EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI Evaluasi Ketepatan Antibiotik Pada Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

(1)

EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK

TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014

 

 

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ADIVA TANTYAS AURORA

K100110145

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

2


(3)

EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK

TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014

EVALUATION OF ACCURACY ANTIBIOTICS IN PEDIATRIC

PATIENTS DIAGNOSED PNEUMONIA IN RSUP Dr. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN 2014

Adiva Tantyas Aurora#, dan Nurul Mutmainah

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

#E-mail: auroradiv@yahoo.com

ABSTRAK

Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) dan menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak. Pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik. Ketepatan penggunaan dan pemilihan antibiotik menjadi penentu keberhasilan terapi untuk menghindari terjadinya efek samping. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak. Penelitian ini merupakan rancangan kualitatif yang bersifat non eksperimental. Data didapatkan dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan dalam data rekam medik pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014. Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut usia, jenis kelamin, dan antibiotik yang diberikan. Kemudian data dianalisis secara deskriptif dengan mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak. Dari 52 pasien, antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicillin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%). Setelah dilakukan analisis dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut IDAI tahun 2009 dan Modul Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Depkes RI tahun 2010, diperoleh ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat 100%, ketepatan dosis sebesar 3,85%, dan ketepatan pasien sebesar 100%.

Kata kunci: pneumonia, anak, ketepatan antibiotik, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

ABSTRACT

Pneumonia is an acute inflammation of the lung parenchyma caused by microorganisms (bacteria or virus) and a major cause of mortality and morbidity in children. The treatment of pneumonia is using antibiotics. The accuracy of use and antibiotic’s selection are determinant of the success of therapy to avoid side effects. The purpose of this study is to determine the accuracy of antibiotic use in pediatric patients. This is an non-experimental qualitative research design. Data obtained by conducting searches in the medical record of pediatric patients diagnosed with pneumonia in Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital in Klaten during 2014. Sampling was done by purposive sampling. The data obtained were grouped according to the age, gender, and antibiotics that were given. Then the data were analyzed descriptively to evaluate the accuracy of antibiotic use in pediatric patients. From the 61 patients, the most antibiotic were widely used are Ampicillin + Cloramphenicol (40,39%), Ampicillin + Gentamicin (32,69%), then followed by Ampicillin (21,16%). After analysis of the accuracy of indication’s aspects, drug, patient, also dose accuracy based on “The Standards of Child Health Care in Hospital” according IDAI 2009 and Module of Standard Treatment of Pneumonia by Republic Indonesia’s Health Ministry in 2010, was obtained that the results for indication accuracy is 100%, 100% for drugs accuracy, 3,85% for dose accuracy and 100% for patients accuracy. Keywords: pneumonia, children, antibiotic’s accuracy, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.


(4)

 

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) dan menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak (Shalih et al., 2014). Pneumonia termasuk penyakit yang berbahaya karena paru-paru tidak mendapatkan asupan oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh.

Sreptococcus pneumoniae adalah bakteri yang menyerang sistem imun dan mengakibatkan infeksi pada sistem pernafasan (Kartasamita, 2010).

WHO menyebutkan bahwa angka kejadian pneumonia lebih besar terjadi di negara berkembang karena masalah kesehatan masih belum mendapatkan perhatian khusus. Jika dibandingkan dengan negara maju, angka kejadian pneumonia lebih kecil karena vaksinasi yang mudah didapat, asuransi kesehatan anak, dan pengobatan yang tersedia (Sectish and Prober, 2007). Diperkirakan lebih dari 2 juta tiap tahun kematian pada anak di bawah usia 5 tahun disebabkan oleh pneumonia, 5.500 anak meninggal setiap hari atau 4 bayi meninggal tiap satu menit (Gauri et al., 2012). Di negara berkembang, kejadian pneumonia anak ada 151,8 juta kasus per tahun dan 10% diantaranya merupakan pneumonia berat yang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. (Kartasamita, 2010). Di Indonesia sendiri, diperkirakan 140.000 anak per tahun atau rata-rata 1 anak meninggal setiap 5 menit akibat pneumonia (Depkes, 2006).

Pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik yang bergantung pada ketepatan antibiotik. Selain itu penggunaan antibotik yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping, memperlama masa penyembuhan, mengakibatkan resistensi, dan meningkatkan biaya pengobatan. Ketepatan penggunaan dan pemilihan antibiotik menjadi penentu keberhasilan terapi untuk menghindari terjadinya efek samping. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dipilih sebagai tempat penelitian karena menurut data internal pada tahun 2013, pneumonia menempati urutan ke-5 dari 10 besar kasus penyakit terbanyak di rumah sakit tersebut.

Berdasarkan beberapa hal sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengevaluasi ketepatan antibiotik pada pasien anak di rumah sakit tersebut karena pneumonia menjadi penyebab kematian anak yang tidak mendapat perhatian khusus. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan penting bagi tenaga kesehatan sehingga tingkat kematian pada anak dapat berkurang karena pemberian terapi yang tepat.


(5)

METODE PENELITIAN

A.Kategori dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan kualitatif dan bersifat non eksperimental. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran catatan penggunaan antibiotik yang terdapat dalam rekam medis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Standar Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut IDAI tahun 2009 dan Modul Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Kemenkes tahun 2010.

B.Penentuan Jumlah Sampel

Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel yang didapatkan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi tersebut yaitu:

1. Catatan medik pasien anak rawat inap usia 0-12 tahun di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014.

2. Terdiagnosa pneumonia dan mendapat terapi antibiotik.

3. Minimal data dilengkapi dengan berat badan, nama obat, dosis obat, frekuensi obat, dan durasi penggunaan obat.

Dari 123 pasien hanya 52 pasien yang memenuhi kriteria tersebut karena sisanya data RMK tidak lengkap dan pasien mengalami infeksi lain.

C.Analisa Data

Data pasien yang diperoleh dikelompokkan menurut usia, jenis kelamin, dan antibiotik yang diberikan. Kemudian dianalisis secara deskriptif meliputi parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien yang disesuaikan dengan Standar Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut IDAI tahun 2009 dan Modul Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Depkes RI tahun 2010.

D.Jalannya Penelitian 1. Perijinan penelitian

Perijinan penelitian dilakukan dengan mengajukan surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS kepada Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang disertai degnan proposal penelitian.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan mencatat nomor rekam medik pasien melalui unit bagian rekam medik rumah sakit untuk mengetahui jumlah pasien anak terdiagnosa


(6)

 

pneumonia yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014.

3. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan berdasarkan nomor rekam medik dan informasi penting lainnya, seperti karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, berat badan), diagnosa, terapi pengobatan (antibiotik, dosis, frekuensi pemberian), dan keadaan klinis pasien. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 sebanyak 123 pasien. Berdasarkan kriteria inklusi, jumlah sampel yang dapat diambil yaitu sebanyak 52 sampel.

A.Karakteristik Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia

Tabel 1. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Keterangan Jumlah Persentase (%), n = 52

Usia : Bayi (0-1 tahun) Balita (1-5 tahun) Anak (5-12 tahun)

31 20 1 59,62 38,,46 1,92 Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan 27 25 51,92 48,08 Diagnosa : Pneumonia Pneumonia dengan penyakit

penyerta bukan infeksi

33 19

63,46 36,54 Penyakit Penyerta :

Anemia Gizi Buruk Asma Decomposition cordis Epilepsi PJB Wheezing Infant Conjunction OD Down syndrome Laringomalasia 6 4 3 2 2 2 2 1 1 1 11,54 7,69 5,77 3,85 3,85 3,85 3,85 1,92 1,92 1,92 Gejala : Batuk Sesak Nafas Demam Pilek Panas Mengi Kejang Muntah 43 41 35 28 5 2 1 1 82,69 78,85 67,31 53,85 9,61 3,85 1,92 1,92

1. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin Data dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pneumonia pada pasien anak banyak terjadi pada usia bayi (0-1 tahun) dengan persentase 59,62%, balita (1-5 tahun) 38,46%, dan anak (5-12 tahun) 1,92%. Depkes RI (2008) menyebutkan, bayi dan balita lebih rentan terkena penyakit pneumonia karena sistem imunitas yang belum sempurna. Kekurangan energi protein merupakan salah satu faktor yang dapat


(7)

mempengaruhi timbulnya pneumonia pada anak. Anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya dapat melemah dan mudah diserang penyakit infeksi (Soekirman, 2000).

Kasus pneumonia pada pasien anak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 51,92%. Sedangkan pada pasien anak dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 48,08%. Menurut Depkes RI (2004), laki-laki mempunyai tingkat resiko dua kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Anak laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami pneumonia lebih besar dibandingkan anak perempuan karena diameter saluran pernafasan anak laik-laki lebih kecil dibandingkan perempuan, selain itu terdapat perbedaan daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan (Hartanti, 2011).

2. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan gejala penyakit

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang mengalami batuk sebanyak 43 kasus dengan presentase 82,69% dan yang mengalami sesak nafas sebanyak 41 kasus dengan presentase 78,85%.

3. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan diagnosa penyakit Dari hasil yang diperoleh, terdapat 33 pasien (63,46%) terdiagnosa pneumonia tanpa penyakit penyerta dan 19 pasien (36,54%) terdiagnosa pneumonia dengan penyakit penyerta bukan infeksi.

4. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan penyakit penyerta Distribusi pasien anak terdiagnosa pneumonia dengan penyakit penyerta berdasarkan catatan rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yaitu anemia (11,54%) dan gizi buruk (7,69%) menjadi penyakit penyerta yang paling banyak pada pasien anak terdiagnosa pneumonia. 

B.Karakteristik Penggunaan Antibiotik

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Terapi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Persentase (%), n = 52

Antibiotik Ampicillin + Cloramphenicol 21 40,39

Ampicillin + Gentamicin 17 32,69

Ampicillin 11 21,16

Amoxicillin oral 1 1,92

Ceftriaxone 1 1,92

Cefotaxime + Amikasin 1 1,92

1. Penggunaan antibiotik untuk pasien anak terdiagnosa pneumonia

Antibiotik ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicilin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%) paling banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014.


(8)

 

2. Penggunaan antibiotik tunggal dan kombinasi

Data penggunaan antibiotik pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro meliputi penggunaan obat tunggal dan kombinasi.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Pengobatan Frekuensi Persentase (%), n = 52 Tunggal :

Ampicillin Amoxicillin oral Ceftriaxone

Kombinasi : Ampicillin + Cloramphenicol Ampicillin + Gentamicin Cefotaxime + Amikasin

11 1 1 21 17 1 21,16 1,92 1,92 40,39 32,69 1,92 Rute Per-oral IV 1 51 1,92 98,08

Pengobatan secara kombinasi dengan rute IV lebih banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk mempermudah penggunaan obat pada pasien anak dan mempercepat kerja dari obat tersebut. Antibiotik intravena juga diberikan pada pasien anak pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral.

C.Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat 1. Tepat Indikasi

Tabel 4. Evaluasi Ketepatan Indikasi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Antibiotik Keterangan Persentase (%)

Amoxicilin Tepat

100 Ampicillin Tepat Ampicillin + Cloramphenicol Tepat

Ampicillin + Gentamicin Tepat

Cefotaxime + Amikasin Tepat

Ceftriaxon Tepat

Tepat indikasi adalah ketepatan pemilihan obat yang berdasarkan gejala dan adanya diagnosa pneumonia. Semua antibiotik yang digunakan tepat indikasi karena diagnosa pasien adalah pneumonia, dimana menurut standar IDAI dan Depkes RI terapi pneumonia menggunakan antibiotik. Ketepatan indikasi ini hanya dilihat berdasarkan pengobatan antibiotik yang digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

2. Tepat Obat

Tabel 5. Evaluasi Ketepatan Obat padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Antibiotik Usia Keterangan Persentase

(%)

Ampicillin 2 bulan-7 tahun Tepat

100

Amoxicillin oral 7 bulan-8 bulan Tepat

Ampicillin + Cloramphenicol 2 bulan-9 tahun Tepat

Ampicillin + Gentamicin 19 hari-9 tahun Tepat

Cefotaxime + Amikacin 1 bulan-5 bulan Tepat


(9)

Antibiotik kombinasi diberikan untuk meningkatkan aktivitas antibiotik dan memperlambat atau mengurangi resiko timbulnya bakteri resisten (Kemenkes, 2011). Kombinasi antibiotik ampicillin + cloramphenicol dan ampicillin + gentamicin sudah sesuai dengan standar yang digunakan. Namun pada kombinasi cefotaxim + amikacin tidak sesuai dengan standar yang digunakan. Amikacin dapat digunakan untuk pengobatan pneumonia. Pada pengujian sensitifitas antibiotik, amikacin lebih sensitif pada bakteri

Pseudomonas aeruginosa dibandingkan dengan bakteri penyebab pneumonia. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa drug of choice pengobatan pneumonia lebih dipilih daripada menggunakan amikacin (Refdanita, 2004).

3. Tepat Dosis

Tabel 6. Evaluasi Ketepatan Dosis padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

No. Kasus Antibiotik Keterangan

Persentase (%) Tidak Tepat

Tepat Dosis

kurang

Dosis berlebih

1-7,9-11,13-52

Amoxicillin oral Dosis kurang

92,3 3,85 3,85

Ampicillin Dosis kurang

Inj. Ampicillin + Cloramphenicol Dosis kurang Inj. Ampicillin + Gentamicin Dosis berlebih Inj. Cefotaxime + amikacin Dosis kurang

8 Inj. Ampicillin Tepat dosis

12 Inj. Ceftriaxon Tepat dosis

  Setelah dirata-rata, penggunaan antibiotik baik injeksi maupun oral, dosis yang digunakan tidak tepat dengan dosis standar. Banyak terjadi pemberian dosis berlebih dan pemberian dosis yang kurang. Dari 52 pasien anak terdiagnosa pneumonia, hanya ada 3,85% penggunaan antibiotik yang tepat dosis, yaitu pada kasus nomer 8 dan 12. Ketepatan dosis pasien anak dihitung berdasarkan perkalian berat badan dengan dosis satu kali pemakaian.

Pemberian dosis yang berlebih akan mengakibatkan hepatotoksik, iritasi sistem pencernaan, dan timbul beberapa efek samping lainnya. Bukan hanya dosis berlebih saja yang akan merugikan pasien. Pemberian dosis yang kurang juga akan mengakibatkan tidak tercapainya sasaran terapi sehingga memperlama kesembuhan pasien.

4. Tepat Pasien

Tepat pasien adalah pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan dan gejala yang dialami pasien anak terdiagnosa pneumonia. Pada tepat pasien ini, dilihat dari perbandingan antibiotik yang digunakan dengan penyakit penyerta yang diderita pasien. Hasilnya adalah 100% tepat karena pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan, dan gejala yang dialami pasien anak terdiagnosa pneumonia.


(10)

 

D.Kendala yang Dihadapi Selama Penelitian

Selama melakukan penelitian ini peneliti mengalami beberapa kendala, yaitu tulisan dokter atau perawat yang sulit untuk dibaca dan ketidaklengkapan atau hilangnya data rekam medik pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Dari 52 pasien terdiagnosa pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 ditemukan penggunaan antibiotik terbanyak adalah ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicillin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%). Penelitian evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 100%, ketepatan dosis 3,85% (92,3% dosis pemberian kurang dan 3,85% dosis pemberian berlebih), dan ketepatan pasien 100%.

B.Saran

Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti selanjutnya : perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar hasil yang didapatkan lebih valid.

2. Bagi rumah sakit : sebaiknya data RMK juga sebaiknya disimpan dengan baik agar tidak ada RMK yang hilang sehingga menyulitkan dalam melakukan penelitian.

DAFTAR ACUAN

Depkes RI, 2004, Angka Kematian Bayi Masih Tinggi, ISPA Pembunuh Utama, Jakarta, Dirjen PPM & PL.

Depkes RI, 2006, Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, bab 4, hal: 86, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, hal: 253, Jakarta, IDAI.

Gauri S. Shah, Ashok K. Dutta, Dheeraj Shah, & Om P. Mishra., 2012, “Role of zinc in severe pneumonia: a randomized double bind placebo controlled study”, Italian Journal of Pediatrics 2012, 38:36.


(11)

Hartati, Susi. 2011, Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia.

Kartasamita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 3, Jakarta, Kemenkes RI.

Kemenkes, 2010, Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, hal: 31, Jakarta, Kemenkes RI. Refdanita, Maksum R., Nurgani A., Endang P., 2004, Pola Kepekaan Kuman Terhadap

Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 - 2002, Makara Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Desember 2004: 41-48.

Salih, et al., 2014, “Poor adherence to the World Health Organization guidelines of treatment of severe pneumonia in children at Khartoum”, Sudan, BMCResearch Notes 2014, 7 :531.

Sectish, T.C., & C.G., Prober, 2007, Pneumonia. In: Behrman R.E., et al (editor). Nelson’s Textbook of Pediatrics, 18th edition. WB Saunders, New York, page 1795-1799. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan


(1)

pneumonia yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014.

3. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan berdasarkan nomor rekam medik dan informasi penting lainnya, seperti karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, berat badan), diagnosa, terapi pengobatan (antibiotik, dosis, frekuensi pemberian), dan keadaan klinis pasien. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 sebanyak 123 pasien. Berdasarkan kriteria inklusi, jumlah sampel yang dapat diambil yaitu sebanyak 52 sampel.

A.Karakteristik Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia

Tabel 1. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Keterangan Jumlah Persentase (%), n = 52

Usia : Bayi (0-1 tahun) Balita (1-5 tahun) Anak (5-12 tahun)

31 20 1 59,62 38,,46 1,92 Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan 27 25 51,92 48,08 Diagnosa : Pneumonia Pneumonia dengan penyakit

penyerta bukan infeksi

33 19

63,46 36,54

Penyakit Penyerta : Anemia Gizi Buruk Asma Decomposition cordis Epilepsi PJB Wheezing Infant Conjunction OD Down syndrome Laringomalasia 6 4 3 2 2 2 2 1 1 1 11,54 7,69 5,77 3,85 3,85 3,85 3,85 1,92 1,92 1,92 Gejala : Batuk Sesak Nafas Demam Pilek Panas Mengi Kejang Muntah 43 41 35 28 5 2 1 1 82,69 78,85 67,31 53,85 9,61 3,85 1,92 1,92

1. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin Data dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pneumonia pada pasien anak banyak terjadi pada usia bayi (0-1 tahun) dengan persentase 59,62%, balita (1-5 tahun) 38,46%, dan anak (5-12 tahun) 1,92%. Depkes RI (2008) menyebutkan, bayi dan balita lebih rentan terkena penyakit pneumonia karena sistem imunitas yang belum sempurna. Kekurangan energi protein merupakan salah satu faktor yang dapat


(2)

mempengaruhi timbulnya pneumonia pada anak. Anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya dapat melemah dan mudah diserang penyakit infeksi (Soekirman, 2000).

Kasus pneumonia pada pasien anak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 51,92%. Sedangkan pada pasien anak dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 48,08%. Menurut Depkes RI (2004), laki-laki mempunyai tingkat resiko dua kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Anak laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami pneumonia lebih besar dibandingkan anak perempuan karena diameter saluran pernafasan anak laik-laki lebih kecil dibandingkan perempuan, selain itu terdapat perbedaan daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan (Hartanti, 2011).

2. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan gejala penyakit

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang mengalami batuk sebanyak 43 kasus dengan presentase 82,69% dan yang mengalami sesak nafas sebanyak 41 kasus dengan presentase 78,85%.

3. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan diagnosa penyakit Dari hasil yang diperoleh, terdapat 33 pasien (63,46%) terdiagnosa pneumonia tanpa penyakit penyerta dan 19 pasien (36,54%) terdiagnosa pneumonia dengan penyakit penyerta bukan infeksi.

4. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan penyakit penyerta Distribusi pasien anak terdiagnosa pneumonia dengan penyakit penyerta berdasarkan catatan rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yaitu anemia (11,54%) dan gizi buruk (7,69%) menjadi penyakit penyerta yang paling banyak pada pasien anak terdiagnosa pneumonia. 

B.Karakteristik Penggunaan Antibiotik

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Terapi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Persentase (%), n = 52

Antibiotik Ampicillin + Cloramphenicol 21 40,39

Ampicillin + Gentamicin 17 32,69

Ampicillin 11 21,16

Amoxicillin oral 1 1,92

Ceftriaxone 1 1,92

Cefotaxime + Amikasin 1 1,92

1. Penggunaan antibiotik untuk pasien anak terdiagnosa pneumonia

Antibiotik ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicilin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%) paling banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014.


(3)

2. Penggunaan antibiotik tunggal dan kombinasi

Data penggunaan antibiotik pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro meliputi penggunaan obat tunggal dan kombinasi.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Pengobatan Frekuensi Persentase (%), n = 52

Tunggal : Ampicillin

Amoxicillin oral Ceftriaxone

Kombinasi : Ampicillin + Cloramphenicol Ampicillin + Gentamicin Cefotaxime + Amikasin

11 1 1

21 17 1

21,16 1,92 1,92

40,39 32,69 1,92 Rute

Per-oral IV

1 51

1,92 98,08

Pengobatan secara kombinasi dengan rute IV lebih banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk mempermudah penggunaan obat pada pasien anak dan mempercepat kerja dari obat tersebut. Antibiotik intravena juga diberikan pada pasien anak pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral.

C.Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat 1. Tepat Indikasi

Tabel 4. Evaluasi Ketepatan Indikasi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Antibiotik Keterangan Persentase (%)

Amoxicilin Tepat

100 Ampicillin Tepat Ampicillin + Cloramphenicol Tepat

Ampicillin + Gentamicin Tepat Cefotaxime + Amikasin Tepat

Ceftriaxon Tepat

Tepat indikasi adalah ketepatan pemilihan obat yang berdasarkan gejala dan adanya diagnosa pneumonia. Semua antibiotik yang digunakan tepat indikasi karena diagnosa pasien adalah pneumonia, dimana menurut standar IDAI dan Depkes RI terapi pneumonia menggunakan antibiotik. Ketepatan indikasi ini hanya dilihat berdasarkan pengobatan antibiotik yang digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

2. Tepat Obat

Tabel 5. Evaluasi Ketepatan Obat padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

Antibiotik Usia Keterangan Persentase

(%)

Ampicillin 2 bulan-7 tahun Tepat

100 Amoxicillin oral 7 bulan-8 bulan Tepat

Ampicillin + Cloramphenicol 2 bulan-9 tahun Tepat Ampicillin + Gentamicin 19 hari-9 tahun Tepat


(4)

Antibiotik kombinasi diberikan untuk meningkatkan aktivitas antibiotik dan memperlambat atau mengurangi resiko timbulnya bakteri resisten (Kemenkes, 2011). Kombinasi antibiotik ampicillin + cloramphenicol dan ampicillin + gentamicin sudah sesuai dengan standar yang digunakan. Namun pada kombinasi cefotaxim + amikacin tidak sesuai dengan standar yang digunakan. Amikacin dapat digunakan untuk pengobatan pneumonia. Pada pengujian sensitifitas antibiotik, amikacin lebih sensitif pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dibandingkan dengan bakteri penyebab pneumonia. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa drug of choice pengobatan pneumonia lebih dipilih daripada menggunakan amikacin (Refdanita, 2004).

3. Tepat Dosis

Tabel 6. Evaluasi Ketepatan Dosis padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014

No. Kasus Antibiotik Keterangan

Persentase (%) Tidak Tepat

Tepat Dosis

kurang

Dosis berlebih

1-7,9-11,13-52

Amoxicillin oral Dosis kurang

92,3 3,85 3,85

Ampicillin Dosis kurang

Inj. Ampicillin + Cloramphenicol Dosis kurang Inj. Ampicillin + Gentamicin Dosis berlebih Inj. Cefotaxime + amikacin Dosis kurang

8 Inj. Ampicillin Tepat dosis

12 Inj. Ceftriaxon Tepat dosis

  Setelah dirata-rata, penggunaan antibiotik baik injeksi maupun oral, dosis yang digunakan tidak tepat dengan dosis standar. Banyak terjadi pemberian dosis berlebih dan pemberian dosis yang kurang. Dari 52 pasien anak terdiagnosa pneumonia, hanya ada 3,85% penggunaan antibiotik yang tepat dosis, yaitu pada kasus nomer 8 dan 12. Ketepatan dosis pasien anak dihitung berdasarkan perkalian berat badan dengan dosis satu kali pemakaian.

Pemberian dosis yang berlebih akan mengakibatkan hepatotoksik, iritasi sistem pencernaan, dan timbul beberapa efek samping lainnya. Bukan hanya dosis berlebih saja yang akan merugikan pasien. Pemberian dosis yang kurang juga akan mengakibatkan tidak tercapainya sasaran terapi sehingga memperlama kesembuhan pasien.

4. Tepat Pasien

Tepat pasien adalah pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan dan gejala yang dialami pasien anak terdiagnosa pneumonia. Pada tepat pasien ini, dilihat dari perbandingan antibiotik yang digunakan dengan penyakit penyerta yang diderita pasien. Hasilnya adalah 100% tepat karena pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan, dan gejala yang dialami pasien anak terdiagnosa pneumonia.


(5)

D.Kendala yang Dihadapi Selama Penelitian

Selama melakukan penelitian ini peneliti mengalami beberapa kendala, yaitu tulisan dokter atau perawat yang sulit untuk dibaca dan ketidaklengkapan atau hilangnya data rekam medik pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Dari 52 pasien terdiagnosa pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 ditemukan penggunaan antibiotik terbanyak adalah ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicillin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%). Penelitian evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 100%, ketepatan dosis 3,85% (92,3% dosis pemberian kurang dan 3,85% dosis pemberian berlebih), dan ketepatan pasien 100%.

B.Saran

Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti selanjutnya : perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar hasil yang didapatkan lebih valid.

2. Bagi rumah sakit : sebaiknya data RMK juga sebaiknya disimpan dengan baik agar tidak ada RMK yang hilang sehingga menyulitkan dalam melakukan penelitian.

DAFTAR ACUAN

Depkes RI, 2004, Angka Kematian Bayi Masih Tinggi, ISPA Pembunuh Utama, Jakarta, Dirjen PPM & PL.

Depkes RI, 2006, Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, bab 4, hal: 86, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, hal: 253, Jakarta, IDAI.

Gauri S. Shah, Ashok K. Dutta, Dheeraj Shah, & Om P. Mishra., 2012, “Role of zinc in severe pneumonia: a randomized double bind placebo controlled study”, Italian Journal of Pediatrics 2012, 38:36.


(6)

Hartati, Susi. 2011, Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia.

Kartasamita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 3, Jakarta, Kemenkes RI.

Kemenkes, 2010, Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, hal: 31, Jakarta, Kemenkes RI.

Refdanita, Maksum R., Nurgani A., Endang P., 2004, Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 - 2002, Makara Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Desember 2004: 41-48.

Salih, et al., 2014, “Poor adherence to the World Health Organization guidelines of treatment of severe pneumonia in children at Khartoum”, Sudan, BMC Research Notes 2014, 7 :531.

Sectish, T.C., & C.G., Prober, 2007, Pneumonia. In: Behrman R.E., et al (editor). Nelson’s Textbook of Pediatrics, 18th edition. WB Saunders, New York, page 1795-1799. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan


Dokumen yang terkait

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah

0 5 17

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah Pe

0 3 12

PENDAHULUAN Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah Periode Januari-Desember 2014.

0 2 11

EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Evaluasi Ketepatan Antibiotik Pada Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

2 9 11

PENDAHULUAN Evaluasi Ketepatan Antibiotik Pada Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014.

0 3 7

EVALUASI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO Evaluasi Penggunaan Analgesik Pada Pasien Apendektomi Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014.

2 19 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

0 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro K

0 1 11

BAB 1 PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

0 1 11

EVALUPNEUM Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

0 2 17