhlak Mulia, b) Pembinaan Kesalehan Sosial, c) Pendidikan Umum, Akhlak dan Pembinaan Kesalehan Sosial, d) Penelitian terdahulu, e) Posisi Teoritis Penelitian.

Sedangkan pada Bab III Metode Penelitian dibahas: a) Desain Penelitan; 1) Metode Penelitian, 2) Pendekatan Penelitian; b) Subyek Penelitian, d) Definisi Operasional, e) Teknik Pengumpulan Data, f) Prosedur dan tahap-tahap Penelitian.

Bab IV berisi Temuan Penelitian dan Pembahasan; a) Pendahuluan, b) Analisis Data Pembahasa Temuan, c) Model Internalisasi Nilai Akhlak Mulia


(34)

80

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dalam konteks naturalistik, Denzin dan Lincoln dalam (Creswell, 1997, hlm. 15). Disebut penelitian naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural, peneliti mengamati prilaku siswa, situasi lokasi penelitian dan proses penanaman akhlak mulia melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi secara wajar sebagaimana adanya sesuai yang ditemukan di MTs. Persis Pajagalan Bandung.

Cresswell (1997, hlm. 15) Pendekatan kualitatif dilakukan peneliti melalui holistic picture yaitu gambaran umum yang diperoleh dari studi pendahuluan, baik observasi ke lokasi penelitian MTs. Persis Pajagalan maupun wawancara dengan mudir „âm. Kemudian digunakan analyzses word untuk menganalisis dokumen yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan peneliti melakukan reports detailed views of informants melalui wawancara dengan responden, mengklasifikasi sesuai dengan masalah yang diteliti kemudian diverifikasi melalui feedback dari diskusi hasil penelitian. selanjutnya conducts the study in natural setting peneliti melakukan pengamatan terhadap prilaku dan kegiatan siswa, slogan-slogan, proses belajar mengajar keterlibatan warga belajar dalam proses internalisasi nilai akhlak mulia ke lokasi penelitian secara natural.

Sementara Bogdan dan Biklen (1982, hlm. 31) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif lebih berusaha memahami dan menafsirkan apa makna pendapat dan perilaku yang ditampilkan manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama peneliti aktif mengamati secara langsung dipelbagai peristiwa dan kegiatan yang terjadi dalam kegiatan penanaman, pembiasaan dan pelaksanaan akhlak di MTs. Persis Pajagalan Bandung, kemudian data yang terkumpul secara totalitas dalam kesatuan konteknya sehingga dapat dipahami maknanya.


(35)

81

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, pendekatan kualitatif memiliki karakteristik yang menjadi kelebihannya tersendiri. Sebagaimana pernyataan Guba dan Lincoln dalam Alwasilah (2011, hlm. 60-64) bahwa terdapat 14 karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut : 1) latar alamiah; 2) manusia sebagai instrumen; 3) pemanfaatan pengetahuan non-proporsional; 4) metode-metode kualitatif; 5) sampel purposif; 6) analisis data secara induktif; 7) teori dilandaskan pada data dilapangan; 8) desain penelitian mecuat secara alamiah; 9) hasil penelitian berdasarkan negoisasi; 10) cara pelaporan kasus; 11) interpretasi idiografik; 12) aplikatif tentatif; 13) batas penelitian ditentukan fokus; dan 4) kepercayaan dengan kriteria khusus.

Adapun untuk lebih jelasnya tentang karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut :

Latar alamiah, secara ontologis suatu objek terlihat dalam konteksnya yang alamiah dan pemisahan anasir-anasirnya mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu. Pengamatan juga mempengaruhi apa yang diamati, karena itu untuk mendapatkan pemahaman maksimal, keseluruhan objek yang meliputi program, kurikulum, metode pendidik, peran warga belajar dalam internalisasi nilai akhlak mulia guna membina kesalehan sosial siswa diamati.

Manusia sebagai instrumen, peneliti menggunakan dirinya sebagai pengumpul data utama dalam memahami prilaku siswa serta peranan warga belajar dalam membina, mendidik dan menanamkan nilai akhlak mulia serta kaitan kenyataan-kenyataan tersebut.

Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional, peneliti naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat dan pengetahuan lain yang tak terbahaskan selain pengetahuan proporsional, karena pengetahuan jenis pertama itu banyak dipergunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden, yaitu para siswa dan tenaga kependidikan di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Bandung. Pengetahuan itu juga banyak diperoleh dari responden terutama sewaktu peneliti memotret nilai moral akhlak mulia, kepercayaan, dan sikap yang tersembunyi pada responden.


(36)

82

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode-metode kualitatif, digunakan oleh peneliti karena metode inilah yang lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi. Internalisasi nilai akhlak mulia dalam penelitian ini dimaksudkan penanaman dan pembiasaan nilai akhlak untuk mewujudkan manusia yang (tafaqquh fiddin) yakni beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan terimplementasi dalam kesalehan sosial.

Sampel purposive, sampel secara purposif atau teoritis dipilih karena peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi mendapatkan realitas yang bervariasi antaralain hasil observasi, wawancara dengan mudir, bagian kurikulum, kesantrian, BK dan siswa, sehingga segala temuan akan berlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal (kepersisan) yang semuanya saling mempengaruhi.

Analisis data secara induktif, lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas prilaku akhlak yang bervariasi di lapangan, membuat interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, tampak, dan mudah dilakukan, serta memungkinkan mengidentifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi.

Teori dilandaskan pada data di lapangan, peneliti mencari teori yang muncul dari data yang dihadapi di lapangan, yaitu beberapa Madrasah Tsanawiyah berbasis pesantren di Jawa Barat yang dipilih sebagai obyek dalam penelitian ini, difokuskan di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan Bandung.

Desain penelitian mencuat secara alamiah, peneliti memilih desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun di awal penelitian. Desain yang muncul merupakan akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden melalui pengamatan dan wawancara.

Hasil penelitian berdasarkan negoisasi, peneliti melakukan negoisasi dengan responden, yaitu melakukan tanyajawab dan wawancara dengan berpedoman pada kisi-kisi pertanyaan untuk memahami makna dan interpretasi mereka ihwal data internalisasi nilai akhlak mulia yang memang diperoleh dari mereka.


(37)

83

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap deskripsi realitas di MTs. Persis Pajagalan untuk menjelaskan hubungan antara peneliti dengan responden, menggambarkan posisi peneliti, teori yang digunakan dan nilai yang dihasilkan.

Interpretasi idiografik, data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan disajikan secara kasus, khusus dan kontekstual, tidak secara nomotetis, melainkan interpretasi yang bermakna berdasarkan realitas pembinaan akhlak mulia di MTs. Persis Pajagalan dan nilai lokal serta konstektual.

Aplikatif tentatif, dipergunakan peneliti kualitatif karena realitas yang dihadapinya bermacam-macam. Setiap temuan adalah hasil interaksi peneliti dengan responden yang memperhatikan nilai-nilai dan kekhususan lokal, yang mungkin sulit direplikasi dan diduplikasi, sehingga sulit untuk ditarik generalisasinya.

Batas penelitian ditentukan fokus, ranah teritorial penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang mencuat ke permukaan. Fokus demikian memungkinkan interaksi lebih mantap antara peneliti dan responden pada konteks internalisasi nilai akhlak mulia pada bai`at santri dan tafaqquh fiddin di pesantren persis pajagalan. Batas penelitian ini sulit ditegaskan tanpa pengetahuan kontekstual dari fokus penelitian.

Kepercayaan dengan kriteria khusus, kriteria khusus peneliti adalah derajat kepercayaan creadibility pengganti validitas internal. Teknik untuk menentukan kredibilitas penelitian melalui memperpanjang masa observasi, triangulasi, menggunakan bahan referensi, mengadakan member check. Transferability, pengganti validitas eksternal diperlukan untuk mendapatkan generalisasi. Dependability pengganti reability, dalam penelitian kualitatif alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Confirmability pengganti konsep objektivitas, pada penelitian kualitatif diukur melalui orangnya atau peneliti.

Adapun alasan menggunakan pendekatan kualitatif menurut Maleong (1994, hlm. 5) yaitu : 1) menyesuaikan, pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; 2) pendekatan ini menyajikan secara


(38)

84

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; 3) pendekatan kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian kualitatif lebih mudah disesuaikan, dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan subyek penelitian, dan lebih peka untuk menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Kajian penelitian ini, melalui tahapan sebagai berikut :

a. Peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb.) yang tepat dan benar; Pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan (orientasi), yaitu mengadakan persiapan sebelum melaksanakan penelitian antara lain: mengurus surat permohonan izin penelitian ke Direktur Sekolah Pascasarjana; mempersiapkan alat tulis bal poin, spidol, pensil, photo/potret, alat perekam, catatan, dan konsep untuk panduan di lapangan. Tujuan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh izin penelitian dari mudir „âm atau pimpinan Persis Pajagalan, dan memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sekolah terutama MTs. Persis pajagalan yang berkaitan dengan internalisasi nilai akhlak mulia dalam membina kesalehan sosial.

b. Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak memahami tentang penyelidikan dan penjajakan (eksplorasi), yaitu peneliti sudah mendapat gambaran tentang permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan dan pembinaan nilai akhlak mulia serta kesalehan sosial di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan. Ekplorasi dilakukan mengenai tujuan, proses pendidikan, kurikulum atau program, Internalisasi nilai akhlak mulia dalam membina kesalehan sosial terhadap perubahan perilaku siswa di sekolah melalui observasi, wawancara yang mendalam dengan (mudir „âm, kepala sekolah, Guru Aqidah akhlak, Guru pembina, Guru BP/BK, dan siswa), dokumentasi, dan studi pustaka serta evaluasinya.

c. Member check, yaitu mengadakan pengecekan ulang tentang data wawancara kepada obyek penelitian, tentang pendidikan nilai akhlak mulia dalam


(39)

85

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membina kesalehan sosial , sehingga dinilai kesesuaiannya, dianalisis, dan dituangkan dalam bentuk laporan.

Adapun untuk menemukan dan mengembangan bentuk internalisasi nilai akhlak mulia dalam membina kesalehan sosial di sekolah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Studi lapangan dan studi pustaka. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data awal dari lapangan sebagai studi pendahuluan, kemudian mengkaji berbagai teori yang berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan penelitian, verifikasi data hasil penelitian.

2. Terjun ke lapangan atau mengadakan observasi. Hal ini untuk memperoleh data tentang pendidikan nilai akhlak mulia dalam membina kesalehan sosial yang meliputi, tujuan, proses, kurikulum atau program, dan pendidikan nilai dalam membina kesalehan sosial terhadap perubahan perilaku siswa di sekolah, serta evaluasinya. Pengecekan hasil observasi diperoleh dari orang-orang yang dianggap menyetujui dan menolak hasil penelitian.

3. Melakukan analisis data dan pembahasannya. Hal ini, dilakukan guna mengolah data, menemukan kelebihan dan kekurangan, menyusun penelitian tentang pembinaan, penerapan, pembiasaan penanaman nilai akhlak mulia untuk membina kesalehan sosial siswa di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan.

4. Menemukan hasil, yaitu konsep internalisasi nilai akhlak mulia dan pembinaan kesalehan sosial serta pengembangan hasil penelitan yang diperkirakan dapat diterapkan di berbagai tingkatan dengan mempertimbang-kan situasi dan kondisi setempat.

2. Metode Penelitian

Pencapaian tujuan penelitian ini diperlukan suatu metode yang disesuaikan dengan permasalahan yang menyangkut persoalan “Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan)”. Metode penelitian adalah cara atau langkah yang


(40)

86

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipergunakan untuk mengumpulkan, menyusun, dan menganalisis serta menginterpretasikan data yang diperoleh, memiliki makna.

Metode penelitian ini, menggunakan metode deskriptif analitik yaitu suatu metode yang menggambarkan keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan berdasarkan fakta yang ada (Furqon, 1997, hlm. 10, Arikunto,1998, hlm. 309). Peneliti mengembangkan “thick description” yaitu deskripsi rinci yang dapat memotret secara hidup dengan greget atau ruh yang nyata ujud konteks serta denyut dinamika kehidupan tempat kajian internalisasi nilai akhlak mulia di MTs. Persis Pajagalan Bandung. Selain itu, metode deskriptif analitik Surakhmad (1992, hlm. 139) tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi mempunyai ciri-ciri yaitu: "Memusatkan pada pemecahan masalah yang ada dan aktual yaitu kesenjangan antara akhlak mulia sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional dengan kenyataan dimasyarakat masih banyak perbuatan buruk dikalangan remaja seperti tawuran antar sekolah, data dikumpulkan, disusun, dijelaskan kemudian dianalisis".

Berdasarkan konsep di atas, data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap situasi interaksi antara mudir ‘âm dengan siswa, asâtidz dan tenaga kependidikan lainya dengan siswa terhadap pembinaan dan pembiasaan bai`at santri dan tafaqquh fiddin, karenanya diungkap masalah tentang “Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan)”.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang dimaksud di sini adalah pihak-pihak yang terkait dengan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Persis Pajagalan. Subyek tersebut ada yang sifatnya menyeluruh semua sivitas akademika, ada pula beberapa orang yang ditentukan melalui observasi awal untuk diwawancarai. Keutuhan kehidupan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah itu, dimaksudkan untuk mengamati kehidupan sekolah secara umum melalui observasi. Subyek yang


(41)

87

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditentukan untuk memperoleh informasi melalui wawancara sebagai berikut, hlm. 1. Mudir ‘âm secara struktur hirarkis sekolah, menduduki pimpinan pesantren

persis pajagalan;

2. Wakil mudir ‘âm yang memegang bidang kepesantrenan dan kurikulum; 3. Satu orang kepala/wakil kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah pesantren

persis pajagalan 3. Bidang Kesantrian 4. Wali kelas

5. Guru BP

6. Guru Aqidah akhlak

7. Siswa masing-masing tiap angkatan,

Penentuan jumlah tersebut didasarkan atas hasil observasi permulaan yang dilakukan peneliti dan hasil wawancara dengan mudir ‘âm. Cara demikian ditujukan agar data yang diperoleh lebih proporsional. Adapun keterangan siswa, selain memberikan masukan mengenai motivasi dalam perubahan perilaku, ketaatan dalam beribadah, keyakinan dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, juga telah memberikan kontribusi data yang cukup kepada peneliti, dalam mengecek kebenaran tentang internalisasi nilai dan pembinaan Kesalehan Sosial yang dilakukan oleh guru/asâtidz, mudir ‘âm, kepala sekolah dan wakilnya, guru BP, dan pihak yang terkait baik secara kolektif maupun secara individual.

C. Penyusunan Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional

Judul lengkap penelitian ini, yakni "Internalisasi Nilai Akhlak Mulia dalam Membina Kesalehan Sosial Siswa " (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Pajagalan Bandung). Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman dan interpretasi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu peneliti tetapkan definisi operasional dari beberapa istilah sebagai berikut:

a. Akhlak mulia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budi pekerti, watak kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan yang merupakan akibat


(1)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sauri, Sofyan. (2006). Membangun ESQ dengan Do’a, Bandung: Media Hidayah

(2006). Pendidikan Berbahasa Santun, Bandung: Genesindo

(2013) Filsafat Dan Teosofat Ahlak, Bandung: Rizqi

Somad, A.M. (2007). Pengembangan Model Pembinaan Nilai-Nilai Keimanan dan Ketaqwaan Siswa di Sekolah: Studi Kasus di SMAN 2 Bandung.

Disertasi. SPS UPI Bandung

Sudjana,Djudju. (2010). Menjelajah Perkembangan dan Esensi Nilai-Moral di Era Global, Bandung, Maulana Media Grafika.

Shihab,Q. (1996). Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.Bandung: Mizan.

Surakhmad, W.(1992).Pengantar Penelitian Ilmiah.Bandung: Tarsito

Simon, Sidney, B. Rath, Louis and Herminn, Merril, (1978) Values Clarification, A Handbook of Practical Strategies for Teacher and Student. New

York:Dodd, Mead & Company

Soelaeman, M.I (1985).Suatu Upaya Pendekatan Terhadap Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah.Disertasi Doktor FPS IKIP

Bandung: tidak diterbitkan

Steenbrink, Karel A.(1994)Pesantren Madrasah Sekolah,terj. Karel A Steenbink

dan Abdurrahman.Jakarta :LP3ES

Sumaatmadja, Nursyid. (2002) Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi,

Bandung: Alfabet.

Suhendi, Hendi. (2002). Solidaritas Sosial Keagamaan Jamaah Persatuan Islam.

Disertasi Doktor pada FPS UNPAD Bandung: tidak diterbitkan.

Sujana, N& Ibrahim.(1989). Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung:

UPI-Rosda Karya

Syihabuddin. (2011). Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam. Bandung :

Rizqi.

Tafsir, A.(1995). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:


(2)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Talabudin Umkabu (2011). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan dalam

Jabal Hikmah Jurnal Kependidikan dan Hukum vol.4:STAIN Al-Fatah Jayapura

Talsya,T.,A,B. (1973). Adat Resam Aceh. Banda Aceh: Pustaka Meutia.

Tim Perumus Pedoman. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dasar dan Menengah Persatuan Islam (Persis),Bandung:PP Persatuan Islam.

Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Fokusmedia

Umar, Salim. (1995). Persatuan Islam, Pembaharuan dan Pengaruhnya di Jawa Barat. Bandung: Pusat Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI

Wand, E. And Brown, G.W. (1957). Essential of Educational Evaluation. New

York: Rinechart and Winston

Wildan, Dadan. (1995). Yang Dai yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Persis.Bandung: Rosdakarya.

Winataputra, U.S. (2000). Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia. Bandung:CICED.

Worten, B.R. and Sanders, J.R. (1973). Educational Evaluation: Theori and Practice. Belmont. California: Wadsworth Publishing Company. Inc.


(3)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. WebSite dan Koran

Abdulah Bin Nuh.(1981). Pengertian Metode Ibrah Mauizah. Sumber:

(http://www.batararayamedia.com/ metode-ibrah-mauizah) di akses 21 Maret 2015

Bandura, Albert. (1977). Definition and Rationale for Social Learning Theory,

(http://recapp.etr.org / Theories Detail) akses 18 pebruari 2015

Dedi Supriyanto.(2013). Kesalehan Individual Dan Sosial. Sumber:

Http://Kebaikanuntuksemua. Blogspot.Com/ 2013/01/ Kesalehan-Individual-Dan-Sosial.Html diakses tanggal 4 April 2013.

Khader, A. Ibrahim (2013). Perbedaan antara istilah taqwim dan taqyim

(http://www.alukah.net/web/khedr/0/50989) akses 21 November 2014

Nurulsadiah (2012).Ringkasan Metode Pendidikan Islam Dalam Buku an-Nahlawi. Sumber: (http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2012/09/25/review) di


(4)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akses tanggal 5 April 2013

Harian Republika tanggal 7 Maret 2000 Harian Kompas tanggal 9 Maret 2000

C. Nara Sumber

Mudir Am (Ustadz Ahmad Daerobi (Ust. Dae) Para Mudir dan Asatidz

Siswa MTs Pesantren Persis Pajagalan Bandung

BIBLIOGRAPHY

Usep Saepullah, dilahirkan pada tanggal 10 September 1972 di Lebakwangi, Desa Sindangwangi, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. la adalah anak kedua dari dua bersaudara. Dari orang tua Bapak H. Ucu Syamsudin dengan Hj. Eha Rohajati.

Adapun pendidikan ditempuh di Sekolah Dasar Negeri Cibiru V di Bandung, lulus pada tahun 1985. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Cileunyi di Bandung, lulus pada tahun 1988. Selanjutnya menempuh pendidikan


(5)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di SMA Al-Hadi Bandung, lulus pada tahun 1991. Meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi IAIN Sunan Gunung Djati Bandung pada Fakultas Syari'ah Jurusan Perbandingan Madzhab, dan lulus pada tahun 1995. Meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Umum Program Pascasama (S2) Jurusan Hukum Islam dan Pranata Sosial IAIN Sunan Gunung Djati Bandung lulus tahun 2003. Pada tahun 2009 mengikuti pendidikan Program Doktor Sekolah Pascasarjana di UPI Bandung.

Pengalaman mengajar, pada tahun 1997 di angkat sebagai dosen tetap di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, di Fakultas Syari`ah dan Hukum Pada Matakuliah Filsafat Hukum Islam. Pada tahun 2003 diangkat sebagai sekretaris

jurusan Ahwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga) dua periode sampai 2011, pada tahun 2011 diangkat sebagai ketua Jurusan Ahwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga).

Menikah dengan Edeh Rosmiati, S.Ag pada tahun 2000. dikarunia satu orang anak laki-laki yang dibernama Rahadian Nur Irfan, lahir pada tanggal 30 Juli 2001.

Karya Ilmiah :

1. Hak anak di Luar Perkawinan (Analisis Fiqh Munakahat Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU/VIII/2010 (Penelitian - Lamlit UIN Bandung 2014)

2. Internalisasi nilai akhlak di Persis Pajagalan Bandung (Penelitian Lamlit UIN Bandung 2013)

3. Pemikiran Hukum Hibah persfektif Fiqh dan Putusan Mahkamah Agung (lamlit UIN Bandung 2015)


(6)

Usep Saepullah , 2015

INTERNALISASI NILAI AKHLAK MULIA D ALAM MEMBINA KESALEHAN SOSIAL SISWA (STUD I KASUS D I MAD RASAH TSANAWIAH PAJAGALAN BAND UNG)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hukum UIN Bandung 2014)

6. Membuat modul/bahan ajar Pengantar Filsafat Hukum Islam (Fakultas Syari`ah dan Hukum UIN Bandung 2014)