PERBANDINGAN DENSITAS LATIHAN KECEPATAN (3X, 4X, DAN 5X DALAM SATU MINGGU) TERHADAP HASIL PENINGKATAN KECEPATAN LARI ATLET.

(1)

PERBANDINGAN DENSITAS LATIHAN KECEPATAN (3x, 4x,

DAN 5x DALAM SATU MINGGU) TERHADAP HASIL

PENINGKATAN KECEPATAN LARI ATLET

(Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20 Tahun)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

AKHMAD YUDHAN 1006554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PERBANDINGAN DENSITAS LATIHAN

KECEPATAN (3x, 4x, DAN 5x DALAM

SATU MINGGU) TERHADAP

PENINGKATAN KECEPATAN LARI

ATLET

(Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20

Tahun)

Oleh Akhmad Yudhan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Akhmad Yudhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN AKHMAD YUDHAN

1006554

PERBANDINGAN DENSITAS LATIHAN KECEPATAN (3x, 4x, DAN 5x DALAM SATU MINGGU) TERHADAP HASIL PENINGKATAN

KECEPATAN LARI ATLET

(Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20 Tahun)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing: Pembimbing I

Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd. NIP: 196510171992031002

Pembimbing II

Drs. Satriya

NIP:196002101987031004 Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. H. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP: 196210231989031001


(4)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

UCAPAN TERIMAKASIH...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR BAGAN...viii

DAFTAR GRAFIK...ix

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Masalah Penelitian...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

E. Batasan Penelitian...6

F. Batasan Istilah...6

G. Struktur Organisasi...7

BAB II TINJAUAN TEORITIS...9

A. Prinsip-prinsip Latihan...9

B. Densitas Latihan...12

C. Kemampuan Fisik...14

D. Komponen Kondisi Fisik dalam Olahraga...17

E. Kecepatan (Speed) dalam Olahraga...19

F. Latihan Kecepatan...20

G. Kecepatan Dalam Sepakbola...22

H. Kerangka Pemikiran...27

I. Hipotesis Penelitian...29

BAB III METODE PENILITIAN...30

A. Metode Penelitian...30

B. Populasi dan Sampel...31

C. Desain Penelitian...32


(5)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

E. Pelaksanaan Latihan...36

F. Prosedur Pengolahan Data...37

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...41

A. Hasil Penelitian...41

B. Diskusi Temuan...51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...55

A. Kesimpulan Penelitian...55

B. Saran...55

DAFTAR PUSTAKA...57

LAMPIRAN-LAMPIRAN...59 RIWAYAT PENULIS...


(6)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR TABEL

2.1. Waktu Istirahat Atlet Densitas Latihan 3 Hari per Minggu Dengan Durasi

Latihan 120 Menit...13

2.2. Sistem Energi Anaerobik Alaktasit dan Laktasit...17

3.1. Penghitungan ANAVA...38

4.1. Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Kecepatan Sprint 30 Meter (m/s)...41

4.2. Hasil Tes Sprint 30 Meter Kelompok Densitas Latihan 3x per Minggu...42

4.3. Hasil Tes Sprint 30 Meter Kelompok Densitas Latihan 4x per Minggu...43

4.4. Hasil Tes Sprint 30 Meter Kelompok Densitas Latihan 5x per Minggu...44

4.5. Hasil Penghitungan Homogenitas...46

4.6. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal...47

4.7. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir...47

4.8. Hasil Uji t Kelompok Densitas Latihan 3x per Minggu...48

4.9. Hasil Uji t Kelompok Densitas Latihan 4x per Minggu...49

4.10. Hasil Uji t Kelompok Densitas Latihan 5x per Minggu...50 4.11. Hasil Uji ANOVA Ketiga Kelompok Densitas Latihan Setelah Perlakuan.50


(7)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR BAGAN

2.1. Bagan Pembentukan Daya (Energi Anaerobik dan Aerobik)...16

2.2. Peningkatan Persentase Latihan Kondisi Fisik...20

3.1. Desain Penelitian...33


(8)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR GRAFIK

2.1. Asas Overkompensasi...11

4.1. Peningkatan Sprint Kelompok Latihan 3x per Minggu...42

4.2. Peningkatan Sprint Kelompok Latihan 4x per Minggu...43

4.3. Peningkatan Sprint Kelompok Latihan 5x per Minggu...44


(9)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR GAMBAR

2.1. 10 Atlet Sepakbola Memiliki Kemampuan Berlari Tercepat...23 3.1. Tes Kecepatan Lari (Lari Sprint 30 Meter)...35


(10)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Pre Test, Post Test, & Peningkatan Hasil latihan...58

2. Penghitungan Rata-Rata (X ),Simpangan Baku (S) & Varians (S²) Tes Awal...60

3. Penghitungan Rata-Rata (X ),Simpangan Baku (S) & Varians (S²) Tes Akhir...64

4. Uji Normalitas (Uji Liliefors) Tes Awal...67

5. Uji Normalitas (Uji Liliefors) Tes Akhir...69

6. Uji Homogenitas (Uji F tabel) Tes awal...71

7. Uji Homogenitas (Uji F tabel) Tes Akhir...72

8. Uji Hipotesis 1...73

9. Uji Hipotesis 2...75

10. Uji Hipotesis 3...77

11. Uji Hipotesis 4...79

12. Program Latihan...81

13. Dokumentasi...99


(11)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

ABSTRAK

PERBANDINGAN DENSITAS LATIHAN KECEPATAN (3x, 4x DAN 5x DALAM SATU MINGGU) TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

LARI ATLET

(Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20 Tahun)

Pembimbing: 1. Drs. Yadi Sunaryadi. M.Pd. 2. Drs. Satriya

Akhmad Yudhan*

Latar belakang yang menjadi acuan penulis adalah mengenai pentingnya aspek kondisi fisik dalam olahraga, salah satunya adalah aspek kecepatan. Karena dari itu tentunya kecepatan harus selalu dilatih. Untuk melatih kecepatan sendiri harus dilatih secara eksklusif dan dalam perencanaan yang baik, supaya atlet mendapatkan porsi latihan yang pas, baik itu dari segi istirahat untuk pemulihannya dan tentunya supaya atlet mendapatkan peningkatan hasil yang signifikan. Dalam perencanaan latihan yang baik maka akan berhubungan erat dengan densitas latihan yang diberikan. Densitas latihan harus di atur sedemikian rupa supaya atlet mendapatkan waktu istirahat yang cukup, tidak kekurangan ataupun berlebihan.

Maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui densitas latihan kecepatan manakah yang lebih signifikan meningkatkan kecepatan lari atlet, diantara densitas latihan 3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu yang mewakili densitas rendah, sedang, dan tinggi. Adapun metode latihan yang diberikan adalah menggunakan metode latihan interval training. Populasi yang digunakan adalah siswa-siswa SSB Karya Praja Kabupaten Belitung dengan sampel 18 orang siswa dengan umur 15-20 tahun.

Hasil penelitian setelah melalui pengolahan data dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga densitas latihan tersebut yaitu densitas latihan kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam satu minggu sama-sama dapat meingkatkan kecepatan lari atlet sepakbola dan setelah dilakukan uji ANAVA dapat dihasilkan bahwa perbedaan diantara ketiga densitas latihan kecepatan tersebut tidak signifikan.

Dari hasil penelitian diatas walaupun perbedaan ketiga densitas latihan tidak signifikan disarankan agar para pelatih menggunakan densitas latihan 3x per minggu, karena jika dilihat dari uji rata-rata sebelumnya, densitas latihan 3x per minggu memiliki peningkatan yang lebih baik daripada kelompok densitas yang lainnnya, dan juga supaya hari latihan lainnya bisa digunakan untuk melatih aspek latihan yang lain.


(12)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

ABSTRACT

COMPARISON OF SPEED PRACTICE DENSITY (3x, 4x, AND 5x IN A WEEK) TO INCREASE RUN SPEED ATHLETE

(Experiment Study At SSB Karya Praja Age 15th-20th)

Supervisor: 1. Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd. 2. Drs.Satriya

Akhmad Yudhan*

The background which become author reference is about the importance of physical conditions aspect in sport, one of which is the aspect of speed. Train speed should be trained exclusively and in good planning, so that athlete get a good portion in practice. The planning of a good exercise has a close relations with the density of a given workout. The density training must be regulated so that the athlete get enough rest periods.

The purpose of research is knowing the speed training density which is more significant to increase the run speed of athlete, between density 3x, 4x, and 5x in a week to represent low, medium and high of density. Exercise methode of training is using interval training methode. The population is students SSB Kabupaten Belitung with sample of 18 people aged 15-20 years.

The results of the research after data processing can be concluded from the third practice density is the speed practice density 3x, 4x, and 5x in a week can increase run speed athlete and after the ANOVA test can be result that the differences among the third of speed density not significantly.

Form the above results even though difference of the third speed parctice density was not significant, to coach recomended uses the 3x density in a week, because if viewed from avarege test, practice density of 3x in a week had better improvement than other density, and also the other practice day can be used to train other aspects.


(13)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Apabila seorang atlet ingin mendapatkan prestasi yang maksimal tentu saja kemampuan yang dimiliki atlet harus ditingkatkan semaksimal mungkin. Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan prestasi atlet dalam olahraga tidak ada jalan lain adalah dengan latihan. Harsono (1988:101) “Training adalah proses

yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang, ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaanya”.

Dalam melakukan latihan tentunya harus berpedoman kepada prinsip-prinsip latihan, tanpa mengetahui prinsip-prinsip serta tujuan-tujuan latihan tidak mungkin atlet berlatih atau dilatih dengan sukses. Ada beberapa prinsip latihan yang harus diketahui dan benar-benar dimengerti oleh pelatih maupun atlet. Harsono (2004:9) mengemukakan beberapa prinsip dan asas latihan, yaitu: 1) Overload, 2) Individualisasi, 3) Densitas, 4) Reversibility, 5) Spesifik, 6) Multilateral, 7) Recovery, 8) Variasi, 9) Intensitas, 10) Volume, 11) Overkompensasi, 12) Iptek.

Dari beberapa prinsip dan asas latihan yang telah dikemukakan diatas yang menjadi pembahasan penulis adalah mengenai densitas latihan. Harsono (2004:10) mendefinisikan densitas latihan sebagai berikut:

Densitas atau kerapatan latihan mengacu kepada hubungan yang dinyatakan antara kerja dan istirahat dalam latihan. Atau dapat pula diartikan sebagai kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa densitas latihan adalah kerapatan/kepadatan dalam melakukan latihan atau dengan kata lain berapa kali seseorang melakukan latihan yang biasanya dilakukan dalam satu minggu. Dalam hal ini menentukan densitas latihan yang pas tidaklah mudah, karena terkadang peningkatan kemampuan atlet tidak menjadi maksimal apabila densitas latihan itu


(14)

2

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

terlalu renggang, dan begitu juga apabila densitas latihan terlalu padat maka atlet akan terlalu lelah sehingga memungkinkan atlet mendapatkan cidera.

Para ahli berpendapat bahwa densitas latihan yang baik adalah 3 kali per minggu agar tidak terjadi kelelahan yang serius, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sajoto (1995:35) “Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program pelatihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi

kelelahan yang kronis”.

Menanggapi pernyataan Sajoto diatas, Harsono (1988:135) juga menyatakan bahwa “Dalam keadaaan normal, kelelahan yang timbul akan dapat diatasi dalam waktu antara 12 sampai dengan 24 jam. Dan setelah itu atlet akan merasa segar

dan bugar kembali”. Apabila kita hitung dengan istirahat antara 12 jam – 24 jam

maka atlet bisa melakukan latihan lebih dari 3 kali dalam seminggu.

Untuk densitas latihan 4 hari dalam seminggu secara teratur yaitu hari selasa, kamis, sabtu dan minggu, maka istirahat tiap latihan adalah : antara latihan I menuju latihan II 46 jam, latihan II menuju latihan III 46 jam, latihan III menuju latihan IV 22 jam, dan latihan IV menuju latihan I 46 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan densitas latihan 4 hari seminggu secara teratur dengan durasi latihan 2 jam istirahat yang diberikan lama dan cukup untuk pemulihan, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harsono yaitu antara 12-24 jam.

Untuk densitas latihan 5 hari dalam seminggu secara teratur yaitu hari selasa, rabu, kamis, sabtu, dan minggu maka istirahat tiap latihan adalah : antara latihan I menuju latihan II 22 jam, latihan II menuju latihan III 22 jam, latihan III menuju latihan IV 46 jam, latihan IV menuju latihan V 22 jam, dan latihan V menuju latihan I 46 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan densitas latihan 5 hari seminggu secara teratur dengan durasi latihan 2 jam istirahat yang diberikan lama dan cukup untuk pemulihan.

Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menopang kemampuan teknik yang dimiliki oleh seorang atlet, seperti yang dikatakan oleh Griwijoyo (2012:164) “Bila kemampuan dasar (kemampuan fisik) tidak mampu lagi memenuhi tuntutan dukungan bagi


(15)

3

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

kemampuan teknik, maka runtuhlah kemampuan (keterampilan) teknik atlet yang bersangkutan”. Harsono (1988:153) menjelaskan lebih detail bahwa:

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpukan bahwa kemampuan fisik atlet harus dilatih secara benar dan sistematis karena merupakan pondasi utama untuk menopang kemampuan-kemampuan yang lainnya, baik itu teknik, taktik maupun mental atlet.

Berkenaan dengan pembinaan kondisi fisik, kita perlu mengenal beberapa unsur kondisi fisik yang perlu dilatih. Sajoto (1995:8) menguraikan kondisi fisik tersebut menjadi 10 komponen yang terdiri dari:

1) Kekuatan (strength), 2) Dayatahan (endurance), 3) Daya ledak (muscular power), 4) Kecepatan (speed), 5) Daya lentur (flexibility), 6) Keseimbangan (balance), 7) Koordinasi (coordination), 8) Kelincahan (agility), 9) Ketepatan (accuration), 10) Reaksi (reaction).

Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, dengan kondisi fisik yang baik atlet tidak akan mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya. Seperti yang dikemukakan oleh Setiawan (1992:110) “Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat”.

Dalam banyak cabor olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Hampir seluruh cabang olahraga prestasi membutuhkan yang namanya kecepatan, tanpa terkecuali dalam cabang olahraga sepakbola, karena kecepatan merupakan dasar utama untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Menurut Harsono (1988:216) ”Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan


(16)

gerakan-4

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya, atau menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat”.

Menurut pengalaman penulis sebagai atlet sepakbola, apabila seorang pemain sepakbola memiliki kecepatan yang baik maka pemain tersebut akan mudah untuk menjemput operan dari teman dengan cepat, dan untuk memotong bola operan dari lawan. Usli (2009:30) mengatakan bahwa “Dalam perebutan bola siapa yang memiliki kecepatan yang lebih bagus maka pemain tersebut yang akan mendapatkan bola”.

Untuk meningkatkan kecepatan atlet secara optimal dan signifikan haruslah dilakukan perencanaan latihan yang baik. Dalam perencanaan latihan tersebut seorang pelatih tentu saja harus mengatur densitas latihan yang diberikan. Supaya atlet mendapatkan porsi latihan yang pas, baik itu dari segi istirahat untuk pemulihannya dan tentunya supaya atlet mendapatkan peningkatan hasil yang signifikan.

Dari hasil pengamatan penulis dilapangan, setiap tim/klub dalam program latihannya memberikan densitas latihan untuk meningkatkan salah satu aspek kondisi fisik itu berbeda-beda terutama aspek kondisi fisik yang menjadi pembahasan penulis saat ini yaitu kecepatan.

Penulis melakukan observasi ke beberapa tim sepakbola untuk melihat program latihan mengenai densitas latihan yang diberikan yang tujuannya spesifik untuk meningkatkan aspek kondisi fisik kecepatan atlet. Dalam program latihan PS UPI Senior untuk persiapan tournament LISMAJAB mencantumkan latihan fisik yang tujuannya untuk meningkatkan kecepatan hanya 1 kali dalam 1 minggu yang dirasa masih sangat kurang, terbukti dengan hasil yang sangat tidak memuaskan di turnament tersebut. Berbeda dengan PS UPI U-19 dalam program latihannya mencantumkan latihan fisik yang spesifik untuk meningkatkan kecepatan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu secara teratur. Begitu juga berbeda dengan program latihan Persib U-21 yang mencantumkan latihan fisik yang tujuannya untuk meningkatkan kecepatan setiap kali latihan dilakukan, yaitu sebanyak 5 kali dalam 1 minggu.


(17)

5

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Dari hasil pengamatan penulis di atas maka terlihat tidak adanya kepastian mengenai berapa densitas latihan yang pas untuk meningkatkan kecepatan atlet sepakbola. Hal inilah yang melatarbelakangi permasalahan sebagai isu untuk mengetahui berapa densitas latihan yang pas yang harus diberikan kepada atlet sehinga waktu latihan menjadi lebih effesien dan effektif yang tentunya dengan tujuan terjadinya peningkatan kecepatan lari atlet dalam cabang olahraga sepakbola.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari Atlet (Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20 Tahun).

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah :

1. Apakah latihan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet?

2. Apakah latihan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet?

3. Apakah latihan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet?

4. Manakah antara latihan dengan densitas 3 kali, 4 kali, atau 5 kali dalam 1 minggu yang lebih signifikan meningkatkan kecepatan lari atlet?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang akan diungkap dan dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.


(18)

6

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

2. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

3. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

4. Untuk mengetahui manakah antara latihan dengan densitas 3 kali, 4 kali, atau 5 kali dalam 1 minggu yang lebih signifikan meningkatkan kecepatan lari atlet.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara Teoritis: hasil penelitian ini berguna untuk memberikan informasi

ilmiah dalam bidang olahraga, khususnya dalam aspek kondisi fisik serta ilmu kepelatihan pada umumnya. Terutama yang berkaitan dengan densitas latihan yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan atlet.

2. Secara Praktis: hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada Pembina olahraga atau pelatih khususnya dalam aspek kondisi fisik sebagai salah satu bahan informasi tentang gambaran dan acuan mengenai metode yang lebih tepat melatih kecepatan untuk atlet.

E. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas dan akurat dalam pelaksanaannya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah densitas latihan kecepatan, 3 kali, 4 kali dan 5 kali dalam satu minggu.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil kecepatan lari. 3. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet cabang olahraga sepakbola Sekolah

Sepak Bola (SSB) Karya Praja Kabupaten Belitung, dan yang menjadi sampel adalah siswa yang berumur 15-20 tahun, sebanyak 20 orang.


(19)

7

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Untuk mendapat data yang diperlukan, maka penulis memberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kecepatan menurut Harsono (1988:216) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara beturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yan sesingkat-singkatnya”. Dalam penelitian ini adalah kecepatan lari yang dilakukan oleh atlet sepakbola.

2. Densitas latihan menurut Harsono (2004:10) adalah kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu. Dalam penelitian ini adalah kepadatan latihan yang dilakukan dalam satu minggu.

3. Sepakbola menurut Sucipto (2000:7) adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang.

G. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah salam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang Penelitian  Masalah Penelitian  Tujuan Penelitian  Manfaat Penelitian  Batasan Penelitian  Batasan Istilah  Struktur Organisasi

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN


(20)

8

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

 Prinsip-prinsip Latihan  Densitas Latihan  Kemampuan Fisik

 Komponen Kondisi Fisik dalam Olahraga  Kecepatan (Speed) dalam Olahraga  Latihan Kecepatan

 Kecepatan dalam Sepakbola  Kerangka Pemikiran

 Hipotesis Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

Membahas tentang metode dan teknik pengumpulan data, sebagai berikut:  Metode Penelitian

 Populasi dan Sampel  Desain Penelitian  Instrumen Penelitian  Pelaksanaan Latihan  Prosedur Pengolahan Data

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Membahas tentang hasil penelitian, sebagai berikut:  Hasil Penelitian

 Diskusi Temuan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Membahas tentang :  Kesimpulan Penelitian  Saran


(21)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Untuk pemecahan dan penyelesaian suatu masalah penelitian diperlukan suatu metode. Metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan suatu masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Jadi, keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini menurut Sugiyono (2012:72) menjelaskan “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki suatu masalah sehingga diperoleh hasil, hasil dari kegiatan percobaan itu nantinya yang akan menegaskan hubungan variabel-variabel yang diselidiki. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Sukardi (2003:178) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian eksperimen variabel-variabel yang ada termasuk variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat, sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian.” Variabel bebas adalah suatu gejala yang mempengaruhi atau menyebabkan kepada variabel terikat. Adapun sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan densitas latihan kecepatan. Variabel terikat adalah suatu gejala yang ingin diketahui, karena


(22)

31

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

adanya pengaruh dari variabel bebas, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kecepatan berlari (speed) atlet sepakbola.

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Untuk memperoleh data yang kongkrit diperlukan sumber data yang akan diperoleh dari populasi, jadi populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau universe, Sudjana (1986:5) menjelaskan bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Sedangkan Arikunto (2013:173), menjelaskan “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sugiyono (2012:80) juga mengemukakan pendapatnya mengenai populasi sebagai berikut “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Populasi merupakan subyek yang akan menjadi bahan pengamatan penulis saat melakukan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Karya Praja Kabupaten Belitung dengan jumlah 35 orang siswa, dengan pembagian 15 orang siswa kelompok umur 10-14 tahun dan 20 siswa kelompok umur 15-20 tahun.

2. Sampel

Mengenai sampel oleh Sugiyono (2012:81) dijelaskan sebagai berikut “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Lutan (2007:84) mengemukakan bahwa “Sampel dalam penelitian berarti sekelompok subyek dimana informasi diperoleh”. Mengenai batasan sampel Arikunto (2013:174) menjelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama yang bertujuan untuk memperoleh informasi.


(23)

32

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampel. Purposive sampel dijelaskan Sugiyono (2012:85) sebagai berikut:

Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan.

Bagian Populasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 15-20 dikarenakan pada usia tersebut perkembangan fisik atlet sudah matang dan juga sudah mempunyai adaptasi baik terhadap latihan. Atlet pada usia 15-20 tahun juga sudah mampu untuk diberikan program latihan pembentukan fisik, terutama untuk latihan kecepatan, sesuai yang dikemukakan Scheunemann (2012:60) bahwa:

Pemain pada usia ini (15-20 tahun) memiliki pertumbuhan fisik dan mental yang lebih lengkap. Semua bagian dari latihan dapat dikombinasikan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi tertinggi dari pemain. Kekuatan otot membantu mereka untuk mengembangkan teknik dengan kecepatan tinggi dan kecepatan ini membantu pemain untuk bereaksi lebih cepat pada situasi taktis.

Dikarenakan atlet umur 15-20 tahun yang aktif latihan ada berjumlah 20 orang sedangkan penulis ingin mebagi kedalam 3 kelompok sama banyak, maka sampel dipilh lagi secara random menjadi 18 orang.

Setelah didapatkan 18 orang sampel, maka penulis mengadakan tes awal kecepatan (sprint 30 meter) untuk menentukan peringkat atlet. Kemudian dari peringkat tersebut penulis membagi menjadi 3 kelompok yaitu dengan cara setiap 3 orang yaitu peringkat 1, 2 dan 3 di random untuk menentukan kelompok yang akan di ambil, begitu juga dengan peringkat 4, 5 dan 6 serta seterusnya.


(24)

33

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Desain penelitian merupakan gambaran rencana untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyimpulkan suatu data agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian serta sebagai pegangan dalam melakukan penelitian. Nasution (1982:12) menjelaskan tentang rencana penelitian sebagai berikut :

Tiap penelitian harus dirancanakan, untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara pengumpulan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan tersebut

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Pre-test and

Post-test design seperti pada gambar berikut:

O1 X1 O2 O1 X2 O2 O1 X3 O2

Bagan 3.1 Desain Penelitian O1 = Tes awal

X1 = Perlakuan / Densitas latihan 3x dalam 1 minggu X2 = Perlakuan / Densitas latihan 4x dalam 1 minggu X3 = Perlakuan / Densitas latihan 5x dalam 1 minggu O2 = Tes akhir

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan populasi

2. Memilih dan menetapkan sampel 3. Mengadakan tes awal

4. Membagi tiga kelompok yaitu kelompok A (densitas 3x), kelompok B (densitas 4x) dan kelompok C (densitas 5x), dengan cara merandom setiap 3 orang berdasarkan hasil peringkat tes awal.


(25)

34

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

6. Melakukan tes akhir

7. Melakukan pengujian Hipotesis 8. Mengambil kesimpulan

Selain membuat desain penelitian, penulis pun membuat alur untuk melaksanakan penelitian ini, seperti berikut:

Bagan 3.2

Langkah-Langkah Penelitian Populasi

Sampel

Tes awal

Densitas latihan 4 kali/minggu Densitas

latihan 3 kali/minggu

Densitas latihan 5 kali/minggu

Tes akhir

Pengolahan dan analisis data


(26)

35

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

D. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan dibutuhkan suatu alat ukur sebagai pengumpul data. Pengukuran yang dilakukan ialah dalam bentuk tes sprint 30 meter dengan realibilitas tes 0.93 dan validitas tes 0.87 (Nurhasan dan Cholil, 2007:104). Alasan jarak 30 meter yang dipakai karena menurut Harsono (2007:11):

Jadi kalau latihan anaerobiknya mau mirip dengan pertandingan sepakbola (jadi spesifik sepakbola) maka sprint-nya ialah antara 16-24 m. Latihan sprint sejauh 50-60 m adalah memang latihan kecepatan. Tapi jarak tersebut bukanlah jarak yang spesifik untuk sprint sepakbola.

Adapun fasilitas dan tatacara pelaksanaan tes tersebut adalah sebagai berikut:

Tes Kecepatan Lari (Lari Sprint 30 Meter)

a. Tujuan : Untuk mengukur kemampuan kecepatan lari

b. Alat/fasilitas : Stop watch, meteran, lintasan 30 meter, peluit, bendera

start, dan alat tulis.

c. Pelaksanaan tes : Tester bersedia dengan sikap start berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “Ya” tester berusaha lari secepat mungkin mencapai garis finish. Tiap tester diberi kesempatan tiga kali percobaan. d. Penskoran : Catatan waktu tempuh yang terbaik dari tiga kali kesempatan

diambil sebagai data penelitan. Waktu dicatat dalam satuan detik.

Untuk lebih jelasnya mengenai tes kecepatan lari dapat dilihat pada Gambar 3.1 seperti yang tertera pada halaman 42.


(27)

36

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Gambar 3.1

Tes Kecepatan Lari (Lari Sprint 30 Meter) Pengumpulan data dalam penelitian ini didapat dari:

1. Tes kecepatan lari 30 meter sebagai tes awal. 2. Tes kecepatan lari 30 meter sebagai tes akhir.

E. Pelaksanaan Latihan

Latihan dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: Tempat : - Lapangan Sepakbola Mazda Kabupaten Belitung

- Stadion Sepakbola Pangkal Lalang Kabupaten Belitung

Waktu : - Kelompok A (3x dalam 1 minggu) : Selasa, Kamis, & Sabtu pukul 15.30 sd 16.30

- Kelompok B (4x dalam 1 minggu) : Selasa, Kamis, Sabtu & Minggu pukul 15.30 sd 16.30

- Kelompok C (5x dalam 1 minggu) : Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu & Minggu pukul 15.30 sd 16.30

Latihan dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 minggu. Mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat yang Harsono (1988:154) “….. Latihan kondisi fisik pre-siasion yang intensif selama 6-10 minggu …..”. Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Adapun uraian singkat dari latihannya adalah sebagai berikut : 1. Latihan Pemanasan


(28)

37

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Sebelum melaksanakan latihan inti, atlet diinstruksikan untuk melakukan pemanasan dengan bimbingan dari penulis atau melakukan dengan sendiri. Pemanasan yang bisa dilakukan yaitu melakukan perenggangan statis, perenggangan dinamis dan lari mengelilingi lapangan.

2. Latihan Inti

Dalam latihan inti, secara garis besar para siswa diberikan latihan fisik dalam upaya meningkatkan kecepatan lari atlet. Prinsip-prinsip latihan pun tidak lupa harus diterapkan seperti prinsip berulang-ulang, sistematis dan overload. 3. Latihan pendinginan dan evaluasi

Setelah melakukan latihan inti sampel diarahkan pula untuk melakukan latihan pendinginan dengan bimbingan penulis dan setelah itu diadakan kegiatan evaluasi terhadap latihan yang baru selesai dilakukan. Untuk lebih jelas lagi, metode dan bentuk-bentuk latihan yang digunakan dapat dilihat dalam program latihan yang terlampir.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dari tes awal dan tes akhir telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan rumus statistika. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata

Mencari nilai rata-rata (X) dari setiap kelompok data dengan rumus Nurhasan (2008:24) :

n X X  i Keterangan :

X = Rala-rata yang dicari/mean Σ = Jumlah dari Xi

Xi = Nilai data

n = Jumlah sampel


(29)

38

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunkan rumus Nurhasan (2008:39):

1 ) ( 2    n X X S i Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari Xi = Skor mentah

X = Rata-rata dari skor mentah n = Jumlah sampel

3. Uji normalitas

Menguji normalitas data dari setiap data, untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah dengan uji statistika non parametrik yang dikenal dengan "Uji Lilliefors.” Untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pengamatan Xi, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku. Z1, Z2, , ... Zn dengan menggunakan Rumus :

S X X ZI (X dan Z masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku)

b. Untuk setiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi)=P(Z<Zi)

c. Menghitung Proporsi Z1, Z2,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika

proporsi ini dinyatakan dengan S(S) = banyaknya...

n Z Z Z

Z12... n1 4. Uji homogenitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah data yang dihimpun berasal dari sampel atau populasi yang homogeny atau tidak.selain itu juga pengujian ini diperlukan untuk menentukan jenis analisis statistic apa yang


(30)

39

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

selanjutnya digunakan dalam pengujian hipotesis data. Karena syarat dari uji parametric adalah data penelitian harus berdistribusi normaldan homogen.

Rumus Homogenitas F=

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari homoginetas adalah sebagai berikut:

a. Menyusun data dari hasil test

b. Menghitung kuadrat dari masing-masing test

c. Menghitung masing-masing varians masing-masing kelompok tes dengan rumus:

V=

d. Masukan nilai-nilai varians kedalam rumus homogenitas

e. Menentukan dk = V1 = (n-1), untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1), kelompok varians kecil dengan = 0,10 maka ½ = 0,05

f. Kriteria Hipotesis ditolak jika F hitung F ½ dengan (V1,V2)

5. Uji signifikan peningkatan hasil latihan

Rumus yang digunakan yaitu Uji Signifikansi Rata-Rata Dua Pihak /Uji t : t =

√ Untuk masing-masing kelompok

Keterangan:

t = nilai t hitung yang dicari B = rata-rata nilai beda SB = Simpangan baku n= jumlah sampel

Langkah-langkah menghitung uji signifikansi rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

a. Tentukan rata-rata (X ), simpangan baku (S), dan jumlah sampel (n) b. Cari t-Hitung dengan rumus t =

c. Cari Hasil t-Tabel dengan rumus t (1-1/2 )(n-1) d. Kriteria Hipotesis diterima jika t-Tabel < dari t-Hitung


(31)

40

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

6. Uji perbedaan signifikan hasil latihan

Rumus yang digunakan yaitu Uji ANAVA dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pengitungan ANAVA Sumber

Variansi

Dk JK RJK F

Rata-rata 1 Ry R = Ry /

1

A/D Rata-rata

antar kelompok

(k-1) Ay A = Ay / (k-1) Rata-rata

dalam kelompok

Σ (ni – 1)

Dy D = Dy / Σ (ni-1 Total Σ (ni) Σy2

Langkah-langkah menghitung uji signifikansi rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

a. Tentukan Ry dengan rumus Ry = J2/ Σni

b. Tentukan Ay dengan rumus Ay = Σ (J2/ni) – Ry

c. Tentukan Σy2 dengan rumus Σy2 = Jumlah kuadrat dari semua nilai pengamatan d. Tentukan Dy dengan rumus Dy = Σy2 – Ry – Ay

e. Tentukan A dengan rumus A = Ay / (k-1), dan D denga rumus D = Dy / Σ (ni-1 f. Tentukan F hitung dengan rumus A/D

g. Tentukan F tabel dengan melihat tabel F tabel sesuai dengan dk pembilang dan penyebut yang diketahui


(32)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

1. Latihan kecepatan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

2. Latihan kecepatan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

3. Latihan kecepatan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

4. Latihan kecepatan dengan densitas latihan 3 kali, 4 kali dan 5 kali dalam 1 minggu tidak ada yang lebih segnifikan meningkatkan kecepatan lari atlet.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada pelatih

Karena dari ketiga macam densitas latihan tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan sprint atlet sepakbola dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga densitas latihan tersebut, maka sebaiknya pelatih bisa menerapkan latihan dengan densitas latihan 3x per minggu supaya dihari lainnya pelatih bisa memberikan jenis latihan yang lain. Untuk dapat meningkatkan kecepatan lari atlet, atlet harus diberi latihan yang konsisten dan juga harus terdapat peningkatan beban latihan sehingga kemampuan atlet akan lebih meningkat. Saat memberikan latihan pasti pelatih akan menemukan atlet yang mengalami kejenuhan saat berlatih dikarenakan program latihan yang diberikan terlalu monoton, maka dari itu seorang pelatih harus bisa mensiasati hal tersebut dan harus bisa membangkitkan motivasi atlet dalam berlatih.


(33)

56

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

2. Kepada atlet/ peserta latihan

Berlatih untuk meningkatkan kecepatan berlari atlet tidak hanya ditentukan keberhasilannya dari pengaturan densitas latihan yang diberikan, namun harus didukung oleh kesungguhan dari diri atlet untuk berlatih meningkatkan kemampuannya.

3. Penelitian selanjutnya

Penelitian dilakukan dengan jumlah kelompok densitas latihan yang lebih beragam, sampel atau kelompok eksperimen yang lebih besar, pengukuran yang lebih teliti, analisis yang lebih akurat dan juga pengendalian validitas internal yang lebih baik sehingga untuk hasil penelitian tidak terjadi bias, guna untuk memperoleh hasil yang mampu memperkaya pengetahuan di dunia olahraga terutama cabang olahraga sepakbola secara teori maupun secara praktis.


(34)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Furqon, (1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Griwijoyo dan Sidik (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung. Giriwijoyo dan Sidik (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Penerbit CV. Tambak Kusuma.

Harsono (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandug: UPI Bandung.

Harsono (2004). Perencanaa Program Latihan. Bandung: UPI Bandung.

Harsono (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung: Pascasarjana UPI Bandung.

Kosasih, Engkos (1993). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Kademika Pressindo.

Lee E.B., Vance A.F. dan Juan C.S. (2000). Training for Speed, Agility, and

Quickness. United States of America: Human Kinetics.

Lingling dan Entang (2009). Pelatihan Cabang Olahraga Sepakbola. Bandung: FPOK UPI Bandung

Lutan R. Dkk (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Penelitian Olahraga. Bandung: Buku Ajar FPOK UPI Bandung

Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Nurhasan, dkk (2008). Mata Kuliah Statisika. Bandung: FPOK UPI Bandung. Ruseffendi (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Sajoto (1995). Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam


(35)

58

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil

Satriya dkk (2010). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepaltihan Olahraga.

Setiawan E (2009). Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Sidik Zafar D. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Bandung: Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Sidik Zafar D. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sucipto, et al. (2000). Sepakbola. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Scheunemann (2012). Kurikulum Sepak Bola Indonesia. Jakarta: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Internet:

Djisamsoe, Agnes, 2014. 11 Pemain Tercepat di Dunia. http://www.sbobetmania.net/tag/pemain-sepak-bola-tercepat-seluruh-dunia/ [September 23, 2014]

Souls, Soccer , 2013. Top 10 Fastest Football Players – Manchester United Star Tops The List, No Walcott In Top Three. http://balls.ie/football/fastest-football-players/ [Oktober 4, 2014]


(1)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selanjutnya digunakan dalam pengujian hipotesis data. Karena syarat dari uji parametric adalah data penelitian harus berdistribusi normaldan homogen.

Rumus Homogenitas F=

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari homoginetas adalah sebagai berikut:

a. Menyusun data dari hasil test

b. Menghitung kuadrat dari masing-masing test

c. Menghitung masing-masing varians masing-masing kelompok tes dengan rumus:

V=

d. Masukan nilai-nilai varians kedalam rumus homogenitas

e. Menentukan dk = V1 = (n-1), untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1),

kelompok varians kecil dengan = 0,10 maka ½ = 0,05 f. Kriteria Hipotesis ditolak jika F hitung F ½ dengan (V1,V2)

5. Uji signifikan peningkatan hasil latihan

Rumus yang digunakan yaitu Uji Signifikansi Rata-Rata Dua Pihak /Uji t : t =

√ Untuk masing-masing kelompok

Keterangan:

t = nilai t hitung yang dicari B = rata-rata nilai beda SB = Simpangan baku n= jumlah sampel

Langkah-langkah menghitung uji signifikansi rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

a. Tentukan rata-rata (X ), simpangan baku (S), dan jumlah sampel (n) b. Cari t-Hitung dengan rumus t =

c. Cari Hasil t-Tabel dengan rumus t (1-1/2 )(n-1) d. Kriteria Hipotesis diterima jika t-Tabel < dari t-Hitung


(2)

40

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Uji perbedaan signifikan hasil latihan

Rumus yang digunakan yaitu Uji ANAVA dengan rumus sebagai berikut: Tabel 3.1

Pengitungan ANAVA Sumber

Variansi

Dk JK RJK F

Rata-rata 1 Ry R = Ry /

1

A/D Rata-rata

antar kelompok

(k-1) Ay A = Ay / (k-1) Rata-rata

dalam kelompok

Σ (ni – 1)

Dy D = Dy / Σ (ni-1 Total Σ (ni) Σy2

Langkah-langkah menghitung uji signifikansi rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut:

a. Tentukan Ry dengan rumus Ry = J2/ Σni

b. Tentukan Ay dengan rumus Ay = Σ (J2/ni) – Ry

c. Tentukan Σy2 dengan rumus Σy2 = Jumlah kuadrat dari semua nilai pengamatan d. Tentukan Dy dengan rumus Dy = Σy2 – Ry – Ay

e. Tentukan A dengan rumus A = Ay / (k-1), dan D denga rumus D = Dy / Σ (ni-1 f. Tentukan F hitung dengan rumus A/D

g. Tentukan F tabel dengan melihat tabel F tabel sesuai dengan dk pembilang dan penyebut yang diketahui


(3)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

1. Latihan kecepatan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

2. Latihan kecepatan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

3. Latihan kecepatan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

4. Latihan kecepatan dengan densitas latihan 3 kali, 4 kali dan 5 kali dalam 1 minggu tidak ada yang lebih segnifikan meningkatkan kecepatan lari atlet.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada pelatih

Karena dari ketiga macam densitas latihan tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan sprint atlet sepakbola dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga densitas latihan tersebut, maka sebaiknya pelatih bisa menerapkan latihan dengan densitas latihan 3x per minggu supaya dihari lainnya pelatih bisa memberikan jenis latihan yang lain. Untuk dapat meningkatkan kecepatan lari atlet, atlet harus diberi latihan yang konsisten dan juga harus terdapat peningkatan beban latihan sehingga kemampuan atlet akan lebih meningkat. Saat memberikan latihan pasti pelatih akan menemukan atlet yang mengalami kejenuhan saat berlatih dikarenakan program latihan yang diberikan terlalu monoton, maka dari itu seorang pelatih harus bisa mensiasati hal tersebut dan harus bisa membangkitkan motivasi atlet dalam berlatih.


(4)

56

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

2. Kepada atlet/ peserta latihan

Berlatih untuk meningkatkan kecepatan berlari atlet tidak hanya ditentukan keberhasilannya dari pengaturan densitas latihan yang diberikan, namun harus didukung oleh kesungguhan dari diri atlet untuk berlatih meningkatkan kemampuannya.

3. Penelitian selanjutnya

Penelitian dilakukan dengan jumlah kelompok densitas latihan yang lebih beragam, sampel atau kelompok eksperimen yang lebih besar, pengukuran yang lebih teliti, analisis yang lebih akurat dan juga pengendalian validitas internal yang lebih baik sehingga untuk hasil penelitian tidak terjadi bias, guna untuk memperoleh hasil yang mampu memperkaya pengetahuan di dunia olahraga terutama cabang olahraga sepakbola secara teori maupun secara praktis.


(5)

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Furqon, (1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Griwijoyo dan Sidik (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung. Giriwijoyo dan Sidik (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Penerbit CV. Tambak Kusuma.

Harsono (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandug: UPI Bandung.

Harsono (2004). Perencanaa Program Latihan. Bandung: UPI Bandung.

Harsono (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung: Pascasarjana UPI Bandung.

Kosasih, Engkos (1993). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Kademika Pressindo.

Lee E.B., Vance A.F. dan Juan C.S. (2000). Training for Speed, Agility, and Quickness. United States of America: Human Kinetics.

Lingling dan Entang (2009). Pelatihan Cabang Olahraga Sepakbola. Bandung: FPOK UPI Bandung

Lutan R. Dkk (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Penelitian Olahraga. Bandung: Buku Ajar FPOK UPI Bandung

Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Nurhasan, dkk (2008). Mata Kuliah Statisika. Bandung: FPOK UPI Bandung. Ruseffendi (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Sajoto (1995). Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam


(6)

58

Akhmad Yudhan, 2014

perbandingan densitas latihan kecepatan (3x, 4x, dan 5x dalam satu minggu) terhadap hasil peningkatan kecepatan lari atlet

|

Satriya dkk (2010). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepaltihan Olahraga.

Setiawan E (2009). Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Sidik Zafar D. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Bandung: Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Sidik Zafar D. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sucipto, et al. (2000). Sepakbola. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Scheunemann (2012). Kurikulum Sepak Bola Indonesia. Jakarta: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Internet:

Djisamsoe, Agnes, 2014. 11 Pemain Tercepat di Dunia. http://www.sbobetmania.net/tag/pemain-sepak-bola-tercepat-seluruh-dunia/ [September 23, 2014]

Souls, Soccer , 2013. Top 10 Fastest Football Players – Manchester United Star Tops The List, No Walcott In Top Three. http://balls.ie/football/fastest-football-players/ [Oktober 4, 2014]