PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU DI RSP. ARIO WIRAWAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Tuberkulosis Paru Di RSP. Ario Wirawan Salatiga.

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU DI RSP. ARIO WIRAWAN

SALATIGA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh: Dwi Noorhidayah

J100141017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015


(2)

(3)

ABSTRAK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TUBERKULOSIS DI RSP ARIO WIRAWAN SALATIGA

(Dwi Noorhidayah, J100141017, 2014)

Karya Tulis Ilmiah

Halaman isi 32, Daftar Tabel 8, Daftar Grafik 1, Lampiran 3

Latar belakang :Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan tuberkulosis yang menyerang paru tetapi juga dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningitis, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Problematika fisioterapi yang didapatkan adanya sputum dan sesak napas.

Metode : metode yang digunakan adalah pemberian pulse lip breathing exercise dan latihan batuk efektif yang dievaluasi dengan menggunakan tabel letak sputum untuk adanya sputum dan skala Borg untuk derajat sesak napas.

Tujuan : metode diatas untuk mengetahui tujuan pemberian pulse lip breathing exercise dan latihan batuk efektif terhadap adanya sputum dan sesak napas. Hasil : setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil mulai menghilangnya sputum dan berkurangnya derajat sesak napas.

Kesimpulan: pemberian pulse lip breathing exercise dan latihan batuk efektif dapat mengurangi adanya sputum dan sesak napas.

Kata Kunci : Tuberkulosis, pulse lip breathing exercise, Paru, Batuk Efektif.


(4)

ABSTRACT

PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN LUNG TIBERCULOSIS AT RSP ARIO WIRAWAN, SALATIGA

(Dwi Noorhidayah, J100141017, 2014)

Scientific Writing

Content of page 32, List of Table 8,List of Graphic 1, Attachment 3

Background Tuberculosis (TB)is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Pulmonary tuberculosis is tuberculosis that attacks the lungs but can also spread to other body parts, including meningitis, kidney, bone, and lymph nodes. Mycobacterium tuberculosis is acid-resistant aerobic rods that grows lowly and are sensitive to heat and ultraviolet rays. Problematic physiotherapy obtained their sputum and shortness of breath.

Methods : the method used is giving lip pulse and breathing exercises effective coughing exercises are evaluated by using at able lay out for their sputum and Borg scale for the degree of shortness of breath.

Objectives : the above method to determine the purpose of the pulse lip breathing exercises and coughing exercises effective against their sputum and shortness of breath.

Results :6 times after start of therapy showed the disappearance of sputum and reduced the degree of breathlessness.

Conclusion :Giving pulse lip breathing exercises and coughing exercises can effectively reduce their sputum and shortness of breath.

Key words: Tuberculosis, pulse lip breathing exercise, Lung, Effective Cough.


(5)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis sendiri yang saat ini dikenal dengan TB merupakan masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. World Health Organization (2003) menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai negara dengan angka kejadian yang tinggi terhadap TB. Dan Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga setelah India dan China. .

Keluhan-keluhan pada penderita TB paru berupa batuk berdahak selama 2-3 minggu, Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Tjandra, et al. 2006).

Peran fisioterapi dalam hal ini dapat berperan dalam hal membantu mengurangi keluhan pada pada penderita TB paru, seperti adanya sputum dan sesak napas dengan latihan batuk efektif dan breathing exercise.

2. Tujuan

Tujuan Umum: untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi, menganalisa dan mengambil suatu kesimpulan pada kondisi Tuberkulosis paru. Tujuan Khusus: untuk mengetahui pengaruh batuk efektif dan pulse lip breathing exercise dalam membantu mengurangi sputum dan untuk mengetahui pengaruh batuk


(6)

efektif dan pulse lip breathing exercise dapat membantu mengurangi sesak napas.

B. KERANGKA TEORI

Tuberkulosis – saat ini lebih lazim disingkat TB berasal dari kata

tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan kuman atau basil tuberkulosis yang dalam bahasa kedokteran diberi nama dalam bahasa Latin yaitu Mycrobacterium tuberculosis. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga mengenai ke bagian tubuh lainnya, seperti meningitis, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer dan Bare dalam Lisa, 2010).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Tuberkulosis Paru, antara lain merokok, faktor sosial ekonomi, status gizi, umur, dan jenis kelamin.(Notoatmodjo, 2008).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB paru hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB paru. Masa inkubasi TB paru biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. Selama brminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberculin (vaksin TB), mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut


(7)

ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi baik, begitu sistem imuns seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti (Retno, 2008).

Keluhan-keluhan pada penderita tuberkulosis berupa batuk berdahak. Keluhan ini bisa terjadi selama 2-3 minggu. Penderita juga mengeluh nyeri dada yang semakin bertambah saat batuk dan terkadang juga sesak napas. Keluhan lain yang umum adalah demam. Penderita juga sering mengalami keringat di malam hari. Keringat ini cukup banyak sehingga penderita harus bangun dan berganti baju. Berat badan menurun tanpa sebab, mudak lelah, dan hilangnya nafsu makan (Tjandra, et al. 2006).

Untuk mengetahui diagnosa pada kasus TB bisa didapat hasil wawancara tentang keluhan pasien. Kedua, hasil pemerikasaan laboratorium untuk menentukan basil tahan asam (BTA) dan basil TB secara pembiakan. Ketiga, gambaran radiologik rontgen dada. Keempat, pemeriksaan BACTEC.

TB bisa sembuh dengan pemberian obat secara teratur selama waktu tertentu meskipun yang sudah parah akan terjadi kerusakan pada paru. Dan ada kemungkinan penderita TB paru yang sudah sembuh bisa terserang TB paru lagi. Beberapa penyakit yang menyerupai kasus ini yaitu: alergi atau asma, bronkiektasis, dan benda asing di paru-paru (aspirasi), limfadinitis akut dan lain-lain (Kenneth, 2008).


(8)

1. Latihan Batuk Efektif a. Definisi

Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan perubahan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Sekali glotis terbuka, akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea, sehingga sekret dan benda asing di saluran napas akan keluar. Sedangkan latihan batuk efektif merupakan sebuah tehnik batuk yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran napas.

a. Tehnik batuk efektif

Sebelum melakukan latihan batuk efektif pasien disarankan untuk minum air hangat. Posisi pasien bisa tidur terlantang atau duduk sesuai kenyamanan pasien. Setelah itu terapis mengarahkan pasien untuk inspirasi panjang yang dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah inspirasi pasien dianjurkan untuk membatukkan dengan kuat.

b. Tujuan latihan batuk efektif

Batuk efektif berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas. Selain itu untuk meningkatkan ekspansi paru, moblisisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Batuk efektif ini juga efektif untuk penderita TB. 2. Breathing Exercise

a. Definisi

Tehnik pulse lip breathing, merupakan latihan pernapasan yang paling mudah dilakukan karena memberikan manfaat subyektif pada


(9)

penderita yaitu mengurangi sesak napas, rasa cemas, dan tegang karena napas

b. Tehnik Pulse Lip Breathing Exercise

Latihan pernapasan ini dilakukan dengan cara tarik napas melalui hidung selama beberapa detik dengan mulut tertutup dan buang napas perlahan-lahan selama 4 sampai 6 detik melalui bibir mengerucut seperti orang bersiul.

c. Tujuan Pulse Lip Breathing Exercise

Latihan pernapasan ini dapat mengaktifkan otot-otot perut saat ekspirasi sehingga memperbaiki pertukaran gas yang dapat dilihat dengan membaiknya saturasi oksigen arteri.

C. PROSES FISIOTERAPI 1. Anamnesis

Nama: Sulaeman, umur: 67 tahun, jenis kelamin: laki-laki, agama: islam, pekerjaan: petani, alamat: Jl. Gaji RT 02 RW 05 Guntur, Demak, dan no. RM: 124.933.

Awalnya sekitar 3 minggu lalu pasien mengeluh batuk darah disertai sesak napas. setelah itu pasien merasa lemas dan nafsu makan berkurang. Pasien merupakan perokok aktif sejak muda. Dan sudah behenti sejak 5 tahun yang lalu.

2. Pemeriksaan Obyektif

Tekanan darah: 124/69 mmHg, denyut nadi: 102 kali per menit, pernapasan: 32 kali per menit, temperatur: 36˚c, tinggi badan: 170 cm, dan


(10)

berat badan: 40 kg. Medika mentosa : aminopilin, ceforaxin 2x1 gr, metylpredison 2x62,5 gr, neurobion 2x1 amp, asma caps 3x1 caps, OBH sirup 3xcs, dan asam tranex 3x250 gr. Hasil dari PA laboratorium menunjukkan bahwa pasien (+) Tuberkulosis.

Respiratori equipment: Pasien menggunakan alat bantu napas berupa O2 set. Bentuk dada: barrel chest. Pola pernapasan: pola pernapasan dada, dan Clubbing finger: tidak.

Ekspansi thoraks R/L: menurun/ menurun. Vocal Fremitus: menurun (pada sisi anterior dan posterior lobus kanan atas). Nyeri tekan: (-). Pemeriksaan perkusi terdapat bunyi redup. Dan pada pemeriksaan auskultasi terdapat suara napas ronchi, wheezing, dan letak sputum pada lobus apex dextra paru.

3. Problematika Fisioterapi

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, diketahui permasalahan fisioterapi, yaitu:

1. Impairment:adanya sputum dan sesak napas.

2. Functional limitation: keterbatasan duduk mandiri, berjalan yang berjalan 15 meter dari bed ke kamar mandi.

3. Disability: penderita merupakan pasien rawat inap yang tidak melakukan aktivitas sosialisasi dengan masyarakat.

4. Penatalaksanaan Fisioterapi

Adapun penatalaksanaan yang diberikan yaitu latihan batuk efektif, dan


(11)

1. Latihan batuk efektif

Posisi pasien bisa tidur terlantang atau duduk sesuai kenyamanan pasien. Setelah itu terapis mengarahkan pasien untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah inspirasi, yang ketiga dianjurkan pasien untuk membatukkan dengan kuat.

2. Pulse lip breathing exercise

Pasien terlentang dengan posisi kepala agak tinggi, atau posisi lain yang sesuai dengan kenyamanan pasien. Kemudian mengajarkan pasien menghirup napas perlahan dan dalam melalui mulut dan hidung, sampai perut terdorong maksimal atau mengembang. Tahan selama 8 hitungan (semampu pasien), selanjutnya menghembuskan udara secara hemat melalui mulut dengan bibir terkatup secara perlahan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

Analisa dan pembahasan sebagai berikut:

A. Batukefektif Berfungsi untuk Mengurangi Sputum Tabel 1.3 Hasil pengukuran penurunan letak sputum

FT Tanggal Hasil T1 14 Juli

2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas

ronchi, wheezing. T2 15 Juli

2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas

ronchi, wheezing. T3 16 Juli

2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas


(12)

T4 17 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai

dengan suara napas ronchi, wheezing mulai menghilang.

T5 18 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai

dengan suara napas ronchi, wheezing mulai menghilang.

T6 19 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex mulai menghilang. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas ronchi, wheezing sudah tidak ada.

B. pulse lip breathing exercise Berfungsi untuk Mengurangi Sesak Napas Grafik 2.1 Hasil pengukuran penurunan sesak napas dengan skala BORG

B. Pembahasan

1. Pengurangan sputum

Sputum merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh batuk (Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2001).. Keadaan abnormal

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

terapi 0 terapi 1 terapi 2 terapi 3 terapi 4 terapi 5 terapi 6

Grafik Penurunan Sesak Napas


(13)

produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa) menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan normal sehingga mukus banyak tertimbun dan bersihan jalan napas tidak efektif. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Ketika batuk, udara keluar dengan dengan akselerasi cepat membawa sputum yang tertimbun (Yosep, 2011). Sputum tersebut akan lebih banyak keluar dengan batuk efektif karena batuk efektif dilakukan dengan dibatukkan kuat sebanyak 2 kali sehingga sputum yang tidak keluar saat dibatukkan pertama dapat keluar saat dibatukkan yang kedua. Batuk yang Batuk efektif berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas.

Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Batukefektif, dan pulse lip breathing exercise. Tujuan Batukefektif adalah mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas. Batuk efektif ini juga efektif untuk penderita TB. Terbukti dari penelitian di RS. Mardi Rahayu kudus menunjukkan baha pasien TB yang melakukan latihan batuk efektif lebih mudah mengeluarkan sputum dari pada pasien yang tidak melakukan latihan (Chrisanthus, 2010).

Sesak napas merupakan penyempitan atau penyumbatan pada jalan napas akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat inspirasi atau pengeluaran udara saat ekspirasi. Sebab lain adalah karena berkurangnya


(14)

volume paru yang masih berfungsi baik, juga berkurangnya elastis paru, bisa juga karena ekspansi paru terhambat (Christianthus, 2010).

Dengan melihat grafik di atas (Grafik 4.1) maka penulis dapat menyimpulkan intervensi Batuk efektif, dan pulse lip breathing exercise

untuk mengurangi sesak napas. Keluhan-keluhan yang terdapat dalam kasus ini sebenarnya saling berhubungan satu sama lain. Dengan berkurangnya sputum di paru otomatis akan mengurangi keluhan sesak napas.

E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru dapat disebabkan karena merokok, faktor sosial ekonomi, status gizi, umur, dan jenis kelamin. Setelah terserang tb, maka penanganan yang dapat diberikan adalah perawatan secara intensif dan pemberian OAT (obat anti tb) secara teratur. Di samping itu, problem fisioterapi yang muncul antara lain adanya sputum dan sesak napas. Dalam hal ini, fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas batuk efektif dan

breathing exercise. Pada kasus ini setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali disamping pemberian medika mentosa didapat pengurangan sputum dan berkurangnya derajat sesak napas.

2. Saran

Sebagai penutup pada akhir Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan memberikan saran kepada beberapa pihak, dimana penulis berharap saran-saran ini dapat bermanfaat dalam menangani kasus tuberkulosis paru.


(15)

Kepada penderita diberi pengertian agar tetap rutin latihan dan melakukan edukasi di rumah seperti yang di ajarkan fisioterapi di rumah sakit. Kepada keluarga untuk menyadari keadaan yang dialami penderita agar selalu memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan program terapi.

Kepada rekan-rekan fisioterapis hendaknya selalu bersikap profesional dalam menjalankan profesinya. Selain itu, diharapkan dalam bekerja selalu maksimal dan selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terus berkembang dengan mengikuti seminar-seminar secara rutin.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y., Kamso, S., Basri, C., dan Surya, A. et al. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Asti Werdhani, Retno. 2008. Patologi, Klasifikasi, dan Diagnosis Tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga: FKUI.

Anonim. Askep Tuberkulosis. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.

Anonim. Hubungan Rokok dan TBC.http://cybermed.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 12 November 2014.

Bahar, Asril. Tuberkulosis Paru. Dalam : Suyono, Slamet et al. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Media Eusculapius FKUI, 2001

Budiarto, eko dan Anggraini Dwi. Pengantar Epidemiologi. 2003. Jakarta : EGC. C.Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah: Handoyo, Sri Yuliani. Jakarta:PT. Gramedia.

F. Paulsen dan J. Waschke. 2008. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Haryanto. 2005. Hubungan Antara Cara Batuk Efektif Menggunakan Metode Pulsed Lip Breathing Dengan Kualitas sputum. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hinton, C. Kenneth. 2008. Penyakit Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosa,

Penatalaksanaan dan Pencegahan.

www.grennebookeeshop.org/penatalaksanaan/ diakses pada 12 Desember 2014.

Manalu, Helper Sahat P. Desember 2010. “Jurnal Etiologi Kesehatan: . Faktorfaktor

yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya penanggulangannya”. Vol. 9

No.4 Desember 2010Nizar, Muhammad. 2010. Pemberantasan dan Penanggualangan Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nugroho, Yosep Agung. Desember 2011. “Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Baptis Kediri”. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. Volume 4 No.

2 Desember 2011.

Prahastiwi, Dwi. Pengaruh Sirih terhadap Tuberkulosis. http://digilib.uinsuka.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2014.

Pranomo, Christianthus wahyu. 2010. “Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Universitas Diponegoro. eprints.undip.ac.id/10476/1/artikel.pdf, 21 September 2014.


(17)

Sajinadiyasa, I GK, et al. Mei 2010. Prevalensi Dan Risiko Merokok Terhadap Penyakit Paru di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pusat sanglah Denpasar. Vol. 11 no.2. http://ojs.unud.ac.Diakses pada 11 September 2014.

Septiawan, Budi (2008). Peningkatan Efektifitas Imunisasi BCG sebagai Upaya Proteksi Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas. https://budiseptiawan.

wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.

Wongsokusumo, Bahrawi. Oktober 2010. “Jurnal Tuberkulosis Indonesia”. Volume 7 ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf diakses pada 11 September 2011.

Kurniawati, Lisa. Tuberkulosis Paru. http://digilib.unimus.ac.id/ download.php?id=8591. Diakses pada tanggal 13 November 2014


(1)

T4 17 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai

dengan suara napas ronchi, wheezing mulai menghilang.

T5 18 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai

dengan suara napas ronchi, wheezing mulai menghilang.

T6 19 Juli 2014

Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen apex mulai menghilang. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas ronchi, wheezing sudah tidak ada.

B. pulse lip breathing exercise Berfungsi untuk Mengurangi Sesak Napas Grafik 2.1 Hasil pengukuran penurunan sesak napas dengan skala BORG

B. Pembahasan

1. Pengurangan sputum

Sputum merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh batuk (Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2001).. Keadaan abnormal

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

terapi 0 terapi 1 terapi 2 terapi 3 terapi 4 terapi 5 terapi 6

Grafik Penurunan Sesak Napas


(2)

produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa) menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan normal sehingga mukus banyak tertimbun dan bersihan jalan napas tidak efektif. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Ketika batuk, udara keluar dengan dengan akselerasi cepat membawa sputum yang tertimbun (Yosep, 2011). Sputum tersebut akan lebih banyak keluar dengan batuk efektif karena batuk efektif dilakukan dengan dibatukkan kuat sebanyak 2 kali sehingga sputum yang tidak keluar saat dibatukkan pertama dapat keluar saat dibatukkan yang kedua. Batuk yang Batuk efektif berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas.

Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Batukefektif, dan pulse lip breathing exercise. Tujuan Batukefektif adalah mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas. Batuk efektif ini juga efektif untuk penderita TB. Terbukti dari penelitian di RS. Mardi Rahayu kudus menunjukkan baha pasien TB yang melakukan latihan batuk efektif lebih mudah mengeluarkan sputum dari pada pasien yang tidak melakukan latihan (Chrisanthus, 2010).

Sesak napas merupakan penyempitan atau penyumbatan pada jalan napas akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat inspirasi atau pengeluaran udara saat ekspirasi. Sebab lain adalah karena berkurangnya


(3)

volume paru yang masih berfungsi baik, juga berkurangnya elastis paru, bisa juga karena ekspansi paru terhambat (Christianthus, 2010).

Dengan melihat grafik di atas (Grafik 4.1) maka penulis dapat menyimpulkan intervensi Batuk efektif, dan pulse lip breathing exercise untuk mengurangi sesak napas. Keluhan-keluhan yang terdapat dalam kasus ini sebenarnya saling berhubungan satu sama lain. Dengan berkurangnya sputum di paru otomatis akan mengurangi keluhan sesak napas.

E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru dapat disebabkan karena merokok, faktor sosial ekonomi, status gizi, umur, dan jenis kelamin. Setelah terserang tb, maka penanganan yang dapat diberikan adalah perawatan secara intensif dan pemberian OAT (obat anti tb) secara teratur. Di samping itu, problem fisioterapi yang muncul antara lain adanya sputum dan sesak napas. Dalam hal ini, fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas batuk efektif dan breathing exercise. Pada kasus ini setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali disamping pemberian medika mentosa didapat pengurangan sputum dan berkurangnya derajat sesak napas.

2. Saran

Sebagai penutup pada akhir Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan memberikan saran kepada beberapa pihak, dimana penulis berharap saran-saran ini dapat bermanfaat dalam menangani kasus tuberkulosis paru.


(4)

Kepada penderita diberi pengertian agar tetap rutin latihan dan melakukan edukasi di rumah seperti yang di ajarkan fisioterapi di rumah sakit. Kepada keluarga untuk menyadari keadaan yang dialami penderita agar selalu memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan program terapi.

Kepada rekan-rekan fisioterapis hendaknya selalu bersikap profesional dalam menjalankan profesinya. Selain itu, diharapkan dalam bekerja selalu maksimal dan selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terus berkembang dengan mengikuti seminar-seminar secara rutin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y., Kamso, S., Basri, C., dan Surya, A. et al. 2006. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Asti Werdhani, Retno. 2008. Patologi, Klasifikasi, dan Diagnosis Tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga: FKUI.

Anonim. Askep Tuberkulosis. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.

Anonim. Hubungan Rokok dan TBC.http://cybermed.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 12 November 2014.

Bahar, Asril. Tuberkulosis Paru. Dalam : Suyono, Slamet et al. Buku Ajar Ilmu

penyakit dalam Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Media Eusculapius FKUI, 2001

Budiarto, eko dan Anggraini Dwi. Pengantar Epidemiologi. 2003. Jakarta : EGC. C.Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah: Handoyo, Sri Yuliani. Jakarta:PT. Gramedia.

F. Paulsen dan J. Waschke. 2008. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum

dan Muskuloskeletal. Penerjemah: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Haryanto. 2005. Hubungan Antara Cara Batuk Efektif Menggunakan Metode Pulsed

Lip Breathing Dengan Kualitas sputum. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hinton, C. Kenneth. 2008. Penyakit Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosa,

Penatalaksanaan dan Pencegahan.

www.grennebookeeshop.org/penatalaksanaan/ diakses pada 12 Desember 2014.

Manalu, Helper Sahat P. Desember 2010. “Jurnal Etiologi Kesehatan: . Faktorfaktor

yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya penanggulangannya”. Vol. 9 No.4 Desember 2010Nizar, Muhammad. 2010. Pemberantasan dan

Penanggualangan Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nugroho, Yosep Agung. Desember 2011. “Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Baptis Kediri”. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. Volume 4 No. 2 Desember 2011.

Prahastiwi, Dwi. Pengaruh Sirih terhadap Tuberkulosis. http://digilib.uinsuka.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2014.

Pranomo, Christianthus wahyu. 2010. “Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Mardi Rahayu Kudus. Universitas Diponegoro.


(6)

Sajinadiyasa, I GK, et al. Mei 2010. Prevalensi Dan Risiko Merokok Terhadap Penyakit Paru di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pusat sanglah Denpasar. Vol. 11 no.2. http://ojs.unud.ac.Diakses pada 11 September 2014.

Septiawan, Budi (2008). Peningkatan Efektifitas Imunisasi BCG sebagai Upaya Proteksi Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas. https://budiseptiawan.

wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.

Wongsokusumo, Bahrawi. Oktober 2010. “Jurnal Tuberkulosis Indonesia”. Volume

7 ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf diakses pada 11 September 2011.

Kurniawati, Lisa. Tuberkulosis Paru. http://digilib.unimus.ac.id/ download.php?id=8591. Diakses pada tanggal 13 November 2014


Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT BRONKIEKTASE DI RS PARU ARIO WIRAWAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penyakit Bronkiektasis Di RS Paru Ario Wirawan Salatiga.

2 8 13

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT BRONKIEKTASIS DI RS PARU ARIO WIRAWAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penyakit Bronkiektasis Di RS Paru Ario Wirawan Salatiga.

0 3 17

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA Penatalaksanaan fisioterapi pada tuberkulosis paru di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga.

1 18 14

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TUBERKULOSIS Penatalaksanaan fisioterapi pada tuberkulosis paru di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga.

7 21 16

PENDAHULUAN Penatalaksanaan fisioterapi pada tuberkulosis paru di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga.

7 65 5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSTUBERKULOSIS PARU DI RSP. ARIO WIRAWAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Tuberkulosis Paru Di RSP. Ario Wirawan Salatiga.

0 2 14

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Bronchopneumonia Di RS. Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.

1 6 14

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiekstasis Paru Di Rs Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.

0 1 17

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKSTASIS DI RS PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiekstasis Paru Di Rs Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.

0 3 22

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) Di RS. Paru Dokter Ario Wirawan Salatiga.

0 1 16